Disusun oleh:
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga kelompok manajemen dapat
menyelesaikan laporan pada stase manajemen keperawatan ini. Penyusunan laporan
stase manajemen keperawatan dimaksudkan untuk memenuhi tugas stase manajemen
keperawatan. Dengan terselesaikanya laporan stase manajemen keperawatan ini,
banyak bimbingan dan saran yag telah diberikan oleh berbagai pihak. Oleh karena itu
kelompok manajemen mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang
telah membantu memberikan saran dan kritikan pada laporan ini.
Kami menyadari bahwa laporan stase manajemen keperawatan ini jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu segala kritik dan saran yag bersifat membagun sangat
kami harapkan agar dapat menghasilkan laporan yang lebih baik. Semoga laporan
stase manajemen keperawatan ini bermanfaat serta dapat menambah wawasan dan
pengetahuan bagi pihak yang membutuhkannya.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut WHO (World Health Organization) Rumah sakit merupakan
suatu bagian integral dari organisasi sosial dan kesehatan yang berfungsi
sebagai penyedia pelayanan komprehensif, kuratif dan preventif untuk
masyarakat. Selain itu Rumah sakit juga merupakan pusat pelatihan bagi
banyak jenis tenaga kesehatan dan pusat penelitian medik (Isnaya, 2018).
Rumah sakit adalah suatu institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara komperhensif yang
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat (Etik et al.,
2017).
Dalam bahasa inggris “manajemen” berasal dari kata kerja to manage
yang artinya mengatur atau mengurusi. Dalam artian khusus manajemen
digunakan untuk pimpinan dan suatu kepemimpinan. Pulket (2005)
menyebutkan ”people who are allocate and oversee the use of resources”
yang artinya, orang yang mengatur dan mengawasi penggunaan sumber daya.
Pulket (2005) menyampaikan bahwa manajemen sebagai one or more
managers individually and collectively setting and achieving goals by
exercising related functions (planning organizing staffing leading and
controlling) and coordinating various resources information materials money
and people). Yang artinya manajemen merupakan satu atau lebih manajer
yang secara individu maupun bersama-sama menyusun dan mencapai tujuan
organisasi dengan melakukan fungsi-fungsi terkait seperti perencanaan
organisasi, penyusunan staff pengarahan dan pengawasan dan
mengkoordinasi berbagai sumber daya baik materil keuangan dan orang
(Latifa, 2015).
Manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja anggota staff
keperawatan untuk memberikan asuhan, pengobatan, dan bantuan untuk
pasien. Pekerjaan dari seorang perawat harus diatur dengan sedemikian rupa
sehingga tujuan pelayanan dan asuhan keperawatan yang diberikan dapat
tercapai. Dalam rangka usaha meningkatkan mutu dan kepuasan dari pasien
yang dirawat di RSUD Kota Kendari, perlu dilakukan beberapa inovasi dan
perubahan yang tepat untuk diterapkan sebagai bentuk model dari praktik
keperawatan di ruang Melati RSUD Kota Kendari
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Diharapkan setelah menyelesaikan kegiatan praktek pada stase
manajemen keperawatan selama 2 minggu mahasiswa dapat memahami
konsep manajemen keperawatan di ruang Melati RSUD Kota Kendari dan
dapat menerapkannya sebagai implementasi diruangan tersebut.
2. Tujuan Khusus
Setelah melakukan praktik pada stase menejemen keperawatan
di ruang Melati RSUD Kota Kendari, mahasiswa dapat :
a) Mengetahui gambaran umum ruang Melati RSUD Kota Kendari
b) Mengetahui pendekatan terhadap aspek manajemen keperawatan
yang dikaji berupa input, proses dan output. Serta analisa terhadap
sistem manajemen yang dikaji.
c) Mengetahui analisis data hasil pengkajian di ruang Melati
RSUD Kota Kendari .
d) Mengetahui prioritas masalah di ruang Melati RSUD Kota
Kendari
e) Mengetahui Planning Of Action di ruang Melati RSUD Kota
Kendari
C. Manfaat
1. Bagi institusi Bidang Perawatan Rumah Sakit
Hasil pengkajian akan membantu untuk masukan, motivasi dan novasi
bagi Rumahh sakit dalam bentuk upaya peningkatan mutu manajemen
pelayanan khususnya dalam bidang keperawatan.
2. Bagi Mahasiswa Profesi
Meningkatkan keterampilan mahasiswa dalam mengaplikasikan dan
menerapkan prinsip-prinsip manajemen dilapangan. Mendapatkan
pengalaman baru yang bisa menjadi bekal untuk penerapan manajemen
keperawatan setelah selesai profesi.
3. Bagi Perawat
Penambahan pengetahuan bagi tenaga perawat tentang manajemen
pelayanan kesehatan dan manajemen asuhan kepewatawan dalam bentuk
roleplay.
BAB II
PENGKAJIAN
2. Karakteristik Perawat
Perawat bangsal Melati berjumlah 35 orang yang terdiri dari 1 kepala
ruang, PN 3 orang, dan 11 perawat pelaksana. Tingkat Pendidikan
terakhir perawat di ruang Melati RSUD Kota Kendari yaitu 1 perawat
berpendidikan S1+Ners, 1 perawat dengan pendidikan terakhir D4+Ners
dan 13 orang berpendidikan D3 keperawatan. Perawat di bangsal melati
2) Mahasiswa Praktik
a) Kajian Teori
Praktek klinik keperawatan adalah tindakan mandiri perawat
profesional melalui kerjasama berbentuk kolaborasi dengan klien
dan tenaga kesehatan lain dalam memberikan asuhan
keperawatan atau sesuai dengan lingkungan wewenang dan
tanggung jawabanya.
Praktik klinik merupakan sarana pembelajaran bagi mahasiswa
keperawatan untuk menerapkan teori keperawatan dan,
mengintegrasikan pengetahuan teoritis dan keterampilan praktik.
Mahasiswa belajar dan berlatih prosedur yang berbeda saat
praktik klinik dengan yang mereka pelajari di perguruan tinggi,
hal ini dapat membantu mereka mendapatkan gambaran untuk
menghadapi situasi kehidupan nyata dimasa depan.
b) Kajian Data
Data mahasiswa yang praktik lapangan dalam menempuh
pendidikan keperawatan di bangsal Melati RSUD Kota Kendari
berdasarkan asal institusi pendidikan pada periode April 2022
dapat dilihat pada tabel, berikut ini:
Data Mahasiswa Praktik Periode April 2022
No Institusi Prodi Praktik Pelaksanaan Juml
ah
1. Stikes Profes Manajemen 18 April 9
graha i Ners Keperawata – Mei
edukasi n 2022
makassar
Sumber: Data primer (2022)
c) Analisis
Berdasarkan tabel menunjukan bahwa mahasiswa yang praktik
pada 18 April – 9 Mei 2022 berasal dari Stikes graha edukasi
makassar sebanyak 5 mahasiswa ners dengan lama praktik selama
3 minggu.
3) Kualitas Tenaga Keperawatan
a) Kajian Teori
Rumah sakit sebagai penyedia jasa pelayanan
kesehatan saat ini sudah berkembang pesat. Rumah sakit
dituntut untuk memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya,
karena rumah sakit tidak hanya bersaing dengan rumah sakit
lainnya tetapi juga bersaing dengan puskesmas, praktik dokter,
dan pelayanan kesehatan lainnya. Demi menjaga kualitas
pelayanan dan kinerja rumah sakit, pihak manajemen harus
mampu mempertahankan Sumber Daya Manusia (SDM) yang
dimilikinya.
SDM merupakan aset yang berharga dalam suatu
perusahaan atau organisasi seperti rumah sakit. Keberhasilan
rumah sakit dalam memberikan jasa pelayanan ditentukan oleh
kualitas SDM. Perawat merupakan SDM terbesar di rumah
sakit yang memiliki peran penting dalam menjaga dan
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit.
Perawat bertanggung jawab dalam memberikan pelayanan
keperawatan dan memberikan asuhan keperawatan kepada
pasien yang sesuai dengan kompetensi dan kewenangan yang
dimilikinya.
2. Money (dana)
1) Kajian Teori
Memberikan pelayanan kesehatan baik medis maupun
nonmedis merupakan fungsi dari sebuah rumah sakit sehingga
pelayanan dapat berjalan secara optimal dan dapat dirasakan oleh
seluruh masyarakat. Diperlukan persiapan peralatan baik medis
ataupun non medis hingga jasa pemborongan.
2) Kajian Data
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari merupakan rumah
sakit Pemerintah yang berada di kota kendari sulawesi tenggara.
Yang berdiri sendiri dan mendapatkan sumber dana berasal dari
tarif yang dikenakan kepada pasien rawat inap dan juga rawat
jalan.
3. Method (metode)
1) Panduan Asuhan Keperawatan
a) Kajian Teori
Keperawatan merupakan profesi unik yang memiliki
fokus utama caring, yaitu bagaimana memberikan dan
mengelola asuhan yang dibutuhkan pasien. Hal ini
menjadikan perawat memiliki peran baik pemberi asuhan
sebagai kemampuan klinis dan juga koordinator sebagai
komponen manajerial. Peran perawat sebagai pemberi asuhan
merupakan komponen penting yang esensial dalam sistem
pemberian pelayanan kesehatan. Kemampuan dan
keterampilan perawat yang kuat dalam kepemimpinan dan
administratif sangat penting bagi pasien dan keselamatannya
serta sistem layanan dan aksesnya. Mutu asuhan yang
unggul dapat memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap
kesehatan. Tuntutan tersebut membuat perawat perlu
dipersiapkan dengan baik untuk membuat dan memelopori
strategi perubahan dan mengelola secara efektif koordinasi
dan integrasi dari tim interdisipliner, kebutuhan masyarakat,
dan sistem asuhan yang berkelanjutan. Perawat sebagai
suatu profesi dapat
mempertahankan dan meningkatkan mutu asuhan
keperawatan maka jawabannya adalah dengan adanya
standar. Standar merupakan level kinerja yang diinginkan
dan yang dapat dicapai dimana kerja aktual dapat
dibandingkan, memberikan petunjuk kinerja mana yang tidak
cocok atau tidak dapat diterima. Standar praktek keperawatan
adalah pernyataan tentang apa yang dibutuhkan oleh
registered nurse untuk dijalankan sebagai professional
keperawatan. Secara umum, standar ini mencerminkan nilai
profesi keperawatan dan memperjelas apa yang diharapkan
profesi keperawatan dari pada anggotanya.
b) Kajian data
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruang
didapatkan data bahwa di bangsal Melati sudah terdapat
standar asuhan keperawatan (SAK).
2) Pedoman Kerja Bangsal Melati
a) Kajian Teori
Unit kerja disebuah rumah sakit harus memiliki pedoman
kerja sebagai suatu standar dan acuan untuk pelaksanaan
pemberian layanan agar layanan efektif dan efisien serta
menjaga mutu pelayanan. Menurut standar akreditasi
PARIPURNA KARS bahwa dokumen yang harus dimiliki
oleh unit layanan adalah sebagi berikut:
1) Pedoman Pelayanan
2) Panduan Pelayanan
3) Standar Prosedur Operasional (SPO)
Standar Prosedur Operasional (SPO) di Ruang Melati RSUD Kota Kendari
No Kategori Judul Dokumentasi Tanggal terbit
1. SPO Kebersihan vulva 2015
8. SPO Serah terima tugas jaga perawat 8 Agustus 2016
9. SPO Persiapan kulit untuk pembedahan 5 September 2017
(mencukur)
No Kategori Judul Dokumentasi Tanggal terbit
10. SPO Serah terima pasien kamar operasi ke 5 September 2017
rawat inap
11. SPO Irigasi luka 5 September 2017
12. SPO Memberikan obat supositoria 5 September 2017
13. SPO Memberi makan lewat NGT 5 September 2017
14. SPO Memberikan injeksi intracutan 8 Agustus 2016
15. SPO Melakukan analisa gas darah (AGD) 13 Januari 2016
16. SPO Komunikasi terapeutik 8 Agustus 2016
17. SPO Melakukan resusitasi jantung paru 5 September 2017
18. SPO Terapi oksigen 5 September 2017
19. SPO Pengelolaan sampah medis dan non medis 5 September 2017
20. SPO Memberikan injeksi intramuscular 8 Agustus 2016
21. SPO Pemberian obat tetes telinga 5 September 2017
22. SPO Persiapan operasi 5 September 2017
23. SPO Cuci tangan 5 September 2017
24. SPO Bladder training 9 Agustus 2016
25. SPO Melakukan rekaman EKG 5 September 2017
26. SPO Pemasangan kateter wanita 5 Desember 2018
27. SPO Pemasangan NGT 5 September 2017
28. SPO Pemberian obat tetes mata 5 September 2017
29. SPO Memindahkan pasien dari bed ke brankar 5 September 2017
30. SPO Mengatur posisi SIM 5 September 2017
31. SPO Menjahit luka 7 Mei 2018
32. SPO Suction 7 Mei 2018
33. SPO Mengangkat jahitan 7 Mei 2018
34. SPO Pemasangan kateter pria 5 Desember 2018
35. SPO Memberikan injeksi subcutan 7 Mei 2018
36. SPO Transfusi darah 7 Mei 2018
37. SPO Menilai GCS 8 Agustus 2016
38. SPO Teknik melepas masker 5 September 2017
39. SPO Memberikan injeksi IV 5 Desember 2018
40. SPO Menghiung nadi 7 Mei 2018
41. SPO Menolong pasien muntah 7 Mei 2018
42. SPO Mengukur tekanan darah 5 Desember 2018
43. SPO Mengukur suhu 5 Desember 2018
44. SPO Menghitung pernapasan 5 Desember 2018
45. SPO Pengelolaan sampah benda tajam 5 September 2017
46. SPO Penyerahan sampel jaringan ke lab 5 September 2017
47. SPO Memasang infus 5 Desember 2018
(sumber data: Observasi 2022)
b) Analisis Hasil
Dari tabel diatas didapatkan hasil untuk poin standar
prosedur operasional pada tindakan perawat ke pasien sudah
memenuhi standar operasional dengan tahun terbit rata – rata
2017.
3) Metode Asuhan keperawatan
a) Kajian Teori
Keberhasilan pelaksanaan asuhan keperawatan pasien
sangat ditentukan oleh metode pemberian asuhan
keperawatan profesional yang diterapkan. Tuntutan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta
kebutuhan masyarakat akan pelayanan keperawatan yang
semakin meningkat maka metode pemberian asuhan
keperawatan yang digunakan harus efektif dan efisien.
Menurut Grant dan Messey (1997) serta Marquis dan Huston
(1998) terdapat 4 model asuhan keperawatan yakni
fungsional, kasus, tim dan primer. Menurut Sitorus &
Panjahitan (2011), terdapat beberapa metode dalam
memberikan asuhan keperawatan profesional diantaranya:
metode kasus, metode tim, metode primer dan metode tim-
primer. Selengkapnya sebagai berikut (Sihombing dkk,
2021):
1. Metode Fungsional (bukan metode asuhan keperawatan
profesional).
Pemberian asuhan keperawatan pada metode
fungsional ditekankan pada penyelesaian tugas dan
prosedur. Setiap perawat diberi satu atau beberapa tugas
untuk dilaksanakan kepada semua klien di suatu ruangan.
Komunikasi antar perawat sangat terbatas sehingga tidak
ada satu perawat yang mengetahui tentang satu klien
secara komprehensif kecuali mungkin kepala ruangan.
Keterbatasan itu sering menyebabkan klien merasa
kurang puas terhadap layanan atau asuhan yang
diberikan. Kepala ruangan menentukan tugas setiap
perawat dalam suatu ruangan. Perawat akan melaporkan
tugas yang dikerjakannnya kepada kepala ruangan dan
kepala ruangan tersebut bertanggung jawab dalam
membuat laporan klien.
a. Kelebihan Metode Fungsional
1. Menekankan efisiensi, pembagian tugas jelas dan
pengawasan yang baik.
2. Sangat tepat diterapkan di rumah sakit yang
kekurangan tenaga
3. Perawat senior terfokus pada tugas manajerial
sedangkan perawat junior dan/ atau belum
berpengalaman ditugaskan merawat pasien.
b. Kekurangan Metode Fungsional
1. Tidak memberikan kepuasan kepada perawat
maupun pasien
2. Tidak dapat menerapkan proses keperawatan
karena pelaynan dilaksanakan secara terpisah.
3. Persepsi perawat lebih banyak pada tindakan yang
berkaitan dengan keterampilan saja.
4) Metode MPKP Tim
Metode ini dikembangkan bedasarkan falsafah, mengupayakan
pencapaian tujuan dengan menggunakan kecapakan dan
kemampuan anggota kelompok, ketua tim (perawat professional)
mengkoordinasikan sekelompok anggota (perawat professional,
non professional, pembantu perawat). Metode ini menggunakan
tim yang terdiri dari anggota- anggota yang berbeda- beda dalam
memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien.
Kepala tim bertanggung jawab membuat perencanaan dan
observasi asuhan keperawatan untuk semua pasien yang ada di
bawah tanggung jawab timnya. Tujuan perawat tim adalah
memberikan asuhan keperawatan yang lebih baik dengan
menggunakan staf yang tersedia.
Konsep metode tim:
a) Ketua tim sebagai perawat professional harus mampu
menggunakan berbagai Teknik kepemimpinan.
4. Material
Fasilitas Ruangan, Alat-Alat Kesehatan Atau Keperawatan dan
Alat Perkantoran.
1) Kajian Teori
Menurut Tjiptono (2007)” fasilitas adalah sumber daya fisik
yang harus ada sebelum suatu jasa ditawarkan kepada
konsumen”. Selanjutnya menurut Kotler dan Keller (2007),
mendefinisikan” fasilitas yaitu segala sesuatu yang bersifat
peralatan fisik dan disediakan oleh pihak penjual jasa untuk
mendukung kenyamanan konsumen”. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa fasilitas merupakan segala seuatu yang
memudahkan konsumen, dalam usaha yang bergerak dibidang
jasa, maka segala fasilitas yang ada yaitu kondisi fasilitas,
kelengkapan, desain interior, dan eksterior serta kebersihan
fasilitas harus diperhatikan terutama yang berkaitan erat dengan
apa yang dirasakan atau didapatkan konsumen secara langsung.
Rumah Sakit memiliki kondisi yang berbeda-beda dan
kompleks keadaan ini mempengaruhi manajemen pelayanan
keperawatan termasuk pengelolaan fasilitas dan peralatan
kesehatan untuk pelayanan keperawatan. Sehubungan dengan hal
itu diperlukan adanya standar pengelolaan fasilitas dan peralatan
kesehatan untuk pelayanan keperawatan sebagai pedoman bagi
manager keperawatan dalam menggunakan sumber daya fasilitas
peralatan demi mencapai pelayanan keperawatan yang efektif dan
efisien. Fasilitas dan alat-alat kedokteran maupun keperawatan
dapat dipenuhi dengan standar yang telah ditetapkan oleh masing-
masing institusi dengan memperhatikan jenis alat, bahan atau
warna, ukuran, jenis kegiatan, dan jumlah yang dibutuhkan.
Fasilitas pelayanan kesehatan menjamin keselamatan pasien
dalam kesinambungan pelayanan dan menjamin koordinasi
antar tenaga dan antar unit pelayanan
2) Kajian Data
Jumlah tempat tidur yang ada di ruang Kalibiru 12 dapat dilihat
pada tabel berikut
No Kela Jumla Kondis
s h i
1. I 5 Kondisi baik
2. II 7 Kondisi baik
Jumlah Total 12
(sumber data primer: 2022)
Berdasarkan tabel menunjukkan bahwa jumlah tempat tidur
yang ada di ruang Melati berjumlah 12, 5 tempat tidur kelas I
dalam kondisi baik. Sedangkan ada 7 tempat tidur kelas II dalam
kondisi baik.
Daftar Inventaris Medis di Ruang Rawat Inap Melati RSUD Kota Kendari
No. Nama Barang Tanggal pasang Jumlah
1. Ambubag APBD II 2019 2BUAH
2. Bed with matras APBD II 2015 10BUAH
(elektrik)
3. Bed with matras APBD II 2015 2BUAH
Manual
4. Brankard DAK 2020 1BUAH
5. EKG APBD II 2018 1BUAH
6. GDS APBD II 2018 1BUAH
7. Infus pump APBD II 2019 3BUAH
8. Kasur anti decubitus APBD II 2019 2BUAH
9. Kursi roda APBD II 2020 3BUAH
10. Lampu uv APBD II 2019 1BUAH
11. Lemari cairan yang APBD II 2011 1BUAH
mudah terbakar
12. Lemari alat APBD II 2013 1BUAH
13. Lemari alat APBD II 2006 1BUAH
14. Manometer oksigen APBD II 2019 8BUAH
15. Nebulizer APBD II 2019 1BUAH
16. Oximetri APBD II 2019 4BUAH
17. Tensimeter manual APBD II 2019 1BUAH
18. Spigmamonometer APBD II 2019 2BUAH
19. Standar infus APBD II 2019 9BUAH
20. Pispot APBD II 2019 12BUAH
21. Tensimeter digital APBD II 2019 1BUAH
blood
22. Stethoscope dewasa APBD II 2019 5BUAH
23. Stethoscope anak APBD II 2019 3BUAH
24. Suction pump APBD II 2017 1BUAH
25. Siringe pump APBD II 2019 6BUAH
26. Troly instrumen APBD II 2019 2BUAH
27. Troly EKG APBD II 2018 1BUAH
28. Troly emergency APBD II 2018 2BUAH
29. Tiang infus tidak APBD II 2019 7BUAH
beroda
30. Tiang infus kaki APBD II 2019 3BUAH
lima
31. Bak injeksi APBD II 2015 12BUAH
32. Bak instrumen APBD II 2018 9BUAH
33. Bengkok APBD II 2019 7BUAH
34. Gunting hacting APBD II 2018 3BUAH
AFF
35. Gunting lancip APBD II 2019 3BUAH
36. Gunting verban APBD II 2019 3BUAH
37. Klam pean lurus APBD II 2018 3BUAH
38. Klam pean APBD II 2019 3BUAH
lurus/cocer
39. Com kecil APBD II 2018 3BUAH
40. Korentang APBD II 2019 1BUAH
41. Mangkok obat APBD II 2019 2BUAH
42. Pinset anatomis APBD II 2019 3BUAH
43. Pinset sirugis APBD II 2019 3BUAH
44. Puyeran obat APBD II 2015 1BUAH
45. Thermometer APBD II 2015 2BUAH
46. Tourniquet APBD II 2019 2BUAH
47. WWZ APBD II 2015 2BUAH
48. Thermometer digital APBD II 2019 2BUAH
49. Lampu baca rongten APBD II 2006 1BUAH
50. Gorden hitam APBD II 2010 2BUAH
51. Gorden coklat APBD II 2010 14BUAH
52. Gorden Hijau APBD II 2010 16BUAH
53. Kasur APBD II 2010 12BUAH
54. Bantal APBD II 2010 13BUAH
55. Guling APBD II 2010 7BUAH
56. Sprei besar APBD II 2010 69BUAH
57. Sarung bantal APBD II 2010 12BUAH
58. Sarung guling APBD II 2010 7BUAH
59. Perlak APBD II 2010 17BUAH
60. Handuk APBD II 2010 8BUAH
61. Baju tindakan pink APBD II 2010 21BUAH
62. Baju operasi putih APBD II 2010 11 BUAH
63. Baju parasit APBD II 2010 2BUAH
64. Kantung linen APBD II 2010 6BUAH
65. Selimut biasa APBD II 2010 38BUAH
66. Stik laken APBD II 2010 43BUAH
67. Oksigen APBD II 2011 2BUAH
Sumber: Data Primer (2022)
Tabel Daftar Inventaris Non- Medis di Ruang Melati RSUD Kota Kendari
No Nama barang Tahun pasang Jumlah
1. Kulkas APBD II 2008 1 BUAH
2. Dispencer APBD II 2009 2 BUAH
3. Kipas angin berdiri APBD II 2014 1 BUAH
4. Komputer APBD II 2019 1 BUAH
5. Print APBD II 2015 1 BUAH
6. Jam dinding APBD II 2015 11
BUAH
7. Sofa tamu APBD II 2006 7 BUAH
8. Sofa tunggu pasien APBD II 2015 12 BUAH
9. Meja kaca APBD II 2006 4 BUAH
10. Tempat sampah non medis APBD II 2015 3 BUAH
11. Caution wet floor APBD II 2015 2 BUAH
12. Kaca cermin APBD II 2015 1 BUAH
13. Rak piring APBD II 2015 1 BUAH
14. Meja APBD II 2015 1 BUAH
15. Tv APBD II 2016 7 BUAH
16. Almari loker APBD II 2008 1 BUAH
17. Matras APBD II 2015 2 BUAH
18. Telephone APBD II 2015 1 BUAH
19. Sapu APBD II 2018 1 BUAH
20. Pengki APBD II 2018 1 BUAH
21. Apar APBD II 2018 3 BUAH
22. AC APBD II 2015 16 BUAH
23. Loker obat pasien APBD II 2015 1BUAH
24. Meja dispenser APBD II 2007 1BUAH
(sumber data primer 2022)
5. Machine/Mesin
Mesin merupakan alat tekhnologi yang dapat membantu manusia
dalam mempermudah pekerjaan dengan cepat dan tepat. Mesin
merupakan peralatan teknologi yang digunakan untuk membantu dalam
operasi proses menghasikan barang dan jasa.
1) Kajian Data
e. Implementasi
Implementasi adalah tahap mengaplikasikan rencana
asuhan keperawatan kedalam bentuk intervensi guna
membantu pasien mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Perawat di Ruang Melati dalam melakukan proses
implementasi dengan kolaborasi instruksi dokter, ahli gizi dan
farmasi yang belum dilakukan.
f. Evaluasi
Evaluasi adalah penilaian pencapaian tujuan serta
pengkajian kembali rencana keperawatan. Evaluasi bertujuan
untuk menilai seberapa jauh perawat mampu melaksanakan
perannya sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan serta
mengindentifikasi faktor yang menghambat dan mendukung
pelaksanaan (Nursalam, 2014). Kriteria evaluasi keperawatan
yaitu:
1) Evaluasi hasil menggunakan indicator perubahan fisiologis,
dan tingkah laku pasien.
2) Hasil evaluasi dicatat dan ditindak lanjut.
3) Evaluasi melibatkan keluarga, pasien, dan tim kesehatan.
4) Evaluasi dilakukan sesuai dengan standar (tujuan yang
ingin dicapai).
Nila
i
No Aspek yang Dinilai Tidak
Kadan dilaku
Selalu Sering g
k an
-
kadang
A.
1. Pengkajian meliputi pemeriksaan fisik 7
2. Pengkajian meliputi status
psikososial – spiritual 4 3
klien
3. Pengkajian meliputi pola hidup klien 7
4. Pengkajian lengkap dilakukan dalam
waktu 24 jam 7
setelah klien masuk
5. Pengkajian lengkap dilakukan oleh
perawat yang 7
bertanggung jawab terhadap klien
tersebut
B.
1. Diagnosis keperawatan sesuai
dengan prioritas 7
masalah klien saat itu
2. Diagnosis keperawatan mencakup
tentang masalah 7
psikososial
3. Diagnosis keperawatan mencakup
tentang masalah 7
kurangnya pengetahuan klien
4. Diagnosis keperawatan dirumuskan
dengan benar 7
(PE/PES)
C.
1. Rencana asuhan keperawatan
dikembangkan oleh 7
perawat yang bertanggung jawab pada
klien tersebut
2. Terdapat rumusan tujuan
keperawatan disertai 7
kriteria evaluasi
3. Rencana asuhan keperawatan
mencakup tindakan 7
observasi keperawatan
4. Rencana asuhan keperawatan
mencakup terapi 7
keperawatan
5. Rencana asuhan keperawatan
mencakup tindakan 7
pendidikan kesehatan
6. Rencana asuhan keperawatan
mencakup kolaborasi 7
7. Rencana asuhan keperawatan
mencakup tindakan 7
yang menggambarkan keterlibatan
klien/keluarga
D.
1. Tindakan observasi keperawatan
yang dilakukan 7
didokumentasikan
2. Tindakan observasi keperawatan
yang dilakukan 7
didokumentasikan
3. Tindakan pendidikan kesehatan
yang dilakukan 7
didokumentasikan
4. Tindakan kolaborasi yang
7
dilakukan didokumentasikan
E.
1. Diagnosis keperawatan dievaluasi setiap
hari sesuai 7
dengan SOAP
2. Diagnosis keperawatan yang sudah
teratasi terlihat 7
dalam dokumentasi
TOTAL 151 3
Presentase 98 2
%
%
Sumber: Data sekunder dan wawancara 2022
2) Analisa
Berdasarkan tabel diatas kelengkapan
pendokumentasian asuhan keperawatan sebesar 98%.
Pada poin pengkajian didapatkan hasil 2% karena
terdapat poin yang belum terlaksana yaitu pada
pengkajian psikososial dan spiritual pada klien. Skoring
terlampir.
b. Proses Manajemen Pelayanan/ Operasional Keperawatan
Beberapa elemen dalam manajemen keperawatan
berdasarkan fungsinya yaitu:
1) Planning (Perencanaan)
a) Kajian Teori
Fungsi perencanaan mencakup proses merumuskan
sasaran, membangun strategi untuk mencapai sasaran yang
telah disepakati dan mengembangkan rencana tersebut untuk
memadukan dan mengkoordinasikan sejumlah kegiatan
(Robbins & Coulter, 2013). Beberapa jenis perencanaan
diantaranya:
conference menjadi
satu
rangkaian dengan
operan tugas jaga
untuk setiap pasien
yang
dioperkan sebelum
proses
konfirmasi
dan
kunjungan pasien
2. PN 3
memandu
pelaksanaan
pre
conference
3. PN menjelaskan 3
masalah
keperawatan pasien
dan rencana
keperawatan
4. PN membagi tugas 3
kepada PA sesuai
kemampuan dengan
memperhatikan
keseimbangan kerja
5. Mendiskusikan 3
cara
dan
strategi
pelaksanaan
asuhan
pasien/tindakan
6. Memotivasi 3
untuk
memberikan
tanggapan
dan
penyelesaian
masalah yang
sedang
didiskusikan
7. Mengklarifikasi 3
kesiapan PA untuk
melaksanakan asuhan
keperawatan
8. Memberikan 3
reinforcement
positif pada PA
9. Menyimpulkan 3
hasil pre
conference
(dilanjutkan
kunjungan
pasien
sesuai
langkah operan)
Presentase 77,7 22,3
% %
Sumber: Observasi dan wawancara 2021
Analisis Data:
Berdasarkan tabel tentang Pre conference di Ruang
Melati RSUD Kota Kendari Kulon Progo termasuk kategori
cukup yaitu sebanyak 77,7%. Sebelum dilakukan pre
conference PN membawa rekam medik klien, memandu
pelaksanaan pre conference, membagi tugas AN sesuai
kemampuan, mengklarifikasi kesiapan AN melaksanakan
askep. PN masih belum membagi tugas kepada AN sesuai
kemampuan dengan memperhatikan keseimbangan kerja,
belum memberikan reinforcement positif pada AN.
6) Post-Conference
Post-conference adalah komunikasi ketua tim dan perawat
pelaksana tentang hasil kegiatan sepanjang shift. Isi post-
conference adalah hasil asuhan keperawatan setiap perawat dan
rencana tindak lanjut.
Hasil Pengkajian Post Conference di Ruang Melati RSUD
Kota Kendari (n=3)
No. Aspek yang dinilai Ya Tida
k
1. Menyiapkan ruangan / 3
tempat
2. Meyiapkan rekan medis pasien yang 3
menjadi tanggungjawab
3. Menjelaskan tujuan dilakukannya 3
post conference
4. Menerima penjelasan dari PA 3
tentang hasil tindakan/hasil asuhan
keperawatan
yang telah dilakukan PA
5. Mendiskusikan masalah yang 3
telah ditemukan
dalam pemberian ASKEP pada
pasien dan mencari upaya
penyelasaian masalah
6. Memberi reinforcement pada PA 3
7. Menyimpulkan hasil post conference 3
8. Mengklarifikasi pasien 3
sebelum
melakukan operan tugas jaga shift
jaga
berikutnya (melakukan
ronde keperawatan)
Presentas 75% 25%
e
Sumber: Observasi dan wawancara 2022
Dari data tabel diatas diperoleh hasil untuk post conference
dengan presentase 75% dengan kategori sangat baik karena sudah
terlaksana dengan benar.
c. Prioritas Masalah
1. Kesiapan Peningkatan Pengetahuan dalam melaksanakan bed
side hand over.
BAB III
Implementasi Dan Evaluasi
Analisis Data :
Berdasarkan tabel 3.3 diatas, menunjukkan bahwa evaluasi pelaksanaan kegiatan bedside handover pada pasien sudah
terealisasi. Hal ini dapat dilihat dari hasil evaluasi setelah dilakukan kegiatan bedside handover dengan perbandingan
presentase sebelum dan sesudah dilakukan sosialisasi. Saat sebelum dilakukan sosialisasi didapatkan presentase sebesar 0%
atau belum ada pelaksanaan kegiatan bedside handover. Setelah dilakukan sosialisasi dan praktik bedside handover maka
sudah ada perubahan dari tidak ada menjadi ada kegiatan tersebut dengan presentase sebesar 87,5%.
1) Faktor pendukung
a) Adanya dukungan dari Pembimbing, Preceptor, Kepala Ruang, PN, dan AN ruang Melati RSUD Kota Kendari
dalam kegiatan bedside handover.
b) Sudah adanya jadwal untuk kegiatan bedside handover di ruang Melati RSUD Kota Kendari.
2) Faktor penghambat
a) Belum adanya kesadaran perawat terkait pentingnya bedside handover dengan pasien
b) Perawat belum optimal untuk melaksanakan kegiatan bedside handover pada pasien.
3) Rencana tindak lanjut
a) Kegiatan bedside handover dengan pasien.
b) Setiap meeting morning disosialisasikan/mengingatkan kembali tentang kegiatan
bedside handover
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Evaluasi Kegiatan Bedside Handover
Bedside handover merupakan timbang terima yang didasari pada perawatan yang
berpusat pada pasien pada prosesnya perawat ikut melibatkan pasien untuk berpartisipasi
dalam komunikasi yang relevan dan informasi yang sesuai dan akurat terkait perencanaan
perawatan, salah satu jenis komunikasi face to face yang menghubungkan perawat dan
pasien dalam proses timbang terima.
Berdasarkan tabel pengkajian kegiatan bedside handover sebelum dilakukan
sosialisasi sebanyak 100% perawat belum melakukan kegiatan bedside handover atau
dapat dikatakan belum dilakukan kembali kegiatan bedside handover setelah adanya
pandemi covid – 19 dan setelah dilakukan sosialisasi terdapat 87,5% perawat melakukan
kegiatan bedside handover. Hal ini menujukkan bahwa terdapat peningkatan yang cukup
signifikan terkait kegiatan tersebut di ruang Melati.
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh (Maurissa & Yuswardi,
2019) dengan judul Pelaksanaan Bedside Handover Oleh Perawat Di Ruang Rawat
Rumah Sakit Banda Aceh yang mengatakan bahwa kegiatan bedside handover dapat
berkontribusi pada keputusan yang cepat dan akurat tentang perawatan pasien dan
meningkatkan kualitas perawatan dan keselamatan pasien. Karenanya bedside handover
tampaknya menjadi alat untuk meningkatkan kualitas perawatan dan keselamatan pasien
yang memerlukan penyelidikan lebih lanjut. Selama proses bedside handover pasien dan
perawat mendapatkan manfaat hubungan timbal balik di mana pasien dan perawat
berbagi tanggung jawab dan bertukar informasi klinis yang menguntungkan kedua
bagian. Sesi serah terima dapat menjadi kesempatan bagi pasien untuk mendapatkan
informasi dan mendiskusikan segala hal yang berhubungan dengan kesehatan serta akan
meningkatkan kesabaran selama proses perawatan. Bagi perawat, ini bisa menjadi
peluang untuk mendapatkan informasi pasien secara langsung maupun dari keluarga.
Ruang rawat inap memiliki kompleksitas dalam pelaksanaan asuhan keperawatan.
Dibutuhkan kedisiplinan pelaksanaan bedside nursing handover untuk keberlanjukan
asuhan keperawatan berkualitas (Maurissa & Yuswardi, 2019)
BAB V
Kesimpulan Dan Saran
A. Kesimpulan
1. Pelaksanaan Bedside Handover
Berdasarkan tabel pengkajian kegiatan bedside handover sebelum
dilakukan sosialisasi sebanyak 0% perawat belum melakukan kegiatan bedside
handover atau dapat dikatakan belum dilakukan kembali kegiatan bedside
handover setelah adanya pandemi covid – 19 dan setelah dilakukan sosialisasi
terdapat 87,5% perawat melakukan kegiatan bedside handover. Hal ini
menujukkan bahwa terdapat peningkatan yang cukup signifikan terkait kegiatan
tersebut di ruang Melati.
B. Saran
1. Pelaksanaan Bedside Handover
a. Bagi kepala ruang bangsal Melati
Kepala ruang diharapkan dapat menjadi role model dalam menerapkan
bedside handover. Selain itu, kepala ruang diharapkan dapat memotivasi dan
selalu mengingatkan perawat untuk menerapkan bedside handover sesuai
standar SPO. Hal tersebut diharapkan dapat meningkatkan kesadaran perawat
tentang pentingnya bedside handover pada pasien.
b. Bagi perawat di bangsal Melati
Seluruh perawat di bangsal Melati diharapkan dapat memaksimalkan
penerapan bedside handover dan saling mengingatkan satu sama lain jika ada
perawat yang lupa dalam pelaksanaaan beside handover.
DAFTAR PUSTAKA
Etik, K., Dan, P., Kesehatan, P., Kesehatan, K., & Indonesia, R. (2017). KEMENTERIAN
KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA.
Isnaya, S. D. (2018). Analisis Deskriptif Sebaran Kasus Rawat Inap Pasien BPJS Golongan
PBI di Bangsal Obsgyn Rumah Sakit Umum Daerah Sunan Kalijaga Demak Triwulan
I. Skripsi. Fakultas Kesehatan. Universitas Dian Nuswantoro Semarang, 5, 1–16.
Latifa, A. (2015). Digital Repository Universitas Jember. 27.
http://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/65672/Ainul Latifah-
101810401034.pdf?sequence=1
Kemenkes. (2017). PERMENKES RI Nomor 11 Tahun 2017 Tentang Keselamatan Pasien.
Retrieved from https://www.kemhan.go.id/itjen/wp-content/uploads/2017/03/bn308-
2017.pdf
Tutiany, Lindawati, & Krisanti, P. (2017). MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN.
Retrieved from Kementrian Kesehatan Republik Indonesia:
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-
content/uploads/2017/11/MANAJEMEN-KESELAMATAN-PASIEN-Final-
DAFIS.pdf
Anggeria, E., & Maria. (2018). Hubungan Supervisi Dengan Pelaksanaan Asuhan
Keperawatan Di Ruang Rawat Inap Lantai 10 Rumah Sakit Umum Royal Prima
Medan. Jurnal Jumantik, 3(2), 78-97.
Henrisman, Sutomo, S., Arnawilis, Hartono, B., & Lita. (2021). Analisis Manajemen
Pemeliharaan Sarana dan Prasarana di Rumah Sakit Umum Daerah Rokan Halu.
Kesehatan Komunitas, 7(1), 46-56.
Etik, K., Dan, P., Kesehatan, P., Kesehatan, K., & Indonesia, R. (2017). KEMENTERIAN
KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA.
Isnaya, S. D. (2018). Analisis Deskriptif Sebaran Kasus Rawat Inap Pasien BPJS Golongan
PBI di Bangsal Obsgyn Rumah Sakit Umum Daerah Sunan Kalijaga Demak Triwulan
I. Skripsi. Fakultas Kesehatan. Universitas Dian Nuswantoro Semarang, 5, 1–16.
Latifa, A. (2015). Digital Repository Universitas Jember. 27.
Maha, N. (2019). Pelaksanaan peningkatan keselamatan pasien resiko jatuh. Medicine and
Health Sciences, Medical Administration, 3–5.
Maurissa, A., & Yuswardi. (2019). Pelaksanaan Bedside Handover Oleh Perawat Di Ruang
Rawat Rumah Sakit Banda Aceh. Idea Nursing Journal, 10(1), 63–68.
Muslim, A., & Sutinah. (2020). Pengembangan Karier Profesional Perawat Non Pns Di
Rumah Sakit X. Manajemen Kesehatan Yayasan Rs. Dr. Soetomo, 6(1), 16-27.