Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Pelayanan rawat inap adalah pelayanan terhadap pasien masuk rumah sakit
yang menempati tempat tidur perawatan unutk keperluan observasi, diagnosa,
terapi, rehabilitasi medik dan atau pelayanan medik lainnya. Kemajuan dalam
pengobatan modern dan munculnya klinik rawat komprehensif memastikan bahwa
pasien hanya dirawat di rumah sakit ketika mereka betul-betul sakit, telah
mengalami kecelakaan, pasien yang perlu perawatan intensif atau observasi ketat
karena penyakitnya.
Pelayanan keperawatan berfokus kepada aspek pencegahan, promosi
kesehatan dan berlandaskan kemitraan merupakan hal penting yang dapat
membantu menurunkan angka kematian seseorang. Pelayanan keperawatan yang
bermutu ditentukan oleh faktor input dan proses dari pelayanan itu sendiri. Faktor
input dari pelayanan diantaranya meliputi kebijakan, tenaga yang melayani, sarana
dan prasarana, standar asuhan kebidanan dan standar lain atau metode yang
disepakati. Sedangkan faktor proses adalah suatu kinerja dalam mendayagunakan
input yang ada dalam interaksi antara perawat dengan pasien yang meliputi
penampilan kerja sesuai dengan standar dan etika keperawatan. Sehingga
diperlukan adanya pengkajian pada ruangan perawat untuk mengetahui apakah
sudah sesuai standar dan mutu yang ditentukan dari faktor input dan proses
pelayanan yang sudah ditetapkan tersebut.
Manajemen keperawatan merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan
proaktif dalam menjalankan suatu kegiatan di organisasi. Kualitas suatu pelayanan
khususnya pelayanan keperawatan sangat tergantung dari berbagai aspek antara
lain pengetahuan, ketrampilan dan strategi dalam mengelola sumber daya secara
efektif dan efisien agar tercapainya kepuasan klien/pasien dalam pengertian yang
lebih luas yaitu aman dan nyaman. Pengelolaan suatu unit/ruang rawat melibatkan
berbagai pihak antara lain: dokter, perawat dan profesi kesehatan lainnya,
klien/pasien dan keluarganya, oleh karena itu perlu dikelola secara professional.
Pendekatan yang dilakukan dalam praktik manajemen keperawatan pada tahap ini

1
adalah model praktek keperawatan profesional (MPKP) yang diintegrasikan
kedalam pengembangan manajemen kinerja klinik (PMKK) bagi first line
manager yang relevan dan sinergis dengan penerapan proses keperawatan sebagai
satu metode pelaksanaan asuhan keperawatan. Pendekatan melalui manajemen
kinerja klinik pada praktik profesi sangat relevan mengingat strategi
pembelajarannya yang pratikal, berfokus kepada peningkatan mutu secara terus
menerus dan berkelanjutan (continous quality improvement).
RSUD WangayaKota Denpasar merupakan pusat pelayanan kesehatan untuk
Bali Selatan. RSUD Wangaya Kota Denpasar merupakan RSUD Tipe B
pendidikan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada seluruh lapisan
masyarakat. Ruang DaraRSUD Wangaya Kota Denpasar merupakan sebuah unit
pelayanan yang berfungsi sebagi ruang rawat inap untuk pasien bersalin ( nifas )
selama 24 jam.

1.2 TUJUAN
1.2.1 TUJUAN UMUM
Setelah melaksanakan kegiatan praktik manajemen keperawatan, diharapkan
mahasiswa mampu melakukan pengkajian sesuai fungsi manajemen POAC
berdasarkan 5 m secara kelompok dan melakukan deseminasi awal.
1.2.2 TUJUAN KHUSUS
1. Melakukan pengkajian situasi ruangan di Ruang DaraRSUD Wangaya Kota
Denpasar.
2. Melakukan analisa data berdasarkan standar dengan menggunakan fish bone
diagram.
3. Merumuskan rumusan dan prioritas permasalahan.
4. Menetapkan seleksi alternative permasalahan.
5. Menyusun plan of action.

1.3 METODE
Metode yang digunakan dalam melakukan pengumpulan data untuk
mengidentifikasi masalah dilakukan dengan metode:
1. Observasi

2
Observasi dilakukan untuk dapat memperoleh data kondisi fisik ruangan,
proses pelayanan inventaris ruangan, dan asuhan keperawatan yang langsung
dilakukan ke pasien.
2. Wawancara
Wawancara dilakukan kepada kepala ruangan, perawat untuk mengumpulkan
data tentang proses orientasi pasien baru dan pelayanan pasien.
3. Studi dokumentasi
Kegiatan dilakukan untuk pengumpulan data mengenai karakteristik pasien,
ketenagaan, dokumentasi proses keperawatan.

1.4 MANFAAT
1. Bagi Pasien
Terpenuhinya kebutuhan klien secara holistik dan tercapainya kepuasan klien
terhadap praktik pelayanan keperawatan.
2. Bagi Perawat
1) Tercapainya tingkat kepuasan kerja optimal.
2) Terbinanya hubungan baik antara perawat dengan perawat, perawat
dengan tim kesehatan lain dan perawat dengan pasien dan keluarganya.
3) Tumbuh dan terbinanya akuntabilitas dan disiplin perawat.
4) Meningkatkan citra perawat sebagai suatu profesi yang professional
dimata profesi lain.
3. Bagi Rumah Sakit
1) Tercapainya pengalaman dalam pengelolaan suatu ruang rawat sehingga
dapat memodifikasi metode penugasan yang akan dilaksanakan.
2) Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan khususnya pelayanan
keperawatan.
3) Meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap rumah sakit sebagai
rumah sakit yang dapat memberikan pelayanan keperawatan yang
professional.

3
BAB II
GAMBARAN UMUM TEMPAT PRAKTIK

2.1 SEJARAH SINGKAT TEMPAT PRAKTIK


Rumah Sakit Umum Daerah Wangaya Kota Denpasar didirikan pada Tahun
1921 dengan jumlah tempat tidur sebanyak 30 buah, 15 buah untuk orang sakit
bangsa Eropa dan Cina serta 15 tempat tidur lainnya untuk bumiputera. Rumah
Sakit Umum Daerah Wangaya Kota Denpasar merupakan pusat pelayanan
kesehatan untuk daerah Bali Selatan, sedangkan untuk daerah Bali Utara kegiatan
pelayanan kesehatannya adalah Rumah Sakit Umum Daerah Singaraja. Apabila
kita melihat perkembangan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Umum Daerah
Wangaya Kota Denpasar dapat dikatagorikan sebagai berikut:
1. Masa Penjajahan Pemerintah Hindia Belanda (1921 – 1942)
Pada masa ini Rumah Sakit Umum Wangaya juga memberikan pelayanan
penyakit Kusta, Penyakit Menular. Dokter yang memberikan pelayanan
adalah Dokter Belanda, Dokter Jawa dibantu oleh ZEIKEN OPASSER
(Penjaga Orang Sakit), I Wayan Nugra adalah seorang Zeiken Opasser yang
paling rajin dan aktif waktu itu. Pada masa ini ada beberapa kali pergantian
Direktur, Tahun 1921 adalah Dokter Abdul Tahir, Tahun 1923 adalah Dokter
Wirasma, Tahun 1936 adalah Dokter Benne dan Tahun 1937 adalah Dokter
Eykman.
2. Masa Penjajahan Pemerintahan Jepang (1942 – 1945)
Dengan jatuhnya belanda dan berkuasanya Jepang maka dengan otomatis
Rumah Sakit Umum berada di bawah Pemerintahan Jepang.Pada masa ini
pelayanan kesehatan sangat menurun karena semua dokter dan tenaga
kesehatan dari Belanda dan Eropa ditangkap oleh bangsa Jepang, obat -
obatan dan sarana kesehatan sangat terbatas sehingga derajat kesehatan
masyarakat sangat rendah.
3. Masa Revolusi Fisik sampai dengan penyatuan RIS menjadi Negara Kesatuan
Republik Indonesia (1945 - 1951)Pada masa ini Rumah Sakit Wangaya
utamanya perawatnya banyak membantu para pejuang saat itu yang tercatat
diantaranya Made Suberata, I Gde Pelasa, Ida Bagus Kompiang, I Nyoman

4
Purna, I Made Rasna, Ida Bagus Jagra, I Made Putra, I Gusti Putu Susesa.
Disamping banyak membantu pejuang Rumah Sakit Wangaya pada masa
ini sangat berperan dalam mencetak tenaga - tenaga perawat dengan
membuka pendidikan juru rawat.
4. Masa pulau Bali sebagai bagian dari Propinsi Sunda Kecil / Nusa Tenggara
sampai Bali berdiri sebagai Propinsi sampai sekarang.
Pada masa ini pelayanan kesehatan sudah mulai berkembang dengan baik,
karena mulainya pemisahan Bali sebagai bagian propinsi Sunda Kecil. Pada
Bulan Maret 1963 waktu meletusnya Gunung Agung pengabdian tenaga
perawat Rumah Sakit Wangaya sangat besar, dimana Ida Bagus Kompiang
pemimpin dan mengatur tenaga perawat untuk bertugas selaku tenaga
sukarela membantu korban gunung meletus. Selama kurun waktu 1921 -
2007 Rumah Sakit Umum Daerah Wangaya sudah dipimpin oleh 28 Orang
Direktur. Dengan terbentuknya Pemerintah Kota Denpasar pada Tahun 1992
maka Rumah Sakit Wangaya Denpasar dibawah naungan Pemerintah Kota
Denpasar dan Dengan Keputusan Walikota Kota Denpasar Nomor 96 Tahun
2008 tentang Penetapan Badan Pelayanan Rumah Sakit Umum Daerah
Wangaya Kota Denpasar sebagai Badan Layanan Umum Daerah.
Rumah Sakit Umum Daerah Wangaya berlokasi strategis di Jalan Kartini No.
133 Denpasar. Dipimpin olehseorang Plt Direktur yaitu dr. Dewa Putu Alit
Parwita, M.Kes. RSUD Wangaya memiliki luas tanah 23.271 m2 dan luas
bangunan 12.063.372 m2. Terdapat beberapa ruangan di RSUD Wangaya
diantaranya 1 buah ruang IRD, 7 buah ruang rawat inap yaitu ruang angsa untuk
penyakit dalam, belibis untuk penyakit dalam, cendrawasih untuk penyakit dalam,
dara untuk nifas, perina untuk ruang bayi, flamingo untuk bedah,dan kaswari
untuk anak. Selain itu juga terdapat beberapa poliklinik diantaranya poliklinik
paru,bedah,kulit dan kelamin,TB DOTS, THT, saraf, mata, anak, interna,
kebidanan dan kandungan, gigi, anastesi, psikiatri. RSUD Wangaya juga
dilengkapi dengan ruangan instalasi rawat inap, instalasi rekam medis, fisioterapi,
apotek, instalasi radiologi, laboratorium, pojok asi, direktorat pelayanan dan
keperawatan,ruang endoscopy, ruang USG, ruang perawatan jenazah, kantin, IBS,
ruang PMI, ruang hemodialisa, instalasi sterilisasi central, dapur, ruang BINATU,

5
ICU, ruang operasi, laundry, instalasi gizi, incinerator, dan terdapat parkir yang
cukup memadai di depan dan belakang rumah sakit.
Ruang dara merupakan ruang rawat inap khusus untuk nifas. Terdiri dari 4
ruang rawat inap, diantaranya ruang dara 1 yang dimana untuk kelas 1 ada 2 bed
pasin dan 2 box bayi, dara 2 dan dara 3 untuk kelas 2 terdiri dari 4 bed pasien dan
4 box bayi, dara 4 untuk kelas 3 yang dimana terdapat 10 bed pasien dan 10 box
bayi. Diruang dara terdapat ruangan menyusui, 1 ruang perawat, 1 ruang kepala
ruangan, 1 ruang wakil kepala ruangan, 1 kamar mandi, 2 kamar mandi bayi dan 1
nurse station.
2.2 VISI, MISI TEMPAT PRAKTIK
1. Visi Rumah Sakit Umum Daerah Kota Denpasar Tahun 2016-2020
Menjadi Rumah Sakit Pilihan Utama, Inovatif, Unggul Dalam Pelayanan
Kesehatan dan Pendidikan Berbasis Budaya Kerja.

2. Misi Rumah Sakit Umum Daerah Kota Denpasar Tahun 2016-2020


1) Memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau
dengan mengutamakan keselamatan pasien.
2) Mengelola sarana dan prasarana penunjang pelayanan kesehatan
secara optimal.
3) Mengembangkan kompetensi sumber daya manusia serta
meningkatkan peran Rumah Sakit dalam pendidikan dan pelatihan.
4) Mengelola administrasi umum, keuangan, dan sarana prasarana
secara optimal.

2.3 STRUKTUR ORGANISASI TEMPAT PRAKTIK


1. RSUD Wangaya Kota Denpasar
Struktur Terlampir
2. Ruang Dara
-

6
Jumlah tenaga di ruangan PerinatologiRSUD Wangaya Kota Denpasar
1) K
e No Kualifikasi Jumlah Masa Kerja Jenis
p 1 DIVKebidanan 3 1 Gol IV b
e 1 Gol IV a
r 1 Non PNS
a 2 DIII Kebidanan 17 1 Gol IIIb
w 2 Gol IIId
a 14Non
t PNS
a
n

2) Non keperawatan
No Kuaifikasi Jumlah Masa Kerja Jenis
1 Cleaning Servise 2 TKS

a. DIMENSI DAN AREA TEMPAT PRAKTIK


Ruang DARA merupakan ruang rawat inap khusus pasien bersalin di RSUD
Wangaya Kota Denpasar. Ruang Dara memiliki 4 kamar total bed dari smua
kamar ada 20 bed, diantaranya:
1. Ruang Dara 1 adalah kamar rawat inap kelas I berisi 2 bed, 1 kamar
mandi, 1 ruangan untuk menjemur, 2 box bayi
2. Ruang dara 2 yaitu ruang rawat inap kelas II berisi 4 bed, 1 kamar mandi,
4 box bayi, 1 kamar mandi, 1 ruang menjemur
3. Ruang dara 3 yaitu ruang rawat inap kelas II berisi 4 bed, 1 kamar mandi,
4 box bayi, 1 kamar mandi, 1 ruang menjemur

7
4. Ruang dara 4 yaitu ruang rawat inap kelas III berisi 10 bed, 2 kamar
mandi, 10 box bayi, 1 tempat menjemur
Di ruangan Dara terdapat beberapa penyakit yang sering ditemui yaitu:
Nifas, mioma, kista, abnormal uterus bleeding (pendarahan diluar haid),
abses bartholin (kista bartholin), ca servik, abortus karena penyakit.

8
BAB III
PENGKAJIAN DAN ANALISA DATA

3.1 DATA UMUM DAN KHUSUS TEMPAT PRAKTIK


1. MAN
No Fungsi Manajemen Hasil Pengkajian Keterangan
1 Planning 1) Jumlah tenaga bidan di Ruang Dara berjumlah 20 orang terbagi dari Wawancara
DIV Bidan sebanyak 3 orang dan DIII Bidan sebanyak 17 orang. Observasi
2) Jumlah cleaning servis di Ruang Dara 2 orang
2 Organizing 1) Struktur organisasi di Ruang Dara memang tidak membuat struktur Obeservasi
ruangan. Wawancara
2) Di Ruang Dara mengalami kekurangan tenaga jika ada salah satu
bidan yang cuti atau sakit. Untuk sekarang tidak ada kekurangan
tenaga bidan karena tidak ada yang cuti dan sakit.
3) Ruang Dara RSUD Wangaya dipimpin oleh kepala ruangan dan di
bantu oleh wakil kepala ruangan, 3 bidan primer, 13 bidan pelaksana
serta 2 cleaning servise (CS), dan 2 paste ( bidan yang sift pagi yang
tidak memegang PP ). Petempatan pasien dikelompokkan berdasarkan
oleh tipe kelas. Berdasarkan tipe kelas di ruang dara ada 3 kelas yaitu

9
kelas I (Dara 1), kelas II ( Dara 2 dan 3 ), dan kelas III (Dara 4).
3 Actuating 1) Kepala ruangan mengijinkan jika bidan yang ada keperluan mendadak Wawancara
untuk merubah jadwal shift tetapi dengan catatan meminta izin tidak Observasi
lewat dari jadwal shift dan selalu koordinasi dengan Kepala ruangan
dan wakil kepala ruangan.
2) Kepala ruangan memberikan kesempatan untuk bidan mengikuti
seminar atau tugas belajar dengan cara bergantian
3) Kepala ruangan setiap pagi hari melakukan timbang terima dan
morning breafing dengan bidan.
4) Bidan melakukan pre dan post conference sebelum dan sesudah ke
pasien
5) Bidan tidak pernah kesulitan mengidentifikasi pasien dan bayinya
4 Controlling 1) Supervisi dilakukan oleh tim khusus rumah sakit setiap harinya Wawancara
2) Kepala ruangan melakukan supervisi di Ruang Dara setiap bulan Observasi
3) Kepala ruangan setiap pagi mengontrol kondisi Ruang Dara
4) Kepala ruangan dan wakil kepala ruangan mengontrol pasien bersama
bidan pada pagi hari
Kesimpulan:
-

10
11
2. MATERIAL AND MACHINE
No Fungsi Manajemen Hasil Pengkajian Keterangan
1 Planning 1) Bahan habis pakai di amprah setiap minggu. Wawancara
2) Kepala ruangan tidak berencana menambahkan peralatan medis
karena alat sudah cukup.
2 Organizing 1) Pengelompokan alat habis pakai sudah di simpan dengan rapi di Observasi
lemari penyimpanan khusus alat habis. Wawancara
2) Penyimpanan alat medis diletakkan dengan rapi di lemari kaca.
3) Di ruang dara tidak pernah terpasang plang resiko jatuh hanya
memakai gelang warna kuning
4) Pengelompokan obat pasien sudah memiliki tempat khusus
perkamar.
5) Penyimpanan linen dan pakaian khusus pasien disimpan di dalam
lemari kayu dan terata dengan rapi.
6) Terdapat wadah khusus dengan kresek hitam menyimpan linen atau
pakaian kotor pasien yang diletakkan di troly linen kotor dan di
bawa ke laundry.
3 Actuating 1) Peralatan medis yang digunakan di ruang dara sudah memiliki SOP Wawancara
cara penggunaan sudah diberikan pengarahan mengenai tata cara Observasi

12
pemakaian, perawatan, dan penggunaan. SOP direvisi setiap 3
tahun atau setiap pergantian direktur.
2) Bahan habis pakai juga sudah diarahkan penggunaannya seefektif
mungkin digunakan.
3) Linen dan pakaian pasien sudah diarahkan diletakkan ditempat
yang semestinya.
4) Sampah-sampah mulai dari medis, non medis, benda tajam, serta
botol-botol vial dan infus sudah di tempatkan dalam wadah khusus
dan diarahkan mengenai peletakkan pembuangannya.
5) Obat sisa pasien pulang di ruang dara tidak direkture ke farmasi.
Obat injeksi pasien pulang masih diletakkan di tempat obat, untuk
obat oral yang diteruskan diberikan ke pasien.
6) Timbang terima obat saat pasien pulang ataupun saat penerimaan
pasien sudah efektif dilakukan
4 Controlling 1) Controling alat habis pakai atau medis dikontrol setiap hari. Wawancara
2) Pengontrolan bahan habis pakai disesuaikan dengan kondisi
ruangan yaitu seberapa banyak pasien dan agar penggunaannya bisa
efektif.
7) Kesimpulan: Di ruang dara tidak pernah terpasang plang resiko jatuh hanya memakai gelang warna kuning, obat sisa

13
pasien pulang di ruang dara tidak direkture ke farmasi. Obat injeksi pasien pulang masih diletakkan di tempat obat,
untuk obat oral yang diteruskan diberikan ke pasien.

3. METODE
No Fungsi Manajemen Hasil Pengkajian Keterangan
1 Planning 1) Metode yang dilakukan di Ruangan Dara yaitu dengan metode tim Wawancara
2) Metode timbang terima yang digunakan di Ruang dara yaitu metode
bedside handover dengan SBAR
3) Operan dilakukan setiap pergantian shift pada pagi, sore, dan malam
hari
2 Organizing 1) Ruangan Dara memiliki SOP masing-masing tindakan Wawancara
2) Semua tindakan asuhan kebidanan yang berhubungan dengan tindakan
kebidanan kepada pasien memiliki SOP
3) Kepala ruangan menggunakan tipe kepemimpinan demokratis
3 Actuating 1) Operan dilakuan oleh bidan yang shift, pada pagi hari operan di pimpin Observasi
oleh kepala ruangan atau wakil kepala ruangan. Wawancara

14
2) Pre conference dilakukan setelah operan bubar.
3) Post conference dilakukan sebelum operan besar.
4) Ruang Dara sudah melakukan DRK setiap bulannya di ruangan setelah
itu DRK dilakukan di RS secara umum dari masing-masing ruangan,
perwakilan yang dikirim untuk DRK secara umum dari masing-masing
ruangan berbeda-beda setiap bulannya
5) Ronde kebidanan dilakukan jika memang benar-benar ada masalah
yang sulit diatasi
4 Controlling 1) Kepala ruangan melakukan morning breafing terhadap bidannya. Wawancara
2) bidan pelaksana melaporkan semua keadaan pasien pada bidan primer Observasi
Kesimpulan:

4. MONEY
No Fungsi Manajemen Hasil Pengkajian Keterangan
1 Planning 1) Dana untuk kebutuhan di Ruang Dara ditanggung langsung oleh RSUD Wawancara
Wangaya Kota Denpasar.
2 Organizing 1) Gaji bidan di Ruang Perinatologi diberikan sesuai dengan golongan, Wawancara
pendidikan, dan lama waktu bekrja yang sudah di atur oleh pemerintah.

15
3 Actuating 1) Pembayaran tenaga kontrak ditanggung oleh rumah sakit sesuai dengan Wawancara
kontrak yang sudah ditetapkan.
2) Pembayaran PNS ditanggung dari pusat
4 Controlling 1) Bagian yang mengontrol keuangan di Ruang Dara yaitu langsung Wawancara
dikontrol oleh keuangan RSUD Wangaya Kota Denpasar
Kesimpulan :

5. MARKET
No Fungsi Manajemen Hasil Pengkajian Keterangan
1 Planning 1) Cara bidan memberikan kepuasan kepada pasien yaitu dengan cara Wawancara
memberikan pelayanan terbaik, dimana bidan harus mengetahui hak
dan kewajiban pasien itu sendiri, kemudian menjelaskan secara detail
kondisi pasien kepada keluarga, karena pasiennya nifas maka perlu
peran penting suami atau keluarga, selalu melibatkan suami atau
keluarga dalam penyembuhan pasien, tunjukkan sikap empati serta
menanyakan apa keinginan dari pasien.
2) Cara pengukuran kepuasan pasien di Ruang Dara menggunakan kotak

16
saran dansecara online menggunakan link yang sudah disediakan oleh
RSUD Wangaya Kota Denpasar dan bisa diakses melalui
internetsudah tertera didinding Ruang Dara
2 Organizing 1) Setiap tindakan yang dilakukan di Ruang Dara dilakukan oleh bidan. Wawancara
Setiap bidan sudah di bagi timnya. Di ruang dara dibagi timnya
menjadi 3 tim yaitu : kamar dara 1 dan 2 adalah PP 1,kamar dara 3 dan
dara 4 dari bed 1 sampai bed 3 adalah PP 2, dan kamar dara 4 bed 4
sampai bed 10 adalah PP3.
3 Actuating 1) Cara bidan memotivasi pasien diruang dara yaitu dengan memotivasi Wawancara
pasien, tanyakan kondisi pasien, jika ibunya mengalami stress beri
kesempatan ibu pasien beristirahat, tidak memaksakan kehendak
tenaga kesehatan untuk menjalankan segala tindakan perawatan,
menanyakan apa keinginan ibu dan perasaannya, menjelasakan kondisi
anaknya, sehingga dari situ perawat atau bidan dapat memberikan
motivasi dan pelayanan terbaik kepada pasien. (blm fiks)
4 Controlling 1) Bidan di Ruang Dara mengontrol keadaan pasien pada saat operan Wawancara
(timpang terima) langsung kepasien untuk mengetaui keadaannya. Observasi
2) Pasien di Ruang Dara sebagian besar pasien nifas memerlukan
perawatan yang tepat dengan ketergantungan penuh dari tenaga

17
kesehatan dan peran ibu. (tambahin)
Kesimpulan:

18
3.2 ANALISA DATA

Sarana dan
prasarana

memadai
kurang
1) Di ruang dara tidak pernah
terpasang plang resiko jatuh
hanya memakai gelang warna
kuning MATERIAL
2) Obat sisa pasien pulang di ruang
dara tidak direkture ke farmasi.
Obat injeksi pasien pulang masih
diletakkan di tempat obat, untuk
obat oral yang diteruskan
diberikan ke pasien.

19
3.3 RUMUSAN DAN PRIORITAS PERMASALAHAN
No Masalah Mg Sv Mn Nc Af Skor Prioritas
1 Di ruang dara tidak pernah 5 5 5 5 5 I
terpasang plang resiko jatuh hanya
memakai gelang warna kuning

2 Obat sisa pasien pulang di ruang 5 5 5 5 4 II


dara tidak direkture ke farmasi.
Obat injeksi pasien pulang masih
diletakkan di tempat obat, untuk
obat oral yang diteruskan diberikan
ke pasien.

Untuk mendapatkan prioritas masalah dilakukan dengan cara FGD (Foccus Group Discussion) dengan membuat pembobotan yang
memperhatikan aspek sebagai berikut:
1. Magnitude (M) : Kecenderungan dan seringnya kejadian masalah
2. Severity (S) : Besarnya kerugian yang ditimbulkan oleh masalah

20
3. Manageable (Mn) : Kemungkinan masalah bisa diselesaikan
4. Nursing Concern (Nc) : Melibatkan perhatian dan pertimbangan perawat
5. Affordability (Af) : Ketersediaan sumber daya
Aspek-aspek diatas dapat di ukur dengan cara yaitu:
1. Magnitude/prevalensi masalah yaitu apabila masalah tersebut lebih banyak ditemukan (prevalensinya tinggi).
2. Severity/ akibat yang ditimbulkan yaitu apabila akibat yang ditimbulkan suatu maslah lebih serius.
3. Manageable/bisa dipecahkan yaitu apabila masalah yang ada diyakini dapat diselesaikan (menemukan jalan keluar).
4. Nursing Concern/ keterlibatan perawat yaitu jika masalah tersebut akan selalu melibatkan dan memerlukan perteimbangan
perawat.
5. Affordability/ketersediaan sumber daya yaitu adanya sumber daya yang mencakup dana, sarana, dan tenaga yang diperlukan
untuk menyelesaikan suatu masalah.
Langkah-langkah penggunaan table prioritas masalah:
1) Masukkan masalah yang sudah diidentifikasi ke dalam tabel priorits masalah (tabel 3.1)
2) Berikan pembobotan sesuai dengan aspek-aspek yang akan diukur, dengan rentang nilai bobot antara 1 – 5, yaitu:
Nilai 5 : sangat penting
Nilai 4 : penting
Nilai 3 : cukup penting
Nilai 2 : kurang penting
Nilai 1 : sangat kurang penting

21
3) Jumlahkan nilai dari tiap-tiap aspek, untuk mendapatkan total skor tiap masalah
4) Berikan urutan prioritas dengan susunan sesuai total skornya tertinggi, menjadi prioritas pertama dan seterusnya hingga
masalah dengan total skor yang paling rendah.

22
3.5 SELEKSI ALTERNATIF PENYELESAIAN MASALAH METODE CARL
No Alternatife C A R L Skor
1 Kolaborasi dengan 4 4 4 4
manajemen Rumah Sakit
terkait plang resiko jatuh
2 Memaksimalkan staff 4 4 3 1
untuk memasang bed trill

3 Mengintensifkan operan 3 3 2 2
mengenai resiko jatuh

Usulan solusi yang telah diidentifikasi untuk mengatasi masalah tersebut, perlu dilakukan seleksi alternatif penyelesaian masalah
dengan menggunakan alat bantu pembobotan CARL, dengan menganalisis berdasarkan beberapa aspek, yaitu:
Capability (C) : Kemampuan melaksanakan alternative
Accessability (A) : Kemudahan dalam melaksanakan alternative
Readiness (R) : Kesiapan dalam melaksanakan alternative
Leverage (L) : Daya ungkit alternative tersebut dalam menyelesaikan masalah
Langkah-langkah penggunaan table CARL, adalah sebagai berikut:
1. Masukkan alternative solusi penyelesaian masalah yang sudah diidentifikasi ke dalam table alat bantu seleksi penyelesain masalah
seperti table 3.3

23
2. Berikan pembobotan sesuai dengan aspek-aspek yang akan diukur, dengan rentang nilai bobot antara 1-4, yaitu:
Nilai 1 : seharusnya dapat diimplementasikan
Nilai 2 : mungkin dapat diimplementasikan
Nilai 3 : harus dapat diimplementasikan
Nilai 4 : pasti harus diimplementasikan
3. Jumlahkan nilai dari tiap-tiap aspek, untuk mendapatkan total skor tiap alternative
Berikan urutan alternative solusi penyelesaian masalah dengan susunan sesuai totoal skornya tertinggi, menjadialternative
penyelesaian masalah dengan total skor yang paling rendah.

3.6 PLAN OF ACTION


Target Penanggung
No Masalah Uraian tugas Tujuan Sasaran Metode Waktu
pencapaian jawab
1 sarana dan Kolaborasi dengan Tersedianya fasilitas Manajemen Rumah Sakit  Pelaksanaan disesuaikan
prasarana manajemen Rumah Sakit yang sesuai dengan RS
kurang terkait plang resiko jatuh kondisi pasien dan
memadai keselamatan pasien

Memaksimalkan staff Ka Ru dan Kelompok  Diskusi disesuaikan

24
untuk memasang bed trill Staff  Pelaksanaan
Mengidtensifkan operan Ka Ru dan Kelompok  Diskusi disesuaikan
mengenai resiko jatuh Staff  Sosialisasi
 Pelaksanaan

25
BAB IV
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Ruang Perinatologi RSUD Wangaya Kota Denpasar adalah ruang rawat inap
khusus pasien neonatusmemiliki 2 ruang rawat yaitu ruang 1 taitu resiko sedang
untuk bayi prematur, BBLR, dan infeksi serta ruang 2 yaitu ruang resiko tinggi
untuk fototerapi dan infeksi. Di Ruang Perinatologi tidak mengalami kekurangan
tenaga tetapi berdasarkan Analisis Beban Kerja di Ruang Perinatologi mengalami
kekurangan tenaga perawat/bidan dikarenakan pasien memiliki ketergatungan
penuh dalam pemenuhan ADL yang seharusnya 1 perawat 1 pasien jika pasiennya
BBLR dimana pasien sangat memerlukan observasi ketat dan tindakan
keperawatan yang banyak, saat pasien banyak dan ada perawat yang sakit disitu
tidak ada perawat/bidan pengganti sehingga tenaga perawat yang bekerja menjadi
sedikit kelabakan, Tidak ada sosialisasi mengenai reture obat ke famasi
dikarenakan memang sudah harus dilakukan pereturan obat sisa yang utuh.
Pengembalian obat ke farmasi di ruang Perinatologi belum efektif, sering
mengalami keterlambatan, dan tidak selalu ada obat sisa dikarenakan kurang
disiplin dari petugas dan kondisi ruangan yang tidak memungkinkan reture obat
segera dilaksanakan, serta Belum tersedianya SPO reture obat ke farmasi di ruang
Perinatologi
Alternative yang dapat di lakukan dalam menangani masalah tersebut yaitu
meningkatkan disiplin dari petugas mengenai reture obat ke farmasi,
memaksimalkan staff mengenai reture obat ke farmasi, mengintensifkan operan
mengenai reture obat, dan membuat SPO mengenai reture obat ke farmasi.

5.2 Rekomendasi
1. Rekomendasi untuk Kepala RuanganRuang Perinatologin RSUD
Wangaya Kota Denpasar agar menyediakan SPO mengenai reture obat
dan memaksimalkan staff untuk meningkatkan disiplin terhadap reture
obat ke farmasi.

26
2. Rekomendasi untuk petugas kesehatan di Ruang Perinatologi untuk
selalu menjaga kedisiplinan dan mengintensifkan operan mengenai reture
obat ke farmasi.
3. Rekomendasi untuk kelompok selanjutnya yaitu melakukan pengkajian
yang lebih mendalam dan mencari masalah yang berbeda dari kelompok
kami.

27

Anda mungkin juga menyukai