Anda di halaman 1dari 96

LAPORAN DISEMINASI AWAL

PRAKTIK PROFESI DEPARTEMEN MANAGEMEN KEPERAWATAN


DI RUANG BOUGENVILLE RSUD NGUDI WALUYO WLINGI BLITAR

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Profesi Ners Departemen Manajemen di RSUD


Ngudi Waluyo Wlingi, Blitar

Oleh:
Kelompok 3
Bayu Aprilia Yogi Putra 150070300011068
Rangga Andri Ekananta 150070300011050
Siti Nur Aliyatul Azizah 150070300011059
Lia Amalia Rizka 150070300011157
Mareta Deka Paraswati 150070300011158
Titik Dyah Selvia 150070300011141
Latifia Dewi Fatmawati 150070300011060

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat menyusun laporan praktik
manajemen keperawatan di Ruang Bougenville.
Kami sangat berharap laporan ini dapat berguna dalam praktik
Manajemen Asuhan Keperawatan Profesional. Kami juga menyadari sepenuhnya
bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa
yang kami harapkan. Untuk itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan
demi perbaikan di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa sarana yang membangun.
Semoga laporan sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf
apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon
kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan. Dengan
selesainya tugas ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang
memberikan bantuan dan dorongan atas terselesaikannya laporan desiminasi
awal manajemen keperawatan ini:

1. Dr. dr. Sri Andarini, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas
Brawijaya.
2. Dr. Ahsan, S.Kp., M.Kes selaku Ketua Jurusan Program Studi Ilmu
Keperawatan Universitas Brawijaya.
3. Direktur Rs. Ngudi Waluyo Wlingi Blitar yang telah member kesempatan
kami untuk melakukan praktek profesi keperawatan.
4. Ns. Eko Yunaeti, S.Kep., MM.Kes selaku Kepala Bidang Keperawatan
RSUD Ngudi Waluyo Wlingi Blitar.
5. Ns. Wahono, S.Kep selaku kepala ruang Bougenville yang sudah
membimbing praktek manajemen profesi keperawatan.
6. Ns. Linda Wieke Noviyanti, S. Kep. M.Kep. selaku dosen pembimbing
akademik yang telah membimbing praktek manajemen profesi
keperawatan.
7. Ns. Dian Rosita Dewi, S.Kep selaku pembimbing klinik yang telah
membantu dan mengajarkan tentang manajemen keperawatan.
8. Perawat ruang Bougenville yang telah membantu dan mengajarkan
tentang manajemen keperawatan.

Penulis menyadari bahwa laporan desiminasi awal praktek manajemen


keperawatan ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat membangun. Semoga laporan desiminasi awal praktek
manajemen ini nantinya dapat bermanfaat bagi masyarakat pada umumnya dan
penyusun pada khususnya sebagaimana yang diharapkan. Aamiin.

Wlingi , 18 Mei 2017

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna
yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat
(Permenkes, 2014). Hidayat (2009) menyatakan bahwa pelayanan
kesehatan yang bermutu menjadi kebutuhan dasar yang diperlukan bagi
setiap orang. Untuk itu, rumah sakit sebagai institusi pelayanan
kesehatan baik pemerintah maupun swasta dituntut untuk selalu
melakukan perbaikan dan penyempurnaan guna menghasilkan pelayanan
yang berkualitas dan bermanfaat bagi masyarakat. Gillies (2000)
menyatakan bahwa salah satu upaya yang sangat penting dalam
meningkatkan mutu pelayanan keperawatan adalah meningkatkan
sumber daya manusia dan pengelolaan manajemen keperawatan
Manajemen pada dasarnya berfokus pada perilaku manusia untuk
mencapai tingkat tertinggi dari produktivitas pada pelayanan di suatu
kegiatan. Pada suatu instansi membutuhkan seorang manajer yang
terdidik dalam pengetahuan dan ketrampilan tentang perilaku manusia
untuk mengelola kegiatan. Manajemen merupakan serangkaian aktivitas
(termasuk perencanaan, pengambilan keputusan, pengorganisasian,
kepemimpinan dan pengendalian) yang diarahkan pada sumbersumber
daya organisasi (manusia, financial, fisik dan informasi) dengan maksud
mencapai tujuan organisasi secara efisien dan efektif (Griffin, 2004).
Untuk dapat menjalankan peran dan fungsi tersebut, sesuai SK
Menteri Kesehatan RI No. 983/Menkes/ASK/SK/XI/1992 tentang
Pedoman Organisasi Rumah Sakit Umum, maka rumah sakit umum
harus menjalankan beberapa fungsi, satu diantaranya adalah fugsi
pelayanan manajemen keperawatan, sehingga untuk rumah sakit umum
ditetapkan seorang wakil direktur pelayanan medis dan keperawatan
yang mempunyai tugas melakukan bimbingan pelaksanaan
asuhan/pelayanan keperawatan, profesi keperawatan, logistik
keperawatan, serta etika dan mutu keperawatan (Sahar & Junati, 2000).
Menurut Ahsan (2012) setiap rumah sakit memiliki metode
pemberian asuhan keperawatan untuk menjalankan asuhan keperawatan
yang dilakukan. MAKP merupakan suatu system (struktur, proses dan
nilai-nilai professional) yang memungkinkan perawat profesional
mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan untuk
menopang pemberian asuhan keperawatan. Tujuan utama MPKP adalah
untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan, sehingga untuk
mencapai aplikasi MAKP terdapat tiga tahap antara lain tahap persiapan
(pra-implementasi), tahap pelaksanaan (intra-implementasi), dan tahap
evaluasi (paska implementasi). Dalam melaksanakan praktik profesi
departemen manajemen, penulis telah melakukan pengkajian pada
tanggal 29-31 Mei 2017 sehingga didapatkan hasil bahwa ruang
Bougenville menggunakan model pemberian asuhan keperawatan yang
saat ini sedang menjadi trend dalam keperawatan Indonesia adalah
Model Asuhan Keperawatan Profesional dengan metode Tim. Dalam
melaksanakan praktek profesi departemen manajemen, kelompok kami
akan mencoba mengidentifikasi dan menganalisis proses manajemen
keperawatan yang ada dan lebih cocok untuk diterapkan dalam
pemberian asuhan keperawatan di Ruang Bougenville Rumah Sakit
Ngudi Waluyo Wlingi Blitar.
1.2 Tujuan
A. Tujuan Umum
Penulisan ini bertujuan untuk memberi gambaran dari seluruh kegiatan
praktik manajemen keperawatan yang telah dilaksanakan dan merupakan
pertanggungjawaban kepada pihak RS dan Jurusan Keperawatan FKUB
B. Tujuan Khusus
1. Mempelajari profil ruang Bougenville
2. Menganalisa situasi manajemen di ruang Bougenville
3. Mengidentifikasi kebutuhan dan masalah layanan kesehatan yang
terkait dengan manajemen keperawatan berdasarkan analisa
situasi nyata di ruang Bougenville
4. Menetapkan prioritas kebutuhan dan masalah manajemen
keperawatan bersama pihak dari ruang Bougenville
5. Menyusun tujuan dan rencana alternatif pemenuhan kebutuhan
dan penyelesaian masalah yang telah ditetapkan
6. Mengusulkan alternatif pemenuhan kebutuhan dan penyelesaian
masalah yang bersifat teknik operasional bagi ruang Bougenville
7. Melaksanakan alternatif pemenuhan kebutuhan dan penyelesaian
masalah yang disepakati bersama pihak terkait di ruang
Bougenville
8. Mengevaluasi pelaksanaan kegiatan pada aspek mauskan dan
proses pada manajemen keperawatan
9. Merencanakan tindak lanjut dari hasil yang dicapai berupa upaya
mempertahankan dan memperbaiki hasil melalui kerjasama
dengan pihak terkait di ruang Bougenville
1.3 Manfaat
A. Rumah Sakit
1. Dapat dijadikan sebagai sarana dukungan, masukan atau
pengembangan fungsi perencanaan manajemen keperawatan ruang
Bougenville guna mempertahankan dan meningkatkan kualitas
pelayanan keperawatan di ruangan pada khususnya dan kualitas
pelayanan rumah sakit pada umumnya.
2. Alternatif pemenuhan kebutuhan dan penyelesaian masalah sesuai
dengan yang disepakati bersama berdasarkan analisis masalah
diharapkan dapat meningkatkan kualitas pelayanan dan manajemen
keperawtaan di Ruang Bougenville RSUD Ngudi Waluyo Wlingi Blitar.
B. Institusi Pendidikan
1. Memberikan ilmu baru yang nantinya dapat dikembangkan sebagai
pedoman pendidikan di departemen manajemen
2. Meningkatkan kualitas pendidikan keperawatan khususnya
departemen manajemen dengan mengkombinasikan antara teori dan
praktik klinik manajemen keperawatan
C. Mahasiswa
1. Mengaplikasikan konsep pengkajian hingga evaluasi manajemen
keperawatan dalam tatanan praktek klinik dan pengembangan
wawasan pengetahuan.
2. Memberikan kesempatan untuk berfikir kritis dalam menganalisa
MAKP (Metode Asuhan Keperawatan Profesional)
3. Memberikan pengalaman pada mahasiswa dalam bidang manajemen
keperawatan.
BAB II
GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT
2.1 Gambaran Umum Rumah Sakit Ngudi Waluyo Wlingi Blitar
RSUD Ngudi Waluyo merupakan rumah sakit milik
Pemerintah Daerah Kabupaten Blitar, yang terletak di Kecamatan
Wlingi, Kabupaten Blitar. RSUD Ngudi Waluyo Wlingi termasuk
rumah sakit tipe B non Pendidikan. Mempunyai kapasitas tempat
tidur klien sebanyak 250 tempat tidur, terdiri dari Ruang Anggrek
25, Ruang Bougenvil 39, Ruang Dahlia 1 22, Ruang flamboyan 34,
Ruang Dahlia 2 37, Ruang Cempaka 26, Ruang Edelweis 26,
Ruang Wijayakusuma 15 dan sudah didirikan unit stroke. Saat ini
digunakan sebagai lahan praktek mahasiswa DIII dan S1
Keperawatan, DIII dan S1 Kebidanan, S1 Kedokteran, dan
Pendidikan Dokter Spesialis. Beberapa pasien dan keluarga
mengatakan bahwa RSUD Ngudi Waluyo Wlingi sangat
membantu untuk mengoptimalkan kesehatan dengan jarak yang
terjangkau dan mendapatkan pelayanan kesehatan yang mudah.
Sedangkan, untuk respon dari keluarga pasien sendiri
mengatakan bahwa dengan jarak yang begitu dekat bisa
membantu semua keluarga bisa menjenguk keluarganya yang
sedang sakit.

2.2 Visi Rumah Sakit Ngudi Waluyo Blitar


“Menjadi Rumah Sakit pilihan masyarakat di Blitar Raya dan
sekitarnya tahun 2021”.

2.3 Misi Rumah Sakit Ngudi Waluyo Blitar


Misi Rumah sakit Ngudi Waluyo adalah sebagai berikut:
1) Menyelenggarakan pelayanan yang bermutu, profesional, dan
mengutamakan keselamatan pasien
2) Meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui pendidikan
dan pelatihan
3) Menyediakan sarana dan prasarana pelayanan kesehatan yang
bermutu
4) Meningkatkan pengelolaan administrasi dan keuangan, secara
cepat dan akurat
2.4 Gambaran Umum Ruang Bougenville Rumah Sakit Ngudi Waluyo
Blitar
Ruang Bougenville adalah ruang perawatan pasien bedah
diataranya pasien dengan kasus bedah umum, ortophedia, THT
dan Mata yang ada di Rumah Sakit Ngudi Waluyo Blitar. Seiring
meningkatnya kunjungan rawat inap selain kasus tersebut di
Rumah Sakit “Ngudi Waluyo” Wlingi maka di Ruang Bougenville
selain melayani rawat inap kasus bedah juga menerima pelayanan
rawat inap selain kasus bedah yakni kasus penyakit IPD, syaraf
maupun paru dengan kasus-kasus non infeksi. Ruangan ini
memiliki ketersediaan tempat tidur sebanyak 39 TT. Untuk kelas
satu terdiri dari 4 tempat tidur, sedangkan ruang kelas dua terdiri
dari 12 tempat tidur, kelas 3 terdiri dari 19 tempat tidur dan ICU
terdiri dari 4 tempat tidur. Ruang Bougenville dipimpin oleh
seorang Kepala ruangan, dan terdapat wakil kepala ruangan.
Sistematika metode penugasan perawat pada Ruang Bougenville
menggunakan metode tim dengan modifikasi yang terbagi menjadi
2 tim, yaitu tim selatan dan tim utara. Tim selatan terdiri dari
seorang ketua tim (katim) dan beberapa perawat pelaksana.
Begitu pun pada Ruang Bougenville akan dikelola oleh seorang
ketua tim dan beberapa perawat pelaksana.
2.5 Tujuan Keperawatan Ruang Bougenvil
1. Terlaksananya pelayanan keperawatan yang profesional
berdasarkan kebutuhan pasien yang menerapkan ilmu
keperawatan serta mengutamakan keselamatan pasien
2. Terselenggaranya pelayanan perawatan yang mengikuti
perkembangan IPTEK keperawatan
3. Terciptanya suasana kerja yang harmonis
4. Terpeliharanya sarana prasarana yang mendukung pelayanan
perawatan
5. Tersedianya sumber daya manusia yang berkualitas melalui
pelatihan dan pendidikan
6. Terselenggaranya kerjasama yang hamonis dengan unit terkait
di RSUD Wlingi
7. Terciptanya motivasi kerja dalam rangka mencapai kepuasan
pelanggan
2.6 Manfaat Ruang Bougenvil
1) Memenuhi standar dan parameter pada akreditasi rumah sakit
2) Terdokumentasinya pelaksanaan kegiatan program kerja
Ruang Bougenville
3) Sebagai acuan dalam melaksanakan kegiatan pelayanan
Ruang Bougenville
4) Menghindari duplikasi wewenang dan tanggung jawab
5) Memudahkan dalam melakukan monitoring dan evaluasi
BAB III
HASIL PENGKAJIAN DAN ANALISA SERTA SINTESA PERMASALAHAN
MANAGEMEN KEPERAWATAN
A. Hasil Pengkajian
1. Man
1) Jumlah Tenaga
Kualifikasi tenaga keperawatan di ruang rawat inap Bougenville
RSUD Ngudi Waluyo Wlingi berjumlah 18 orang, dan 4 orang non
tenaga keperawatan yang terdiri dari 1 admin dan 3 perkarya.
2) Tenaga keperawatan
Tabel 3.1. Kualifikasi Tenaga Keperawatan Di Ruang Rawat
Inap Bougenville RSUD Ngudi Waluyo Wlingi
No. Kualifikasi Jumlah Prosentase
1. S1 Keperawatan 6 33%
2. DIII Keperawatan 12 67%
Total 18 100%
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa sebagian
besar perawat di ruang Bougenvile berpendidikan D3
Keperawatan yaitu 12 orang = 33 % sedangkan yang
berpendidikan S1 Keperawatan yaitu 6 orang = 67 %, sedangkan
menurut Warstler (1999) ideal kebutuhan perawat S1 dan D3
memiliki perbandingan 55% : 45% sehingga didapatkan untuk
kebutuhan ideal perawat S1 di ruang bougenvile sebanyak 10
orang dan perawat D3 di bougenvile sebanyak 8 orang. Sehingga
hal tersebut menampakkan kesenjangan yang cukup jauh karena
saat ini di ruang bougenvile hanya memiliki perawat S1 sebanyak
6 orang. Berkaitan dengan program dirumah sakit yang
menyediakan studi lanjutan untuk perawat D3 yang ingin
melanjutkan ke jenjang S1 maka sangat diharapkan para perawat
dapat menggunakan kesempatan tersebut dengan sebaik mungkin
sehingga kebutuhan tenaga perawat S1 di bougenvile terpenuhi.
Tabel 3.2. Tenaga Non Keperawatan Di Ruang Rawat Inap
Bougenville RSUD Ngudi Waluyo Wlingi
No Kualifikasi Jumlah Prosentase
1. Administrasi 1 25%
2. Pekarya 3 75%
Total 4 100%
Berdasarkan tabel 3.2 diinterpretasikan bahwa secara
keseluruhan tenaga non keperawatan di ruang bougenville adalah
tenaga pekarya kesehatan.
3) Kualitas Tenaga
Berdasarkan hasil rekapitulasi yang dilakukan didapatkan
kualifikasi tenaga perawat di Ruang Rawat Inap Bougenville
RSUD Ngudi Waluyo Wlingi
Tabel 3.3. Kualitas Tenaga Keperawatan Ruang Rawat Inap Bougenville
RSUD Ngudi Waluyo Wlingi

PEN PEMENUHAN
JABATA MASA
NO NAMA DIDI STANDAR PELATIHAN
N KERJA
KAN KUALIFIKASI

1. Ns. Kepala S1 14 Tahun Memenuhi Pelatihan


Wahono Ruangan standar Penanggulang
S.Kep Bougenvi pendidikan. an Penderita
lle Sudah Gawat Darurat
memenuhi (2016)
standar Pelatihan BLS
pelatihan (2016)
Pelatihan
Keselamatan
Pasien (2016)
Pelatihan
Peningkatan
Mutu dan
Keselamatan
Pasien
(PMKP) (2016)
Pelatihan
Pencegahan
dan
Pengendalian
Infeksi (2016)
Pelatihan
Penanggulang
an Bencana
Kebakaran
(2016)
Pelatihan
Komunikasi
Efektif dan
Keselamatan
Psien di RSUD
Ngudi Wauyo
Wlingi (2015)
Pelatihan
Manajemen
Nyeri (2016)
Seminar
Update on
Cardiovaskular
Management
(AHA 2015)
(2016)
Seminar
Understanding
Mechanical
Ventilation
(2016)
2. Ns.Dian Wakil S1 Memenuhi PPGD
Rosita Kepala standar PPI
Dewi, Ruangan pendidikan. BLS
S.Kep Bougenvi Sudah
lle memenuhi
standar
pelatihan
3 Dyah Kepala D3 23 Tahun Memenuhi Pelatihan BLS
Utari, Tim standar Pelatina
AMK Utara pendidikan Keselamatan
untuk D3 Pasien
Keperawatan, Pelathan
tetapi belum Pencegahan
berjazah S1 dan
Keperawatan. Pengendalian
Sudah Infeksi
memenuhi Pelatihan
standar Komunikasi
pelatihan Efektif dan
Keselamatan
Pasien
4. Ns. Kepala S1 12 Tahun Memenuhi Pelatihan
Yulianti Tim standar Peningkatan
Farika, Selatan pendidikan. Mutu dan
S.Kep Sudah keselmatan
memenuhi pasien
standar Pelatihan
pelatihan pencegahan
dan
pengendalian
infeksi
Pelatihan
manajemen
nyeri
Pelatihan
teknik
pencampuran
sediaan
Parenteral
Pelatihan
penanggulang
an Pasien
Gawat Darurat
5 Ns. Anggota S1 11 Tahun Memenuhi Pelatihan
Agus Tim standar Basic Life
Wahyud Utara pendidikan. Support 2016
i, S.Kep Sudah Peningkatan
memenuhi Mutu dan
standar Keselamatan
pelatihan Pasien PMKP
206
Pelatihan
Pencegahan
dan
Pengendalian
Infeksi (2016)
Pelatihan
Penanggulang
an Bencana
Kebakaran
(2016)
Pelatihan
Keselamatan
Psien (2016)
6. Ns. Anggota S1 2 Tahun 5 Memenuhi Pelatihan
Herman Tim Bulan standar Penanganan
Syahoni Utara pendidikan. Pasien Gawat
, S.Kep Sudah Darurat
memenuhi Pelatihan
standar Keselematan
pelatihan Pasien
Pelatihan BLS
Pelatihan
Pencegahan
dan
Pengendalian
Infeksi
Pelatihan
Penanggulana
gan Bencana
Kebakaran
Pelatyihan
Manajamen
Nyeri
Pelatihan
Teknik
Pencampuran
Sediaan
Parenteral
Pelatiahn
Skrining
Triase,
Transfer, dan
Trnasportasi
7. Danang Anggota D3 18 Bulan Memenuhi Pelatihan
Priyo U, Tim standar Penanganan
Amd.Ke Utara pendidikan Pasien Gawat
p untuk D3 Darurat
Keperawatan, Pelatihan
tetapi belum Keselamatan
berjazah S1 Psien
Keperawatan. Pelatihan
Sudah Pencegahan
memenuhi dan
standar Pengendalian
pelatihan Infeksi
Peltihan
Skrining
Triase,
Transfer, dan
Transportasi
8. Septian Anggota D3 1,5 tahun Memenuhi Pelatihan
Feta Tim standar Pencegahan
Hari, Utara pendidikan dan
Amd.Ke untuk D3 Pengendalian
p Keperawatan, Infeksi
tetapi belum Pelatihan
berjazah S1 Cardiac Life
Keperawatan. Support
Sudah Advance,
memenuhi Cardiac Life
standar Support Pada
pelatihan Ibu Hamil,
Cardiac Life
Support Pada
Bayi serta
Resusitasi dan
Trauma
Pelatihan
Keselamatan
Pasien
9. Andi Anggota D3 11 Bulan Memenuhi Pelatihan
Febriant Tim standar Penanggulang
o, Utara pendidikan an Penderita
Amd.Ke untuk D3 Gawat Darurat
p Keperawatan, (2012)
tetapi belum Pelatihan
berjazah S1 Pencegahan
Keperawatan. dan
Sudah Penanggulang
memenuhi an Infeksi
standar (2016)
pelatihan Pelatihan
Manajemen
Nyeri (2016)
Peserta
Pendidikan
Kedokteran
Berkelanjutan
Orthopedi II
2011
Peserta
Pendidiksn
Urology
Berkelanjutan
V (2012)

10 Joko Anggota D3 2 Tahun Memenuhi Pelatihan


Ibnu, Tim standar Penanggunala
Amd.Ke Utara pendidikan ngan Pasien
p untuk D3
Gawat Darurat
Keperawatan, Pelatihan
tetapi belum
Peningkatan
berjazah S1
Mutu dan
Keperawatan. Keselamatan
Sudah Pasien
memenuhi Pelatihan
standar Penanggulanh
pelatihan anan dan
Pengendalian
Infeksi
11 Prihandi Anggota D3 2 Tahun Memenuhi Peltihan BLS
ni W, Tim standar Pelatihan
Amd.Ke Utara pendidikan Keselamatan
p untuk D3 Pasien
Keperawatan, Pelatihan
tetapi belum pencegahan
berjazah S1 dan
Keperawatan. Pengendalian
Sudah Infeksi
memenuhi Pelatihan
standar Manajemen
pelatihan Nyeri
Pelatihan
Penanganan
Pasien Gawat
Darurat
12. Ns. Anggota S1 25 Tahun 3 Memenuhi Pelatihan
Santoso Tim Bulan standar Penanganan
, S.Keo Selatan pendidikan. Pasien Gawat
Sudah Darurat
memenuhi Pelatihan
standar Keselamatan
pelatihan Pasien
Pelatihan
Komunikasi
Efektif
Keselamatan
Pasien
Pelatihan
Pencegahan
dan
Pengendalian
Infeksi
Pelatihan
Manajemen
Nyeri
Pelatihan
Emergency
Nursing Care
Pelatihan
Resusitasi
Jantung Paru
Pelatihan
Cardiac arrest
pre Hospital
AHA 2015
Pelatihan NGT
Pelatihan
Kepemimpinan
dan
Manajemen
Keperawatan
13 Sri Anggota D3 29 Tahun Memenuhi Pelatihan BLS
Winarsi Tim standar Pelatihan
h, AMK Selatan pendidikan Penanggulang
untuk D3 an Pasien
Keperawatan, Gawat Darurat
tetapi belum Pelatihan
berjazah S1 Peningkatan
Keperawatan. Mutu dan
Sudah Keselamatan
memenuhi Pasien
standar Pelatihan
pelatihan PONEK
Pelatihan
Manajemen
Nyeri
Pelatihan ECU
(IPD)
Pelatihan
Standartisasi
APN
14. Yuyuyn Anggota D3 10 tahun Memenuhi Pelatihan BLS
Yuliastu Tim standar Pelatikan
ti, Selatan pendidikan Peningkatan
Amd.Ke untuk D3 Mutu dan
p Keperawatan, Keselamatan
tetapi belum Pasien
berjazah S1 Pelatihan
Keperawatan. Penanganan
Sudah Pasien Gawat
memenuhi Darurat
standar Pelatihan
pelatihan Pencegahan
dan
engendalian
Infeksi dasar
Pelatihan
Komunikasi
Efektifdan
Keselamatan
Pasien
Pelatihan
Manajemen
Nyeri
Pelatihan
Streilisasi
Linen, dan
Manajemen
Limbah
15. Fitri Sri Anggota D3 5 Bulan Memenuhi Pelatihan BLS
Lestari Tim standar Pelatihan
Amd.Ke Selatan pendidikan Keselamatan
p untuk D3 Pasien
Keperawatan, Pelatihan
tetapi belum Pencegahan
berjazah S1 dan
Keperawatan. Pengendalian
Sudah Infeksi
memenuhi Pelatihan
standar Skrining
pelatihan Triase,
Transfer, dan
Transportasi
16. Hadi Anggota D3 5 Bulan Memenuhi Pelatihan
Siswant Tim standar Penanganan
o, Selatan pendidikan Pasien Gawat
Amd.Ke untuk D3 Darurat
p Keperawatan, Pelatihan
tetapi belum Pencegahan
berjazah S1 dan
Keperawatan. Pengendalian
Sudah Infeksi
memenuhi
standar
pelatihan
17. Rengga Anggota D3 6 Bulan Memenuhi Pelatihan BLS
Mardo Tim standar Pelatihan
a, Selatan pendidikan
Keselamatan
Amd.Ke untuk D3
Pasien
p Keperawatan,
Pelatihan
tetapi belum
Pencegahan
berjazah dan S1
Keperawatan.
Pengendalian
Sudah Infeksi
memenuhi Pelatihan
standar Skrining
pelatihanTriase,
Transfer dan
Transportasi
Pelatihan
Penanganan
Pasien Gawat
Darurat
18. Nurma Anggota D3 1 Tahun Memenuhi Pelatihan
F. Tim standar Penanganan
Amd.Ke Selatan pendidikan Pasien Gawat
p untuk D3 Darurat
Keperawatan, Pelatihan
tetapi belum Pencegahan
berjazah S1 dan
Keperawatan. Pengendalian
Sudah Infeksi
memenuhi
standar
pelatihan
Dari tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa kualitas
perawat yang ada di Ruang Bougenville cukup baik dalam
penanganan tanggap darurat karena hampir semua tenaga
keperawatan pernah mengikuti pelatihan PPGD. Namun
sayangnya, pelatihan keselamatan pasien masih diikuti oleh 10
dari 18 perawat sehingga hal tersebut juga dapat menjadi sorotan
penting terkait peng-upgradan kemampuan perawat karena akan
berhubungan dengan mutu perawatan yang ada yang mungkin
akan berpengaruh kepada kualitas pelayanan di ruang
Bougenville.
4) Tingkat Ketergantungan Pasien
Jumlah pasien, diagnosa medis, serta tingkat
ketergantungan pasien di Ruang Rawat Inap Bougenville RSUD
Ngudi Waluyo Wlingi pada tahap pengkajian yakni tanggal 29 –
31 Mei 2017 adalah sebagai berikut:
Tabel 3.4 Diagnosa dan Tingkat Ketergantungan Pasien di Unit Ruang
Rawat Inap Bougenville RSUD Ngudi Waluyo Wlingi Tanggal 29 Mei 2017
Nama Tingkat
Klien Ketergantungan
No Bed Diagnosa Medis
Minima Partia
Total
l l
1 Tn. I Apendik √
2 Tn. A CKR √
3 Tn.P Apendik √
4 Tn. I Ilius Obstruktif √
5 Sdr. D Tursio Testis √
6 Tn. M Paraplegi Sust Cedera Tulang √
7 Tn, S Hernia Inguinalis √
8 An. F CKR √
9 Tn. S Dislokasi Ankel √
10 Tn. D CKR √
11 Ny. R COB √
12 An. A Abdominal Pain √
13 Ny. D CKR √
14. Ny. P Diabetic Foot √
15. Ny. W CF Cruris √
16. Ny. U Lipoma √
17. Ny. N TU Mamae √
18. Ny. S Post Op Ekstraksi Tumor √
19. Ny. H Combus √
Total 19
Berdasarkan tabel di atas diinterpretasikan bahwa pada
tanggal 29 Mei 2017 terdapat 19 pasien, dan semua pasien
(100%) memiliki tingkat ketergantungan partial
Tabel 3.5 Diagnosa dan Tingkat Ketergantungan Pasien di Ruang Rawat
Inap Bougenville RSUD Ngudi Waluyo Wlingi Tanggal 30 Mei 2017
Nama Tingkat
Klien Ketergantungan
No Bed Diagnosa Medis
Minima Partia
Total
l l
1 An. F CKR √
2 Tn. M Paraplegi (Cedera tulang) √
3 Tn. S HIL √
4 Tn.D Trauma Tumpul Abdomen √
5 Tn. S Dislokasi Ankle √
6 Tn. D CKR + SDH √
7 Ny. R COB √
8 An. S CKR + Laserasi Gusi √
9 Tn. S Hernia Inguinalis √
10 An. A Close Fracture Femur √
11 Tn. S Hernia Skrotalis √
12 An. A Colic Abdomen √
13 An. H Combus √
14 Ny. S Struma √
15 Ny. M Tumor Mamae √
16 Ny. M Apendix Cronik √
17 Ny. U Lipoma OPD 1 √
18 Ny. K Katarak √
19 Ny. P Trauma Tumpul Thoraks √
Total 3 14 2
Berdasarkan tabel di atas diinterpretasikan bahwa pada
tanggal 30 Mei 2017 terdapat 19 pasien, sebanyak 16% pasien
yang dirawat memiliki tingkat ketergantungan minimal/mandiri dan
74% pasien memiliki tingkat ketergantugan parsial, 10% pasien
yang dirawat memiliki tingkat ketergantungan total.
Tabel 3.6 Diagnosa dan Tingkat Ketergantungan Pasien di Ruang Rawat
Inap Bougenville RSUD Ngudi Waluyo Wlingi Tanggal 31 Mei 2017
Nama Tingkat
Klien Ketergantungan
No Bed Diagnosa Medis
Minima Partia
Total
l l
1 Tn. M Paraplegi (Cedera tulang) √
2 Tn. S HIL √
3 Tn. S Dislokasi Ankle √
4 Tn. D CKR + SDH √
5 Ny. R COB √
6 An. S CKR + Laserasi Gusi √
7 Tn. S Hernia Inguinalis √
8 An. A Close Fracture Femur √
9 Tn. S Hernia Skrotalis √
10 Tn. W Hernia √
11 Tn. B Retensi Urine Post Cistotomy √
12 An. H Combus √
13 Ny. S Struma √
14 Ny. M Tumor Mamae √
15 Ny. M Apendix √
16 Ny. K Katarak √
17 Ny. P Trauma Tumpul Abdomen √
18 Ny. A Soft Tissue Tumor √
Total 2 14 2
Berdasarkan tabel di atas diinterpretasikan bahwa pada
tanggal 31 Mei 2017 terdapat 18 pasien, sebanyak 11% pasien
yang dirawat memiliki tingkat ketergantungan minimal/mandiri dan
78% pasien memiliki tingkat ketergantugan parsial, 11% pasien
yang dirawat memiliki tingkat ketergantungan total.
5) Kebutuhan Tenaga Keperawatan Berdasarkan Metode Depkes di
Ruang Rawat Inap Bougenville RSUD Ngudi Waluyo Wlingi
Penghitungan Tahunan Ruang Bougenvile menggunakan
rumus Depkes dengan jumlah tingkat ketergantungan pasien. Total
Jumlah Pasien yang dirawat selama periode Januari 2016 –
Desember 2016 di Ruang Bougenvile adalah 7889 klien. ( T,P,M )
Waktu perawatan langsung
Total = 6 jam x 1 pasien = 6 Jam
Parsial = 4 jam x 19 pasien = 76 jam
Minimal = 2 jam x 1 pasien = 2 jam
74 jam
Rumus Kebutuhan Tenaga Keperawatan dalam satu tahun disatu
perawatan adalah sebagai berikut :
= Jumlah jam perawatan
jam efektif
= 84
7
= 12/hari
Faktor Koreksi :
- Lossday = (52+12+12)x12
289
= 912 = 3,15 = 3 orang
289
- Tugas non keperawatan = (12+3)x25%
= 3,75 = 4 orang
Jadi, jumlah kebutuhan tenaga :
= kebutuhan tenaga + faktor koreksi
= 12+(3 + 4 )= 19 orang/hari

Pagi = 47 %/100 x 19 = 8,93 = 9 perawat


Siang = 35 %/ 100 x 19 = 6,65 = 7 perawat
Malam = 17%/ 100 x 19 = 3,23 = 3 perawat
Jadi kebutuhan ideal tenaga kerja yang diperlukan adalah
19 orang dan saat ini ketersediaan perawat sebanyak 18 orang
sehingga dalam hal kebutuhan tenaga kerja perawat di ruang
Bougenvile tidak memiliki kesenjangan dengan nilai ideal. Namun
akan lebih baik jika jumlah perawat disesuaikan dg jumlah
kebutuhan ideal.
2. Material And Machine

a. Penataan Gedung dan Denah Ruangan

Guda
2.6 3.7 KM ng
3.7 2.6

3.6 KM KM 3.6
2.5 2.5

2.4 3.5 KM KM 3.5 2.4

3.4 KM Spool 3.4


hook
2.3 2.3

2.2 3.3 3.3 2.2

3.2 3.2
2.1 2.1

C.2 3.1 3.1 C.2

Nurse Station
C.1 C.1
1.1

1.2
T.1

1.3

1.4
T.5

T.4

T.3

T.2
Ruang Perawatan Bougenvil merupakan Instalasi Rawat Inap
yang memberikan pelayan kepada pasien dengan kasus – kasus
bedah anak, bedah laki – laki, bedah perempuan baik bedah umum
maupun bedah orto, kasus neurologi, kasus IPD no Kegawatan dan
Non Menular . Lokasi denah Bougenvil RSUD Ngudi Waluyo Wlingi
sebagai berikut :
a. Sebelah utara berbatasan dengan ruang Dahlia I
b. Sebelah selatan berbatasan dengan ruang Mushola dan Mess
PPDS
c. Sebelah barat berbatasan dengan ruang Anggrek
d. Sebelah timur berbatasan dengan ruang Instalasi Gizi
Ruang Bougenvile terdiri dari Kelas I : 4 tempat tidur, Kelas II : 12
Tempat Tidur, Kelas III : 19 Tempat Tidur, ICU : 4 Tempat Tidur.

b. Peralatan dan Fasilitas


Berdasarkan hasil observasi dan data diruang Bougenvil tentang
inventasi, fasilitas dan bahan obat – obatan yang tersedia dengan
perincian kapasitas ruang Bougenvil terdiri dari 39 tempat tidur, terdiri
dari :
1) Kamar Kelas I
Masing – masing kamar terdiri dari 2 tempat tidur, 2 meja dan 2
almari pasien, 2 kursi penunggu.
2) Kamar Kelas II
Masing – masing kamar terdiri dari 2 tempat tidur didampingi oleh
1 meja dan 1 kursi penunggu.
3) Kamar Kleas III
Masing – masing tempat tidur didampingi oleh 1 meja dan 1 kursi
penunggu
c. Fasilitas Untuk Perawat
Kondisi cukup rapi dan sudah terstruktur mengenai
penempatan status dan asuhan keperawatan pasien. Nurse
station utama berada di bagian tengah ruangan, sehingga perawat
dengan mudah mengakses pasien jika ada panggilan dari pasien.
Untuk dokumentasi dilengkapi dengan 2 buku injeksi , 1 buku
observasi TTV, 2 buku laporan operan, dokumentasi keperawatan.
d. Kamar Mandi
Kamar mandi pasien dan perawat terletak terpisah dan
cukup bersih. Kamar mandi pasien terdiri dari 2 buah kamar mandi
wanita, dan 3 kamar mandi pria.
f. Peralatan dan Fasilitas Rumah Tangga
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara Ruang
Bougenvil RSUD Ngudi Waluyo Wlingi tentang inventaris
tercantum dalam tabel sebagai berikut:

Tabel : 3.1 Fasilitas Rumah Tangga yang tersedia di Ruang


Bougenvil RSUD Ngudi Waluyo Wlingi
NO NAMA ALAT Standart Jumlah Kondisi Keterangan
1 Meja Pasien 1:1 39 2 Rusak 100%
2 Standart Infus 2-3/R 7 Baik 100%
3 Lampu Senter 1-2/R 1 Baik 100%
4 Baskom 8-12/R 6 Baik 75%
Mandi
5 Baki 5/R 8 Baik 100%
6 Tempat Tidur 1/R Baik
7 Tempat Tidur 1:1 39 Baik 100%
8 Tempat Tidur 1/R Baik
Biasa
9 Troli Obat 1/R 1 Baik 100%
10 Troli 1:1 1 Baik 100%
Verbanding
11 Troli Pispot 1/R Baik
12 Troli Injeksi 1/R 1 Baik 100%
13 Kereta O2 1:1 6 Baik 100%
14 Tempat 4/R 6 Baik 100%
Sampah
Pasien
15 Tempat 1:2 8 Baik 40%
Sampah
Besar
Tertutup
16 Piring 1:2 19 Baik 47,5%
17 Sendok 1:1 12 Baik 30%
18 Piring Snack 1:2 16 Baik 40%
19 Gelas 1:2 20 Baik 59%
20 Tempat Lauk 1:2 16 Baik 40%
21 Tempat Sayur 1-2/R 15 Baik 100%
22 Ceret 1:2 1 Baik 0,25%
23 Garpu 1:2 12 Baik 30%
24 Tempat 2-4/R 4 Baik 100%
Sampah
Medis
Berdasarkan tabel diatas, didapatkan data bahwa 99%
peralatan tergolong dalam kondisi baik. Fasilitas rumah tangga di
ruang bougenvil tergolong lengkap, fasilitas tersebut seperti kursi
bersih.
g. Fasilitas Alat Tenun
Nama Jumlah
No Standart Jumlah Keterangan
linen yang ada
1 Bantal 1:1 39 40 100%
2 Baju Bayi 1:8
Duk
3 Partus 1:1/3
4 Guling 1:1 39 5 13%
Gordyn
5 Sekat VK 1:2
Handuk 117
6 Besar 1:3
Handuk 117 60 51%
Cuci
7 Tangan 1:3
8 Kasur 1:1 39 40 100%
Masker 39
9 Kain 1:1
Perlak 117 17 14,5%
10 Kecil 1:3
Perlak 117 18 14,5%
11 Besar 1:3
Popok
12 Bayi 1:15
Sarung 195 55 28%
13 Bantal 1:5
Sarung 117 6 0,5%
14 Guling 1:3
Sarung 8
15 O2 1:1/3
Scort 39 11 28%
16 Petugas 1:1
17 Serbet 1:1/4 5
Makan
18 Sprei 1:3 117 80 68%
Stick 117 51 43%
19 Laken 1:3
Taplak 117 32 27%
Meja
20 Pasien 1:3
Taplak 39
Meja
21 petugas 1:1
Scort 39 34 87%
22 Pasien 1:1
Selimut
23 Gedong 1:3
24 Selimut 45
Duk besar
25 lubang 1:1/3
Berdasarkan tabel diatas didapatkan data bahwa peralatan
rumah tangga jumlahnya belum seimbang dengan jumlah bed di
ruangan dan perlu ditambah untuk memenuhi standart yang sudah
ada
h. Peralatan Kesehatan
Ketersediaa Kondisi Persentas
No Nama Barang Standar n e
Baik Rusak
1. Ambubag
1 1 1 50%
dewasa
2. Bed pasien 1:1 39 39 100%
3. Bak instrument
1 6 6 100%
besar
4. Bak instrument
1 1 1 100%
kecil
5. Bak instrument
1 1 1 100%
sedang
6. Bengkok 2 1 1 50%
7. EKG 12 chanel 1 1 1 1 100%
8. GDA stick 1 1 1 100%
10. Gunting
1 1 1 1 100%
11. Infus pump 2 1 1 50%
12. Korentang 2 1 1 50%
13. Matras
2 1 1 50%
dekubitus
14. Nebulizer 2 1 1 50%
15. O2 transport 2 2 2 100%
16. Pispot 22 9 9 41%
17. Rawat luka set 2 4 2 100%
18. Stetoskop 2 3 3 100%
19. Suction pump 2 1 1 50%
20. Syringe pump 2 2 2 100%
21. Tempat
2 2 2 100%
korentang

Berdasarkan tabel diatas didapatkan data bahwa peralatan


medis jumlahnya sebagian besar sudah memenuhi standart yang
sudah ada.
3. Method
3.1. Fungsi perencanaan

1. Perencanaan
a. Visi misiorganisasi
Visi misi Rumah Sakit

a) Visi :

Menjadi Rumah Sakit pilihan masyarakat di


Blitar Raya dan sekitarnya tahun 2021
b) Misi :

 Menyelenggarakan pelayanan yang bermutu,


profesional, dan mengutamakan
keselamatanpasien
 Meningkatkan kualitas sumber daya manusia
melalui pendidikan dan pelatihan
 Menyediakan sarana dan prasarana pelayanan
kesehatan yang bermutu
 Meningkatkan pengelolaan administrasi dan
keuangan, secara cepat danakurat

Filosofi keperawatan

1. Perawat RSU Wlingi meyakini bahwa semua pasien


harus mendapatkan perawatan yang sama yang
bersifat individual meliputi bio, psiko, sosial
danspiritual.

2. Perawat RSU Wlingi meyakini bahwa tujuan pelayanan


keperawatan adalah membantu pasien mencapai
tingkat kesehatan yangoptimal.

3. Perawat RSU Wlingi meyakini bahwa semua staff


keperawatan harus bekerja sesuai dengan Standar
Asuhan Keperawatan.

4. Perawat RSU Wlingi meyakini bahwa semua staff


keperawatan harus bekerja sesuai dengan etika
Keperawatan/Kebidanan.

5. Perawat RSU Wlingi meyakini bahwa semua staff


keperawatan harus memotivasi pasien untuk dapat
melakukan keperawatan mandiri dan tidak tergantung
kepada oranglain.

6. Perawat RSU Wlingi meyakini bahwa semua pasien


mendapatkan perawatan berkesinambungan secara
professional yang dapat dipertanggungjawabkan
melalui dokumentasi yang baik danakurat.

7. Perawat RSU Wlingi meyakini bahwa pendidikan


berkelanjutan adalah komponen penting untuk
pengembangan pelayanankeperawatan.

b. Tujuan organisasi

Tujuan ruang Bougenville

1. Terlaksananya pelayanan keperawatan yang


profesional berdasarkan kebutuhan pasien yang
menerapkan ilmu keperawatan serta mengutamakan
keselamatan pasien

2. Terselenggaranya pelayanan perawatan yang mengikuti


perkembangan IPTEK keperawatan

3. Terciptanya suasana kerja yang harmonis

4. Terpeliharanya sarana prasarana yang mendukung


pelayanan perawatan

5. Tersedianya sumber daya manusia yang berkualitas


melalui pelatihan dan pendidikan

6. Terselenggaranya kerjasama yang hamonis dengan unit


terkait di RSUD Wlingi

7. Terciptanya motivasi kerja dalam rangka mencapai


kepuasan pelanggan

Tujuan keperawatan

1. Terlaksananya pelayananan keperawatan secara


komprehensif berdasarkan ilmu dan seni
keperawatan dan mengutamakan keselamatan
pasien

2. Terlaksananya pemeliharaan dan peningkatan


pelayanan keperawatan yang bermutu dengan
melibatkan pasien dan keluarganya

3. Terlaksanana pengembangan sistem pemberian


pelayanan keperawatan yang bermutu dengan
melibatkan pasien dan keluarganya

4. Terlaksananya peningkatan kemampuan SDM


pelayanan keperawtan yang bermutu melalui
pelatihan dan pendidikan formal

5. Terlaksananya pemantauan terhadap pemakaian,


pemeliharaan, sarana, prasarana dan peralatan
kesehatan serta uji fungsi (kalibrasi) secara teratur
dan berkala

6. Terlaksananya penerapan perilaku caring dalam


memberikan pelayanan keperawatan

7. Terlaksananya pemberian reward dan punishment


perawat

Keterkaitan tujuan keperawatan dengan rumah sakit

Meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan


memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan Standar
Asuhan Keperawatan.
c. Kebijakan dan produser organisasi

Kebijakan langsung dibuat atau ditentukan oleh


badandiklit.
d. Peraturan
organisasi

Peraturan langsung dibuat atau ditentukan oleh


badandiklit.

2. Kegiatan Pokok dan Rincian Kegiatan

1. Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur

- Belanja pendidikan, bimtek, seminar, workshop, simposium,


K3

2. Meningkatkan kepuasan pasien rawat inap

a. Peningkatan sarana dan prasarana Ruang Jantung Paru

- Pengusulan penyediaan ATK

- Pengusulan belanja alat listrik dan elektronik

- Pengusulan pengadaan alat kantor (komputer dan printer)

- Pengusulan perlengkapan dan peralatan rumah tangga

- Pengusulan belanja perlengkapan alat tenun

- Pengusulan pengadaan mebelair

- Pengusulan pengadaan alat kesehatan dan sparepart alat


kesehatan

- Pengusulan pembangunan sputum boot dan gudang

- Pengusulan pemeliharaan (gedung, mebelair, alat


kesehatan)

b. Kegiatan peningkatan asuhan keperawatan

- Penilaian instrumen (asuhan keperawatan, kepuasan


pasien, kepatuhan terhadap SPO)

- Penilaian kinerja perawat (kehadiran, pelanggaran,


kepuasan)

- Penilaian SPM (Standar Pelayanan Minimal)

- Penilaian PMKP (IAM, IAK, IAKP)

3. Program K3 Ruang Bougenville


a. Review penggunaan APAR

b. Terlaksananya penjadwalan siaga bencana Rumah Sakit


di Ruang Bougenville secara rutin

c. Pengelolaan B3

d. Pengembangan managemen tanggap darurat

e. Pemeriksaan kesehatan karyawan Bogenville

f. Penggunaan APD

4. Program PPI Ruang Bougenville

a. Pelaksanaan program Hand Hygine

b. Pelaksanaan program pengelolaan limbah tajam,


infeksius, non infeksius, cairan tubuh

c. Pelaksanaan program pemakaian Alat Pelindung Diri


(APD)

d. Pelaksanaan program kebersihan pernafasan (etika


batuk/bersin)

e. Pelaksanaan program pemrosesan peralatan perawatan


pasien (teknik dekontaminasi alat medis dan non medis)
ruangan

f. Pelaksanaan program manajemen linen dan laundry

g. Pelaksanaan program Kesehatan dan Perlindungan


Karyawan

h. Pelaksanaan program isolasi pasien

i. Pelasanaan program teknik menyuntik yang aman

j. Pelaksanaan program surveilans HAIs

k. Surveilans ISK (Infeksi Saluran Kencing)

l. Surveilans ILO (Infeksi Luka Operasi)

m. Surveilans HAP (Hospital Auired Pneumonia)

n. Surveilans plebitis dan dekubitus

o. IADP (Infeksi Aliran Darah Primer)

p. Angka kejadian dekubitus pada pasien tirah baring


q. Melakukan pengawasan terhadap peralatan yang
kadaluwarsa

r. Melakukan pengawasan dalam penanganan pembuangan


produk darah dan komponen darah

s. Pelaksanaan program pendidikan dan pelatihan

5. Program PMKP

a. Pemantauan Pelaksanaan kegiatan Keselamatan Pasien


(SKP) dan evaluasi insiden Keselamatan Pasien

b. Pemantauan sasaran dan indikator mutu pelayanan


rumah sakit serta penetapan area prioritas

c. Pelaksanaan RCA dan FMEA

d. Pelaksanaan Clinical Pathway

e. Pelaksanaan manajemen resiko

f. Pendidikan dan pelatihan staf

6. Program Orientasi

a. Program orientasi pegawai baru

b. Program orientasi mahasiswa praktek

c. Program orientasi pasien baru

d. Program orientasi tenaga magang


3.2 Fungsi Pengorganisasian
1. Struktur Organisasi Instalasi Rawat Inap Bougenville Rsud Ngudi Waluyo Wlingi

KEPALA BIDANG KEPERAWATAN Ka. INSTALASI RAWAT INAP

Ka Sub Bid KETENAGAAN & Ka Sub Bid PENILAIAN


Ka UPP RAWAT INAP
LOGISTIK KEPERAWATAN ETIKA & MUTU ASKEP

KEPALA RUANGAN

WAKIL KEPALA RUANGAN

ADMINISTRASI

KOORD ALAT KOORD KOORD OBAT KOORD KOORD MUTU KOORD PPIRS KOORD KOORD
MEDIS PKMRS INVENTARIS ASKEP PELAPORANKEBERSIHAN
Ket:

: garis koordinasi
:garis komand
1. Uraian Tugas Dan Tanggungjawab Kepala Ruangan

Adapun tugas Kepala Ruangan sebagaimana pada tabel


dibawah ini yaitu sebagai berikut:
Tabel Uraian Tugas dan Tanggung Jawab Kepala Ruangan

N Uraian Tugas Dan Tanggung Jawab Kepala


Dilakukan
o Ruangan

Menyusun program kerja tahunan di ruang wilayah


1 100 %
tanggung jawabnya

Menyusun rencana kebutuhan SDM perawat dan


2 100 %
tenaga lain meliputi jumlah kualifikasinya

Menyususn dan mengusulkan pengembangan SDM


3 100 %
perawat dan tenaga lain diwilayah tanggung jawabnya

Menyusun kebutuhan alat-alat: Alat medis, alat tenun,


4 alat tulis kantor dan alat rumah tanggan meliputi jumlah 100 %
dan spesifikasinya

Menyusun usulan perbaikan dan pemeliharaan alat


5 medik dan keperawatan serta sarana dan prasarana di 100 %
ruang perawatan

6 Menyusun jadwa dinas dan jadwal cuti 100 %

Mengatur dan mengkoordinasikan pelaksanaan


7 asuhan keperawatan di ruang rawat dengan unit yang 100 %
terkait di ruang rawat

Melaksanakan program orientasi bagi pegawai


8 100 %
baru/peserta didik/pelatihan

Mengatur pelaksanaan program bimbingan bagi


9 100 %
pegawai baru/peserta didik/peserta latihan

Mengadakan pertemuan berkala dengan pelaksana


10 perawatan dan tenaga lain yang berada di wilayah 100 %
tanggung jawabnya

Mengelompokkan pasien dan mengatur


penempatannya di ruang rawat menurut kegawatan
11 100 %
infeksi dan non infeksi untuk mempermudah
memberikan asuhan keperawatan

Mengatur dan mengkoordinaikan penyediaan,


penggunaan, penyimpanan dan pemeliharaan alat-alat
12 100 %
keperawatan, alat medis, obat dan bahan yang
diperlukan agar dalam kondisi siap pakai
Memelihara kebersihan dan ketertiban ruang
13 100 %
perawatan koordinasi dengan ruang terkait

14 Meneliti pengisian sensus harian pasien di ruangan 100 %

Memeriksa dan meneliti daftar permintaan makanan


15 0%
berdasarkan macam dan jenis makanan pasien

Melaksanakan bimbingan dan pembinaan dalam


16 kepatuhan terhadap SPO, standart pelayanan 100 %
keperawatan

Mengoordinasikan pelaksanaan pengendalian mutu


17 100 %
pelayanan keperawatan dan pasien safety

18 Mengatur pelaksanaan operan dinas 100 %

Melakukan supervisi pelaksanaan asuhan


19 100 %
keperawatan

20 Menyusun laporan pelayanan di ruang rawat 100 %

21 Menyusun laporan kegiatan pelayanan di ruang rawat 100 %

Menyususn laporan pertanggung jawaban inventaris


22 100 %
dan bahan habis pakai

23 Menyusun laporan pasien safety 100 %

Rata-rata prosentase 96 %

Berdasarkan tabel diatas, didapatkan hasil bahwa Kepala Ruang


dalam menjalankan fungsi manajemen keperawatan dengan rata-rata
prosentase sebesar 96%, hasil tersebut nilai telah dilakukan dengan baik.
Namun terdapat hal terkait dengan pengawasan terhadap daftar
permintaan makanan berdasarkan macam dan jenis makanan pasien
yang masih belum dilakukan oleh kepala ruangan.

2. Uraian Tugas dan Tanggung Jawab Ketua Tim

Ketua memiliki peranan penting dalam fungsi manajemen dalam


model Tim Modifikasi. Adapun tugas Ketua Tim sebagaimana pada tabel
dibawah ini yaitu sebagai berikut:
Tabel Uraian Tugas dan Tanggung Jawab Ketua Tim
No Dilakukan
Kegiatan
.

1 Melakukan kontrak dengan pasien dan keluarga pada 100%


awal masuk ruangan berdasarkan format orientasi
pasien dan keluarga
2 Melakukan pengkajian pada pasien baru atau 0%
melengkapi pengkajian yang sudah dilakukan PP pada
sore, malam atau hari libur

3 Menetapkan rencana asuhan keperawatan 100%


berdasarkan analisis standart renpra yang sesuai
dengan hasil pengkajian

4 Menjelaskan renpra yang sudah ditetapkan kepada PP 100%


dibawah tanggung jawab nya sesuai pasien yang
dirawat (pre-conference)

5 Menetapkan PP yang bertanggung jawab pada setiap 50%


pasien pada setiap giliran jaga (shift)

6 Melakukan bimbingan dan evaluasi (mengecek) pada 50%


PP dalam implementasi tindakan keperawatan, apakah
sesuai dengan SOP

7 Memontor dokumentasi yang dilakukan oleh PP 50%

8 Membantu dan memfasilitasi terlaksananya kegiatan 100%


PP

9 Melaksanakan tindakan keperawatan yang bersifat 100%


terapi keperawatan dan tindakan keperawatan yang
tidak dapat dilakukan PP

10 mengatur pelaksanaan konsul 100%

11 melakukan kegiatan serah terima pasien bersama 100%


dengan PP

12 mendampingi dokter visite pasien dibawah tanggung 100%


jawabnya (bila KATIM tidak ada visite didampingi oleh
PP sesuai timnya)

13 melakukan evaluasi asuhan keperawatan dan 100%


membuat catatan perkembangan pasien setiap hari

14 melakukan pertemuan dengan pasien dan keluarga 100%


untuk membahas kondisi keperawatan pasien

15 memberikan penkes pada pasien dan keluarga 50%

16 membuat perencanaan pulang sejak pasien dirawat 50%

Rata-rata prosentase 78%

Berdasarkan tabel diatas maka terdapat beberapa hal yang


menjadi perhatian diantaranya adalah Melakukan pengkajian pada pasien
baru atau melengkapi pengkajian yang sudah dilakukan PP pada sore,
malam atau hari libur yang masih belum dilakukan. Menetapkan PP yang
bertanggung jawab pada setiap pasien pada setiap giliran jaga (shift),
Melakukan bimbingan dan evaluasi (mengecek) pada PP dalam
implementasi tindakan keperawatan, apakah sesuai dengan SOP,
Memontor dokumentasi yang dilakukan oleh PP, emberikan penkes pada
pasien dan keluarga, membuat perencanaan pulang sejak pasien dirawat
yang persentasenya sebanyak 50%.

3. Uraian Tugas dan Tanggung Jawab Perawat Pelaksana


Perawat pelaksana yang secara langsung dibawahi oleh Ketua
Tim memiliki uraian tugas tersendiri dalam fungsi manajemen
keperawatan. Adapun tugas Perawat Pelaksana sebagaimana pada tabel
dibawah ini yaitu sebagai berikut:
Tabel Uraian Tugas Perawat Pelaksana

Dilakuka
No Uraian Tugas Perawat Pelaksana
n

1 Membaca renpra yang ditetapkan oleh KATIM dan meminta 50%


bimbingan kepada KATIM, bila ada hal yang belum jelas
2 Membina hubungan terapeutik dengan pasien dan keluarga, 81%
sebagai lanjutan kontrak yang sudah dilakukan KATIM
3 Menerima pasien baru (kontrak) dan memberian informasi 100%
berdasarkan format orientasi pasien dan keluarga jika
KATIM tidak ada ditempat
4 Melakukan tindakan keperawatan pada pasiennya 75%
berdasarkan renpra yang telah disusun oleh KATIM

1. Melakukan pengkajian keperawatan klien medikal


bedah dasar tanpa komplikasi
2. Menganalisa data dan menetapkan diagnosa
keperawatan, menyususn rencana asuhan
keperawatan yang menggambarkan intervensi pada
klien medikal bedah dasar tanpa komplikasi
3. Melakukan tindakan keperawatan pada klien
medikal bedah dasar tanpa komplikasi

5 Menggunakan komunikasi terapeutik 100%

Rata-rata prosentase (%) 81%

Berdasarkan tabel diatas, maka dapat dilaporkan bahwa pelaksanaan


Perawat Pelaksana dalam menjalankan fungsi manajemen keperawatan masih
belum optimal. Hal ini didukung dari beberapa temuan meliputi, Membaca renpra
yang ditetapkan oleh KATIM dan meminta bimbingan kepada KATIM, bila ada hal
yang belum jelas sebesar 50%. Membina hubungan terapeutik dengan pasien
dan keluarga, sebagai lanjutan kontrak yang sudah dilakukan KATIM dilakukan
sebesar 81%. Dan Melakukan tindakan keperawatan pada pasiennya
berdasarkan renpra yang telah disusun oleh KATIM sebesar 75%.

4. Tindakan Keperawatan

Operan

Operan adalah suatu timbang terima tugas dari shift satu


ke shift lain dengan waktu, isi dan strategi yang telah ditentukan.
Operan mengkomunikasikan secara tertulis dan lisan pada staf
keperawatan dan tim kesehatan lain yang memerlukan data klien
secara teratur.

Prosedur Pelaksanaan Timbang Terima Ruang Bougenvil RSUD


Ngudi Waluyo Wlingi, Kabupaten Blitar
No Prosedur Preosentase

Perawat jaga shift awal menyampaikan timbang 100%


1
terima ke shift berikutnya

Menyampaikan laporan situasi : namapasien, umur, 100%


2 diagnosa medis, diagnosa keperawatan, dan
keadaan pasien saat ini

Menyampaikan data pendukung dan riwayat 100%


3 pendukung berkaitan dengan kondisi pasien saat ini
termasuk tindakan yang sudah dilakukan

Menyampaikan kemungkinan masalah yang sedang 100%


4
terjadi pada pasien

Mengusulkan alternatif tindakan yang mungkin 100%


5
dilakukan

KETERANGAN:
Dari hasil wawancara kepada perawat pelaksana dan observasi
berdasarkan Standar Prosedur Operasional (SPO) ruangan yang dilakukan
selama 3 hari, didapatkan bahwa pelaksanaan timbang terima (operan) di
Ruang Bougenvil RSUD Ngudi Waluyo belum dilakukan secara optimal
terkait efisiensi waktu dan aspek-aspek apa saja yang perlu disampaikan
terkait kondisi pasien. Di ruang Bougenvil dilakukan operan sebanyak 3
kali dalam sehari yang meliputi shift pagi, shift siang, dan shift malam.
Pre-Post Conference
Conference adalah diskusi kelompok tentang beberapa aspek klinik
dan kegiatan konsultasi. Pre conference adalah diskusi tentang aspek
klinik sebelum melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien. Post
conference adalah diskusi tentang aspek klinik sesudah melaksanakan
asuhan keperawatan pada pasien.
Tabel ceklist pelaksanaan pre-conference
No. Aspek Yang Diobservasi Presentase
1 Semua anggota tim hadir dalam diskusi awal (konferensi 100%
awal)

2 Memberi pengarahan kepada anggota tim tentang rencana 100%


asuhan pasien pada hari tersebutberdasarkan hasil
evaluasi kemarin dan kondisiklien yang dilaporkan oleh
dinas malam. Hal-hal yang disampaikan oleh PP meliputi
:

 Keadaan umum klien


 Keluhan klien
 Tanda-tanda vital dan kesadaran
 Hasil pemeriksaan laboratorium/diagnostic terbaru
 Masalah keperawatan
 Rencana keperawatan hari ini
 Perubahan terapi medis
 Rencana medis

3 Memberi penugasan kepada anggota tim bila ada pasien 100%


baru

4 Memberi kesempatan kepada anggota tim untuk bertanya 100%

5 Memberi penek-anan pada hal-hal yang perlu diperhatikan 100%

6 Memberi kesempatan pada pendidikan pasien 0%

7 Membahas pasien-pasien yang menjadi prioritas pada shift 100%


tersebut

8 Menanyakan kesiapan fisik, mental anggota dalam 0%


melakukan asuhan

9 Semua anggota tim menyepakati pertemuan diskusi akhir 100%

10 Mengucapkan selamat bekerja kepada anggota tim 100%

Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 29-31 Mei 2017


didapatkan pre, dan post conference dilakukan dan tetapi tidak
memiliki SPO (Standar Prosedur Operasional). Hasil wawancara
kepada perawat didapatkan selama ini perawat melakukan kegiatan
pre dan post conference sesuai kebiasaan yang sudah ada.
Ronde Keperawatan
Dari hasil wawancara dan observasi di Ruang Bougenvil
didapatkan jika perawat belum melakukan ronde keperawatan. Hal
ini disebabkan oleh banyaknya jumlah klien yang tidak sesuai dengan
beban kerja perawat.Diskusi kondisi klien hanya dlakukan antar
perawat-dokter pada saat setelah visite tetapi belum terlaksana ronde
keperawatan yang membahas kasus yang unik pada pasien dengan
multi disipilin ilmu
Observasi Ronde keperawatan
Tanggal
No Aspek yang Dinilai 29/05/2017 30/5/2017 31/05/2017
P S P S P S
A Persiapan
1 Membuat satuan acara ronde - - - - - -
untuk kegiatan bimbingan (dalam
bentuk tertulis)

2 Mempersiapakan tempat yang - - - - - -


cukup sesuai jumlah peserta
ronde
3 Mendapatkan data mengenai - - - - - -
kondisi pasien yang akan
dilakukan ronde keperawatan
serta meminta ijin pasien
4 Menyiapkan alat yang diperlukan - - - - - -
5 Mengatur lingkungan fisik untuk - - - - - -
ronde keperawatan sehingga
mudah dilihat dan didengar oleh
peserta
B Pelaksanaan
Ruang Perawat
6 Membuka kegiatan ronde - - - - - -
dengan mengucapkan salam
7 Menjelaskan tentang kegiatan, - - - - - -
waktu, tujuan ronde
keperawatan
8 Menjelaskan tentang hasil yang - - - - - -
diharapkan dari hasil ronde
9 Menjelaskan secara umum - - - - - -
pasiennya (data fokus, diagnosa
keperawatan, rencana tindakan,
catatan perkembangan, masalah
yang belum dipecahkan)
10 Mengajak peserta menuju ruang - - - - - -
pasien
Ruang Pasien
11 Mengucapkan salam, validasi - - - - - -
kontrak untuk ronde
keperawatan dan menanyakan
kondisi kepada pasien
12 Mereview masalah yang - - - - - -
dikeluhkan pasien, tindakan
keperawatan dan medis yang
sudah dilakukan serta
perkembangan kondisi pasien
13 Memberi kesempatan untuk - - - - - -
bertanya dan berdiskusi pada
peserta yang lain, keluarga/
pasien
14 Memberikan pujian pada pasien/ - - - - - -
keluarga atas kerjasamanya
dalam melaksanakan kegiatan
ronde keperawatan
C Evaluasi
Ruang Perawat
15 Mereview hasil diskusi di - - - - - -
ruangan pasien
16 Menyimpulkan kegiatan ronde - - - - - -
keperawatan
17 Memnberikan pujian pada - - - - - -
peserta
18 Rencana tindak lanjut setelah - - - - - -
kegiatan ronde keperawatan
19 Menutup kegiatan ronde - - - - - -
keperawatan
Total Nilai 0 0 0 0 0 0
Prosentase 0 0 0 0 0 0

Keterangan :
 : Dilakukan
: Tidak Dilakukan
KETERANGAN:

Dari hasil observasi selama 3 hari di Ruang


Bougenville RS. Ngudi Waluyo Wlingi perawat tidak
pernah melakukan ronde keperawatan. Saat melakukan
wawancara kepada perawat, perawat mengatakan bahwa
ronde keperawatan tidak pernah dilakukan karena
terbatasnya tenaga perawat dan kesibukan perawat.

RondeRuangan

Tanggal
No Aspek yang Dinilai 29/05/2017 30/05/2017 31/05/2017
P S P S P S
A Persiapan
1 Membuat satuan acara ronde untuk - - - - - -
kegiatan bimbingan (dalam bentuk
tertulis)
2 Mempersiapakan tempat yang - - - - - -
cukup sesuai jumlah peserta ronde
3 Mendapatkan data mengenai - - - - - -
kondisi pasien yang akan dilakukan
ronde keperawatan serta meminta
ijin pasien
4 Menyiapkan alat yang diperlukan - - - - - -
5 Mengatur lingkungan fisik untuk - - - - - -
ronde keperawatan sehingga
mudah dilihat dan didengar oleh
peserta
B Pelaksanaan
Ruang Perawat
6 Membuka kegiatan ronde dengan - - - - - -
mengucapkan salam
7 Menjelaskan tentang kegiatan, - - - - - -
waktu, tujuan ronde keperawatan
8 Menjelaskan tentang hasil yang - - - - - -
diharapkan dari hasil ronde
9 Menjelaskan secara umum - - - - - -
pasiennya (data fokus, diagnosa
keperawatan, rencana tindakan,
catatan perkembangan, masalah
yang belum dipecahkan)
10 Mengajak peserta menuju ruang - - - - - -
pasien
Ruang Pasien
11 Mengucapkan salam, validasi - - - - - -
kontrak untuk ronde keperawatan
dan menanyakan kondisi kepada
pasien
12 Mereview masalah yang dikeluhkan - - - - - -
pasien, tindakan keperawatan dan
medis yang sudah dilakukan serta
perkembangan kondisi pasien
13 Memberi kesempatan untuk - - - - - -
bertanya dan berdiskusi pada
peserta yang lain, keluarga/ pasien
14 Memberikan pujian pada pasien/ - - - - - -
keluarga atas kerjasamanya dalam
melaksanakan kegiatan ronde
keperawatan
C Evaluasi
Ruang Perawat
15 Mereview hasil diskusi di ruangan - - - - - -
pasien
16 Menyimpulkan kegiatan ronde - - - - - -
keperawatan
17 Memnberikan pujian pada peserta - - - - - -
18 Rencana tindak lanjut setelah - - - - - -
kegiatan ronde keperawatan
19 Menutup kegiatan ronde - - - - - -
keperawatan
Total Nilai 0 0 0 0 0 0
Prosentase 0 0 0 0 0 0

Keterangan :
 : Dilakukan
: Tidak Dilakukan
P : Operan
Malam ke
Pagi S :
Operan Pagi
ke Sore
KETERANGAN:

Dari hasil observasi selama 3 hari tanggal 29-31 Mei 2017


di Ruang Bougenville RS. Ngudi Waluyo Wlingi perawat tidak
pernah melakukan ronde ruangan. Saat melakukan wawancara
kepada perawat, perawat mengatakan bahwa ronde ruangan tidak
pernah dilakukan karena terbatasnya tenaga perawat dan
kesibukan perawat.
Orientasi Pasien Baru
Observasi Penjelasan Pada Pasien Baru
No Prosedur Presentase

1 Mengisi Identitas pasien 100%

Mengisi tanda centang pada pilihan kepada siapa 100%


2 orientasi diberikan

(Pasien, Keluarga, Lain – lain)

3 Memperkenalkan diri dan staf di ruangan 100%

Menjelaskan tentang fasilitas fisik yang ada diruangan 100%


4 ( Nurse Station, cara memanggil perawat, lokasi tempat
tidur, lokasi kamar mandi)

Menjelaskan tata tertib di ruangan

- Aktivitas harian bangsal (disertai diagram alur


- Kebersihan kamar mandi
100%
- Pengunjung dan jam kunjung (11.00 – 15.00,
17.00 – 19.00) 100%
- Pemakaian pakaian dari rumah
- Prosedur mengajukan keluhan 100%
- Prosedur pre dan post op
- Pelayanan makan
- Nomor telpon bangsal 33%
- Tidak diperbolehkan mengganggu pelayanan
pemberian obat oleh perawat 33%
- Prosedur cara menemui dokter untuk menanyakan
5 kondisi medis pasien 100%
- Penjelasan hak pasien
100%

33%

100%

100%

100%

6 Menjelaskan Manajemen keselamatan pasien

- Pencegahan jatuh
- Orang tidak dikenal
100%
- Penggunaan gelang identitas
- Pintu keluar jika terjadi kebakaran 33%
- Lokasi bahaya api
- Ijin bila meninggalkan bangsal 100%
- Hand hygiene 100%

100%

100%

100%

Menghimbau untuk menyimpan barang berharga 100%


7

8 Meminta tanda tangan penerima orientasi dan saksi 100%

Pada saat ada pasien baru, perawat selalu memberikan


edukasi mengenai hak dan kewajiban bagi pasien serta keluarga
pada saat akan di rawat di Ruang Bougenvil, namun ada
beberapa yang belum mencapai standart dan tidak dilakukan.
Segala macam edukasi yang diberikan perawat maupun dokter
secara individu akan didokumentasikan di CET (Catatan Edukasi
Terintegrasi).

Perencanaan Pulang

Pada saat ada pasien pulang, perawat sudah


mempersiapkan dan melengkapi berkas- berkas yang diperlukan
yang meliputi resume medis perawat dan dokter, surat kontrol
serta lembar instruksi pasien pulang. Saat berkas- berkas pasien
sudah lengkap, perawat melakukan edukasi secara individu
kepada pasien dan keluarga yang meliputi penyampaian tindakan
yang sudah dilakukan selama perawatan di Ruang Bougenvil, hal-
hal apa saja yang harus diperhatikan pada saat di rumah, dan
penyampaian waktu untuk melakukan kontrol.

Pendidikan Kesehatan

Saat dilakukan wawancara dengan kepala ruang Bougenvil,


untuk jadwal pendidikan kesehatan kelompok dilakukan 1 bulan
sekali. Di ruang Bougenvil sudah ada pembentukan PJ Pendidikan
Kesehatan untuk mengatur jalannya pendidikan kesehatan di
Ruang Bougenvil. Penjadwalan pendidikan kesehatan di Ruang
Bougenvil telah ditetapkan oleh tim PKRS. Untuk materi dan alat-
alat yang diperlukan untuk pendidikan kesehatan sudah disiapkan
oleh tim PKRS. Dari hasil observasi selama 3 hari di Ruang
Bougenville RS ngudi Waluyo Wlingi, pendidikan kesehatan
dilakukan sekali saat hari Rabu tanggal 30 Mei 2017 dengan tema
cuci tangan. Penyuluhan diberikan oleh salah satu perawat
pelaksana dan sasarannya merupakan pasien serta keluarga yang
ada pada tim tersebut. Sehingga, pasien dan keluarga pada tim
yang lainnya tidak mendapatkan pendidikan kesehatan tersebut.
Saat dilakukan wawancara dengan perawat, pendidikan kesehatan
pada pasien dilakukan secara kondisional jika dibutuhkan dan
biasanya topik penyuluhan mengacu pada tindakan umum yang
biasa dilakukan yaitu cuci tangan serta penyakit yang sering terjadi
pada pasien.
Sentralisasi obat

Sentralisasi obat di ruang Bougenvil dilakukan didalam depo


Farmasi, Ruang Bougenvil menjadi satu dengan ruang depo
Farmasi untuk ruang anggrek dan bougenvil. Jadi untuk sentralisasi
obat jadi lebih cepat dan praktis serta jika ada kekurangan obat
dapat segera diambilkan. Untuk obat High Alert disimpan didalam
depo farmasi.

Supervisi
Berdasarkan hasil wawancara dengan perawat ruangan
didapatkan keterangan jika kegiatan supervisi akan dilakukan setiap
saat. Supervisi dilakukan oleh kepala ruang kepada perawat
ruangan terkait tindakan keperawatan yang dijalankan apakah
sesuai berdasarkan Standar Prosedur Operasional (SPO) atau
belum. Namun, berdasarkan hasil observasi yang dilakukan selama
3 hari dari tanggal 29-31 Mei 2017, belum ada supervisi yang
dilakukan oleh kepala ruangan dan juga belum ada lembar
dokumentasinya.

Dokumentasi
Tindakan keperawatan yang sudah dilakukan maupun belum
dilakukan harusnya didokumentasikan pada lembar dokumentasi
yang sudah disediakan oleh rumah sakit. Di ruang Bougenvil sudah
mengaplikasikan dokumentasi tindakan keperawatan yang sudah
dilakukan. Hal- hal yang sudah didokumentasikan pada rekam medik
pasien meliputi pengkajian awal rawat inap, diagnosa keperawatan,
rencana asuhan keperawatan, implementasi, blue red. Namun
pendokumentasian juga harus dinilai kelengkapannya untuk
menghindari hal- hal yang tidak diinginkan dan dapat dipertanggung
jawab

3. Pengorganisasian Perawatan Pasien

MAKP
Metode yang diterapkan di Ruang Bougenville Rumah Sakit Ngudi Waluyo Wlingi
adalah model TIM

Kepala Ruangan

Ketua TIM 1 Ketua TIM 2

Perawat pelaksana
Perawat pelaksana

Klien Klien

Metode yang diterapkan di Ruang Bougenvile Rumah Sakit Ngudi


Waluyo Wlingi adalah model TIM yang mana secara struktural terdiri atas
kepala ruangan, selanjutnya perawat yang ada di ruangan dibagi menjadi
2 tim, yaitu tim I yang bertanggung jawab memberikan asuhan
keperawatan pada kamar Utara (Laki-laki) dan tim II pada kamar Selatan
(Perempuan). Masing-masing tim diketuai oleh perawat primer/ketua tim
yang didalamnya terdapat perawat pelaksana yang dibagi berdasarkan
jumlah perawat yang dinas. Dalam proses pendelegasian tugas,
wewenang dan tanggung jawab apabila ada perawat yang tidak masuk
maupun cuti sepenuhnya ditentukan oleh kepala ruangan dengan
mempertimbangkan kebutuhan dan ketersediaan tenaga keperawatan.
4. Pendokumentasian Proses Keperawatan

A. Anamnesa/Pengkajian
1. Tenaga medis mengisi asesmen dimulai dari keluhan saat ini
dengan kasiat PQRST, pemeriksaan fisik, data sosial budaya dan
spiritualserta hasil penunjang diagnostic
2. Bila tenaga medis belum lengkap dalam mengisi asesmen pasien
dapat dilakukan oleh tenaga perawat atau bidan yang harus 24
jam pertama atau sebaliknya bila belum lengkap oleh tenaga
perawat atau bidan dapat ditambahkan oleh tenaga medis
3. Anamsesa ulang untuk PPA mengisi pada masing-masing kolom
rekam medis:
Untuk PJP mengisis pada kolom profesi PJP yang diawali
dengan menulis A : baru mengisi asesmen, untuk tenaga perawat
atau bidan, nutrisionis dan farmasi diawali menulis S: sebagai data
subyektif hasil dari keluhan pasien dan O : sebagai data obyektif
dengan mengisi berdasarkan pemeriksaan fisik dan data diagnostik
B. Penegakkan Diagnosa
1. Setelah melakukan asesmen pasien maka tenaga
medismenegakkan diagnosa berdasarkan diagnosa berdasarkan
tanda dan gejala yang abnormal dari hasil pemeriksaan yang
ditulis dalam rekam medis yang sudah disediakan
2. Tenaga perawat menentukan diagnosa keperawatan berdasarkan
data yang menyimpang dari data normaldari data subyektif dan
data obyektif dengan kaidah patologi, etiologi dan symptom yang
ditulis dalam rekam medisi yang sudah disediakan.
3. Tenaga bidan menentukan diagnosa kebidanan berdasarkan data
yang menyimpang barinormal dari data subyektif dan data obyektif
dengan kaidah gravida, partus ke dan anak ke serta ditambah
dengan penyakit penyerta yang ditulis dalam rekam medis yang
disediakan
4. Diagnosa ulang ditulis dalam masing-masing kolom rekam medis
sesuai dengan PPA: DPJP diawali dengan menulis D, kemudian
tulis diagnose bisa tetap atau diagnose baru. Untuk tenaga
perawat/bidan, nutrisionis dan farmasi ditulis A: isi diagnose baru
atau tetap.
C. Perencanaan dalam asuhan
Perencanaan asuhan ditulis dalam kolom perencanaan yang
terintegrasi dari beberapa PPA profesi yaitu medis, perawat/bidan gizi
farmasi.
1. DPJP mengisi perencanaan terapi dalam bentuk intruksi
2. Perawat/bidan mengisi perencanaan dalam asuhan keperawatan
mandiri ditambah dengan kolaborasi dan koordinasi
3. Nutrisionis menyusun perencanaan dari hasil asesmen dan
intruksi medis tentang nilai gizi yang harus diberikan kepada
pasien
4. Farmasi menyusun perencanaan berdasarkan asesmen dan
instrusi medis dakam pemberian obat
5. Dalam pengisian perencanaan sebaiknya menggunakan kalimat
perintah.
6. Perencanaan lanjutan PPA mengisi pada masing-masing profesi:
DPJP mengisi “I” (instruksi) kemudian diisi apa yang
direncanakan. Untuk perawat atau bida, nutrision dan farmasi
diawali menulis “P” (plam) baru isi perencanaan lanjutannya.
D. Implementasi
Implementasi ditulis dalam kolom medis masing-masing profesi
tentang pengisian implementasi.
1. DPJP, perawat/bidan, nutrisionis dan farmasi mengisi
implementasi langsung diisikan dalam rekam medis setelah
selesai tindakan pada kolom implementasi dengan ditambah
waktu tindakan dan paraf sebagai bukti telah melaksanankan.
2. Penulisan implementasi sebaiknya menggunakan kalimat aktif.
E. Evaluasi
Pengisian evaluasi dalam rekam medis adalah hasil dari evaluasi
perencanaan dan implementasi yang sudah dilakukan oleh masing-
masing profesidan ditanyakan kembalike pada pasien dan keluarga
pasien tentang keluhan yang dirasakan sebagai data subyektif dan
diperiksa baik fisik maupun penunjang diagnostic sebagai data obyektif
kemudian PPA mendiskusikan:
1. DPJP penanggung jawab bersama PPA profesi perawat/bidan
nutrisionis dan farmasi mendiskusikan hasil perkembangan atas
tindakan yang telah dilakukan
2. Hasil diskusi ditulis dalam rekam medis dapat berupa asuhan
keperawatan dihentikan atau dilanjutkan dengan dibutuhkan
perencanaan baru
F. Memberikan Informasi Perkembangan Keadaan Pasien Kepada Pasien
Dan Keluarga
PPA memberikan informasi tentang perkembangan pasien
tersebut baik pada pasien maupun kepala keluarga, dilakukan bisa sambil
visite atau dipanggil keluarga pasiennya pada ruangan tertentu bila
informasi perlu dirahasiakan kepada pasien.

Dari pengkajian yang dilakukan mulai tanggal 29 – 31 Mei 2017,


didapatkan hasil sebagai berikut :
No Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Ketercapaian

1 Pengkajian 66%

2 Diagnosa Keperawatan 46%

3 Rencana Tindakan 62%

4 Implementasi 91%

5 Evaluasi 100%

6 Catatan Asuhan Keperawatan 97,5%

RERATA 77% (Cukup)

Nilai rerata Pendokumentasian Asuhan Keperawatan di ruangan


adalah 77% yang berada dalam kategori cukup. Dari ke-6 poin yang ada,
terdapat 3 poin yang berada dalam kategori cukup yaitu Pengkajian,
Diagnosa Keperawatan dan Rencana Tindakan. Pada poin Pengkajian
yang dinilai dari 8 berkas didapatkan 2 berkas lembar pengkajian rawat
inap tidak diisi sesuai pedoman dengan lengkap, 2 berkas lembar
pengkajian rawat inap tidak mencakup pengkajian secara holistik yang
meliputi bio-psiko-sosio-spiritual, 4 berkas lembar pengkajian rawat inap
tidak dikaji atau dilengkapi sejak pasien masuk sampai pulang, dan 2
berkas tidak menujukkan masalah dirumuskan berdasarkan kesenjangan
antara status kesehatan dengan norma dan pola fungsi kehidupan.
Pada poin Diagnosa Keperawatan yang dinilai dari 8 berkas
didapatkan 4 berkas diagnosa keperawatan tidak berdasarkan masalah
yang dirumuskan, 1 berkas diagnosa keperawatan tidak mencerminkan
PE/PES, dan hampir seluruhnya yaitu 7 berkas tidak merumuskan
diagnosa keperawatan aktual atau potensial yang ada pada pasien.
Pada poin Rencana Tindakan yang dinilai dari 8 berkas
didapatkan 2 berkas rencana tindakan tidak berdasarkan diagnosa
keperawatan, 4 berkas rencana tindakan tidak disusun menurut urutan
prioritas, 5 berkas rumusan tujuan dari rencana tindakantidak
mengandung komponen pasien/subjek perubahan, perilaku, kondisi
pasien dan atau kriteria, 1 berkas rencana tindakantidak mengacu pada
tujuan dengan kalimat perintah, terinci dan jelas, 3 berkas rencana
tindakan tidak menggambarkan keterlibatan pasien atau keluarga, dan 3
berkas rencana tindakan tidak menggambarkan kerjasama tim kesehatan
lain.
Selain dari ketiga poin di atas (Implementasi, Evaluasi, dan
Catatan Asuhan Keperawatan), berkas telah diisi dengan baik, jelas,
ringkas, dan sesuai dengan pedoman yang telah dibuat.
5. Jadual/Shift Dinas
a. Penanggung jawab shift

Penanggung jawab setiap shift adalah kepala ruangan. Namun


pada shift sore maupun shift malang penanggung jawab shift
didelegasikan kepada ketua tim yang telah dijelaskan lebih lanjutpada
fungsi pengarahan dan pengawasan.
b. Penjadwalan Dinas Perawat

Sistem penjadwalan dinas di Ruang Bougenvile dibagi


menjadi 3 shift, shift pagi 8 perawat yang terdiri dari karu, wakaru,
katim 1 katim 2, dan 4 perawat pelaksanan. Shift sore terdiri dari 3
perawat dengan 1 perawat sebagai penanggung jawab shift. Shift
malam ada 2 perawat.
c. Keterlibatan perawat pelaksana dalam pembuatan keperawatan
Pembuatan jadwal shift/dinas dilakukan sepenuhnya oleh
kepala ruang tanpa melibatkan perawat asosiate atau ketua tim. Hal
ini dilakukan untuk meningkatkan kerjasama antar pegawai.

6. Ketenagaan
a. Rencana kebutuhan tenaga
Menggunakan metode penghitungan menurut Depkes, yang
dijelaskan lebih lanjut pada kebutuhan perawat. Kepala Ruangan
Bougenville menghitung tingkat kebutuhan pasien setiap hari,
sedangkan tingkat kebutuhan tenaga dihitung setiap tahun dengan
metode perhitungan menurt Depkes. Hasil perhitungan yang telah
dilakukan dimasukkan kedalam laporan tahunan ruangan.
b. Penerimaan pegawai baru (rekruitment)
Kepala ruangan Ruang Bougenville menyerahkan sepenuhnya
penerimaan pegawai baru baik itu medis maupun non medis kepada
Bagian Kepegawaian Daerah (BKD) di rumah sakit.
c. Sistem seleksi
Ruang Bougenville tidak memiliki persyaratan untuk pegawai
(perawat). Kepala Ruang Bougenville mengatakan bahwa sistem
seleksi pegawai baru dilakukan oleh Bagian Kepegawaian Daerah
dengan system kridensial atau pun uji kompetensi.
d. Penempatan
Ruang Bougenville masih belum bisa melakukan penempatan
tenaga kerja (perawat) sesuai dengan keahlian masing-masing di
bidangnya. Karena perawat Ruang Bougenville memiliki keahlian
yang hampir sama dan bersifat umum dan menyeluruh, dalam arti
perawat tidak menekuni hanya satu bidang khusus untuk dikuasai.
e. Orientasi ruangan
A. Latar Belakang

Orientasi merupakan kegiatan yang di laksanakan dengan


maksud untuk memperkenalksn tenaga kerja baru dengan tenaga
kerja lama atau manajemen secara menyeluruh sesuai dengan
hirarki dalam instansi rumah sakit. Orientasi juga merupakan
proses untuk mengetahui dan mengenal tempatnya dan totalitas
hubungan dengan pekerjaan dan berbagai macam kebijakan yang
harus ditaati oleh tenaga kerja baru. Sehingga tenaga baru
mempunyai gambaran yang jelas tentang bidang kerja dan ruang
lingkupnya serta mempermuddah dalam proses penyesuaian diri
terhadap lingkungan kerjanya di Rumah Sakit Ngudi Waluyo.
Program orientasi bagi tenaga baru, termasuk yang di
pindah tugaskan dari instansi lain atau unit baru diharapkan dapat
mengatasi berbagai isu yang muncul dan membantu yang
bersangkutan lebih cepat menyesuaikan diri dalam memenuhi
tanggung jawab dan akuntabilitas mereka terhadap tugas yang di
bebankan kepada mereka.
B. Tujuan dan Manfaat
1. Tujuan Umum
a. Memperkenalkan tenaga baru dengan ruang lingkup
kerja yang baru
b. Tenaga baru memahami tugas, kewajiban dan
wewenangnya
c. Memberikan motivasi untuk meningkatkan produktifitas
kerjanya
d. Untuk meningkatkan motivasi tenaga baru
2. Tujuan Khusus
a. Terciptanya suasana kerja yang kondusif sehingga
tenaga baru dapatt bekerja sesuai dengan tugas dan
fungsinya
b. Memahami jenis-jenis kegiatan dan pelaporan di ruang
Bougenvile
c. Meningkatkan kemampuan kinerja klinis dalam
memberikan asuhan keperawatan dan pelayanan
prima sesuai dengan SOP dan SAK
d. Meningkatkan pemahaman pentingnya meningkatkan
dan menjalin hubungan yang profesional dengan
sejawat dan tim kesehatan lainnya

C. Sasaran
1. Tenaga baru rumah sakit yang melaksanakan orientasi di
ruanga Bougenvile
2. Tenaga baru yang dipindah tugaskan dari instansi atau unit
lain

D. Langkah-langkah
1. Menginventaris kebutuhan orientasi (sistem pengorganisasian
dan tata ruang, fasilitas dan peralatan yang tersedia,
perkenalan dengan semua staf di ruangan, tugas dan
tanggung jawab serta wewenangnya dalam ruangan, prosedur
administrasi, atau tindakan klinis keperawatan yang berlaku di
ruangan serta dokumen pendukung, model penugasan, kata
kerja dan hal-hal lain yang berlaku)
2. Membuat jadwal orientasi
3. Menyampaikan materi orientasi
4. Melakukan pendampingan dalam kegiatan awal pelayanan
5. Melakukan evaluasi

E. Pelaksanaan dan Alokasi Waktu


Orientasi dilakukan petugas baru yang sedang
melaksanakan orientasi di ruangan Bougenvile. Sedangkan untuk
tenaga baru yang di tempatkan di ruangan tersebut secara efektif
selama 1 bulan mengikuti shift pagi.
Jadwal orientasi tenaga baru sebagai berikut:
Waktu Tugas Keterangan
Hari 1 Pengenalan karyawan, kantor perawat, ruang Oleh Ka Ru
pasien, fasilitas yang ada di ruang rawat,
tujuan keperawatan dan tujuan ruangan,
struktur organisasi dan uraian tugas
Hari 2 Metode penugasan, perhitungan tenaga, Oleh Ka Ru
juknis SAK, SAK keperawatan, SPO tindakan
keperawatan, indikator mutu pelayanan
keperawatan
Hari 3 Berbagai jenis pelaporan yang ada di ruang Oleh Ka Ru
perawatan, laporan insiden keselamatan
pasien, SPO ketenagaan, ha dan kewajiban
pasien, hak dan kewajiban perawat
Hari 4 Etika perawat, kriteria pelanggaran eti, alur Oleh Ka Ru
penanganan masalah etik, managemen obat
Hari 5 Perawat baru di berikan kasus kelolaan untu Oleh Ka Ru
di kerjakan
Hari 6 Evaluasi hasil orientasi Oleh Ka Ru
F. Hasil Kegiatan
Evaluasi Hasil Orientasi Tenaga Perawat
Kualifikasi Nilai
Bobo
No Kemampuan Yang Dimiliki 55- 65- 75- 85- Ket
t Nilai
64 74 84 100
A Pengetahuan
1. Visi dan tujuan ruangan
2. Struktur organisasi
ruangan
3. Alur pelayanan diruangan
4. Metode penugasan di
ruangan dan tatalaksana
kerja di ruangan
5. Pengelolaan obat dan alat
B Keterampilan
1. Pengelolaan jalan nafas
dan pernafasan
a. Memberikan nebulizer
b. Melakukan suction
c. Memberikan bantuan
O2 sesuai kebutuhan
(nasal, masker,
NRBM)
d. Resusitasi
2. Melakukan pemeriksaan
dan anamnese
3. Melakukan injeksi (IC, IV,
IM, SC)
4. Memasang infus
5. Memasang DC
6. Memasang NGT
7. Melakukan ECG
8. Melakukan rawat luka
9. Melakuan pembidaian
C Sikap
1. Disiplin
2. Mudah dihubungi
3. Tanggung jawab
4. Kerjasama tim
5. Komunikasi
6. Tanggap
7. Hasil kerja
8. Inisiatif/prakarsa
9. Kemampuan profesional
Penilaian Rentang Nilai
Amat Baik 85-100
Baik 75-84
Cukup 65-74
Kurang 55-64
3.3 Fungsi Pengarahan dan Pengawasan
a. Komunikasi
Komunikasi yang diterapkan dalam Ruang Bougenville ada dua
jenis komunikasi yaitu jenis komunikasi botton-up dan up-down.
Antar tenaga keperawatan di Ruang Bougenville tergabung
dalam group di media sosial. Hal ini memiliki keutungan dari
penyampaian informasi dan hambatan selama kinerja lebih cepat dan
akan bisa didiskusikan antar tenaga kesehatan yang lainnya. Selain itu
dengan adanya media sosial mempermudah dalam proses berbagi
masalah pasien terkini dan jika ada hambatan terkait kinerja bisa di
sampaikan ke petugas lain dengan cepat.
Ruang Bougenville menerapkan pertemuan satu bulan 2x
sebagai bentuk perencanaan dan penyusunan program kerja ruangan.
Pada minggu ke-2 terdapat pertemuan dengan kasi bidang pelayanan
sementara pada minggu ke-4 biasanya terdapat pertemuan internal
ruangan. Pertemuan yang dilakukan juga mungkin dilakukan lebih
sering tergantung dengan situasi dan kondisi apakah ada hal-hal yang
bersifat sangat mendesak dan perlu dilakukan penyelesaian masalah.
Kegiatan pertemuan rutin bulanan yang dilakukan tidak mengalami
hambatan sejauh ini.
Pertemuan yang bersifat kondisional terkadang mempunyai
hambatan dari segi hal-hal yang tidak terduga. Faktor yang biasa
menjadi penghambat dalam pertemuan kondisional adalah dari segi
kesibukan perawat di ruang, adanya undangan tertentu dan kondisi
perawat yang sedang libur.
Dokter PPDS setiap hari akan melakukan visite untuk
mengobservasi kondisi klien. Dokter memberikan resep dan terapi
untuk klien. Dokter juga akan memberikan delegasi tindakan kepada
perawat yang bertugas. Karena RSUD Wlingi merupakan RS
pendidikan dan akan memperpanjang status tersebut, dokter PPDS
pasti akan ada setiap hari di ruangan. Hal ini memudahkan perawat
yang akan melakukan konsultasi hasil foto thorax, USG atau CT Scan.
Jika pada saat itu dokter betul-betul tdk ada, perawat sdh memiliki grup
sosmed sendiri dengan dokter bedah baik digest, ortho ataupun bedah
plastik untuk memediasi konsultasi agar lebih mudah.
b. Motivasi
Teori Maslow dalam Reksohadiprojo dan Handoko (1996),
membagi kebutuhan manusia sebagai berikut:
1) Kebutuhan Fisiologis
Kebutuhan fisiologis merupakan hirarki kebutuhan manusia
yang paling dasar yang merupakan kebutuhan untuk dapat hidup
seperti makan,minum, perumahan, oksigen, tidur dan sebagainya.
2) Kebutuhan Rasa Aman
Apabila kebutuhan fisiologis relatif sudah terpuaskan,
maka muncul kebutuhan yang kedua yaitu kebutuhan akan rasa
aman. Kebutuhan akan rasa aman ini meliputi keamanan akan
perlindungan dari bahaya kecelakaan kerja, jaminan akan
kelangsungan pekerjaannya dan jaminan akan hari tuanya pada
saat mereka tidak lagi bekerja.
3)Kebutuhan Sosial
Jika kebutuhan fisiologis dan rasa aman telah terpuaskan
secara minimal, maka akan muncul kebutuhan sosial, yaitu
kebutuhan untuk persahabatan, afiliasi dana interaksi yang lebih
erat dengan orang lain. Dalam organisasi akan berkaitan dengan
kebutuhan akan adanya kelompok kerja yang kompak, supervisi
yang baik, rekreasi bersama dan sebagainya.
4) Kebutuhan Penghargaan
Kebutuhan ini meliputi kebutuhan keinginan untuk
dihormati, dihargai atas prestasi seseorang, pengakuan atas
kemampuan dan keahlian seseorang serta efektifitas kerja
seseorang.
5) Kebutuhan Aktualisasi diri
Aktualisasi diri merupakan hirarki kebutuhan dari Maslow
yang paling tinggi. Aktualisasi diri berkaitan dengan proses
pengembangan potensi yang sesungguhnya dari seseorang.
Kebutuhan untuk menunjukkan kemampuan, keahlian dan
potensi yang dimiliki seseorang. Malahan kebutuhan akan
aktualisasi diri ada kecenderungan potensinya yang meningkat
karena orang mengaktualisasikan perilakunya. Seseorang yang
didominasi oleh kebutuhan akan aktualisasi diri senang akan
tugas-tugas yang menantang kemampuan dan keahliannya.
Teori Maslow mengasumsikan bahwa orang berkuasa
memenuhi kebutuhan yang lebih pokok (fisiologis) sebelum
mengarahkan perilaku memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi
(perwujudan diri). Kebutuhan yang lebih rendah harus dipenuhi
terlebih dahulu sebelum kebutuhan yang lebih tinggi seperti
perwujudan diri mulai mengembalikan perilaku seseorang. Hal
yang penting dalam pemikiran Maslow ini bahwa kebutuhan yang
telah dipenuhi memberi motivasi. Apabila seseorang
memutuskan bahwa ia menerima uang yang cukup untuk
pekerjaan dari organisasi tempat ia bekerja, maka uang tidak
mempunyai daya intensitasnya lagi. Jadi bila suatu kebutuhan
mencapai puncaknya, kebutuhan itu akan berhenti menjadi
motivasi utama dari perilaku. Kemudian kebutuhan kedua
mendominasi, tetapi walaupun kebutuhan telah terpuaskan,
kebutuhan itu masih mempengaruhi perilaku hanya intensitasnya
yang lebih kecil.
Cara motivasi yang dilakukan di ruang Bougenville adalah
memberikan kesempatan bagi para perawat dengan mengikuti
pelatihan dan juga adanya peningkatan di bidang alih jenjang
yang di anjurkan kepada perawat yang bekerja di ruang
Bougenville untuk meningkatkan kualitas dan profesionalitas kerja.
Di ruangan belum pernah ada motivation training tetapi ada
kegiatan seperti outbond untuk team building.
Saat ini sistem pemberian reward dan punishment
memang pernah dilakukan tapi belum tersusun secara baku.
Pemberian reward dipandang menjadi salah satu upaya
peningkatan kinerja perawat dalam dunia kerja. Pemberian
punishment dilakukan sebagai upaya menciptakan rasa tanggung
jawab dan peningkatan kualitas sebagai profesional keperawatan.
Setiap tindakan salah yang dilakukan oleh perawat akan merusak
citra dari rumah sakit sehingga akan mengurangi tingkat kepuasan
dari klien. Hal ini yang melatar belakangi di ruang Bougenville
selalu memberikan aturan yang jelas dan tegas terhadap kinerja
setiap tenaga kesehatan.
c. Supervisi
Kepala ruangan memiliki jadwal kerja 6 hari kerja dan jika tidak
ada halangan hadir di rumah sakit kepala ruangan akan langsung masuk
dalam proses perawatan langsung ke pasien. Kepala ruangan tidak
memiliki jadwal khusus untuk melakukan supervisi kepada setiap stafnya
dan belum memiliki check list supervisi.
d. Pendelegasian
Kepala ruangan akan melakukan pendelegasian kepada perawat
yang memiliki kompetensi memimpin dan mampu mengganti sementara
posisi kepala ruangan yang berhalagan hadir. Prosedur pendelegasian
tugas karu jika berhalangan, akan diserahkan kepada wakil kepala
ruangan. Pendelegasian akan dilakukan sehari sebelum hari H, sehingga
wakil kepala ruangan yang mendapat pendelegasian sudah siap sesuai
peran dan tugas pendelegasiannya.
e. Mekanisme penyelesaian masalah
Konflik yang terjadi di Ruang Bougenville bersifat accidental dan
diselesaikan secara kekeluargaan. Apabila ada kasus dan masalah
diselesaikan secara internal, menggunakan teknik penyelesaian konflik
secara kompromi atau negosiasi secara bersama-sama.

3.4 Fungsi Pengendalian


a. Penampilan Kinerja
Penampilan kerja perawat dinilai secara langsung oleh kepala
ruangan dengan menggunakan form atau lembar Daftar Penilaian
Pelaksanaan Pekerjaan (DP3) yang dilakukan setiap akhir tahun.
Indikator yang dinilai yaitu :
- Kesetiaan
- Prestasi
- Tanggung jawab
- Ketaatan
- Kejujuran
- Kerjasama
- Prakarsa
- Kepemimpinan
Hasil dari penilaian berupa skor-skor dan penilaian
dilaksanakan berdasarkan posisi atau jabatan masing-masing
perawat. Penilaian kinerja ini nantinya dilaporkan kepada Ka.Bidang
keperawatan. Penilaian kinerja perawat di ruang Bougenville
dilakukan dengan tujuan agar kualitas kinerja para perawat terjaga
dan tetap berada di atas rata-rata sehingga dapat meningkatkan
kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan yang diberikan.
Instrumen yang digunakan untuk penilaian kinerja perawat adalah
format instrumen yang sudah tersedia di rumah sakit yaitu berupa
lembar observasi yang meliputi penilaian intelektual, kognitif, afektif
dan psikomotor. Penilaian dilakukan secara menyeluruh agar
menjaga kualitas dan profesionalisme kerja.
Hasil penilaian kinerja perawat di ruang Bougenville
bersinergis dengan program yang dirancang oleh manajemen rumah
sakit. Rumah sakit selalu melakukan follow-up terkait dengan upaya
peningkatan kualitas dan profesionalisme kerja para perawatnya.
Selama semester ini diperoleh hasil penilaian kinerja perawat berada
pada kategori diatas rata-rata atau dikatakan diatas 75%.
b. Pengendalian Mutu

Mutu adalah terbebas dari kerusakan atau catat guna


memuaskan kebutuhan pelanggan adapun standart mutu adalah
meliputi input proses dan output. Adapun output (mutu) meliputi
pasien safety dan kepuasan pelanggan.

Indikator Mutu Klinik

RSUDNgudi Waluyo Wlingi telah menerapkan upaya


penjaminan mutu perawatan pasien dimana terdapat beberapa aspek
penialaian penting yang terdapat di dalamnya diantaranya

a. Pengendalian infeksi nosocomial

Indicator penilaian Inos antara lain :

1. Plebitis
Dari observasi yang dilakukan selama 3 hari mulai dari
tanggal 29 - 31 Mei 2017 ditemukan 2 pasien mengalami
phlebitis pada daerah yang diinfus.
2. IDO
Dari observasi yang dilakukan selama 3 hari mulai tanggal
29 - 31 Mei 2017 tidak terjadi IDO
3. ISK
Dari observasi yang dialakukan selama 3 hari mulai dari
tanggal 29 - 31 Mei 2017 didapatkan bahwa dari 6 pasien
yang MRS menggunakan kateter sebanyak kurang lebih 5
pasien dan tidak terjadi ISK.
4. Pneumonia
Pneumonia tidak terjadi
Dari pengkajian yang telah dilakukan pengendalian infeksi
nosocomial dapat dilakukan dengan pelaksanaan five
moments hygiene dengan benar. Hasil yang telah dikaji
terkait dengan five moments hygiene perawat masih belum
terlaksana dengan baik.
Indikator Mutu Manajemen

1. Tingkat Kepuasan Pasien

Berikut akan di paparkan mengenai kepuasan


pasien terhadap kinerja perawat. Pelaksanaan evaluasi
menggunakan kuesioner yang berisi 22 soal berbentuk
pertanyaan pilihan. Pertanyaan pilihan mencakup
pemberian penjelasan orientasi ruangan, pemberian
penjelasan setiap prosedur tindakan dan sikap perawat
selama memberikan asuhan keperawatan. Jawaban pada
pertanyaan pilihan terdiri atas dua pilihan jawaban yaitu
“iya” dan “tidak”. Adapun indikator kepuasan klien terhadap
pelayanan keperawatan di nilai berdasarkan kuesioner
yang berjumlah 10 pertanyaan, masing masing pertanyaan
di beri nilai berdasarkan jawaban kemudian di total tiap-tiap
responden dan di jumlah secara keseluruhan.

Dari pengkajian yang dilakukan pada tanggal 29


Mei 2017 dengan responden sejumlah 7 orang pasien,
didapatkan hasil sebagai berikut : Dari 7 responden,
terdapat 5 orang (71,4%) mengatakan puas dengan
pelayanan keperawatan di Ruang Bougenville; 2 orang
(28,7%) mengatakan kurang puas dengan pelayanan
keperawatan di Ruang Bougenville dan tidak ada
responden (o%) yang mengatakan merasa tidak puas
dengan pelayanan keperawatan di Ruang Bougenville.
Tingkat kepuasan pasien rata-rata pada saat pengkajian
sebesar 85%. Nilai ini berada dalam kategori BAIK.
Kesimpulan : Pasien PUAS dengan kinerja perawat.
2. Standar Keselamatan Pasien (Patient Safety Goals)
Standar Keselamatan Pasien atau yang selanjutnya
disingkat SKP merupakan salah satu standar yang digunakan
RS untuk mencapai pelayanan paripurna. Standar ini meliputi 6
sasaran, yaitu :
- Ketepatan Identifikasi Pasien
- Peningkatan Komunikasi yang Efektif
- Peningkatan Keamanan Obat yang Perlu Diwaspaai (High-
Alert)
- Kepastian Tepat-Lokasi, Tepat-Prosedur, Tepat Pasien
Operasi
- Pengurangan Risiko Infeksi Terkait Pelayanan Kesehatan
- Pengurangan Risiko Pasien jatuh

Dari pengkajian yang dilakukan mulai tanggal 29 – 31


Mei 2017, didapatkan hasil sebagai berikut :

No Sasaran Keamanan Pasien Ketercapaian

1 Ketepatan Identifikasi Pasien 82 %

2 Peningkatan Komunikasi yang efektif 74.5%

3 Peningkatan Keamanan Obat yang Perlu 94%


Diwaspadai (High-Alert)

4 Kepastian Tepat-Lokasi, Tepat-Prosedur, 97%


Tepat –Pasien Operasi

5 Pengurangan Resiko Infeksi Terkait 80%


Pelayanan Kesehatan

6 Pengurangan Resiko Pasien Jatuh 68%

RERATA 82.5% (BAIK)

Nilai rerata Kepatuhan SKP di ruangan adalah 85%


yang berada dalam katgori baik. Dari ke-6 poin yang ada,
terdapat 2 poin yang berada dalam kategori cukup yaitu
Peningkatan Komunikasi yang Efektif dan Pengurangan Resiko
Pasien Jatuh.

3. Tingkat Kepuasan kerja Perawat


Tingkat kepuasan kerja perawat dapat dipengaruhi oleh
Model Kepemimpinan dalam ruangan, tingkat motivasi dan
supervisi serta tingkat insentif yang didapatkan oleh perawat
(Mayasari, 2009).
Dari 10 responden, 4 responden (40%) mengatakan
puas dengan kerja perawat; 6 responden (60%) mengatakan
cukup puas; dan tidak ada responden yang mengatakan kurang
puas. Skor tingkat kepuasan kerja perawat saat pengkajian
sebesar 37,9 yang berada dalam kategori CUKUP PUAS.

c. Pengembangan Standar Asuhan Keperawatan Dan Kinerja

Ruang Bougenville mempunyai beberapa rencana untuk


melakukan pengembangan standard asuhan keperawatan dan
kinerja untuk lebih meningkatan kualitas pelayanan keperawatan
yang optimal. Salah satu pengembangan standard asuhan
keperawatan yang akan dilakukan ialah akan menggunakan acuan
asuhan keperawatan dengan Nanda, NIC, dan NOC, karena di
ruang kemuning belum menggunakan standard acuan asuhan
keperawatan tersebut. Selama ini dalam memberi asuhan
keperawatan kepada pasien, ruang Bougenville menggunakan
Standard Operasional Prosedure (SOP) Pelayanan Keperawatan
Rumah Sakit Karsa HusadaBatu sebagai pedoman serta tolak ukur
mutu pelayanan yang diberikan sehingga seluruh staf keperawatan
harus melaksakan pelayanan sesuai standard yang telah
diterapkan. Ruang Bougenville sedang dalam proses dalam
mengembangkan standard asuhan keperawatan dengan
menggunakan acuan Nanda, NIC, dan NOC, namun dibutuhkan
sosialisasi kepada perawat senior untuk mengubah paradigma
mengenai tindakan asuhan keperawatan yang sesuai Nanda, NIC,
dan NOC.
Sedangkan dalam pengembangan standard asuhan kinerja
perawat yang dilakukan di ruang Bougenville adalah dengan
memberikan kesempatan bagi para perawat untuk mengikuti
pelatihan, in house training, serta program-program peningkatan
kualitas kerja lainnya. Ruang Bougenville juga mengupayakan
adanya peningkatan pendidikan di bidang alih jenjang yang di
anjurkan kepada perawat yang bekerja di ruang Bougenville untuk
meningkatkan kualitas dan profesionalitas kerja. Selain itu ruang
Bougenville juga sedang mengusahakan dalam pemberian reward
kepada perawatyang dipandang menjadi salah satu upaya
peningkatan kinerja perawat dalam dunia kerja Perawat-perawat di
ruang Bougenville juga sudah memiliki pengalaman pelatihan.
Pelatihan yang diikuti berdasarkan kebutuhan kompetensi yang
dibutuhkan di ruangan tersebut. Ruang Bougenville mengikuti SPO
dari rumah sakit.
Dari pengkajian yang dilakukan mulai tanggal 29 – 31 Mei
2017, didapatkan hasil sebagai berikut :
No Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Ketercapaian

1 Pengkajian 66%

2 Diagnosa Keperawatan 46%

3 Rencana Tindakan 62%

4 Implementasi 91%

5 Evaluasi 100%

6 Catatan Asuhan Keperawatan 97,5%

RERATA 77% (Cukup)

Nilai rerata Pendokumentasian Asuhan Keperawatan di ruangan


adalah 77% yang berada dalam kategori cukup. Dari ke-6 poin yang ada,
terdapat 3 poin yang berada dalam kategori cukup yaitu Pengkajian,
Diagnosa Keperawatan dan Rencana Tindakan. Pada poin Pengkajian
yang dinilai dari 8 berkas didapatkan 2 berkas lembar pengkajian rawat
inap tidak diisi sesuai pedoman dengan lengkap, 2 berkas lembar
pengkajian rawat inap tidak mencakup pengkajian secara holistik yang
meliputi bio-psiko-sosio-spiritual, 4 berkas lembar pengkajian rawat inap
tidak dikaji atau dilengkapi sejak pasien masuk sampai pulang, dan 2
berkas tidak menujukkan masalah dirumuskan berdasarkan kesenjangan
antara status kesehatan dengan norma dan pola fungsi kehidupan.
Pada poin Diagnosa Keperawatan yang dinilai dari 8 berkas
didapatkan 4 berkas diagnosa keperawatan tidak berdasarkan masalah
yang dirumuskan, 1 berkas diagnosa keperawatan tidak mencerminkan
PE/PES, dan hampir seluruhnya yaitu 7 berkas tidak merumuskan
diagnosa keperawatan aktual atau potensial yang ada pada pasien.
Pada poin Rencana Tindakan yang dinilai dari 8 berkas
didapatkan 2 berkas rencana tindakan tidak berdasarkan diagnosa
keperawatan, 4 berkas rencana tindakan tidak disusun menurut urutan
prioritas, 5 berkas rumusan tujuan dari rencana tindakantidak
mengandung komponen pasien/subjek perubahan, perilaku, kondisi
pasien dan atau kriteria, 1 berkas rencana tindakantidak mengacu pada
tujuan dengan kalimat perintah, terinci dan jelas, 3 berkas rencana
tindakan tidak menggambarkan keterlibatan pasien atau keluarga, dan 3
berkas rencana tindakan tidak menggambarkan kerjasama tim kesehatan
lain.
Selain dari ketiga poin di atas (Implementasi, Evaluasi, dan
Catatan Asuhan Keperawatan), berkas telah diisi dengan baik, jelas,
ringkas, dan sesuai dengan pedoman yang telah dibuat.

a) Standar Askep

Ruang Bougenville sudah memiliki standar


asuhan keperawatan secara spesifik dengan panduan
NIC NOC yang masih diujicobakan dan akan dievaluasi
hasil pengaplikasiannya apakah lebih efektif dan efisien.

b) Standar kinerja

Perawat-perawat di ruang Bougenville sudah


memiliki pengalaman pelatihan. Pelatihanyang diikuti
berdasarkan kebutuhan kompetensi yang dibutuhkan di
ruangan tersebut. Ruang Bougenville mengikuti SPO dari
rumah sakit, beberapa diantaranya adalah PPGD,
PPMKP, PPI, dan keselamatan kerja.

Pedoman standar prosedur operasional yang


digunakan untuk pelayanan di Ruang Bougenville adalah
tabel sebagai berikut:
No Daftar Standar Prosedur Operasional
1 SPO Mengukur Suhu Tubuh
2 SPO Menghitung Nadi
3 SPO Menghitung Frekuensi Pernafasan
4 SPO Mengukur Tekanan Darah
5 SPO Operasional Pemasangan EKG
6 SPO Menyiapkan Pasien Sebelum Operasi
7 SPO Mencukur Rambut, Gigi Palsu, Cat Kuku dan Kontak Lensa
8 SPO Perwatan Umum Paska Operasi
9 SPO Menyiapkan Tempat Tidur
10 SPO Memandikan Pasien Imobilisasi
11 SPO Oral Hygine
12 SPO Perawatan Luka Steril
13 SPOPerawatan Colostomy
14 SPO Perawatan Luka Gangren
15 SPO Perawatan Luka Decubitus
16 SPO Perawatan Luka Bakar
17 SPO Pemasangan Dower Kateter
18 SPO Perwatan Pasien Terpasang Dower Kateter
19 SPO Pelepasan Dower Kateter
20 SPOMembantu Pasien Makan
21 SPO pemasangan NGT
22 SPO Memberikan Makan Melalui NGT
23 SPO Pelepasan NGT
24 SPO Kumbah Lambung
25 SPO Persiapan Pasien Gastroskopi
26 SPO Memberikan Obat Peroral
27 SPO Memberikan Obat Sublingual
28 SPO Memberikan Obat Injeksi Intracutan
29 SPO Memberikan Obat Injeksi Subcutan
30 SPO Memberikan Obat Injeksi Intramuscular
31 SPO Memberikan Obat Injeksi Melalui Kanula
32 SPO Memberikan Obat Intravena Secara Drip
33 SPO Memberikan Obat Tetes Mata
34 SPO Memberikan Obat Tetes Telinga
35 SPO Memberikan ObatSalep
36 SPO Memberikan Obat Supositoria
37 SPO Pemberian Cairan Infus dan Penggantian Set Infus
38 SPO Menghitung Kecepatan Tetesan Infus
39 SPO Perawatan Pasien dengan Terapi Intra Vena
40 SPO Melepas Kanula Intra Vena
41 SPOMonitoring Tranfusi Darah
42 SPO Pemberian Tranfusi Darah dan Produk Darah
43 SPO Pelaksanaan Tramfusi Darah
44 SPO Pemantauan Pasien Tranfusi Darah
45 SPO Penanganan Penggunaan dan Pemberian Darah
46 SPO Tranfusi Darah
47 SPO Pelayanan Kebutuhan Darah Elektif
48 SPOMengukur Intake Ooutput dan Balance Cairan
49 SPO Mengkaji Status Hidrasi
50 SPO Pemberian Oksigen dengan Nasal Kanul
51 SPO Pemberian Oksigen dengan Simple Mask
52 SPO Pemberian Oksigen dengan Non Rebreathing Mask
53 SPO Pemberian Oksigen dengan Rebreathing Mask
54 SPO Nebulizer
55 SPOPemasangan Oropharingeal Tube
56 SPO Suction
57 SPO Latihan Nafas Dalam
58 SPO Latihan Batuk Efektif
59 SPO Perawatan Trakeostomi
60 SPO Perawatan WSD
61 SPO Claping dan Vibrasi
62 SPO Memberikan Posisi Supine
63 SPO Memberikan PosisiProne/Tengkurap
64 SPO Memberikan PosisiSIM
65 SPO Memberikan Posisi Dorsal Recumbent
66 SPO Memberikan PosisiSemifowler
67 SPO Memberikan PosisiFowler
68 SPO Memberikan Posisi Tredenburg
69 SPO Memberikan PosisiAntiTredenlenburg
70 SPO Mendampingi Pasien dan Keluarga dalam sakaratul maut

71 SPO Perawatan Pasien Koma


72 SPO Infus Pump
73 SPO Syringe Pump
74 SPO Operan Jaga Sift
75 SPO Membantu Pasien dalam ROM

Analisa Tindakan Berdasarkan SOP

Prosedur Perawatan Luka Ruang Bougenvil

RSUD Ngudi Waluyo Wlingi, Kabupaten Blitar

Observasi

No Persiapan Alat Presentase

Ya Tidak

Prosedur

1 Mencuci tangan 100%

2 Mengidentfikasi pasien 62,5% 37,5%

3 Meminta persetujuan dilakukan tindakan 100%

4 Menjaga privacy klien 100%

5 Mengatur posisi yang nyaman bagi klien untuk 100%


memudahkan daerah luka dpt dijangkau dengn
mudah

6 Pasang pengalas 75% 25%

7 Meletakkan bengkok atau kantong plastik di dekat 100%


klien

7 Mencuci tangan, memakai sarung tangan bersih 100%

8 Melepaskan plester, balutan atau ikatan 100%

9 Mengobservasi kulit klien untuk reaksi terhadap 100%


plester

Mengobservasi karakter, jumlah drainase pada 100%


balutan

10 Membuang balutan yang kotor ke dalam kantong 100%


sampah

11 Melepas sarung tangan dengan bagian dalamnya 100%


berada di luar. Bung pada tempat yang tepat

12 Mencuci tangan 100%

13 Menyiapkan plester baru, perban atau pengikat yg 100%


diperlukan

14 Meletakkan set balutan steri; pada menja tempat tidur 100%


atau sis klien, buka set steril

15 Membuka botol larutan dan tuangkan ke dalam 100%


baskom steril

16 Mencuci tangan dengan alkohol atau air bersih 100%

17 Menggunakan sarung tangan steril 100%

18 Menginspeksi luka, perhatikan kondisinya, tempat 100%


drain, integritas jahitan, penutupan kulit atau karakter
drainase

19 Membersihkan luka dengan larutan antiseptik yang 100%


direspkan atau normal saline. Pegang kasa yang
basah dengan pinset. Gunakan kasa lain untuk tiap
usapan. Bersihkan dari area yang kurang
terkontaminasi ke area yang paling terkontaminasi.
Ulangi membilas luka 2-3x, sampai luka terlihat bersih

20 Mengeringkan dengan menggunakan kasa 100%

21 Jika ada obat topikal yang sesuai indikasi, makan 100%


oleskan tipis obat secara merata pada luka sesuai
dengan indikasi obat

22 Memasang kasa langsung pada tepi luka. Bila luka 100%


dalam, kemas kasa secara perlahan dengan
menekuk tepi kasa dengan pinset

23 Memasang pelster, perban atau pengikat 100%

24 Merapikan alat-alat 100%

25 Membuka sarung tangan dan mencuci tangan 100%

26 Mengevaluasi respon pasien baik verbal maupun non 37,5% 62,5%


verbal

27 Menyusun rencana tindak lanjut : jadwal penggantian 100%


balutan yang akan datang dan rencana edukasi
kepada klien dan keluarga

28 Membersihkan peralatan, membereskan dan 100%


mengembalikan ke tempat semua

Pada kajian situasi yang telah dilakukan selama 3 hari, tanggal 29-31 Mei 2017,
terdapat 37,5% perawat yang tidak melakukan identifikasi pasien secara benar
saat akan melakukan perawatan luka, 25% perawat yang tidak memasang
pengalas, 100% yang tidak menuci tangan sebelum memakai sarung tangan
steril, dan 62,5% perawat yang tidak mengevaluasi respon pasien setelah
perawatan luka.

Prosedur Penandaan Operasi Ruang Bougenvil

RSUD Ngudi Waluyo Wlingi, Kabupaten Blitar

Observasi

Persiapan Alat Presentase

Ya Tidak

Spidol permanen 100%

Prosedur

Mengucapkan salam 100%

Meminta persetujuan dan memberi penjelasan kepada pasien 100%


dalam melakukan penandaan

“bapak/ibu/saudara, sesuai peraturan keselamatan pasien, saya


akan melakukan penandaan dengan menggunakan spidol
permanen berwarna hitam pada tubuh / lokasi yang akan
dioperasi. Tujuannya adalah untuk memastikan lokasi yang akan
dioperasi agar tidak keliru

Dokter yang akan melakukan operasi yang melakukan pemberian 100%


tanda dengan tanda garis diberi panah, pada daerah insisi atau
dekat daerah irisan ( ) untuk penandaan daerah wajah
menggunakan tanda stiker putih bertanda ( )

Pada pasien pra operasi mata, penandaan dilakukan dengan 100%


menggunakan stiker putih yang telah diberikan tanda ( ) dan
dilakukan pada atas alismata yang akan dilakukan operasi.

Penandaan dilakukan pada semua kasus termasuk sisi laterality

Penandaan selesai dilakukan 100%


Pada kajian situasi yang telah dilakukan selama 3 hari, tanggal 29-31 Mei 2017,
penandaan operasi dilakukan oleh dokter dan telah dilakukan 100% sesuai SPO.

Prosedur Pemberian Obat Injeksi IV Melalui Kanula

Ruang Bougenvil RSUD Ngudi Waluyo Wlingi, Kabupaten Blitar

Observasi

Prosedur Presentase

Ya Tidak

Mencuci tangan 20% 80%

Mengindentifikasi klien 100%

Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan dan tujuannya 100%

Mendekatkan alat-alat ke pasien 100%

Memasang skestel 100%

Melakukan prinsip 7 benar pemberian obat (benar pasien, 100%


benar obat, benar dosis, benar waktu, benar cara, benar
indetitas dan benar dokumentasi)

Menyiapkan obat dari ampul/vial dengan teknik aseptik 100%

Menentukan port injeksi pada infuset port Y atau IV kateter, 30% 70%
membersihkan port tersebut dengan alhol swab. Jika obat
tidak kompatibel dengan larutan infus primer, hentikan infus
primer untuk sementara

Memberikan obat pelan-pelan melalui port Y dengan cara 100%


memasukkan jarum yang spuitnys berisi obat melalui bagian
tengah port Y. Setelah menginjeksikan obat, lepaskan spuit

Jika klien terpasang IV kateter, pemberian obat bisa dilakukan 30% 70%
melalui IV kateter dengan cara :

a. Buka penutup IV katetr dan bersihkan port dengan


alkohol swab
b. Melepaskan jarum pada spuit dan hubungan langsung
dengan sistem IV
c. Memasukkan obat secara perlahan
d. Setelah obat dimasukkan/diinjeksikan, tutup kembali
IV kateter

Membereskan alat-alat yang telah digunakan 100%

Mengkaji respon pasien


Mencuci tangan

Mendokumentasikan di catatan perawatan (tanggal, waktu,


obat, rute)

Pada kajian situasi yang telah dilakukan selama 3 hari,


tanggal 29-31 Mei 2017, terdapat 80% perawat yang tidak
melakukan cuci tangan sebelum injeksi, 100% perawat yang
tidak memasang sketsel saat pemberian injeksi,dan sebanyak
70% perawat yang tidak membersihkan terlebih dahulu port
injeksi pada IV Kateter menggunakan alkohol swab sebelum
melakukan injeksi.
2. Money
a. Sistem Gaji dan Remunerisasi SDM
Sumber dana gaji pegawai di RS Ngudi Waluyo berasal dari
operasional RS Ngudi Waluyo Sendiri dan Pemda, dimana
prosentase pendapatan masing-masing pegawai diatur oleh
peraturan daerah.
Sistem penggajian yang digunakan di RS Wava Husada
adalah Merit System, dimana dengan system ini, jumlah gaji yang
diterima oleh masing-masing pegawai berbeda-beda tergantung
status kepegawaian (pegawai tetap atau pegawai kontrak), tingkat
pendidikan, keahlian (perawat umum, perawat khusus, atau
perawat ahli), Semenetara itu, diluar gaji pokok masing-masing
pegawai akan mendapatkan uang jasa pelayanan. Selain itu, ada
beberapa pegawai yang mendapatkan tunjangan fungsional,
dimana pegawai dalam hal ini adalah perawat yang menjabat
sebagai kepala ruangan, kepala tim atau penanggung jawab shift.
Pembagian gaji pegawai dibagikan setiap bulannya, dimana
setiap bulan ada 2 pembagian gaji. Pembagian gaji tersebut adalah
gaji pokok dan intensif.
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruang
bougenvil, proses pendokumentasian tarif tindakan keperawatan
atau billing dilakukan oleh petugas admin. Pendokumentasian
tersebut dilakukan petugas admin setiap hari atau setiap shift.
Namun, proses tersebut terkadang dibantu oleh perawat.
Sumber pendapatan Ruang Bougenvil di Rumah Sakit Ngudi
Waluyo Wlingi berasal dari sistem pembayaran pasien yaitu Umum
dan BPJS. BPJS sendiri dibagi menjadi 2 yaitu PBI (Jamkesmas)
dan Non PBI ( Askes, TNI, Polri, BPJS Mandiri, Jamsostek dan
Asuransi Jiwa).
Di Ruang Bougenvil menerima pasien BPJS Kelas 1,Kelas 2
dan Kelas 3. Untuk pasien pengguna BPJS yang ingin naik kelas,
harus mengurus ke administrasi ruangan. Sehingga klaim akan
dirubah sesuai dengan kelas BPJS. Untuk pembayaran klaim akan
dibebakan di akhir ketika pasien pulang.
Kebijakan pemerintah untuk melaksanakan program jaminan
kesehatan bagi masyarakat yaitu program BPJS dimana bertujuan
untuk mensejahterakan masyarakat dalam mendapatkan
pelayanan kesehatan yang lebih merata. Dari hasil analisa
banyaknya pasien ruang bougenvil yang menggunakan jaminan
kesehatanyaitu BPJS menjadikan keuntungan bagi para tenaga
kerja khususnya perawat (PNS) yang mendapatkan tunjangan dari
pasien BPJS tersebut, sehingga kesejahteraan perawat di RSUD
Ngudi Waluyo khususnya di ruang bougenvil termasuk baik.
b. Tarif Pelayanan di Ruang Bougenville
Tarif Pelayanan di Ruang Bougenvil di RS Ngudi Waluyo
Wlingi menurut pada Peraturan Daerah Bupati Blitar Nomor 4
Tahun 2016 terkait Perubahan atas Peraturan Bupati Blitar Nomor
20 Tahun 2014 tentang tarif layanan badan layanan umum daerah
Ngudi Waluyo Wlingi Kabupaten Blitar.
Tarif Layanan Rawat Inap
No Jenis Pelayanan Kelas I Kelas II
1 Kamar 75.000 55.000
2 Visite Dokter Spesialis 25.000 25.000
3 Visite Dokter Umum 15.000 15.000
4 Konsultasi Dokter Spesialis 25.000 25.000
5 Perawatan 20.000 20.000
6 Asuhan Gizi 10.000 10.000

Tarif Rawat Inap pada pengguna BPJS sesuai dengan INA


CBGs (Case Base Groups) pada ketentuan Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 52 Tahun 2016 Tentang
Standar Tarif Pelayanan Kesehatan Dalam Penyelenggaraan
Program Jaminan Kesehatan.
c. Rencana Anggaran Belanja di Ruang Bougenville
Rencana Anggaran Belanja di Ruang Bougenvil di RS Ngudi
Waluyo Wlingi ditujukan untuk hal operasional (kegiatan
pelayanan), manajemen (pembayaran pegawai, listrik, air, telpon)
dan pengembangan. Pengajuan anggaran belanja Ruang
Bougenvil dilakukan dengan cara mengajukan rencana barang-
barang yang dibutuhkan setiap bulanseperti barang-barang medis
dan non-medis yang kemudian akan ditindaklanjuti oleh pihak
Rumah Sakit.
3. Market
a. Efisiensi Ruang Rawat Inap
Indikator Efisiensi Ruangan (Standar yang digunakan di
Ruangan Bougenvile RSUD Ngudi Waluyo Wlingi Wlingi).
Tabel 3.13. Indikator Efisiensi Ruangan di Ruangan
Bougenville RSUD Ngudi Waluyo Wlingi
No Indikator Standar
.
1. BOR 60-85%
2. ALOS 6-9 hari
3. TOI 1-3 hari
4. BTO 40– 50 x/ tahun

BOR (Bed Occupancy Rate)


BOR adalah persentase pemakaian tempat tidur pada
satuan waktu tertentu. Jumlah tempat tidur di Ruangan Bougenvile
RSUD Ngudi Waluyo Wlingi adalah 39 buah.
BOR =

jumlah hari perawatan di rumah sakit


x 100 %
Jumlah tempat tidur x jumlah hari dalam1 periode
Tabel Hasil Pengkajian Analisis Selama Tanggal 29 –
31 Mei 2017 Di Ruang Bougenvile RSUD Ngudi Waluyo Wlingi.
Jumlah BOR
Tanggal
Bed Px (ƩPx/ƩBed x 100%)
29/5/2017 39 19 48,7%
30//5/2017 39 19 48,7%
21//5/2017 39 18 46,1%
Berdasarkan data diatas didapatkan rata-rata BOR pada
tanggal 29 - 31 Mei 2017 adalah 47,8% dengan demikian jumlah
BOR belum sesuai dengan standar yaitu 60 - 85%.
Tabel Hasil Penghitungan BOR Di Ruang Bougenvile Selama
5 Bulan Terakhir (Januari 2017 – Mei 2017) Di RSUD Ngudi Waluyo
Wlingi.

Jumlah
BOR
Hari
Bulan Period (∑HP / (∑Bed x
Bed Perawatan
e ∑Periode) x 100%)
(HP)
Januari 39 742 31 61,37%
Februari 39 638 28 58,42%
Maret 39 584 31 48,30%
April 39 619 30 52,90%
Mei 39 614 31 50,78%
Berdasarkan data diatas didapatkan rata-rata BOR dalam
5 bulan terakhir mulai bulan Januari 2017 – Mei 2017 adalah
54,35% dengan demikian jumlah BOR belum sesuai dengan
standar yaitu 60 - 85%.

TOI (Turn Of Interval)


TOI menunjukkan waktu rata-rata suatu tempat tidur kosong
atau waktu antara satu tempat tidur ditinggalkan oleh klien sampai
dengan diisi lagi. Standar 1-3 hari untuk rumah sakit dalam 1
tahun (menurut Barber Johnson).
TOI = (Jumlah tempat tidur x periode)− Hari perawatan
Jumlah Pasien keluar (Hidup+mati)
Tabel Hasil Penghitungan TOI di Ruang Bougenvile Selama 5 Bulan
Terakhir (Januari 2017 – Mei 2017) Di RSUD Ngudi Waluyo Wlingi.
TOI
((∑Bedx∑Periode)
Jumlah - ∑HP/∑Pasien
Keluar Hidup &
Bulan Meninggal)
Pasien
Hari
Keluar
Bed Perawatan Periode
Hidup &
(HP)
Meninggal
Januari 39 742 31 166 2,81
Februari 39 638 28 158 2,87
Maret 39 584 31 182 3,4
April 39 619 30 150 3,67
Mei 39 614 31 175 3,40
Berdasarkan data diatas didapatkan rata-rata TOI dalam 5 bulan
terakhir mulai bulan Januari 2017 – Mei 2017 adalah 3,23 dengan
demikian belum sesuai dengan standar yaitu 1 – 3 hari.

ALOS (Average Length of Stay)


ALOS adalah rata-rata lama rawat seorang pasien. Indikator
ini disamping memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga dapat
memberikan gambaran mutu pelayanan, apabila diterapkan diagnose
tertentu dapat dijadikan hal yang perlu pengamatan yang lebih lanjut.
Secara umum nilai ALOS yang ideal antara 6-9 hari (depkes, 2005).
Berikut ini tampilan table waktu keluar masuknya pasien 5 bulan
terakhir dari bulan Januari 2017 – Mei 2017.
ALOS =Jumlah lama dirawat
Jumlah Pasien keluar (Hidup+mati)
Tabel Hasil Penghitungan ALOS Di Ruang Bougenvile Selama 5
Bulan Terakhir (Januari 2017 – Mei 2017) Di RSUD Ngudi Waluyo
Wlingi.
Jumlah ALOS
Pasien Keluar (∑LD/∑Pasien
Bulan Lama
Hidup & Keluar Hidup &
Dirawat (LD)
Meninggal Meninggal
Januari 934 166 5,62
Februari 793 158 5,01
Maret 809 182 4,4
April 761 150 5,07
Mei 828 175 4,73
Berdasarkan data diatas didapatan rata-rata ALOS dalam 5
bulan terakhir mulai bulan Januari 2017 – Mei 2017 adalah 4,96%
dengan demikian belum sesuai dengan standar yaitu 6 -9 hari.

BTO (Bed Turn Over)


BTO adalah frekuensi pemakaian tempat tidur pada suatu
periode, berapa kali tempat tidur dipakai dalam satu satuan waktu
tertentu. idealnya dalam 1 tahun, tempat tidur dipakai 40 – 50 kali
BTO =Jumlah Pasien keluar (Hidup+mati)
Jumlah tempat tidur
Tabel Hasil Penghitungan BTO Di Ruang Bougenvile Selama 5 Bulan
Terakhir (Januari 2017 – Mei 2017) Di RSUD Ngudi Waluyo Wlingi.
Jumlah BTO
Pasien Keluar (∑Pasien Keluar
Bulan
Bed Hidup & Hidup &
Meninggal Meninggal/∑Bed)
Januari 39 166 51,07
Februari 39 158 48,61
Maret 39 182 56
April 39 150 46,15
Mei 39 175 53,84

Berdasarkan data diatas didapatan rata-rata BTO dalam 5


bulan terakhir mulai bulan Januari 2017 – Mei 2017 adalah 51,13
kali.
b. Kasus Terbanyak
Tabel Analisis Kasus Terbanyak Di Ruang Bougenvile RSUD
Ngudi Waluyo Dalam 5 Bulan Terakhir (Januari 2017 – Mei
2017)
Bulan Kasus Jumlah
HIL dan Soft 8 orang
Januari
Tissue Tumor
Februari CKR 9 orang
Maret CKR 16 orang
April CKR 22 orang
Mei CKR 34 orang
Berdasarkan data dairi bulan Januari 2017 – Mei 2017,
kasus terbanyak adalah kasus CKR
c. Jenis Pembayaran
Persentase Pembiayaan
Table Persentase Pembiayaan Di Ruang Bougenvile RSUD Ngudi
Waluyo pada bulan Januari – Mei 2017.
Jenis April Mei
Januari Februari Maret
Pembiayaan
Umum 43 57 61 51 56
(25,4%) (35,8%) (33,1%) (33,5%) (31,2%)
BPJS Mandiri 28 22 23 22 30
(16,5%) (13,8%) (12,5%) (14,4%) (16,7%)
BPJS Jamkesmas 74 57 66 54 72
(43,7%) (35,8%) (35,8%) (29,3%) (40,2%)
BPJS Askes 8 5 5 4 2
(4,7%) (3,14%) (2,7%) (2,6%) (1,1%)
Jasa Raharja 3 6 7 9 11
(1,7%) (3,7%) (3,8%) (5,9%) (6,1%)
SPM 13 12 21 12 7
(7,69%) (7,5%) (11,4%) (7,8%) (3,9%)
TM - - 1 - -
(0,5%)
BPJS - - - - 1
Ketenagakerjaan (0,5%)
Total 169 159 184 152 179
(100%) (100%) (100%) (100%) (100%)
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa
presentase pembayaran terbesar selama Januari – Mei 2017
adalah menggunakan BPJS Jamkesmas yaitu sebesar 36,96%.
d. Asal Daerah Pasien
Asal daerah pasien di Ruang Bougenvile RSUD Ngudi
Waluyo Wlingi pada bulan Januari - Mei 2017 adalah mayoritas
dari Kabupaten Blitar.
e. Keselamatan Pasien
Standar keselamatan pasien menurut standara akreditasi rumah
sakit tahun 2012 terdapat enam aspek yaitu Ketepatan
Identifikasi Pasien, komunikasi yang efektif, keamanan obat
yang perlu diwaspadai, kepastian tepat lokasi,tepat
prosedur,tepat pasien operasi, pengurangan risiko infeksi terkait
pelayanan kesehatan, dan pengurangan risiko pasien jatuh.
Dari pengkajian yang dilakukan mulai tanggal 29 – 31 Mei 2017,
didapatkan hasil sebagai berikut :
No Sasaran Keamanan Pasien Ketercapaian
1 Ketepatan Identifikasi Pasien 82 %
2 Peningkatan Komunikasi yang efektif 74.5%
3 Peningkatan Keamanan Obat yang Perlu 94%
Diwaspadai (High-Alert)
4 Kepastian Tepat-Lokasi, Tepat-Prosedur, 97%
Tepat –Pasien Operasi
5 Pengurangan Resiko Infeksi Terkait 80%
Pelayanan Kesehatan
6 Pengurangan Resiko Pasien Jatuh 68%
RERATA 82.5% (BAIK)

Nilai rerata Kepatuhan SKP di ruangan adalah 85% yang


berada dalam katgori baik. Dari ke-6 poin yang ada, terdapat 2
poin yang berada dalam kategori cukup yaitu Peningkatan
Komunikasi yang Efektif dan Pengurangan Resiko Pasien
Jatuh.
Identifikasi Pasien Sebelum Pemberian Obat
Dari kajian situasi yang dilakukan selama 3 hari mulai
tanggal 29 – 31 Mei 2017, untuk pelaksanaan SOP identifikasi
sebelum pemberian pengobatan di ruang Bougenville sudah
berjalan dengan baik namun kurang maksimal, hal ini ditunjukkan
dari hasil observasi didapatkan data belum mencapai 100% , hal
tersebut dapat dilihat dari tabel berikut :
Tabel 3.26 Evaluasi Identifikasi Pasien Sebelum Pemberian Obat
Kode Berkas %
No Aspek Yang Dinilai A
H R A N S An
n
A Pengkajian
Sebelum pengambilan sampel darah/specimen,
memberikan obat, tindakan invasif, memberikan transfuse
1 √ √ √ √ √ - √ 88%
darah, petugas meminta pasien untuk menyebutkan nama
dan tangal lahir
Petugas mencocokan identitas pasien dengan identitas
2 √ √ - - - - - 28%
yang ada pada gelang
Sebelum memberikan transfuse darah, perawat melakukan 100
3 √ √
ceklist pada daftar tilik pemberian darah %
Sebelum memberikan obat, dilakukan dilakukan
4 √ √ - - √ - √ 57%
pengecekan 7 benar oleh 2 orang perawat
Identitas pasien pada RM minimal memuat nama lengkap 100
5 √ √ √ √ √ √ √
tanggal lahir dan nomor RM %
Identitas Pasien pada formulir pemeriksaan lab/penunjang
100
6 ditulis nama lengkap, tanggal lahir dan nomor RM √ √ √ √ √ √ √
%
tambahan identitas lain bila diperlukan
Kantong obat minimal memuat nama lengkap, tanggal lahir 100
7 √ √ √ √ √ √ √
dan nomor RM pasien %
Terkait dengan identitas, pada labu darah minimal memuat 100
8 √
nama lengkap, tanggal lahir dan nomor RM pasien %
RATA-RATA TOTAL 94%
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan identifikasi pasien untuk pemberian obat belum
optimal hal ini ditandai dengan adanya item yang belum mencapai nilai 100% yaitu pada item “Sebelum memberikan
obat, dilakukan dilakukan pengecekan 7 benar oleh 2 orang perawat” sebesar 57%, “Petugas mencocokan identitas
pasien dengan identitas yang ada pada gelang” sebesar 28%, dan “Sebelum pengambilan sampel darah/specimen,
memberikan obat, tindakan invasif, memberikan transfuse darah, petugas meminta pasien untuk menyebutkan nama
dan tangal lahir” sebesar 88%.
Tabel 3.27 Evaluasi Pemasangan dan Pelepasan Gelang Identitas Dan Gelang Resiko
N Persenta
Pertanyaan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
o. se
1. Pasien √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 100%
menggunakan
gelang identitas
2. Gelang identitas √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 100%
pasien sesuai
dengan jenis
kelamin (biru : laki
laki, pink : wanita)
3. Pasien √ √ √ √ √ √ 100%
menggunakan
gelang resiko
4. Penggunaan gelang √ √ √ √ √ √ 100%
resiko sesuai
dengan resiko yang
ada pada pasien
5. Nama pada gelang √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 100%
identitas
menggunakan dua
suku kata atau
karakter
6. Ada tanggal lahir √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 100%
pada gelang
identitas
7. Ada nomor RM pada √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 100%
gelang identitas
8. Pasien yang tdak -
jelas identitas,
dituliskan Mr.X/
Mrs.Y ditambahkan
taggal dan jam
masuk rumah sakit
9. Tulisan pada gelang √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 100%
identitas jelas dan
mudah dibaca
10 Petugas √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 100%
. menjelaskan tujuan
pemasangan gelang
identitas
11 Pasien mengerti √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 100%
. tujuan pemasangan
gelang identitas
12 Petugas √ √ √ √ √ √ 100%
. menjelaskan tujuan
pemasangan gelang
resiko
13 Pasien mengerti √ √ √ √ √ √ 100%
. tujuan pemasangan
gelag resiko
14 Pada saat pulang √ √ √ √ √ √ 100%
. gelang identitas dan
gelang resiko
dilepas
15 Saat pulang gelang √ √ √ √ √ √ 100%
. identitas digunting
dan dipotong
menjadi beberapa
bagian dibuang ke
bak sampah medis
Prosentase (%) 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 100
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Pada tabel diatas dapat disimpulkan bahwa pemakaian dan pelepasan gelang identitas di ruang Dahlia I
sudah dilaksanakan sesuai standar, terbukti dengan nilai 100% sesuai dengan SPO.
Komunikasi Efektif
Tabel 3.27 Instrumen Evaluasi Pelaksanaan Komunikasi Efektif
Nama Perawat Ket
Askep Yang Dinilai P. P. P.
P. R P. S P. N
He Re Ha
PERENCANAAN
Ruang Rawat 1 Form catatan 100%
perawatan pasien X X X X X X
terintegrasi
2 Form konsultasi 100%
- - - - - -

3 Form instrument 67%


evaluasi
- - - - - -
pelaksanaan
komunikasi efektif
4 Form catatan 100%
pemberian dan
X X X X X X
pemantauan obat
pasien
5 Stempel SBAR - - - - - -
6 Stempel TbaK - - - - - -
Laboratorium 7 Buku laporan nilai 33%
X X O O O O
/Radiologi kritis
PELAKSANAAN
Ruang Rawat 1 Serah terima 66%
pasien
X X X X O O
menggunakan
teknih SBAR
2 Pelaporan kondisi 0%
pasien pada
dokter DPDJ O O O O O O
menggunakan
SBAR
3 Konsultasi antar
dokter pertelpon
- - - - - -
menggunakan
teknik SBAR
4 Menerima instruksi - - - - - -
dokter pertelpon
menggunakan
teknik TBaK
5 Menerima tas kritis
menggunakan - - - - - -
teknik TBaK
6 Menerima hasil
kritis dengan
- - - - - -
menggunakan
teknik TBaK
Laboratorium / 7 Melaporkan nilai 100%
X X X X X X
Radiologi kritis
8 Melaporkan tes 100%
X X X X X X
kritis
Persentase Rata-
86% 86% 71% 71% 57% 67% rata:
74.5%

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata


komunikasi sebesar 74.5% hal ini menunjukkan bahwa komunikasi efektif
di ruang Bougenville belum berjalan dengan optimal.
Keamanan Obat
Obat-obatan high alert di ruangan Bougenville hanya ada insulin
Novorapid dan Levemir, pemberian stiker high alert dilakukan di Depo
Farmasi dan di cek ulang oleh perawat di ruang perawat. Obat-obatan
high alert dan cairan pekat disimpan di ruangan apabila diperlukan saja.
Emergency Box yang ada di ruangan dan terdapat obat high alert hanya
dibuka jika ada keadaan emergency. Penempatan obat di ruangan
Bougenville ditempatkan pada tempat obat pasien masing masing.

Pengurangan Resiko Infeksi Nosokomial

Tabel 3.28 Cuci Tangan Five Moment


PERTANYAAN JAWABAN
Ya Tidak
Apakah petugas melaksanakan kebersihan tangan:

a. Sebelum kontak langsung dengan pasien 81,2% 18,8%

b. Sebelum tindakan invasif (memberikan injeksi, pasang infus, 100%


menyiapkan obat-obatan, meyiapkan makan, memberi
makan pasien, rawat luka, dll)
c. Setelah beresiko kontak dengan cairan tubuh (darah, cairan 100%
tubuh, sekresi, ekskresi, eksudat, bedpan, urina)

d. Setelah kontak dengan pasien 68,7% 31,3%

e. Setelah kontak dengan lingkungan pasien 37,5% 62,5%

Pada kajian situasi yang telah dilakukan selama 3 hari, tanggal


29-31 Mei 2017 sebesar 81,2%% perawat di Ruang Bougenville telah
melakukan cuci tangan lima moment sebelum kontak langsung dengan
pasien, sebesar 68% setelah kontak dengan pasien dan sebesar 37,5%
setelah kontak dengan lingkungan pasien. Hasil tersebut belum optimal
sehingga perlu adanya peningkatan perilaku perawat untuk melakukan
cuci tangan five moment terkait dengan upaya pencegahan infeksi
nosokomial pada pasien.
Cuci Tangan Menggunakan Hand Rub
Tabel Evaluasi Cuci Tangan Menggunakan Hand Rub
Jawaban
PERTANYAAN
Ya Tidak
1. Cara mencuci tangan dengan sntiseptik berbasis
alkohol

a. Tuangkan 3-5 cc antiseptik berbasis 100%


alkohol ke dalam tangan. Ratakan ke
seluruh telapak tangan.
b. Gosok kedua telapak tangan hingga 100%
merata

c. Gosok punggung dan sela jari-jari tangan 92,7% 7,3%


kiri dengan tangan kanan dan sebaliknya
d. gosok kedua telapak tangan dan sela-sela 100%
jari
e. jari-jari sisi dalam dari kedua tangan saling 85,7% 14,3%
mengunci
f. gosok ibu jari berputar dalam genggaman 85,7% 14,3%
tangan kanan dan sebaliknya
g. gosok dengan memutar ujung jari tangan 78,5% 21,5%
kanan ditelapak tangan kiri dan sebaliknya
h. tangan anda sudah bersih 78,5% 21,5%

Setelah dilakukan kajian situasi selama 4 hari pada tanggal 10-13


April 2017 didapatkan hasil yang belum tercapai 100% sesuai dengan
SPO, terbukti adanya item yang masih bernilai 78,5% pada gosok dengan
memutar ujung jari tangan kanan ditelapak tangan kiri dan sebaliknya
Cuci Tangan Menggunakan Sabun dan Air
Tabel Evaluasi Cuci Tangan Menggunakan Sabun dan Air

JAWABAN
PERTANYAAN Ya Tidak
1. Basahi tangan dengan air 100%

2. Tuangkan sabun 3-5 cc untuk menyabuni seluruh 100%


permukaan tangan
3. Gosok kedua telapak tangan hingga merata 100%

4. Gosok punggung dan sela-sela jari tangan kiri 85,7%

a. Basahi tangan dengan air 100%

b. Tuangkan sabun 3-5 cc untuk menyabuni seluruh 100%


permukaan tangan
c. Gosok kedua telapak tangan hingga merata 100%

d. Gosok punggung dan sela-sela jari tangan dengan 85,7% 14,3%


tangan kanan dan sebaliknya
e. Gosok telapak dan sela-sela jari 100%

f. Jari-jari sisi dalam kedua tangan saling mengunci 71,5% 28,5%

g. Gosok ibu jari-jari berputar dalam genggaman 71,5% 28,5%


tangan kanan dan sebaliknya
h. Gosok dengan memutar ujung jari-jari tangan kanan 71,5% 28,5%
ditelapak tangan kiri dan sebaliknya
i. Bilas kedua tangan dengan air 100%

j. Keringkan dengan handuk/tissue towel sekali pakai 71,5% 14,3%


sampai benar-benar kering
k. Gunakan handuk tersebut untuk menutup kran 28,5% 71,5%
l. Tangan anda sudah bersih 85,5%

Setelah dilakukan kajian situasi selama 4 hari pada tanggal 10-13


April 2017 hasil yang didapatkan yaitu sebesar 85,7% perawat di Ruang
Dahlia 1 telah melakukan cuci tangan dengan sabun dan air dengan
menggosok punggung dan sela-sela jari tangan kanan dan kiri, jari-jari
sisi dalam kedua tangan saling mengunci sebesar 71,5%, menggosok ibu
jari-jari berputar dalam genggaman tangan kanan dan kiri sebesar 71,5%,
mengeringkan dengan handuk/tissue towel sekali pakai sampai benar-
benar kering sebesar 71,5% dan sebesar 28,5% menggunakan handuk
tersebut untuk menutup kran. Hasil yang didapatkan masih belum optimal
sehingga perlu adanya peningkatan perilaku mencuci tangan dengan
sabun dan air untuk peningkatan keselamatan diri dan pasien.
Risiko Jatuh
Tabel Evaluasi Implementasi Dan Evaluasi Skala Resiko Jatuh
N Implementasi Dan Evaluasi Hari Ke
1 2 3 4 %
o.
Resiko Rendah Skor 0-5
1. Perawatan yang baik √ √ √ √ 100
%
TOTAL 100
%
Resiko Sedang Skor 6-16
1. Lakukan intervensi jatuh standar √ √ √ √ 100
%
2. Tingkatkan observasi bantuan yang sesuai saat √ √ √ √ 100
ambulasi %
3. Keselamatan lingkungan : Hindari ruangan yang √ √ √ √ 100
kacau balau, dekatkan bel dan telepon, biarkan pintu %
terbuka, gunakan lampu malam hari serta pagar
tempat tidur
4. Monitor kebutuhan pasien secara berkala (Minimal - - - - 0%
tiap 2 jam) : Tawarkan ke belakang (kamar kecil)
secara teratur
5. Edukasi perilaku yang lebih aman saat jatuh atau √ - - - 25%
transfer
6. Gunakan alat bantu jalan (walker) - - - - 0%
7. Anjurkan pasien menggunakan kaos kaki atau sepatu √ √ √ √ 100
yang tidak licin %
TOTAL 60%
Resiko tinggi Skor 17-30
1. Pakaikan gelang resiko jatuh berwarna kuning √ √ √ √ 100
%
2. Intervensi jatuh standar √ √ √ √ 100
%
3. Strategi mencegah jatuh dengan penilaian jatuh yang √ - - - 0%
lebih detail seperti analisa cara berjalan sehingga
dapat ditentukan Intervensi spesifik seperti
menggunakan terapi fisik atau alat bantu jalan jenis
baru untuk membantu mobilisasi
4. Pasien ditempatkan dekat nurse station - - - - 0%
5. Handrail mudah dijangkau oleh pasien dan kokoh - - - - 0%
6. Siapkan dijalan keluar dari tempat tidur : alat bantu - - - - 0%
jalan
7. Lantai kamar mandi dengan karpet anti slip/tidak licin,
serta anjuran menggunakan tempat tidur di kamar
mandi saat mandi
8. Dorong partisipasi keluarga dalam keselamatan √ √ √ √ 100
pasien %
9. Jangan tiggalkan pasien sendiri di kamar, disamping √ √ √ √ 100
tempat tidur, atau di toilet %
JUMLAH 68%
Pada hasil evaluasi intervensi resiko jatuh yang dilakukan pada
tanggal 29 -31 Mei 2017 didapatkan hasil pada pasien dengan resiko
jatuh rendah, 100% intervensi dilakukan, pada pasien dengan resiko jatuh
sedang 60% tindakan intervensi dilakukan dan pada pasien dengan
resiko jatuh tinggi, 50% tindakan intervensi dilakukan.
f. Skor Mutu Pelayanan
Tingkat Kepuasan Pasien
Berikut akan di paparkan mengenai kepuasan pasien terhadap
kinerja perawat. Pelaksanaan evaluasi menggunakan kuesioner yang
berisi 22 soal berbentuk pertanyaan pilihan. Pertanyaan pilihan
mencakup pemberian penjelasan orientasi ruangan, pemberian
penjelasan setiap prosedur tindakan dan sikap perawat selama
memberikan asuhan keperawatan. Jawaban pada pertanyaan pilihan
terdiri atas dua pilihan jawaban yaitu “iya” dan “tidak”. Adapun indikator
kepuasan klien terhadap pelayanan keperawatan di nilai berdasarkan
kuesioner yang berjumlah 10 pertanyaan, masing masing pertanyaan di
beri nilai berdasarkan jawaban kemudian di total tiap-tiap responden dan
di jumlah secara keseluruhan.
Dari pengkajian yang dilakukan pada tanggal 29 Mei 2017 dengan
responden sejumlah 7 orang pasien, didapatkan hasil sebagai berikut :

Kepuasan Pasien

KURANG PUAS
29%

PUAS
71%

Dari 7 responden, terdapat 5 orang (71,4%) mengatakan puas


dengan pelayanan keperawatan di Ruang Bougenville; 2 orang (28,7%)
mengatakan kurang puas dengan pelayanan keperawatan di Ruang
Bougenville dan tidak ada responden (o%) yang mengatakan merasa
tidak puas dengan pelayanan keperawatan di Ruang Bougenville. Tingkat
kepuasan pasien rata-rata pada saat pengkajian sebesar 85%. Nilai ini
berada dalam kategori BAIK.
Kesimpulan : Pasien PUAS dengan kinerja perawat.
Angka Kejadian Pasien Jatuh
Angka kejadian pasien jatuh pada bulan Januari sampai dengan
bulan Maret 2017 telah didokumentasikan oleh ruangan Bougenville
dengan baik. Pada bulan januari 2017 angka kejadian jatuh adalah 0%,
pada bulan Februari, angka kejadian pasien jatuh adalah sebesar 0%,
sedangkan pada bulan Maret 0%, target untuk kejadian pasien jatuh
ruangan Bougenville adalah 0% sehingga dapat disimpulkan bahwa
target tercapai.
Angka Kejadian jatuh =

JumlahPasienJatuh
x100%
JumlahPasienYangBere sikoJatuh

Angka Kejadian Decubitus Ulcer


Angka kejadian Decubitus Ulcer pada bulan Januari sampai April
2017 telah didokumentasikan oleh ruangan Bougenville dengan baik,
pada bulan januari 2017 angka kejadian Decubitus Ulcer adalah 0%,
pada bulan februari angka kejadian Decubitus Ulcer adalah 0% dan pada
bulan Maret angka kejadian Decubitus Ulcer adalah sebesar 0%, target
capaian kejadian Decubitus Ulcer yaitu <1,5%, sehingga dapat
disimpulkan bahwa target tercapai.
Jumlah pasien Decubitus
Jumlah pasienresiko decubitus

( Jumlahtempat tidur x periode ) −Hari perawatan


Angka kejadian Decubitus Ulcer=
Jumlah Pasien keluar ( Hidup+mati) ¿
¿
x 100%

Angka Kejadian Plebitis


Angka kejadian Plebitis pada bulan Januari sampai April 2017
telah didokumentasikan oleh ruangan Bougenville dengan baik, pada
bulan januari 2017 angka kejadian Plebitis adalah 0%, pada bulan
februari angka kejadian Plebitis adalah 0.06% dan pada bulan Maret
angka kejadian Plebitis adalah sebesar 0%, target capaian kejadian
Plebitis yaitu <1,5%, sehingga dapat disimpulkan bahwa target tercapai.
Jumlah pasien Plebitis
Jumlah pasienresiko Plebitis

( Jumlahtempat tidur x periode ) −Hari perawatan


Angka kejadian Decubitus Ulcer=
Jumlah Pasien keluar ( Hidup+mati) ¿
¿
x 100%

Tingkat Kepuasan kerja Perawat


Tingkat kepuasan kerja perawat dapat dipengaruhi oleh Model
Kepemimpinan dalam ruangan, tingkat motivasi dan supervisi serta
tingkat insentif yang didapatkan oleh perawat (Mayasari, 2009).

Kepuasan Kerja Perawat

PUAS
40%
CUKUP PUAS
60%

Dari 10 responden, 4 responden (40%) mengatakan puas


dengan kerja perawat; 6 responden (60%) mengatakan cukup
puas; dan tidak ada responden yang mengatakan kurang puas.
Skor tingkat kepuasan kerja perawat saat pengkajian sebesar 37,9
yang berada dalam kategori CUKUP PUAS.
B. Analisa SWOT
BAB IV
PRIORITAS MASALAH, ALTERNATIF PENYELESAIAN MASALAH & POA
PENYELLESAIAN MASALAH MANAJEMEN KEPERAWATAN DI RUANGAN

Anda mungkin juga menyukai