Anda di halaman 1dari 16

MANAJEMEN KEPERAWATAN

Kegiatan Mutu

DIRUANG NAKULA II RSUD KOTA SEMARANG

Disusun oleh :

Heni Listiyowati

010113a044

PRAKTIK KLINIK MANAJEMEN KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

STIKES NGUDI WALUYOUNGARAN

2016
1. DATA BIOGRAFI KEPALA RUANG NAKULA 2 RSUD KOTA SEMARANG

a. Nama : Asih Budiatun, S.Kep., Ns


b. Umur : 46 tahun
c. Pendidikan terakhir keperawatan : Profesi Ners
d. Lama bekerja sebagai perawat : 22 Tahun
e. Jabatan saat ini : Kepala Ruang
f. Tempat tugas :Nakula 2 RSUD Kota Semarang
g. Lama tugas diruang ini :2 tahun
h. Pelatihan yang pernah diikuti :
1. Pengembangan SOP RS (2009)
2. Pelatihan INOS (2011)
3. Jabfung Perawat Ahli (2012)
4. BTCLS (2013)
5. SP2KP (2013)
6. Pelatihan TKHI (2014)
7. Preceptorchip (2014)
8. ASESOR (2014)
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Rumah sakit merupakan sarana penyedia layanan kesehatan untuk
masyarakat.Rumah sakit sebagai institusi penyedia jasa pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna memiliki peran yang sangat strategis untuk mewujudkan
derajat kesehatan yang setinggi-tingginya (Undang-Undang Republik Indonesia No. 44
Tahun 2009; Departemen Kesehatan RepublikIndonesia [DEPKES RI] 2009).Rumah
sakit dituntut untuk memberikan pelayanan yang bermutu sesuai dengan standar yang
ditetapkan dan dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat (Keputusan Menteri
Kesehatan No.129 Tahun 2008)Pelayanan kesehatan bermutu merupakan salah satu
wujud dari tuntutan masyarakat di era globalisasi saat ini.Masyarakat yang semakin
kritis dan terdidik kian menguatkan agar pelayanan kesehatan lebih responsif atas
kebutuhan masyarakat, menerapkan manajemen yang transparan, partisipatif dan
akuntabel (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional [BAPPENAS],2011 dalam
Komapo, 2013).Selain itu, masyarakat menuntut rumah sakit harus dapat memberikan
pelayanan kesehatan yang terkait dengan kebutuhan pasien harus dapat dilayani oleh
rumah sakit secara mudah, cepat, akurat, dengan biaya terjangkau (Ilyas,
2004).Meningkatnya tuntutan masyarakat di sarana kesehatan terutama di rumahsakit,
secara berkesinambungan membuat rumah sakit harus melakukan upayapeningkatan
mutu pemberian pelayanan kesehatan.Salah satu mutu pelayanankesehatan yang harus
ditingkatkan secara berkesinambungan adalah mutupelayanan keperawatan di rumah
sakit (Depkes RI, 2012).Setiap upaya untukmeningkatkan kualitas pelayanan rumah
sakit harus juga disertai upaya untukmeningkatkan kualitas pelayanan keperawatan
(Mulyono, 2013).Keperawatan sebagai profesi dan tenaga profesional bertanggung
jawabuntuk memberikan pelayanan keperawatan sesuai kompetensi dan kewenangan
yang dimiliki secara mandiri maupun bekerjasama dengananggota tim kesehatan lain
(Gustini, 2010).
Di era pasar bebas dan liberalisasi, profesionalisme merupakan suatu instrumen
yang unggul untuk memenangkan kompetensi, untuk itu tenaga keperawatan harus
lebih kompeten dan memiliki daya saing yang tinggi secara regional maupun global
(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia [KEMENKES RI], 2010).Oleh karena
itupelayanan keperawatan harus dikelola secara profesional demi peningkatan mutu
pelayanan yang merupakan salah satu indikator manajemen pelayanan keperawatan di
rumah sakit.Salah satu upaya manajemen keperawatan dalam mewujudkan pelayanan
keperawatan yang berkualitas melalui Sistem Pemberian Pelayanan Keperawatan
Profesional (SP2KP).Melalui penerapan SP2KP diharapkan mampu mewujudkan
kualitas pelayanan keperawatan yang diharapkan dan mampu memacu diri dalam
kualitas pelayanan keperawatan sesuai dengan SP2KP, yang merupakan pengembangan
Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) yang diterapkan oleh Departemen
Kesehatan.Pelaksanaan MPKP maupun SP2KP merupakan upaya untuk meningkatkan
mutu asuhan keperawatan sehingga menjadi efektif dan efisien (Budi, 2009).SP2KP
mempunyai lingkup yang meliputi aplikasi nilai-nilai professional dalam praktik
keperawatan, manajemen dan pemberian asuhan keperawatan serta pengembangan
profesional diri (Suhartati, 2009), sedangkan MPKP meliputi komponen yaitu
hubungan antar profesional, pendekatan manajemen serta sistem kompensasi dan
penghargaan (Sitorus, 2006).SP2KP memperlihatkan pelayanan yang lebih terstruktur
dan terorganisir karena SP2KP merupakan bentuk pengembangan dari MPKP yang
lebih profesional dan lebih baik dalam memberikan tingkat pelayanan
asuhankeperawatan terhadap klien (Karunianingrum, 2013).Salah satu evaluasioutcome
(hasil) dari penerapan SP2KP adalah meningkatkan kepuasan pasien(Kemenkes, 2012).
Penerapan SP2KP sebagai salah satu bentuk dari kinerja perawat.Kinerja
merupakan pencapaian seseorang yang berkenaan dengan seluruh tugas yang
dibebankan kepadanya.Kinerja perawat adalah bentuk pelayanan professional yang
merupakan bagian dari pelayanan kesehatan (Triwibowo, 2013).Kunci utama dalam
meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan adalah perawat yang mempunyai kinerja
tinggi (Mulyono, 2013).Peningkatan kualitas pelayanan terutama pelayanan rawat inap
harus memperhatikan manajemen perawatan pasien, yang dikelola oleh dokter, perawat
dan tenaga kesehatan lainnya.
Didalam mencapai mutu tersebut diatas, maka upaya peningkatan mutu pelayanan
rumah sakit disusun berupa kegiatan yang komprehensif dan integratif yang
menyangkut Struktur, Proses dan Out Put/Out Come secara objektif,sistematik dan
berlanjut, memantau dan menilai mutu serta kewajaran pelayanan tehadap pasien,
menggunakan peluang untuk meningkatkan pelayanan pasien dan memecahkan
masalah yang terungkapkan sehingga pelayanan yang diberikan di rumah sakit berdaya
guna dan berhasil guna. Upaya peningkatan mutu di rumah sakit bertujuan untuk
memberikan asuhan atau pelayanan sebaikbaiknya kepada pasien.
Adapun strategi upaya peningkatan mutu rumah sakit adalah sebagai berikut : 1.Rumah
Sakit harus memahami dan menghayati konsep dasar dan prinsip mutu pelayanan
rumah sakit sehingga dapat menyusun langkah langkah upaya peningkatan mutu
masing masing rumah sakit. 2.Memberi prioritas pada peningkatan sumberdaya
manusia di rumah sakit termasuk kesejahteraan karyawan, memberikan imbalan yang
layak, program keselamatan dan kesehatan kerja, program pendidikan dan pelatihan ,
dll. 3.Menciptakan budaya mutu di rumah sakit, termasuk didalamnya menyusun
program mutu rumah sakit, menyusun tema yang akan dipakai sebagai pedoman,
memilih pendekatan yang akan dipakai dalam penggunaan standar prosedur serta
menetapkan mekanisme monitoring dan evaluasi. (Dirjen Yanmedik Depkes, 1998;
Siagian, 1994; Trisnantoro, 1999) :

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Proram pengendalian mutu di Unit Rawat Inap Nakula II
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui kegiatan mutu yang di lakukan oleh tenaga kerja di Unit
Rawat Inap Nakula II RSUD Kota Semarang

C. Manfaat
1. Bagi Manajemen Unit Rawat Inap Nakula II RSUD Kota Semarang
Hasil ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada manajemen rumah sakit
tentang manajemen pelayanan perawatan di unit rawat inap dan pembangunan
komitmen SDM khususnya perawat dalam mengembangkan praktik kegiatan mutu
diruangan.
2. Bagi Program Studi Ilmu Keperawatan
Hasil ini diharapkan dapat menambah dan memperkaya kajian tentang kegiatan
mutu yang di lakukan untuk mewujudkan indikator mutu yang menjadi masalah
dalam ruangan.
3. Bagi perawat
Hasil ini diharapkan meningkatkan keefektifan dalam melakukan tindakan
keperawatan, Dapat mengetahui adanya penyimpangan pada pemahaman staf
dalam melaksanakan tugas-tugasnya. dan kegiatan mutu lainnya pada perawat dan

tenaga keseehatan professional lain dalam memberikan asuhan yang optimal.


4. Bagi observer
Hasil ini di harapkan memberikan manfaat dalam mengembangkan pengetahuan
manajemen yang telah diperoleh observer selama menempuh pendidikan dan dapat
menerapkannya di tempat kerja, serta mendapatkan suatu pengalaman mempelajari
perilaku individu dan kelompok dalam organisasi serta pengaruhnya dalam
pengembangan organisasi khususnya organisasi rumah sakit.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Manajemen keperawatan merupakan suatu bentuk koordinasi dan integrasi sumber-


sumber keperawatan dengan menerapkan proses manajemen untuk mencapai tujuan dan
obyektifitas asuhan keperawatan dan pelayanan keperawatan (Huber, 2000). Swanburg
(2000) menyatakan bahwa manajemen keperawatan adalah kelompok dari perawat manajer
yang mengatur organisasi dan usaha keperawatan yang pada akhirnya manajemen
keperawatan menjadi proses dimana perawat manajer menjalankan profesi mereka.Kelly dan
Heidental (2004) menyatakan bahwa manajemen keperawatan dapat didefenisikan sebagai
suatu proses dari perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan dan pengawasan untuk
mencapai tujuan. Proses manajemen dibagi menjadi lima tahap yaitu perencanaan,
pengorganisasian, kepersonaliaan, pengarahan dan pengendalian (Marquis dan Huston,
2010).

Pengendalian /Pengawasan adalah proses dalam menetapkan ukuran kinerja dan


pengambilan tindakan yang dapat mendukung pencapaian hasil yang diharapkan sesuai
dengan kinerja yang telah ditetapkan tersebut.Controlling is the process of measuring
performance and taking action to ensure desired results. (Schermerhorn,2002).
Pengendalian/Pengawasan adalah proses untuk memastikan bahwa segala aktifitas yang
terlaksana sesuai dengan apa yang telah direncanakan . the process of ensuring that actual
activities conform the planned activities. (Stoner,Freeman,&Gilbert,1995)

Pengawasan dan Pengendalian merupakan proses akhir dari proses manajemen,dimana


dalam pelaksanaannya proses pengawasan dan pengendalian saling keterkaitan dengan
proses-proses yang lain terutama dalam perencanaan. Dalam proses manajemen ditetapkan
suatu standar yang menjadi acuan, diantaranya yaitu : visi-misi, standar asuhan, penampilan
kinerja, keuangan, dan lain sebagainya. Dengan demikian dalam pelaksanaannya perlu
dilakukan pengawasan apakah setiap tahapan proses manajemen telah sesuai dengan standar
atau tidak dan jika ditemukan adanya penyimpangan maka perlu dilakukan pengendalian
sehingga kembali sesuai standar yang berlaku.Komponen Pengawasan dan Pengendalian
adalah : 1) Setting standar, 2) Measuring Perform, 3) Reporting Result, 4) Corrective Action,
5) Redirection
A. Konsep Mutu Pelayanan Kesehatan
Menurut Amin dan Wahba (2003), kepuasan karyawan, fasilitas rumah sakit dan
factor pasar adalah faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja rumah sakit dan hal tersebut
berdampak pada kepuasan pasien, mutu pelayanan klinik dan pendapatan rumah sakit. Faktor
lain yang ikut berpengaruh adalah faktor kepemimpinan dan manajemen serta faktor tenaga
kerja dan beban kerja (Griffiths dkk, 2008). Faktor-faktor tersebut digambarkan sebagai
berikut :

Gambar 1. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja mutu pelayanan rumah sakit

Kepuasan KINERJA MUTU


PELAYANAN RUMAH
karyawan SAKIT Kepuasan
1. Indikator pelayanan non
bedah
- Angka kejadian dengan Pasien
dekubitus
Fasilitas - Angka kejadian dengan jarum
infus
rumah sakit - Angka kejadian infeksi karena
transfusi darah
- Angka ketidaklengkapan Mutu
pengisian catatan medik Pelayanan
- Angka keterlambatan Klinik
Faktor pasar pelayanan pertama gawat
darurat

2. Indikator pelayanan bedah


- Angka infeksi luka operasi
Faktor - Angka komplikasi pasca bedah
Kepemimpinan & - Angka tunggu sebelum operasi
Manajemen : elektif Pendapatan
- Gaya kepemimpinan - Angka appendik normal Rumah Sakit
- Peran manajemen
keperawatan
- Teamwork
- MSDM
- Clinical Governance

Faktor Tenaga
Kerja & Beban
Kerja
- Staffing & ketrampilan
perawat
- BOR
Sumber : Amin & Wahba (2003), Griffiths dkk (2008)

A. Konsep Mutu Pelayanan Kesehatan


Mutu merupakan pertimbangan faktor keputusan yang paling mendasar dari
seorang pelanggan untuk memakai suatu produk barang atau jasa. Suatu nilai mutu
berdasarkan atas pengalaman nyata pelanggan terhadap produk atau jasa pelayanan.
Menurut Donabedian (1980, dalam Wijoyo 1997) bahwa kualitas mutu pelayanan adalah
suatu pelayanan yang diharapkan dapat meningkatkan atau memaksimalkan kesejahteraan
pelanggan atau pasien. Sedangkan menurut Azwar (1996) mutu pelayanan kesehatan
adalah sesuatu yang menunjuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan, dimana
pada satu pihak dapat menimbulkan kepuasan setiap pasien sesuai dengan tingkat
kepuasan rata-rata, serta dipihak lain melalui tata cara penyelenggaraan sesuai dengan
kode etik dan standar profesi yang telah ditetapkan.
Kualitas atau mutu sebuah pelayanan kesehatan dapat dilihat dari beberapa sudut
pandang/perspektif berikut ini :
a. Sudut pandang pasien dan masyarakat
Kualitas pelayanan berarti suatu rasa empati, respek dan tanggap akan kebutuhannnya
b. Sudut pandang petugas kesehatan
Kualitas pelayanan berarti melakukan segala sesuatu yang tepat untuk meningkatkan
derajat kesehatan pasien dan masyarakat
c. Sudut pandang manajer atau administrator
Kualitas pelayanan berarti apabila memiliki tenaga profesional yang berkualitas dan
cukup.
Penilaian kualitas suatu pelayanan kesehatan dapat dilihat dari beberapa aspek. Menurut
Donabedian, seperti yang disampaikan oleh Wijono 1997, bahwa pendekatan kualitas
pelayanan kesehatan dapat ditinjau dari aspek berikut :
a. Struktur
Struktur adalah sarana fisik perlengkapan dan peralatan, organisasi dan
manajemen,keuangan, sumber daya manusia dan sumber daya lainnya di fasilitas
kesehatan.
b.ProsesProses adalah semua kegiatan yang dilaksanakan secara profesional oleh tenaga
kesehatan
c.Outcomes
Outcomes adalah hasil akhir dari suatu aktifitas kegiatan pelayanan kesehatan.
DimensiKualitas Pelayanan yang dikembangkan oleh Zeithhaml dkk. dapat digambarkan
berikut ini :
a) Tangibles (Bukti langsung/fisik)
b) Reliability (Keterandalan atau kehandalan).
c) Responsiveness (Daya tanggap)
d) Assurance (Jaminan)
e) Empathy (Perhatian/empati)

B. Konsep Kinerja
Kinerja berasal dari pengertian performance. Ada pula yang memberikan pengertian
performance sebagai hasil kerja atau prestasi kerja. Namun, sebenarnya kinerja
mempunyai makna yang lebih luas, bukan hanya hasil kerja, tetapi termasuk bagaimana
proses pekerjaan berlangsung (Wibowo, 2009).
Kinerja merupakan hasil pekerjaan yang mempunyai hubungan kuat dengan tujuan
strategis organisasi, kepuasan konsumen, dan memberikan kontribusi pada ekonomi
(Armstrong dan Baron, 1998).
Menurut Gibson (1997), secara teoritis ada tiga kelompok variabel yang
mempengaruhi perilaku kerja dan kinerja, yaitu variabel individu, variabel organisasi dan
variabel psikologis. Ketiga kelompok variabel tersebut mempengaruhi perilaku kerja dan
pada akhirnya mempengaruhi kinerja personel.
Menurut Notoatmodjo (2000) ada teori yang mengemukakan tentang faktor-faktor
yang mempengaruhi kinerja yang disingkat dengan ACHIEVE yang artinya Ability
(kemampuan pembawaan), Capacity (kemampuan yang dapat dikembangkan), Help
(bantuan untuk terwujudnya kinerja), Incentive (insentif material maupun non material),
Environment(lingkungan tempat kerja karyawan), Validity (pedoman atau petunjuk dan
uraian kerja) dan Evaluation (adanya umpan balik hasil kerja).
Davis (1985) juga mengatakan bahwa faktor yang dapat mempengaruhi pencapaian
kinerja seseorang adalah faktor iklim kerja yaitu yang menyangkut lingkungan yang ada
atau yang dihadapi oleh manusia yang berada dalam suatu organisasi yang mempengaruhi
seseorang dalam melakukan tugas dan pekerjaannya.
Menurut Kepmenkes no. 228 tahun 2002, untuk mengukur kinerja rumah sakit ada
beberapa indikator, yaitu:
a. Input,
yang dapat mengukur pada bahan alat sistem prosedur atau orang yang memberikan
pelayanan misalnya jumlah dokter, kelengkapan alat, prosedur tetap dan lain-lain.
b. Proses,
yang dapat mengukur perubahan pada saat pelayanan yang misalnya kecepatan
pelayanan, pelayanan dengan ramah dan lain-lain.
c. Output,
yang dapat menjadi tolok ukur pada hasil yang dicapai, misalnya jumlah yang
dilayani, jumlah pasien yang dioperasi, kebersihan ruangan.
d. Outcome,
yang menjadi tolok ukur dan merupakan dampak dari hasil pelayanan sebagai
misalnya keluhan pasien yang merasa tidak puas terhadap pelayanan dan lain-lain.
e. Benefit,
adalah tolok ukur dari keuntungan yang diperoleh pihak rumah sakit maupun
penerima pelayanan atau pasien yang misal biaya pelayanan yang lebih murah,
peningkatan pendapatan rumah sakit.
f. Impact,
adalah tolok ukur dampak pada lingkungan atau masyarakat luas misalnya angka
kematian ibu yang menurun, meningkatnya derajat kesehatan masyarakat,
meningkatnya kesejahteraan karyawan.
BAB III
ANALISA SITUASI

PENGKAJIAN
Pada Bab ini menguraikan hasil penelitian tentang pengalaman perawat dalam melakukan
Standar Prosedur Operasional (SPO) perawatan luka di ruang Nakula 2 RSUD Kota
Semarang, kemudian di bahas sesuai literatur.Hasil penelitian di uraikan menjadi 3
bagian,Bagian pertama menjelaskan gambaran lokasi penelitian. Kedua menjelaskan tentang
karakteristik partisipan yang terlibat secara langsung dalam penelitian dengan singkat dan
bagian ketiga menguraikan hasil tematik tentang pengalaman partisipasi.
A. Kegiatan Perawatan Luka
Berdasarkan penelitian yang telah di laksanakan di ketahui bahwa mayoritas perawat
memiliki latar belakang pendidikan dengan D3 Keperawatan.
Hasil penelitian ini bahwa mayoritas perawat melakukan perawatan luka hanya
sebagai rutinitas saja, dikarenakan belum tersedianya SPO perawatan luka di ruangan,
kemudian belum tersedianya alat perawatan luka yang lengkap.
Cara kerja yang dilakukan perawat dalam perawatan luka di ruang Nakula 2 RSUD
Kota semarang menunjukan bahwa ketidaklengkapan alat yang di gunakan dalam
perawatan luka, yaitu tidak memakai bengkok untuk meletakkan alat(pinset anatomis dan
sirugis) yang telah dipakai, juga sebagai tempat membuang sampah(bekas balutan lama)
Hasil penelitian yang telah di laksanakan di temukan bahwa perawat menggunakan 1
handscoon untuk semua pasien..

ANALISA DATA
No Data Fokus Masalah
1 Pada tanggal 3 juni 2016, perawat melakukan Kurangnya pemahaman perawat
perawatan luka hanya sebagai rutinitas saja. mengenai pearawatan luka yang
Hal ini menunjukan bahwa kuranngnya sesuai dengan SPO.
pengetahuan perawat terhadap cara perawatan
luka sesuai dengan SPO, Hal ini di buktikan
dengan ketidaksesuaian penggunaan alat dalam
perawatan luka yang di lakukan di ruangan.

2. Pada tanggal 3 Juni 2016 perawat melakukan Keterbatan alat GB set di ruangan
tindakan perawatan luka tanpa menggukan
bengkok untuk tempat meletakkan alat (pinset
anatomis dan sirugis) yang telah dipakai.

ALTERNATIF CARA PENYELESAIAN


No Penyebab Masalah Rencaran Penyelesaian Masalah
1 Kurangnya pemahaman perawat Kepala ruang memberikan pengarahan
mengenai pearawatan luka yang sesuai kepada perawat ruangan dan kepala ruang
dengan SPO melaporkan kepada kepala bidang
Keperawatan atau penanggung jawab
Rawat Inap untuk tindak lanjud pembuatan
SPO perawatan luka untuk di berikan ke
ruangan
2 Keterbatan alat GB set di ruangan Kepala ruang memberikan pengarahan
kepada perawat ruangan dan Kepala ruang
melapoorkan kepada kepala bidang
keperawatan atau penanggung jawab rawat
inap untuk pemenuhan alat(GB set)
DIAGRAM FISHBONE

1. Kurangnya pemahaman
pearwat mengenai perawatan
luka yang sesuai dengan SPO.
2. Keterbatan alat GB set di
ruangan

1. Kurangnya
pengetahuan
Man 2. Keterbatasan
alat
3. Tidak
efektifnya case
management

Metode

Kurangnya pemahaman, dan


komunikasi antara perawat dan
kepala ruang

RENCANA PELAKSANAAN PEMECAHAN MASALAH

No Rencana tindakan metode sasaran Bahan waktu tempat Pelaksana


dan alat

1 Kepala ruang Diskusi Perawat - Menyes Ruang Kepala


memberi , dan uaikan nakula 2 ruang
pengarahan kepada pengara penangg
perawat dan han ung
melaporkan ke jawab
penanggung jawab instalasi
instalasi rawat inap rawat
2 Kepala ruang diskusi inap - Menyes Nakula Kepala
mengadakan uaikan 2 ruang
diskusi dan kepada Perawat
perawat ruangan dan
dan melaporkan ke perawat
penanggung jawab
instalasi rawat inap
untuk pemenuhan
GB set lengkap.
DAFTAR PUSTAKA

Bryant, Ruth. ( 2007). Acute & cronic Wounds; Current Management Concept. Philadelphia :
Mosby Elsevier

DEPKES RI. (2001). Profil Kesehatan Indonesia 2000. Jakarta : Departeman Kesehatan RI.

Suriadi. (2007). Perawatan Luka. Pontianak : Romeo Grafika.

Dewi D, (2008). Efektifitas Perkembangan Luka dan pembiayaan luka kaki diabetes
menggunakan balutan konveksional dibandingkan dengan balutan luka modern.

Frans J. Peter, (2006), woundmanagement cost effectivenes in wound care. Retreved from
http:/www.healwound.org

Morison MJ. 2004), manajemen luka, jakarta: EGC

Widasari health oorganization, (2006), seri perawatan luka terpadu perawatan luka diabetis.
Wocare Indonesia: Bogor

Anda mungkin juga menyukai