Anda di halaman 1dari 40

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam


menjalankan suatu kegiatan di organisasi. Manajemen mencakup kegiatan koordinasi dan
supervisi terhadap staf, sarana dan prasarana dalam mencapai tujuan. Manajemen
keperawatan merupakan proses bekerja melalui anggota staf untuk memberikan asuhan
keperawatan secara profesional. Proses manajemen keperawatan sejalan dengan
keperawatan sebagai salah satu metode pelaksanaan asuhan keperawatan secara
profesional, sehingga diharapkan keduanya saling mendukung antara satu dengan yang
lainnya. Nursalam (2008) menjelaskan bahwa manajemen keperawatan adalah suatu
proses bekerja melalui anggota staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan
secara professional. Seorang manajer keperawatan dituntut untuk merencanakan,
mengorganisasian, memimpin dan mengevaluasi sarana dan prasarana yang tersedia
untuk dapat memberikan asuhan keperawatan yang efektif dan efisien mungkin di rumah
sakit.
Ruangan atau bangsal sebagai salah satu unit terdepan pelayanan kesehatan di
rumah sakit merupakan tempat yang memungkinkan bagi perawat untuk menerapkan
ilmu dan kiatnya secara optimal. Namun perlu disadari, tanpa ada kenyataan kelola yang
memadai, kemauan dan kemampuan yang kuat serta peran aktif dari semua pihak maka
pelayanan keperawatan profesional hanyalah akan menjadi teori semata. Oleh karena
itulah perawat perlu mengupayakan kegiatan penyelenggaraan Model Praktik
Keperawatan Profesional (MPKP) serta Model Asuhan Keperawatan Profesional
(MAKP).
Model Asuhan keperawatan yang saat ini sedang dilaksanakan pada Ruang
Perinatologi RSUD Wangaya Denpasar adalah model ketua tim. Metode ini
menggunakan organisasi tim yang terdiri atas anggota yang berbeda-beda dalam
memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien. Perawat ruangan dibagi
menjadi 4 tim yang terdiri atas ketua tim dan anggota tim dalam satu kelompok kecil
yang saling membantu. Keuntungan metode ini adalah memfasilitasi pelayanan
keperawatan yang komprehensif dan memungkinkan pencapaian proses keperawatan.
Selain itu, konflik atau perbedaan pendapat antar staff dapat ditekan melalui rapat tim,
cara ini efektif untuk belajar. Model tersebut dapat memberi kepuasan anggota tim dalam
hubungan interpersonal dan memungkinkan menyatukan kemampuan anggota tim yag
berbeda-beda dengan aman dan efektif. Sedangkan kerugiaanya adalah rapat tim
memerlukan waktu sehingga pada situasi sibuk, rapat tim ditiadakan atau
pelaksanaannya terburu-buru, sehingga dapat mengakibatkan komunikasi dan koordinasi
antar anggota tim terganggu sehingga kelancaran tugas terhambat (Simamora, 2012).
Melalui pendekatan ini, kami tertarik untuk melanjutkan dan mempelajari proses
manajemen model asuhan keperawatan tim yang sedang berlangsung di Ruang
Perinatologi RSUD Wangaya Denpasar

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Setelah melaksanakan kegiatan praktik manajemen keperawatan, diharapkan

mahasiswa mampu menerapkan konsep dan prinsip-prinsip kepemimpinan serta manajemen

keperawatan dengan menggunakan Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) dan

Pengembangan Manajemen Kinerja Klinik (PMKK).

1.2.2 Tujuan Khusus


1. Melakukan pengkajian situasi ruangan di Ruang Perinatologi RSUD Wangaya Denpasar
dengan metode pendekatan PMKK.
2. Merumuskan permasalahan serta prioritas masalah yang ditemukan di Ruang Ruang
Perinatologi RSUD Wangaya Denpasar dan program inovasi yang dapat diterapkan di
Ruang Perinatologi RSUD Wangaya Denpasar.
3. Menyusun rencana strategis dan operasional ruangan, rencana strategis untuk
menjalankan program inovasi yang telah ditemukan berdasarkan hasil pengkajian PMKK.
4. Melaksanakan rencana strategis dan operasional ruangan berdasarkan hasil pengkajian
yang telah ditemukan.
5. Melakukan aplikasi peran.
6. Mengevaluasi pelaksanaan rencana strategi operasional ruangan berdasarkan hasil
pengkajian PMKK.

3.1 Metode
Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah:
1. Pengkajian data dilakukan dengan cara wawancara, observasi, dan dokumentasi
2. Metode analisa yang digunakan berdasarkan analisis SWOT adalah brainstorming.
3. Metode Pelaksanaan MAKP dilakukan dengan aplikasi peran.

4.1. Manfaat
4.1.1. Bagi pasien
Terpenuhinya kebutuhan klien secara holistik dan tercapainya kepuasan klien
terhadap praktik pelayanan keperawatan
4.1.2. Bagi perawat
1. Meningkatkan citra perawat sebagai suatu profesi yang professional dimata profesi
lain.
2. Tercapainya tingkat kepuasan kerja optimal.
3. Terbinanya hubungan baik antara perawat dengan perawat, perawat dengan tim
kesehatan lain, dan perawat dengan pasien dan keluarganya.
4. Tumbuh dan terbinanya akuntabilitas dan disiplin perawat.
4.1.3. Bagi rumah sakit
4. Tercapainya pengalaman dalam pengelolaan suatu ruang rawat sehingga dapat
memodifikasi metode penugasan yang akan dilaksanakan.
5. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan khususnya pelayanan keperawatan.
6. Meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap rumah sakit sebagai rumah sakit
yang dapat memberikan pelayanan keperawatan yang professional.
4.1.4. Bagi Mahasiswa
Mengerti dan memahami penerapan atau aplikasi MPKP di dalam Rumah
Sakit.

BAB II
GAMBARAN UMUM TEMPAT PRAKTIK
2.1 SEJARAH SINGKAT TEMPAT PRAKTIK
Rumah Sakit Umum Daerah Wangaya Kota Denpasar didirikan pada Tahun 1921

dengan jumlah tempat tidur 30 buah, 15 buah untuk orang sakit bangsa Eropa dan Cina serta

15 tempat tidur lainnya untuk bumiputera.

Rumah Sakit Umum Daerah Wangaya Kota Denpasar merupakan pusat pelayanan

kesehatan untuk Bali Selatan, sedangkan untuk Bali Utara kegiatan pelayanan kesehatannya

adalah Rumah Sakit Singaraja.

Bila kita membagi kurun waktu tentang perkembangan pelayanan kesehatan di Rumah

Sakit Umum Daerah Wangaya Kota Denpasar dapat dikatagorikan sebagai berikut:

2.1.1 Masa Penjajahan Pemerintah Hindia Belanda ( 1921 - 1942 )

Pada masa ini Rumah Sakit Umum Wangaya juga memberikan pelayanan penyakit

Kusta, Penyakit Menular. Dokter yang memberikan pelayanan adalah Dokter Belanda,

Dokter Jawa dibantu oleh ZEIKEN OPASSER (Penjaga Orang Sakit), I Wayan Nugra adalah

seorang Zeiken Opasser yang paling rajin dan aktif waktu itu. Pada masa ini ada beberapa

kali pergantian Direktur , Tahun 1921 adalah Dokter Abdul Tahir, Tahun 1923 adalah Dokter

Wirasma, Tahun 1936 adalah Dokter Benne dan Tahun 1937 adalah Dokter Eykman.

2.1.2 Masa Penjajahan Pemerintahan Jepang ( 1942 - 1945 )

Dengan jatuhnya belanda dan berkuasanya Jepang maka dengan otomatis Rumah

Sakit Umum berada di bawah Pemerintahan Jepang. Pada masa ini pelayanan kesehatan

sangat menurun karena semua dokter dan tenaga kesehatan dari Belanda dan Eropa ditangkap

oleh bangsa Jepang, obat - obatan dan sarana kesehatan sangat terbatas sehingga derajat

kesehatan masyarakat sangat rendah.

2.1.3 Masa Revolusi Fisik sampai dengan penyatuan RIS menjadi Negara Kesatuan

Republik Indonesia (1945 – 1951).

Pada masa ini Rumah Sakit Wangaya utamanya perawatnya banyak membantu para

pejuang saat itu, yang tercatat diantaranya Made Suberata, I Gde Pelasa, Ida Bagus
Kompiang, I Nyoman Purna, I Made Rasna, Ida Bagus Jagra, I Made Putra, I Gusti Putu

Susesa. Disamping banyak membantu pejuang Rumah Sakit Wangaya pada masa ini sangat

berperan dalam mencetak tenaga - tenaga perawat dengan membuka pendidikan juru rawat.

2.1.4 Masa pulau Bali sebagai bagian dari Propinsi Sunda Kecil / Nusa Tenggara sampai

Bali berdiri sebagai Propinsi sampai sekarang.

Pada masa ini pelayanan kesehatan sudah mulai berkembang dengan baik, karena

mulainya pemisahan Bali sebagai bagian propinsi Sunda Kecil. Pada Bulan Maret 1963

waktu meletusnya Gunung Agung pengabdian tenaga perawat Rumah Sakit Wangaya sangat

besar, dimana Ida Bagus Kompiang pemimpin dan mengatur tenaga perawat untuk bertugas

selaku tenaga sukarela membantu korban gunung meletus.

Selama kurun waktu 1921 - 2007 Rumah Sakit Umum Daerah Wangaya sudah

dipimpin oleh 28 Orang Direktur. Dengan terbentuknya Pemerintah Kota Denpasar pada

Tahun 1992 maka Rumah Sakit Wangaya Denpasar dibawah naungan Pemerintah Kota

Denpasar dan Dengan Keputusan Walikota Kota Denpasar Nomor 96 Tahun 2008 tentang

Penetapan Badan Pelayanan Rumah Sakit Umum Daerah Wangaya Kota Denpasar sebagai

Badan Layanan Umum Daerah

2.2 VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN


2.2.1 Visi

Menjadi RumahSakit Pilihan Utama, Inovatif, Unggul dalam Pelayanan Kesehatan,

dan Pendidikan Berbasis Budaya Kerja.

2.2.2 Misi

1. Memberikan Pelayanan Kesehatan Yang Bermutu dan Terjangkau oleh tenaga

professional.

2. Mengutamakan kenyamanan dan keselamatan pasien.


2.2.3 Motto

Melajani Sedjak Tahoen 1921

2.2.4 Nilai

1. Melayani adalah kewajiban (Sewaka Dharma)

2. Mengawali pekerjaan dengan doa

3. Senantiasa senyum, ramah, sopan, santun, dan rendah hati

4. Empati kepada pasien (mendengarkan, penuh perhatian, peduli, responsive, dan

suka menolong)

5. Menjaga kebersihan (rapi, penempilan menarik)

6. Menjunjung tinggi nilai profesionalisme

2.2.5 Janji/prinsip

Memberikan pelayanan yang aman dan bermutu


2.3 ANISASI TEMPAT PRAKTEK

DIREKTUR

WAKIL DIREKTUR PELAYANAN MEDIK DAN KOMITE MEDIK


KOMITE KEPERAWATAN
KEPERAWATAN

KABID KEPERAWATAN KA BID PELAYANAN MEDIK

KASI PELAYANAN KASI PENGEMBANGAN


SKF KASI, RAJAL, RANAP, SMF
KEPERAWATAN PROFESI
RASIP
KA. INSTAKASI RAWAY INAP

WAKIL KA. INSTALASI RAWAT INAP

ADMINISTRASI IRI
KA RUANG ELANG

WA KA RUANG ELANG

PP
PA
2.4 DIMENSI DAN AREA TEMPAT PRAKTIK
Ruang Perinatologi RSUD Wangaya Denpasar merupakan fasilitas rawat inap yang
disediakan khusus untuk pasien bayi baru lahir sampai 24 hari. Sedang untuk bayi yang
lahir yang sehat dirawat bersama ibunya (rawat gabung).
Fasilitas yang disediakan dalam ruang perinatologi disesuaikan dengan kebutuhan
perawatan bagi bayi, mulai dari bayi baru lahir dengan resiko tinggi, bayi dengan
kelainan bawaan sampai dengan bayi sakit. Layanan medis diberikan oleh dokter-dokter
spesialis anak dengan tenaga keperawatan yang terlatih. Fasilitas-fasilitas ruang
perinatologi antara lain: incubator (infant incubator), penghangat (infant warmer), lampu
biru (blue lamp), kotak oksigenasi bayi (head box), boks bayi (baby bx), ruang tindakan
dan perawatan bayi.
Denah Ruang Perinatologi Rumah Sakit Umum Daerah Wangaya

Pintu masuk Utama

Ruang Pencucian Inkubator

Klinik Laktasi Gelatik

Ruang Kelas Ibu Hamil


Tempat
Operan
Jaga
Ruang Resiko Tinggi

NURSE STATION Ruang Resiko Rendah

Ruang Diskusi Ruang Inventaris

TATA RUANG
WC Ruang Kepru Dapur Susu
Fakta di Ruangan
No. Jenis Ruangan Standar MPKP
Ada Tidak
1. Ruang kepala ruangan Terdapat ruang karu tersendiri √
tersendiri
2. Ruang staf tersendiri Terdapat ruang staf tersendiri √
3. Ruang ganti pakaian tersendiri Terdapat ruang ganti pakaian √
tersendiri
4. Kamar mandi petugas Terdapat kamar mandi petugas √
5. Ruang istirahat petugas Terdapat ruang istrahat √
6. Nurse station yang lokasinya Terdapat nurse station yang lokasinya
memudahkan perawat untuk memudahkan perawat mengawasi √
mengawasi sekeliling ruangan sekeliling ruangan
7. Ruang penyimpanan alat-alat Terdapat ruang penyimpanan alat-alat

keperawatan keperawatan
8. Ruang dekontaminasi (cuci Terdapat ruang dekontaminasi (cuci

alat) alat)
9. Ruang pasien dilengkapi Terdapat kamar mandi di setiap ruang

kamar mandi pasien

BAB III
PENGKAJIAN DAN ANALISA DATA

3.1 MAN (Kuantitas Sumber Daya Manusia, Kualifikasi Sumber Daya Manusia ,
Kebutuhan tenaga perawat sesuai tingkat ketergantungan pasien)
3.1.1 Jumlah Tenaga di Ruang Perinatologi Rumah Sakit Umum Daerah Wangaya

Denpasar

1. Keperawatan

NO JENIS PENDIDIKAN ∑
1 SI Keperawatan 2

2 D IV Kebidanan 1

3 D III Kebidanan 14

Jumlah 17

2. Non-Keperawatan
No Kualifikasi Jumlah

2. Cleaning service 2 orang

3.1.2 Tingkat Ketergantungan Pasien Dan Kebutuhan Tenaga Perawat

Tingkat ketergantungan Jumlah kebutuhan tenaga

Tingkat ktg Jml pasien PAGI SORE MALAM

Minimal -

Parsial -

Total 15 15x0,36= 5.4 15x0,36= 5.4 15x0,2= 3

Jumlah 20 5.4 5.4 3


5 5 3

Jumlah tenaga keperawatan yang libur =


jumlah hari minggu per tahun+jumlah hari libur nasional pertahun x A
Jumlah hari kerja per tahun
Total tenaga perawat
Pagi : 5 orang
Sore : 5 orang
Malam : 3 orang +
13 orang
86 x 13 = 1.118 = 3.8 = 4
297 297

Jumlah tenaga perawat lepas perhari : 4 orang


Jadi jumlah perawat yang di butuhkan:
13 orang + 2 orang structural (kepala ruangan, wakil kepala ruangan) + 4 orang
lepas dinas = 19 orang
3.1.3 BOR pasien

Berdasarkan hasil pengkajian, didapatkan gambaran kapasitas tempat tidur


ruang interna, yaitu 15 tempat tidur dengan rincian sebagai berikut:
NO Hari/tgl Ruang Perina BOR
1. Senin/12-2-2018 4 bed (11 kosong) 4/15x100=27%
2. Selasa/13-2-2018 7 bed (8 kosong) 7/15x100=47%
3. Rabu/14-2-2018 7 bed (8 kosong) 7/15x100=47%

Rumus BOR

=jumlah pasien pada periode tertentu


Kapasitas tempat tidur X jmlh periode

= 18/15X3 x 100%= 40%

3.2 MATERIAL AND MACHINE (Kuantitas sarana dan prasarana, Kualitas sarana
dan prasaran, Kebutuhan sarana dan prasarana disesuaikan dengan kebutuhan
minimal ruangan tempat praktek)
2.1 Kuantitas sarana dan prasarana, Kualitas sarana dan prasarana

Kondisi Barang
No Nama Barang Jumlah
B RR RB

2 buah 2
1 Meja Tindakan + matras/ Memandikan bayi
1 buah 1
2 Sinar Therapi
1 buah 1
3 Tabung O2 besar + Humidifier flowmeter
2 buah 2
4 Mangkok Tutup/ Tempat Kapas Injeksi
5 buah 5 2
5 Box Bayi Biasa
4 buah 2
6 Bengkok
3 unit 3
7 Humdifier + Flowmeter O2
3 buah 3
8 Inkubator
1 buah 1
9 Lampu Baca Film Single
1 buah 1
10 Lampu sorot Meja Tindakan
2 buah 2
11 Tabung O2 kecil + Humidifier flowmeter
4 buah 2 2
12 Pinset Anatomis 4 cm
1 buah 1
13 Pinset Serugis 14 Cm
1 buah 1
14 Timbangan Bayi
1 buah 1
15 Infant Warmer Ningbo
2 buah 2
16 infant Flow nasal CPAP With Kompresor
1 buah 1
17 Kupet Besar
4 buah 2 2
18 Kupet Kecil
1 buah 1
19 Ambubag Pediatrik
4 buah 4
20 Termometer Rectal
5 buah 5
21 Termometer Digital
2 buah 2
22 Stetoscope anak
3 buah 3
23 Headbox
2 buah 2
24 Timabngan Bayi RGZ 20
1 buah 1
25 Lampu Sorot KD 20113
1 unit 1
26 Infant Resusication RD 900/neopuf
2 buah 2
27 Stetoscope Anak
2 buah 1 1
28 Stetoscope anak
1 buah 1
29 Mbubag Bayi
1 buah 1
30 Syiringepump TE 331
1 buah 1
31 Medicine troly/ Troly Obat
2 buah 1 1
32 Pulse Oksimetri
2 buah 2
33 Tempat tidur Besi Pasien
1 buah 1
34 Sinar Therapi + Box Besar
8 buah 8
35 Box Bayi
1 buah 1
36 Syiringepump
1 buah 1
37 Toungespatel Stainles
4 buah 4
38 Arteri Klem Bengkok
1 buah 1
39 laringoskop baby Set
3 buah 1 2
40 Inkubator TSN 910 SC
1 buah 1
41 Troly Emergency
1 buah 1
42 Inkubator Transport
2 buah 2
43 Buble CPAP
1 buah 1
44 Infant Stetoscope klasik II
1 buah 1
45 Pulse Oksimetri NT

Alat Rumah Tangga

Kondisi Barang
No Nama Barang Jumlah
B RR RB

1 Almari kayu besar 1 buah 1

2 meja Kayu kaca 1 buah 1

3 almri Kayu Besar 1 buah 1

4 Almari Kaca Obat 1 buah 1

5 Kompor Gas + Tabung 1 buah 1

6 Kursi Kayu Dingklik 3 buah 3

7 Tabung Pemadam 2,5 kg 1 buah 1

8 Telepon 1 buah 1

9 Tabung Pemadam 2,5 kg 1 buah 1


10 Almari Kayu Kaca 1 buah 1

11 Troli Besi/kayu 1 buah 1

12 Filling Kabinet 4 Pintu 1 buah 1

13 Loker kayu 1 buah 1

14 Almari Plastik 4 Pintu 3 buah 3

15 Dingklik Penunggu 3 buah 3

16 Meja Kayu 1 buah 1

17 Speeker TOA 1 buah 1

18 Lampu Hias 1 buah 1

19 Mesin Hitung Manual 1 buah 1

20 Kursi Kerja Merah Marun 1 buah 1

21 Rak Gantung 1 buah 1

22 AC Split 1,5 pk 1 unit 1

23 Tabung Pemadam Kebakaran 1 buah 1

24 Meja Komputer 1 buah 1

25 AC 1,5 pk 2 unit 2

26 AC 1 Pk 2 unit 2

27 Meja Kerja 3 buah 3

28 Komputer Mainframe 1 unit 1

Kebutuhan sarana dan prasarana disesuaikan dengan kebutuhan minimal ruangan tempat
praktek

3.3 METHOD (Fungsi-fungsi manajemen keperawatan, penerapan standar


keperawatan, uraian tugas, methode praktik keperawatan professional, Supervisi,
monitoring )
2.3.1 Fungsi-fungsi manajemen keperawatan
Menurut Tappen (1995), model pemberian asuhan keperawatan ada enam macam,
yaitu: model kasus, model fungsional, model tim, model primer, model manajemen
perawatan, dan model perawatan berfokus pada pasien.
a. Model Fungsional
Model pemberian asuhan keperawatan ini berorientasi pada penyelesaian tugas
dan prosedur keperawatan. Perawat ditugaskan untuk melakukan tugas tertentu untuk
dilaksanakan kepada semua pasien yang dirawat di ruangan.
b. Metode TIM
Metode tim adalah pengorganisasian pelayanan keperawatan dengan
menggunakan tim yang terdiri atas kelompok klien dan perawat. Kelompok ini
dipimpin oleh perawat yang berijazah dan berpengalaman kerja serta memiliki
pengetahuan dibidangnya (Regestered Nurse).
c. Metode Primer.
Keperawatan primer merupakan suatu metode pemberian asuhan keperawatan di
mana perawat primer bertanggung jawab selama 24 jam terhadap perencanaan
pelaksanaan pengevaluasi satu atau beberapa klien dan sejak klien masuk rumah sakit
sampai pasien dinyatakan pulang. Selama jam kerja, perawat primer memberikan
perawatan langsung secara total untuk klien.
d. Metode Kasus
Metode kasus adalah metode dimana perawat bertanggung jawab terhadap pasien
tertentu yang didasarkan pada rasio satu perawat untuk satu pasien dengan pemberian
perawatan konstan untuk periode tertentu.
e. Metode Modifikasi
Metode modifikasi adalah penggunaan metode asuhan keperawatan dengan
modifikasi antara tim dan primer.

Kajian Data
Berdasarkan hasil pengkajian pada tanggal 12-14 Februari 2018 dapat disimpulkan
bahwa ruang Perinatologi menerapkan metode fungsional dalam asuhan keperawatan, namum
dalam pelaksanaan ruangan menggunakan metode TIM. Dari hasil wawancara dengan kepala
ruangan dan perawat ruangan, menyatakan bahwa untuk mempermudah dalam
menyelesaikan tugas dan kecepatan tindakan maka ruangan dalam pelaksanaannya
menggunakan metode TIM.

1.3.3 Penerapan standar keperawatan


Sistem pendokumentasian yang berlaku diruangan Perinatologi adalah sistem SOR
(Source Oriented Record) yaitu suatu sistem pendokumentasian yang berorientasi dari
berbagai sumber tenaga kesehatan misalnya dari dokter, perawat, fisioterapi, kerohaniawan
dan lain-lain. Pendokumentasian asuhan keperawatan oleh perawat yang bertanggung jawab
pada pasien bersifat rutinitas.
Selain itu pendokumentasian yang berlaku di ruang Perinatologi sesuai dengan
KARS, 2015 dengan sistem pendokumentasian asuhan untuk setiap pasien direncanakan oleh
dokter penanggung jawab pelayanan (DPJP), perawat dan pemberi pelayanan kesehatan lain
dalam waktu 24 jam sesudah pasien masuk rawat inap, rencana asuhan pasien harus
individual dan berdasarkan data asesmen awal pasien, rencana asuhan dicatat dalam rekam
medis dalam bentuk kemajuan terukur pencapaian sasaran, kemajuan yang diantisipasi dicatat
atau direvisi sesuai kebutuhan; berdasarkan hasil asesmen ulang atas pasien oleh praktisi
pelayanan kesehatan, rencana asuhan untuk tiap pasien direview dan di verifikasi oleh DPJP
dengan mencatat kemajuannya, asuhan yang diberikan kepada setiap pasien dicatat dalam
rekam medis pasien oleh pemberi pelayanan
Berdasarkan hasil pengkajian pada tanggal 12-14 Februari 2018 diruang Perinatologi
dengan menggunakan instrument dokumentasi penerapan Standar Asuhan Keperawatan
(SAK) di Ruang Perinatologi dengan hasil evaluasi yaitu pengkajian yang dilakukan sudah
didokumentasikan dengan lengkap, diagnose keperawatan sudah dicantumkan, perencanaan
keperawatan sudah di cantumkan, tindakan keperawatan sudah sesuai dengan rencana dan
tindakan yang diberikan ke pasien, evaluasi sudah dilakukan setiap 24 jam dan sudah
didokumentasikan, namun edukasi dan informasi yang diberikan kepada keluarga pasien
tidak di tulis pada lembar edukasi dan informasi dan detelah melakukan tindakan ada
beberapa pada kolom tanda tangan tidak berisi paraf dan nama perawat yang melakukan
tindakan.

2.3.3 Uraian Tugas


Berdasarkan surat kepetusan Direktur no. 78 th. 2012 tentang pembentukan
struktur organisasi, uraian tugas dan persyaratan jabatan instalasirawat inap
makan uraian tugas semua tenaga kesehatan yang ada diruang perinatologi
sudah di tetapkan sebagai berikut:
1. Uraian tugas kepala ruangan:
a. Mengatur dan mengendalikan kegiatan pelayanan yang sesuai dengan lingkup
tugasnya
b. Merencanakan standar kebutuhan tenaga, alat/fasilitas/ untuk terlaksananya
asuhan
c. Pelayanan keperawatan dengan peningkatan mutu pelayanan
d. Mangatur, memanfaatkan dan memelihara alat dan fasilitas ruangan melalui
inventaris
e. Mengkoordinasikan seluruh kegiatan pelayanan dengan profesi lain atau unit
terkait
f. Mengatur dan mengkoordinasikan penigasan staf
g. Melakukan bimbingan dan pembinaan kinerja staf
h. Mengelola, memonitoring dan mengevaluasi terhadap pelaksanaan asuhan
keperawatan
i. Mengatur dan memelihara kebersihan dan ketertiban ruangan
2. Uraian tugas wakil kepala ruangan
a. Menyusun dan mengajukan permintaan kebutuhan alat/fasilitas,
srana/prasarana atas persetujuan ka ruangan sesuai dengan standar yang
berlaku
b. Mengatur dan mengawasi penerimaan, pemeliharaan alat-alat keperawatan dan
alat lain yang menjadi tanggung jawabnya
c. Menerima pendelegasian tugas dari karuangan
d. Melakukan supervise keperawatan secara berkala
e. Bimbingan dan pelaksanaan kebersihan, ketertiban dan keamanan lingkungan
f. Mengadakan inventarisasi alat melalui pengecekan langsung secara berkala
(3ulan sekali)
3. Pearawat Primer (PP)
a. Melakukan kegiatan administrasi di ruang tempat tugasnya
b. Melakukan pengendalian infeksi nosocomial
c. Melakukan suvey kepuasan pasien
d. Melakukan RDK, Ronde keperawatan
e. Melakukan orientasi anggota abru
f. Melakukan orientasi pasien baru
g. Memberikan PKMRS
h. Mengisi form perencanaan pulang
i. Membimbing mahasiswa
j. Melakukanevaluasi tindakan pelaksanaan askep
k. Membuat poenugasan v v v v v vf vf vf vf vfv f vf v v v
l. Melakukan pertukaran jaga
m. Menjaga privasi pasien
n. Mendampingi pasien dalam keadaan kritis
o. Melakukan kegiatan asuhan keperawatan
4. Perawat Asosiasi
a. Melakukan absensi datang pulang
b. Membuat laporan jaga
c. Membuat amprahandan perubahan makanan pasien
d. Melaksanakan operan setiap shift
e. Melakukan operan alat
f. Mengadakan pertemuan rutin
g. Menjaga kerahasiaan dokumen pasien
Kajian Data
Berdasarkan hasil pengkajian pada tanggal 12-14 Februari 2018 diruang Perinatologi
bahwa perawat ruangan sudah memahami tugas dantanggung jawabanya, sehingga dalam
pelaksaannnya sudah sesuai dengan uruaian tugas masing-masing perawat.
3.3.3 Metode praktik keperawatan professional
1. Timbang Terima
Timbang terima dilakukan tiga kali dalam sehari, yaitu pada pergantian sift malam ke
pagi (07.30), pagi ke sore (13.30) dan sore ke malam (19.30). Ruangan mengetahui hal-hal
prinsip tentang teknik penyampaian timbang terima ketika didepan pasien yang meliputi:
penggunaan volum suara yang cukup sehingga tidak mengganggu pasien di sebelahnya,
sesuatu yang dianggap rahasia disampaikan dengan bahasa medis, dll. Selalu ada interaksi
dengan pasien saat timbang terima berlangsung, minimal menanyakan apa yang di rasakan
pasien saat ini, dan perkembangannya. Lama timbang terima bervariasi tergantung kondisi
pasien, semakin banyak yang akan dilaporkan, semakin lama waktunya, menurut hasil
observasi biasanya tidak lebih dari 30 untuk.
Pelaporan timbang terima dicatat terima dicatat dalam buku khusus yang akan
ditandatangani oleh perawat yang melaporkan, perawat yang menerima laporan dan kepala
ruangan. Setelah pelaksanaan timbang terima, kepala ruangan mengadakan diskusi singkat
untuk mengetahui sekaligus mengevaluasi kesiapan sift selanjutnya. Kemudian timbang
terima akan ditutup oleh kepala ruangan. Timbang terima dilakukan di Nurse Station dan ke
kesemua pasien. Timbang terima di Ruang Perinalogi menerapkan komunikasi efektif &
teknik SBAR tetapi terkadang tidak berurutan dan tidak lengkap dalam penyampaian.

2. Ronde Keperawatan
Dari hasil wawancara dengan kepala ruangan, pelaksanaan ronde keperawatan di
ruang perinatologi belum optimal, hal ini dikarenakan jumlah pasien yang lebih banyak dari
jumlah perawat. Pelaksaan RDK belum dilaksanakan secara dan belum ada jadwal untuk
melakukan ronde keperawatan di ruang perinatologi.

3. RDK
RDK merupakan suatu metode pembelajaran dalam mengekplorasi dan merefleksikan
penghalaman seorang perawat/bidan yang mengacu kepada pemahaman terhadap standar.
RDK dilakukan dengan syarat Manajer Lini Pertama & Stafnya Sharing pengalaman dalam
praktik klinik, Kelompok 5 - 8 orang. RDK dilakukan dengan langkah – langkah yaitu:
Menyusun jadwal kegiatan RDK, Memilih/menetapkan kasus yang akan didiskusikan,
Memahami peran masing – masing personal, Pelaksanaan RDK, Penulisan laporan (Nurslam,
2012).
a. Pengelolaan Logistik dan obat
Data yang diperoleh tentang pengadaan sentralisasi obat adalah semua perawat
mengemukakan jawaban mengerti tentang sentralisasi obat. Di ruangan tersebut sudah
ada sentralisasi obat. Ini bias dilihat adanya ruangan khusus obat. Sedangkan
pelaksanan sentralisasi obat belum optimal. Penugasan SO didapatkan data 8 dari 11
pearawat (72,7%) memberi jawaban pernah mengurusi sentralisasi obat. Dan selama
ini format yang ada masih obat oral dan injeksi. Dan yang lain tercampur pada salah
satu dari keduanya
Adapun data tentang alur penerimaan obat yang didapat obat yang diperoleh
dari keluarga langsung dibawa ke ruang SO. Dan selama ini belum ada format
persetujuan sentralisasi obat untuk pasien.
Data tentang cara penyimpanan obat meliputi adanya ruangan khusus obat
sedangkan alat – alat kesehatan hanya sebagian ada dengan jumlah terbats. Selama ini
obat – obatan bagi pasien sendiri dengan etiket kepemilikan. Akan tetapi proses keluar
masuknya tidak didokumentasikan. Dan semua perawat mengatakan bahwa selalu
memberi etiket kepemilikan pada obat – obat yang ada.
Ada pun data yang diperoleh tentang cara penyiapan obat menunjukan bahwa
8 dari 11 perawat (72,7%) memberi jawaban bahwa tidak menginformasikan jumlah
kepemilikan sisa obat yang belum diberikan. Dan format yang ada hanya obat oral
dan injeksi selain itu tidak ada.
b. Discharge Planning
Dari hasil observasi yang dilakukan, discharge planning sudah dilaksanakan,
akan tetapi hanya dilaksanakan oleh sebagian perawat dan hanya dilaksakan saat
pasien akan pulang dan isinya hanya penjelasan tentang penyakit yang diderita pasien
dan cara mengatasi penyakitnya jika kambuh. Dalam melakukan discharge planning
perawat tidak pernah memberikan brosur maupun leaflet pada pasien, sehingga pasien
kadang lupa tentang penjelasan yang sudah diberikan oleh para perawat.
Dari hasil angket yang sudah disebarkan dan wawancara yang sudah dilakukan
pada perawat diruangan, didapatkan didapatkan hasil bahwa 8 perawat (72,7%)
mengatakan sudah memahami discharge planning dan sisanya belum memahami apa
sebenarnya discharge planning yang benar, kemudian hanya 6 perawat (54,5%) yang
bersedia melakukan discharge planning dan 8 perawat (72,7%) mengatakan bahwa
discharge planning hanya dilakukan saat pasien akan pulang. Kemudian 7 perawat
(63,6%) mengatakan bahwa mereka pernah diberi tugas untuk melakukan discharge
planning akan tetapi perintah untuk melakukan discharge planning hanya dilakukan
berupa perintah lisan oleh kepala ruangan. Dari 7 perawat (63,6%) mengatakan
mereka melakukan discharge planning dengan hanya menggunakan medial lisan,
yaitu hanya berbicara dengan pasien dan keluarga pasien.sedangkan bahasa yang
digunakan oleh perawat tersebut kebanyakan adalah bahasa Indonesia dalam
memberikan discharge planning dan sisanya menggunakan bahasa jawa dalam
memberikan discharge planning. Kemudian ada 8 perawat (72,7%) mengatakan
bahwa mereka tidakpernah melakukan pendokumentasiaan setelah melakukan
discharge planning.sedangkan dari hasil wawancara dengan kepala
ruangan,didapatkan bahwa memang selama ini tidak diberikan brousur maupun reaflet
saat melakukan discharge planning dan juga tidak disediakan anggaran khusus dalam
pelaksanaan discharge planning.

b. Supervisi
Dari observasi yang dilakukan mahaiswa PSIK saat melakukan praktek
manajemen keperawatan didapatkan data bahwa kelengkapan supervisi di ruangan
belum memenuhi standart yang telah di tetapkan. Saat supervisi injeksi IV dengan
kepala ruangan tidak tersedia alas untuk injeksi IV dan sebagaian perawat
mengabaikan persiapan yang harus dilakukan pada pasien.sedangkan format untuk
supervisi ruangan masih belum baku serta di ruangan hanya terdapat format supervisi
untuk injeksi IV. Di ruangan interna wanita, supervisi dilakukan setiap bulan oleh
kepala ruangan.Kepala ruangan secara langsung melakukan supervisi kepada ketua
tim dan ketua tim secara melakukan supervisi kepada perawat pelaksana. Kemudian
melaporkan hasil supervisi perawat pelaksana kepada kepala ruangan dan hasil ini di
jadikan dokumentasi untuk ruangan.
Dari wawancara dan angket dengan kepala beserta perawat ruangan
didapatkan data bahwa 8 (62%) orang pearawat telah memahami tentang supervisi
dan 4 (31%) orang perawat telah mendapatkan pelatihan dan sosialisasi tentang
supervisi.
Mengingat perlunya perhatian ekstra untuk ruangan, maka kepala ruangan
menyampaikan hasil penilaian dari supervisi kepada perawat secara fair sesuai dengan
hasil yang di dapat. Sedangkan untuk feedback sebagaian perawat mengeluhkan
kurang puas.dan untuk pemecahan masalahdari hasil supervisi belum dilaksanakan
secara optimal. Dari angket yang diberikan mahasiswa didapatkan 7 orang perawat
menyatakan kurang mempunyai motivasi untuk berubah.

c. Dokumentasi
Dari observasi yang dilakukan, model dokumentasi kepaerawatan yang
digunakan di ruang interna wanita adalah model dokumentasi POR. Dokumentasi
kepearawatan yang dilakukan meliputi pengkajian menggunakan sistem Head To Toe
dan ROS, Serta diagnosa keperawatan sampai dengan evaluasi menggunakan SOAP.
Format pengkajian sudah ada dan dapat memudahkan perawat dalam
pengkajian dan pengisiannya. Sistem pendokumentasiaanya. Sistem
pendokumentasiaanya masih dilakukan secara manual ( belum ada komputerisasi).
Catatan keprawatan berisikan jawaban terhadap nasihat dokter & tindakan mandiri
perawat, tetapi belum semua tindakan didokumentasikan. Dari hasil angket yang
sudah disebarkan didapat 8 perawat(72,7%) mengatakan mengerti cara pengisian
format dokumetasi yang digunakan ruangan dengan benar & tepat. Namun pelatihan
pelatihan tentang cara pendokumentasian keperawatan yang benar masih terus
diadakan.
Dokumentasi Asuhan keperawatan tidak dilaksanakan segera setelah pasien
masuk atau terjadi masalah keperawatan, tetapi kadang kadangdilengkapi saat mau
pulang atau apabila keaadan memungkinkan. Dan dar hasil angket didapatkan 6
perawat (54,5%) mengatakan melakukan dokumentasi segera setelah melakukan
tindakan. Catatan perkembangan pasien kurang berkesinambungan danb kurang
lengkap, serta respon dari pasien kurang terpantau dalam lembar evaluasi. Dari 20
rekam medis pasien yang ada hanya 12 rrekam medis yang ditulis lengkap dan tepat
waktu
Sedangkan untuk efisiensi dan efektifitas model pendokumentasian dapat
dilihat dari hasil angket yang menyebutkan bahwa 6 perawat (54,5%) mengatakan
model dokumentasi yang digunakan menyita banyak waktu, tetapi ada 8 perawat
(72,7%) mengatakan format yang digunakan sangat membantu dalam melakukan
pengkajian pasien.
LANGKAH 2 (ANALISA DATA / SWOT)
N ANALISA “SWOT” BOBOT RATING BOBOT X RATING
O
1. M1(Man)
A. Internal Faktor (IFAS)
STRENGHT
a. Jenis ketenagaan 0,3 3 0,9 S-W=
S1 keperawatan : 2 3,45-
D3 keperawatan : 4 1,45=
SPK : 7 2
Mahasiswa PSIK : 10
Tata Usaha : 1
Cleanning Service : 3
Ahli gizi : 2
POS : 5
b. Struktur organisasi sudah baik 0,25 4 1
c. Pembagian tugas di ruangan 0,25 3 0,75
secara struktural sudah baik
d. Kinerja perawat di ruangan 0,2 4 0,8
sudah baik
TOTAL 1 3,45
WEAKNES
a. Pelaksanaan pembagian 0,3 3 0,9
tugas belum jelas
b. Sebagian besar perawat 0,2 2 0,4
masih berlatar pendidikan
SPK
c. Perawat merasa 0,5 3 0,15
membutuhkan kesempatan
dan beasiswa untuk
melanjutkan ke jenjang
pendidikan yang lebih tinggi
TOTAL 1 1,45
B. Ekternal Faktor (EFAS)
OPPORTUNITY
a. Adanya kebijakan RS untuk 0,45 4 1,8 O-T=
perawat mendapatkan 3,45-
beasiswa dan kesempatan 2,55=
untuk kuliah maupun seminar 1,1
pelatihan keperawatan
b. Adanya mahasiswa PSIK 0,15 3 0,45
yang sedang praktek
c. Adanya kebijakan pemerintah 0,2 4 0,8
tentang profesionalisasi
perawat
d. Perawat mendapatkan 0,2 3 0,6
kesempatan untuk mengambil
cuti 1 x dalam seminggu

TOTAL 1 3,65
THREATENED
a. Tuntutan masyarakat tentang 0,55 3 1,65
perawatan yang profesional
b. Kebijakan memberi 0,45 2 0,9
kesempatan perawat asing
untuk masuk RS
TOTAL 1 2,55
2 M2 (Material)
A. Internal Faktor (IFAS)
STRENGHT
a. Sarana dan prasarana diruang 0,2 4 0,8 S-W=
rawat inap interna sudah cukup 3,0-2,3=
baik. 0,7
b. Setiap pagi dan sore ruangan 0,1 3 0,3
dibersihkan oleh petugas
cleaning service dan kondisi
ruangan cukup tenang.
c. Semua perawat mampu 0,1 3 0,3
menggunakan fasilitas dan
bahan kesehatan yang ada
dengan baik.
d. Kondisi administrasi penunjang 0,1 2 0,2
cukup baik
e. Fasilitas untuk pasien seperti 0,1 4 0,4
tempat tidur, meja pasien, kipas
angin, kursi roda, branchart,
jam dinding, timbangan, dapur,
wastafel dapat mencakup
kebutuhan pasien dan
kondisinya cukup baik
f. Nursing station berada di 0,1 2 0,2
tengah ruangan disebelah ruang
staf dokter dan ruang pasien
kelas 2
g. Terdapat 10 ventilasi udara 0,1 2 0,2
dengan kondisi cukup baik
h. Fasilitas dan bahan kesehatan 0,1 4 0,4
yang ada diruang interna
kondisinya baik kecuali
ambubag dan manometer O2
i. Terdapat administrasi 0,1 2 0,2
penunjang.
TOTAL 1 3,0
WEAKNES
a. Ruang karu tersendiri di 0,35 2 0,7
sebelah ruang staf dokter,
idealnya jadi satu dengan
nurse station
b. Nurse station hanya ada satu 0,1 3 0,3
c. Fasilitas Kamar mandi dan 0,25 2 0,5
WC untuk pasien perlu
ditambah 1 kamar mandi
d. Kamar mandi untuk perawat 0,1 2 0,2
hanya ada 1
e. Fasilitas dan bahan 0,2 3 0,6
kesehatan yang ada di ruang
interna: ember sampah
pasien, lampu darurat,
standart baskom, manometer
O2 lengkap standart O2 dan
thermometer perlu ditambah
TOTAL 1 2,3
B. Ekternal Faktor (EFAS)
OPPORTUNITY
a. Fasilitas untuk pasien: kipas 0,4 3 1,2 O-T=
angin dan brancart perlu di 3,6-3=
kurangi 0,6
b. Fasilitas dan bahan 0,6 4 2,4
kesehatan yang ada di
ruang interna perlu
dikurangi kecuali ember
sampah pasien, lampu
darurat, standart baskom,
manometer O2 lengkap
standart O2
TOTAL 1 3,6
THREATENED
a. Kadang-kadang perawat 1 3 3
mengobrol dan menggosip di
nurse station
TOTAL 1 3
3 M3 (METHOD)
MAKP
A. Internal Faktor (IFAS)
STRENGHT
a. RS memiliki visi, misi, dan 0,1 2 0,2 S-W=
motto sebagai acuan 2,9 – 2,5
melaksanakan kegiatan = 0,4
pelayanan
b. Sebagian besar perawat 0,2 4 0,8
menyatakan mengerti/
memahami model asuhan
keperawatan yang di
gunakan dan tidak terlalu
membebani kerja
c. MAKP yang di gunakan TIM 0,1 2 0,2
sesuai dengan visi missi
ruangan
d. MAKP yang digunakan 0,1 3 0,3
sudah efektif dan efisien
e. Tidak ada penurunan 0,1 2 0,2
kepercayaan pasien rujukan
dari puskesmas dan klinik
lain
f. Komunikasi antar profesi 0,1 2 0,2
terlaksana cukup baik
g. Rencana askep antar shif 0,2 3 0,6
berkelanjutan didukung
dengan adanya data
dokumentasi
h. Sebagian besar perawat telah 0,1 4 0,4
melaksanakan tugasnya
sesuai standar yang telah di
tetapkan
TOTAL 1 2,9
WEAKNES
a. Kurangnya sumber daya 0,3 2 0,6
yang ada jadi pelayanan
kurang optimal
b. Ketidakseuaian job dis 0,5 3 1,5
dengan lulusan akademik
yang berbeda tingkatannya.
c. Sebagian kecil perawat 0,2 2 0,4
kurang mengetahui
kebutuhan perawatan pasien
yang sedang di alami
TOTAL 1 2,5
B. Ekternal Faktor (EFAS)
OPPORTUNITY
a. Masalah pembiayaan terpusat 0,6 3 1,8 O–T=
langsung. 3–2=1
b. Adanya teguran dari ketua 0,4 3 1,2
TIM tentang kinerja yang
telah dilaksanakan berupa
masukan-masukan
TOTAL 1 3
THREATENED
a. Makin tingginya kesadaran 1 2 2
masyarakat akan pentingnya
kesehatan di buktikan
dengan kritikan yang di
terima oleh ruangan.
TOTAL 1 2
TIMBANG TERIMA
A. Internal Faktor (IFAS)
STRENGHT
a. Timbang terima dipimpin 0,2 2 0,4 S–W=
langsung oleh kepala ruangan 2,5 – 2,3
b. Adanya laporan jaga setiap 0,1 3 0,3 = 0,2
shif
c. Adanya kesiapan perawat 0,1 3 0,3
dalam melakukan timbang
terima
d. Seluruh perawat mengetahui 0,2 2 0,4
prinsip tentang penyampaian
timbang terima
e. adanya interaksi dengan 0,2 3 0,6
pasien saat timbang terima
f. durasi timbang terima 0,1 2 0,2
berfarisai tergantung kondisi
pasien
g. timbang terima di catat 0,1 3 0,3
dalam buku khusus
TOTAL 1 2,5
WEAKNESS
a. Timbang terima dilakukan 2 0,4 2 0,8
kali sehari
b. Isi timbang terima belum 0,3 2 0,6
terdokumentasikan dengan
baik
c. Masih banyak timbang 0,3 3 0,9
terima tentang masalah medis
TOTAL 1 2,3
B. Eksternal Faktor (EFAS)
OPPORTUNITY
a. Adanya interaksi dan 0,6 3 1,8 O–T=
klarifikasi tentang timbang 3,0 – 3,5
terima yang dilakukan = -0,5
b. kepala ruangan mengadakan 0,4 3 1,2
diskusi setelah timbang
terima untuk evaluasi
TOTAL 1 3,0
THREATENED
a. Perawat mengaku kesulitan 0,3 4 1,2
dalam mendokumentasikan
laporan timbang terima
b. Pendokumentasian masih 0,5 3 1,5
terbatas sehingga rencana
tindakan belum spesifik
c. Pelaksanaan timbang terima 0,2 4 0,8
tidak sesuai dengan jadwal
TOTAL 1 2,2
RONDE KEPERAWATAN
A. Internal Faktor (IFAS)
STRENGHT
a. Sebagian besar perawat tahu 0,3 2 0,6 S-W
tentang ronde keperawatan =2,4-4
b. TIM yang di bentuk dalam 0,2 3 0,6 = - 1,6
pelaksanaan ronde
keperawatan mampu dalam
melaksanakan tugasnya
c. Adanya kemauan perawat 0,3 2 0,6
untuk berubah
d. Topik dan kasus yang di 0,2 2 0,6
bahas dalam keperawatan
sesuai dengan masalah yang
ada di ruangan
TOTAL 1 2,4
WEAKNESS
a. Pelaksanaan ronde 0,6 4 2,4
keperawatan di ruang interna
belum optimal
b. Jumlah tenaga perawat tidak 0,4 4 1,6
seimbang dengan jumlah
pasien
TOTAL 1 4
B. Eksternal Faktor (EFAS)
OPPORTUNITY
a. TIM yang di bentuk berkisar 0,3 3 0,9 O-T=
3-4 perawat dalam yang 2,3-2=
dipimpin oleh karu 0,3
b. Pelatihan dan diskusi terkait 0,7 2 1,4
dengan masalah yang terjadi
di ruangan telah dilaksanakan
TOTAL 1 2,3
THREATENED
a. Adanya tuntutan yang lebih 1 2 2
tinggi dari masyarakat untuk
mendapatkan pelatanan yang
lebih profesional
TOTAL 1 2
PENGELOLAAN LOGISTIK DAN OBAT
A. Internal Faktor (IFAS)
STRENGHT
a. Semua perawat memahami 0,3 3 0,9 S–W=
tentang sentralisasi obat 2,8 – 2,9
b. Adanya ruangan khusus obat 0,15 3 0,45 = -0,1
c. Adanya kemauan perawat 0,25 2 0,75
dalam melakukan sentralisasi
obat
d. Semua perawat selalu 0,3 3 0,9
memberi etiket kepemilikan
tentang cara penyimpanan
obat-obat yang ada
TOTAL 1 2,8
WEAKNESS
a. Pelaksanaan sentralisasi obat 0,1 4 0,4
belum optimal
b. Format sentralisasi obat yang 0,1 2 0,2
ada masih obat oral dan
injeksi
c. Belum ada format 0,25 4 1,0
persetujuan sentralisasi obat
untuk pasien
d. Proses pendokumentasian 0,1 4 0,4
keluar masuknya obat kurang
optimal
e. Perawat tidak 0,35 2 0,7
menginformasikan jumlah
kepemilikan sisa obat yang
belum diberikan
f. Keterbatasan sebagian 0,1 2 0,2
jumlah alat-alat kesehatan.
TOTAL 1 2,9
B. Eksternal faktor(EFAS)
OPPORTUNITY
a. alur penerimaan obat yang 1 3 3 O–T
didapat dari keluarga =3–2
langsung dibawa ke ruang =1
SO.
TOTAL 1 3
THREATENED
a. resiko tuntutan pasien karena 1 2 2
sebagaian perawat tidak
menginformasikan jumlah
sisa kepemilikan obat
TOTAL 1 2
DISCHARGE PLANNING
A. internal faktor (IFAS)
STRENGHT
a. adanya kemauan 0,3 2 0,6 S –W
memberikan discharge =2–3,45
planing pada pasien = -1,45
b. sebagian perawat sudah 0,7 2 1,4
memahami discharge planing
TOTAL 1 2
WEAKNESS
a. Discharge planning sudah 0,2 4 0,8
dilaksanakan akan tetapi
hanya dilaksanakan sebagian
perawat
b. Discharge planing 0,15 3 0,45
dilaksanakan saat pasien
akan pulang dan isinya hanya
penjelasan tentang penyakit
yang di derita psien dan vara
mengatsi penyakitnya jika
sembuh
c. Tidak tersedianya leaflet dan 0,15 4 0,6
brosur saat melakukan
discharge planing
d. Pemberian discharge planing 0,1 4 0,4
hanya secara lisan sehingga
pasien sering lupa tentang
penjelasan yang di berikan
e. Bahasa discharge planing 0,2 3 0,4
hanya kebanyakan bahasa
indonesia
f. Perawat tidak pernah 0,2 4 0,8
melakukan
pendokumentasian setelah
discharge planing
TOTAL 1 3,45
B. Eksternal faktor (EFAS)
OPPORTUNITY
a. Tidak disediakan anggaran 1 2 2 O–T
khusus dalam pelaksanaan = 1-1
discharge planing =1
TOTAL 1 2
THREATENED
a. Adanya tuntutan masyarakat 1 1 1
yang lebih tinggi dalam
menerima pendidikan
kesehatan
SUPERVISI
A. Internal Faktor (EFAS)
STRENGHT
a. Kepala ruangan 0,3 2 0,6 S-W=
menyampaikan hasil 2,4-2,3 =
penilaian dari supervisi 0,1
secara fair
b. Kepala ruangan mendukung 0,4 3 1,2
dan melaksanakan supervisi
c. Hasil pelaksanaan supervisi 0,3 2 0,6
telah di dokumentasikan
dengan jelas
TOTAL 1 2,4
WEAKNESS
a. Mahasiswa PSIK yang 0,3 3 0,9
sedang melakukan praktik
MANKEP belum memenuhi
standar yg telah ditetapkan
b. Belum mempunyai format 0,35 2 0,7
yang baku dalam
pelaksanaan supervisi
c. Perawat masih belum 0,35 2 0,7
mempunyai motivasi untuk
berubah
TOTAL 1 2,3
B. Eksternal Faktor (EFAS)
OPPORTUNITY
a. Adanya mahasiswa Fakultas 0,4 2 0,8 O-T =
Keperawatan yang praktik 2,6-2,3=
manajemen keperawatan 0,3
b. Adanya reward dalam 0,3 3 0,9
bentuk pelatihan dan
sosialisasi tentang supervisi
bagi yang melaksanakan
pekerjaan dengan baik
c. Adanya interaksi yg 0,3 3 0,9
dilakukan oleh kepala
ruangan dengan perawat
berupa wawancara dan
angket
TOTAL 1 2,6
THREATENED
a. Adanya feed back yang 0,3 3 0,9
kurang baik yang
dikeluhkan oleh perawat
b. Persiapan injeksi yang 0,7 2 1,4
dilakukan oleh kepala
ruangan masih belum
optimal
TOTAL 1 2,3
DOKUMENTASI
A. Internal Faktor (IFAS)
STRENGHT
a. Sudah ada format model 0,3 3 0,9 S-W=
dokumentasi keperawatan 2,4-
b. Sistem yang di gunakan 0,1 2 0,2 2,9=--0,5
dalam model asuhan
keperawatan sudah
menggunakan ROS dan
SOAP
c. Sebagian besar perawat 0,1 3 0,3
mengerti cara mengisi format
pendokumentasian secara
benar dan tepat
d. Pendokumentasian segera 0,1 3 0,3
dilaksanakan setelah
melakukan tindakan
e. Sebagian rekam medis pasien 0,15 2 0,3
ditulis dengan lengkap dan
tepat waktu
f. Perawat mengatakan format 0,2 2 0,4
yang diguankan sangat
membantu dalam melakukan
pengkajian pada pasien
TOTAL 1 2,4
WEAKNESS
a. Dalam catatan keperawatan 0,1 4 0,4
tindakan belum semua di
dokumentasikan
b. Pendokumentasian tidak 0,2 3 0,6
dilaksanakan segera setelah
pasien masuk
c. Catatan perkembangan psien 0,2 3 0,6
kurang berkesinambungan
dan kurang lengkap
d. Respon pasien kurang 0,3 3 0,9
terpantau dalam lembar
evaluasi
e. Perawat mengatakan model 0,2 2 0,4
dokumentasi yang di
gunakan menambah beban
kerja perawata dan menyita
banyak waktu
TOTAL 1 2,9
B. Eksternal Faktor (EFAS)
OPPORTUNITY
a. Pelatihan tentang cara 1 2 2 O-T
pendokumantsian =2-1
keperawatan yang benar =1
masih terus diadakan
TOTAL 1 2
THREATENED
a. Adanya tuntutan masyarakat 1 1 1
untuk mendapatkan
pelayanan yang baik dengan
adanya pendokumentasian
yang tepat
TOTAL 1 1

LANGKAH 3 (DIAGRAM LAYANG ANALISIS SWOT PENGKAJIAN)


O

1,5

(-0,1 ; 1) (2 ;1,1)
(-1, 45 ; 1) (0,4 ; 1)
(-0,5 ; 1) 1
(0,7 ; 0,6)

(-1,6 ; 0,3) 0,5


(0,1 ; 0,3)

W S
2 -1,5 -1 -05 0,5 1 1,5 2

-0,5
(0,2 ; -0,5)

-1

-1,5

-2

Keterangan :
(TT) = Timbang Terima
(MAKP) = Model Asuhan Keperawatan Profesional
(SV) = Supervisi
(SO) = Sentralisasi Obat
(RK) = Ronde Keperawatan
(DK) = Dokumentasi Keperawatan
(SP) = Sarana dan Prasarana
(DP) = Discharge Planning
(SDM) = Sumber Daya Manusia

LANGKAH 4 (IDENTIFIKASI MASALAH)


a. Identifikasi Masalah
Setelah dilakukan analisis situasi dengan menggunakan pendekatan SWOT maka
kelompok dapat merumuskan masalah sebagai berikut :

1. Pada M1 pembagian struktur organisasi sudah baik namun untuk pelaksanaan


pembagian tugas belum jelas.

2. Pada M2 ruang karu tersendiri di sebelah ruang staf dokter, idealnya jadi satu dengan
nurse station.

3. MAKP yang digunakan sudah efektif dan efisien namun kurangnya sumber daya
tenaga yang ada sehingga mengakibatkan pelayanan kurang optimal.
4. Seluruh perawat mengetahui tentang teknik penyampaian timbang terima namun
materi timbang terima belum terfokus pada masalah keperawatan.

5. Sebagian perawat tahu tentang ronde keperawatan dan TIM yang dibentuk dalam
ronde keperawatan mampu dalam melaksanakan tugasnya namun pelaksanaan ronde
di ruang interna belum optimal karena jumlah pasien dan perawat tidak seimbang.

6. Semua perawat memahami tentang sentralisasi obat namun pelaksanaan sentralisasi


obat belum optimal.

7. Sebagian besar perawat sudah memahami discharge planning namun hanya sebagian
yang melaksanakannya dan belum didokumentasikan.

8. Supervisi sudah berjalan dan hasil pelaksanaannya telah didokumentasikan dengan


baik namun belum ada format supervisi.

9. Sistem pendokumentasian sudah dilakukan memakai model SOR dan sebagian besar
perawat mengerti cara mengisinya namun seluruh tindakan belum semua
didokumentasikan dan pendokumentasiannya tidak dilaksanakan segera.

b. Prioritas Masalah
Masalah Skor Analisis Swot Prioritas

IFAS EFAS

Ronde Keperawatan -1,6 0,3 1

Discharge Planning -1,4 1 2

Timbang Terima 0,2 -0,5 3

Supervisi 0,1 0,3 4

Dokumentasi -0,5 1 5

Pengelolaan Logistik dan -0,1 1 6


Obat
M2 0,7 0,6 7

MAKP 0,4 1 8

M1 2 1,1 9

Berdasarkan rumusan masalah diatas 3 masalah teratas : ronde keperawatan, discharge


planning dan timbang terima, maka kelompok mengangkat prioritas masalah yang akan
diselesaikan yaitu discharge planning dengan alasan:

a. Dari hasil observasi yang dilakukan, discharge planning hanya dilaksanakan oleh
sebagian perawat dan hanya dilaksakan saat pasien akan pulang dan isinya hanya
penjelasan tentang penyakit yang diderita pasien dan cara mengatasi penyakitnya jika
kambuh.
b. Dalam melakukan discharge planning perawat tidak pernah memberikan brosur maupun
leaflet pada pasien, sehingga pasien kadang lupa tentang penjelasan yang sudah diberikan
oleh para perawat.
c. Dari hasil angket yang sudah disebarkan dan wawancara yang sudah dilakukan pada
perawat diruangan, didapatkan sebagian kecil perawat belum memahami apa sebenarnya
discharge planning yang benar, dan hanya sedikit perawat yang melakukan discharge
planning.
d. Delapan perawat (72,7%) mengatakan bahwa discharge planning hanya dilakukan saat
pasien akan pulang. Kemudian 7 perawat (63,6%) mengatakan bahwa mereka pernah
diberi tugas untuk melakukan discharge planning akan tetapi perintah untuk melakukan
discharge planning hanya dilakukan berupa perintah lisan oleh kepala ruangan.
e. Dari 7 perawat (63,6%) mengatakan mereka melakukan discharge planning dengan hanya
menggunakan medial lisan, yaitu hanya berbicara dengan pasien dan keluarga pasien,
sedangkan bahasa yang digunakan oleh perawat tersebut kebanyakan adalah bahasa
Indonesia dalam memberikan discharge planning dan sisanya menggunakan bahasa jawa
dalam memberikan discharge planning.
f. Kemudian ada 8 perawat (72,7%) mengatakan bahwa mereka tidak pernah melakukan
pendokumentasiaan setelah melakukan discharge planning, sedangkan dari hasil
wawancara dengan kepala ruangan, didapatkan bahwa memang selama ini tidak diberikan
brousur maupun leaflet saat melakukan discharge planning dan juga tidak disediakan
anggaran khusus dalam pelaksanaan discharge planning.
LANGKAH 5 (RENCANA STRATEGI) dan pengetahuan
tentang keperawatan
30% pertahun
4. Beban kerja
perawat sesuai
dengan tugasnya

2. M2- Sarana dan Mengusulkan : Kepala


Material prasarana 1. Perawatan sarana 1. Adanya perawatan Ruangan
Sarana untuk tindakan dan prasarana secara sarana dan prasarana
dan Pra perawatan berkala dan lebih secara berkala (setiap
sarana sudah tersedia intensif. 6 bulan).
dan 2. Melaporkan jumlah 2. Mengetahui jumlah
keadaannya dan keadaan inventaris dan keadaan
masih baik saat timbang terima inventaris pada setiap
(dengan penanggung timbang terima.
jawab tersendiri/tidak 3. Koordinasi antara
harus perawat). karu dan perawat
3. Pengaturan ruangan lebih efektif
untuk karu dengan 4. Mengurangi beban
nurse station diatur kerja perawat dalam
seideal mungkin perawatan dan
4. Pengurangan sterilisasi
inventaris yang
berlebihan
3. M3– Mampu 1. Mendiskusikan setiap 1. Kepala
Methode meningkatkan hambatan yang dalam Agar apabila ada Ruangan
MAKP penerapan penerapan model hambatan dapat
MAKP primary nursing. segera diselsaikan
primary 2. Merencanakan 2.
Nursing kebutuhan tenaga Terjadi keseimbangan
pemula. perawat. antara jumlah
3. Melakukan pembagian perawat dalam
peran perawat dan memenuhi
menentukan diskripsi kebutuhan pasien
tugas dan tanggung 3.
jawab perawat sesuai Adanya kesesuaian job
tingkat pendidikannya. dis pada perawat
4. Pemberian pelatihan dengan tingkat
tentang cara pemenuhan pendidikan yang
kebutuhan pasien berbeda
4.
Peningkatan
pemahaman
perawat tentang
cara pemenuhan
kebutuhan pasien.
4. Supervisi Mampu 1. Memotivasi perawat 1. Pemberian reward Kepala
menerapkan unuk berubah kepada perawat Ruangan
supervisi 2. Mengusulkan untuk sesuai dengan hasil
keperawatan membuat format yang yang didapat dari
dengan benar. baku dalam pelaksanaan hasil penilaian
supervisi. supervisi.
3. Mengusulkan 2. Menyusun format
pemecahan masalah yang baku untuk
yang optimal dari hasil pelaksanaan supervisi
supervisi agar hasil supervisi
lebih jelas.
3. Pemecahan masalah
dari hasil supervisi
optimal dan perawat
puas terhadap hasil
supervisi
5. Discharge Discharge 1. Mengusulkan agar 1. Perawat
planning planning perawat mengikuti Peningkatan skill dan Primer
dilaksanakan pelatihan discharge pemahaman tentang
secara optimal planning. discharge planning.
dan 2. Menyusun materi 2.
terdokumen- discharge planning Setiap klien mulai
tasi dengan 3. Menentukan jadwal masuk sampai
baik. pelaksanaan discharge pulang sudah
planning. mendapatkan
4. Mensosialisasikan discharge planning
pelaksanaan discharge dengan
planning. menyertakan kartu
5. Mengusulkan untuk discharge planning.
pembuatan leaflet dan 3.
brosur untuk discharge Peningkatan
planning. pemahaman dan
6. Mengusulkan untuk pengetahuan klien
pendokumentasian tentang penyakit
rutin setelah discharge yang diderita dan
planning cara mengatasinya.
4.
Pendokumentasian
discharge planning
secara rutin dapat
dilaksanakan secara
opitmal

6. Ronde Ronde 1. Menyusun proposal 1. Perawat


Keperawat keperawatan kegiatan ronde Setiap kasus dan topic Primer
an terlaksana keperawatan (strategi yang dibahas dalam
dengan dan materi). ronde keperawatan
optimal dan 2. Menyusun materi sesuai dengan
teratur. kegiatan ronde masalah yang ada di
keperawatan ruangan dan kasus
3. Melaksanakan ronde yang memerlukan
keperawatan. perhatian khusus.
4. Mensosialisasikan 2.
kegiatan ronde Ronde minimal
keperawatan dilakukan 1x dalam
1 bulan.
7. Timbang Timbang 1. Menentukan 1. Timbang terima Perawat
Terima terima penanggung jawab dilakukan di nurse Primer
dilakukan timbang terima untuk station dan di pasien.
secara optimal tiap-tiap shift. 2. Isi timbang terima
dan 2. Menyusun dan tentang masalah
terdokumen- membuat format keperawatan yang
tasi. timbang terima pasien sudah dan belum
serta petunjuk teknis teratasi.
pengisiannya. 3. Timbang terima
3. Melaksanakan timbang terdokumen-tasi
terima. dengan baik.
4. Mengusulkan untuk 4. Pelaksanaan timbang
mencantumkan masalah terima dilaksanakan
keperawatan 3x sehari setiap
pergantian shift.
5. Setiap timbang terima
diharapkan tiap
perawat
mencantumkan
masalah keperawatan.
8. Pengelolaa Sentralisasi 1. Menentukan 1. Seluruh obat pasien Perawat
n logistic obat penanggung jawab sudah tersentralisasi Primer
dan Obat dilaksanakan Sentralisasi obat. dengan baik.
secara optimal. 2. Melaksanakan 2. Ada format
sentralisasi obat klien pemberian obat dan
bekerja sama dengan serah terima obat.
perawat, dokter dan 3. Pelaksanaan
bagian farmasi. pendokumentasian
3. Mendokumentasi-kan pengelolaan
hasil pelaksanaaan sentralisasi obat
pengelolaan sentralisasi secara optimal.
obat. 4. Adanya informed
4. Membuat format consent.
pencatatan sentralisasi
obat.
5. Mengusulkan perawat
untuk
menginformasikan
kepemilikan sisa obat
yang belum diberikan.
9. Dokument Dokumentasi 1. 1. pendokumentasian
asi keperawatan mengusulkan dan pelaksanaannya
dilakukan pendokumentasian dilakukan secara
dengan baik. setiap tindakan optimal
keperawatan. 2. membuat catatan
2. perkembangan yang
Pelaksanaan berkesinambungan
pendokumentasian dan lengkap.
segera setelah tindakan 3. setiap respon paien
keperawatan. terpantau dalam
3. lembar evaluasi.
Mengusulkan catatan 4. memperbaharui model
perkembangan yang dokumentasi yang
berkesinambungan dan tidk menambah beban
lengkap kerja perawat.
4.
Respon pasien terpantau
dalam lembar evaluasi.
5.
Mengusulkan pembuatan
dokumentasi yang tidak
menambah beban kerja
perawat.

Anda mungkin juga menyukai