Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Manajemen adalah suatu proses merancang dan memelihara suatu
lingkungan dimana orang-orang yang bekerja sama didalam suatu kelompok
dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan seefisien mungkin
(H.Weihrich dan H. Koontz dalam Suarli dan Bahtiar, 2009). Manajemen
keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui anggota staf keperawatan
untuk memberikan asuhan keperawatan secara profesional (Nursalam, 2013).
Fungsi manajemen keperawatan sejalan dengan fungsi manajemen secara
umum yaitu pengorganisasian, perencanaan, kepemimpinan, dan pengawasan
(Suarli dan Bahtiar, 2009).
Rumah sakit merupakan sebuah institusi perawatan kesehatan
profesional yang pelayanannya disediakan oleh dokter, perawat, dan tenaga
ahli kesehatan lainnya (Sabarguna, 2008). Suatu rumah sakitmemerlukan
pengorganisasian untuk melancarkan jalan sukses. Organisasi rumah sakit
memiliki pemimpin dan staf-staf yang bergerak dibidangnya agar organisasi di
rumah sakit mampu mejalankan pelayanan yang optimal. Pengorganisasian
dalam manajemen keperawatan mempunyai banyak aktifitas penting, antara
lain bagaimana asuhan keperawatan dikelola secara efektif dan efisien untuk
sejumlah pasien di rumah sakit dengan jumlah staf keperawatan dan fasilitas
yang ada. Untuk diperlukan pembagian tugas, kerja sama, dan koordinasi
sehingga semua pasien mendapatkan pelayanan yang optimal. Oleh karena itu
menejer keperawatan perlu menetapkan kerangka kerja, yaitu dengan cara:
mengelompokan dan membagi kegitan yang harus dilakukan, menentukan
jalinan hubungan kerja antara tenaga dan menciptakan hubungan antara
kepala-staf melalui penugasan,delegasi dan wewenang.
Dalam model pengembangan praktik keperawatan profesional peran
dan fungsi kepala ruang merupakan hal yang sangat penting sehingga
kompetensi kepemimpinan dan manajemen yang mutlak dibutuhkan karena
kemampuan itu manajer kepala ruang akan diuji untuk menata

1
pengorganisasian staf dan menentukan sistem pemberian asuhan keperawatan
kepada pasien sebagai refleksi pelaksanaan praktik keperawatan profesional.
Peran dan fungsi kepala ruang sangatlah penting dalam melakukan pengaturan
organisasi dalam sebuah bangsal di suatu rumah sakit. Peran dan fungsi kepala
ruang antara lain mengidentifikasi masalah, merencanakan fungsi ketenagaan,
merencanakan pengorganisasian, melakukan pengarahan dan melakukan
pengendalian organisasi. Sedangkan menajer sendiri yang berarti seseorang
yang tanggung jawab utamanya adalah melakukan proses manajemen dalam
suatu organisasi memiliki tugas dan fungsi antara lain peran interpersonal,
peran pemberi informasi serta peran pengambilan keputusan.
Hasil pengkajian pada tanggal 13 Januari 2020 didapatkan bahwa di
ruang Jambu RSUD Klungkung sudah menggunakan model keperawatan
MPKP Tim sudah cukup optimal. Berdasarkan fenomena diatas, maka kami
mencoba menerapkan model praktik keperawatan professional (MPKP).

1.2. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah melaksanakan kegiatan praktik manajemen keperawatan,
diharapkan mahasiswa mampu menerapkan konsep dan prinsip-prinsip
kepemimpinan serta manajemen keperawatan dengan menggunakan Model
Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) dengan metode pemberian
asuhan keperawatan primer.

2. Tujuan Khusus
a. Menyusun rencana strategis dan operasional ruangan berdasarkan hasil
pengkajian Model Praktik Keperawatan Profesional, antara lain: (1)
timbang terima, (2) ronde keperawatan, (3) pre-post conference
b. Menyusun rencana strategis untuk menjalankan program inovasi yang
telah ditemukan, diantaranya: ronde keperawatan, aplikasi peran.

2
1.3. Manfaat
1. Bagi Pasien
Tercapainya kepuasan klien tentang pelayanan keperawatan.
2. Bagi Perawat
a. Tercapainya tingkat kepuasan kerja optimal.
b. Terbinanya hubungan baik antara perawat dengan perawat, perawat
dengan tim kesehatan lain, dan perawat dengan pasien dan
keluarganya.
c. Tumbuh dan terbinanya akuntabilitas dan disiplin perawat.
3. Bagi Rumah Sakit
a. Tercapainya pengalaman dalam pengelolaan suatu ruang rawat
sehingga dapat memodifikasi metode penugasan yang akan
dilaksanakan.
b. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan khususnya pelayanan
keperawatan.

1.4. Tempat dan Waktu


Tempat dilaksanakannya praktik klinik manajemen keperawatan ini
adalah di Ruang Jambu Rumah Sakit Umum Daerah Klungkung selama 13
hari mulai tanggal 13 sampai dengan 25 Januari 2020.

3
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1. Sejarah Singkat RSUD Klungkung


RSUD Kabupaten Klungkung adalah salah satu perangkat Daerah di
Kabupaten Klungkung terkait dengan pelayanan kesehatan rujukan.Dengan
perubahan Undang-Undang Pemerintah Daerah sesuai UU No. 23 Tahun 2014
dan perubahannya serta PP No. 18 Tahun 2016 maka di RSUD Kabupaten
Klungkung terjadi perubahan yang cukup bermakna. Sebagai tindak lanjutnya,
di Kabupaten Klungkung melalui Peraturan Daerah No 9 Tahun 2016 telah
dibentuk Perangkat Daerah, termasuk di dalamnya untuk RSUD Kabupaten
Klungkung.
Selanjutnya dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan sesuai
standar maka pada 1 Desember 2016, RSUD Kabupaten Klungkung diakui
telah memenuhi Standar Akreditasi Rumah Sakit Versi 2012 dan dinyatakan
Lulus Tingkat Paripurna (Bintang Lima) oleh Komisi Akreditasi Rumah Sakit
(KARS) Pusat. Pada tanggal 23 Januari 2017 melalui Keputusan Gubernur
Bali Nomor 440/ 844.6/ DPMPSP-H/ 2017 tentang Ijin Operasional Rumah
Sakit Umum kelas B, RSUD Kabupaten Klungkung dinaikkan kelasnya
sebagai RSU Kelas B Non Pendidikan.
Berdirinya RSUD berawal dari barak penampungan korban bencana
alam meletusnya Gunung Agung pada tahun 1963, setelah fungsi sebagai
barak selesai oleh Pemerintah Provinsi Bali difungsikan sebagai Rumah Sakit
Kelas D. Sebagai Rumah Sakit milik Pemerintah Provinsi Bali dengan
kategori Rumah Sakit Kelas D, berkembang menjadi Rumah Sakit Kelas C
berdasarkan SK Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Bali Nomor : 287 Tahun
1986 tanggal 11 Oktober 1986, yang dikukuhkan dengan SK Menteri
Kesehatan RI Nomor: 105/ Menkes/ SK/ II/ 1988 tangal 18 Februari 1988.
Pada tahun 1990, pengelolaan dan pemilikan RSUD Kabupaten
Klungkung berpindah dari Pemerintah Provinsi Bali ke Pemerintah Kabupaten

4
Klungkung sesuai dengan Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 10 tahun
1990.
Sebagai RS Unit Swadana tanggal 1 Januari 2001 berdasarkan
Peraturan Daerah Kabupaten Klungkung Nomor : 8 tahun 2000 tanggal 4
Agustus 2000. Pada tahun 2008, sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten
Klungkung Nomor : 8 tahun 2008, ditetapkan sebagai Rumah Sakit Umum
Daerah (RSUD) Kelas C Non Pendidikan. Sejak 1 Januari 2012 RSUD
Kabupaten Klungkung ditetapkan sebagai PPK-BLUD dengan status Penuh,
sesuai Surat Keputusan Bupati Klungkung Nomor 253 Tahun 2011 tanggal 23
Desember 2011. Sejak 22 Januari 2017, sesuai dengan Keputusan Gubernur
Bali Nomor 440/ 844.6/ DPMPTSP-A/ 2017 ditetapkan Ijin Opersional
Rumah Sakit Umum Kelas B Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten
Klungkung.
2.2. Visi, Misi, Falsafah, Nilai Dasar, Motto, Maklumat Rumah Sakit
a. Visi
“Rumah Sakit Pilihan Terbaik serta Unggul Dalam layanan spesialistik
dan pendidikan di Bali Timur.”
b. Misi :
Untuk mewujudkan Visi RSUD Klungkung, maka ditetapkan misi
sebagai berikut :
1) Memberikan pelayanan kesehatan spesialistik yang bermutu.
2) Memantapkan peran sebagai rumah sakit pendidikan .
3) Mengembangkan pengelolaan rumah sakit secara profesional
4) Megembangkan layanan subspesialistik
c. Falsafah RSUD
“Kesembuhan dan Kepuasan Anda adalah Kebahagiaan Kami”
d. Nilai Dasar Rumah Sakit adalah:
1) Integritas (Setiap pegawai RSUD dalam melaksanakan tugasnya
harus bersikap terbuka, jujur, benar dan konsisten sesuai dengan
nilai-nilai kebijakan organisasi serta kode etik profesi, walaupun
dalam keadaan yang sulit untuk melakukannya).

5
2) Profesional (Setiap pegawai RSUD harus bekerja sesuai standar
kompetensi, bertanggung jawab, berperilaku positif, dan selalu
berusaha meningkatkan kualitas profesinya).
3) Adil (Setiap pegawai RSUD dalam melaksanakan tugasnya harus
bersikap tidak diskriminatif, obyektif, dan proporsional kepada
seluruh pihak yang berkepentingan terhadap rumah sakit).
4) Dapat dipercaya (Setiap pegawai RSUD dalam melaksanakan
tugasnya mampu menerapkan nilai-nilai luhur yang dianut oleh
organisasi).
5) Unggul (Setiap pegawai RSUD harus mampu memberdayakan
jiwa keberhasilan dalam dirinya untuk memberikan nilai tambah
dalam profesinya sehingga dapat menjadi bagian dari penyelesaian
masalah dan andalan bagi upaya mengejar prestasi organisasi).
e. Motto Pelayanan RSUD
Memberikan pelayanan CERMAT (Cepat, Efektif-Efisien, Ramah,
Mantap, Akurat dan Tertib Administrasi) dalam lingkungan BERSERI
(Bersih, Sehat, Rapi dan Indah).
f. Maklumat Pelayanan
“Kami Pegawai RSUD Kabupaten Klungkung siap memberikan
Pelayanan yang Profesional, Ramah, Mudah, terjangkau dan Tanpa
Diskriminasi”.

6
2.3. Sturuktur Organisasi Ruangan
STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA LAKSANA
RUANG JAMBU

7
2.4. Denah Ruangan

8
2.5. Manajemen Keperawatan
Kelly dan Heidental (2004) menyatakan bahwa manajemen
keperawatan dapat didefenisikan sebagai suatu proses dari perencanaan,
pengorganisasian, kepemimpinan dan pengawasan untuk mencapai tujuan.
Proses manajemen dibagi menjadi lima tahap yaitu perencanaan,
pengorganisasian, kepersonaliaan, pengarahan dan pengendalian (Marquis dan
Huston, 2010). Swanburg (2000) menyatakan bahwa manajemen keperawatan
adalah kelompok dari perawat manajer yang mengatur organisasi dan usaha
keperawatan yang pada akhirnya manajemen keperawatan menjadi proses
dimana perawat manajer menjalankan profesi mereka. Manajemen
keperawatan memahami dan memfasilitasi pekerjaan perawat pelaksana serta
mengelola kegiatan keperawatan. Suyanto (2009) menyatakan bahwa lingkup
manajemen keperawatan adalah manajemen pelayanan kesehatan dan
manajemen asuhan keperawatan.
Manajemen pelayanan keperawatan adalah pelayanan di rumah sakit
yang dikelola oleh bidang perawatan melalui tiga tingkatan manajerial yaitu
manajemen puncak (kepala bidang keperawatan), manajemen menegah
(kepala unit pelayanan atau supervisor), dan manajemen bawah (kepala ruang
perawatan). Keberhasilan pelayanan keperawatan sangat dipengaruhi oleh
manajer keperawatan melaksanakan peran dan fungsinya. Manajemen
keperawatan adalah proses kerja setiap perawat untuk memberikan
pengobatan dan kenyamanan terhadap pasien. Tugas manager keperawatan
adalah merencanakan, mengatur, mengarahkan dan mengawasi keuangan yang
ada, peralatan dan sumber daya manusia untuk memberikan pengobatan yang
efektif dan ekonomis kepada pasien (Gillies, 2000).
2.6. Timbang Terima dengan Metode SBAR
Profesionalisme dalam pelayanan keperawatan dapat dicapai dengan
mengoptimalkan peran dan fungsi perawat, terutama peran dan fungsi mandiri
perawat. Hal ini dapat diwujudkan dengan baik melalui komunikasi yang efektif

9
antarperawat, maupun dengan tim kesehatan yang lain. Salah satu bentuk
komunikasi yang harus ditingkatkan keefektivitasannya adalah saat pergantian sif
(timbang terima pasien). Timbang terima pasien (operan) merupakan teknik atau
cara untuk menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan
keadaan pasien. Timbang terima pasien harus dilakukan seefektif mungkin dengan
menjelaskan secara singkat, jelas, dan lengkap tentang tindakan mandiri perawat,
tindakan kolaboratif yang sudah dilakukan/belum, dan perkembangan pasien saat
itu. Informasi yang disampaikan harus akurat sehingga kesinambungan asuhan
keperawatan dapat berjalan dengan sempurna. Timbang terima dilakukan oleh
perawat primer keperawatan kepada perawat primer (penanggung jawab) dinas
sore atau dinas malam secara tertulis dan lisan. Sistem Pendokumentasian dengan
SBAR (Nursalam, 2013) :
SBAR merupakan kerangka acuan dalam pelaporan kondisi pasien yang
memerlukan perhatian atau tindakan segera.
S: Situation(Kondisi Terkini yang Terjadi pada Pasien)
• Sebutkan nama pasien, umur, tanggal masuk, dan hari perawatan, serta dokter
yang merawat.
• Sebutkan diagnosis medis dan masalah keperawatan yang belum atau sudah
teratasi/keluhan utama.
B: Background (Info Penting yang Berhubungan dengan Kondisi Pasien Terkini)
• Jelaskan intervensi yang telah dilakukan dan respons pasien dari setiap diagnosis
keperawatan.
• Sebutkan riwayat alergi, riwayat pembedahan, pemasangan alat invasif, dan
obat-obatan termasuk cairan infus yang digunakan.
• Jelaskan pengetahuan pasien dan keluarga terhadap diagnosis medis.
A: Assessment (Hasil Pengkajian dari Kondisi Pasien Saat Ini)
• Jelaskan secara lengkap hasil pengkajian pasien terkini seperti tanda vital, skor
nyeri, tingkat kesadaran, braden score, status restrain, risiko jatuh, pivas score,
status nutrisi, kemampuan eliminasi, dan lain-lain.
• Jelaskan informasi klinik lain yang mendukung.
R: Recommendation
• Rekomendasikan intervensi keperawatan yang telah dan perlu dilanjutkan (refer
to nursing care plan) termasuk discharge planning dan edukasi pasien dan
keluarga
Sebelum Serah Terima Pasien (Contoh Sesuai SBAR)
1. Dapatkan pengkajian kondisi pasien terkini.

10
2. Kumpulkan data-data yang diperlukan yang berhubungan dengan kondisi
pasien yang akan dilaporkan.
3. Pastikan diagnosis medis pasien dan prioritas masalah keperawatan yang harus
dilanjutkan.
4. Baca dan pahami catatan perkembangan terkini dan hasil pengkajian perawat
sif sebelumnya.
5. Siapkan medical record pasien pasien termasuk rencana perawatan hariannya.

2.7. Ronde Keperawatan


2.7.1. Pengertian
Ronde keperawatan adalah kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi
masalah keperawatan pasien yang dilaksanakan oleh perawat disamping
melibatkan pasien untuk membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan. Pada
kasus tertentu harus dilakukan oleh Perawat Primer dan atau Konselor, Kepala
Ruangan, Perawat associate yang perlu juga melibatkan seluruh anggota tim
kesehatan (Nursalam, 2002). Karakteristik ronde keperawatan :

a. Pasien dilibatkan secara langsung


b. Pasien merupakan fokus kegiatan
c. PA, PP dan konselor melakukan diskusi bersama
d. Konselor memfasilitasi kreativitas
e. Konselor membantu mengembangkan kemampuan PA dan PP
dalam meningkatkan kemampuan mengatasi masalah.
2.7.2. Karakteristik Pasien
Pasien yang dipilih untuk dilakukan ronde keperawatan adalah pasien
yang memiliki kriteria sebagai berikut :
1. Mempunyai masalah keperawatan yang belum teratasi meskipun
sudah dilakukan tindakan keperawatan.
2. Pasien dengan kasus baru atau langka
2.7.3. Tipe – Tipe Ronde
Berbagai macam tipe ronde keperawatan dikenal dalam studi
kepustakaan , menurut Close dan Castledine (2005) ada 4 tipe ronde
yaitu :
1. Matron nurse

11
Seorang perawat berkeliling ke ruangan – ruangan menanyakan
kondisi pasien sesuai jadwal rondenya. Yang dilakukan perawat
ronde ini adalah memeriksa standart pelayanan, kebersihan dan
kerapihan, dan menilai penampilan dan kemajuan perawat dalam
memberikan pelayanan pada pasien.
2. Nurse management rounds
Ronde manajerial yang melihat pada rencana pengobatan dan
implementasi pada sekelompok pasien. Untuk melihat prioritas
tindakan yang telah dilakukan serta melibatkan pasien dan
keluarga pada proses interaksi. Pada ronde ini tidak terjadi proses
pembelajaran antara perawat dan head nurse.
3. Patient comport nurse
Ronde berfokus pada kebutuhan utama yang diperlukan pasien di
rumah sakit. Fungsi perawat dalam ronde ini adalah memenuhi
semua kebutuhan pasien. Misalnya ketika ronde dilakukan
dimalam hari, perawat menyiapkan tempat tidur untuk pasien
tiddur
1. Teaching rounds
Ronde ini dilakukan antara teacher nurse dengan perawat atau
mahasiswa perawat, dimana terjadi proses pembelajaran. Perawat
atau mahasiswa dapat langsung mengaplikasikan ilmu yang
didapat langsung pada pasien.
2.7.4. Tahapan Ronde Keperawatan
Ramani (2003), tahapan ronde keperawatan adalah:
1. Pre-rounds meliputi:
- Preparation (persiapan)
- Planning (perencanaan)
- Orientation (orientasi)
2. Rounds meliputi :
- Introduction (pendahuluan)
- Interaction (interaksi)
- Observation (pengamatan)

12
- Instruction (pengajaran)
- Summarizing (kesimpulan)
3. Post-rounds meliputi :
- Debriefing (Tanya jawab)
- Feedback (saran)
- Reflection (refleksi)
- Preparation (persiapan)
2.7.5. Peran Masing – Masing Anggota Tim
1. Peran perawat primer dan perawat asosiate
a. Menjelaskan data pasien yang mendukung masalah pasien.
b. Menjelaskan diagnosis keperawatan.
c. Menjelaskan intervensi yang dilakukan.
d. Menjelaskan hasil yang didapat
e. Menjelaskan rasional (alasan ilmiah) tindakan yang diambil
f. Menggali masalah-masalah pasien yang belum terkaji 
2. Peran perawat konselor 
a. Memberikan justifikasi
b. Memberikan reinforcement
c. Memvalidasi kebenaran dari masalah dan intervensi
keperawatan serta rasional tindakan
d. Mengarahkan dan koreksi
e. Mengintegrasikan konsep dan teori yang telah dipelajari
2.7.6. Langkah- Langkah Kegiatan Ronde Keperawatan

Perawat Primer

Penetapan Pasien

Persiapan Pasien :
- Inform Consent
- Hasil Pengkajian/
Validasi data - Apa diagnosis
keperawatan?
13 - Apa data yang mendukung?
- Bagaimana intervensi yang
sudah dilakukan?
Penyajian - Apa hambatan yang
Diskusi PP-PA,
Konselor,KARU

Keterangan Bagan: Lanjutan-diskusi di Nurse


Station
: Tahap Pra Ronde

: Tahap pelaksanaan
di Nurse Station Kesimpulan dan
rekomendasi solusi
: Tahap ronde pada bed klien
masalah
: Tahap pasca ronde

Penjelasan bagan :
1. Pra-Ronde
a. Menentukan kasus dan topik (masalah yang tidak teratasi dan masalah
yang langka)
b. Menentukan tim ronde
c. Mencari sumber dan literatur
d. Membuat proposal
e. Mempersiapkan pasien : informed consent dan pengkajian

14
f. Diskusi : Apa diagnosis keperawatan yang muncul, apa data yang
mendukung, bagaimana intervensi yang sudah dilakukan, apa
hambatan yang ditemukan selama perawatan
2. Pelaksanaan Ronde
a. Penjelasan tentang pasien oleh perawat yang difokuskan pada masalah
keperawatan dan rencana tindakan yang akan dilaksanakan dan atau
telah dilaksanakan serta memilih prioritas yang perlu didiskusikan
b. Diskusi antar anggota tim tentang kasus tersebut
c. Pemberian justifikasi oleh perawat primer atau konselor atau kepala
ruangan tentang masalah pasien serta rencana tindakan yang akan
dilakukan
3. Pasca-Ronde
a. Evaluasi, revisi, dan perbaikan
b. Kesimpulan dan rekomendasi penegakan diagnosis, intervensi dan
keperawatan selanjutnya
2.7.7. Kriteria Evaluasi
1. Struktur
a. Persyaratan administratif (informed consent, alat, dll)
b. Tim ronde keperawatan hadir di tempat pelaksanaan ronde
keperawatan
c. Persiapan dilakukan sebelumnya
2. Proses
a. Peserta mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir
b. Seluruh peserta berperan aktif dalam kegiatan ronde sesuai peran yang
telah ditentukan.
3. Hasil
a. Pasien merasa puas dengan hasil pelayanan
b. Masalah pasien dapat teratasi
c. Perawat dapat :
1) Menumbuhkan cara berfikir yang kritis
2) Meningkatkan cara berfikir yang sistematis
3) Meningkatkan kemampuan validitas data pasien

15
4) Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosis keperawatan
5) Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang
berorientasi pada masalah klien.
6) Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana asuhan
keperawatan
7) Meningkatkan kemampuan justifikasi
8) Meningkatkan kemampuan hasil kerja
2.8. Pre-post conference
Konferensi merupakan pertemuan tim yang dilakukan setiap hari.
Konferensi dilakukan sebelum atau setelah melakukan operan dinas, sore atau
malam sesuai dengan jadwal dinas perawatan pelaksanaan. konference sebaiknya
dilakukan di tempat tersendiri sehingga dapat mengurangi gangguan dari luar.
Konferensi terdiri dari pre conference dan post conference yaitu :
2.8.1. Pre Conference
Pre conference adalah komunikasi katim dan perawat pelaksana setelah
selesai operan untuk rencana kegiatan pada shift tersebut yang dipimpin oleh
ketua tim atau penanggung jawab tim. Jika yang dinas pada tim tersebut hanya
satu orang, maka pre conference ditiadakan. Isi pre conference adalah rencana tiap
perawat (rencana harian), dan tambahan rencana dari katim dan PJ tim(Modul
MPKP, 2006)
Waktu : setelah operan
Tempat : Meja masing – masing tim
Penanggung jawab : Ketua tim atau Pj tim
Kegiatan :
1) Ketua tim atau Pj tim membuka acara
2) Ketua tim atau pj tim menanjakan rencana harian masing – masing perawat
pelaksana
3) Ketua tim atau Pj tim memberikan masukan dan tindakan lanjut terkait dengan
asuhan yang diberikan saat itu.
4) Ketua tim atau Pj tim memberikan reinforcement.
5) Ketua tim atau Pj tim menutup acara
2.8.2. Post Conference

16
Post conference adalah komunikasi katim dan perawat pelaksana tentang
hasil kegiatan sepanjang shift dan sebelum operan kepada shift berikut. Isi post
conference adalah hasil askep tiap perawatan dan hal penting untuk operan (tindak
lanjut). Post conference dipimpin oleh katim atau Pj tim (Modul MPKP, 2006)
Waktu :Sebelum operan ke dinas berikutnya.
Tempat : Meja masing – masing tim.
Penanggung jawab : ketua tim atau Pj tim
Kegiatan :
1) Ketua tim atau Pj tim membuka acara.
2) Ketua tim atau Pj tim menanyakan kendala dalam asuhan yang telah diberikan.
3) Ketua tim atau Pj tim yang menanyakan tindakan lanjut asuhan klien yang
harus dioperkan kepada perawat shift berikutnya.
4) Ketua tim atau Pj menutup acara.
2.8.3. Tujuan Pre dan Post Conference
Secara umum tujuan konferensi adalah untuk menganalisa masalah-
masalah secara kritis dan menjabarkan alternatif penyelesaian masalah,
mendapatkan gambaran berbagai situasi lapangan yang dapat menjadi masukan
untuk menyusun rencana antisipasi sehingga dapat meningkatkan kesiapan diri
dalam pemberian asuhan keperawatan dan merupakan cara yang efektif untuk
menghasilkan perubahan non kognitif (McKeachie, 1962). Juga membantu
koordinasi dalam rencana pemberian asuhan keperawatan sehingga tidak terjadi
pengulangan asuhan, kebingungan dan frustasi bagi pemberi asuhan (T.M.Marelli,
et.al, 1997).
a. Tujuan pre conference adalah:
1) Membantu untuk mengidentifikasi masalah-masalah pasien, merencanakan
asuhan dan merencanakan evaluasi hasil
2) Mempersiapkan hal-hal yang akan ditemui di lapangan
3) Memberikan kesempatan untuk berdiskusi tentang keadaan pasien
b. Tujuan post conference adalah:
Untuk memberikan kesempatan mendiskusikan penyelesaian masalah dan
membandingkan masalah yang dijumpai.
2.8.4. Syarat Pre dan Post Conference

17
a. Pre conference dilaksanakan sebelum pemberian asuhan keperawatan dan post
conference dilakukan sesudah pemberian asuhan keperawatan
b. Waktu efektif yang diperlukan 10 atau 15 menit
c. Topik yang dibicarakan harus dibatasi, umumnya tentang keadaan pasien,
perencanaan tindakan rencana dan data-data yang perlu ditambahkan
d. Yang terlibat dalam conference adalah kepala ruangan, ketua tim dan anggota
tim

2.8.5. Panduan perawat pelaksanaan dalam melaksanakan konferensi


Adapun panduan bagi PP dalam melakukan konferensi adalah sebagai berikut:
(Ratna Sitorus, 2006).
1. Konferensi dilakukan setiap hari segera setelah dilakukan pergantian dinas pagi
atau sore sesuai dengan jadwal perawatan pelaksana.
2. Konferensi dihadiri oleh perawat pelaksana dan PA dalam timnya masing –
masing.
3. Penyampaian perkembangan dan masalah klien berdasarkan hasil evaluasi
kemarin dan kondisi klien yang dilaporkan oleh dinas malam.
Hal hal yang disampaikan oleh perawat pelaksana meliputi :
a. Utama klien
b. Keluhan klien
c. TTV dan kesadaran
d. Hasil pemeriksaan laboraturium atau diagnostic terbaru.
e. Masalah keperawatan
f. Rencana keperawatan hari ini.
g. Perubahan keadaan terapi medis.
h. Rencana medis.
4. Perawat pelaksana mendikusikan dan mengarahkan perawat asosiet tentang
masalah yang terkait dengan perawatan klien yang meliputi :
a. Klien yang terkait dengan pelayanan seperti : keterlambatan, kesalahan
pemberian makan, kebisikan pengunjung lain, kehadiran dokter yang dikonsulkan.
b. Ketepatan pemberian infuse.
c. Ketepatan pemantauan asupan dan pengeluaran cairan.

18
d. Ketepatan pemberian obat / injeksi.
e. Ketepatan pelaksanaan tindakan lain,
f. Ketepatan dokumentasi.
5. Mengiatkan kembali standar prosedur yang ditetapkan.
6. Mengiatkan kembali tentang kedisiplinan, ketelitian, kejujuran dan kemajuan
masing –masing perawatan asosiet.
7. Membantu perawatan asosiet menyelesaikan masalaah yang tidak dapat
diselesaikan.
Tahap – tahap inilah yang akan dilakukan oleh perawat – perawat ruangan ketika
melakukan pre conference

19
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Timbang Terima dengan Metode SBAR


Profesionalisme dalam pelayanan keperawatan dapat dicapai dengan
mengoptimalkan peran dan fungsi perawat, terutama peran dan fungsi mandiri
perawat. Hal ini dapat diwujudkan dengan baik melalui komunikasi yang efektif
antarperawat, maupun dengan tim kesehatan yang lain. Salah satu bentuk
komunikasi yang harus ditingkatkan keefektivitasannya adalah saat pergantian sif
(timbang terima pasien).
Timbang terima pasien (operan) merupakan teknik atau cara untuk
menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan
pasien. Timbang terima pasien harus dilakukan seefektif mungkin dengan
menjelaskan secara singkat, jelas, dan lengkap tentang tindakan mandiri perawat,
tindakan kolaboratif yang sudah dilakukan/belum, dan perkembangan pasien saat
itu. Informasi yang disampaikan harus akurat sehingga kesinambungan asuhan
keperawatan dapat berjalan dengan sempurna. Timbang terima dilakukan oleh
perawat primer keperawatan kepada perawat primer (penanggung jawab) dinas
sore atau dinas malam secara tertulis dan lisan.
Tujuan
Tujuan Umum
Mengomunikasikan keadaan pasien dan menyampaikan informasi yang penting.
Tujuan Khusus
1. Menyampaikan kondisi dan keadaan pasien (data fokus).

20
2. Menyampaikan hal yang sudah/belum dilakukan dalam asuhan keperawatan
kepada pasien.
3. Menyampaikan hal yang penting yang harus ditindaklanjuti oleh perawat
dinas berikutnya.
4. Menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya.
Manfaat
Bagi Perawat
1. Meningkatkan kemampuan komunikasi antarperawat.
2. Menjalin hubungan kerjasama dan bertanggung jawab antarperawat.
3. Pelaksanaan asuhan keperawatan terhadap pasien yang berkesinambungan.
4. Perawat dapat mengikuti perkembangan pasien secara paripurna
Bagi Pasien
Pasien dapat menyampaikan masalah secara langsung bila ada yang belum
terungkap.

PROSEDUR HAND OVER


Tahap Kegiatan Waktu Tempat Pelaksana
Persiapan 1. Timbang terima - Nurse PP:PA
dilaksanakan setiap Menit Station
pergantian sif/ operan.
2. Prinsip timbang
terima, semua pasien
baru masuk dan pasien
yang dilakukan
timbang terima
khususnya pasien yang
memiliki
permasalahan yang
belum/dapat teratasi
serta yang
membutuhkan
observasi lebih lanjut.
3. PA/PP
menyampaikan
timbang terima kepada
PP (yang menerima
pendelagasian)
berikutnya, hal yang
perlu disampaikan
dalam timbang terima:
a. aspek umum yang
meliputi: M1 s/d M5;
b. jumlah pasien;
c. identitas pasien dan
diagnosis medis;

21
d. data
(keluhan/subjektif dan
objektif);
e. masalah
keperawatan yang
masih muncul;
f. intervensi
keperawatan yang
sudah dan belum
dilaksanakan (secara
umum);
g. intervensi
kolaboratif dan
dependen;
h. rencana umum dan
persiapan yang perlu
dilakukan (persiapan
operasi, pemeriksaan
penunjang, dan
program lainnya)
Pelaksanaan Nurse Station - Nurse KARU:PP:PA
1. Kedua kelompok Menit Station
dinas sudah siap (sif
jaga).
2. Kelompok yang
akan bertugas
menyiapkan buku
catatan.
3. Kepala ruang
membuka acara
timbang terima.
4. Penyampaian yang Ruangan/bad
jelas, singkat dan pasien
padat oleh perawat
jaga (NIC).
5. Perawat jaga sif
selanjutnya dapat
melakukan klarifikasi,
tanya jawab dan
melakukan validasi
terhadap hal-hal yang
telah ditimbang
terimakan dan berhak
menanyakan mengenai
hal-hal yang kurang
jelas.
Di Bed Pasien
6. Kepala ruang

22
menyampaikan salam
dan PP menanyakan
kebutuhan dasar
pasien.
7. Perawat jaga
selanjutnya mengkaji
secara penuh terhadap
masalah keperawatan,
kebutuhan, dan
tindakan yang
telah/belum
dilaksanakan, serta
hal-hal penting lainnya
selama masa
perawatan.
8. Hal-hal yang
sifatnya khusus dan
memerlukan perincian
yang matang
sebaiknya dicatat
secara khusus untuk
kemudian
diserahterimakan
kepada petugas
berikutnya.
Post Hand 1. Diskusi. - Nurses KARU:PP:PA
Over 2. Pelaporan untuk Menit Station
timbang terima
dituliskan secara
langsung pada format
timbang terima yang
ditandatangani oleh PP
yang jaga saat itu dan
PP yang jaga
berikutnya diketahui
oleh Kepala Ruang.
3. Ditutup oleh
KARU.

Penerapan timbang terima pasien dengan metode SBAR di ruang Jambu


RSUD Kabupaten Klungkung dilaksanakan setiap harinya secara optimal.
Timbang terima pasien dengan metode SBAR 3 kali sehari dimana pada pagi hari
jam 08.00 WITA dimana perawat jaga malam akan melaporkan kondisi pasien
pada perawat yang bertugas pada pagi hari, kemudian perawat jaga pagi akan
melaporkan kepada petugas perawat yang berjaga sore hari pada pukul 14.00

23
WITA begitu pula dengan perawat jaga sore akan melaporkan kondisi pasien pada
perawat yang berjaga pada malam hari pada pukul 20.00 WITA. Timbang terima
pasien sudah dilaksanakan bersinambungan setiap harinya, dimana perawat akan
melaporkan kondisi pasien berdasarkan point point SBAR yaitu S: Situation,
B: Background, A: Assessment, R: Recommendation.

Timbang terima dengan metode SBAR yang dilakukan oleh mahasiswa


ners Stikes Wira Medika di ruangan Jambu sudah berjalan dengan baik
selayaknya diruangan. Salah satu pasien yang kami gunakan untuk metode SBAR
yaitu Tn. P pasien mengeluh masih sakit tenggorokkan dan batuk kering. Pasien
memiliki riwayat sesak nafas assessment pasien datang dengan sesak kesadaran
composmetis, CGS E 4 V 5 M 6 , tanda vital 110/80 mmHg, HR 74x/mnt, Suhu
36,6℃, RR 25x/mnt. Recommendation observasi pola nafas.
3.2. Ronde Keperawatan
Ronde keperawatan adalah kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi
masalah keperawatan pasien yang dilaksanakan oleh perawat disamping
melibatkan pasien untuk membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan. Pada
kasus tertentu harus dilakukan oleh Perawat Primer dan atau Konselor, Kepala
Ruangan, Perawat associate yang perlu juga melibatkan seluruh anggota tim
kesehatan (Nursalam, 2002). Karakteristik ronde keperawatan :

a. Pasien dilibatkan secara langsung


b. Pasien merupakan fokus kegiatan
c. PA, PP dan konselor melakukan diskusi bersama

RENCANA PELAKSANAAN
RONDE KEPERAWATAN PADA PASIEN LW DENGAN MASALAH
KEPERAWATAN BERSIHAN JALAN NAFAS TIDAK EFEKTIF
DI RUANG JAMBU RSUD KLUNGKUNG

Topik : Asuhan Keperawatan pada Pasien Tn. P dengan Masalah


Keperawatan
Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif

24
Sasaran : Pasien di Ruang Jambu RSUD Klungkung
Hari/Tanggal :
Waktu :

A. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Menyelesaikan masalah pasien yang belum teratasi.
2. Tujuan Khusus
a. Menjustifikasi masalah yang belum teratasi
b. Mendiskusikan penyelesaian masalah dengan perawat primer, tim
kesehatan lain (seperti dokter dll)
c. Menemukan alasan ilmiah terhadap masalah pasien
d. Merumuskan intervensi keperawatan yang tepat sesuai masalah pasien.
B. SASARAN
Pasien di Ruang Jambu RSUD Klungkung
C. MATERI
1. Teori asuhan keperawatan pasien dengan Pneumonia
2. Masalah-masalah yang muncul pada pasien Pneumonia
3. Intervensi keperawatan pada pasien Pneumonia
D. METODE
Diskusi
E. MEDIA
1. Dokumen/status pasien
2. Sarana diskusi: kertas, pulpen
3. Materi yang disampaikan secara lisan
F. KEGIATAN RONDE KEPERAWATAN
WAKTU TAHAP KEGIATAN PELAKSANA TMP
Pra Pra Praronde Penaggung Ruang
Ronde Ronde 1. Menentukan kasus dan topik jawab Jambu
2. Menentukan tim ronde
3. Menentukan litertur
4. Membuat proposal

25
5. Mempersiapkan pasien
6. Diskusi pelaksanaan
5 Menit Ronde Pembukaan Karu Di
1. Salam pembuka Ruangan
2. Memperkenalkan tim ronde Pasien
3. Menjelaskan tujuan ronde
30 menit Penyajian masalah : PP Nurse
1. Memberi salam dan station
memperkenalkan pasien dan
keluarga pada tim ronde
2. Menjelaskan riwayat
penyakit dan masalah Pasien
3. Menjelaskan masalah
4. Pasien dan rencana tindakan
yang telah dilakukan serta
menetapkan prioritas yang
perlu didiskusikan
Validasi Data :
1. Mencocokkkan dan
menjelaskan kembali data
yang telah disampaikan
2. Diskusi antar anggota tim
dan pasien tentang masalah
keperawatan tersebut
3. Pemberian justifikasi oleh
perawat primer atau
konselor atau kepala ruang
tentang masalah pasien
serta rencana tindakan yang
akan dilakukan
4. Menentukan tindakan
keperawatan pada masalah
prioritas yang telah
ditetapkan
10 menit Pasca 1. Evaluasi dan rekomendasi Karu, Nurse
Ronde intervensi keperawatan Supervisor, Station
2. Penutup Perawat
Konselor,
Pembimbing

26
Penerapan Ronde Keperawatan di Ruangan Jambu sudah
dilaksanakan dengan rutin. Ronde keperawatan sudah dilaksanakan
bersama dengan semua Tim kesehatan, perawat, dokter, gizi, fisioterapi.
Penerapan ronde keperawatan oleh mahasiswa ners STIKes Wira Medika
sudah dilakukan dan berjalan dengan baik. Sudah dipaparkan bagaimana
kondisi pasien dan keluarga pasien sudah di KIE bagaimana penanganan
jika pasien mengalami hal yang sama.
3.3. Pre-post Conference
Konferensi merupakan pertemuan tim yang dilakukan setiap hari. Konferensi
dilakukan sebelum atau setelah melakukan operan dinas, sore atau malam sesuai
dengan jadwal dinas perawatan pelaksanaan. konference sebaiknya dilakukan di
tempat tersendiri sehingga dapat mengurangi gangguan dari luar.
Pre-post Conference yang dilaksanakan oleh mahasiswa ners STIKes Wira
Medika sudah dilakukan yaitu dengan memaparkan rencana harian dan tugas
tugas yang akan dilaksanakan oleh Perawat Primer dan Perawat Assosiat yang
diberikan oleh Kepala Ruangan.

27
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan

28

Anda mungkin juga menyukai