Anda di halaman 1dari 81

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Praktek pelayanan keperawatan di beberapa rumah sakit di Indonesia


belum mencermirnkan praktik pelayanan professional. Metode pemberian asuhan
keperawatan yang dilaksanakan belum sepenuhnya berorientasi pada upaya
pemenuhan kebutuhan klien ,melainkan lebih berorientasi pada tugas. Era
globalisasi dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan
menuntut perawat sebagai suatu profesi, memberi pelayanan kesehatan yang
optimal. Indonesia juga berupaya mengembangkan model praktik keperawatan
professional (MPKP) (Siswano,2008).
Ricky W. Griffin dalam Wikipedia (2009), mendefinisikan manajemen
sebagai sebuah proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan
pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran secara efektif dan efisien.
Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai perencanaan, sedangkan efisien
berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara benar, terorganisir sesuai
dengan jadwal. Nursalam (2012) menjelaskan bahwa manajemen keperawatan
adalah suatu proses bekerja melalui anggota staf keperawatan untuk memberikan
asuhan keperawatan secara profesional. Manajer keperawatan dituntut untuk
merencanakan, mengorganisasikan, memimpin, dan mengevaluasi sarana dan
prasarana yang tersedia untuk dapat memberikan asuhan keperawatan yang
seefektif dan seefisien mungkin bagi individu, keluarga, dan masyarakat.
Berdasarkan hasil pengkajian tanggal 6 dan 7 Januari 2020, didapatkan
bahwa di ruang Dahlia Garing BRSU Tabanan menggunakan metode MPKP
Modifikasi, maka kami juga menerapkan Metode Praktek Keperawatan
Profesional (MPKP) Modifikasi, dimana pelaksanaannya melibatkan semua
pasien kelolaan di Ruang Dahlia Garing BRSU Tabanan dengan Perawat yang
bertugas di ruang tersebut. Saat ini Ruang Dahlia Garing BRSU Tabanan sudah
melaksanakan model praktek keperawatan professional namun belum maksimal
karena adanya berbagai kendala salah satunya keterbatasan tenaga, dimana
Kualifikasi Pendidikan petugas perawat yang berada di Ruang Dahlia Garing
sebagian berkualifikasi D III Keperawatan sebanyak 20 orang, 7 orang Sarjana
Keperawatan + Ners, 1 orang SPK dan 1 orang Sarjana Sosial. Berdasarkan
fenomena tersebut, maka kami juga menerapkan Model Praktik Keperawatan
Profesional dimana pelaksanaannnya melibatkan semua pasien kelolaan yang
dirawat di Ruang Dahlia Garing BRSU Tabanan.
2

B. Tujuan
1. Tujuan Umum

Setelah melaksanakan kegiatan praktik manajemen keperawatan,


diharapkan mahasiswa mampu menerapkan konsep dan prinsip-prinsip
kepemimpinan serta manajemen keperawatan dengan menggunakan Model
Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) dengan metode pemberian asuhan
keperawatan primer.

2. Tujuan Khusus

Adapun yang menjadi tujuan khusus dalam pelaksanaan MPKP ini adalah
sebagai berikut :
a) Melakukan pengkajian situasi ruangan di Ruang Dahlia Garing BRSU
Tabanan dengan metode pendekatan 5M (Man, Material, Method, Money
and Market), 1C (customer), E1 (Environment)
b) Melakukan analisis situasi berdasarkan analisa Fish Bone.
c) Merumuskan permasalahan serta prioritas masalah yang ditemukan di
ruang Dahlia Garing BRSU Tabanan dan program inovasi yang dapat
diterapkan di ruang Dahlia.
d) Menyusun rencana strategis dan operasional ruangan, rencana strategis
untuk menjalankan program inovasi yang telah ditemukan berdasarkan
hasil pengkajian Model Praktek Keperawatan Profesional, antara lain (1)
timbang terima, (2) ronde keperawatan, (3) supervisi keperawatan, (4)
dokumentasi keperawatan, (5) sentralisasi obat. (6) discharge planning dan
(7) aplikasi peran.
e) Mengevaluasi pelaksanaan rencana strategi operasional ruangan
berdasarkan hasil pengkajian Model Praktek Keperawatan Profesional
yaitu : timbang terima, ronde keperawatan, supervisi keperawatan,
dokumentasi keperawatan, sentralisasi obat, discharge planning dan
aplikasi peran.
3

C. Manfaat
1. Bagi Pasien
Tercapainya kepuasan pasien atau customer tentang pelayanan keperawatan
yang diperoleh khususnya di Ruang Dahlia Garing BRSU Tabanan.
2. Bagi Perawat
a. Tercapainya tingkat kepuasan kerja optimal.
b. Terbinanya hubungan baik antara perawat dengan perawat, perawat
dengan tim kesehatan lain, dan perawat dengan pasien dan keluarganya.
c. Tumbuh dan terbinanya akuntabilitas dan disiplin perawat.
3. Bagi Rumah Sakit
a. Terciptanya inovasi baru dalam pengelolaan suatu ruang rawat inap
sehingga dapat memodifikasi metode penugasan yang akan dilaksanakan.
b. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan khususnya keperawatan.
c. Mengetahui masalah-masalah yang ada di ruang rawat inap khususnya
Ruang Dahlia Garing BRSU Tabanan yang berkaitan dengan pelaksanaan
asuhan keperawatan profesional, sehingga dengan adanya MPKP akan
mampu memberikan solusi atau perubahan yang lebih optimal dalam hal
pelayanan keperawatan.
4. Tempat dan Waktu
Tempat dilaksanakannya praktik klinik manajemen keperawatan ini adalah di
ruang Dahlia BRSU Tabanan selama 18 hari mulai tanggal 6 Januari – 23
Februari 2020.

1
4

BAB II
GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT

A. Kajian Situasi Badan Rumah Sakit Umum (BRSU) Tabanan


Badan Rumah Sakit Umum (BRSU) Tabanan merupakan rumah sakit milik
Pemerintah Kabupaten Tabanan, terletak di jantung kota Tabanan dengan
kapasitas 225 tempat tidur dan merupakan RS tipe B Pendidikan sejak 10 Agustus
2016, yang telah terakreditasi 16 pokja layanan dan ISO 9001:2008. BRSU
Tabanan berdiri pada tanggal 24 November 1953 dengan nama Rumah Sakit
Umum Tabanan. Yang berdiri diatas tanah seluas 1.610 m².
Pada bulan April 2002 sistem pengelolaan keuangan BRSU Tabanan bersifat
”Swadana” dan pada bulan Juni 2006 menjadi BLU (Badan Layanan Umum).
Pada bulan Mei 2014 lulus Akreditasi Standar 2012 dengan tingkat Paripurna.
Sampai saat ini kapasitas tempat tidur BRSU Tabanan 225 tempat tidur.
Badan Rumah Sakit Umum Tabanan di percaya sebagai Rumah Sakit
Rujukan Regional Bali Barat dengan pelayanan kesehatan spesialistik yang
paripurna dan bermutu prima yang menekankan pada pelayanan yang cepat,
tepat, akurat terpercaya dan profesional dengan harga yang terjangkau serta
senantiasa mengutamakan kepuasan pelanggan. Badan Rumah Sakit Umum
Tabanan juga berperan dalam menunjang pariwisata di Bali khususnya dalam hal
memberikan rasa aman/safety ketika mereka menderita sakit.
Badan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Tabanan adalah Rumah Sakit
milik Pemerintah Kabupaten Tabanan yang didirikan pertama kali berupa
Poliklinik Kota (tahun 1951), kemudian menjadi Rumah Bersalin (tahun 1953)
dan akhirnya menjadi Rumah Sakit Umum tahun 1956.

1. Visi, Misi, Motto


a. Visi
Menjadi rumah sakit bermutu prima yang mengutamakan keselamatan klien,
berwawasan Tri Hita Karana menuju rumah sakit pendidikan dan berkelas
dunia.
b. Misi
1) Mewujudkan fasilitas sarana prasarana layanan yang bermutu, melalui SDM
rumah sakit yang profesional, produktif dan berkomitmen serta berintegritas
sebagai landasan pemberian pelayanan kesehatan di rumah sakit.
2) Memberikan pelayanan kesehatan yang paripurna dan bermutu prima melalui
peningkatan standar mutu layanan kesehatan yang terakreditasi serta
megutamakan keselamatan klien.
4
5

3) Menjalankan proses pendidikan dan penelitian yang berkualitas dan


mengarah pada pengembangan ilmu teknologi kesehatan berbasis SIM-RS.

c. Motto
”Cepat, Efektif, Mudah, Efisien, Ramah, lancar, Aman, Nyaman dan
Gairah (CEMERLANG)”
Cepat : Pelayanan yang segera, sigap dan tanggap
Efektif : Pelayanan dengan hasil yang memuaskan tingkat
Kesembuhan yang tinggi).
Mudah : Pelayanan yang mudah dimengerti dan tidak berbelit- belit.
Efisien : Pelayanan dengan biaya yang minimal dengan hasil yang
optimal.
Ramah : Pelayanan yang ditandai dengan senyum, salam dan sapa
yang hangat.
Lancar : Pelayanan yang berkesinambungan
Aman : Pelayanan yang memberikan rasa aman baik fisik, mental,
emosional, material-spiritual.
Nyaman : Pelayanan dengan lingkungan yang bersih, indah, asri dan
suasana yang tertib dan penuh kekeluargaan.
Gairah : Pelayanan yang diberikan dengan semangat, disiplin
disertai dengan rasa senang dan gembira
6

2. Struktur Organisasi Rumah Sakit

DIREKTUR
Dr. I Nyoman Susila,M.Kes
KELOMPOK JABATAN
FUNGSIONAL

WADIR PELAYANAN & PENGENDALIAN WADIR PENUNJANG WADIR OPERASIONAL RS


MUTU Ir. I Made Wisnawa ,Mt I Nyoman Hari Sujana,SE,MSi
Dr. Ni Luh Gede Sukardiasih, M. For.MARS

Bid. Pelayanan Medik Bid. Pengendalian Mutu Bid. Penunjang Medik Bid. Penunjang non-medik Bid. Umum. Hukum Dan Bid. Perencanaan
Dr. I Gede Sudiarta I Ketut Sulawa, S.Kep.,Ns Drg. Desak Mahastiti, M.Kes Dr. I Wayan Doddy Setiawan Kepegawaian Keuangan
Irina RosmalaDewi, I Nengah Juliasa SE,MSi
S.Sos.MSi
Sub bid. Rajal Ranap Rasif Sub. Bid Keper & Mutu Sub. Bidang Logistik Sub. Bid Sar Pras RS Sub. Bid Sunprog
Dr. I Made karnabinawa Nesa IMade Paca Yasa, S.Kep.,NS Ni Luh Yuliawati, SE I Made Wirka,A.MR SKM Sub. Bid Umum
Ni Putu Febriani, SE,MSi
I Putu Antika S.ST

Sub. Bid Radar dan Tindik Sub. Bid Rekam Medik. Sub. Bidang Diagnostik Sub. Bid Kesling Sub. Bid Hukum dan Sub. Bid Keuangan dan
Dr. Anak Agung Ngurah Putra SIM dan Humas I Made Adi Wahyu I Ngh Wira Wijana, Kepeg Akutansi
Wiradana,MARS I Made Daksana,S.Kep.,Ns S.Kep.Ns I Gst Agung Putu Sujendra Ni Nyoman Wintariani, SE
Suarjaya,A.MD.PK.SKM
7

B. Gambaran Umum Ruangan Dahlia


Ruang Dahlia Garing merupakan ruangan yang merawat pasien interna dan
kemoterapi. Ruang ini melayani pasien umum maupun pasien yang menggunakan
jaminan kesehatan yang terdiri 11 kamar, dengan 3 kamar kelas 1, 4 kamar kelas 2,
dan 4 kamar kemoterapi.
Kelas I diruangan ini diantaranya Dahlia Garing 1, Dahlia Garing 2 dan Dahlia
Garing 3, yang memiliki fasilitas, diantaranya 2 tempat tidur, kipas angin , Kamar
Mandi, Kursi Pengunjung, dan tempat sampah ditiap ruangan. Kelas II diruangan ini
diantaranya Dahlia Garing 4, Dahlia Garing 5, Dahlia Garing 6, Dahlia Garing 7 yang
memiliki fasilitas diantaranya, 4 tempat tidur, 1 kamar mandi, kursi pengunjung dan
tempat sampah. Ruang Kemoterapi di ruangan ini diantaranya kamar 8 adalah kamar
isolasi, kamar 9 adalah kamar kemoterapi kelas 1 , kamar 10 adalah kamar
kemoterapi non-kelas dan kamar 11 adalah kamar persiapan kemoterapi yang
memiliki fasilitas 2-4 tempat tidur dimasing-masing kamar, kursi pengunjung, lemari
pakaian, 1 kamar mandi, kipas angin dan tempat sampah. Fasilitas lain yang dimiliki
oleh ruang Dahlia adalah Nurse Station, ruang jaga , ruang kepala ruangan, serta
spoel hoek. Ruang Dahlia Garing memiliki batas-batas sebagai berikut: batas utara:
Ruang Gryatama, batas Timur: Ruang Anggrek, batas selatan: Ruang Poliklinik, batas
barat: Jalan Diponegoro BRSU Tabanan berlokasi di Jalan Pahlawan Delod Peken,
Kecamatan Tabanan, Kabupaten Tabanan, Bali. Denah Ruangan Dahlia Garing
terlampir.

C. Analisa Swot Ruangan


Berdasarkan permasalahan tersebut kemudian kelompok mencoba
menganalisisnya berdasarkan kekuatan, kelemahan yang dimiliki oleh ruang
Cempaka dan berdasarkan peluang, serta ancaman yang ada (analisis SWOT).
Analisis SWOT ini ditinjau dari dua faktor yaitu faktor internal dan eksternal. Adapun
yang merupakan faktor internal (IFAS) adalah strengths (Kekuatan = S) dan
weakness (kelemahan = W) sedangkan yang menjadi faktor eksternal (EFAS) yaitu
opportunities (peluang = O) dan threats (ancaman = T).
1. Faktor Internal
 Strength
Strength (kekuatan) merupakan situasi dan kemampuan internal yang bersifat
positif yang memungkinkan organisasi memenuhi keuntungan strategis dalam
pencapaian visi dan misi yang telah ditetapkan.
8

 Weakness
Kelemahan adalah situasi dan kemampuan internal yang bersifat negatif yang
menghambat organisasi dalam pencapaian visi dan misi.
2. Faktor eksternal
 Opportunity
Opportunity (Peluang) merupakan kondisi eksternal yang bersifat positif yang
menjadi peluang bagi organisasi dalam mencapai visi dan misi.
 Threats
Threats (ancaman) adalah kondisi eksternal yang bersifat negatif yang menjadi
ancaman bagi organisasi dalaam mencapai visi dan misi.Dalam pemberian bobot
saat melakukan analisis SWOT, bobot masing-masing faktor mulai 1.0 (paling
penting) sampai dengan 0,0 (tidak penting. Sedangkan saat memberikan rating
atau peringkat masing-masing faktor dengan memberikan skala mulai 4 (sangat
baik) sampai dengan 1 (kurang) berdasarkan pengaruh faktor tersebut (Nursalam,
2014)
a. Mengitung IFAS dengan rumus S-W
S = hasil akhir dari perkalian antara bobot dan rating pada point strength
W = hasil akhir dari perkalian antara bobot dan rating pada point weakness
b. Menghitung EFAS dengan rumus O-T
O= hasil akhir dari perkalian antara bobot dan rating pada point opportunity
T = hasil akhir dari perkalian antara bobot dan rating pada point threat

Tabel 3.7 Identifikasi Situasi Ruangan Berdasarkan Pendekatan Analisa SWOT


No Analisis SWOT Bobot Rating Score Kesimpulan
1. M1 (Man)
Internal Faktor (IFAS)
Strength
1. Terdapat struktur organisasi ruangan 0,2 4 0,8 S–W
2. Struktur organisasi sudah sesuai dengan = 3,3– 3
MPKP 0,2 4 0,8 = 0,3
3. Jenis ketenagaan yang ada di ruang
Dahlia Garing S1 Keperawatan :2 orang 0,3 3 0,9
S1 + Ners Keperawatan : 4 orang
D3 Keperawatan : 9 orang, SPK : 1
orang
4. Pembagian tugas keperawatan jelas
0.2 3 0,6
5. Semua perawat di ruang Dahlia Garing
memiliki kesempatan yang sama untuk 0,1 2 0,2
mengikuti pelatihan
Total 1 13 3,3
Weakness
1. Kurangnya tenaga keperawatan yang ada 1 3 3
diruang dahlia.
Total 1 3 3
Eksternal Faktor (EFAS)
Opportunity
1. Semua perawat diberikan kesempatan 0,25 2 0,5 O–T
yang sama untuk melanjutkan = 3,3 – 2,9
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi = 0,4
2. Adanya kesempatan untuk menambah
0,2 3 0,6
jumlah tenaga perawat
9

3. Adanya mahasiswa praktik yang sedang 0,3 4 1,2


melakukan praktik di ruangan
4. Ada kerjasama yang baik antara institusi
pendidikan dengan rumah sakit 0,25 4 1

Total 1 13 3,3
Threatened
1. Adanya tuntutan tinggi dari masyarakat 0,3 3 0,9
untuk pelayanan yang lebih professional
2. Semakin tinggi kesadaran masyarakat
tentang pentingnya kesehatan 0,4 3 1,2
3. Kebijakan pemerintah tentang asuransi
0,1 2 0,2
kesehatan
4. Munculnya RS Swasta sebagai pesaing
0,2 3 0,6
dalam pemberian pelayanan kesehatan

Total 1 11 2,9
2. M2 (Material) S–W
Internal Faktor (IFAS) = 3,6– 3
Strength = 0,6
1. Terletak pada lantai 1 yang tenang, 0,3 4 1,2
nyaman dan aman.
2. Tersedianya sarana dan alat – alat medis
yang memadai untuk pasien, tenaga 0,3 3 0,9
kesehatan dan keluarga pasien termasuk
sarana prasarana universal precaution
untuk perawat.
3. Tersedianya Nurse Station
4. Pemeliharaan dan perawatan dari sarana 0,3 4 1,2
dan prasarana penunjang kesehatan
sudah ada. 0,1 3 0,3
Total 1 12 3,6
Weakness
1. Tidak adanya ruang khusus untuk Karu 1 3 3
dan ruang khusus diskusi untuk
mahasiswa.
Total 1 3 3
Eksternal Faktor (EFAS) O–T
Opportunity = 3,3 – 3
1. Adanya anggaran untuk pembelian 0,3 4 1,2 = 0,3
sarana.
2. Adanya kesempatan untuk pergantian
alat – alat yang tidak layak pakai. 0,4 3 1,2
3. Adanya kesempatan untuk menambah
0,3 3 0,9
peralatan yang dibutuhkan.
Total 1 8 3,3
Threatened
1. Terdapat tuntutan dari masyarakat dalam 0,5 3 1,5
pemenuhan kelengkapan sarana dan
prasarana kesehatan
2. Adanya tuntutan globalisasi untuk
0,5 3 1,5
meningkatkan kualitas pelayanan
keperawatan
Total 1 6 3
3. M3 (Methoda) S–W
Internal Faktor (IFAS) = 3,5– 3
10

Strength = 0,5
1. Ruang Dahlia Garing menerapkan
MPKP Modifikasi 0,1 4 0,4
2. Model yang digunakan sesuai dengan
0,25 4 1
visi dan misi ruangan.
3. Model yang digunakan cukup efisien 0,25 3 0,75
4. Memiliki standar asuhan keperawatan
5. Terlaksananya komunikasi yang baik 0,2 4 0,8
antar profesi. 0,1 3 0,3
6. Mempunyai protap setiap tindakan.
0,1 3 0,3

Total 1 21 3,5
Weakness
1. Kurangnya jumlah tenaga yang 1 3 3
membantu optimalisasi penerapan model
yang digunakan

Total 1 3 3
Eksternal Faktor (EFAS)
Opportunity
1. Adanya kerjasama yang baik antara 0,3 4 1,2 O–T
mahasiswa yang praktek dengan perawat = 3,3 – 2,5
= 0,8
ruangan
2. Kepercayaan dari pasien dan masyarkat
0,3 3 0,9
cukup baik
3. Ada kebijakan RS tentang pelaksanaan
0,4 3 1,2
MPKP
Total 1 11 3,3
Threatened
1. Adanya tuntutan yang lebih tinggi dari 0,5 3 1,5
pasien untuk mengetahui kondisi
kesehatannya
2. Kebebasan pers menyebabkan mudahnya
0,3 2 0,6
penyebaran informasi di dalam ruangan
ke masyarakat
3. Persaingan dengan RS dan klinik lain 0,2 2 0,4
Total 1 7 2,5
4 Timbang Terima
Internal Faktor (IFAS)
Strength
1. Karu, perawat primer dan perawat S–W
associate sudah melaksanakan diskusi 0,1 4 0,4 = 3,1– 3,6
tentang keadaan klien diruang perawat. = -0,5
2. Timbang terima dilakukan setiap
0,1 4 0,4
pergantian shift.
3. Diikuti oleh semua perawat yang telah
0,1 4 0,4
dan akan dinas
4. Ada klarifikasi, tanya jawab, dan 0,2 2 0,4
validasi terhadap semua yang ditimbang
terimakan.
5. Semua perawat tahu hal-hal yang perlu
dipersiapkan dalam timbang terima. 0,2 3 0,6
6. Adanya buku khusus untuk pelaporan
0,1 2 0,2
11

timbang terima.
7. Buku timbang terima ditandatangani 0,1 4 0,4
oleh perawat jaga.
8. Timbang terima menggunakan system 0,1 3 0,3
SBAR saat pelaporan.

Total 1 24 3,1
Weakness
1. Perawat melakukan operan bersama di 0,3 4 1,2
dalam ruangan namun pada saat operan
keliling hanya dilakukan per PP
2. Perawat jarang memperkenalkan nama 0,3 4 1,2
pengganti shift jaga berikutnya dan
dari/sampai jam berapa mereka akan
berjaga.
3. Timbang terima sudah dilakukan 0,3 3 0,9
dengan baik (PP melaporkan
identitas pasien, keluhan utama, DS,
DO, masalah keperawatan dan
intervensi) tetapi intervensi masih
bersifat umum tidak berdasarkan
masalah keperawatan
4. Beberapa perawat kurang disiplin waktu
0,1 3 0,3
saat akan melaksanakan operan.

Total 1 17 3,6
Eksternal Faktor (EFAS) O–T
Opportunity = 3,5 – 4
1. Klien menyambut dengan baik = -0,5
penjelasan yang diberikan oleh 0,25 3 0,75
perawatan tentang perkembangan
penyakitnya.
4 1
2. Adanya tambahan tenaga S1 0,25
keperawatan dan Profesi Ners yang
sedang praktik manajemen. 1
3. Adanya kerjasama yang baik antara 4
0,25
mahasiswa dengan perawat ruangan
4. Sarana dan prasarana penunjang cukup 0,25 3 0,75
tersedia
Total 1 14 3,5
Threatened
1. Adanya tuntutan lebih tinggi dari
masyarakat untuk mendapatkan 0,5 4 2
pelayanan keperawatan professional
2. Meningkatnya kesadaran masyarakat
0,5 4 2
tentang tanggung jawab dan tanggung
gugat perawat sebagai pemberi asuhan
keperawatan
Total 1 8 4
5 Ronde Keperawatan S–W
Internal Faktor (IFAS) = 3 – 3,4
Strength = -0,4
1. Rumah sakit memiliki misi untuk
yang 0,18 3 0,54
memberikan pelayanan
12

professional
2. Ruangan telah memiliki tenaga S1 + 0,18 3 0,54
Ners Keperawatan
3. Adanya dukungan dari bidang 0,14 3 0,42
keperawatan untuk terselenggaranya
ronde keperawatan
4. Kepala ruangan mendukung adanya
ronde keperawatan. 0,4 3 1,2
5. Staf perawat di ruangan mendukung
adanya ronde keperawatan. 0,1 3 0,3

Total 1 14 3
Weakness
1. Tidak ada tuntutan pihak manajemen 0,5 3 1,5
untuk mengadakan ronde
0,10 3 0,3
2. Pemahaman tentang ronde masih
kurang dikalangan perawat
3. Mobilisasi antar tim kesehatan tinggi 0,25 4 1
sehingga kesulitan dalam menetapkan
waktu untuk melakukan ronde.
4. Karakteristik tenaga yang memenuhi 0,15 4 0,6
kualifikasi belum merata.

Total 1 14 3,4
Eksternal Faktor (EFAS) O–T
Opportunity = 3,4 - 3
1. Adanya berbagai profesi kesehatan di RS 0,5 3 1,5 = 0,4
yang dilibatkan dalam ronde
keperawatan
2. Adanya kesempatan dari kepala ruangan
0,25 3 0,75
untuk mengadakan ronde keperawatan
pada perawat dan mahasiswa praktik.
3. Adanya persaingan dari rumah sakit lain,
sehingga memotivasi perawat untuk 0,25 3 0,75
memecahkan suatu masalah semakin
tinggi.
4. Adanya kasus-kasus yang memerlukan
perhatian khusus di ruangan
0,1 4 0,4

Total 1 13 3,4
Threatened
1. Meningkatkan pengetahuan masyarakat 0,5 3 1,5
tentang pelayanan kesehatan
2. Adanya tuntutan yang lebih tinggi dari 0,5 3 1,5
pasien yang terjadi di ruangan
Total 1 6 3
6 Sentralisasi Obat S–W
Internal Faktor (IFAS) = 2,67 – 2
Strength = 0,67
1. Sentralisasi obat sudah terlaksana 0,1 2 0,2
13

dengan system ODD (One Day Dose)


dimana obat diamprah untuk sehari
pemakaian obat.
2. Adanya pemisahan dalam penyimpanan
0,2 3 0,6
obat-obat high alert.
3. Adanya pengecekan obat oleh perawat 0,13 2 0,26
setelah obat datang
4. Sebagian besar perawat pernah
melakukan sentralisasi obat mulai dari 0,3 3 0,9
pemberian informasi pada pasien hingga
pendokumentasian sentralisasi obat.
5. Terdapat form serah terima obat (CPO)
6. Kesediaan pasien di ruangan untuk
dilakukannya sentralisasi obat 0,1 2 0,2

0,17 3 0,51

Total 1 15 2,67
Weakness
1. Membutuhkan waktu dan tenaga extra 0,4 2 8
serta ketelitian dari perawat.
2. Tidak ada satu ruangan khusus untuk
0,6 2 1,2
sentralisasi obat.

Total 1 4 2
Eksternal Faktor (EFAS) O–T
Opportunity = 3,6 – 3
1. Kerja sama yang baik antara perawat dan 0,4 3 1,2 = 0,6
mahasiswa saat melakukan sentralisasi
obat..
2. Adanya mahasiswa S1 Keperawatan dan
0,6 4 2,4
Profesi Ners yang prakterk manajemen
keperawatan

Total 1 7 3.6
Threatened
1. Adanya tuntutan pasien untuk mendapat 0,5 4 2
kejelasan tentang jenis dan jumlah obat
yang seharusnya diberikan.
2. Adanya ketidakpercayaan pasien 0,5 2 1
terhadap pengelolaan sentralisasi obat.

Total 1 6 3
7 Supervisi
Internal Faktor (IFAS)
Strength
1. Supervisi dilakukan langsung oleh
kepala ruangan. 0,3 4 1,2 S–W
2. Supervisi telah dilakukan secara rutin. = 3,3 – 2,5
3. Kepala ruangan mendukung adanya 0,3 3 0,9 = 0,8
supervisi keperawatan demi
0,4 3 1,2
peningkatan mutu pelayanan
14

Total 1 10 3,3

Weakness
1. Jadwal supervisi dapat berubah jika ada 0,5 2 1
halangan
2. Pendokumentasian hasil supervisi
0,5 3 1,5
yang dilakukan hanya disampaikan
secara lisan dan tidak tertulis secara
formal.
Total 1 6 2,5
Eksternal Faktor (EFAS) O–T
Opportunity = 3,6 – 3
1. Adanya mahasiswa praktik manajemen 0,3 4 1,2 = 0,6
di ruang Dahlia Garing
2. Adanya jadwal supervisi keperawatan 0,3 4 1.2
oleh pengawas perawat setiap hari.
3. Adanya reward dalam bentuk pelatihan,
0,4 3 1,2
sekolah, maupun jasa bagi yang
melaksanakan pekerjaan dengan baik.
Total 1 9 3,6
Threatened 1 3 3
1. Tuntutan pasien sebagai kunsumen untuk
mendapatkan pelayanan yang
profesional dan bermutu sesuai dengan
peningkatan biaya
Total 1 3 3
8 Discharge Planning S–W
Internal Faktor (IFAS) = 3,2 – 2,8
Strength = 0,4
1. Adanya kemauan untuk memberikan 0,3 2 0,6
pendidikan kesehatan tentang klien
dan keluarga.
2. Memberikan pendidikan kesehatan 0,2 3 0,6
kepada klien dan keluarga
3. Adanya pemahaman tentang
0,2 4 0,8
perencanaan pulang oleh perawat
4. Tersedia resume keperawatan untuk 0,1 4 0,4
klien pulang
0,2 4 0,8
5. Adanya surat kontrol kembali

Total 1 17 3,2
Weakness
1. Ketersediaan brosur/leaflet untuk 0,5 3 1,5
klien saat perencanaan pulang belum
optimal
2. Pemberian HE dilakukan secara 0,3 3 0,9
lisan pada setiap pasien/keluarga
0,2 2 0,4
3. Belum optimalnya
pendokumentasian tentang
pendidikan kesehatan.

Total 1 8 2.8
15

Eksternal Faktor (EFAS) O–T


Opportunity = 3,5 – 3
1. Adanya mahasiswa keperawatan 0,2 3 0,6 = 0,5
yang praktik manajemen
2. Adanya kerjasama yang baik antara 0,3 3 0,9
mahasiswa dengan perawat
3. Tingginya kepercayaan klien
0,5 4 2
terhadap perawat

Total 1 10 3,5
Threatened
1. Adanya tuntutan masyarakat untuk 0,5 3 1,5
mendapatkan pelayanan
keperawatan profesional
2. Semakin tinggi kesadaran 0,3 3 0,9
masyarakat akan pentingnya
kesehatan.
3. Persaingan dan tuntutan 0,2 3 0,6
profesionalisme perawat semakin
tinggi
Total 1 8 3
9 Dokumentasi S–W
Internal Faktor (IFAS) = 2,3 – 2,6
Strength = - 0,3
1. Model pendokumentasian di Ruang 0,2 2 0,4
Dahlia Garing sudah menggunakan
model ROS
2. Dokumentasi keperawatan sudah 0,2 2 0,4
ditulis oleh perawat yang
memberikan tindakan.
3. Adanya format dokumentasi askep 0,3 3 0,9
yang sesuai ruang Dahlia Garing
sehingga memudahkan perawat
dalam menulis asuhan keperawatan
yang meliputi pengkajian
menggunakan system head to toe
dan ROS, serta diagnosis
keperawatan sampai dengan evaluasi
dengan menggunakan SOAP
4. Tersedianya sarana dan prasarana
(admisnistrasi penunjang)
0,3 2 0,6

Total 1 9 2,3
Weakness
1. Masih terdapat list klien pada form 0,2 3 0,6
pengkajian yang belum terisi
lengkap
16

2. Dokumentasi tidak segera dilakukan 0,4 4 0,8


setelah melakukan tindakan.
3. Catatan perkembangan pasien
kurang berkesinambungan dan 0,2 3 0,6
kurang lengkap
4. Respon pasien kurang terpantau
0,1 3 0,3
dalam lembar evaluasi
5. Pengawasan terhadap sistematika
pendokumentasian belum 0,1 3 0,3
dilaksanakan secara optimal

Total 1 15 2,6
Eksternal Faktor (EFAS) O–T
Opportunity = 3,5 – 3
1. Adanya mahasiswa keperawatan 0,25 3 0,75 = 0,5
yang praktik manajemen.
2. Adanya pelatihan tentang 0,25 4 1
pendokumentasian keperawatan
3. Adanya peluang perawat untuk
0,25 4 1
meningkatkan pendidikan
pengembangan
4. Adanya kerjasama yang baik antara 0,25 3
mahasiswa dengan perawat 0,75
Total 1 14 3,5
Threatened
1. Adanya persaingan pemberian 0,5 3 1,5
pelayanan kesehatan antar tempat
pelayanan kesehatan.
2. Akreditasi rumah sakit tentang
0,5 3 1,5
dokumentasi
Total 1 6 3
M5. (Market) S–W
Factor Internal
Strength 3,1 – 2,6
1. RS telah melakuakn promosi 0,40 4 1,6 = 0,5
melalui medi social
2. RS telah memiliki media 0,50 3 1,5
promosi tertulis

Total 0,9 7 3,1


Weaknes
1. BOR ruangan Dahlia secara umum 1 2 2
Kurang dari 60%
Total 1 2 2
Opportunity O–T
1. Adanya mahasiswa yang praktik di 0,25 2 0,5 2,6 – 2,5
RS = 0,1
2. Adanya kemajuan teknologi yang 0,30 3 0,9
mempermudah sosialisasi
3. Adanya kerjasama dengan institusi 0,40 3 1,2
pendidikan
Total 0,95 8 2,6
Threats
17

1. Persaingan dengan RS Swasta 0,5 3 1,5


2. Tingginya tuntutan masyarakat akan
pelayanan kesehatan yang lebih baik 0,5 2 1
1 5 2,5
18

BAB III
PENGUMPULAN DATA DAN ANALISA DATA

A. Pengumpulan data
Pengumpulan data ruangan dilakukan berdasarkan metode 5M yaitu M1
(Man), M2 (Material), M3 (Method), M4 (Money) dan M5 (Market).
Pengumpulan data di ruang Dahlia Garing dilakukan selama 2 hari dari tanggal 6-
7 Januari 2020. Adapun hasil pengumpulan data yang diperoleh selama
pengkajian yaitu:
1. M1 (MAN)
a. Struktur Organisasi Ruang Dahlia Garing BRSU Tabanan
Struktur organisasi Ruang Dahlia Garing BRSU Tabanan terdiri dari
Kepala Instalasi Rawat Inap, Kepala Ruangan Dahlia Garing, Wakil
Kepala Ruangan Dahlia Garing, dibantu oleh tiga Primary Nurse. Setiap
Primary Nurse dibantu oleh beberapa perawat asosiet dan perawat asosiet
sirkuler. Struktur organisasi tersebut memiliki uraian tugas masing-masing
untuk menyelenggarakan pelayanan keperawatan.
Ruang Dahlia Garing BRSU Tabanan dipimpin oleh Kepala
Ruangan Dahlia Garing dengan latar pendidikan Sarjana Keperawatan, di
mana dalam pemberian asuhan keperawatan, sifatnya dibagi menjadi tiga
Primary Nurse. Setiap Primary Nurse terdiri empat perawat asosiet. Di
samping itu, Ruang Dahlia Garing juga mempunyai seorang pegawai
administrasi.

STRUKTUR ORGANISASI PELAYANAN KEPERAWATAN


SISTEM PEMBERIAN PELAYANAN KEPERAWATAN ROFESIONAL
(SP2KP – PMK)
RUANG RAWAT INAP DAHLIA GARING
18
DIREKTUR

Dr. I Nyoman Susila, M.Kes


19

Ketua Komite Keperawatan Wadir Pelayanan & Peng Mutu Ketua Komite Medik

AA Nym Pujawan, S.Kep.,Ns Dr. Luh Gede Sukardiasih,M.FOR.,MARS Dr. IB Tatwa Yatindra, SP.U

Kabid. Pengendalian Mutu Kabid Pelayanan Medik


I Ketut Sulawa, S.Kep.,Ns Dr. Gede Sudiarta

Kasubid.Keperawatan, Mutu & Sertifikasi Kasubid.Rajal,Ranap & Rasit


SKF SMF
I Made Pancayasa, S.Kep.,Ns Dr. I Made Karnabinawa Nesa

Penyelia Yan Kep Rajal, Ranap Ka. Instalasi Ranap


Pusara Santi, S.Kep., Ns Dr. Ni Made Yasmi

Kepala Ruang
Ni Nyoman kesumawati, S.Kep Nip.
1970080 199402 2 002196

Wakil Kepala Ruang


Administrasi Ruangan
Dewa Ayu Putri Wiratini, Amd.,Kep
Nip. 04 Ni Made Sari Agustini, S.Sos
Nip.

Primary Nurse Primary Nurse


(Km8,9,10,11) Primary Nurse (Km 1,3,5,7,)
Ni Putu Sri Santi, S.Kep.,Ns (Km 2,4,6) I.A Gd Swandewi,A.md, Kep
Nip. 19600706 200604 034 Ni Md Susantiani,S.Kep., Ns Nip. 1960426 200701 2 014
03490924 199002 2 002 Nip. 19780307 200604 2018

Associate Nurse Associate Nurse


Ni Putu Yuni Prahida S, Associate Nurse Luh Putu Laksmi Kusuma
1. Ni Ketut Sukandri,A.Md,Kep Dewi,S. Kep, Ns
A.Md,Kep
Nip. 19700320 199403 2 009
2. Luh Rian pratiwi, A.Md kep Nip. -
Nip. 19650608 201001 2 034 3. Ni Putu Devy pratiwi A.Md
Kep Ns. Ni Putu Eka Cahya Kusuma
A.A Raka Purwanta A.Md,Kep 4. Ni Nyoman Dewi Ariani Dewi, S. Kep
S.Kep, Ns
Nip. 19870428 201101 1 022 Nip. - Nip.-

Ni Kadek Sri Sadia Asih, I Wayan ArumbawaA.Md,Kep


A.Md,Kep
Nip. 9340501 20070 1 003
Nip. 363102005
Ni Putu Adnyani,A.md, Kep
Luh Made Wiryanti, A.Md.Kep
Nip. -
Nip. Associate Nurse Circular
Ns. Ni Made Lani Padmawati,S.kep
20

b. Jumlah Ketenagaan Ruang Dahlia Garing BRSU Tabanan


1) Riwayat pendidikan, ketenagaan dan sertifikasi Ruang Dahlia Garing
BRSU Tabanan
a) Tenaga Keperawatan
1. Tenaga DIII Keperawatan 9 orang
2. Tenaga S1 Keperawatan 2 orang
3. Tenaga S1+Ners Keperawatan 7 orang
b) Tenaga Non Keperawatan
1. Tenaga Administrasi 1 orang
2) Tabel ketenagaan dan riwayat pendidikan perawat serta pelatihan yang
didapat
Tabel 3.1 Ketenagaan dan Riwayat Pendidikan Perawat

Status Pelatihan yang


NO Nama Pendidikan
Ketenagaan pernah diikuti
1 Ni Nyoman PNS/Kepala S1 - CI
- PMKP
Kesumawati, Ruangan Keperawatan - Pelatihan Wajib
S.Kep. Terintegrasi
- Pasien Safety
- BHD
- APAR
- EKG dasar
- Pelatihan komunikasi
efektif
2 Dewa Ayu Putri PNS/Wakaru/ D III - CI
- PMKP
Wiratini, Inventaris Keperawatan - Pelatihan Wajib
Amd.Kep Terintegrasi
- Pasien Safety
- BHD
- APAR
- EKG dasar
3 Ns. Putu Sri Santi, PNS/Perawat SI - Pelatihan Wajib
S. Kep Primer I Keprawatan Terintegrasi
Ners - CI
- BHD
- APAR
- PPI
- EKG Dasar
4 I.A Ayu Gede PNS/Perawat D III - BHD
- APAR
Suwandewi, Amd. Primer III Keperawatan - PPI
Kep - Patient Safety
- EKG Dasar
5 Ns. Ni Made PNS/Perawat SI - BHD
- APAR
Susantiani, S. Kep Primer II Keprawatan - PPI
- Patient Safety
- CI
- EKG dasar
6 Ni Putu Yuni PNS/Perawat DIII - APAR
Prahida Sastrayanti, Associate Keperawatan - EKG Dasar
21

Amd.Kep - CI
- BHD
- PPI
- Patient Safety
7 A.A Raka Purwata, PNS/Perawat DIII - APAR
- BHD
Amd.Kep Associate Keperawatan - PPI
- EKG Dasar
- Patient Safety

8 Ni Kade Sadia Asih, Kontrak/Pera DIII - APAR


Amd. Kep wat Associate Keperawatan - PPI
- BHD
- Patient Sfety
- BTCLS
9 Ni Luh Rian Kontrak/Pera DIII - BHD
- PPI
pratiwi, Amd.Kep wat Associate Keperawatan - APAR
- Patient Safety
-
10 Luh Made Wiryanti, Kontrak/Pera DIII - BHD
- APAR
Amd.Kep wat Associate Keperawatan - PPI
- EKG Dasar
- Patient Safety
11 I Wayan Arumbawa, PNS/Perawat S1 - PPI
- BHD
S. Kep Associate Keperawatan - APAR
- Patien Safety
12 Ns. Ni Made Lani Kontrak/Pera S1 - PPI
Keperawatan - BHD
Padmawati, S. Kep wat Associate
- APAR
Ners - Patien Safety
13 Ni Ketut Sukandri, PNS/Perawat DIII -BHD
- PPI
Amd.Kep Associate Keperawatan -APAR
-Patien Safety
14 Ns. Ni Nyoman Kontrak/Pera S1 BHD
Keperawatan - PPI
Dewi Ariani, S.Kep wat Associate
-APAR
Ners -Patien Safety
15 Ns. Ni Putu Kontrak/Pera S1 BHD
Keperawatan - PPI
Laksmi Kusuma wat -APAR
Ners
Dewi, S.Kep Associate -Patien Safety
16 Ni Putu Eka Kontrak/Pera S1 BHD
- PPI
Cahya Kusuma wat Keperawatan -APAR
Dewi, S.Kep Associate Ners -Patien Safety
17 Ni Putu Andayani, Kontrak/Pera DIII BHD
- PPI
Amd. Kep wat Keperawatan -APAR
Associate -Patien Safety
18 Ni Putu Devy Kontrak/Pera DIII BHD
Keperawatan - PPI
Pratiwi, Amd.Kep wat -APAR
Associate -Patien Safety
22

19 Ni Made Sari Kontrak/Ad Sarjana BHD


Sosial - PPI
Agustini, S.Sos ministrasi -APAR
Ruangan -Patien Safety

Dilihat dari kuantitas, Ruang Dahlia Garing memiliki 19 orang


perawat (termasuk kepala ruangan dan wakil kepala ruangan) dengan
kualifikasi pendidikan terdiri dari 7 orang S1 Keperawatan Ners, 2
orang S1 keperawatan, 9 perawat dengan pendidikan DIII
keperawatan. Bila ditinjau dari segi kualitas, dari 19 orang tenaga
perawat di Ruang Dahlia Garing BRSU Tabanan diperoleh data 9
orang (47.4%) berstatus PNS dan 10 orang (52.6%) dengan status
pegawai kontrak. Perawat di Ruang Dahlia Garing BRSU Tabanan
yang berlatar belakang pendidikan sarjana keperawatan, DIII
Keperawatan dan SPK sudah pernah mengikuti pelatihan seperti:
a) Pelatihan BHD
b) Pelatihan PPI
c) Pelatihan APAR
d) Pelatihan Patient Safety
e) Pelatihan BTCLS
f) Pelatihan EKG Dasar
g) Pelatihan wajib terintegrasi
h) Pelatihan CI
i) Pelatihan PMKP
j) Pelatihan Komunikasi Efektif

c. Pembagian Tugas
Adapun pembagian tugas keperawatan yang dimiliki Ruang Dahlia Garing
BRSU Tabanan adalah Kepala Ruangan, Wakil Kepala Ruangan, yang
dibantu oleh 3 orang Primary Nurse dan setiap Primary Nurse terdiri dari
4 orang perawat asosiet. Adapun tugas dan tanggung jawab setiap perawat
adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1 Pembagian Tugas Kepala Ruangan dan Wakil Kepala Ruangan

No SDM Fungsi Standar Teori Data Pengkajian

Ya Tidak

1 Kepala 1. Administrasi 1. Menampung aspirasi bawahan √


Ruangan dan sebagai pasilitator
2. Mengatur, membimbing dan √
mengawasi pelaksanaan
asuhan/pelayanan keperawatan
23

2. Tugas utama 1. Merencanakan kebutuhan √


tenaga dan pasilitas
(sarana/prasarana ruangan)
2. Membuat laporan bulanan √
3. Membuat program √
pemeliharaan alat/pasilitas
ruangan √
4. Membuat pembagian tugas √
5. Membuat jadwal dinas √
6. Mendelegasikan tugas √
7. Melakukan pembinaan disiplin
staf √
8. Melakukan bimbingan dan
monitoring kinerja staf √
9. Melakukan pengembangan staf √
10.Mengadakan staf meeting dan
mensosialisasikan
peraturan/kebijakan pimpinan √
11.Membuat usulan DP3 √
12.Mengorientasikan staf baru √
13.Menghadiri rapat koordinasi √
14.Menghadiri morning
report/menunjuk staf untuk
mewakili secara bergantian √
15.Menyiapkan klien pulang √
16.Membimbing mahasiswa √
praktik
17.Melaksanakan refleksi diskusi √
kasus
18.Melakukan bimbingan dan
pemantauan pelaksanaan √
pengendalian INOS
19.Melakukan bimbingan dan √
pemantauan pelaksanaan K3 √
RS √
20.Membuat resume klien
21.Mengecek absensi
22.Turut melakukan
asuhan/pelayanan keperawatan
3. Tanggung 1. Membuat laporan bulanan √
jawab 2. Memantau ketepatan dan √
kebenaran penerapan Standar
Asuhan Keperawatan
3. Memantau kebersihan, √
ketertiban dan penggunaan
pasilitas yang ada diruangan
4. Memantau ketepatan dan √
kebenaran administrasi
ruangan
4. Wewenang 1. Mengkoordinir, memonitoring √
dan mengevaluasi pelaksanaan
tugas-tugas di ruangan
24

2 Wakil Kepala 1. Tujuan 1. Melaksanakan kebijakan- √


Ruangan kebijakan direktur
2. Menampung aspirasi bawahan √
dan sebagai pasilitator kepada
atasan
2. Tujuan 1. Merencanakan kebutuhan √
Utama tenaga
2. Merencanakan kebutuhan dan √
fasilitas (sarana ruangan)
3. Membuat laporan bulanan √
4. Membuat program √
pemeliharaan alat (fasilitas
ruangan)
5. Membuat pembagian tugas √
6. Membuat jadwal dinas √
7. Mendelegasikan tugas √
8. Melakukan pembinaan √
disiplin kerja staf
9. Mengadakan staf meeting √
10.Membuat usulan DP 3 √
11.Mengorientasikan staf baru √
12.Menghadiri rapat koordinasi √
13.Menghadiri morning report √
14.Menyiapkan klien pulang √
15.Membimbing mahasiswa √
praktek
16.Melaksanakan refleksi diskusi √
kasus
17.Pengendalian INOS √
18.Menghadiri rapat koordinasi √
19.Monitoring kerja √
20.Membuat resume klien √
21.Mengecek absensi √
3. Tanggung 1. Bertanggung jawab kepada √
Jawab KaSubBid Yan Ranap
2. Membuat laporan bulanan √
4. Wewenang 1. Mengkoordinir pelaksanaan √
tugas-tugas di ruangan
2. Mengevaluasi pelaksanaan √
tugas-tugas di Ruangan
3 Administrasi 1. Tujuan 1. Terlaksananya kegiatan √
Ruangan administrasi ruangan terhadap
semua pelayanan
25

2. Tugas utama 1. Sebagai recepsionist √


diruangan √
2. Memberikan informasi dan
membantu melengkapi
kebutuhan administrasi klien
baik klien umum, Askes
termasuk klien kerjasana
pihak ke III √
3. Mengenty data pelayanan
dokter yang sudah diverifikasi
oleh kepala ruangan √
4. Menginformasikan kepada
setiap keluarga klien total
biaya yang harus dan yang
akan dibayar sehubungan
dengan pelayanan yang telah
didapatkan 2x seminggu
setiap hari Senin dan Kamis √
5. Membuat perincian biaya
untuk klien pulang √
6. Mengecek kelengkapan
pengisian lest klien/rekam
media dikoordinasikan dengan
kepala ruangan dan dokter
yang merawat √
7. Menyetorkan les klien pulang
yang sudah diisi secara
lengkap kebagian rekam √
medis
8. Melakukan sensus harian
klien dan melaporkan ke √
SubBit rekamedis
9. Membantu kepala ruangan
untuk mengamprah kebutuhan √
BMHP dan keperluan ruangan
10.Mengentry data pemakaian
BMHP setiap hari serta
membuat laporan
efisiensi/setiap bulan
26

3. Tanggung 1. Memastikan kondisi computer √


jawab dalam kondisi selalu siap
pakai √
2. Bertanggung jawab terhadap
kelancaran pelayanan
administrasi diruangan √
3. Ikut bertanggung jawab
menjaga kebersihan serta
kerapian ruangan √
4. Bertanggung jawab sebagai
staf ruangan dan harus
mengikuti semua peraturan
yang berlaku diruagan √
5. Bertanggung jawab atas
kelangsungan persediaan
BMHP dan blanko-blanko
administrasi
4. Wewenang 1. Mengentry data pelayanan √
dokter dan perawat yang telah
diperifikasi oleh kepala
ruangan √
2. Mengkoordinasikan
kelengkapan pengisian
kelengkapan catatan medik
kepada dokter yang merawat √
3. Memberi penjelasan kepada
klien dan keluarganya tentang
biaya perawatan atas
pelayanan yang telah
didapatkan oleh klien
4 Primary 1. Tujuan 1. Mengatur, membimbing, dan √
Nurse memonitoring pelaksanaan
asuhan/pelayanan keperawatan
di ruangan
27

2. Tugas Utama 1. Melakukan absensi √


2. Mengisi sensus harian √
3. Membuat laporan jaga √
4. Mendokumentasikan ASKEP √
5. Melakukan registrasi klien √
baru √
6. Membuat pembagian tugas √
7. Mendelegasikan tugas √
8. Mengikuti staff meeting √
9. Melakukan timbang terima √
klien √
10. Mengorientasikan klien baru √
11. Menyiapkan klien pulang
12. Mendampingi klien waktu √
pemeriksaan dokter
13. Menjadi saksi dalam √
pelaksanaan inform concent
14. Menjaga privacy dan √
kerahasiaan dokumentasi
klien
15. Mengendalikan, √
membimbing dan
mengarahkan pelaksanaan √
asuhan/pelayanan √
keperawatan √
16. Membimbing mahasiswa
praktik klinik keperawatan √
17. Mengikuti program RDK √
18. Melaksanakan PKMRS √
19. Melaksanakan pengendalian
dan pemantauan INOS √
20. Melaksanakan K3RS √
21. Mengkaji kebutuhan klien
22. Memonitoring kinerja staf √
23. Melaksanakan ASKEP:
a. Mengkaji klien
b. Menentukan prioritas √
masalah klien
c. Melaksanakan kebutuhan
personal Hygiene, tingkat
ketergantungan sedang
tinggi √
d. Memenuhi kebutuhan
eliminasi tingkat tinggi
dan melaksanakan
evaluasi keperawatan
24. Melaksanakan tindakan klien
lanjutan
28

1. Tanggung 2. Bertanggung jawab kepada √


Jawab kepala ruangan
3. Membuat laporan harian setiap √
shift jaga
4. Membuat ketepatan dan √
kebenaran penerapan standar
asuhan keperawatan
5. Memantau keberhasilan, √
ketertiban dan penggunaan
fasilitas yang ada di ruangan
2. Wewenang 1. Mengkoordinir dan √
mengevaluasi pelaksanaan
tugas diruangan setiap unit
5 Associate 1. Tujuan 2. Melaksanakan √
Nurse asuhan/pelayanan keperawatan
secara optimal
2. Tugas Utama 1. Melakukan absensi √
2. Mendampingi klien saat √
pemeriksan dokter
3. Menjadi saksi dalam √
penandatanganan inform
concent
4. Menjaga privacy klien dalam √
melaksanakan tindakan
5. Menjaga kerahasiaan dokumen √
klien
6. Melaksanakan PKMRS √
7. Mengikuti program RDK √
8. Melaksanakan pengembangan √
staf
9. Melaksanakan pengendalian √
dan pemantauan INOS
10. Melaksanakan K3 RS √
11. Menerima umpan balik dari √
klien
12. Melaksanakan ASKEP:
a. Pengkajian klien √
b. Menentukan prioritas √
masalah klien
c. Melaksanakan kebutuhan √
personal Hygiene, tingkat
ketergantungan sedang
tinggi
d. Memenuhi kebutuhan √
eliminasi tingkat tinggi
e. Melakukan evaluasi
tindakan keperawatan
13. Melaksanakan tindakan klien √
lanjutan
3. Tanggung 1. Bertanggung jawab kepada √
Jawab Ketua Tim
2. Membuat laporan jaga setiap √
shift
29

d. Beban Kerja, Tingkat Ketergantungan Pasien dan BOR Ruang Dahlia


Garing BRSU Tabanan, Ruang Kelolaan dan Kebutuhan Tenaga Perawat
Menurut Douglas dalam Nursalam (2014), klasifikasi
ketergantungan klien dibagi menjadi tiga kategori yaitu perawatan
minimal yang memerlukan waktu 1-2 jam/24 jam, perawatan intermediate,
dengan waktu 3-4 jam/24 jam, dan perawatan total dengan waktu 5-6
jam/24jam
Tabel 3.2 Kriteria Klasifikasi Tingkat Ketergantungan Klien Douglas dalam Nursalam
(2014)

No. KLASIFIKASI DAN KRITERIA


1 Minimal Care (1-2 jam)
1. Dapat melakukan kebersihan diri sendiri, mandi, ganti pakaian dan minum.
2. Pengawasan dalam ambulasi atau gerakan.
3. Observasi Tanda vital setiap shift.
4. Pengobatan minimal, status psikologi stabil.
5. Persiapan prosedur pengobatan

2 Intermediet Care (3-4 jam)


1. Dibantu dalam kebersihan diri, makan dan minum, ambulasi.
2. Observasi tanda vital tiap 4 jam.
3. Pengobatan lebih dari 1 kali.
4. Pakai foley kateter.
5. Pasang infuse, intake out-put dicatat.
6. Pengobatan perlu prosedur.
3 Total Care (5-6 jam)
1. Dibantu segala sesuatunya.
2. Posisi diatur.
3. Observasi tanda vital tiap 2 jam.
4. Pakai NG tube.
5. Terapi intravena, pakai suction.
6. Kondisi gelisah / disorientasi / tidak sadar.

Tabel 3.3 Klasifikasi Ketergantungan Klien (Teori Douglas dalam Nursalam, 2014)
Klasifikasi Klien
Minimal Partial Total
Pagi Siang Malam Pagi Siang Malam Pagi
Siang Malam
0,17 0,14 0,07 0,27 0,15 0,10 0,36
0,30 0,20
Diketahui :
Di ruang Dahlia Garing BRSU Tabanan dirawat 26 pasien pada tanggal 6
Januari 2020, dengan tingkat ketergantungan pasien yaitu :
Minimal Care : 18 pasien
Parsial Care : 6 pasien
Total Care : 2 pasien
30

Tabel Kebutuhan Tenaga Perawat Tiap Sif Berdasarkan Tingkat


Ketergantunngan Pasien Di Ruang Dahlia Garing BRSU Tabanan Pada
Tanggal 6 Januari 2020
Kualifikasi Pasien Jumlah Kebutuhan Tenaga

Tingkat Jumlah
Pagi Sore Malam
Ketergantungan Pasien

Minimal 18 18 x 0.17 = 3.06 18 x 0.14 = 2.52 18 x 0.07 = 1,26


Parsial 6 6 x 0.27 = 1.62 6 x 0.15 = 0.90 6 x 0.10 = 0.6
Total 2 2 x 0.36 = 0.72 2x 0.30 = 0.6 1 x 0.20 = 0.4
Jumlah 26 4.68 3.42 2.26
5 3 3
Total tenaga perawat yang dibutuhkan dalam sehari :
Pagi : 5 orang
Sore : 3 orang
Malam : 3 orang
Total : 11 orang

1) Kebutuhan Perawat Untuk Hari Libur/Cuti/Hari Besar dan Tugas Non


Keperawatan
a) Hari Libur/Cuti/Hari Besar

= ( 52 + 12 + 15 ) x11
365 – 79
= 3.00 ( dibulatkan 3 orang )
b) Perawat yang mengerjakan tugas-tugas non keperawatan
( perincian pasien pulang, kebersihan ruangan, dll)
( Jumlah tenaga perawat + Loss Day) x 25%
= ( 19 + 5) x 25 %
= 6 orang
2) Struktural
Kepala ruangan : 1 orang
Wakil Kepala Ruangan : 1 orang
PP : 3 orang
Total : 5 orang

Total kebutuhan perawat :


R.Douglas + L.DAY + Tugas Non Keperawatan + Perawat Struktural
= 11 orang + 3 orang + 6 orang + 5 orang
= 25 orang
Menurut perhitungan jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan
ruangan menggunakan rumus DOUGLAS, maka Ruang Dahlia Garing
BRSUD Tabanan kekurangan tenaga perawat sebanyak 6 orang
31

sehingga menyebabkan perawat di ruangan kesulitan dalam


memberikan asuhan keperawatan secara maksimal.

BOR Ruang Dahlia Garing dan Ruang Kelolaan


Berdasarkan hasil pengkajian pada tanggal 6 Januari 2020 didapatkan
gambaran kapasitas tempat tidur di Ruang Dahlia BRSU Tabanan yaitu
sebanyak 34 tempat tidur dengan rincian sebagai berikut :

Tabel 3.4 Gambaran BOR Ruang Dahlia dan BRSU Tabanan


Pada Tahun 2019

Ruangan Pencapain BOR Tahun 2019 Standar Nasional Ket.

Dahlia 76,5 % 60 – 85 %

Melihat dari pencapaian BOR pada Ruang Dahlia didapatkan BOR


pada tahun 2019 adalah 76,5% . Ini menunjukkan pencapaian BOR ruang
Dahlia Garing berada di atas standar nasional, yang berarti dapat
dikatakan bahwa kapasitas tempat tidur selalu terisi.

e. Alur Pasien Masuk


Ruang Dahlia Garing merawat klien dengan kategori penyakit
interna.

Klinik P. dalam UGD Alih rawat dari bangsal lain

Alih rawat ke
Ruang Dahlia Kelas bangsal Lain
1,2
Pindah rawat
ICU

Sembuh/ BPL Dirujuk ke RS Meninggal


lain

R. jenazah
32

Gambar 3.1 Alur Klien Masuk-Keluar di Ruang Cempaka BRSU Tabanan


Analisis
Berdasarkan pengkajian yang dilakukan tanggal 6 dan 7 Januari 2020
terdapat struktur organisasi keperawatan serta alur masuk-keluar pasien yang
jelas dan terstruktur. Berdasarkan jumlah perawat di ruang Dahlia Garing
BRSU Tabanan yang dihitung menggunakan metode Douglas terdapat
perbedaan dalam arti jumlah perawat tidak sesuai dengan kebutuhan klien.
Hal ini dikarenakan dari perhitungan yang dilakukan ternyata tenaga yang
diperlukan sebanyak 25 orang sedangkan tenaga yang tersedia sebanyak 19
orang sehingga terjadi perbedaan dan jumlah perawat kurang dari kebuhan.
Namun hal ini tidak bisa juga dikatakan demikian karena itu hanya
perhitungan jumlah perawat saat itu. Sementara tingkat ketergantungan pasien
tiap hari akan berbeda dengan adanya keluar masuk pasien baru. Sehingga
kita tidak bisa mengatakan jumlah tenaga perawat di ruang Dahlia Garing
BRSU Tabanan tidak sesuai.

2. M2 (MATERIAL)
a. Kajian Situasi di Ruang Dahlia Garing
Ruang Dahlia Garing merupakan ruangan yang merawat pasien interna
dan kemoterapi. Ruang ini melayani pasien umum maupun pasien yang
menggunakan jaminan kesehatan yang terdiri 11 kamar, dengan 3 kamar
kelas 1, 4 kamar kelas 2, dan 4 kamar kemoterapi.
Kelas I diruangan ini diantaranya Dahlia Garing 1, Dahlia Garing 2
dan Dahlia Garing 3, yang memiliki fasilitas, diantaranya 2 tempat tidur,
kipas angin , Kamar Mandi, Kursi Pengunjung, dan tempat sampah ditiap
ruangan. Kelas II diruangan ini diantaranya Dahlia Garing 4, Dahlia Garing
5, Dahlia Garing 6, Dahlia Garing 7 yang memiliki fasilitas diantaranya, 4
tempat tidur, 1 kamar mandi, kursi pengunjung dan tempat sampah. Ruang
Kemoterapi di ruangan ini diantaranya kamar 8 adalah kamar isolasi, kamar 9
adalah kamar kemoterapi kelas 1 , kamar 10 adalah kamar kemoterapi non-
kelas dan kamar 11 adalah kamar persiapan kemoterapi yang memiliki
33

fasilitas 2-4 tempat tidur dimasing-masing kamar, kursi pengunjung, lemari


pakaian, 1 kamar mandi, kipas angin dan tempat sampah. Fasilitas lain yang
dimiliki oleh ruang Dahlia adalah Nurse Station, ruang jaga , ruang kepala
ruangan, serta spoel hoek. Ruang Dahlia Garing memiliki batas-batas sebagai
berikut: batas utara: Ruang Gryatama, batas Timur: Ruang Anggrek, batas
selatan: Ruang Poliklinik, batas barat: Jalan Diponegoro.

b. Peralatan dan Fasilitas


Dalam manajemen keperawatan sangat diperlukan adanya
pengelolaan peralatan sebagai faktor pendukung terlaksananya pelayanan
keperawatan. Peralatan kesehatan untuk pelayanan keperawatan
merupakan semua bentuk alat kesehatan atau peralatan lain yang
dipergunakan untuk melaksanakan asuhan keperawatan untuk menunjang
kelancaran pelaksanakan sehingga diperoleh tujuan pelayanan
keperawatan efisien dan efektif.
1) Kajian Data
Ruang Dahlia Garing BRSU Tabanan merupakan salah satu
ruang rawat inap khusus dewasa dengan rentang umur bervariasi
dengan masalah penyakit dalam (interna) dan Kemotrapi. Ruang ini
melayani pasien umum maupun pasien yang menggunakan jaminan
kesehatan yang terdiri 11 kamar, dengan 3 kamar kelas 1, 4 kamar
kelas 2, dan 4 kamar kemoterapi.
2) Fasilitas Pasien
a) Fasilitas Di Ruangan
1. Kelas II :
Satu kamar 4 klien (satu tempat tidur 1 klien)
Kipas angin dan kamar mandi di dalam
2. Kelas I :
Satu kamar 2 klien (satu tempat tidur 1 klien)
Kamar mandi di dalam dan AC
b) Fasilitas Alat Medis/Keperawatan
Berdasarkan data yang didapat dari hasil pengkajian yang
dilakukan tanggal 6-7 januari 2020 diperoleh fasilitas alat medis
atau keperawatan pada tabel dibawah ini:

Tabel 3.5 Fasilitas alat tenun, alat medis dan alat rumah tangga di Ruang Dahlia Garing
di BRSU Tabanan Tahun 2020
Standar Rasio Jml. Yg
No Nama Barang Bahan Inventaris Ket
Klien/Alat ada
Alat Tenun
1 Linen Putih Kain 1:3 75 75 Baik
2 Selimut wol Wol 1:3 30 30 Baik
3 Sarung Bantal Kain 1:3 75 75 Baik
4 Stik laken Kain 1:3 50 50 Baik
34

5 Perlak Plastik 1:3 30 30 Baik


Alat Medis
7 Bengkok Steinles 5 5 Baik
8 Gunting Steinles 4 4 Baik
9 Korentang Steinles 1 1 Baik
10 Thermometer Plastik 3 3 Baik
11 Tensimeter air raksa Steinles 5 5 Baik
12 Stetoskop Steinles 6 6 Baik
13 Senter Plastik 1 1 Baik
14 Tabung O2 besar Besi 12 12 Baik
15 Tabung O2 kecil Besi 1 1 Baik
16 Regulator medical O2 Besi 13 13 Baik
17 Set Suction Steinles 1 1 Baik
18 Nebulizer Plastik 2 2 Baik
19 Bloodwarmer Plastik 1 1 Baik
20 Syiringe Pump Plastik 3 3 Baik
21 Infus Pump Plastik 2 2 Baik
22 WSD Plastik 1 1 Baik
23 Timbangan Besi 1 1 Baik
24 Kursi roda Besi 3 3 Baik
25 Torniquet Karet 5 5 Baik
26 Troli Besi 6 6 Baik
27 Troli Emergency Steinles 1 1 Baik
28 Tromol Steinles 1 1 Baik

Alat Rumah Tangga


29 Sapu Ijuk 2 2 Baik
30 Tempat sampah medis Plastik 2 2 Baik
31 Tempat sampah tajam Plastik 1 1 Baik
32 Tempat sampah non Plastik 1 1 Baik
medis
33 Serok Plastik 2 2 Baik
34 Rak arsip Kayu 1 1 Baik
35 Meja tulis Kayu 2 2 Baik
36 Kursi Plastik 15 15 Baik
37 Kulkas Besi 1 1 Baik
38 TV Plastik 1 1 Baik
39 Komputer Plastik 1 1 Baik
40 Telepon Plastik 1 1 Baik
41 Jam dinding Plastik 1 1 Baik
42 Kursi penunggu klien Plastik 42 42 Baik
43 Tempat tidur klien Besi 42 42 Baik
44 Apar Besi 1 1 Baik
45 Lemari obat Kayu 1 1 Baik
46 Lemari baju klien Besi 42 42 Baik
47 Rak untuk alat alat Besi 1 1 Baik
48 AC Besi 5 5 Baik
49 Kipas angin (selling fam) Besi 9 9 Baik

Obat- Obatan Emergency


50 Dobutamin - 1 1 Baik
51 Dexametazone - 2 2 Baik
52 Atropine Sulfos - 2 2 Baik
53 Diphenhidramin - 2 2 Baik
54 Aminopilin - 2 2 Baik
55 Epineprine Hidroclorida - 1 1 Baik
56 Dopamin Hidroclorida - 1 1 Baik

3) Fasilitas Petugas
Fasilitas Untuk Petugas Kesehatan
1. Kamar jaga
2. Nurse station
35

3. Gudang dan spoolhock


4. Kamar mandi
c. Administrasi Penunjang
1) Buku jadwal dinas
2) Buku absensi pegawai
3) Buku amprahan alat
4) Buku inventaris
5) Buku register pasien
6) Buku visite dokter
7) Buku timbang terima (operan)
8) Buku steril alat
Analisa
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara di Ruang Dahlia Garing
BRSU Tabanan, semua peralatan yang ada baik medis maupun non medis
sudah cukup baik namun, pemeliharan peralatan masih belum maksimal.
Untuk fasilitas pasien seperti alat tenun dikelola langsung oleh instalasi
laundry rumah sakit, dan untuk persediaan di ruangan sudah cukup tersedia
dengan jumlah alat tenun sesuai dengan jumlah bed pasien. Alat tenun diganti
apabila alat tenun sudah kotor. Alat-alat medis dan obat-obat emergency yang
ada sudah lengkap tersedia di ruangan tindakan dalam keadaan di dalam troli
yang terkunci dimana kunci troli emergency dipegang oleh salah satu perawat.
Obat oral pasien diletakkan pada loker pasien yang sudah disediakan dan telah
dilengkapi dengan nama pasien. Untuk fasilitas di ruangan, ruang Dahlia tidak
mempunyai ruangan khusus untuk Karu dan ruang khusus diskusi untuk
mahasiswa.

3. M3 (METODE)
a. Penerapan Sistem MPKP (Model Penugasan)
1. Kajian teori
Metode praktek keperawatan profesional merupakan salah satu
metode keperawatan profesional, dimana perawat bertanggung jawab
selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari pasien
tersebut masuk sampai keluar dari rumah sakit. Metode praktek
keperawatan ini mendorong kemandirian perawat, ada kejelasan antara
pembuat asuhan dan pelaksanaan asuhan keperawatan, sehingga
konsep dasar metode ini adanya tanggung jawab dan tanggng gugat
model keperawatan. Dasar pertimbangan penerapan MPKP:
a) Sesuai visi misi dari rumah sakit
b) Ekonomis
c) Penambahan kepuasan pasien, keluarga dan masyarakat
d) Menambah kepuasan kerja perawat karena dapat melaksanakan
perannya dengan baik
e) Dapat diterapkan proses keperawatan
36

f) Terlaksananya komunikasi yang adekuat antara perawat dan tim


kesehatan lainnya
Terdapat lima metode praktek keperawatan professional namun
disini akan dibahas mengkhusus yakni MPKP, modifikasi (Tim-
Primer). Model MPKP tim dan primer digunakan secara kombinasi
dari kedua system. Menurut Ratna S. Sudarsono (2000). Penetapan
system model MPKP didasarkan dalam beberapa alasan :
(a) Keperawatan primer tidak digunakan secara murni karena perawat
primer harus mempunyai latar belakang pendidikan S1
Keperawatan atau setara
(b) Keperawatan tidak digunakan secara murni karena tanggung jawab
askep pasien terfragmentasi pada berbagai tim
(c) Melalui kombinasi kedua model tersebut diharapkan komunitas
asuhan keperawatan dan akuntabilitas terdapat pada primer
Adapun kelebihan dan kekurangan dari Metode MPKP Modifikasi
(Tim-Primer):
(a) Keuntungan MPKP Modifikasi
(1) Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh.
(2) Mendukung pelaksanaan proses keperawatan.
(3) Memungkinkan komunikasi antar tim sehingga konflik mudah
diatasi dan memberikan kepuasan kepada anggota tim.
(4) Saling memberi pengalaman antar sesame tim.
(5) Bersifat kontinuitas dan komprehensif..
(6) Mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil dan
memungkinkan pengembangan diri.
(7) Mendorong kemandiirian perawat.
(8) Ada keterikatan pasien dan perawat selama dirawat.
(b) Kelemahan MPKP Modifikasi
(1) Tim yang satu tidak mengetahui mengenai pasien yang bukan
menjadi tangggung jawabnya.
(2) Rapat tim memerlukan waktu sehingga pada situasi sibuk rapat tim
ditiadakan atau terburu-buru sehingga dapat mengakibatkan
komunikasi dan koordinasi antar anggota tim terganggu sehingga
kelancaran tugas terhambat.
(3) Perawat yang belum terampil dan belum berpengalaman selalu
tergantung atau berlindung kepada anggota tim yang mampu atau
ketua tim.
(4) Perlu kualitas dan kuantitas tenaga perawat.
(5) Hanya dapat dilakukan oleh perawat professional.
(6) Biaya relatif lebih tinggi dibandingkan metode lain.
2. Penetapan Jenis Tenaga
Penetapan jenis tenaga keperawatan dipengaruhi oleh metode
pemberian asuhan keperawatan yang digunakan. Pada MAKP, metode
pemberian asuhan keperawatan yang digunakan adalah metode tim
primer (modifikasi), namun pelaksanaannya kurang optimal kaderan
37

keterbatasan tenaga keperawatan dan tingkat pendidikan yang dimiliki.


Dengan demikian dalam satu ruang rawat terdapat beberapa jenis
tenaga melipui Kepala Ruangan, Perawat Primer (PP) dan Perawat
Assosiate (PA).
Struktur ketenagaan keperawatan pada MPKP

Kepala

PP 1 PP 1 PP 1

PA PA PA
PA PA PA
PA PA PA
PA PA PA
PA Bagan 3.1 Struktur
PA Organisasi PA
3. Kajian Data
Ruang Dahlia Garing menerapkan MPKP Modifikasi model
praktek keperawatan professional dimana perawat primernya disebut
Primary Nurse Modifikasi (PN), hal ini dapat dilihat dari:
a) Pembagian PN di ruangan tersebut yang berdasarkan atas
spesifikasi kelas yang ada di ruangan, yaitu dibagi menjadi 5 PN.
PN 1 menangani kamar I dan X PN 2 menangani kamar II dan XI
PN 3 menangani kamar IV dan VI PN 4 menangani kamar III, V,
VII dan PN 5 menangani kamar VIII dan IX.
b) Masing- masing PN membawahi 4 Associate Nurse (AN) yang
membantu PN dalam implementasi dan monitoring klien.
c) Kepala Ruang dalam pelaksanaan tugasnya dibantu oleh PN dan
untuk penanganan tugas saat dinas sore dan malam diserahkan
pada AN. Apabila terdapat masalah di ruangan maka AN wajib
melaporkannya kepada PN dan PN kemudian melaporkannya
kepada Kepala Ruangan.
d) Dalam penentuan PN didasarkan atas jenjang pendidikan serta
kualitas dan pengalaman kerja perawat tersebut.
4. Analisis
Berdasarkan kajian data di atas diketahui bahwa Ruang Dahlia
Garing sudah menerapkan model MPKP Modifikasi dalam
memberikan asuhan keperawatan. Di ruangan Dahlia Garing MPKP
Modifikasi sudah diterapkan dengan cukup baik, dimana perawat
primer dengan latar belakang pendidikan D3 dan S1 Keperawatan
38

Ners, AN (Associate Nurse) dengan latar pendidikan S1 Keperawatan


Ners, D3 Keperawatan dan SPK.

b. Penerapan Timbang Terima (Operan)


1. Kajian teori
Timbang terima klien (operan) merupakan teknik atau cara untuk
menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan
keadaan klien. Timbang terima klien harus dilakukan seefektif
mungkin dengan menjelaskan secara singkat, jelas dan lengkap tentang
tindakan mandiri perawat, tindakan kolaboratif yang sudah dilakukan
atau belum dan perkembangan klien saat itu. Informasi yang
disampaikan harus akurat sehingga berkesinambungan dan asuhan
keperawatan dapat berjalan dengan sempurna. Timbang terima
dilakukan oleh perawat primer keperawatan kepada perawat primer
(penanggung jawab) dinas sore atau dinas malam secara tertulis dan
lisan (Nursalam, 2014).
a) Prosedur Timbang terima menurut Nursalam 2014

TAHAP KEGIATAN
Persiapan 1. Timbang terima dilaksanakan setiap pergantian shiftt/
operan
2. Prinsip timbang terima, semua klien baru masuk dan klien
yang dilakukan timbang terima khususnya klien yang
memiliki permasalahan yang belum/ dapat teratasi serta
yang membutuhkan observasi lebih lanjut.
3. AN/PN menyampaikan timbang terima kepada PN (yang
menerima pendelegasian ) berikutnya, hal yang perlu
disampaikan dalam tembang terima:
a. aspek umum yang meliputi: M1 s/d M5
b. jumlah klien
c. identitas klien dan diagnosa medis
d. data (keluhan/subjektif dan objektif)
e. masalah keperawatan yang masih muncul
f. intervensi keperawatan yang sudah dan belum
dilaksanakan (secara umum)
g. intervensi kolaboratif dan dependen
h. rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan
(persiapan, pemeriksaan penunjang, dan program
lainnya.)
Pelaksanaan Nurse Station
1. Kedua kelompok dinas sudah siap (shift jaga).
2. Kelompok yang akan bertugas menyiapkan buku catatan.
3. Kepala ruang membuka acara timbang terima.
39

4. Penyampaian yang jelas, singkat dan padat oleh perawat jaga


(NIC).
5. Perawat jaga shift selanjutnya dapat melakukan klarifikasi, tanya
jawab dan melakukan validasi terhadap hal-hal yang telah
ditimbangterimakan dan berhak menanyakan mengenai hal-hal
yang kurang jelas.
Di Bed Klien
6. Kepala ruang menyampaikan salam dan PN menanyakan
kebutuhan dasar klien.
7. Perawat jaga selanjutnya mengkaji secara penuh terhadap
masalah keperawatan, kebutuhan, dan tindakan yang
telah/belum dilaksanakan, serta hal-hal penting lainnya selama
masa perawatan.
8. Hal-hal yang sifatnya khusus dan memerlukan perincian yang
matang sebaiknya dicatat secara khusus untuk kemudian
diserahterimakan kepada petugas berikutnya
Post-timbang 1. Diskusi.
2. Pelaporan untuk timbang terima dituliskan secara langsung
terima
pada format timbang terima yang ditandatangani oleh PN
yang jaga saat itu dan PN yang jaga berikutnya diketahui
oleh Kepala Ruang.
3. Ditutup oleh KARU

b) Teknik operan fokus ke klien:


1) Dekati dan sentuh klien
2) Ucapkan salam
3) Bicarakan perkembangan sementara klien serta diagnosa
keperawatannya
4) Tanyakan keluhan klien
5) Tanyakan respon klien selama diawat
6) Laporan klien (vital sign, KU stabil atau tidak)
7) Pemeriksan luka, drain, IVFD, balance cairan, catheter.
8) Cek rencana keperawatan
9) Cek program baru
10) Jelaskan ke klien rencana hari ini
11) Beri kesempatan klien bertanya
12) Pemeriksaan kembali catatan keperawatan
13) Dokumentasikan

14) Lanjutkan ke klien selanjutnya

c) Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam timbang terima


1) Dilaksanakan tepat pada waktu pergantian shift.
2) Dipimpin oleh kepala ruang atau penanggung jawab klien
(PN).
3) Diikuti oleh semua perawat yang telah dan yang akan dinas.
40

4) Informasi yang disampaikan harus akurat, singkat, sistematis,


dan menggambarkan kondisi klien saat ini serta menjaga
kerahasiaan klien.
5) Timbang terima harus berorientasi pada permasalahan klien.
6) Pada saat timbang terima di kamar klien, menggunakan
volume suara yang cukup sehingga klien di sebelahnya tidak
mendengar sesuatu yang rahasia bagi klien. Sesuatu yang
dianggap rahasia sebaiknya tidak dibicarakan secara langsung
di dekat klien.
7) Sesuatu yang mungkin membuat klien terkejut dan shock
sebaiknya dibicarakan di nurse station.
2. Kajian data
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan selama dua hari pada
tanggal 06-07 Januai 2020, diketahui bahwa:
a) Karu, PN, AN telah mengadakan diskusi tentang keadaan klien, jumlah
klien dan ada/tidaknya tindakan khusus di nurse station tepat pada
waktu pergantian shift.
b) Karu membuka proses timbang terima
c) Perawat sudah menyebutkan identitas dan diagnosa medis klien.
d) Perawat melakukan operan bersama di dalam ruangan namun pada saat
operan keliling hanya dilakukan per PP
e) Perawat jarang memperkenalkan nama pengganti shift jaga berikutnya
dan dari/sampai jam berapa mereka akan berjaga.
f) Perawat sudah memberikan laporan klien, misalnya vital sign dan
kedaaan umum saat ini. Timbang terima sudah dilakukan dengan baik
(PP melaporkan identitas pasien, keluhan utama, DS, DO, masalah
keperawatan dan intervensi) tetapi intervensi masih bersifat umum
tidak berdasarkan masalah keperawatan.
g) Perawat sudah mengecek program dokter.
h) Perawat sudah mengoperkan rencana perawatan hari ini kepada shiftt
jaga berikutnya namun tidak diinformasikan ke klien.
i) Timbang terima telah dicatat pada lembar perkembangan klien dan
disampaikan dengan menggunakan tehnik SBAR.
j) Beberapa perawat kurang disiplin waktu saat akan melaksanakan
operan.
3. Analisis
Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa timbang terima sudah
dilakukan di Ruang Dahlia Garing yang dipimpin oleh Karu setiap pagi.
Pelaksanaannya sudah dilakukan secara rutin dan timbang terima telah
dicatat pada lembar perkembangan klien serta disampaikan dengan
menggunakan tehnik SBAR. Timbang terima sudah dilakukan dengan baik
(PP melaporkan identitas pasien, keluhan utama, DS, DO, masalah
keperawatan dan intervensi) tetapi intervensi masih bersifat umum tidak
41

berdasarkan masalah keperawatan. Perawat melakukan operan bersama di


dalam ruangan namun pada saat operan keliling hanya dilakukan per PP . Perawat
sudah mengoperkan rencana perawatan pada hari tersebut kepada shift jaga
berikutnya. Perawat juga jarang memperkenalkan nama pengganti shift
jaga berikutnya dan dari/sampai jam berapa mereka akan berjaga.
42

Alur Timbang Terima

PASIEN

DIAGNOSA MEDIS DIAGNOSA


MASALAH KEPERAWATAN
RENCANA
TINDAKAN
YANG TELAH YANG AKAN
DILAKUKAN DILAKUKAN

PERKEMBANGAN
/KEADAAN

MASALAH :
1. TERATASI
2. BELUM TERATASI
Bagan 3.2
3. TERATASI Alur Timbang Terima
SEBAGIAN
c. Penerapan Ronde Keperawatan
4. MUNCUL MASALAH BARU
1. Kajian teori
Metode keperawatan primer merupakan salah satu metode
pemberian pelayanan keperawatan dimana salah satu kegiatannya adalah
ronde keperawatan, yaitu suatu metode untuk menggali dan membahas
dan secara mendalam masalah kepeawatan yang terjadi kepada klien dan
kebutuhan klien akan keperawatan yang dilakukan oleh perawat
primer/Associate, konselor, kepala ruangan dan seluruh tim keperawatan
dengan melibatkan secara langsung sebagai fokus kegiatan.
Ronde keperawatan akan memberikan media bagi perawat untuk
membahas lebih dalam masalah dan kebutuhan klien serta merupakan
suatu proses belajar bagi perawat dengan harapan dalam meningkatkan
kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor. Kepekaan dan cara berpikir
kritis perawat akan tumbuh dan berlatih melalui suatu transfer
pengetahuan dan mengaplikasikan konsep teori kedalam praktik
perawatan (Nursalam, 2012).
a) Adapun kegiatan ini mempunyai karakteristik meliputi:
 Klien telibat secara langsung
 Klien merupakan fokus kegiatan
 AN/ PN dan konselor melakukan diskusi bersama
 Konselor memfasilitasi kreativitas
 Konselor membantu mengembangkan kemampuan AN dan PN
dalam meningkatkan kemampuan mengatasi masalah
b) Manfaat ronde keperawatan:

 Masalah klien dapat teratasi


43

 Kebutuhan klien dapat terpenuhi


 Terciptanya komunitas keperawatan yang profesional
 Terjalin kerjasama antara tim kesehatan
 Perawat dapat melaksanakan model asuhan keperawatan
dengan tepat dan benar.
c) Kriteria klien:
Klien yang dipilih untuk melakukan ronde keperawatan adalah
klien yang memiliki kriteria sebagai berikut:
 Mempunyai masalah keperawatan yang belum teratasi
meskipun sudah dilakukan tindakan keperawatan.
 Klien dengan kasus baru atau lang

TAHAP PRA RONDE PP


PROPOSAL

PENETAPAN PASIEN

PERSIAPAN PASIEN
Tahapan Ronde INFORMED CONSENT
HASIL PENGKAJIAN

TAHAP APA YANG MENJADI MASALAH


RONDE: CROSS CHECK DATA YANG ADA
PENYAJIAN APA YANG MENYEBABKAN
MASALAH TERSEBUT
BAGAIMANA PENDEKATAN
(PROSES, SAK, SOP

DISKUSI KARU, PP,


TAHAP RONDE
PERAWAT KONSELOR

TAHAP PASCA RONDE EVALUASI

MASALAH TERATASI
44

Bagan 3.3 Tahapan Ronde

b) Kajian data dan analisis


Berdasarkan pengkajian data pada tanggal 06 januari 2020 melalui
observasi dan wawancara dengan petugas ruangan, selama ini Ruang Dahlia
Garing jarang melakukan ronde keperawatan karena jarang terdapat kasus
baru atau langka yang ditemukan dan tidak ada pasien yang mempunyai
masalah keperawatan yang belum teratasi meskipun sudah dilakukan
tindakan keperawatan. Selain itu, tidak dilakukannya ronde keperawatan ini
juga disebabkan masih sulitnya melakukan koordinasi dengan tim kesehatan
lain, keterbatasan waktu untuk melakukan ronde keperawatan serta mobilitas
klien di ruang Dahlia Garing cukup tinggi dikarenakan jumlah tenaga yang
tidak seimbang dengan jumlah tingkat ketergantungan pasien, pemahaman
tentang ronde keperawatan juga masih kurang dikalangan perawat. Padahal
dari bidang perawatan dan ruangan sendiri mendukung adanya kegiatan
ronde keperawatan tersebut. Di Ruangan Dahlia Garing, biasanya
pembahasan mengenai penyakit klien dilakukan secara langsung pada waktu
dokter visite.
d. Pengelolaan Logistik Dan Obat (Sentralisasi Obat)
1. Kajian teori
a) Pengertian
Sentalisasi obat adalah pengolahan obat dimana seluruh obat yang akan
diberikan kepada klien diserahkan pengolahan sepenuhnya oleh perawat
(Nursalam 2014).
b) Tehnik Pengolahan Obat (Sentalisasi)
Pengeluaran dan pembagian obat sepenuhnya di lakukan oleh perawat.
1) Penanggung jawab pengelolaan obat adalah kepala ruangan yang
secara oprasional dapat didelegasikan kepada staf yang ditunjuk.
2) Keluarga wajib mengetahui dan ikut serta mengontrol penggunaan
obat dan penerimaan obat.
3) Obat yang telah diresepkan ditunjukan kepada perawat dan obat
yang telah diambil oleh keluarga diserahkan kepada parawat
dengan menerima lembar terima obat.
4) Perawat menuliskan nama klien, register, jenis obat, jumlah dan
sediaan (bila perlu) dalam kartu kontol, dan diketahui
(ditandatangani) oleh keluarga atau klien dalam buku masuk obat,
keluarga atau klien selanjutnya mendapatkan penjelasan kapan atau
45

bilamana obat tersebut akan habis, serta penjelasan tentang 5T


(jenis, dosis, waktu, klien, dan cara pemberian).
5) Klien atau keluarga selanjutnya mendapatkan salinan obat yang
harus diminum beserta kartu sediaan obat.
6) Obat yang telah diserahkan selanjutunya disimpan oleh perawat
dalam kontak obat (Nursalam 2012).
46

c) Pembagian obat
1) Obat yang telah diterima untuk selanjutnya disalin dalam buku daftar
pemberian obat.
2) Obat yang telah disiapkan untuk selanjutnya diberikan oleh perawat
dengan memperhatikan alur yang tercantum dalam buku daftar
pemberian obat, dengan terlebih dahulu dicocokkan dengan terapi
yang diinstruksi dokter dan kartu obat yang ada pada klien.
3) Pada saat pemberian obat, perawat menjelaskan macam obat,
kegunaan obat, jumlah obat dan efek samping. Usahakan tempat/
wadah obat kembali ke perawat setelah obat di konsumsi. Pantau efek
samping pada klien.
4) Sediaan obat yang ada selanjutnya diperiksa setiap pagi oleh kepala
ruang atau petugas yang ditunjuk dan didokumentasikan dalam buku
masuk obat.
5) Obat-obatan yang hampir habis akan di konfirmasikan kepada
keluarga dan kemudian dimintakan resep (jika masih perlu
dilanjutkan) kepada dokter penanggungjawab klien (Nursalam 2012).
d) Penambahan obat baru
1) Bilamana tedapat penambahan atau perubahan jenis, dosis atau
perubahan alur pemberian obat, maka informasi ini akan dimasukkan
dalam buku masuk obat dan sekaligus dilakukan perubahan dalam
kartu sediaan obat.
2) Pada pemberian obat yang bersifat tidak rutin (sewaktu saja) maka
dokumentasi hanya dilakukan pada buku masuk obat dan selanjutnya
diinformasikan kepada keluarga dengan kartu khusus obat (Nursalam
2012).
47

Alur Sentralisasi Obat

Dokter
Pendekatan oleh perawat
Klien/keluarga

Farmasi/apotek

Klien/keluarga  Surat persetujuan sentralisasi


obat dari perawat
PN/perawat yang menerima  Lembar serah terima obat
 Buku serah terima/masuk obat
Pengaturan dan pengelolaan
oleh perawat
Klien/keluarga
Bagan 3.4 Alur Pelaksanaan Sentalisasi

2. Kajian data dan Analisis


Alur sentralisasi obat di Ruang Dahlia Garing berawal dari resep
yang diberikan dokter kepada perawat lalu dari perawat menyerahkan
kepada keluarga pasien untuk mengambil obat dibagian farmasi,
setelah mendapatkan obat dari farmasi, keluarga pasien menyerahkan
obat kepada perawat yang bertugas kemudian obat akan disentralisasi
oleh perawat.
Menurut pengamatan dan wawancara didapatkan kegiatan
sentralisasi obat telah dilaksanakan dengan baik dimana di Ruang
Dahlia Garing sentralisasi obat sudah dilakukan dengan tersedianya
tempat sentralisasi obat ( lemari kayu untuk menyimpan obat-obat
khusus). Selain itu sentralisasi sudah dilaksanakan dengan system
ODD (One Day Dose) dalam pengamprahan obat dan terdapat form
serah terima obat (CPO) yang digunakan, namun dalam
pelaksanaannya sangat membutuhkan waktu dan tenaga extra serta dan
ketelitian dari perawat yang melakuan sentrlisasi obat tersebut.
Ruang Dahlia Garing berupaya melakukan sentralisasi obat
injeksi dan oral. Namun obat ini diletakkan di sebuah lemari kayu dan
tidak ada satu ruangan khusus untuk sentralisasi obat, lemari kayu
tempat penyimpanan obat berada di sebelah barat dari nurse station
dan di depan kamar dahlia III. Pada pelaksanaan pemberian obat
injeksi dan oral sudah tercatat dengan baik pada catatan keperawatan,
pada kotak obat klien berisi nama klien dan nomor rekam medis. Pada
pemberiaan cairan infus tidak berisi kitir cairan, namun cairan infus
sudah diisi tanggal pemasangan, jam dipasang dan jam habisnya cairan
infus serta tetesan infus tersebut. Selain itu jika cairan infus tersebut
48

diisi obat maka akan ditulis nama obatnya serta dosisnya di cairan
infus tersebut.

e. Perencanaan Pulang (Discharge Planning)


1. Kajian Teori
Perencanaan pulang (discharge planning) merupakan komponen
yang terkait dengan rentang ners. Rentang keperawatan sering pula
disebut dengan keperawatan yang berkelanjutan yang artinya
keperawatan yang selalu dibutuhkan klien di mana pun klien berada.
Rentang keperawatan kontinu (continue of care) adalah integrasi
sistem keperawatan yang berfokus pada klien terdiri atas mekanisme
pelayanan keperawatan yang membimbing, mengarahkan klien
sepanjang waktu (Chesca, 1982 dalam Nursalam, 2014). Perencanaan
pulang merupakan bagian penting dari program keperawatan klien
yang dimulai segera setelah klien masuk rumah sakit. Hal ini
merupakan suatu proses yang menggambarkan usaha kerja sama
antara tim kesehatan, keluarga, klien dan orang yang penting bagi
klien.
Perencanaan pulang merupakan suatu proses yang dinamis dan
sistematis dari penilaian, persiapan, serta koordinasi yang dilakukan
untuk memberikan kemudahan pengawasan pelayanan kesehatan dan
pelayanan sosial sebelum dan sesudah pulang. Perencanaan pulang
merupakan proses yang dinamis, agar tim kesehatan mendapatkan
kesempatan yang cukup untuk menyiapkan klien melakukan
keperawatan mandiri di rumah. Perencanaan pulang didapatkan dari
proses interaksi ketika keperawatan profesional, klien dan keluarga
berkolaborasi untuk memberikan dan mengatur kontinuitas
keperawatan yang diperlukan oleh klien saat perencanaan harus
berpusat pada masalah klien yaitu pencegahan, terapeutik,
rehabilitative serta keperawatan rutin yang sebenarnya (Swenberg,
2000 dalam Nursalam, 2014).
Tujuan perencanaan pulang adalah:
a) Menyiapkan klien dan keluarga secara fisik, psikologis dan sosial
b) Meningkatkan kemandirian klien dan keluarga
c) Meningkatkan keperawatan yang berkelanjutan pada klien
d) Membantu rujukan klien pada sistem pelayanan yang lain
49

e) Membantu klien dan keluarga memiliki pengetahuan dan


keterampilan serta sikap dalam memperbaiki serta
mempertahankan status kesehatan klien
f) Melaksanakan rentang keperawatan antara rumah sakit dan
masyarakat
Rorden dan Nursalam (2011) dalam Nursalam (2014)
mengungkapkan bahwa perencanan pulang bertujuan untuk:
a) Membantu klien dan keluarga untuk dapat memahami
permasalahan, pencegahan yang harus ditempuh sehingga dapat
mengurangi angka kambuh dan penerimaan kembali di rumah
sakit.
b) Terjadi pertukaran informasi antara klien sebagai penerima
pelayanan dengan keperawatan dari klien masuk sampai keluar
rumah sakit.
Menurut Nursalam (2014) perencanaan pulang mempunyai
manfaat antara lain sebagai berikut :
a) Memberi kesempatan kepada klien untuk mendapat pelajaran
selama di rumah sakit sehingga bisa dimanfaatkan sewaktu di
rumah.
b) Tindak lanjut yang sistematis yang digunakan untuk menjamin
kontinuitas keperawatan klien.
c) Mengevaluasi pengaruh dari intervensi yang terencana pada
penyembuhan klien dan mengidentifikasi kekambuhan atau
kebutuhan keperawatan baru.
d) Membantu kemandirian klien dalam kesiapan melakukan
keperawatan rumah.
Prinsip-prinsip dalam perencanaan pulang klien adalah sebagai
berikut:
a) Klien merupakan fokus dalam perencanan pulang. Nilai keinginan
dan kebutuhan dari klien perlu dikaji dan dievaluasi.
b) Kebutuhan dari klien diidentifikasi. Kebutuhan ini dikaitkan
dengan masalah yang mungkin timbul pada saat klien pulang nanti,
sehingga kemungkinan masalah yang timbul di rumah dapat segera
diantisipasi.
c) Perencanaan pulang dilakukan secara kolaboratif. Perencanaan
pulang merupakan pelayanan multidisiplin dan setiap tim harus
saling bekerja sama.
d) Perencanaan pulang disesuaikan dengan sumber daya dan fasilitas
yang ada. Tindakan atau rencana yang akan dilakukan setelah
50

pulang disesuaikan dengan pengetahuan dari tenaga yang tersedia


atau fasilitas yang tersedia di masyarakat.
e) Perencanaan pulang dilakukan pada setiap sistem pelayanan
kesehatan. Setiap klien masuk tatanan pelayanan maka
perencanaan pulang harus dilakukan.
Menurut Chesca (1982) dalam Nursalam (2014)
mengklasifikasikan jenis pemulangan klien sebagai berikut.
a) Conditioning discharge (pulang sementara atau cuti), keadaan
pulang ini dilakukan apabila kondisi klien baik dan tidak terdapat
komplikasi. Klien untuk sementara dirawat di rumah namun harus
ada pengawasan dari pihak rumah sakit atau puskesmas terdekat.
b) Absolute discharge (pulang mutlak atau selamanya), cara ini
merupakan akhir dari hubungan klien dengan rumah sakit. Namun
apabila klien perlu dirawat kembali maka prosedur keperawatan
dapat dilakukan kembali.
c) Judicial discharge (pulang paksa), kondisi ini klien diperbolehkan
pulang walaupun kondisi kesehatan tidak memungkinkan untuk
pulang, tetapi klien harus dipantau dengan melakukan kerja sama
dengan keperawatan puskesmas terdekat.

Hal-hal yang harus diketahui klien sebelum pulang adalah


sebagai berikut:
a) Instruksi tentang penyakit yang diderita, pengobatan yang harus
dijalankan, serta masalah-masalah atau komplikasi yang dapat
terjadi.
b) Informasi tertulis tentang keperawatan yang harus dilakukan di
rumah.
c) Pengaturan diet khusus dan bertahap yang harus dijalankan.
d) Jelaskan masalah yang mungkin timbul dan cara mengantisipasi.
e) Pendidikan kesehatan yang ditujukan kepada keluarga maupun
klien sendiri dapat digunakan metode ceramah, demonstrasi, dan
lain-lain.
f) Informasi tentang nomor telepon layanan keperawatan, medis dan
kunjungan rumah apabila klien memerlukan.
Menurut Jipp dan Saras (1986) dalam nursalam (2012),
komponen perencanaan pulang terdiri atas:
a) Perawatan di rumah meliputi pemberian pengajaran atau
pendidikan kesehatan (health education) mengenai diet,
mobilisasi, waktu kontrol dan tempat kontrol-pemberian pelajaran
51

disesuaikan dengan tingkat pemahaman dan keluarga mengenai


perawatan selama klien di rumah nanti.
b) Obat-obatan yang masih diminum dan jumlahnya, meliputi dosis,
cara pemberian dan waktu yang tepat minum obat.
c) Obat-obat yang dihentikan, karena meskipun ada obat-obat
tersebut sudah tidak diminum lagi oleh klien, obat-obat tersebut
tetap dibawa pulang klien.
d) Hasil pemeriksaan, termasuk hasil pemeriksaan luar sebelum MRS
dan hasil pemeriksaan selama MRS, semua diberikan ke klien saat
pulang.
e) Surat-surat seperti surat keterangan sakit, surat kontrol.
Adapun pelaksanaan Discharge Planning yang idealnya
dilaksanakan:
a) PN memberi Health Education (HE) pada klien yang akan pulang
atau yang direncanakan pulang, meliputi: obat-obatan yang masih
harus diminum di rumah, diet, aktivitas, istirahat, kapan kontrol
kembali dan dimana, apa saja yang dibawa pulang dan hal-hal
yang perlu diperhatikan klien selama di rumah.
b) Jika klien pulang dengan meneruskan perawatan khusus, seperti
perawatan kateter atau perawatan luka, maka klien dan keluarga
dibekali pengetahuan tentang perawatan kateter dan perawatan
luka.
c) Selain memberikan penjelasan secara lisan, PN juga memberikan
kartu discharge planning dan leaflet-leaflet lain yang berisi
penjelasan yang diperlukan.
d) Setelah klien dan keluarga mendapatkan discharge planning, maka
klien atau keluarga menandatangani format discharge planning
sebagai bukti telah mendapatkan discharge planning dari perawat.

Perencanaan pulang (discharge planning) akan menghasilkan sebuah


hubungan terintegrasi, yaitu antara perawatan yang diterima pada waktu di
rumah sakit dengan perawatan yang diberikan setelah klien pulang.
Perawatan di rumah sakit akan bermakna jika dilanjutkan dengan
perawatan di rumah. Namun, sampai saat ini perencanaan pulang bagi klien
yang di rawat di rumah sakit belum optimal dilaksanakan, dimana peran
perawat terbatas pada kegiatan rutinitas saja, yaitu hanya informasi kontrol
ulang. Klien yang memerlukan perawatan kesehatan di rumah, konseling
kesehatan atau penyuluhan dan pelayanan komunitas tapi tidak dibantu
dalam upaya memperoleh pelayanan sebelum pemulangan sering kembali
52

ke ruang kedaruratan dengan masalah minor, dan sering kali diterima


kembali dalam 24 jam sampai 48 jam dan kemudian pulang kembali.

Alur Discharge Planning

Dokter dan Tim PP dibantu PA

Program HE:
1. Klinis dan pemeriksaan
penunjang lain
2. Tingkat ketergantungan
pasien

Perencanaan pulang

Penyelesaian
Lain-lain
administrasi
Keadaan Pasien
1. Kontrol dan obat atau
perawatan
2. Gizi
3. Aktivitas dan istirahat

Monitor (sebagai
program servis safety)
oleh; keluarga

Bagan 3.5 Alur Discharge Planning


2. Kajian data
Discharge planning sudah dilakukan di ruang Dahlia Garing
BRSU Tabanan, namun dalam pelaksanaan masih sebatas
pemberitahuan tentang kapan harus kontrol kembali dan obat-obatan
yang harus diminum di rumah tanpa memberikan leaflet yang berisi
health education mengenai penyakit yang diderita dan perawatan klien
dirumah yang diberitahukan kepada klien maupun keluarga klien untuk
mencegah klien agar tidak hospitalisasi kembali karena kurangnya
pengetahuan klien dan keluarga tentang perawatan klien dirumah.
Klien yang telah diperbolehkan pulang dari rumah sakit mendapatkan
surat keterangan kontrol kembali yang isinya diagnosa medis klien,
terapi yang harus dilanjutkan di rumah dan waktu untuk kontrol
kembali.
53

Klien yang akan keluar dari rumah sakit selain dibuatkan


ringkasan keluar (resume) juga dibuatkan resume keperawatan tetapi
keduanya hanya disimpan di catatan medis klien, sehingga jika klien
periksa kembali ke tempat pelayanan kesehatan lain perkembangan
kondisi dan terapi yang telah didapatkan klien yang terangkum dalam
ringkasan keluar (resume) dan resume keperawatan tidak diketahui
oleh petugas ditempat pelayanan kesehatan tersebut. Namun, saat
pelasanaaan discharge planning apabila klien atau keluarga klien
meminta kontrol ditempat pelayanan kesehatan lain selain di BRSU
Tabanan, perawat akan selalu menganjurkan untuk melakukan kontrol
di BRSU Tabanan, agar perkembangan kesehatan klien tetap dapat
dipantau setelah dirawat inap.
3. Analisis
Berdasarkan pengkajian yang dilakukan di Ruang Dahlia Garing
BRSU Tabanan pada tanggal 6 Januari 2019, Discharge planning
sudah dilakukan dengan cukup baik, namun discharge planning yang
dilakukan di ruang Dahlia Garing hanya sebatas pemberitahuan
tentang pemberian obat-obatan yang harus diminum saat dirumah dan
surat kontrol kembali yang disertai dengan diagnosa medis tanpa
pemberian leaflet meskipun leaflet sudah disediakan dan pemberian
health education tentang perawatan klien dirumah hanya diberikan
secara lisan.

f. Penerapan Supervisi Keperawatan


1. Kajian Teori
Supervisi merupakan salah satu proses kegiatan atau
pelaksanaan sistem manajemen yang merupakan bagian dari fungsi
pengarahan serta pengawasan dan pengendalian (controlling)
(Muninjaya, 2007; Arwani, 2009; Wiyana, 2008).
Menurut Depkes (2008), supervisi keperawatan kegiatan
pengawasan dan pembinaan yang dilakukan secara berkesinambungan
oleh supervisi mencakup masalah pelayanan kepeawatan, masalah
ketenagaan dan peralatan agar klien mendapat pelayanan yang
bermutu setiap saat.
Unsur–unsur pokok dalam supervisi menurut Azwar (2007)
adalah:
a) Pelaksana
54

Pelaksana atau yang bertanggung jawab melaksanakan supervisi


adalah atasan, yakni mereka yang memiliki kelebihan dalam
organisasi. Kelebihan yang dimaksud sering dikaitkan dengan status
yang lebih tinggi (supervisor) dan karena itu fungsi supervisi
memang dimiliki oleh atasan. Namun untuk keberhasilan, supervisi
harus lebih mengutamakan kelebihan pengetahuan atau ketrampilan.
Menurut Ali Zaidin dalam bukunya Dasar-Dasar
Kepemimpinan dalam Keperawatan membagi tingkatan atas kelas
manajer dalam melakukan supervisi:
(1) Manajer puncak/top manajer bertanggung jawab atas seluruh
kegiatan dari hasil kegiatan serta proses manajamen organisasi
(misalnya: Kakanwil Depkes, Kadinkes darah dan Diretur RS)
(2) Manajer menengah/middle manajer memimpin sebagian
manajer tingkat pertama (missal: kepala bagian tata usaha,
kepala bidang, Kasubdin Provinsi)
(3) Manajer tingkat pertama/First Line Manajer yang bertugas
memimpin langsung para pelaksana atau pekerja ( missal:
Kepala Seksi dan kepala urusan)
Untuk dapat melaksanakan supervisi dengan baik diperlukan
beberapa syarat atau karakteristik yang harus dimiliki oleh
pelaksana supervisi atau supervisor (Azwar A, 2009) adalah sebagai
berikut.
(a) Sebaiknya pelaksana supervisi adalah
atasan langsung dari yang disupervisi, atau apabila tidak
mungkin dapat ditunjuk staf khusus dengan batas-batas
wewenang dan tanggung jawab yang jelas.
(b) Pelaksana supervisi harus memiliki
pengetahuan dan keterampilan yang cukup untuk jenis pekerjaan
yang disupervisi.
(c) Pelaksana supervisi harus memiliki
keterampilan melakukan supervisi, artinya memahami prinsip-
prinsip pokok serta teknik supervisi.
(d) Pelaksana supervisi harus mempunyai
sifat edukatif, suportif dan bukan otoriter.
(e) Pelaksana harus mempunyai waktu
yang cukup, tidak tergesa-tergesa melainkan secara sabar
berupaya
55

(f) Meningkatkan pengetahuan,


keterampilan dan sikap bawahan yang di supervisi.
Pelaksana supervisi yang baik, memerlukan bekal kemampuan
yang banyak. Selain lima syarat di atas juga dibutuhkan kemampuan
melakukan komunikasi, motivasi, pengarahan, bimbingan, dan
kepemimpinan.
(a) Sasaran
Sasaran atau objek dari supervisi adalah pekerjaan yang
dilakukan oleh bawahan yang melakukan pekerjaan.
(b) Frekuensi
Frekuensi harus dilakukan dengan frekuensi yang berbeda.
Supervisi yang dilakukan hanya sekali, bukankah supervisi yang
baik. Tidak ada pedoman yang pasti tentang seberapa sering
supervisi dilakukan, tergantung derajat kesulitan pekejaan.
(c) Tujuan
Tujuan supervisi adalah memberikan bantuan kepada bawahan
secara langsung sehingga bawahan memiliki bekal yang cukup
untuk dapat melaksanakan tugas atau pekerjaan dengan hasil
baik.
(d) Teknik
Kegiatan pokok pada supervisi pada dasanya mencangkup
empat hal pokok yaitu menetapkan masalah dan prioritas,
menetapkan penyebabkan masalah atau prioritas/jalan keluar,
melaksanakan jalan keluar, menilai hasil yang dicapai untuk
tindaklanjut berikutnya.
Teknik supervisi ada dua yaitu dengan pengamatan langsung dan
kerjasama.
Langkah – langkah supervisi ada tiga yaitu:
 Mengadakan persiapan pengawasan
 Menjalankan pengawasan
 Memperbaiki penyimpangan
Manfaat supervisi ada 2 yaitu :
 Meningkatkan efektivitas kerja
 Meningkatkan efisiensi keja

Alur Supervisi

Ka. Bidang Perawatan


56

KaSi Keperawatan

Ka. Perawatan IRNA

Menetapkan kegiatan dan


tujuan serta instrument Ka Ru
atau alat ukur Supervisi

Menilai kinerja PP 1 PP 2
Supervisi

PA 1 PP 2

1. Feedback Kualitas pelayanan


2. Penyampaian meningkat
penilaian (fair)
3. Follow up,
pemecahan masalah

Bagan 3.6 Alur Supervisi

2. Kajian Data
Menurut hasil wawancara didapatkan bahwa supervisi di Ruang
Dahlia Garing dilakukan langsung oleh kepala ruangan dimana kepala
ruangan akan menegur perawat yang bekerja tidak sesuai dengan SOP
dan akan melakukan evaluasi kembali terhadap perawat tersebut.
Selain itu format buku pelaksanaan supervisi di Ruang Dahlia Garing
telah ditetapkan oleh RS, tetapi jadwal pelaksanaannya dapat berubah
jika ada halangan.
Pada hari kerja, supervisi dilakukan setiap hari pada waktu sore
dan malam hari. Sedangkan pada hari libur, supervisi dilakukan pada
waktu pagi, sore dan malam hari. Kepala ruangan melakukan supervisi
kinerja perawat dengan melihat tindakan merawat klien sesuai dengan
prosedur SOP yang ditetapkan oleh BRSU Tabanan dan perawat di
ruangan sudah bekerja sesuai dengan prosedur SOP yang sudah
ditetapkan oleh BRSU Tabanan. Indikator kinerja klinik supervisi di
57

ruang Dahlia Garing yaitu seperti pemasangan infus yang tepat dan
tidak terjadi plebitis, tidak terjadi hematoma setelah pengambilan
darah, oksigen terpasang dan diberikan sesuai kebutuhan, serta obat
diberikan dengan prinsip 8B dan 1W tercatat pada rekam medik.
Namun pendokumentasian hasil supervisi yang dilakukan hanya
disampaikan secara lisan dan tidak tertulis secara formal sehingga
untuk penilaian perkembangan kualitas perawat tidak dapat terpantau
dengan baik.
3. Analisis
Berdasarkan kajian data di atas supervisi di Ruang Dahlia
Garing dilakukan langsung oleh kepala ruangan dimana kepala
ruangan akan menegur perawat yang bekerja tidak sesuai dengan SOP
dan akan melakukan evaluasi kembali terhadap perawat tersebut.
Namun setelah melakukan supervisi tidak dilakukan
pendokumentasian dan pelaporan hasil supervisi.

g. Dokumentasi Keperawatan
1. Kajian teori
Dokumentasi adalah salah satu alat yang sering digunakan dalam
komunikasi keperawatan dalam memvalidasi asuhan keperawatan,
sarana komunikasi antar tim kesehatan lainnya, dan merupakan
dokumen paten dalam pemberian asuhan keperawatan. Keterampilan
dokumentasi yang efektif memungkinkan perawat untuk
mengkomunikasikan kepada tenaga kesehatan lainnya, dan
menjelaskan apa yang sudah, sedang, dan akan dikerjakan oleh
perawat.
ROS (Review of System / sistem tubuh) Pengkajian yang
dilakukan mencakup seluruh sistem tubuh, yaitu : keadaan umum,
tanda vital, sistem pernafasan, sistem kardiovaskuler, sistem
persyarafan, sistem perkemihan, sistem pencernaan, sistem
muskuloskeletal dan integumen, sistem reproduksi. Informasi yang
didapat membantu perawat untuk menentukan sistem tubuh mana yang
perlu mendapat perhatian khusus.

2. Kajian Data
Model pendokumentasian di ruang Dahlia Garing
menggunakan model ROS (Review of body Sistem) dimana pengkajian
yang dilakukan mencakup seluruh sistem tubuh head to toe, yaitu :
keadaan umum, tanda vital, sistem pernafasan, sistem kardiovaskuler,
sistem persyarafan, sistem perkemihan, sistem pencernaan, sistem
58

muskuloskeletal dan integumen, sistem reproduksi. Informasi yang


didapat membantu perawat untuk menentukan sistem tubuh mana yang
perlu mendapat perhatian khusus. Diagnosa keperawatan dan
intervensi keperawatan disusun berdasarkan NANDA NICNOC dan
format yang digunakan dalam catatan perkembangan dan evaluasi
klien adalah SOAP. Sudah tersedianya nursing care plan untuk
masing-masing diagnosa keperawatan yang muncul. Namun
pendokumentasian belum dilakukan secara maksimal seperti
pendokumentasian tidak dilakukan langsung di ruang pasien setelah
melakukan tindakan sehingga pedokumentasian tidak terisi dengan
lengkap karena kemungkinan perawat lupa, catatan perkembangan
pasien juga kurang berkesinambungan dan kurang lengkap, respon
pasien kurang terpantau dalam lembar evaluasi, dan pengawasan
terhadap sistematika pendokumentasian belum dilaksanakan secara
optimal

No Uraian Bagian Sumber


1 Formulir Tindakan Medik (RM 1) Tenaga Medis
2 Ringkasan Masuk dan Keluar Rumah Sakit (RM 3) Dokter
3 Catatan Edukasi Terintegrasi A Rawat Inap (RM 5.1) Dokter
4 Catatan Terintegrasi B (Rawat Jalan & Lanjutan Dokter
Rawat Inap) (RM 5.1.1)
5 Catatan Perkembangan Terintegrasi (RM 5.2) Tenaga Medis
6 Hasil Pemeriksaan Penunjang (RM 6) Perawat
7 Rekam Asuhan Keperawatan (Pengkajian Perawat
Keperawatan) (FRM 7.1)
8. Rencana dan Implementasi (RM 8.1) Perawat
9. Pemberian Obat Oral dan Injeksi (FRM 8.2) Perawat
10. Catatan Pemberian Infus (FRM 8.3) Perawat
11 Observasi Balance Cairan (FRM 8.4) Perawat
12 Catatan Observasi Komprehensif (RM 8.5) Perawat
13 Ringkasan Keluar (RM 10.1) Dokter
14 Catatan Pemulangan Klien (RM 10.2) Perawat

3. Analisis
Berdasarkan hasil observasi pendokumentasian di ruang Dahlia Garing
sudah sesuai berdasarkan pendekatan pengkajian ROS (Review Of Body
System) yang ditetapkan oleh BRSU Tabanan. Di ruang Dahlia Garing
terdapat nursing care plan namun penggunaannya belum dimanfaatkan
dengan baik seperti belum dicantumkan pada les klien. Pendokumentasian
sudah diletakkan secara berurutan, menggunakan bantex saat menaruhnya,
dimana penempatan rekam medis klien ditaruh di atas troly sehingga rawan
59

untuk jatuh dan tercecer dan juga pendokumentasian belum dilakukan secara
maksimal seperti pendokumentasian tidak dilakukan langsung di ruang pasien
setelah melakukan tindakan sehingga pedokumentasian tidak terisi dengan
lengkap.

4. M4 (Money)
a. Kajian Data
1) Tarif Perawatan
Ruang Dahlia merupakan ruang perawatan kelas I dan II yang terdiri dari
ruangan interna, isolasi dan kemoterapi yang melayani pasien dengan status
pembayaran sebagai pasien umum, asuransi kesehatan (ASKES), umum dan
BPJS. Tarif pelayanan per-hari dibedakan berdasarkan kelas. Pembayaran
kelas I dengan rincian tarif akomodasi sebesar Rp. 107.000 dengan biaya jasa
sarana akomodasi Rp. 85.000 dan jasa layanan Rp. 22.000. Kelas II dengan
rincian tarif akomodasi sebesar Rp. 73.000 dengan biaya jasa sarana
akomodasi Rp. 57.000 dan jasa layanan Rp. 16.000.

5. M5 (MARKET)
a. BOR
Bed Occupancy Rate (BOR) adalah persentase pemakaian tempat tidur
pada waktu tertentu yang didefinisikan sebagai jumlah tempat tidur yang
terpakai untuk perawatan pasien di dalam ruangan terhadap jumlah
tempat tidur yang tersedia. Standar nilai BOR menurut Barber Johnson
adalah 75% - 85% (Standar Internasional), sedangkan standar nilai
Depkes RI adalah 60% - 85%. Adapun perhitungan Bor adalah sebagai
berikut :

AVLOS menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata lama rawat


seorang pasien. Indikator ini disamping memberikan gambaran tingkat
efisiensi, juga dapat memberikan gambaran mutu pelayanan, apabila
diterapkan pada diagnosis tertentu dapat dijadikan hal yang perlu
pengamatan yang lebih lanjut. Secara umum niali AVLOS yang ideal
antara 6-9 hari (Depkes, 2005).
Rumus :

Ruang Dahlia merupakan salah satu ruangan rawat inap khusus


dewasa dengan rentang umur bervarisi dengan masalah penyakit dalam
(interna). Sebagai ruang rawat inap, ruang Dahlia memiliki kapasitas 34
60

tempat tidur dengan 11 ruang perawatan. Berdasarkan hasil pengkajian


pada tanggal 6 januari 2020, didapatkan gambaran BOR Ruang Dahlia
sebagai berikut :
Tabel 3.6 BOR di Ruang Dahlia BRSU Tabanan tanggal 6 januari 2020

No. Shift Jumlah Pasien Kapasitas BOR


yang dirawat Tempat Tidur

1. Pagi 26 34 76,5%

2. Sore 26 34 76,5%

3. Malam 26 34 76,5%

b. Sarana Promosi
BRSU Tabanan sudah memnafaatkan Media social sebagai upaya untuk
melakukan promosi. Kegiatan promosi lain yang sudah di lakukan
diantaranya pemeriksaan kesehatan, donor darah, penyuluhan tentang
penyakit, senam hamil, dan kegiatan lainnya. Namun kegiatan tersebut
lebih sering dilakukan d wilayak kesatuan sehingga cenderung lebih
kepada kegiatan internal.

B. ANALISA DATA

No Data Wawancara, Observasi, Kuesioner Masalah


1 Perawat yang di perlukan di ruang dahlia Belum optimalnya tenaga kerja di
adalah sebanyak 25 orang namun tenaga yang ruang Dahlia
ada hanya 19 orang
2 Terdapat buku inventaris alat namun Belum optimalnya pengisian buku
pengisiannya belum dilakukan secara rutin inventaris
3 Belum adanya buku absensi mahasiswa dan Belum tersedianya buku absensi
papan pengumuman mahaswa dan papan pengumuman
4 Belum ada ruang untuk Kepala ruangan Belum tersedia ruangan untuk
kepala ruangan di Ruang Dahlia
5 Tidak ada denah ruangan yang dipasang di Belum tersedia denah ruangan di
Ruang dahlia Ruang dahlia
6 Perawat melakukan operan bersama di dalam Belum optimalnya pelaksanaan
ruangan namun pada saat operan keliling hanya timbang terima di ruang dahlia
dilakukan per PP
7 Timbang terima sudah dilakukan dengan baik Belum optimalnya pelaksanaan
(PP melaporkan identitas pasien, keluhan timbang terima di ruang dahlia
utama, DS, DO, masalah keperawatan dan
intervensi) tetapi intervensi masih bersifat
umum tidak berdasarkan masalah keperawatan
8 Ronde keperawatan jarang dilakukan di ruang Belum optimalnya pelaksanaan
61

dahlia ronde keperawatan di ruang Dahlia


9 Pendokumentasian hasil supervisi yang Belum terlaksana secara optimal
dilakukan hanya disampaikan secara lisan dan supervisi di ruang Dahlia
tidak tertulis secara formal
10 Metode asuhan keperawatan profesional namun Belum optimalnya asuhan
belum optimal dan Dokumentasi tidak segera keperawatan dan pendokumentasian
dilakukan setelah melakukan tindakan.

BAB IV
TINJAUAN TEORITIS

A. Teori Program Inovasi


1. Pengertian
Inovasi adalah salah satu pilihan korporasi dalam menghadapi persaingan
pasar dan pengelolaan yang berkelanjutan. Freeman (2004) menganggap
inovasi sebagai upaya dari perusahaan melalui penggunaan teknologi dan
informasi untuk mengembangkan, memproduksi dan memasarkan produk
yang baru untuk industri. Dengan kata lain inovasi adalah modifikasi atau
penemuan ide untuk perbaikan secara terus-menerus serta pengembangan
untuk memenuhi kebutuhan pelanggan.
Pervaiz K. Ahmed and Charles D. Shepherd (2010) inovasi perusahaan
dapat menghasilkan R&D (Research and Development), produksi serta
pendekatan pemasaran dan akhirnya mengarah kepada komersialisasi
inovasi tersebut. Dengan kata lain inovasi adalah proses mewujudkan ide
baru, yang berbeda dengan yang dulu, dengan cara produksi atau dengan
membuatnya menjadi nyata, dimana inovasi termasuk generasi evaluasi,
konsep baru dan implementasi. Dimana penggunaan metode baru dan
berbeda serta teknologi untuk meningkatkan kualitas biaya atau lebih
rendah, untuk memenuhi atau melampaui target perusahaan.
Pervaiz K. Ahmed and Charles D. Shepherd (2010) inovasi tidak hanya
terbatas pada benda atau barang hasil produksi, tetapi juga mencakup sikap
hidup, perilaku, atau gerakan-gerakan menuju proses perubahan di dalam
segala bentuk tata kehidupan masyarakat. Jadi, secara umum, inovasi
berarti suatu ide, produk, informasi teknologi, kelembagaan, perilaku, nilai-
nilai, dan praktik-praktik baru yang belum banyak diketahui, diterima, dan
digunakan atau diterapkan oleh sebagian besar warga masyarakat dalam
62

suatu lokalitas tertentu, yang dapat digunakan atau mendorong terjadinya


perubahan-perubahan di segala aspek kehidupan masyarakat demi
terwujudnya perbaikan mutu setiap individu dan seluruh warga masyarakat
yang bersangkutan.

2. Karakteristik inovasi
Cepat atau lambat penerimaan inovasi oleh masyarakat sangan tergantung
pada karakteristik inovasi itu sendiri. Karakteristik inovasi yang
mempengaruhi cepat lambat penerimaan informasi Everett M. Rogers
(2003), sebagai berikut:
a. Keunggulan relatif (relative advantage) – Keunggulan relatif yaitu
sejauh mana inovasi dianggap menguntungkan bagi penerimanya.
Tingkat keuntungan atau kemanfaatan suatu inovasi dapat di ukur
berdasarkan nilai ekonominya, atau dari faktor status sosial, kesenangan,
kepuasan, atau karena mempunyai komponen yang sangat penting.
Makin menguntungkan bagi penerima makin cepat tersebarnya inovasi.
b. Kompatibilitas (compatibility) - Kompatibel ialah tingkat kesesuaian
inovasi dengan nilai, pengalaman lalu, dan kebutuhan dari penerima.
Inovasi yang tidak sesuai dengan nilai atau norma yang diyakini oleh
penerima tidak akan diterima secepat inovasi yang sesuai dengan norma
yang ada di masyarakat.
c. Kerumitan (complexity) - Kompleksitas ialah, tingkat kesukaran untuk
memahami dan menggunakan inovasi bagi penerima. Suatu inovasi
yang mudah dimengerti dan mudah digunakan oleh penerima akan cepat
tersebar, sedangkan inovasi yang sukar dimengerti atau sukar digunakan
oleh penerima akan lambat proses penyebarannya.
d. Kemampuan diujicobakan (triability) – Kemampuan untuk diujicobakan
adalah di mana suatu inovasi dapat dicoba atau tidaknya suatu inovasi
oleh penerima. Jadi agar dapat dengan cepat di adopsi, suatu inovasi
harus mampu mengemukakan keunggulanya.
e. Kemampuan untuk diamati (observability) - Yang dimaksud dengan
dapat diamati ialah mudah atau tidaknya pengamatan suatu hasil
inovasi. Suatu inovasi yang hasilnya mudah diamati akan makin cepat
diterima oleh masyarakat, dan sebaliknya bila sukar diamati hasilnya,
akan lama diterima oleh masyarakat.
3. Factor penunjang serta manfaat Inovasi
63

Everett M. Rogers (2003) Inovasi tidak hanya berurusan dengan


pengetahuan baru dan cara-cara baru, tetapi juga dengan nilai-nilai,karena
harus bisa membawa hasil yang lebih baik, jadi selain melibatkan iptek
baru, inovasi juga melibatkan cara pandang dan perubahan sosial. Inovasi
dapat memberikan beberapa manfaat sebagai berikut:
a. Peningkatan kualitas hidup manusia melalui penemuan-penemuan baru
yang membantu dalam proses pemenuhan kebutuhan hidup manusia.
b. Memungkinkan suatu perusahaan untuk meningkatkan penjualan dan
keuntungan yang dapat diperolehnya.
c. Adanya peningkatan dalam kemampuan mendistribusikan kreativitas
kedalam wadah penciptaan sesuatu hal yang baru.
d. Adanya keanekaragaman produk dan jenisnya didalam pasar, Everett M.
Rogers (2003).
Inovasi dapat ditunjang oleh beberapa factor pendukung seperti :
1) Adanya keinginan untuk merubah diri, dari tidak bisa menjadi bisa dan
dari tidak tahu menjadi tahu
2) Adanya kebebasan untuk berekspresi
3) Adanya pembimbing yang berwawasan luas dan kreaktif
4) Tersedianya sarana dan prasarana
5) Kondisi lingkungan yang harmonis, baik lingkungan keluarga,
pergaulan, maupun sekolah
Proyek inovasi yang dilakukan di RS misalnya
a. Persiapan
Membuatkan leaflet 10 penyakit terbanyak di Ruang Dahlia dan
menyiapkan tempat leaflet.
b. Pelaksanaan
Pembuatan leaflet dimulai pada tanggal 08 Januari 2020. Pelaksanaan
kegiatan meliputi menempatkan leaflet di leaflet corner, dan
membagikan leaflet ke keluarga pasien yang sudah boleh pulang
maupun yang masih dirawat inap.
c. Hasil
Leaflet yang telah dibuat ditempatkan pada tempat edukasi yang ada di
ruangan yaitu dekat nurse station. Beberapa leaflet diberikan kepada
pasien, terutama pasien yang akan pulang dan yang kurang informasi
tentang penyakit yang diderita.
d. Hambatan
64

Keluarga maupun pengunjung kurang aktif dalam mencari informasi


mengenai kesehatan khusus pada sarana ataupun tempat edukasi yang
telah disiapkan.

B. TEORI MPKP (MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN PROFESIONAL)


1. Pengertian MPKP
Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) adalah suatu sistem
(struktur, proses dan nilai-nilai profesional) yang memungkinkan perawat
profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk
lingkungan, yang dapat menopang pemberian asuhan tersebut (Hoffart &
Woods, 2006).
2. Tujuan MPKP
a. Menjaga konsistensi asuhan keperawatan
b. Mengurangi konflik, tumpang tindih, dan kekosongan pelaksanaan
asuhan keperawatan oleh tim keperawatan
c. Menciptakan kemandirian dalam memberikan asuhan keperawatan
d. Memberikan pedoman dalam menentukan kebijakan dan keputusan
e. Menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dan tujuan asuhan
keperawatan bagi setiap tim keperawatan.

3. Karakteristik MPKP
a. Penetapan Jumlah Tenaga63Keperawatan
Penetapan jumlah tenaga keperawatan berdasarkan jumlah klien sesuai
dengan derajat ketergantungan klien.
a. Penetapan Jenis Tenaga Keperawatan
Pada suatu ruang rawat MPKP, terdapat beberapa jenis tenaga yang
memberikan asuhan keperawatan yaitu Clinical Care Manager (CCM),
Perawat Primer (PP), dan Perawat Asosiet (PA). Selain jenis tenaga
tersebut terdapat juga seorang kepala ruang rawat yang bertanggung
jawab terhadap manajemen pelayanan keperawatan di ruang rawat
tersebut. Peran dan fungsi masing-masing tenaga sesuai dengan
kemampuannya dan terdapat tanggungjawab yang jelas dalam sistem
pemberian asuhan keperawatan.
b. Penetapan Standar Rencana Asuhan Keperawatan
Standar rencana asuhan keperawatan perlu ditetapkan, karena
berdasarkan hasil observasi, penulisan rencana asuhan keperawatan
sangat menyita waktu karena fenomena keperawatan mencakup 14
kebutuhan dasar manusia (Potter & Perry, 2007).Pada MPKP
digunakan metode modifikasi keperawatan primer, sehingga terdapat
satu orang perawat profesional yang disebut perawat primer yang
bertanggung jawab dan bertanggung gugat atas asuhan keperawatan
65

yang diberikan. Disamping itu, terdapat Clinical Care Manager


(CCM) yang mengarahkan dan membimbing PP dalam memberikan
asuhan keperawatan. CCM diharapkan akan menjadi peran Ners
spesialis pada masa yang akan datang.

4. Langkah-langkah Dalam MPKP


a. Tahap Persiapan
Pada tahap persiapan penerapan MPKP ini ada beberapa hal yang
harus dilakukan, yaitu: (Sitorus, 2011).
1) Pembentukan Tim
Jika MPKP akan diimplementasikan di rumah sakit yang
digunakan sebagai tempat proses belajar bagi mahasiswa
keperawatan, sebaiknya kelompok kerja ini melibatkan staf dari
institusi yang berkaitan sehingga kegiatan ini merupakan kegiatan
kolaborasi antara pelayanan/rumah saklit dan institusi pendidikan.
Tim ini bisa terdiri dari seorang koordinator departemen, seorang
penyelia, dan kepala ruang rawat serta tenaga dari institusi
pendidikan. (Sitorus, 2011).
2) Rancangan Penilaian Mutu
Penilaian mutu asuhan keperawatan meliputi kepuasan
klien/keluarga kepatuhan perawat terhadap standar yang diniali
dari dokumentasi keperawatan, lama hari rawat dan angka infeksi
noksomial (Sitorus, 2011).
3) Presentasi MPKP
Selanjutnya dilakukan presentasi tentang MPKP dan hasil
penilaian mutu asuhan kepada pimpinan rumah sakit,
departemen,staf keperawatan, dan staf lain yang terlibat. Pada
presentasi ini juga, sudah dapat ditetapkan ruang rawat tempat
implementasi MPKP akan dilaksanakan (Sitorus, 2011).
a. Penentuan Tempat Implementasi MPKP
Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penentuan
tempat implementasi MPKP, antara lain (Sitorus, 2011) :
a) Mayoritas tenaga perawat merupakan staf baru di ruang
tersebut. Hal ini diperlukan sehingga dari awal tenaga
perawat tersebut akan mendapat pembinaan tentang
kerangka kerja MPKP
b) Bila terdapat ruang rawat, sebaiknya ruang rawat tersebut
terdiri dari 1 swasta dan 1 ruang rawat yang nantinya akan
dikembangkan sebagai pusat pelatihan bagi perawat dari
ruang rawat lain.
b. Penetapan Tenaga Keperawatan
66

Pada MPKP, jumlah tenaga keperawatan di suatu ruang rawat


ditetapkan dari klasifikasi klien berdasarkan derajat ketergantungan.
Untuk menetapkan jumlah tenaga keperawatan di suatu ruangrawat
didahului dengan menghitung jumlah klien berdasarkan derajat
ketergantungan dalam waktu tertentu, minimal selama 7 hari berturut-
turut. (Sitorus, 2011).
a) Penetapan Jenis Tenaga
Pada MPKP metode pemberian asuhan keperawatan yang
digunakan adalah metode modifikasi keperawatan primer. Dengan
demikian, dalam suatu ruang rawat terdapat beberapa jenis tenaga,
meliputi (Sitorus, 2011):
1) Kepala ruang rawat
2) Clinical care manager
3) Perawat primer
4) Perawat asosiate
b) Pengembangan Standar Rencana Asuhan Keperawatan
Pengembangan standar rencana asuhan keperawatan bertujuan
untuk mengurangi waktu perawat menulis, sehingga waktu yang
tersedia lebih banyak dilakukan untuk melakukan tindakan sesuai
kebutuhan klien. Adanya standar rencana asuhan keperawatan
menunjukan asuhan keperawatan yang diberikan berdasarkan
konsep dan teori keperawatan yang kukuh, yang merupakan salah
satu karakteristik pelayanan profesional. Format standar rencana
asuhan keperawatan yang digunakan biasanya terdiri dari bagian-
bagian tindakan keperawatan: diagnosa keperawatan dan data
penunjang, tujuan, tindakan keperawatan dan kolom keterangan
(Sitorus, 2011).
c) Penetapan Format Dokumentasi Keperawatan
Selain standar rencana asuhan keperawatan, format dokumentasi
keperawatan lain yang diperlukan adalah (Sitorus, 2011) :
1) Format pengkajian awal keperawatan
2) Format implementasi tindakan keperawatan
3) Format kardex
4) Format catatan perkembangan
5) Format daftar infuse termasuk instruksi atau pesanan
dokter
6) Format laporan pergantian shif
7) Resume perawatan
d) Identifikasi Fasilitas
Fasilitas minimal yang dibutuhkan pada suatu ruang MPKP sama
dengan fasilitas yang dibutuhkan pada suatu ruang rawat. Adapun
fasilitas tambahan yang di perlukan adalah (Sitorus, 2011) :
1) Badge atau kartu nama tim
67

Badge atau kartu nama tim merupakan kartu identitas tim yang
berisi nama PP dan PA dalam tim tersebut. Kartu ini digunakan
pertama kali saat melakukan kontrak dengan klien/keluarga.
2) Papan MPKP
Papan MPKP berisi daftar nama-nama klien, PP, PA, dan
timnya serta dokter yang merawat klien.
c. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan MPKP dilakukan langkah-langkah berikut ini
(Sitorus, 2011):
a) Pelatihan tentang MPKP
Pelatihan MPKP diberikan kepada semua perawat yang terlibat di
ruang yang sudah ditentukan.
b) Memberi bimbingan kepada perawat primer (PP) dalam
melakukan konferensi.
Konferensi merupakan pertemuan tim yang dilakukan setiap hari.
Konferensi dilakukan setelah melakukan operan dinas, sore atau
malam sesuai dengan jadwal dinas PP. Konferensi sebaiknya
dilakukan di tempat tersendiri sehingga dapat mengurangi
gangguan dari luar (Sitorus, 2011).
c) Memberi bimbingan kepada perawat primer (PP) dalam
melakukan ronde dengan porawat asosiate (PA).
Ronde keperawatan bersama dengan PA sebaiknya juga
dilakukan setiap hari. Ronde ini penting selain untuk supervisi
kegiatan PA, juga sarana bagi PP untuk memperoleh tambahan
data tentang kondisi klien (Sitorus, 2011).
d) Memberi bimbingan kepada PP dalam memanfaatkan standar
rencana asuhan keperawatan
Standar rencana asuhan keperawatan merupakan acuan bagi tim
dalam melaksanakan asuhan keperawatan. Semua masalah dan
tindakan yang direncenakan mengacu pada standar tersebut
(Sitorus, 2011).
e) Memberi bimbingan kepada PP dalam membuat kontrak/orientasi
dengan klien/keluarga.
Kontrak antara perawat dan klien/keuarga merupakan kesepakatan
antara perawat dan klien/keluarganya dalam pemberian asuhan
keperawatan. Kontrak ini diperlukan agar hubungan saling
percaya antara perawat dan klien dapat terbina. Kontrak diawali
dengan pemberian orientasibagi klien dan keluarganya (Sitorus,
2011).
f) Memberi bimbingan kepada PP dalam melakukan presentasi kasus
dalam tim.
68

PP secara teratur diharapkan dapat mempresentasikan kasus-kasus


klien yang dirawatnya. Melalui kasus ini PP dan PA dapat lebih
mempelajari kasus yang ditanganinya secara mendalam. (Sitorus,
2011).
g) Memberi bimbingan kepada Critical Care Manager (CCM) dalam
membimbing PP dan PA.
Bimbingan CCM terhadap PP dan PA dalam melakukan
implementasi MPKP dilakukan melalui supervisi secara berkala.
Agar terdapat kesinambungan bimbingan, diperlukan buku
komunikasi CCM. Buku ini menjadi sangat diperlukan karena
CCM terdiri dari beberapa orang yaitu anggota tim/panitia yang
diatur gilirannya untuk memberikan bimbingan kepada PP dan PA.
Bila sudah ada CCM tertentu untuk setiap ruangan, buku
komunikasi CCM tidak diperlukan lagi (Sitorus, 2011).
h) Memberi bimbingan kepada tim tentang dokumentasi
keperawatan.
Dokumentasi keperawatan menjadi bukti tanggung jawab perawat
kepada klien. Oleh karena itu, pengisisan dokumentasi secara
tepat menjadi penting.
b. Tahap Evaluasi
Evaluasi proses dapat dilakukan dengan menggunakan instrumen
evaluasi MPKP oleh CCM. Evaluasi proses dilakukan oleh CCM dua
kali dalam seminggu. Evaluasi ini bertujuan untuk mengidentifikasi
secara dini masalah-masalah yang ditemukan dan dapat segera diberi
umpan balik atau bimbingan. Evaluasi hasil (outcome) dapat
dilakukan dengan (Sitorus, 2011) :
a) Memberikan instrumen evaluasi kepuasan klien/keluarga
untuk setiap klien pulang.
b) Mengevaluasi kepatuhan perawat terhadap standar yang
dinilai berdasarkan dokumentasi.
c) Penilaian infeksi nosokomial (biasanya ditetapkan per
ruang rawat).
d) Penilaian rata-rata lama hari rawat.
c. Tahap Lanjut
MPKP merupakan penataan struktur dan proses
(sistem) pemberian asuhan keperawatan. Agar implementasi
MPKP memberikan dampak yang lebih optimal, perlu disertai
dengan implementasi substansi keilmuan keperawatan. Pada
ruang MPKP diuji coba ilmu dan teknologi keperawatan karena
sudah ada sistem yang tepat untuk menerapkannya (Sitorus,
2011).
69

a) MPKP pemula ditingkatkan menjadi MPKP tingkat I. Pada


tingkat ini, PP pemula diberi kesempatan meningkatkan
pendidikan sehingga mempunyai kemampuan sebagai
SKep/Ners. Setelah mendapatkan pendidikan tambahan
tersebut berperan sebagai PP (bukan PP pemula) Sitorus,
2011).
b) MPKP tingkat I ditingkatkan menjadi MPKP tingkat II.
Pada MPKP tingkat I, PP adalah SKep/Ners. Agar PP dapat
memberikan asuhan keperawatan berdasarkan ilmu dan
teknologi mutakhir, diperlukan kemampuan seorang Ners
spesialis yang akan berperan sebagai CCM. Oleh karena
itu, kemampuan perawat SKep/Ners ditingkatkan menjadi
ners spesialis (Sitorus, 2011).
c) MPKP tingkat II ditingkatkan menjadi MPKP tingkat III.
Pada tingkat ini perawat dengan kemampuan sebagai ners
spesialis ditingkatkan menjadi doktor keperawatan.
Perawat diharapkan lebih banyak melakukan penelitian
keperawatan eksperimen yang dapat meningkatkan asuhan
keperawatan sekaligus mengembangkan ilmu keperawatan
(Sitorus, 2011).

5. Tingkatan MPKP
Berdasarkan pengalaman mengembangkan model PKP dan masukan dari
berbagai pihak perlu dipikirkan untuk mengembangkan suatu model PKP
yang disebut Model Praktek Keperawatan Profesional Pemula (PKPP).
Ada beberapa jenis model PKP yaitu:
a. Model Praktek Keperawatan Profesional III melalui pengembangan
model PKP III dapat berikan asuhan keperawatan profesional tingkat
III. Pada ketenagaan terdapat tenaga perawat dengan kemampuan
doktor dalam keperawatan klinik yang berfungsi untuk melakukan
riset dan membimbing para perawat melakukan riset serta
memanfaatkan hasil-hasil riset dalam memberikan asuhan
keperawatan.
b. Model Praktek Keperawatan Profesional II. Pada model ini akan
mampu memberikan asuhan keperawatan profesional tingkat II. Pada
ketenagaan terdapat tenaga perawat dengan kemampuan spesialis
keperawatan yang spesifik untuk cabang ilmu tertentu. Perawat
spesialis berfungsi untuk memberikan konsultasi tentang asuhan
keperawatan kepada perawat primer pada area spesialisnya.
70

Disamping itu melakukan riset dan memanfaatkan hasil-hasil riset


dalam memberikan asuhan keperawatan. Jumlah perawat spesialis
direncanakan satu orang untuk 10 perawat primer pada area
spesialisnya.
c. Model Praktek Keperawatan Profesional I. Pada model ini perawat
mampu memberikan asuhan keperawatan profesional tingkat I dan
untuk itu diperlukan penataan 3 komponen utama yaitu: ketenagaan
keperawatan. Metode pemberian asuhan keperawatan yang digunakan
pada model ini adalah kombinasi metode keperawatan primer dan
metode tim disebut tim primer.
d. Model Praktek Keperawatan Profesional Pemula Model Praktek
Keperawatan Profesional Pemula (MPKPP) merupakan tahap awal
untuk menuju model PKP. Model ini mampu memberikan asuhan
keperawatan profesional tingkat pemula. Pada model ini terdapat 3
komponen utama yaitu: ketenagaan keperawatan, metode pemberian
asuhan keperawatan dan dokumentasi asuhan keperawatan.

6. Pilar-pilar MPKP
a. Pilar 1: Pendekatan Manajemen Keperawatan
Terdiri dari:
a) Perencanaan dengan kegiatan perencanaan yang dipakai di ruang
MPKP meliputi (perumusan visi, misi, filosofi, kebijakan dan
rencana jangka pendek, harian, bulanan dan tahunan).
b) Pengorganisasian dengan menyusun struktur organisasi, jadwal
dinas, dan daftar alokasi pasien.
c) Pengarahan
Terdapat kegiatan delegasi, supervisi, menciptakan iklim motivasi,
manajemen waktu, komunikasi efektif yang mencakup pre dan
post conference, dan manajemen konflik.
b. Pilar 2: Sistem Penghargaan
Manajemen sumber daya manusia diruang MPKP berfokus pada proses
rekruitmen, seleksi kerja orientasi, penilaian kerja, staf perawat. Proses
ini selalu dilakukan sebelum membuka ruang MPKP dan setiap ada
penambahan perawatan baru.
c. Pilar 3: Hubungan Profesional
Hubungan profesional dalam pemberian pelayanan keperawatan (tim
kesehatan) dalam penerimaan pelayanan keperawatan (klien dan
keluarga). Pada pelaksanaannya hubungan profesional secara internal
artinya hubungan yang terjadi antara pembentuk pelayanan kesehatan
misalnya perawat dengan perawat, perawat dengan tim kesehatan lain,
71

sedangkan hubungan profesional secara eksternal adalah hubungan antara


pemberi dan penerima pelayanan kesehatan.
d. Pilar 4: Manajemen Asuhan Keperawatan
Salah satu pilar praktik professional perawatan adalah pelayanan
keperawatan dengan mengunakan manajemen asuhan keperawatan di
MPKP tertentu. Manajemen asuhan keperawatan yang diterapkan di
MPKP adalah asuhan keperawatan dengan menerapkan proses
keperawatan.
MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN PROFESIONAL

PROFESSIONAL VALUE

MANAGEMENT COMPENSATORY PROFESSIONAL PATIENT CARE


APPROACH REWARDS RELATIONSHIP DELIVERY SYSTEM

SISTEM REKRUTMEN 1. Tim Keperawatan MANAJEMEN PENKES


MANAJEMEN • Rapat ASKEP KELUARGA
Orientasi • Case Conference
Perencanaan Manajemen 2. Tim Kesehatan Proses Fase 1
Pengorganisasian Kinerja • Rapat Keperawatan Permulaan Hubungan
Pengarahan Standar Kinerja • Case Conference Pedoman
Pengendalian Pengembangan ASKEP Fase 2
SDM Pedoman KeterampilanMerawat
Komunikasi Klien
SOP/IK
Fase 3
Aplikasi Perawatan

Fase 4
Mempertahankan peran
serta keluarga dalam
merawat klien di
Gambar 4.1 keluarga/masyarakat
Model Praktik Keperawatan Profesional

7. Proses Rekrutan Tenaga Perawat di Ruang MPKP


Perekutan di ruang MPKP berfokus pada perekrutan perawat yang ada
dirumah sakit bukan mencari tenaga perawat baru dari luar rumah sakit.
Dalam menentukan perawat di ruang MPKP, perlu diketahui kategori
ruang MPKP yang akan dikembangkan. Ruang MPKP dikategorikan
menjadi 3 tingkat, yaitu: tingkat Profesional I, II, III, Pemula, dan
Transisi.
Proses perekrutan perawat di ruang MPKP adalah sebagai berikut:
a. Seluruh perawat di rumah sakit harus menyepakati tingkat MPKP yang
akan dipilih, disesuaikan dengan sumber daya keperawatan yang ada
di rumah sakit tersebut, dan diharapkan minimal memilih tingkat
MPKP Pemula.
72

b. Setelah tingkat MPKP disepakati, Kepala Bidang Keperawatan


melakukan sosialisasi pembentukan ruang MPKP kepada pimpinan
dan para pejabat struktural yang ada dirumah sakit untuk mendapatkan
komitmen dan dukungan.
c. Kepala Ruangan melakukan sosialisasi kepada semua perawat yang
ada di ruangan tentang pembentukan ruang MPKP disertai kriteria
perawat yang dibutuhkan dengan tujuan merekrut perawat yang
memenuhi kriteria. Kepala Ruangan memotivasi perawat di
ruangannya yang memenuhi kriteria untuk mendaftarkan diri dengan
mengisi formulir pendaftaran dan biodata.
Sebelum menetapkan proses perekrutan, jumlah perawat yang
dibutuhkan harus ditetapkan. Jenis tenaga perawat terdiri dari: Kepala
Ruangan (KaRu), Perawat Primer sebagai ketua tim, dan Perawat
Pelaksana. Berdasarkan pengalaman pada pengembangan MPKP di
RSMM Bogor, perbandingan pasien Ran perawat adalah 1:1 atau 1,7:1,
ditambah Karu. Kriteria dari tiap tenaga perawat ditetapkan dan umumnya
perawat memiliki latar belakang pendidikan D3 Keperawatan.
Kriteria perawat yang akan bekerja di ruang MPKP adalah sebagai
berikut:
a. Kepala Ruangan
1. Pendidikan minimal S1 Keperawatan, jika belum ada,
diperbolehkan D3 Keperawatan pada MPKP Pemula.
2. Pengalaman menjadi Kepala Ruangan minimal 2 tahun, dan
bekerja pada area keperawatan medik minimal 2 tahun.
3. Sehat jasmani dan rohani.
4. Pernah mengikuti pelatihan (sertifikat):
a) Asuhan keperawatan
b) Standar asuhan keperawatan atau audit keperawatan.
c) Terapi modalitas keperawatan atau terapi aktifitas kelompok
(TAK).
d) Komunikasi keperawatan
e) Manajemen keperawatan
f) Bimbingan klinik (untuk RS Pendidikan)
5. Lulus tes tulis
6. Lulus wawancara
7. Lulus tes presentasi
b. Perawat Primer/Ketua Tim
1. Pendidikan minimal S1 Keperawatan (Perawat Primer), jika belum
ada, D3 Keperawatan diperbolehkan pada MPKP Pemula.
2. Pengalaman kerja di area keperawatan medik untuk D3
Keperawatan minimal 2 tahun dan S1 Keperawatan magang 3
bulan.
3. Sehat jasmani rohani
4. Pernah mengikuti pelatihan (sertifikat):
a) Asuhan keperawatan
73

b) Standar asuhan keperawatan atau audit keperawatan.


c) Terapi modalitas keperawatan atau terapi aktifitas kelompok
(TAK).
d) Komunikasi keperawatan
e) Manajemen keperawatan
5. Lulus tes tulis
6. Lulus tes wawancara
c. Perawat Pelaksana (Asosiate)
1. Pendidikan minimal D3 Keperawatan
2. Pengalaman kerja dibagian kesehatan umum minimal 1 tahun
3. Sehat jasmani dan rohani
4. Pernah mengikuti pelatihan (sertifikat): asuhan keperawatan
5. Lulus tes tulis
6. Lulus tes wawancara
8. Proses Seleksi Tenaga Perawat di Ruang MPKP
Tenaga perawat yang akan bekerja di ruang MPKP dituntut untuk mengikuti
proses seleksi. Berikut ini adalah proses seleksi:
a. Proses seleksi dimulai dari peninjauan dokumen untuk menetapkan perawat
yang memenuhi syarat menjadi Kepala Ruangan maupun Perawat
Primer/Ketua Tim dan Perawat Pelaksana (Asosiate).
b. Semua perawat yang memenuhi kriteria, dipanggil untuk tes tulis. Hasil tes
tulis menetapkan perawat pelaksana yang memenuhi kriteria dan calon
ketua tim dan kepala ruangan.
c. Perawat yang lulus tes tulis mengikuti tes wawancara.
d. Tahap seleksi selanjutnya adalah presentasi yang diikuti oleh perawat yang
memenuhi kriteria Karu dan Katim untuk memilih kepala ruangan dan
ketua tim.
Tes tulis dilakukan oleh orang yang independen. Materi yang diujikan
adalah pengetahuan perawat terkait konsep MPKP. Tes ini bertujuan untuk
mengetahui sejauh mana pengetahuan perawat tentang konsep MPKP. Jumlah
yang lulus disesuaikan dengan kebutuhan perawat di ruang MPKP dengan
nilai yang tertinggi. Wawancara dilakukan oleh Tim Rumah Sakit yang terdiri
dari: bagian administrasi dan bidang keperawatan dengan menggunakan
pedoman wawancara. Tes wawancara diikuti oleh calon Karu, Katim, dan
Perawat Pelaksana. Tujuan wawancara calon Karu dan Katim adalah
mengetahui sejauh mana pengetahuan mereka terhadap konsep manajemen,
asuhan keperawatan, kemampuan menyelesaikan konflik, motivasi, dan
disiplin. Wawancara dengan calon Perawat Pelaksana bertujuan mengetahui
pengetahuannya terhadap pengelolaan asuhan keperawatan, motivasi dan
disiplin. Presentasi dilakukan oleh calon Karu dan Katim. Tim penilai terdiri
dari Konsultan, Bidang Keperawatan, Bagian Personalia, Pimpinan Rumah
Sakit. Presentasi berisi visi, misi dan program kerja serta sesuai standar
MPKP yang akan dijalankan jika terpilih jadi Karu. Kemudian semua nilai
74

direkapitulasi dan hasilnya dikonsulkan kepada Pimpinan Rumah Sakit untuk


menetapkan Kepala Ruangan. Jika nama dan jumlah perawat telah ditetapkan
sesuai dengan hasil tes, Pimpinan Rumah Sakit membuat Surat Keputusan
(SK) penempatan Perawat yang bekerja di ruang MPKP. Sebelum perawat
bekerja di ruang MPKP, mereka diminta untuk membuat pernyataan akan
kesediaannya bekerja dan mengembangkan ruang MPKP serta
menandatanganinya. Perawat diberi kejelasan tentang lingkup kerja dan
pengembangan karier.

BAB V
RUMUSAN MASALAH DAN PERENCANAAN

A. Rumusan Masalah

Sumber Daya Rumusan Masalah


M1 (Man) a. Kurangnya tenaga keperawatan yang ada diruang dahlia
M2 (Material) a. Tidak adanya ruang khusus untuk Karu dan ruang khusus diskusi
untuk mahasiswa.
M3 (Method) a. Kurangnya jumlah tenaga yang membantu optimalisasi penerapan
model yang digunakan
b. Perawat melakukan operan bersama di dalam ruangan namun
pada saat operan keliling hanya dilakukan per PP
c. Perawat jarang memperkenalkan nama pengganti shift jaga
berikutnya dan dari/sampai jam berapa mereka akan berjaga.
d. Timbang terima sudah dilakukan dengan baik (PP melaporkan
identitas pasien, keluhan utama, DS, DO, masalah
keperawatan dan intervensi) tetapi intervensi masih bersifat
umum tidak berdasarkan masalah keperawatan
e. Beberapa perawat kurang disiplin waktu saat akan
75

melaksanakan operan
f. Tidak ada tuntutan pihak manajemen untuk mengadakan
ronde
g. Pemahaman tentang ronde masih kurang dikalangan perawat
h. Mobilisasi antar tim kesehatan tinggi sehingga kesulitan
dalam menetapkan waktu untuk melakukan ronde.
i. Karakteristik tenaga yang memenuhi kualifikasi belum
merata.
j. Membutuhkan waktu dan tenaga extra serta ketelitian dari
perawat.
k. Tidak ada satu ruangan khusus untuk sentralisasi obat.
l. Jadwal supervisi dapat berubah jika ada halangan
m. Pendokumentasian hasil supervisi yang dilakukan hanya
disampaikan secara lisan dan tidak tertulis secara formal
n. Ketersediaan brosur/leaflet untuk klien saat perencanaan
pulang belum optimal
o. Pemberian HE dilakukan secara lisan pada setiap
pasien/keluarga
p. Belum optimalnya pendokumentasian tentang pendidikan
kesehatan
q. Masih terdapat list klien pada form pengkajian yang belum
terisi lengkap
r. Dokumentasi tidak segera dilakukan setelah melakukan
tindakan.
s. Catatan perkembangan pasien kurang berkesinambungan
dan kurang lengkap
t. Respon pasien kurang terpantau dalam lembar evaluasi
u. Pengawasan terhadap sistematika pendokumentasian belum
dilaksanakan secara optimal
78
M4 (Monney) -
M5 (Market) -

B. Prioritas Masalah
No Masalah Mg Sv Mn Nc Af Nilai
1 Belum optimalnya pelaksanaan timbang terima 5 4 4 5 5 2000
2 Belum optimalnya dokumentasi tindakan 4 3 4 5 5 1200
keperawatan
3 Belum optimalnya ronde keperawatan 4 3 4 5 4 960
4 Tidak tersedianya brosur/leaflet penyakit untuk 5 3 4 3 3 540
pasien pulang, serta melakukan discharge planning
pada pasien atau keluarga untuk perawatan dirumah
5 Tidak tersedianya buku supervisi 3 4 4 3 3 432
6 Belum optimalnya pendataan buku inventaris 3 3 3 4 4 432
7 Belum tersedianya ruang khusus karu dan ruang 4 3 2 2 2 96
diskusi mahasiswa
8 Belum tersedianya buku absensi mahasiswa 2 5 3 2 4 240
9 Belum tersedianya papan pengumuman 2 5 5 3 3 450
10 Kurangnya tenaga keperawatan 4 3 2 4 3 288

Prioritas masalah:

1. Belum Optimalnya pelaksanaan timbang terima


2. Belum optimalnya dokumentasi tindakan keperawatan
76

3. Belum optimalnya ronde keperawatan


4. Tidak tersedianya brosur/leaflet penyakit untuk pasien pulang, serta melakukan
discharge planning pada pasien atau keluarga untuk perawatan dirumah
5. Belum tersedianya papan pengumuman
6. Tidak tersedianya buku supervis
7. Belum optimalnya pendataan buku inventaris
8. Kurangnya tenaga keperawatan
9. Belum tersedianya buku absensi mahasiswa
10. Belum tersedianya ruang khusus karu dan ruang diskusi mahasiswa
77

C. Analisa Penyebab Masalah


METODE
MAN

Beberapa perawat Perawat jarang Perawat melakukan


kurang disiplin waktu memperkenalkan nama operan bersama di dalam
saat akan melaksanakan perawat pengganti jaga ruangan namun pada saat
operan jaga kepada pasien operan keliling hanya
dilakukan per PP
Belum optimalnya
Belum optimlnya tenaga pendokumentasian asuhan
kerja di ruang dahlia keperawatan dalam
timbang terima
BELUM OPTIMALNYA
PELAKSANAAN
TIMBANG TERIMA
DIRUANG DAHLIA DI
BRSU TABANAN

Belum optimalnya
pemanfaatan jam pelayanan
Belum adanya buku
operan jaga /
timbang terima
LINGKUNGAN
MATERIAL
Gambar 11. Fish Bone Metode Asuhan Keperawatan Profesional di BRSU Tabanan
78

D. ALTERNATIF PENYELESAIAN MASALAH


No Penyebab Penyelesaian
1 Belum optimalnya pelaksanaan timbang Mengoptimalkan pelaksanaan
terima timbang terima
2 Belum optimalnya dokumentasi tindakan Mengoptimalkan dokumentasi
keperawatan tindakan keperawatan
3 Belum optimalnya ronde keperawatan Mengoptimalkan ronde
keperawatan
4 Tidak tersedianya brosur/leaflet penyakit Menyarankan ruangan untuk
untuk pasien pulang, serta melakukan menyediakan brosur/leaflet
discharge planning pada pasien atau penyakit untuk pasien pulang,
keluarga untuk perawatan dirumah serta melakukan discharge
planning pada pasien atau
keluarga untuk perawatan
dirumah
5 Tidak tersedianya buku supervisi Menyarankan agar disediakan
buku supervisi
6 Belum optimalnya pendataan buku Mengoptimalkan pendataan
inventaris buku inventaris
7 Belum tersedianya ruang khusus karu dan Menyarankan untuk disediakan
ruang diskusi mahasiswa ruang khusus karu dan ruang
diskusi mahasiswa
8 Belum tersedianya buku absensi Menyarankan untuk disediakan
mahasiswa buku absensi mahasiswa
9 Belum tersedianya papan pengumuman Menyarankan disediakan papan
pengumuman
10 Kurangnya tenaga keperawatan Menyarankan meningkatkan
tenaga keperawatan

E. PRIORITAS ALTERNATIF PENYELESAIAN MASALAH

Prioritas alternatif penyelesaian masalah merupakan suatu analisa yang dilakukan


untuk memprioritaskan penyelesaian masalah dengan nilai CARL
a. Capability (C) : Kemampuan melaksanakan alternatif
b. Acessibility (A) : Kemudahan melaksanakan alternatif
c. Readiness (R) : Kesiapan dalam melaksanakan alternatif
d. Leverage (L) : Daya ungkit alternatif dalam penyelesaian masalah.

Rentang nilai yang digunakan adalah 1 sampai 5, dengan kriteria sebagai berikut:
a. Nilai 1 : Sangat Kurang penting
b. Nilai 2 : Kurang Penting
c. Nilai 3 : Cukup Penting
d. Nilai 4 : Penting
79

e. Nilai 5 : Sangat Penting


Penyelesaian masalah yang mendapat skor paling tinggi akan dilaksanakan
terlebih dahulu.

NO Alternatif Penyelesaian Masalah C A R L Nilai


1 Mengoptimalkan pelaksanaan timbang 5 4 3 3 180
terima
2 Mengoptimalkan dokumentasi 4 4 2 2 64
tindakan keperawatan
3 Mengoptimalkan ronde keperawatan 3 3 2 2 36
4 Menyarankan ruangan untuk 3 4 4 3 144
menyediakan brosur/leaflet penyakit
untuk pasien pulang, serta melakukan
discharge planning pada pasien atau
keluarga untuk perawatan dirumah
5 Menyarankan agar disediakan buku 2 3 3 3 54
supervisi
6 Mengoptimalkan pendataan buku 3 4 4 3 144
inventaris
7 Menyarankan untuk disediakan ruang 2 2 2 2 16
khusus karu dan ruang diskusi
mahasiswa
8 Menyarankan untuk disediakan buku 4 4 3 3 144
absensi mahasiswa
9 Menyarankan disediakan papan 3 2 2 3 36
pengumuman
10 Menyarankan meningkatkan tenaga 1 1 1 2 2
keperawatan

F. POA
Terlampir

G. KRITERIA EVALUASI
No KEGIATAN TUJUAN KRITERIA
EVALUASI
1 Mengoptimalkan Agar timbang terima optimal Timbang terima dapat
pelaksanaan timbang dilakukan dengan
terima efektif
2 Mengoptimalkan Agar segala hal yang Pendokumentasian
dokumentasi tindakan dilakukan dapat tindakan keperawatan
80

keperawatan didokumentasikan dengan dapat dilakukan secara


baik komperhensif
3 Mengoptimalkan ronde Segala permasalahaan yang Ronde keperawatan
keperawatan ditemui diruangan dapat dapat dilakukan secara
dicari jalan keluarnya berkala dan efektif
4 Menyarankan ruangan Pasien atau keluarga pasien Leaflet / brosur dapat
untuk menyediakan dapat membaca serta berfungsi dengan baik
brosur/leaflet penyakit mengerti tentang penyakit dan optimal
untuk pasien pulang, sehingga tidak terjadi hal
serta melakukan yang tidak di inginkan saat
discharge planning pada perawatan dirumah
pasien atau keluarga
untuk perawatan dirumah
5 Menyarankan agar Memudahkan dalam Evaluiasi penggunaan
disediakan buku pendokumentasian kegiatan buku supervisi, agar
supervisi supervisi optimal dan efektif
6 Mengoptimalkan Memudahkan mendata Mengetahui keadaann
pendataan buku barang-barang atau alat yang barang dan alat yang
inventaris ada diruang dahlia ada diruang dahlia
7 Menyarankan untuk Memudahkan kinerja karu Dapat di pertimbangkan
disediakan ruang khusus serta mengoptimalkan dalam pembangunan
karu dan ruang diskusi kegiatan diskusi mahasiswa ruang khusus karu dan
mahasiswa ataupun siswa praktik mahasiswa atau siswa
menimbang BRSUD Tabanan praktik
merupakan rumah sakit
pendidikan
8 Menyarankan untuk Menyempurnakan kegiatan Buku absensi
disediakan buku absensi praktik di ruang dahlia mahasiswa digunakan
mahasiswa BRSUD Tabanan dengan optimal
9 Menyarankan disediakan Memudahkan setiap pihak Papan pengumuman
papan pengumuman yang akan memberikan dapat diaktifkan secara
pengunguman diruang dahlia baik
10 Menyarankan Meningkatkan kualitas Evaluasi berkala
menambahkan tenaga kinerja atau asuhan tentang kebutuhan
kerja perawat keperawatan pada pasien di tenaga kerja perawat
ruang dahlia diruang dahlia
81

DAFTAR PUSTAKA

Gillies, D.A. 1989. Nursing Management : A System Approach. Edisi 3.


Philadelphia: W.B. Saunders Company.

Marquis dan Huston (2010). Kepemimpinan dan manajemen keperawatan. Teori dan
Aplikasi. Alih bahasa: Widyawati dan Ha ndayani. Jakarta. Edisi 4. EGC.

Nursalam. 2014. Manajemen Keperawatan : Aplikasi dalam Praktik Keperawatan


Profesional Edisi 3. Jakarta : Salemba Medika

Sitorus. 2006. Manajemen Keperawatan: Manajemen Keperawatan di Ruang


Rawat. Jakarta : Sagung Seto

Subjana, 2004. Manajemen Keperawatan: Manajemen Keperawatan di Ruang


Rawat. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai