Anda di halaman 1dari 140

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tuntutan profesionalisme semakin besar dalam era modern seperti
sekarang, terutama dalam bidang keperawatan terkait dengan kondisi pasien dan
keluarga yang semakin kritis terhadap upaya pelayanan kesehatan. Tuntutan
kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan pada era global akan terus
berubah karena masalah kesehatan yang dihadapi masyarakat juga terus
mengalami perubahan. Masalah keperawatan sebagai bagian masalah kesehatan
yang dihadapi masyarakat terus menerus berubah karena berbagai factor yang
mendasarinya juga terus mengalami perubahan.dengan berkembangnya
masyarakat dan berbagai bentuk pelayanan profesional serta kemungkinan
adanya perubahan kebijakan dalam bidang kesehatan, maka mungkin saja akan
terjadi pergeseran peran keperawatan dalam sistem pemberian kepada
masyarakat.
Perawat sebagai mitra dokter dan petugas kesehatan yang paling lama
berinteraksi dengan pasien sudah seharusnya mampu untuk memberikan
pelayanan kesehatan secara maksimal dan professional dengan didukung oleh
ilmu pengetahuan kesehatan, terutama ilmu keperawatan. kondisi ini menjadi
tuntutan bagi para pembaharu di bidang keperawatan untuk mengembangkan
suatu metode pemberian asuhan keperawatan agar dapat di implementasikan
dalam pengorganisasian ruang keperawatan sehingga dapat menjamin dan
meningkatkan mutu pelayanan melalui pemberian asuhan keperawatan.
Asuhan keperawatan merupakan titik sentral dalam pelayanan
keperawatan. Aspek yang tidak bisa lepas dari pemberian asuhan keperawatan
professional adalah proses manajemen keperawatan. Manajemen keperawatan
merupakan suatu proses dalam mengelola suatu pelayanan keperawatan, dengan
melibatkan anggota staff keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan
yang professional. Dalam melakukan manajemen keperawatan manajer
keperawatan dituntut untuk merencanakan , mengorganisasikan, memimpin dan
mengevaluasi sarana dan prasarana yang tersedia untuk dapat memberikan
asuhan keperawatan seefektif dan seefisien mungkin bagi individu , keluarga dan
masyarakat (Nursalam, 2011)

1
Proses manajemen keperawatan sejalan dengan proses keperawatan
sebagai satu metode pelaksanaan asuhan keperawatan secara profesional,
sehingga diharapkan keduanya dapat saling mendukung. Sebagaimana yang
terjadi di dalam proses keperawatan, dalam manajemen keperawatan juga terdiri
dari pengumpulan data, identifikasi masalah, perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi hasil. Sukmana & Sukamana (1996) dalam Nursalam (2009) juga
mendefinisikan manajemen sebagai suatu proses dalam menyelesaikan
pekerjaan melalui orang lain. Manajemen keperawatan harus dapat diaplikasikan
dalam tatanan pelayanan nyata salah satunya rumah sakit,sehingga perawat perlu
memahami konsep dan aplikasinya.
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan mulai tanggal 23-25
Agustus 2018 didapatkan bahwa metode asuhan keperawatan yang saat ini
sedang dilaksanakan di Ruang Merak RS Wangaya Denpasar adalah metode
modifikasi MAKP tim- primer. Menurut Sitorus (2002) dalam Nursalam (2015)
penetapan system model MAKP tim-Primer di dasarkan pada beberapa alasan
yaitu: keperawatan primer tidak digunakan secara murni, karena perawat primer
harus mempunyai latar belakang pendidikan S1 keperawatan atau setara.
Keperawatan tim tidak digunakan secara murni, karena tanggung jawab asuhan
keperawatan terfragmentasi pada berbagai tim. Melalui kombinasi kedua model
tersebut diharapkan komunitas asuhan keperawatan dan akuntabilitas asuhan
keperawatan terdapat pada tim primer, karena saat ini perawat yang ada di RS
adalah sebagian besar lulusan D-III, bimbingan tentang asuhan keperawatan
diberikan oleh perawat primer atau ketua tim. Alasan penggunaan metode ini di
Ruang Merak RS Wangaya adalah karena keterbatasan jumlah perawat dan
belum semua perawat primer memiliki kualifikasi pendidikan SI keperawatan.
Berdasarkan uraian diatas maka kelompok kami ingin menganalisis
penerapan MAKP tim-primer yang telah dilaksanakan di ruang Merak RS
Wangaya.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum

2
Setelah melaksanakan praktik manajemen keperawatan, mahasiswa
diharapkan dapat menerapkan prinsip-prinsip manajemen keperawatan
dengan menggunakan Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP)
secara bertanggung jawab dan menunjukan sikap kepemimpinan yang
profesional serta langkah-langkah manajemen keperawatan.
2. Tujuan Khusus
Setelah melaksanakan praktik klinik manajemen keperawatan,
mahasiswa mampu:
a. Melaksanakan pengkajian data M1 sampai dengan M5 di ruang Merak
RSUD Wangaya Kota Denpasar.
b. Melaksanakan analisis situasi berdasarkan analisa SWOT.
c. Menentukan rumusan masalah berdasarkan analisa yang telah dibuat.
d. Menyusun rencana strategi operasional ruangan berdasarkan hasil
pengkajian Model Asuhan Keperawatan Profesional:
1) Timbang Terima
2) Ronde Keperawatan
3) Sentralisasi obat
4) Supervisi Keperawatan
5) Discharge planning
6) Dokumentasi Keperawatan
e. Melaksanakan rencana strategi operasional ruangan berdasarkan hasil
pengkajian Model Asuhan Keperawatan Profesional:
1) Timbang Terima
2) Ronde Keperawatan
3) Sentralisasi obat
4) Supervisi Keperawatan
5) Discharge planning
6) Dokumentasi Keperawatan
f. Mengevaluasi pelaksanaan rencana strategi operasional ruangan
berdasarkan hasil pengkajian Model Asuhan Keperawatan Profesional:
1) Timbang Terima
2) Ronde Keperawatan

3
3) Sentralisasi obat
4) Supervisi Keperawatan
5) Discharge planning
6) Dokumentasi Keperawatan

C. Manfaat
1. Bagi pasien
Tercapainya kepuasan pasien dan pelanggan yang ada di Ruang Merak
RSUD Wangaya Kota Denpasar secara optimal.
2. Bagi perawat
a. Tercapainya tingkat kepuasan kerja yang optimal.
b. Terbinanya hubungan atau komunikasi yang adekuat antara perawat
dengan perawat, perawat dengan tim kesehatan yang lain, dan perawat
dengan pasien serta keluarga.
c. Tumbuh dan terbinanya akuntabilitas dan disiplin diri perawat.
3. Bagi rumah sakit
a. Menindaklanjuti masalah-masalah yang ada di Ruang Merak RSUD
Wangaya Kota Denpasar yang berkaitan dengan pelaksanaan asuhan
keperawatan profesional.
b. Dapat menganalisa masalah yang ada dengan metode SWOT serta
menyusun rencana strategis.
c. Lebih mmenerpkan langsung secara benar Metode Asuhan Keperawatan
Profesional (MAKP) Tim Primer (Modifikasi).

D. Tempat Dan Waktu


Tempat akan dilaksanakannya praktek klinik manajemen keperawatan ini
adalah di Ruang Merak RS Wangaya Denpasar selama 30 hari kerja terhitung
dari tanggal 20 Agustus 2018 – 16 September 2018.

BAB II
PROFIL RUMAH SAKIT

A. Sejarah Rumah Sakit

4
Rumah Sakit Umum Daerah Wangaya Kota Denpasar didirikan pada Tahun
1921 dengan jumlah tempat tidur 30 buah, 15 buah untuk orang sakit bangsa Eropa
dan Cina serta 15 tempat tidur lainnya untuk bumiputera. Selama kurun waktu yang
cukup lama dari tahun 1921-2007, RSUD Wangaya Kota Denpasar terus melakukan
pembenahan yang cukup signifikan baik dari fasilitas gedung, fasilitas alat-alat
medis, peningkatan pelayanan medis sampai dengan peningkatan pelayanan non
medis.
Seiring dengan terbentuknya pemerintahan Daerah Kota Denpasar pada tahun
1992 dengan keluarnya perda Kota Denpasar dengan nomor 22 tahun 2001 Rumah
Sakit Umum Daerah Kota Denpasar menjadi rumah sakit berstatus Badan Pelayanan
Umum unit swadana. Perkembangan RSUD Wangaya Kota Denpasar menjadi
Rumah Sakit kelas B Non Pendidikan dan menyadari akan terbatasnya
sarana/prasana (tempat pelayanan) yang mampu menyediakan fasilitas pelayanan
VIP, maka pavilliun praja amerta didirikan untuk melengkapi fasilitas rawat inap
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan pelayanan yang lebih nyaman, cepat
dan privacy yang lebih terjamin.
Rumah Sakit Umum Daerah Wangaya Kota Denpasar merupakan pusat
pelayanan kesehatan untuk Bali Selatan, sedangkan untuk Bali Utara kegiatan
pelayanan kesehatannya adalah Rumah Sakit Singaraja. Bila kita membagi kurun
waktu tentang perkembangan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Umum Daerah
Wangaya Kota Denpasar dapat dikatagorikan sebagai berikut:
a. Masa penjajahan pemerintahan Hindu Belanda (1921-1942)
Pada masa ini RSUD Wangaya Kota Denpasar juga memberikan
pelayanan penyakit kusta, penyakit menular. Dokter yang memberikan
pelayanan adalah dokter Belanda, Dokter Jawa dibantu oleh ZEIKEN OPASSER
( penjaga orang sakit ), I Wayan Nugra adalah seorang Zeiken Opasser yang
paling rajin dan aktif waktu itu. Pada masa ini ada beberapa kali pergantian
direktur, tahun 1921 adalah dokter Abdul Tahir, tahun 1937 adalah dokter
Eykman.
b. Masa penjajahan pemerintahan Jepang ( 1942 - 1945 )
Dengan jatuhnya Belanda dan berkuasanya Jepang, maka dengan
otomatis RSUD Wangaya Kota Denpasar berada di bawah pemerintahan Jepang.
Pada masa ini pelayanan kesehatan sangat menurun karena semua semua dokter

5
dan tenaga kesehatan dari Belanda dan Eropa ditangkap oleh bangsa Jepang,
obat - obatan dan sarana kesehatan sangat terbatas sehingga derajat kesehatan
masyarakat sangat rendah.
c. Masa Revolusi Fisik sampai dengan penyatuan RIS menjadi Negara Kesatuan
Republik Indonesia ( 1945 - 1951 )
Pada masa ini Rumah Sakit Wangaya terutama dalam bidang perawatan
banyak membantu para pejuang saat itu, yang tercatat diantaranya Made
Suberata, I Gede Plasa, Ida Bagus Kompiang, I Nyoman Purna, I Made Rasna,
Ida Bagus Jagra, I Made Putra, dan I Gusti Putu Susena banyak membantu
pejuang kemerdekaan.
d. Masa pulau Bali sebagai bagian dari Provinsi Sunda Kecil / Nusa Tenggara
sampai Bali berdiri sebagai Provinsi sampai sekarang
Pada masa ini pelayanan kesehatan sudah mulai berkembang dengan
baik, karena mulainya pemisahan Bali sebagai bagian propinsi Sunda Kecil.
Pada Bulan Maret 1963 waktu meletusnya Gunung Agung pengabdian tenaga
perawat Rumah Sakit Wangaya sangat besar, dimana Ida Bagus Kompiang
pemimpin dan mengatur tenaga perawat untuk bertugas selaku tenaga sukarela
membantu korban gunung meletus. Selama kurun waktu 1921 - 2007 Rumah
Sakit Umum Daerah Wangaya sudah dipimpin oleh 28 Orang Direktur, dengan
terbentuknya Kota Denpasar pada Tahun 1992 maka Rumah Sakit Wangaya
dibawah naungan Kota Denpasar berdasarkan Keputusan Walikota Kota Nomor
96 Tahun 2008 tentang Penetapan Badan Pelayanan Rumah Sakit Umum Daerah
Wangaya Kota Denpasar sebagai Badan Layanan Umum Daerah.

B. Visi Misi Rumah Sakit


1. Visi Rumah Sakit Umum Daerah Kota Denpasar Tahun 2016-2020
Menjadi Rumah Sakit Pilihan Utama, Inovatif, Unggul Dalam Pelayanan
Kesehatan dan Pendidikan Berbasis Budaya Kerja.
2. Misi Rumah Sakit Umum Daerah Kota Denpasar Tahun 2016-2020
a. Memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau dengan
mengutamakan keselamatan pasien;

6
b. Mengelola sarana dan prasarana penunjang pelayanan kesehatan secara
optimal;
c. Mengembangkan kompetensi sumber daya manusia serta meningkatkan
peran Rumah Sakit dalam pendidikan dan pelatihan
d. Mengelola administrasi umum, keuangan, sarana prasarana secara optimal
3. Jenis Pelayanan di Rumah Sakit Umum Daerah Wangaya Kota Denpasar
Pelayanan di RSUD Wangaya Kota Denpasar terdiri dari pelayanan dan sub
pelayanan sebagai berikut:
a. Pelayanan Bedah
- Bedah Umum
- Bedah Orthopedi
b. Pelayanan Kesehatan Anak
- Neonatologi
- Endokrin Anak dan Remaja
c. Pelayanan Penyakit Dalam
- Hemodialisa
- Endoscopy
- VCT
d. Pelayanan Kesehatan Jiwa ( Psikiatri )
e. Pelayanan Kulit dan Kelamin
- Kosmetik dan Bedah Kulit
f. Kebidanan dan Kandungan
g. Pelayanan Telinga, Hidung dan Tenggorokan
h. Pelayanan Mata
i. Pelayanan Saraf (Neurologi)
- Unit Stroke
j. Pelayanan Anastesi
k. Pelayanan Laboratorium Patologi Klinik
l. Pelayanan Radiologi
m. Pelayanan Penyakit Paru
- TB-DOTS
n. Pelayanan Gawat Darurat
o. Pelayanan Gigi
p. Pelayanan Fisioterafi
q. Pelayanan Gizi
r. Pelayanan Farmasi
4. Kegiatan Pelayanan di RSUD Wangaya Kota Denpasar
a. Intalasi Rawat Jalan

7
b. Instalasi Rawat Inap
c. Instalasi Rawat Intensif
d. Intalasi Gawat Darurat
e. Instalasi Bedah Sentral :
f. Instalasi Rehabilitas Medik
g. Instalasi Pemulasaraan Jenazah
h. Instalasi Rekam Medis
i. Instalasi Radiologi
j. Instalasi Laboratorium Klinik
k. Instalasi Farmasi
l. Instalasi Gizi
m. Instalasi Sterilisasi Sentral
n. Instalasi Binatu / Laundry
o. Instalasi Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Rumah Sakit
p. Instalasi Elektro Data Prosessing / SIM –RS
5. Ketenagaan Di Rumah Sakit Umum Daerah Wangaya Kota Denpasar
Untuk dapat memberikan pelayanan dengan baik perlu adanya Sumber Daya
Manusia yang sesuai dengan kebutuhan organisasi tersebut. Jumlah pegawai
seluruhnya di Rumah Sakit Umum Daerah Wangaya Kota Denpasar sebanyak
474 orang yang terdiri dari:
No Jenis Tenaga Jumlah
1 Tenaga Medis :
Dokter Umum 6
Dokter Gigi 4
Dokter Spesialis Bedah 4
Dokter Spesialis Penyakit Dalam 5
Dokter Spesialis P. Dalam Konsultan Alergi &Imunologi 1
Dokter Spesialis P. Dalam Konsultan Ginjal & 1
Hipertensi
Dokter Spesialis Kebidanan & Kandungan 7
Dokter Spesialis Anak 5
Dokter Spesialis THT 2
Dokter Spesialis Saraf 2
Dokter Spesialis Mata 2
Dokter Spesialis Psikiatri dan Jiwa 2
Dokter Spesialis Kulit Dan Kelamin 2
Dokter Spesialis Radiologi 2
Dokter Spesialis Anestesi 6
Dokter Spesialis Paru 1
Dokter Spesialis Jantung 1
Dokter Spesialis Orthopedic 2
Dokter IGD 16
2 Apoteker 7
3 Psikolog 1

8
4 Tenaga Paramedis
Keperawatan 259
Bidan 85
Perawat Gigi 3
5 Tenaga Paramedis Non Keperawatan
Laboratorium 14
Rontgen 8
Fisioterapi 3
Ahli Gizi 18
Sanitarian/CSSD 3
Jumlah 474

9
LAMPIRAN X : PERATURAN WALIKOTA DENPASAR
TANGGAL : 19 DESEMBER 2016 BAGAN SUSUNAN ORGANISASI
NOMOR : 43 TAHUN 2016 RUMAH SAKIT UMUM DAERAH WANGAYA
TENTANG : KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA KOTA DENPASAR
SEKRETARIAT DAERAH, STAF AHLI, SEKRETARIAT DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH,
INSPEKTORAT, BADAN DAERAH DAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH WANGAYA KOTA DENPASAR

DIREKTUR
dr. Setiawati Hartawan, M.Kes.

Dewan Pengawas
dr. Luh Putu Sri Armini, M.Kes.

Satuan Pemeriksaan Internal


dr. I Made Sudhana Satrigraha, M.Kes

Komite Medis
dr. I Ketut Sumada, Sp.S.,AKP.

Komite Keperawatan Wakil Direktur


I Made Naryana, A.Md.Kep Wakil Direktur
Administrasi Umum Wakil Direktur
Penunjang dan Pengembangan SDM
Drs. I Gst Ag Putera Dhyana, M.Si. Pelayanan Medik dan Keperawatan
dr. Ida Ayu Asweni Dewi Yudarsana.
Kelompok Jabatan Fungsional dr. Dewa Putu Alit Parwita, M.Kes.

Bagian Umum Bidang Pelayanan Bidang


Bagian Keuangan Bagian Bina Program Bidang Keperawatan Bidang Penunjang
Kadek Sapta Medik Pengembangan SDM
I Gede Komang Darma dan Publikasi I Wayan Luh Putu Sri
Budiarta, SIP.,M.AP dr. Ida Ayu Putri dan Promosi
Wijaya, SE Drs. I Ketut Sutikayasa Wiratama, SH.,S.Kep Anggreni, SE
Widhiastuti, M.Kes. Ni Nyoman Putri Sriadi,
S.Pd.,Kes.

Sub. Bagian Sub. Bagian Seksi Rawat Jalan, Seksi Penunjang Medik
Seksi Pelayanan
Sub. Bagian Perencanaan Seksi
Anggaran Rawat Inap, Rawat Keperawatan I Gusti Ngurah Bagus
Tata Usaha Drs. I Gusti Putu Pendidikan dan Pelatihan
Ni Ketut Puspadewi, SE Intensif I Made Duita, S.Kep. Bambang Suryadhi,
Drs. I Wayan Darta, M.Si. Danayasa, M.Si Ni Nengah Sri
Ni Putu Suryantini S.Sos,ST
Pendit, SST.,M.A.P Wahyuni ,ST
Sub. Bagian
Sub. Bagian Kepegawaian Sub. Bagian Pendataan Seksi
Perbendaharaan Seksi Penunjang
Dra. Anak Agung Ayu dan Pelaporan Pengembangan Profesi Seksi Promosi
Ni Wayan Sri Yoni Non Medik
Tisna Herawati Putu Malindasari, Seksi Rawat Darurat Ns. Ni Gusti Ayu Putu Drs A.A Ngurah Gde
Artini, SE.,MM I Gst Agung Adi
SE.Ak M.Si dan Tindakan Medik Triyani, S.Kep.,M.Fis Yudayana
Putra, ST
Ns. I Nyoman
Sub. Bagian Sunirda, S.Kep
Sub. Bagian Akuntansi Sub. Bagian Hukum
Rumah Tangga
dan Verifikasi dan Humas
I Made Anom
Luh Putu Pariathi, Anak Agung Ngurah
Winatha, SH.,M.Si Instalasi
SE.,MM
11Suastika, SKM.,M.A.P WALIKOTA DENPASAR,

RAI DHARMAWIJAYA MANTRA


BAB III
PENGUMPULAN DATA

A. PENGUMPULAN DATA
1. M1-Man
a. Struktur Organisasi Ruang Merak RSUD Wangaya Kota Denpasar
Provinsi Bali
Struktur organisasi Ruang Merak Wangaya Kota Denpasar Provinsi
Bali terdiri dari Kepala Instalasi Rawat, Kepala Ruangan Merak, Wakil
kepala Merak, di bantu oleh satu perawat primer. Perawat primer dibantu
oleh beberapa perawat Asosiet. Struktur organisasi tersebut memiliki
uraian tugas masing-masing untuk menyelenggarakan pelayan
keperawatan.
Ruang Merak RSUD Wangaya Provinsi Bali dipimpin oleh Kepala
Ruangan Merak dengan latar belakang pendidikan sarjana keperawatan,
dimana dalam pemberian asuhan keperawatan, seharusnya dibagi
menjadi dua perawat primer. Tetapi hanya terdapat satu perawat primer
dan terdiri dari 3 PA serta 4 PA lainnya ditanggung jawabkan oleh PP 1.
Disamping itu Ruang Merak juga mempunyai 1 orang pegawai
administrasi merangkap dengan ruangan lain dan 2 cleaning service yang
merangkap dengan ruangan lain, 1orang bertanggung jawab khusus di
Ruang Merak dan bertugas saat jaga pagi.

11
STRUKTUR ORGANISASI RUANG MERAK RSUD WANGAYA

Kepala Ruangan

Ns. Ni Wayan Deani, S.Kep

Wakil Kepala Ruangan

Ni Wayan Ernawati, Amd. Kep

PP 1 PA

Ketut Ayu Sugiantari, S.Kep 1. I Dewa Ayu Purnama Dewi.


Amd.Kep
PA 2. Ners. Ni Luh Gede Sayang
Darmayanti. S.Kep
1. Gede Oka P.,Amd.Kep
3. Ners. Ni Luh Gede
2. Ni Putu Ayu Suryaningsih,
Agustini,S.Kep
Amd.Kep
4. Agus Ardian, Amd.Kep
3. Ni Nyoman Teken Trivena,
Amd.Kep

12
b. Ketenagaan Ruang Merak RSUD Wangaya Provinsi Bali
1) Riwayat pendidikan, ketenagaan dan sertifikasi Ruang Merak RSUD
Wangaya Provinsi Bali
a) Tenaga Keperawatan
1. Tenaga DIII Keperawatan 7 orang
2. Tenaga S1 Keperawatan 3 orang
b) Tenaga Non Keperawatan
1. Tenaga Administrasi dan komputerisasi 1 orang (merangkap
dengan ruangan lain)
2. Tenaga cleaning service 2 orang (merangkap dengan ruangan
lain)
2) Tabel ketenagaan dan riwayat pendidikan perawat serta pelatihan yang
didapat.
Table 3.1 Ketenagaan dan Riwayat Pendidikan Perawat

13
No Nama Status Pendi Masa Pelatihan yang
Ketenagaan dikan Kerja pernah diikuti
1. Ns. Ni Wayan PNS/Kepala S1+ 22 th - Manajemen bangsal
Deani, S.Kep Ruangan NERS dan bimbingan
klinik.
- BHD
- Preceptorship
- Metode penugasan
- K3RS
- Asesor kompetensi
keperawatan
- Pencegahan inos
- Clinical pathway
- Pelatihan PPI dasar
- Penggunaan alat
kesehatan
- Pelatihan verifikasi
satuan kredit profesi
- Pelatihan
keselamatan pasien
dan manajemen
resiko di RS
- APAR
- Cuci tangan
- TNA
- Training of trainer
(TOT) terintegrasi
2. Ni Wayan PNS/ Wakil D III 12 th - PONEK
Ernawati, Kepala Kep - BHD
Amd. Kep Ruangan - APAR
- Cuci tangan
- Komunikasi efektif
dalam konteks
edukasi dan
keselamatan pasien.
- Pencegahan inos
- PMKP untuk
pengumpulan data
- PPI Dasar
- Provider initiated
test conselig
- Preceptorship
- TB DOTS
- Manajemen bangsal
3. Ketut Ayu PNS S1+ 15 th - Cuci tangan
Sugiantari, NERS
S.Kep - BHD
- APAR
4. Gede Oka PTtp D3 4 th BHD & RJP, Hand
P.,Amd.Kep Kep Hygiene, APAR,
Teknik Aseptik.
5. Ni Putu Ayu PNS D3 7 th - RJP & BHD
Suryaningsih, Kep
Amd.Kep 14 - APAR
- Cuci tangan
- Disaster plan
Dilihat dari kuantitas, Ruang Merak memiliki 10 orang perawat
(termasuk kepala ruangan dan wakil kepala ruangan) dengan kualifikasi
pendidikan terdiri dari 3 S1 keperawatan + NERS dan 7 perawat dengan
pendidikan DIII Keperawatan. Dilihat dari masa kerja dapat diketahui bahwa
masa kerja setiap tenaga keperawatan di Ruang Merak RSUD Wangaya adalah
bervariasi dengan rincian masa kerja terlama 22 tahun dan terpendek 2 tahun.
Bila ditinjau dari segi kualitas, dari 10 orang tenaga perawat di Ruang Merak
RSUD Wangaya diperoleh data 5 orang (50%) berstatus PNS dan 5 orang
(50%) dengan status pegawai kontrak. Semua perawat di ruang Merak RSUD
Wangaya yang berlatar belakang pendidikan sarjana keperawatan dan DIII
keperawatan sudah pernah mengikuti pelatihan seperti:
a) Pelatihan BHD (Bantuan Hidup Dasar)
b) Pelatihan penanggulangan bencana kebakaran
c) Pelatihan Cuci Tangan
3) Pembagian Tugas
Adapun pembagian tugas keperawatan yang dimiliki Ruang Merak
RSUD Wangaya adalah Kepala Ruangan, wakil kepala ruangan yang dibantu
oleh 1 orang PP yang bertanggung jawab pada 7 orang PA yang terbagi dalam
2 tim kerja oleh karena keterbatasan tenaga. Adapun tugas dan tanggung
jawab setiap perawat adalah sebagai berikut:

Tabel 3.2 Pembagian Tugas Kepala Ruangan dan Wakil Kepala Ruangan
Data
No SDM Fungsi Standar Teori Pengkajian
Ya Tidak
1. Kepala Administrasi 1. Melakukan absensi √
2. Membuat jadwal jaga √
Ruangan
3. Membuat laporan jaga √
4. Membuat laporan (harian, √
bulanan, triwulan)
5. Membuat sensus harian √

6. Melakukan registrasi pasien

masuk dan keluar

15
7. Membuat perencanaan
kebutuhan tenaga, alat, fasilitas

dan obat √
8. Membuat laporan insiden
keselamatan pasien

9. Membuat program

pemeliharaan alat dan fasilitas √
10. Menyusun program: √
a) pengembangan staf
b) orientasi staf baru
c) bimbingan staf
d) membuat laporan kinerja
staf
Kepemimpinan 1. Mendelegasikan tugas √
2. Membimbing staf √
3. Membina kerja staf √
4. Membagi tugas harian √
5. Mengkoordinasikan √
pertukaran jaga staf

6. Membuat usulan penilaian
kinerja staf/daftar penilaian
pelaksanaan pekerjaan
Jaminan Mutu 1. Melaksanakan refleksi √
diskusi kasus

2. Melakukan pengendalian
infeksi nosokomial √
3. Melaksanakan gugus kendali

mutu
4. Melakukan bimbingan/coach

keterampilan staf
5. Melakukan survey kepuasan √

pasien:

a) Angket

b) Kotak saran
c) Buku pesan dan kesan
6. Mengikuti
pendidikan/pelatihan

16
Promosi 1. Menerima operan jaga shift √
malam ke pagi

2. Melakukan orientasi staf

3. Melakukan orientasi pasien
baru √
4. Mengadakan rapat rutin

ruangan

5. Mensosialisasikan

a. Kebijakan

b. Standar

c. SOP
6. Mengikuti rapat rutin dan

koordinator
7. Memberi penyuluhan √
perorangan

8. Memberi penyuluhan

kelompok
9. Melaksanakan PKM RS
10. Melaksanakan discharge
planning
Monitoring 1. Monitoring kerja staf √
2. Melakukan supervisi √
keperawatan RS

3. Melakukan evaluasi standar
asuhan keperawatan √
4. Memantau pelaksanaan,
pengembangan/bimbingan
staf
Advokasi 1. Melakukan informed √
2. Melakukan pendampingan √
pasien

3. Menjaga privasi

4. Menjaga kerahasiaan pasien
2 Staff Administrasi 1. Melakukan absensi √
2. Membuat laporan jaga √
3. Membuat sensus harian √
4. Melakukan registrasi pasien √
masuk dan keluar
Jaminan Mutu 1. Melaksanakan refleksi diskusi √

17
kasus
2. Melakukan pengendalian √
infeksi nosokomial

3. Melaksanakan gugus kendali
mutu √
4. Melakukan survey kepuasan

pasien:

a. Angket

b. Kotak saran

c. Buku pesan dan kesan
5. Mengikuti
pendidikan/pelatihan
Promosi 1. Melakukan operan jaga setiap √
shift

2. Melakukan orientasi staf baru

3. Melakukan orientasi pasien
baru √
4. Mengikuti rapat rutin ruangan √
5. Mensosialisaikan : √
a. Kebijakan √
b. Standar √
c. SOP √
6. Mengikuti rapat rutin dan

koordinasi
7. Memberi penyuluhan

perorangan
8. Memberi penyuluhan √

kelompok
9. Melaksanakan PKM RS
10. Melaksanakan discharge
planning
Advokasi 1. Melakukan informed consent √
(lisan dan tulisan)

2. Melakukan pendampingan
pasien √
3. Menjaga privasi pasien √
4. Menjaga kerahasiaan
dokumen.

18
4). Perhitungan Menurut Rumus Doglas
a) Perhitungan beban kerja dan kebutuhan perawat

Tabel 3.3 Perhitungan Beban Kerja dan Kebutuhan


Perawat Menurut Rumus Douglas

Minimal Care Parsial Care Total Care


Pagi 0,17 0,27 0,36
Siang 0,14 0,15 0,30
Malam 0,07 0,10 0,20

Diketahui :
Ruang Merak RSUD Wangaya dengan kapasitas 16 pasien tingkat
ketergantungan pasien tanggal 23 Agustus 2018:
Tabel 3.4 Kebutuhan Perawat Berdasarkan Tingkat
Ketergantungan Pasien

Shift
Klasifikasi
Pagi Sore Malam

Minimal
0 x 0,17 = 0 0 x 0,14 = 0 0x 0,07 = 0
Care

Parsial Care 5 x 0,27 = 1,35 6 x 0,15 = 0,9 6 x 0,10 = 0,60


Total Care 3 x 0,36 = 1.44 4 x 0,30 = 1.2 4 x 0,20 = 0,80
Jumlah 3 3 2
Jadi, total perawat yang dibutuhkan dalam sehari : 3+3+2 = 8
perawat.

Kebutuhan Perawat untuk hari libur/cuti/hari besar dan tugas


non keperawatan
1. Hari libur/cuti/hari besar

= 52 + 12 + 14
286 X8

78
= X8
286

19
= 2,2
= 3 orang
Struktural
Kepala ruangan = 1 orang
Wkil kepala ruangan = 1 orang
PP = 2 orang
Total = 4 orang
Total kebutuhan perawat
= R. Douglas + L.DAY + perawat structural
=8+3+4
= 15 orang
Total kebutuhan perawat adalah 15 orang.

5) Rumus DEPKES RI
No Jenis/kategori Rata-rata Rata-rata jam Jumlah
pasien/hari perawatan/pasien/hari perawatan/hari
1 Paisen 11 3.5 38.5
penyakit
dalam
2 Pasien bedah 2 4 8
3 Pasien gawat 1 10 10
4 Pasien anak 1 4,5 4,5
5 Pasien 1 2,5 2,5
kebidanan
Jumlah 16 63.5

Jumlah tenaga keperawatan yang diperlukan adalah :

a) Jumlah jam perawatan = 63.5 = 9 orang


Jam kerja efektif/shift 7
b) Hari libur/cuti/hari besar

= 52 + 12 + 14 X 9
= 3 perawat
286

c) Perawat yang mengerjakan tugas non profesi / perawatan


tidak langsung (perincian, kebersihan, dll)

(jumlah tenaga perawat + lost day) x 25 %

20
= (9 + 3) x 25%
= 3 orang

d) Total kebutuhan perawat


Rumus depkes + l.day + perawat tugas non keperawatan
= 9 + 3 + 3 = 15 orang

Analisa :
Menurut perhitungan jumlah tenaga perawat menggunakan rumus
DEPKES dan Douglas maka dapat disimpulkan bahwa Ruang
Merak RSUD Wangaya kekurangan tenaga perawat sebanyak 5
orang.

5) Alur Pasien Masuk


Mulai

Pasien
Tandatangani persetujuan perawatan dalam RM 5 ak

DPJP Keperawatan
Dietsien Mengasesmen awal
Mengasesmen awal medis
Mengasesmen keperawatan
status gizi - Anamnesis & pemeriksaaan
fisik - Keluhan utama
- Diagnosis kerja - Kenyamanan/aktivitas/prote
- Pemeriksaan penunjang ksi
Perlu DPJP - Pola makan&eliminasi
- Rencana terapi
- Menulis resep/alkes dalam - Respon emosi&kognisi
terapi -- Asesmen kebutuhan rohani
lembar RPO Sosio-spiritual
gizi? - Asesmen resiko jatuh
- Meminta diagnose penunjang - Asesmen nyeri (bila ada)
Dietsien
Kolaborasi Apoteker Keperawatan
pemberian nutrisi - Menyiapkan obat/alkes Asuhan keperawatan
- Data khusus/fokus
DPJP - Masalah/dx keperawatan
- Melakukan terapi sesuai PPK - Tgl/jam intervensi
dan CP - Tgl/jam evaluasi (SOAP)
21
DPJP/Keperawatan/Dietisien
Mengasesmen ulang medis/keperawatan/gizi
- Observasi tanda vital, nyeri & keluaran cairan harian
- Perkembangan terintegrasi
- Monitor harian
DPJP&Keperawatan
Merencanakan pemulangan pasien
DPJP/Keperawatan/Apoteker/DIetisienis
Memberikan edukasi kepada pasien / keluarga

Perlu
HCU/ICU?

DPJP
Perlu (( Meminta persetujuan
HCU/ICU? masuk HCU/ICU (IRIT)
(IRIT)
DPJP Prosedur
- Melakukan penangan lanjutan HCU/ICU (IRIT)
- Mengisi form discharge planning
Meninggal

Kembali ke IRI

DPJP
Sembuh Menulis sebab kematian

Selesai DPJP Prosedur


- Mengisi form resume medis kamar jenazah
- Membuat surat rujuk balik/control poli
Bagan 3.2: Alur Masuk Pasien ke Ruang Merak RSUD Wangaya

2. M2-Material
a. Lokasi dan Denah Rumah Sakit dan Ruangan
1) Gambaran lokasi RSUD Wangaya sebagai berikut:
Timur : Berseberangan dengan rumah penduduk
Utara : Bersebelahan dengan kuburan
Barat : Bersebelahan dengan sungai
Selatan :Bersebelahan dengan rumah penduduk
2) Gambaran lokasi Ruang Merak RSUD Wangaya
Timur : Berseberangan dengan parkir

22
Utara : Terdapat kuburan
Barat : Berseberangan dengan ruang diklat
Selatan : terdapat pintu masuk utama dan tangga menuju parkir

23
3) Denah Lokasi Ruang Merak RSUD Wangaya
Gambar 3.1 Denah lokasi Ruang Merak RSUD Wangaya

6 6 6
6
2

1
1 3 8 4
4

10 9

1
1 1
7
1

6 6 6 6 6 6 6

Ket :
1 : Ruang Perawatan 4 : Nurse station 7 : Ruang Skill Lab 10 : Gudang
2 : Ruang Karu 5 : Spolhoek 8 : Ruang obat
3 : Ruang Tindakan 6:WC 9 : Ruang Ante Room

27
Ruang Merak teletak di lantai 1 dengan akses 1 pintu masuk. Di
Ruang Merak terdapat 5 ruang rawat, 1 ruangan khusus perawat, 1 ruang
tindakan, 1 ruangan khusus obat, 1 spoelhook.
a. Lingkungan Kerja
Menurut Mardiana (2005) lingkungan kerja adalah dimana
pegawai melakukan pekerjaan sehari hari. Lingkungan kerja yang
kondusif memberikan rasa aman dan memungkinkan para pegawai
untuk bekerja optimal. Lingkungan kerja dapat mempengaruhi emosi
pegawai. Jika pegawai menyenangi lingkungan kerja dimana dia
bekerja, maka pegawai tersebut akan betah ditempat kerjanya untuk
melakukan aktifitas sehingga waktu kerja dipergunakan secara efektif
dan optimal, prestasi kerja pegawai juga tinggi. Lingkungan kerja
tersebut mencakup hubungan kerja yang terbentuk antara sesama
pegawai dan hubungan kerja antar bawahan dan atasan serta
lingkungan fisik tempat lingkungan pekerja.
Berdasarkan hasil observasi di Ruang Merak RSUD Wangaya,
didapatkan lingkungan kerja sangat kondusif dan nyaman dimana
terdapat hubungan baik antara perawat dengan dokter, perawat dengan
atasan, perawat dengan tenaga medis lainnya maupun perawat dengan
pasien. Selain itu untuk menjaga privasi pasien di Ruang Merak sudah
tersedia sampiran pembatas bed antara pasien yang satu dengan yang
lain.
b. Sarana dan Prasarana
Didalam manajemen keperawatan sangat diperlukan adanya
pengelolaan peralatan sebagai faktor pendukung atau penunjang
terlaksananya pelayanan keperawatan. Peralatan kesehatan untuk
pelayanan keperawatan dipergunakan untuk melaksanakan asuhan
keperawatan untuk menunjang kelancaran pelaksanaan sehingga
diperoleh tujuan pelayanan keperawatan yang efisien dan efektif.
Jumlah fasilitas dan alat-alat kesehatan dapat dipenuhi dengan standar

28
yang telah ditetapkan oleh masing-masing institusi dengan
memperhatikan jenis, alat, bahan, ukuran, jumlah yang dibutuhkan.
Ruang Merak RSUD Wangaya merupakan ruang infeksi
menular. Ruang Merak RSUD Wangaya terbagi menjadi terdiri 1 PP
namun seharusnya terdiri 2 PP.
1) Fasilitas alat medis, non medis keperawatan dan alat tenun
Berdasarkan data yang didapatkan dari pengkajian yang dilakukan
tanggal 23 Agustus 2018 didapatkan fasilitas alat medis pada tabel
sebagai berikut:
Tabel 3.5 Fasilitas Alat Kesehatan Ruang Merak RSUD
Wangaya Tanggal 23 Agustus 2018

No. Nama Barang Jumlah Keterangan


1 Suction 1 Baik
2 Regulator O2 tabung 1 Baik
3 Tromol Gas Besar 1 Baik
4 Kereta O2 Besar 2 Baik
5 Tabung O2 Besar 2 Baik
6 Lampu Baca Film 1 Baik
7 Meja Visite 1 Baik
Bed Pasien 1 Crank
8 6 Baik
(max)
Bed Pasien 2 Crank
9 3 Baik
(max)
10 Bed Pasien (kastror) 1 Baik
11 Troli Kayu 2 Baik
12 Nabulasser 1 Baik
13 Waskom 2 Baik
Bed Pasien
14 1 Baik
(Supramax)
15 Bedisde 12 Baik
16 Instrumen Bak SH 1 Baik
17 Tensimeter Hg 1 Baik
18 Troley O2 kecil 1 Baik
19 Troley Kecil 2 Baik
20 Continus Pump 1 Baik
21 Bed Pasien 3 crank 1 Baik

29
22 Emergency Troley 1 Baik
23 Tensi meter manual 1 Baik
24 Stethoscope dewasa 1 Baik
25 Patien bed set 1 Baik
26 Oxygen tank 1 m3 1 Baik
Medicine trolley 50
27 1 Baik
drawer
Tensimeter Hg
28 1 Baik
Erkameter 3000
29 Medicine troll 1 Baik
30 Stand infuse 4 Baik
31 Stetoscope dewasa 1 Baik
32 Medical trolley 1 Baik
33 O2 regulator 2 Baik
ALAT RUMAH
Baik
TANGGA
1 Meja tulis tak berlaci 1 Baik
Meja kayu kecil Rusak Berat
2 1
putih
3 Meja ½ biro 1 Rusak Ringan
Almari kayu untuk
4 1 Baik
linen
5 Lemari obat kaca 1 Rusak Ringan
Almari kayu untuk
6 1 Baik
ATk, Alkes, B3
Tabung pemadam
7 1 Baik
2.5kg
8 Telepon 1 Baik
9 Meja ½ biro 1 Baik
10 Televisi14 inch 1 Baik
Ceiling fan (lampu
11 1 Baik
hias)
12 Dingklik tinggi 1 Baik
Jemuran
13 kecil/jemuran 4 Baik
handuk
14 Wall fan 1 Baik
15 AC 1,5 PK split 3 Baik
16 TV 22’ LED 1 Baik

30
17 AC split 1 PK 2 Baik
18 Kursi bar 1 Baik
19 Rak gantung 1 Baik
20 Exhaust Fan 7 Baik
21 TV 29’ LED LE 507 1 Baik
Kursi lipat hitam
22 2 Baik
FTR 407
23 Loker 5 pintu 2 Baik
Computer
24 1 Baik
mainframe/server
25 Lemari plastik 2 Baik
26 Syringe pump 1 Baik
Sumber : Inventaris Ruang Merak RSUD Wangaya Tahun 2018
2) Fasilitas untuk petugas kesehatan
a) Ruang kepala ruangan terpisah dengan nurse station
b) Nurse station berada di sebelah kanan pintu masuk
c) Kamar mandi staf berada di dalam ruang jaga perawat
d) Spoelhock berada di belakang area kamar M5 .
3) Administrasi penunjang
a) Buku jadwal dinas
b) Buku absensi pegawai
c) Buku laporan pasien
d) Buku amprahan alat
e) Buku register pasien
f) Buku visite dokter
g) Buku injeksi
h) Buku penerimaan barang
i) Buku steril alat
j) Buku tindakan medis
k) Buku laporan
l) Buku laporan kematian
Analisa:
Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara di Ruang
Merak RSUD Wangaya, semua peralatan yang ada baik medis
maupun non medis sudah cukup baik secara kualitas dan kuantitas
dan sudah cukup memenuhi standar dari Permenkes 56 tahun 2014.
- Alat-alat medis dan obat-obat emergency yang ada sudah cukup
memenuhi standar perawatan dan tersedia diruangan tindakan. Obat

31
oral dan injeksi pasien diletakkan pada troli dan dan pada trolley
tersebut telah dilengkapi dengan nama pasien.

- Penataan ruangan untuk antar pasien belum optimal dilihat dari


belum adanya sekat antara satu pasien dengan pasien yang lain,
sekat yang diberikan berupa sampiran antara satu pasien dengan
pasien yang lain, hanya beberapa ruangan yang berisi sampiran,
serta belum adanya no bed pada ruangan pasien.

- Ruangan yang digunakan adalah ruang gabung dimana pasien


suspect di gabung dengan yang sudah terdiagnosa TB, serta
ventilasi yang digunakan ventilasi sederhana.

- Terdapat 2 bed pasien yang terlihat sudah rusak dan belum terisi
matras.

- Penyediaan tempat sampah pada ruangan masih kurang dan ada


beberapa tempat sampah belum ada tutupnya atau rusak sehingga
pemilahan antara sampah medis dan non medis belum maksimal.

3. M3-Metode
q. Penerapan sistem MPKP
a) Kajian Teori
Metode praktek keperawatan profesional merupakan salah
satu metode praktek keperawatan professional, dimana perawat
bertanggung jawab penuh selama 24 jam terhadap asuhan
keperawatan pasien mulai dari pasien tersebut masuk sampai keluar
dari Rumah Sakit. Metode praktek keperawatan ini mendorong
kemandirian perawat, ada kejelasan antara pembuat asuhan
keperawatan dan pelaksanaan asuhan keperawatan, sehingga konsep
dasar metode ini adalah adanya tanggung jawab dan tanggung gugat
model.
Dasar pertimbangan penerapan MPKP:
6. Sesuai visi dan misi Rumah Sakit
7. Ekonomis
8. Menambah kepuasaan klien, keluarga dan masyarakat

32
9. Menambah kepuasan kerja perawat karena dapat melaksanakan
perannya dengan baik
10. Dapat diterapkan proses keperawatan
11. Terlaksanannya komunikasi yang adekuat antara perawat dan
tim kesehatan lainnya
Terdapat lima Metode Praktek Keperawatan Professional namun
disini akan dibahas mengkhusus yakni MPKP Modifikasi ( Tim –
Primer). Model MPKP Tim dan Primer digunakan secara kombinasi
dari kedua sistem. Menurut Ratna S. Sudarsono (2000) penetapan
sistem model MPKP didasarkan dalam beberapa alasan:
a) Keperawatan primer tidak digunakan secara murni, karena
perawat primer harus mempunyai latar belakang pendidikan S1
keperawatan atau setara
b) Keperawatan tidak digunakan secara murni karena tanggung
jawab askep pasien terfragmentasi pada berbagai tim
c) Melalui kombinasi kedua model tersebut diharapkan komunitas
asuhan keperawatan dan akuntabilitas askep terdapat pada
primer
Adapun kelebihan dan kekurangan dari Metode MPKP Modifikasi
( Tim – Primer)
(1) Keuntungan MPKP Modifikasi
(1) Menungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh
(2) Mendukung pelaksanaan proses keperawatan
(3) Memungkinkan komunikasi antar tim sehingga konflik
mudah diatasi dan memberikan kepuasan kepada anggota
tim
(4) Saling memberi pengalaman antar sesama tim
(5) Bersifat kontinuitas dan komprehensif
(6) Mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil dan
memungkinkan pengembangan diri
(7) Mendorong kemandirian perawat
(8) Ada keterikatan pasien dan perawat selama dirawat

33
(2) Kelemahan MPKP Modifikasi
1) Tim yang satu tidak mengetahui mengenai pasien yang
bukan menjadi tanggung jawabnya
2) Rapat tim memerlukan waktu sehingga pada situasi sibuk
rapat tim ditiadakan atau terburu-buru sehingga dapat
mengakibatkan komunikasi dan koordinasi antar anggota
tim terganggu sehingga kelancaran tugas terhambat.
3) Perawat yang belum terampil dan belum berpengalaman
selalu tergantung atau berlindung kepada anggota tim yang
mampu atau ketua tim.
4) Perlu kualitas dan kuantitas tenaga perawat
5) Hanya dapat dilakukan oleh perawat professional
6) Biaya relatif lebih tinggi dibandingkan metode lain
b) Penetapan Jenis Tenaga
Penetapan jenis tenaga keperawatan dipengaruhi oleh metode
pemberian asuhan keperawatan yang digunakan. Pada MPKP,
metode pemberian asuhan keperawatan yang digunakan adalah
metode tim primer (modifikasi), namun pelaksanaannya kurang
optimal karena keterbatasan tenaga keperawatan sehingga peran
Kepala Ruangan Rawat, Wakil Kepala Ruangan Rawat , Perawat
Primer (PP) tidak sesuai dengan fungsinya.

Struktur Ketenagaan Keperawatan Pada MPKP

Kepala

PP1 PP2 PP3

PA PA PA
PA PA PA
PA PA PA
PA PA PA
PA PA PA
34
Bagan 3.4 Struktur Organisasi
Sitorus,Ratna. (2006). Model Praktek Keperawatan Profesional
di Rumah Sakit

c) Kajian Data dan Analisa


Berdasarkan hasil pengkajian tanggal 22 – 24 Agustus 2018
di Ruang Merak RSUD Wangaya Kota Denpasar didapatkan bahwa
model pemberian asuhan keperawatan menggunakan model
keperawatan primer modifikasi tim. Hal ini dikarenakan pada
metode keperawatan primer, kualifikasi perawat primer harus
mempunyai latar belakang pendidikan S1 Keperawatan dan metode
tim tidak dapat digunakan secara murni karena tanggung jawab
asuhan keperawatan pasien terfragmentasi pada berbagai tim.
Selain itu model asuhan keperawatan ini cukup efisien dan
model ini memiliki standar asuhan keperawatan tersendiri tentang
tanggung jawab dan pembagian tugasnya juga jelas, tetapi pada
saat pengkajian model asuhan keperawatan ini mengalami
modifikasi lagi disesuaikan dengan kemampuan perawat dan
kondisi di ruangan. Kekurangan jumlah perawat menyebabkan
setiap perawat mengerjakan job desk perawat lainnya, terkadang
kepala ruangan merangkap kerja sebagai PP, Inventaris, IPCLN dan
wakil kepala ruangan bekerja di hari libur untuk melengkapi rasio
perawat di ruangan.

r. Penerapan Timbang Terima


a. Kajian Teori

35
Timbang terima pasien (operan) merupakan teknik atau
cara untuk menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang
berkaitan dengan keadaan pasien. Timbang terima pasien harus
dilakukan seefektif mungkin dengan menjelaskan secara singkat,
komplit dan jelas tentang tindakan mandiri perawat, tindakan
kolaboratif yang sudah dilakukan/belum dan perkembangan pasien
saat itu. Informasi yang disampaikan harus akurat sehingga
kesinambungan asuhan keperawatan dapat berjalan dengan
sempurna. Timbang terima dilakukan oleh perawat primer,
penanggung jawab dinas pagi, sore atau dinas malam secara lisan
dan tulisan.
b. Tujuan
Tujuan Umum
Mengkomunikasikan keadaan pasien dan menyampaikan informasi
yang penting.
Tujuan Khusus
1) Menyampaikan kondisi dan keadaan penderita (data fokus).
2) Menyampaikan hal-hal yang sudah /belum dilakukan dalam
askep pada penderita
3) Menyampaikan hal-hal yang penting yang harus ditindak
lanjuti oleh dinas berikutnya.
4) Menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya.
5) Menyampaikan kondisi atau keadaan klien secara umum.

c. Manfaat Timbang Terima


Bagi Perawat
1) Meningkatkan kemampuan komunikasi antara perawat .
2) Menjalin hubungan suatu kerjasama dan bertanggung jawab
antara perawat
3) Pelaksanaan askep terhadap penderita yang berkesinambungan
4) Perawat dapat mengikuti perkembangan penderita secara
paripurna
Bagi Pasien
1) Klien dapat menyampaikan masalah secara langsung bila ada
yang belum terungkap.

Hal-hal yang perlu diperhatikan :

36
1. Dilaksanakan tepat pada waktu, setiap penggantian shift.
2. Dipimpin oleh kepala ruangan atau penanggung jawab penderita
(PP).
3. Diikuti oleh semua perawat yang telah dan yang akan dinas
4. Adanya unsur bimbingan, pengarahan serta tanggung jawab.
5. Informasi yang disampaikan harus akurat, singkat, sistematis
dan menggambarkan kondisi penderita saat ini serta menjaga
kerahasiaan penderita
6. Timbang terima harus berorientasi pada permasalahan penderita.
7. Saat timbang terima di kamar pasien, menggunakan volume
suara yang cukup sehingga pasien di sebelahnya tidak
mendengar sesuatu yang privacy bagi klien. Sesuatu yang
dianggap rahasia sebaiknya tidak dibicarakan secara langsung
didekat klien
8. Sesuatu yang mungkin membuat klien terkejut sebaiknya
dibicarakan di nurse station

d. Prosedur Timbang Terima


Tabel 3.11 Prosedur Timbang Terima

TAHAP KEGIATAN WAKTU TEMPAT PELAKSANAAN


Persiapan 1. Timbang terima 5 menit Nurse PP, PA
dilaksanakan
Station
setiap pergantian
shift/operan.
2. Prinsip timbang
terima, semua
pasien dilakukan
timbang terima
khususnya
penderita yang

37
memiliki
permasalahan
yang belum/dapat
teratasi serta yang
membutuhkan
observasi lebih
lanjut
3. Perawat yang
melaksanakan
timbang terima
mengkaji secara
penuh terhadap
masalah
keperawatan,
kebutuhan dan
tindakan yang
telah/belum
dilaksanakan serta
hal-hal penting
lainya selama
masa perawatan
4. Hal-hal yang
sifatnya khusus
dan memerlukan
perincian yang
matang sebaiknya
dicatat secara
khusus untuk
kemudian
diserahterimakan
kepada petugas
berikutnya.
Pelaksana Kedua kelompok 20 menit Ners KARU, PP, PA
-an dinas sudah siap Station dan
(shift jaga).
Ruang
1. Kelompok yang
akan bertugas Pasien
menyiapkan buku
catatan.
2. Kedua kelompok
sudah siap
3. Kepala ruang
membuka acara
timbang terima.
4. PP
menyampaikan

38
timbang terima
pada PP
berikutnya, hal
yang perlu
disampaikan
dalam timbang
terima:
1. Jumlah
pasien
2. Identitas
klien dan
diagnose
medis
3. Data
(keluhan/suby
ektif dan
obyektif)
4. Masalah
keperawatan
yang masih
muncul
5. Intervensi
keperawatan
yang sudah
dan belum
dilaksanakan
(secara umum)
6. Intervensi
kolaboratif
dan dependen
7. Rencana
umum dan
persiapan yang
perlu
dilakukan
(persiapan
operasi,
pemeriksaan
penunjang dll)
5. Perawat yang
melakukan
timbang terima
dapat melakukan
klarifikasi, tanya
jawab dan
melakukan

39
validasi terhadap
hal-hal yang telah
ditimbang
terimakan dan
berhak
menanyakan
mengenai hal-hal
yang kurang jelas
6. Kepala ruangan/
PP menanyakan
kebutuhan dasar
pasien
7. Sedapatnya
mengupayakan
penyampaian
yang jelas singkat
dan padat
8. Lama timbang
terima untuk tiap
pasien tidak lebih
dari 5 menit
kecuali pada
kondisi khusus
dan memerlukan
keterangan yang
rumit
9. Pelaporan untuk
timbang terima
dituliskan secara
langsung pada
format timbang
terima yang
ditandatangani
oleh PP yang
juga saat itu
kepada PA yang
jaga berikutnya
Post a) Diskusi 5 menit Ners station KARU, PP, PA
b) Penandatangana
Timbang
n oleh PP dan
Terima diketahui oleh
KARU
c) Ditutup oleh
KARU

40
e. Evaluasi
1) Struktur (Input)
Pada timbang terima, sarana dan prasarana yang menunjang
telah tersedia antara lain: catatan timbang terima dituliskan pada
lembar catatan perkembangan pasien terintegrasi , status klien dan
kelompok shift timbang terima. Kepala ruangan selalu memimpin
kegiatan timbang terima yang dilaksanakan pada pergantian shift
yaitu malam ke pagi. Kegiatan timbang terima pada shift pagi ke
sore, dan sore ke malam di pimpin oleh perawat primer yang
bertugas saat itu.
2) Proses
Proses timbang terima dipimpin oleh kepala ruangan dan
dilaksanakan oleh seluruh perawat yang bertugas maupun yang akan
mengganti shift. Perawat primer mengoperkan ke perawat assosiate
berikutnya yang akan mengganti shift. Perawat melakukan timbang
terima dengan cara berkeliling ke setiap pasien dan menyampaikan
kondisi pasien secara akurat di dekat pasien. Cara ini akan lebih
efektif daripada harus menghabiskan waktu orang lain sekedar untuk
membaca dokumentasi yang telah kita buat, selain itu juga akan
membantu perawat dalam menerima timbang terima secara nyata. Isi
timbang terima mencakup identitas pasien, diagnosa keperawatan,
intervensi yang sudah dilakukan,
PASIEN intervensi yang belum dilakukan
dan pesan khusus. Setiap pasien tidak lebih dari 5 menit saat

DIANOSAklarifikasi
MEDIS ke pasien. DIAGNOSA
3) Hasil
MASALAH KEPERAWATAN
Timbang terima dapat dilaksanakan setiap pergantian shift.
KOLABORATIF RENCANA
Setiap perawat dapat mengetahui perkembangan pasien. Komunikasi
TINDAKAN
antar perawat berjalan dengan baik. Setelah proses timbang terima
YANG dilakukan, maka kedua PP menandatanganiYANG
selesai TELAH AKAN
laporan timbang
DILAKUKAN
terima dengan diketahui oleh kepala ruangan DILAKUKAN
Alur Timbang Terima
PERKEMBANGA
N/ KEADAAN
PASIEN

MASALAH:
TERATASI
BELUM 41
TERATASI
TERATASI SEBAGIAN
MUNCUL MASALAH BARU
Bagan 3.5 Alur Timbang Terima
f. Kajian Data
Berdasarkan pengamatan dan wawancara didapatkan timbang
terima sudah dilaksanakan yaitu pada pergantian shift pagi ke sore
(pukul 13.30 wita), shift sore ke malam (pukul 19.30 wita) dan shift
malam ke pagi (pukul 07.30 wita). Timbang terima telah dilakukan
di ners station terlebih dahulu kemudian dilanjutkan dengan
mengklarifikasi ke masing-masing tempat tidur pasien pada setiap
PP. Pada operan malam ke pagi, kegiatan ini dipimpin langsung
oleh kepala ruangan, operan pagi ke sore dipimpin oleh PP, dan
operan sore ke malam dipimpin oleh penanggungjawab shift. Isi
dari kegiatan timbang terima tersebut mencakup tentang diagnosa
medis, masalah keperawatan, intervensi keperawatan yang sudah
dan yang belum dilakukan serta terapi medis. Timbang terima di
ruang Merak diikuti oleh semua perawat yang bertugas dan
menggunakan catatan status pasien sebagai sarana dokumentasi
perkembangan pasien per shift. Dalam timbang terima sistem
komunikasi menggunakan SBAR dan didokumentasikan di lembar
catatan perkembangan pasien terintegrasi (CPPT) dan di tanda
tangani oleh perawat jaga. Setelah pelaksanaan timbang terima di
ruang perawat, kemudian kepala ruangan mengadakan diskusi
singkat untuk mengetahui sekaligus mengevaluasi kesiapan shift

42
selanjutnya dan dilakukan timbang terima berkeliling ke ruangan
pasien,

s. Ronde Keperawatan
1) Kajian Teori
Dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien, perawat
sering menemukan permasalahan-permasalahan sehubungan dengan
tindakan yang diberikan. Sebagai jalan keluarnya, dibutuhkan suatu
pemecahan masalah yang membutuhkan kemampuan cukup tinggi
baik pengetahuan, sikap maupun keahlian. Salah satu metode
pemecahan masalah adalah dengan ronde keperawatan.
Ronde keperawatan yaitu suatu metode untuk menggali dan
membahas secara mendalam masalah keperawatan yang terjadi pada
pasien dan kebutuhan pasien akan keperawatan yang dilakukan oleh
perawat primer atau associate, konselor, kepala ruangan dan seluruh
tim keperawatan dengan melibatkan pasien secara langsung sebagai
fokus kegiatan.
Ronde keperawatan merupakan suatu kegiatan dalam
mengatasi masalah keperawatan pasien yang dilaksanakan
disamping pasien, membahas, dan melaksanakan asuhan
keperawatan pada kasus tertentu yang dilakukan oleh perawat primer
dan atau konselor, kepala ruangan serta perawat associate yang
melibatkan seluruh anggota tim.
Adapun kegiatan ini mempunyai karakteristik meliputi :
(1) Pasien dan keluarga dilibatkan secara langsung
(2) Pasien merupakan fokus kegiatan
(3) PA atau PP dan konselor melakukan diskusi
(4) Konselor memfasilitasi kreatifitas konselor membantu
mengembangkan kemampuan PA dan PP dalam
meningkatkan kemampuan mengatasi masalah.
2) Manfaat Ronde Keperawatan
a) Masalah pasien dapat teratasi
b) Kebutuhan pasien data terpenuhi
c) Terciptanya komunitas keperawatan yang professional
d) Terjalinnya kerjasama antara tim kesehatan

43
e) Perawat dapat melaksanakan model asuhan keperawatan
dengan tepat dan benar.
Kriteria Pasien
Pasien yang dipilih untuk dilakukan ronde keperawatan
adalah pasien yang memiliki kriteria sebagai berikut:
1) Mempunyai masalah keperawatan yang belum teratasi meskipun
sudah dilakukan tindakan keperawatan.
2) Pasien dengan kasus baru atau langka.
Kriteria Evaluasi
1) Struktur
(a) Persyaratan administrative (informed consent, alat dan
lainnya)
(b) Tim ronde keperawatan hadir di tempat pelaksanaan ronde
(c) Persiapan dilakukan sebelumnya

2) Proses
(a) Peserta mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
(b) Seluruh peserta berperan aktif dalam kegiatan ronde sesuai
peran yang telah ditentukan

3) Hasil
a) Pasien merasa puas dengan hasil pelayanan
b) Masalah pasien teratasi
c) Perawat dapat :
(1) Menumbuhkan rasa berpikir yang kritis
(2) Menumbuhkan rasa berpikir yang sistematis
(3) Meningkatkan kemampuan validitas data pasien
(4) Meningkatkan kemampuan menentukan diagnose
keperawatan
(5) Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan
keperawatan yng berorientasi pada masalah pasien
(6) Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana
asuhan keperawatan
(7) Meningkatkan kemampuan justifikasi
(8) Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja.

Tahapan Ronde
TAHAP PRA RONDE PP
PROPOSAL
PENETAPAN PASIEN

44
PERSIAPAN PASIEN :
1. INFORMED
CONSENT
2. HASIL

1. APA YANG MENJADI MASALAH


2. CROSS CEK DATA YANG ADA
3. APA YANG MENYEBABKAN MASALAH
TERSEBUT
TAHAP
4. BAGAIMANA PENDEKATAN (PROSES,
RONDE : SAK,SOP)
PENYAJIAN
TAHAP RONDE VALIDASI DATA

TAHAP RONDE DISKUSI KARU, PP,


PERAWAT KONSELOR
TAHAP PASCA RONDE EVALUASI

MASALAH TERATASI
Keterangan :
: Di Nurse Station
: Di Bed Pasien
Bagan 3.6 Tahapan Ronde

Keterangan
1) Pra Ronde
a) Menemukan kasus dan topik (masalah yang tidak teratasi dan
masalah yang langka)
b) Menentukan tim ronde
c) Mencari sumber dan literature
d) Membuat proposal
e) Mempersiapkan pasien : informed consent dan pengkajian
f) Diskusi apa diagnosis keperawatan ? apa data yang mendukung?
Bagaimana intervensi yang sudah dilakukan ? dan apa hambatan
yang ditemukan selama perawatan
2) Pelaksanaan Ronde
a) Penjelasan tentang pasien oleh perawat primer yang difokuskan
pada masalah keperawatan dan rencana tindakan yang akan
dilaksanakan serta memilih prioritas yang perlu didiskusikan
b) Diskusi antar anggota tim tentang kasus tersebut

45
c) Pemberian justifikasi oleh perawat primer atau konselor atau kepala
ruangan tentang masalah pasien serta rencana tindakan yang akan
dilakukan
3) Pasca Ronde
a) Evaluasi, revisi dan perbaikan
b) Kesimpulan dan rekomendasi penegakan diagnosis, intervensi
keperawatan selanjutnya
4) Peran masing – masing anggota tim
a) Peran perawat primer dan Perawat Associate
(1) Menjelaskan data pasien yang mendukung masalah pasien
(2) Menjelaskan diagnose keperawatan
(3) Menjelaskan intervensi yang dilakukan
(4) Menjelaskan hasil yang didapat
(5) Menjelaskan rasional (alasan ilmiah) dari tindakan yang
diambil
(6) Menggali masalah masalah pasien yang belum terkaji
b) Peran Perawat Konselor
(1) Memberikan justifikasi
(2) Memberikan reinforcement
(3) Memvalidasi kebenaran dan intervensi keperawatan serta
rasional tindakan
(4) Mengarahkan dan koreksi
(5) Mengintegrasikan konsep dan teori yang telah dipelajari
3) Kajian Data dan Analisis
Berdasarkan hasil wawancara didapatkan data bahwa kepala
ruangan dan semua perawat di ruang Merak sangat mendukung
adanya ronde keperawatan karena kasus yang dibahas dalam ronde
keperawatan sangat kompleks dan bervariasi sehingga memerlukan
penanganan khusus tetapi dalam pelaksanaan dilapangan, ronde
keperawatan belum dapat dilaksanakan secara optimal karena
kriteria untuk kasus pasien yang di rondekan masih sedikit. Selain
Ronde Keperawatan, di Ruang Merak juga diadakan diskusi
refleksi kasus (DRK) setiap bulannya. DRK besar (mengundang
pihak kepala bidang keperawatan) dilakukan setiap satu tahun
sekali dan DRK intern dilakukan pada rapat intern di Ruang Merak
tiap bulannya. Sejauh ini pemecahan masalah pasien dilakukan

46
dengan cara perawat associate berdiskusi dengan perawat primer
dan kepala ruangan.

t. Supervisi Ruang Keperawatan


1) Kajian teori
Supervisi merupakan upaya untuk membantu pembinaan dan
peningkatan kemampuan pihak yang disupervisi agar mereka dapat
melaksanakan kegiatan yang telah ditetapkan secara efisien dan
efektif (Subjana,2004).
Menurut Depkes (2000), supervisi keperawatan adalah
kegiatan pengawasan dan pembinaan yang dilakukan secara
berkesinambungan oleh supervisor mencakup masalah pelayanan
yang bermutu setiap saat.
a) Tujuan Supervisi
Tujuan supervisi adalah pemenuhan dan peningkatan
pelayanan pada klien dan keluarga yang berfokus pada kebutuhan,
ketrampilan dan kemampuan dalam melaksanakan tugas.
b) Prinsip Supervisi
(1) Supervisi dilakukan sesuai dengan struktur
(2) Supervisi memerlukan pengetahuan dasar manajemen,
ketrampilan hubungan antar manusia dan kemampuan
menerapkan prinsip menajemen dan kepemimpinan
(3) Fungsi supervisi diuraikan dengan jelas, terorganisir dan
dinyatakan melalui pentujuk, peraturan, uraian tugas dan
standar.
(4) Supervisi merupakan proses kerja sama yang demokrasi
antara supervisi dan perawat pelaksana. Supervisi merupakan
visi, misi, falsafah, tujuan dan rencana yang spesifik.
(5) Supervisi menciptakan lingkungan yang kondusif,
komunikasi efektif, kreatifitas dan motifasi.
c) Pelaksanaan Supervisi
1) Kepala Ruangan
a) Bertanggung jawab dalam supervisi pelayanan
keperawatan pada klien di ruang perawatan

47
b) Merupakan ujung tombak penentu tercapai atau tidaknya
tujuan pelayanan kesehatan di rumah sakit
c) Mengawasi perawat pelaksanaan dalam melaksanakan
praktek keperawatan praktek keperawatan di ruang
keperawatan

2) Pengawas Perawatan
Bertanggung jawab dalam mensupervisi pelayanan pada kepala
ruangan yang ada di instalasiya.
3) Kepala Seksi Perawatan
Mengatasi instalasi dalam melaksanakan tugas secara langsung
dan seluruh perawat secara tidak langsung.
d) Langkah-langkah supervisi
(1) Pra supervisi
(a)Supervisor menetapkan kegiatan yang akan disupervisi
(b)Supervisor menetapkan tujuan
(2) Supervisi
a) Supervisor menilai kinerja perawat berdasarkan alat
ukur atau instrument yang telah disiapankan
b) Supervisor mendapat beberapa hal yang memerlukan
pembinaan
c) Supervisor memanggil PP dan PA untuk mengadakan
pembinaan dan klarifikasi permasalahan
d) Pelaksanaan supervisi dengan inspeksi, wawancara dan
menvalidasi data sekunder
(3) Pasca supervisi
(a)Supervisor memberkan supervisi (F-Fair)
(b)Supervisor memberikan feedback dan klarifikasi
(c)Supervisor memberikan reinforcement dan follow up
perbaikan
e) Peran supervisor dan fungsi supervisi keperawatan
Peran dan fungsi supervisor dalam supervisi adalah
mempertahankan keseimbangan pelayanan keperwatan dan
manejemen sumber daya yang tersedia.
1) Manajemen pelayanan keperawatan
Tanggung jawab supervisor adalah :
(1)Menetapkan dan mempertahankan standar praktek
keperawatan.

48
(2)Menilai kualitas asuhan keperawatan dan pelayanan
yang diberikan.
(3)Mengembangkan peraturan dan prosedur pelayanan
keperawatan, kerjasama dengan tenaga kesehatan lain
yang terkait.
2) Manajemen anggaran
Manejemen keperawatan berperan aktif dalam membantu
perencaranaan dan pengembangan
Supervisor berperan dalam:
a) Membantu menilai rencana keseluruhan dikaitkan
dengan dana tahunan yang tersedia, menegembangkan
tujuan unit yang dapat dicapai sesuai tujuan RS.
b) Membantu mendapatkan informasi statistic untuk
merencanakan anggaran keperawatan.
c) Memberi justifikasi proyeksi anggaran unit yang
dikelola.
d) Supervisi yang berhasil guna dan berdaya guna tidak
dapat terjadi begitu saja, tetapi memerlukan praktek dan
evaluasi penampilan agar dapat dijalankan dengan
tepat. Kegagalan supervisi dapat menimbulkan
kesenjangan dalam pelayanan keperawatan.
f) Teknik Supervisi
(1) Proses supervisi keperawatan terdiri dari 3 elemen
kelompk, yaitu:
(a)Mengacu pada standar asuhan keperawatan
(b)Fakta pelaksanaan praktek keperawatan sebagai
perbandingan untuk menetapkan pencapaian
(c)Tindak lanjut dalam upaya memperbaiki dan
mempertahankan kualitas asuhan
g) Area Supervisi
(1) Pengetahuan dan penegrtian tentang klien
(2) Keterampil yang dilakukan disesuai dengan standar
(3) Sikap penghargaan pekerjaan misalnya kejujuran, empati
h) Cara Supervisi
Supervisi dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu:
a) Langsung

49
Supervisi dilakukan secara langsung pada kegiatan yang
sedang berlangsung, dimana supervisor dapat terlibat dalam
kegiatan, feed back dan perbaikan.
Adapun prosesnya adalah:
a) Perawat pelaksana melakukan secara mandiri suatu
tindakan keperawatan didampingi oleh supervisor
b) Selama proses, supervisor dapat memberi dukungan,
reinforment dan petunjuk
c) Setelah selesai, supervisor dan perawat pelaksana
melakukan diskusi yang bertujuan untuk menguatkan
yang telah sesuai dan memperbaiki yang masih kurang.
Reinforcement pada aspek yang positif sangat penting
dilakukan oleh supervisor.
b) Supervisi secara tidak langsung
Supervisi dilakukan melalui laporan baik tertulis
maupun lisan. Supervisor tidak melihat langsung apa yang
terjadi di lapangan sehingga mungkin terjadi kesenjangan
fakta. Umpan balik dapat diberikan secara tertulis. Peran
kepala ruangan, PP dan PA dalam MPKP adalah
(1)Peran Kepala Ruangan (KaRu)
(1)Sebagai konsultan dan pengendali mutu perawat
primer
(2)Orientasi dan merencanakan karyawan baru
(3)Menyusun jadwal dinas dan memberi penugasan
pada perawat associate
(4)Evaluasi kerja
(5)Merencanakan atau menyelenggarakan
pengembangan staff
(2) Peran Perawat Primer (PP)
(1)Menerima klien dan mengkaji kebutuhan pasien
secara komprehensif
(2) Membuat tujuan dan merencanakan keperawatan
(3) Melaksanakan rencana yang telah dibuat
(4)Mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan
pelayanan yang diberikan oleh disiplin lain maupun
perawat lain
(5) Menerima dan menyesuaikan rencana asuhan

50
(6) Menyiapkan penyuluhan untuk pasien pulang
(7)Menyiapkan rujukan kepada pekerjaan social,
kontrak dengan lembagasosial di masyarakat
(8) Mengadakan kunjungan rumah bila perlu
(3)Peran Perawat Associate (PA)
Peran PA melaksanakan tindakan keperawatan
sesuai dengan rencana keperawatan yang telah disusun
oleh PP.

Alur Supervisi

Ka Bid Perawatan

KaSi Keperawatan

Ka. Perawatan IRNA

Menetapkan kegiatan dan Ka Ru


tujuan serta instrumen/ alat
ukur supervisi

PP1 PP 2
menilai kinerja supervisi
perawat
PA1 PA 2

1. Feedback
2. Penyampaian Kualitas Pelayanan
penilaian (fair) Meningkat
3. Follow up,
pemecahan masalah
dan reward

51
Bagan 3.7 Alur Supervisi

Kajian Data
Menurut hasil wawancara didapatkan bahwa supervisi di
Ruang Merak dilakukan oleh kepala ruangan, wakil kepala ruangan dan PP
secara bergiliran sesuai jadwal yang sudah ditetapkan dimana kepala
ruangan akan menegur perawat yang bekerja tidak sesuai dengan SOP dan
akan melakukan evaluasi kembali terhadap perawat tersebut. Selain itu
format baku pelaksanaan supervisi di Ruang Merak telah ditetapkan oleh
RS, tetapi jadwal pelaksanaannya dapat berubah jika ada halangan.
u. Sentralisasi Obat
Tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan keperawatan
dirasakan sebagai suatu fenomena yang harus direspon oleh perawat.
Respon yang ada harus bersifat kondusif dengan belajar banyak
langkah-langkah konkrit dalam pelaksanaannya (Nursalam, 2002),
yang salah satunya adalah pengelolaan sentralisasi obat. Pengawasan
terhadap penggunaan dan konsumsi obat, sebagai salah satu peran
perawat, perlu dilakukan dalam suatu pola atau alur yang sistematis
sehingga penggunaan obat benar-benar dapat dikontrol oleh perawat
sehingga resiko-resiko kerugian baik secara materiil maupun secara
non materiil dapat dieliminir. Kegiatan sentralisasi obat meliputi:
membuat strategi persiapan sentralisasi obat, persiapan sarana yang
dibutuhkan dan membuat petunjuk teknis penyelenggaraan sentralisasi
obat serta pendokumentasian hasil pelaksanaan sentralisasi obat.
Pengelolaan sentralisasi yang optimal merupakan salah satu usaha
untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan.
Tujuan:
(1) Tujuan Umum
Mampu mengaplikasikan peran Perawat Primer dalam
pengelolaan sentralisasi obat dan mendokumentasikan hasil
pengelolaan sentralisasi obat.

52
(2) Tujuan khusus
a) Mampu mengelola obat pasien: pemberian obat secara tepat
dan benar sesuai dengan prinsip 12B dan
mendokumentasikan hasil pengelolaan
b) Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman Perawat
Primer dan Perawat Associate dalam penerapan Prinsip
12B.
c) Meningkatkan kepuasan klien dan keluarga atas asuhan
keperawatan yang diberikan.
d) Meningkatkan kepercayaan pasien dan keluarga terhadap
perawat dalam pengelolaan sentralisasi obat.
e) Meningkatkan kepatuhan pasien terhadap program therapy.

Peran:
a) Perawat Primer dan Perawat Associate
a) Menjelaskan tujuan dilaksanakannya sentralisasi obat
b) Menjelaskan manfaat dilaksanakannya sentralisasi obat
c) Melakukan pencatatan dan control terhadap pemakaian obat
selama pasien dirawat
d) Melakukan tindakan kolaboratif dalam pelaksanaan program
therapy
b) Perawat Primer lain dan Supervisor
- Memberikan perlindungan terhadap pasien terhadap tindakan
malpraktik
- Menilai kepatuhan pasien terhadap program therapy
- Memotivasi pasien untuk memenuhi program therapy
Beberapa alasan yang paling sering mengapa obat perlu disentralisasi:
a) Memberikan bermacam-macam obat untuk satu pasien
b) Menggunakan obat yang mahal dan bermerek
c) Meresepkan obat sebelum diagnose pasti dibuat
d) Menggunakan dosis yang lebih besar daripada diperlukan
e) Memberikan obat kepada pasien yang tidak mempercayainya dan
akan membuang atau lupa minum
f) Memesan obat lebih daripada yang dibutuhkan, sehingga banyak
yang tersisa sesudah kadaluarsa
g) Tidak menyediakan lemari es, sehingga vaksin dan obat menjadi
tidak efektif

53
h) Meletakkan obat ditempat yang lembab, terkena cahaya atau
panas
i) Mengeluarkan obat terlalu banyak pada suatu waktu sehingga
dipakai berlebihan atau dicuri
Teknik pengelolaan obat (sentralisasi):
(1)Penanggung jawab pengelolaan obat adalah kepala ruangan yang
secara operasional dapat didelegasikan kepada staf yang ditunjuk
(2)Keluarga wajib mengetahui dan ikut serta mengontrol penggunaan
obat
(3) Penerimaan obat:
(a)Obat yang diresepkan ditunjukkan kepada perawat dan obat
yang telah diambil oleh keluarga diserahkan kepada perawat dan
menerima lembar terima obat
(b)Perawat menuliskan nama pasien, register, jenis obat, jumlah
dan sediaan obat dalam kartu control dan diketahui
(ditandatangani) oleh keluarga atau pasien dalam buku obat
(c)Pasien atau keluarga selanjutnya mendapatkan salinan obat yang
harus diminum serta kartu sediaan obat
(d)Obat yang telah diserahkan selanjutnya disimpan oleh perawat
dalam kotak obat
(4) Pembagian obat
(a)Obat yang telah diterima untuk selanjutnya disalin dalam buku
daftar pemberian obat
(b)Obat yang telah disimpan selanjutnya diberikan kepada perawat
dengan memperhatikan alur yang tercantum dalam buku daftar
pemberian obat
(c)Pada saat pemberian obat, perawat menjelaskan macam obat,
kegunaan obat, jumlah obat dan efek samping
(d)Sedian obat yang ada selanjutnya diperiksa setiap pagi oleh
kepala ruangan atau petugas yang ditunjuk dan dikomentasikan
dalam buku masuk obat
(5) Penambahan obat baru
1))Bilamana terdapat penambahan / perubahan jenis, dosis, atau
perubahan alur jenis obat, maka informasi ini akan dimasukkan
dalam buku masuk obat dan sekaligus dilakukan perubahan
dalam kartu sediaan obat

54
2))Pada pemberiaan obat yang bersifat tidak rutin, maka
dokumentasi dilakukan pada buku masuk obat dan selanjutnya
diinformasikan kepada keluarga dengan kartu khusus obat
(6) Obat khusus
1))Obat dikategorikan khusus apabila sediaan memiliki harga yang
cukup mahal, menggunakan alur pemberian yang cukup sulit,
memiliki efek samping yang cukup besar atau hanya diberikan
dalam waktu tertentu
2))Pada pemberian obat khusus dilakukan menggunakan kartu
khusus obat, dilaksanakan oleh perawat primer
3))Informasi yang diberikan kepada keluarga dan pasien: nama
obat, kegunaan, waktu pemberiaan, efek samping, penanggung
jawab pemberian dan wadah obat sebaiknya diserahkan atau
ditunjukkan kepada keluarga setelah pemberian
4))Menyimpan penyediaan obat
5))Memeriksa ulang atas kebenaran obat dan jenis obat, jumlah
obat dan menulis etiket dan alamat pasien
6))Sistem kartu persediaan
7))Lemari obat

DOKTER

PENDEKATA
N PERAWAT
KELUARGA
/PASIEN

FARMASI/APOTIK

PP/PERAWAT YANG
Alur Pelaksanaan Sentralisasi Obat Sarana persetujuan
MENERIMA
sentralisasi obat

Lembar serah
PASIEN/KELUARGA terima obat

Buku serah terima


masuk obat
PENGATURAN DAN
PENGELOLAAN OLEH
PERAWAT
55

PASIEN/KELUARGA
Keterangan :
: Garis komando
: Garis koordinasi

Bagan 3.8 Alur Pelaksanaan Sentralisasi Obat

Kajian data dan analisa


Alur sentralisasi obat di Ruang Merak RSUD Wangaya Kota
Denpasar berawal dari resep yang diberikan dokter kepada perawat
lalu dari perawat menyerahkan kepada keluarga pasien untuk
mengambil obat di bagian farmasi, setelah mendapat obat dari farmasi,

56
keluarga pasien menyerahkan obat kepada perawat yang bertugas
kemudian obat akan disentralisasi oleh perawat.
Menurut pengamatan dan wawancara didapatkan kegiatan
sentralisasi obat telah dilaksanakan dengan cukup baik dimana di
Ruang Merak sentralisasi obat sudah dilakukan dengan tersedianya
tempat sentralisasi obat yaitu troli obat untuk menyimpan obat –
obatan. Ruang Merak tidak memiliki lemari pendingin untuk
penyimpanan obat khusus. Selain itu sentralisasi sudah dilaksanakan
dengan system ODD (one day dose) dalam pengamprahan obat dan
sudah tidak menggunakan lagi form 3 warna serah terima obat (CPO).

v. Discharge Planning
1)) Kajian Teori
Tujuan : memberikan informasi yang tepat tentang perawatan dan
pengobatan yang harus dilanjutkan di rumah dan waktu
untuk melakukan control kembali.
Deskripsi : perencanaan persiapan pulang merupakan sesuatu yang
penting dalam keberhasilan asuhan keperawatan pasien
rawat inap karena informasi yang diberikan sebelum
pasien pulang merupakan bekal yang sangat berharga bagi
pasien dan keluarganya. Informasi yang tidak adekuat
sebelum pasien pulang dapat menyebabkan pasien dan
keluarganya melakukan tindakan yang kurang tepat akibat
kurang informasi.
Adapun pelaksanaan discharge planning yang idealnya dilaksanakan:
1)) PP memberikan HE (health education) pada pasien yang akan
pulang atau yang direncanakan pulang meliputi: obat-obatan
yang masih harus diminum di rumah, diet, aktivitas, istirahat,
waktu dan tempat kontrol kembali, apa yang dibawa pulang
dan hal- hal yang perlu diperhatikan pasien selama di rumah.
2)) Selain memberikan penjelasan secara lisan, PP juga
memberikan kartu discharge planning dan leaflet lain yang
berisi penjelasan yang diberikan.

57
3)) Setelah pasien dan keluarga mendapatkan discharge planning
maka pasien atau keluarga menandatangani format discharge
planning sebagai bukti telah mendapatkan discharge planning
dari perawat.

Alur Discharge Planning

Dokter dan tim PP dibantu PA

Keadaan Pasien:
Klinis dan pemeriksaan
penunjang lain
Tingkat ketergantungan
pasien

Perencanaan pulang

Penyelesaian
administrasi Lain- lain
Program HE:
Control dan obat atau
perawatan

Gizi

Aktivitas dan istirahat

Monitor58(sebagai program
servis safety) oleh: keluarga
Bagan 3.9 Alur Discharge Planning
Keterangan:
1)) Tugas Kepala Ruangan: Menentukan estimasi lama perawatan
2)) Tugas Perawat Primer :
1)) Menerima pasien baru
2)) Membuat rencana discharge planning
3)) Membuat leaflet
4)) Memberikan konseling

Kajian Data
Ruang Merak RSUD Wangaya Kota Denpasar telah tersedia sarana
discharge planning seperti lembar discharge planning, surat ijin
pulang dan surat rujukan. Dalam pelaksanaannya sudah dilakukan dan
telah didokumentasikan dengan baik. Pemberian edukasi / KIE saat
pasien pulang sudah dilakukan secara lisan. Materi yang diberikan
yaitu pengenalan mengenai penyakit pasien, cara mengatasinya jika
kambuh, minum obat secara teratur dan menganjurkan pasien untuk
melakukan kontrol kembali. Perawat akan memberikan leaflet selama
proses pemberian KIE.

w. Dokumentasi Keperawatan
1)) Kajian Teori
Dokumentasi merupakan catatan autentik dalam penerapan
manajemen asuhan keperawatan professional. Komponen
penting dalam pendokumentasian adalah komunikasi, proses
keperawatan dan standar asuhan keperawatan. Kegiatan
pendokumentasian meliputi ketrampilan berkomunikasi dan

59
keterampilan mendokumentasikan proses keperawatan sesuai
standar asuhan keperawatan.
1)) Manfaat:
1)) Sebagai alat komunikasi antar perawat dan dengan
tenaga kesehatan lain
2)) Sebagai dokumentasi legal dan mempunyai nilai
hukum
3)) Meningkatkan mutu pelayanan keperawatan
4)) Sebagai referensi pembelajaran dalam peningkatan
ilmu keperawatan
5)) Mempunyai nilai riset penelitian dan pengembangan
keperawatan

2)) Pelaksanaan
Secara garis besar model pendokumentasian meliputi:
a. Pengkajian Keperawatan
 Pengumpulan data, kriteria LARB: Lengkap,
Akurat, Relevan, dan Baru
 Pengelompokan data, kriteria:
5)) Data biologis : hasil dan observasi, tanda-
tanda vital dan pemeriksaan fisik melalui
inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi serta
pemeriksaan diagnostic atau penunjang:
laboratorium dan foto rontgen
6)) Data Psikologis, social, dan spiritual melalui
wawancara dan observasi
7)) Format pengkajian data awal menggunakan
model ROS( Review of System) yang
meliputi data demografi pasien, riwayat
keperawatan, observasi, dan pemeriksaan
fisik serta pemeriksaan penunjang.

b. Diagnosis Keperawatan
Kriteria:
 Status kesehatan dibandingkan dengan norma
untuk menentukan kesenjangan
 Diagnosis keperawatan dihubungkan dengan
penyebab kesenjangan dan pemenuhan pasien

60
 Diagnosis keperawatan dibuat sesuai dengan
wewenang perawat
 Komponen diagnosis terdiri atas P-E-S

c. Perencanaan Keperawatan
1) Prioritas Masalah:
Kriteria:
8)) Masalah yang mengancam kehidupan
merupakan prioritas utama
9)) Masalah yang mengancam kesehatan
seseorang merupakan prioritas kedua
10)) Masalah yang mempengaruhi
perilaku merupakan prioritas ketiga
2) Tujuan asuhan keperawatan, memenuhi syarat
SMART :
11)) Tujuan dirumuskan secara singkat
12)) Disusun berdasarkan diagnosis
keperawatan
13)) Spesifik pada diagnosis keperawatan
14)) Dapat diukur
15)) Dapat dipertanggungawabkan secara
ilmiah
16)) Adanya target waktu pencapaian

d. Rencana Tindakan
Didasarkan pada NIC (Nursing Intervention
Classification). Enis rencana tindakan keperawatan
mengandung 3 komponen, meliputi DET tindakan
Keperawatan:
A. Diagnosis/Observasi
B. Edukasi
C. Tindakan: independen, dependen, dan
interdependen
Kriteria:
1. Berdasarkan tujuan asuhan keperawatan
2. Merupakan alternatif tindakan secara tepat
3. Melibatkan pasien/keluarga
4. Mempertimbangkan latar belakang, sosial budaya
pasien dan keluarga

61
5. Mempertimbangkan kebiaksanaan dan peraturan
yang berlaku
6. Menamin rasa aman dan nyaman bagi pasien
7. Harus berupa kalimat instruksi, ringkas, tegas dan
penulisan menggunakan bahasa yang mudah
dimengerti
8. Menggunakan formulir yang baku
e. Intervensi Keperawatan
Berorientasi pada 15 komponen dasar keperawatan
yang dikembangkan dengan prosedur teknis
perawatan, kriteria:
1. Dilaksanakan sesuai rencana keperawatan
2. Mengganti keadaan bio-psiko-sosio-spiritual
pasien
3. Menjelaskan setiap tindakan keperawatan kepada
pasien/ keluarga
4. Sesuai dengan waktu yang telah ditentukan
5. Menggunakan sumber daya yang ada
6. Menunjukkan sikap sadar dan ramah dalam
berinteraksi dengan pasien/keluarga
7. Mencuci tangan sebelum dan sesudah
melaksanakan tindakan keperawatan
8. Menerapkan prinsip aseptis dan antisepsis
9. Menerapkan etika keperawatan
10. Menerapkan etika keperawatan
11. Menerapkan prinsip aman,nyaman, ekonomis,
privasi dan mengutamakan keselamatan pasien
12. Melaksanakan perbaikan tindakan berdasarkan
respon pasien
13. Merujuk dengan masalah yang mengancam
keselamatan pasien
14. Mencatat semua tindakan yang telah dilaksanakan
15. Merapikan pasien dan alat setiap selesai
melakukan tindakan
16. Melaksanakan tindakan keperawatan pada
prosedur teknis yang telah ditentukan
f. Evaluasi keperawatan

62
Dilakukan secara periodik, sistematis, dan berencana
untuk menilai perkembangan pasien setelah tindakan
keperawatan. Kriteria:
1. Setiap tindakan keperawatan dilakukan evaluasi
2. Evaluasi hasil menggunakan indikator perubahan
fisiologis dan tingkah laku pasien
3. Hasil evaluasi segera dicatat dan
dikomunikasikan untuk diambil tindakan
selanutnya
4. Evaluasi melibatkan klien dan tim kesehatan lain
5. Evaluasi dilakukan dengan standar
Komponen dalam evaluasi mencakup aspek:
1. Kognitif (pengetahuan klien tentang penyakit dan
tindakan)
2. Afektif (sikap) klien terhadap tindakan yang
dilakukan
3. Psikomotor (tindakan/prilaku) klien dalam upaya
penyembuhan
4. Perubahan biologis (tanda vital,system dan
imunologis)
Keputusan dalam evaluasi setelah dilakukannya
tindakan meliputi:
1. Masalah teratasi
2. Masalah tidak teratasi, harus dilakukan
pengkajian dan perencanaan tindakan ulang
3. Masalah teratasi sebagian, perlu modifikasi dari
rencana tindakan
4. Timbul masalah baru
Kajian Data
Dari hasil observasi tentang dokumentasi didapatkan data
pendokumentasian ruangan sudah tertata dengan rapi dan tidak
ditemukan adanya form atau hasil pemeriksaan penunjang yang
tidak beraturan / tercecer. Buku dokumentasi administrasi
penunjang yang dimiliki Ruang Merak, diantaranya buku laporan
harian, buku injeksi, buku visite dokter,buku laporan kematian,

63
lembar dokumentasi dan buku-buku tersebut ditempatkan di dalam
rak yang diletakkan di ruang nurse station.
Sistem pengevaluasian asuhan keperawatan di Ruang Merak
sudah berdasarkan SOAP (Subjektif Objektif Asesmen Planning)
namun tindakan dan sistem pendokumentasiannya berdasarkan
SOR (Source Oriented Record) yaitu suatu sistem
pendokumentasian yang berorientasi dari berbagai sumber tenaga
kesehatan misalnya, dokter, perawat. Selain itu, semua perawat di
ruang Merak mengatakan telah paham tentang cara pengisian form
dokumentasi keperawatan pada RM namun saat pengkajian
ditemukan masih ada RM yang kosong / tidak lengkap. Perawat
tidak boleh melengkapi RM ruangan lain

Tabel 3.12 Format Dokumentasi Perawatan Pasien yang


digunakan di Ruang Merak RSUD Wangaya Kota Denpasar
NO URAIAN BAGIAN SUMBER
1. Administrasi Ringkasan Pasien Masuk dan Administrasi
Keluar
Surat Persetujuan dirawat di RSUD Administrasi
Wangaya
Persetujuan umum rawat inap Administrasi
2 Rawat Jalan Catatan Perkembangan Terintregrasi Perawat/Dokter
Rawat Jalan
Catatan Edukasi dan Informasi Perawat/Dokter
Terintegrasi Rawat Jalan
3 Rawat Form Triage Instalasi Gawat Perawat
Darurat Darurat
Pengkajian medis gawat darurat Dokter
Asuhan Keperawatan Gawat Perawat
Darurat
4 Rawat Inap Timbang Terima antar Ruangan Perawat
Form Orientasi dan Informasi Perawat
Ruangan
Pengkajian Penyakit Paru Dokter
Pengkajian Ilmu Penyakit Dalam Dokter
Pengkajian Keperawatan Perawat

64
Catatan Perkembangan Terintregrasi Dokter/Perawat
Rawat Inap
Catatan Edukasi dan Informasi Perawat/Dokter
Terintegrasi Lanjutan Rawat Inap /Gizi/Fisioterap
i dan tenaga
kesehatan
lainnya.
Implementasi Keperawatan Perawat
Catatan Pemberian Obat Injeksi Perawat
Catatan Observasi Keseimbangan Perawat
Cairan
Catatan Pemberian obat oral Perawat
Lembar Observasi TTV Perawat
Discharge Planning/Perencanaan Perawat
Pulang
Evaluasi Keperawatan Perawat
Rencana Asuhan Keperawatan Perawat
5 OK Check List Serah Terima Pasien Pre Perawat
dan Post Operasi
Check List Bedah Perawat
Asuhan Keperawatan Kamar Perawat
Operasi
Laporan Operasi Dokter
Catatan Anastesi Dokter
Asessment, Perencanaan, Pra sedasi, Dokter
dan Anastesi
Informasi dan Persetujuan Tindakan Dokter
Pembiusan
6 Umum Informasi dan Persetujuan Tindakan Dokter
Berisiko
Informasi dan Persetujuan Tindakan Dokter
Medic
7 Gizi Pengkajian Gizi Lanjut Rawat Inap Gizi
Asuhan Gizi, Terapi Gizi, Gizi
Monitoring dan Evaluasi Gizi

4. M4-Money
Sistem yang digunakan dalam hal keuangan adalah sentralisasi
rumah sakit atau yang lebih dikenal Badan Layanan Umum Daerah
(BLUD). BLUD merupakan bagian dari perangkat pemerintah daerah,

65
dengan status hukum tidak terpisah dari pemerintah daerah. Berbeda
dengan SKPD pada umumnya, pola pengelolaan keuangan BLUD
memberikan fleksibilitas berupa keleluasaan untuk menerapkan praktik-
praktik bisnis yang sehat untuk meningkatkan pelayanan kepada
masyarakat, seperti pengecualian dari ketentuan pengelolaan keuangan
daerah pada umumnya, dengan kata lain rumah sakit mengatur sendiri
pendapatan dan pengeluaran rumah sakit. Sumber pendanaan Rumah Sakit
Wangaya juga didukung dari anggaran dana APBD dan dana BLU.
Pengadaan sarana dan prasarana operasional ruangan berasal dari rumah
sakit dimana sebelumnya ruangan melakukan proses amprahan sesuai
kebutuhan ruangan ke bagian pengadaan. Masing-masing unit kerja
pemakai barang mengajukan permintaan barang ke pengurus dan
penyimpanan barang. Pengurus dan penyimpan barang melihat
ada/tidaknya stok barang yang diminta. Pengurus dan penyimpanan barang
melakukan koordinasi dengan bidang teknis terkait untuk mendapatkan
persetujuan. Barang diserahkan kepada pemakai barang. Pengurus dan
penyimpanan barang memberikan tanda-tanda bukti pengeluaran barang
dan selanjutnya mencatat ke dalam kartu stok barang. Barang yang sudah
diterima oleh unit kerja pemakai barang, maka pemakai barang harus
mencatat barang tersebut pada buku inventaris barang.
Sumber kesejahteraan karyawan Rumah Sakit Umum Daerah
Wangaya berasal dari:
1. Jasa pelayanan instalasi
2. Jasa Pelayanan Rumah Sakit
Setiap karyawan memiliki jasa pelayanan yang berbeda-beda berdasarkan
beban kerja karyawan, masa kerja karyawan, pendidikan karyawan dan
golongan (PNS, kontrak, dan pengabdi).

Tabel 3.13 Tarif layanan rawat jalan yang berlaku saat ini di RSUD
Wangaya Kota Denpasar

No. Jenis Administrasi Jasa Jasa Jumlah Tarif Per-


(Rp)
Pelayanan Sarana Pelayanan Layanan (Rp)
(Rp) (Rp)
Rawat

66
Jalan
(Rp)
1. Rawat 3.000 7.000 10.000 20.000
Jalan
Medik
Umum
2. Rawat 3.000 7.000 15.000 25.000
Jalan
Medik
Spesialis
3. Rawat 10.000 16.000 39.000 65.000
Jalan
VIP/Eksek
utif
Tabel 3. 14 Tarif Layanan Rawat Inap Di RSUD Wangaya Kota Denpasar

No Kelas Jasa Jasa Jasa Medik Jumlah


. Perawatan Sarana Pelayanan (visite dokter) Tarif Per-
(Rp) (Rp) (Rp) (Rp)
Hari (Rp)
1. Kelas III Umum 44.000 11.000 15.000 70.000
Kelas III 44.000 11.000 30.000 85.000
Spesialis
2. Kelas II Umum 72.000 18.000 20.000 110.000
Kelas II 72.000 18.000 35.000 125.000
Spesialis
3. Kelas I Umum 136.000 34.000 30.000 200.000
Kelas I Spesialis 136.000 34.000 45.000 215.000
4. ICU/ICCU 200.000 50.000 50.000 300.000
Standar Umum
200.000 50.000 80.000 330.000
ICU/ICCU
Standar
Spesialis
5. HCU/RR/One 136.000 34.000 40.000 210.000
Day Care
Umum 136.000 34.000 60.000 230.000
HCU/RR/One

67
Day Care
Spesialis

Ruang Merak merupakan ruang perawatan kelas I, II, III dan non
kelas yang melayani pasien dengan status pembayaran sebagai pasien
umum, dan BPJS. Berikut rincian cara pembayaran pasien yang di rawat di
ruang Merak RSUD Wangaya Kota Denpasar pada bulan Juni - Agustus
2018

Tabel 3.15 Rincian Cara Pembayaran Pasien Di Ruang Merak


RSUD Wangaya Kota Denpasar Bulan Juni– Agustus 2018
CARA PEMBERIAN
BULAN
JKN UMUM Asuransi Lain
Juni 20 11 1
Juli 27 4 0
Agustus 14 6 0

Tarif pelayanan per hari dibedakan berdasarkan jenis kelas pasien.


Biaya akomodasi Kelas I Rp. 170.000, Kelas II Rp.90.000, dan biaya
akomodasi Kelas III Rp. 55.000. Total pembiayaan perawatan pasien di
Ruang Merak RSUD Wangaya Kota Denpasar mencakup biaya akomodasi
dan diakumulasikan dengan jenis tindakan dan fasilitas yang diperoleh
pasien. Daftar harga fasilitas dan alat kesehatan ruang Merak RSUD
Wangaya tahun 2018 disajikan dalam tabel berikut,

Tabel 3.16 Rincian Harga Fasilitas Dan Alat Kesehatan Ruang Merak
RSUD Wangaya Tahun 2018
JASA JASA
NO NAMA TINDAKAN SARANA PELAYANAN TARIF
(Rp) (Rp)
1 Tindakan Medik 21.000 21.000 42.000
Sederhana I
2 Tindakan Medik 39.500 39.500 79.000
Sederhana 2
3 Tindakan Medik 58.000 58.000 116.000

68
Sederhana 3
4 Tindakan Medik 76.500 76.500 153.000
Sederhana 4
5 Tindakan Medik Kecil 1 156.250 156.250 312.500
6 Tindakan Medik Kecil 2 207.250 207.500 415.000
7 Tindakan Medik Kecil 3 272.500 272.500 545.000
8 Tindakan Medik Kecil 4 337.500 337.500 675.000
9 Tindakan Medik Sedang 675.000 675.000 1.350.000
1
10 Tindakan Medik Sedang 1.037.500 1.037.500 2.075.000
2
11 Tindakan Medik Sedang 1.350.000 1.350.000 2.700.000
3
12 Tindakan Medik Sedang 1.662.500 1.662.500 3.325.000
4
13 Tindakan Medik Besar 1 2.075.000 2.075.000 4.150.000
14 Tindakan Medik Besar 2 2.618.750 2.618.750 5.237.500
15 Tindakan Medik Besar 3 3.093.750 3.093.750 6.187.500
16 Tindakan Medik Besar 4 3.581.250 3.581.250 7.162.500
17 Tindakan Medik Khusus 5.037.500 5.037.500 10.075.000
1
18 Tindakan Medik Khusus 6.171.875 6.171.875 12.343.750
2
19 Tindakan Medik Khusus 7.406.250 7.406.250 14.812.500
3
20 Tindakan Medik Khusus 8.640.625 8.640.625 17.281.250
4
21 Tindakan Medik 12.343.750 12.343.750 24.687.500
Canggih 1
22 Tindakan Medik 14.812.500 14.812.500 29.625.000
Canggih 2
23 Tindakan Medik 17.281.000 17.281.000 34.562.000
Canggih 3
24 Tindakan Medik 19.750.000 19.750.000 39.500.000
Canggih 4

Pendanaan Ruang Merak di RSUD Wangaya Kota Denpasar


berdasarkan hasil wawancara kelompok dengan ruangan, sumber
keuangan yang digunakan dalam pengelolaan ruangan baik pengadaan
dana bagi ruangan (renovasi ruangan), dana operasional ruangan,
pendanaan alat kesehatan, pendanaan fasilitas kesehatan bagi pasien,
pendanaan bahan kesehatan habis pakai dipenuhi dan bersumber dari
APBD. Selain itu pada sistem jasa kesejahteraan pelayanan (gaji)

69
karyawan di ruang Merak RSUD Wangaya Kota Denpasar, setiap
karyawan memiliki jasa kesejahteraan pelayanan (gaji) yang berbeda-beda.
Berikut ini merupakan system kelola jasa kesejahteraan pelayanan (gaji) di
ruang Merak RSUD Wangaya Kota Denpasar.
- Untuk gaji dibedakan berdasarkan jabatan, golongan (PNS dan
Kontrak) dan pendidikan karyawan.
- Untuk Jasa Pelayanan (JASPEL) dibedakan berdasarkan jabatan,
golongan (PNS dan Kontrak), beban kerja karyawan, masa kerja
karyawan dan pendidikan karyawan untuk kesejahteraan (gaji) PNS
bersumber dari dana APBN, dan Intensif bersumber dari APBD.
Untuk gaji pegawai honorer dan kontrak bersumber dari dana BLUD
dan jasa pelayanan.

5. M5- Market

BOR
Ruang Merak merupakan ruang keperawatan untuk pasien Isolasi
Infeksius menular yang terdiri dari ruang kelas I, II, III dan non kelas.
Sebagai ruang rawat inap, ruang merak memiliki kapasitas 16 tempat
tidur dengan 5 ruang perawatan yang memiliki kapasitas kelas I
sebanyak 4 tempat tidur, kelas II sebanyak 3 tempat tidur, kelas III
sebanyak 3 tempat tidur dan non kelas sebanyak 6 tempat tidur di
tambah satu kamar mandi di masing-masing ruangan. Berdasarkan hasil
pengkajian didapatkan gambaran BOR Ruangan merak pada tahun
2018.

Tabel 3.17 Gambaran BOR Ruangan merak Pada Bulan Februari – Juli
Tahun 2018

70
Jml Jml hari
No Bulan rawat Jml Bed
pasien BOR AVLOS Ket
pasien
1 Februari 104 134 16 23,2% 6,1
2 Maret 159 133 16 32,1% 7,4
3 April 267 264 16 55,6% 10,2
4 Mei 90 103 16 18% 5,2
5 Juni 130 168 16 27% 6,7
6 Juli 143 140 16 28,8% 5,6

Berdasarkan hasil pengkajian pada tanggal 23-24 Agustus 2018,


didapatkan gambaran jumlah pasien yang dirawat dan kapasitas tempat
tidur Ruangan Merak yaitu :

Tabel 3.18 Jumlah Rata-Rata Pasien Yang Dirawat Dan Kapasitas Tempat Tidur Di
Ruang Merak Pada Bulan Juli 2018
No Shift Jumlah pasien yang dirawat Kapasitas tempat
tidur
1 Pagi 10 16
2 Siang 11 16
3 Malam 10 16

a. Kasus Terbanyak
Ruang Merak merupakan ruang keperawatan infeksius untuk kelas I,
II, III dan Non Kelas. Gambaran 10 kasus penyakit yang dirawat di Ruang
Merak selama bulan tahun 2018 adalah sebagai berikut.

Tabel 3.19 Sepuluh Besar Penyakit Di Ruang Merak Pada Bulan Juli Tahun 2018
No Nama penyakit Jumlah
1 Tuberculosis of lung, without mention 33
bacteriological or histoligical confirmation
2 Unspecified human immunodeficiency virus (HIV) 25
disease
3 Pneumonia, Unspesified 25
4 Pleural effusion, not elsewhere 10
5 Chronic obstructive pulmonary disease, unspecified 5
6 Tuberculosis of lung, cinfirmed by sputum 5

71
microscopy with or without
7 HIV disease resulting in Pneumocystis jirovecii 4
pneumonia
8 Heart failure, Unspecified 3
9 Tuberculosus peripheral lymphadenopathy 3
10 Sepsis , unspecified 3

b. Hari Rawat Inap


Salah satu indikator mutu Rumah Sakit adalah penentuan lamanya
hari rawat inap pasien. Rata-rata hari perawatan ideal bagi pasien 3-12 hari
(Sudra, 2010: 45). Ruang Merak telah berupaya untuk mengurangi hari
perawatan dengan meningkatkan mutu pelayanan dan kinerja perawat
sehingga lama perawatan tidak lebih dari 12 hari.

72
A. Analisa SWOT
Langkah-langkah dalam analisa SWOT
1. Mengurutkan komponen-komponen utama dalam pemberian asuhan
keperawatan yang professional diantaranya, yaitu :
a. M1 (man)
Jumlah tenaga medis dan non medis diruangan.
b. M2 (material)
Jumlah sarana dan prasarana serta administrasi penunjang lainnya di
ruangan.
c. M3 (method)
Model asuhan keperawatan yang diberikan.

2. Mengemukakan komponen-komponen umum dari M1, M2, dan M3


diantaranya, yaitu:
a. Strength : kekuatan/hal positif apa yang dimiliki oleh ruangan.
b. Weakness: kelemahan yang terdapat di ruangan.
c. Opportunity : peluang yang diberikan pada ruangan (ex : adanya
pelatihan yang diberikan pada perawat untuk meningkatkan skill
maupun pengetahuan).
d. Threat: tantangan baik itu dari internal maupun eksternal (ex :
meningkatnya tuntutan dari masyarakat dalam pemberian askep).
3. Memberikan penilaian/pembobotan berdasarkan hasil pengkajian yang
dilakukan.
4. Menjumlahkan hasil pembobotan yang telah diberikan.

Langkah-langkah dalam identifikasi analisa SWOT


1. Mengemukakan komponen-komponen dari M1 dan M2, serta M3 yang
terdiri dari:
a. Internal Faktor (IFAS) yaitu : komponen dari Strength dan Weakness
b. Eksternal Faktor (EFAS) yaitu : komponen dari Oppurtunity dan
Threat
2. Menentukan rating nilai atau angka yang mutlak atau paling sering muncul
pada analisa SWOT.

73
3. Mengkualifikasi bobot nilai berdasarkan komponen yang terpenting dari
setiap IFAS maupun EFAS, dimana hasil akhir dari pembobotan harus
berjumlah 1
4. Mengalikan bobot dan rating point.
5. Menghitung IFAS dengan rumus S-W
Catatan :
S = hasil akhir dari perkalian antara bobot dan rating pada point strength.
W = hasil akhir dari perkalian antara bobot dan rating pada point weakness
6. Menghitung EFAS dengan O-T
Catatan :
O = hasil akhir dari perkalian antara bobot rating pada point opportunity.
T = hasil akhir dari perkalian antara bobot dan rating pada point threat.
Tabel 3.22
Identifikasi Situasi Ruangan Berdasarkan Pendekatan Analisa SWOT
BOBOT HASIL
NO ANALISA SWOT BOBOT RATING X PERHIT
RATING UNGAN
1 2 3 4 5
1 M1 – Man
Internal Faktor (IFAS)
Strength
1. Perawat menyatakan
bahwa struktur 0,2 3 0,6
organisasi yang ada
sesuai dengan
kemampuan perawat
2. Perawat menyatakan
pembagian tugas sudah 0,1 2 0,2 S-W
sesuai dengan struktur 1– 2,5 =
organisasi -1,5
3. Jenis ketenagaan yang
ada di ruangan Merak : 0,3 2 0,6
S1 keperawatan :
3orang
D3 Keperawatan : 7
orang
4. Perawat menyatakan
kepala ruangan sudah 0,1 3 0,3
optimal dalam
melaksanakan tugas-

74
tugasnya
5. Adanya perawat yang 0,13 3 0,3
mengikuti seminar dan
workshop
6. Beban kerja perawat di 0.17 2 1,0
ruangan tidak terlalu
tinggi

Total 1

Weaknesses
1. jumlah perawat masih 0,5 2 1,0
belum sebanding dengan
jumlah pasien
2. Penanda tingkat
ketergantungan pasien 0,5 3 1,5
pada bad / tempat tidur
pasien belum terpasang

Total 1

External Faktor (EFAS)


Opportunity
1. Semua perawat 0,4 3 1,2
diberikan kesempatan
yang sama untuk
melanjutkan pendidikan
ke jenjang yang lebih
tinggi
2. Adanya kesempatan 0,2 3 0,6 O-T=
untuk menambah 3,0 – 2,3 =
jumlah tenaga perawat. 0,7
3. Adanya mahasiswa 0,2 3 0,6
praktik yang sedang
melakukan praktik di
ruangan
4. Ada kerjasama yang 0,2 3 0,6
baik antara institusi
pendidikan dengan
rumah sakit

Total 1
Threatened
1. Adanya tuntutan tinggi
dari masyarakat untuk 0,3 3 0,9
pelayanan yang lebih

75
profesional
2. Semakin tinggi
kesadaran masyarakat 0,2 2 0,4
tentang pentingnya
kesehatan.
3. Kebijakan pemerintah 0,3 2 0,6
tentang asuransi
kesehatan
4. Munculnya RS Swasta
sebagai pesaing dalam 0,2 2 0,4
pemberian pelayanan
kesehatan

Total 1
2 M2 – MATERIAL
Internal Faktor (IFAS)
Strength
1. Terletak pada lantai 2 0,25 2 0,5 S–W=
gedung C yang tenang, 2,5 – 2,3 =
nyaman dan aman. 0,2
2. Tersedianya sarana dan 0,25 3 0,75
alat-alat medis yang
memadai.
3. Tersedianya Nurse 0,25 2 0,5
Station
4. Tersedianya tempat 0,25 3 0,75
khusus sentralisasi obat

Total 1

Weaknesses
1. Belum terpakainya 0,4 2 0,8
sarana dan prasarana
secara optimal
2. Kurangnya sarana untuk
pemilahan sampah 0,3 3 0,9
medis dan non medis.

3. Ruang antar pasien 0,3 2 0,6


belum ada sekat
1
Total

External Faktor (EFAS)


Opportunity 0,4 3 1,2

76
1. Adanya anggaran
untuk pembelian
sarana. 0,3 3 1,2
2. Adanya kesempatan
untuk pergantiaan alat
alat yang tidak layak O–T=
pakai. 0,3 3 1,2 3,6 – 2,0 =
3. Adanya kesempatan 1,6
untuk menambah
peralatan yang
dibutuhkan.
1
Total

Threatened
1. Terdapat tuntutan dari
masyarakat dalam 0,5 2 1,0
pemenuhan
kelengkapan sarana dan
prasarana kesehatan.
2. Adanya tuntutan
globalisasi untuk 0,5 2 1,0
meningkatkan kualitas
pelayanan keperawatan.
1
Total

3 M3 – METHOD
1. Penerapan MPKP
Internal Factor (IFAS)
Strenght
1. Timbang terima 0,2 2 0,4
dilakukan sebanyak tiga
kali setiap pergantian
shift.
2. Timbang terima
menggunakan sistem 0,2 3 0,6
SBAR saat pelaporan
pasien.
3. Sudah terdapat model
asuhan keperawatan 0,2 4 0,8
yaitu modifikasi team
primer
4. Model yang digunakan
cukup efisien 0,1 3 0,3
5. Memiliki standar asuhan

77
keperawatan 0,3 3 0,9

Total
1 3.0 S–W=
3-3.4
Weakness = -0,4
1. Job yang kadang –
kadang tidak sesuai 0,4 4 1,6
dengan lulusan akademik
yang berbeda
tingkatannya
2. Kurangnya jumlah
tenaga yang membantu 0,6 3 1.8
optimalisasi penerapan
model yang digunakan

Total 1 3.4

External Factor (EFAS)


Opportunities
1. Adanya kerjasama yang
baik antara mahasiswa
0,5 4 2,0
yang praktek dengan
perawat ruangan
2. Kepercayaan dari pasien
dan masyarakat cukup 0,5 3 1,5 O–T=
baik 3,5 –2,0
=
Total 1 1,5
3.5
Threats
1. Adanya tuntutan yang 0,4 2 0,8
lebih tinggi dari pasien
untuk mengetahui
kondisi kesehatannya.
0,3 2 0,6
2. Kebebasan pers
menyebabkan mudahnya
penyebaran informasi di
dalam ruangan ke
masyarakat.
3. Persaingan dengan RS 0,3 2 0,6
dan klinik lain.

78
Total
1 2.0
2. Timbang Terima
Internal Factor (IFAS)
Strength
1. Timbang terima 0,3 3 0,9
dilakukan setiap
pergantian shift.
2. Semua perawat wajib
mengikuti timbang 0,2 3 0,6
terima. S–W=
3. Ada klarifikasi, tanya 2,9-2,1=
jawab dan validasi 0,2 2 0,4 0,9
terhadap semua yang
ditimbang terimakan
4. Selalu ada interaksi
0,1 2 0,2
dengan pasien selama
timbang terima.

5. Timbang terima 0,2 4 0,8


menggunakan sistem
SBAR saat pelaporan
pasien.
Total
1 2.9

Weakness
1. Rencana tindakan
0,6 3 1,3
mandiri perawat saat
timbang terima jarang
disebutkan.
2. Adanya interupsi saat
dilakukan timbang 0,4 2 0,8
terima, yaitu waktu
visite dokter yang
bersamaan dengan
waktu timbang terima.

Total 1 2,1

Eksternal Factor (EFAS)


Opportunities
1. Adanya kerjasama yang 0,6 3 1,8
baik antara mahasiswa

79
praktek dengan perawat
ruangan.
2. Adanya mahasiswa yang 0,4 3 1,2
praktek managemet
keperawatan.
Total
1 3.0
Threats
1. Adanya tuntutan yang
lebih tinggi dari 0,5 2 1,0 O–T=
masyarakat untuk 3 – 2,0=
mendapatkan pelayanan 1,0
yang lebih professional
2. Meningkatnya kesadaran
masyarakat mengenai
0,5 2 1,0
tanggung jawab dan
tanggung gugat perawat
sebagai pemberi asuhan
Total 1 2.0
3. Ronde Keperawatan
Internal Factor (IFAS)
Strenght
1. Kepala ruangan 0,3 2 0,6 S-W=
mendukung adanya 2,3-2,0=
ronde keperawatan.
0,3
2. Perawat diruangan
mendukung adanya 0,3 3 0,9
ronde keperawatan.
3. Jenis kasus bervariasi
dan memerlukan 0,4 2 0,8
perhatian khusus oleh
perawat ruangan dan
kepala ruangan.

Total
Weakness
1. Pelaksanaan ronde 1 2 2,0
keperawatan belum
dilakukan secara
optimal.
1 2
Total

Opportunities

80
1. Adanya berbagai profesi 0,5 2 1,0
kesehatan di RS yang
dilibatkan dalam ronde
keperawatan.
2. Adanya kesempatan dari
kepala ruangan dan 0,5 2 1,0 O-T=
perawat ruangan untuk 2,0-1,0=
ikut melakukan ronde 1,0
keperawatan
Total 1 2,0
Threats
1. Meningkatkan 0,5 1 0,5
pengetahuan masyarakat
tentang pelayanan
kesehatan.
2. Adanya tuntutan yang 0,5 1 0,5
lebih tinggi dari pasien
yang terjadi di ruangan.
Total 1 1
D. SENTRALISASI
OBAT
a. Internal Faktor (IFAS)
Strength
1. Sentralisasi obat sudah 0,2 3 0,6 S-W
terlaksana dengan 2,5-2.6=
sistem ODD (One Day -0,1
Dose) dimana obat
diamprah untuk sehari
pemakaian obat.
2. Adanya pemisahan 0,1 3 0,3
dalam penyimpanan
obat-obat high allert.
3. Adanya pengecekan 0,2 3 0,6
obat oleh perawat
setelah obat datang.
4. Sebagian besar perawat
pernah melakukan 0,3 2 0,6
sentralisasi obat mulai
dari pemberian
informasi pada pasien
hingga
pendokumentasian
sentralisasi obat.
5. Terdapat tempat untuk
sentralisasi obat yaitu 0,2 2 0,4

81
troli penyimpanan obat
Total 1 2,5

Weeakness
1. Membutuhkan waktu 0,4 2 0,8
dan tenaga ekstra serta
ketelitian dari perawat
2. Alat – alat kesehatan
hanya sebagian ada 0,6 3 1,8
dengan jumlah terbatas

Total 1 2,6

b. Eksternal Faktor
(EFAS)
Opportunity
1. Terdapatnya ruangan 0,3 2 0,6
yang cukup luas untuk
dijadikan tempat
sentralisasi obat.
2. Kerjasama yang baik
0,4 3 1,2
antara perawat dan
O-T
mahasiswa
2,7-2,6=
3. Adanya mahasiswa
0,3 3 0,9 0,1
perawat yang praktik
manajemen keperawatan
1,0 2,7
Total

Threatened 0,6 3 1,8


1. Adanya tuntutan pasien
untuk mendapat
kejelasan tentang jenis
dan jumlah obat yang
seharusnya diberikan. 0,4 2 0,8

82
2. Adanya
ketidakpercayaan pasien
terhadap pengelolaan
sentralisasi obat.
1.0 2,6
Total
E. Supervisi
Internal Factor (IFAS)
Strength
1. Supervisi dilakukan 0,25 3 0,75 S – W=
langsung oleh kepala 3,0-2
ruangan. =
2. Format supervisi sudah 0,25 3 0,75 1,0
baku dan disediakan
oleh RS.
3. Adanya kemauan
0,25 3 0,75
perawat untuk
berubah.
4. Kepala ruangan 0,25 3 0,75
mendukung adanya
supervisi keperawatan 1 3,0
Total
Weakness
1. Jadwal supervisi dapat 1 2 2,0
berubah jika ada
halangan.
1 2.0
Total

Eksternal Factor (EFAS)


Opportunities
5. Adanya dukungan dari 1 3 3,0 O–T=
bidang keperawatan
3,0-2,0 =
untuk melakukan
supervisi. 1,0

Total 1 3,0

Threats
c. Tuntutan pasien 1 2 2,0
sebagai konsumen
untuk mendapatkan
pelayanan yang

83
profesional dan
bermutu sesuai dengan
tingkatan biaya
perawatan
1 2.0
Total

F. Discharge Planning
Internal Factor (IFAS)
Strength
(1) Pelaksaan Discharge 0,4 4 1,6 S–W=
Planning sudah 3,4 – 2 =
dilaksanakan dengan 1,4
baik.
(2) Adanya pemberian
health education 0,3 3 0,9
tentang jadwal kontrol,
cara perawatan
dirumah dan
penggunaan obat-
obatan dirumah
sebelum pasien
pulang.
(3) Adanya
pendokumentasian 0,3 3 0,9
discharge planing
dalam rekam medis
pasien 1 3.4
Total

Weakness
b) Dalam melaksanakan 0,5 2 1,0
discharge planning
masih kekurangan leaflet
c) Pemberian discharge
planning tentang
perawatan dirumah 0,5 2 1,0
dilakukan secara lisan
pada keluarga/pasien
tanpa menggunakan
media
1 2.0
Total

84
Eksternal Factor (EFAS)
Opportunities
1. Adanya kemauan keluarga 0,5 2 1,0
pasien untuk patuh
terhadap anjuran perawat.
2. Adanya kerja sama yang
baik antara mahasiswa
keperawatan dengan 0,5 3 1,5
perawat klinik di ruangan. O–T=
2,5– 2,0 =
Total 1 2.5 0,5

Threats
1. Adanya tuntutan dari 0,3 2 0,6
masyarakat untuk
mendapatkan pelayanan
professional
2. Persaingan antar RS yang
0,4 2 0,8
semakin ketat
3. Semakin tinggi kesadaran
masyarakat akan 0,3 2 0,6
kesehatan

Total 1 2.0
G. Dokumentasi
Internal Factor (IFAS)
Strength
1. Dokumentasi keperawatan 0,25 3 0,75 S – W=
sudah sesuai dengan 3-2=
tindakan keperawatan 1
yang dilakukan
2. Dokumentasi keperawatan
sudah ditulis oleh perawat
yang memberikan 0,25 3 0,75
tindakan
3. Perawat paham tentang
cara pengisian form 0,25 3 0,75
dokumentasi pada RM
4. Tersedianya serana dan
0,25 3 0,75
prasarana.

1 3,0

85
Total

Weakness
a) Sistem
pendokumentasian masih 0,2 2 0,4
dilakukan secara manual
(belum ada
komputerisasi)
b) Dalam
pendokumentasian pada
RM masih ditemukan 0,2 2 0,4
form yang kosong /
tidak lengkap
c) Dokumentasi tidak
segera dilakukan setelah
melakukan tindakan.
0,3 3 0,9
Dokumentasi dilengkapi
saat akan pergantian shift
atau apabila keadaan
ruang memungkinkan
d) Tidak terdapat penanda
khusus pada RM untuk
membedakan pasien 0,3 3 0,9 O–T=
ortopedi, mata, THT,
onkologi, bedah saraf 3-2,0=
dsb nya 1.0

Total
1 2,6
Eksternal Factor (EFAS)
Opportunities
(a)Peluang perawat untuk
meningkatkan 0,4 3 1,2
pendidikan
(pengembangan SDM)
(b)Adanya mahasiswa
praktik manajemen
0.3 3 0,9
keperawatan
(c)Adanya kerjasama yang
baik antara mahasiswa
dan perawat ruangan 0,3 3 0,9
Total
1 3.0

86
Threats
1. Adanya tuntutan yang
lebih tinggi dari
masyarakat untuk 0,6 2 1.2
mendapatkan pelayanan
keperawatan yang
profesional.
2. Adanya akreditasi RS
tentang sistem
dokumentasi. 0,4 2 0.8
Total
1 2.0

87
Diagram Layang O

S-O Agresif: Mengembangkan kekuatan internal


untuk mendapatkan kesempatan yang lebih, dalam
W-O Progresif: Meningkatkan menghadapi persaingan.
kelemahan internal untuk
mendapatkan kesempatan

W S

W-T Defensif: KETERANGAN :


mempertahankan
eksistensi agar institusi
M1 : Ketenagaan
tetap ada dan
dapatmenjalankan M2 : Sarana dan Prasarana
fungsinya secara minimal T M3 : Manajemen Praktek Keperawatan Profesional
DK : Dokumentasi Keperawatan
RK : Ronde Keperawatan
SO : Sentralisasi Obat
SV : Supervisi
TT : Timbang Terima
DP : Discharge Planning

88
B. Prioritas Masalah
Prioritas masalah dibuat berdasarkan analisis SWOT sehingga didapatkan
prioritas masalah sebagai berikut:
Tabel 3.23
Prioritas Masalah Berdasarkan Analisis SWOT

SKOR ANALISIS
Prioritas KONDISI
MASALAH SWOT
IFAS EFAS
Dokumentasi Keperawatan 1,0 1,0 Pertama Agresif (SO)
Discharge Planing
1,4 0,6 Kedua Agresif (SO)
Timbang Terima
Sentralisasi Obat 0,9 1,0 Ketiga Agresif (SO)
Supervisi
0,1 1,0 Keempat Agresif (SO)
Ronde
M2 1,0 1,0 Kelima Agresif (SO)
MPKP
0,3 1,0 Keenam Agresif (SO)
M1
0,2 1,0 Kedelapan Agresif (SO)
-0,4 1,6 Kesembilan Progresif (WO)
-0,1 -0,7 Ketujuh Defensif (WT)

1. S-O Agresif: Mengembangkan kekuatan internal untuk


mendapatkan kesempatan yang lebih, dalam menghadapi
persaingan.
2. W-O Progresif: Meningkatkan kelemahan internal untuk
mendapatkan kesempatan
3. W-T Defensif: mempertahankan eksistensi agar institusi
tetap ada dan dapatmenjalankan fungsinya secara minimal
C. PRIORITAS MASALAH
1. Discharge planning sudah dilakukan dan didokumentasikan dengan baik.
Pemberian KIE sudah diberikan secara lisan namun kurang optimal karena
keterbatasan media. Ruang Merak membutuhkan media lembar balik
mengenai penyakit TB dan HIV, untuk mengoptimalkan pemberian
edukasi pada pasien.

89
2. Sentralisasi obat sudah dilakukan dengan baik, dimana setiap pasien
memiliki tempat obatnya masing – masing di ruang sentralisasi obat.
3. Supervisi keperawatan sudah dilakukan. Kepala ruerawatangan rutin
melakukan monitoring terhadap kinerja staffnya. Kepala ruangan akan
menegur perawat yang bekerja tidak sesuai dengan SOP.
4. Ronde Keperawatan dilakukan jika ditemukan kasus yang membutuhkan
perhatian khusus untuk dirondekan bersama petugas kesehatan lainnya.
Diskusi Refleksi Kasus (DRK) rutin dilakukan setiap bulannya di ruang
Merak dan juga rutin melakukan DRK besar dengan melibatkan pejabat
keperawatan RSUD Wangaya.
5. MPKP belum terlaksana secara optimal karena kurangnya tenaga
keperawatan dengan pendidikan S1 Keperawatan + Ners. Kurangnya
tenaga perawat dengan tingkat ketergantungan pasien yaitu Total care
menyebabkan perawat mengambil pekerjaan yang bukan job desk nya.
Terkadang kepala ruangan merangkap pekerjaan menjadi inventaris,
IPCLN, dan PP.

90
BAB IV
PERENCANAAN
A. Perencanaan
1. Pengorganisasian
Dalam rangka mengatasi masalah yang telah ditemukan serta untuk
mendapatkan pengalaman dalam menerapkan manajemen keperawatan di
Ruang Merak, maka kelompok mahasiswa membuat tim kerja sebagai
berikut:
Ketua : Ni Kadek Galuh Febriantari
Penanggung jawab MPKP : Ni Gusti Putu Alit Linca Dewi

Sekretaris : Ni Made Dian Dwitya Santi


Bendahara : IA Ifani Santi Dewi
Seksi Humas : Ni Made Merta Dewi
Seksi Prasarana : I Wayan Agus Darma Putra
Seksi Konsumsi : Ni Luh Eka Budi Yulianti
Anggota : I Made Adi Gunawan
Ni Putu Elly Listari

Susunan kepanitiaan ini bersifat permanen selama praktek


manajemen keperawatan dan berfungsi menentukan kebijakan-kebijakan
internal seputar teknis penyelenggaraan kegiatan manajemen yang bersifat
umum. Untuk selanjutnya, dalam pengelolaan ruang rawat, maka
diselenggarakan pengorganisasian dengan pembagian peran yaitu sebagai
kepala ruangan, perawat primer dan perawat associate.

2. MPKP
a. Kajian Teori
Metode praktek keperawatan professional merupakan salah
satu metode praktik keperawatan professional, dimana perawat
bertanggung jawab penuh selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan
pasien mulai dari pasien masuk sampai pasien keluar rumah sakit.

91
Metode asuhan keperawatan ini mendorong kemandirian perawat, ada
kejelasan antara pembuat asuhan keperawatan dan pelaksana asuhan
keperawatan, sehingga konsep dasar model ini adalah tanggung jawab
dan tanggung gugat model keperawatan.
Ada 5 metode praktek keperawatan professional :
1) Fungsional (bukan model MAKP profesional)
Pada metode ini setiap perawat hanya melakukan 1-2 jenis
intervensi keperawatan, kepada semua pasien dibangsal karena
masih terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat.
2) MAKP Tim
Metode ini menggunakan tim yang terdiri atas anggota yang
berbeda-beda dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap
sekelompok pasien. Perawat ruangan dibagi menjadi 2-3 tim yang
terdiri atas tenaga professional, teknikal dan pembantu dalam satu
kelompok kecil yang saling membantu.
3) MAKP Primer
Metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung jawab
penuh selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien, mulai
dari pasien masuk sampai keluar Rumah Sakit
4) MAKP Kasus
Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan
pasien saat perawat dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang
berbeda setiap shift.
5) MPKP Modifikasi
Pada model MPKP ini merupakan kombinasi dari dua system:
(a) Keperawatan primer tidak digunakan secara murni, karena
perawat primer harus mempunyai latar belakang pendidikan S1
keperawatan atau setara
(b) Keperawatan tim tidak digunakan secara murni karena
tanggung jawab askep pasien terfragmentasi pada berbagai tim
(c) Melalui kombinasi kedua model tersebut diharapkan
komunitas asuhan keperawatan dan akuntabilitas asuhan

92
keperawatan terdapat pada primer, karena saat ini perawat
yang ada di RS sebagian besar lulusan DIV dan DIII,
bimbingan tentang asuhan keperawatan diberikan oleh primer
atau ketua tim

Struktur: Proses:
Keperawatan Primer
Jumlah Tenaga

Jenis Tenaga

Standar Tenaga Hubungan Perawat

Tanggung Jawab, Berkesinambungan dan tanggung


gugat

Nilai-nilai professional

Bagan 4.1 Pengembangan Dan Struktur Organisasi MPKP


Sumber : Sitorus, Ratna. (2006). Model Praktek Keperawatan Profesional
di Rumah Sakit

b. Penetapan Jenis Tenaga


Penetapan jenis tenaga keperawatan dipengaruhi oleh metode
pemberian asuhan keperawatan yang digunakan. Pada MAKP, metode
pemberian asuhan keperawatan yang digunakan adalah metode
keperawatan tim, namun pelaksanaannya kurang optimal karena
keterbatasan tenaga keperawatan dan tingkat pendidikan yang dimiliki.
Dengan demikian dalam satu ruang rawat terdapat beberapa jenis

93
tenaga meliputi Kepala Ruangan Rawat, Perawat Primer (PP) dan
Perawat Assosiate (PA).

Kepala

PP1 PP2 PP3

PA PA PA
PA PA PA
PA PA PA
PA PA PA
PA PA PA

Bagan 4.2 Struktur Organisasi Struktur Ketenagaan


Keperawatan Pada MPKP
Sumber: Sitorus, Ratna. (2006). Model Praktek Keperawatan
Profesional di Rumah Sakit

c. Tujuan
1) Tujuan umum

94
Mahasiswa mampu menerapkan Model Praktik Keperawatan
Profesional dengan Modifikasi Tim Primary Nursing di Ruang
Merak RSUD Wangaya Denpasar.
2) Tujuan khusus
Setelah menerapkan MPKP, mahasiswa mampu:
a) Mengatur kebutuhan tenaga perawat
b) Mengatur tugas dan kewenangan perawat dalam pemberian
asuhan keperawatan sesuai MPKP
c) Melakukan system pendokumentasian yang tepat, efektif dan
efisien.
d) Meningkatkan integritas perawat menuju profesionalisme
e) Meningkatkan komunikasi yang adekuat antara perawat dengan
tim kesehatan yang lain.
d. Pengorganisasian
Penanggung jawab : Ni Gusti Putu Alit Linca Dewi
e. Pelaksanaan
MPKP dilaksanakan di Ruang Merak RSUD Wangaya Denpasar mulai
tanggal 31 Agustus 2018 sampai dengan tanggal 8 September 2018.
f. Rencana strategis
1) Mendiskusikan bersama dengan staf perawat di Ruang Merak
mengenai bentuk dan penerapan Model Praktik Keperawatan
Profesional (MPKP) yang akan dilaksanakan.
2) Merencanakan kebutuhan tenaga perawat. Selama berlangsungnya
praktek manajemen keperawatan ini, mahasiswa mengelola Ruang
Merak . Pembagian peran anggota kelompok III yang terdiri atas 9
orang meliputi: setiap hari 1 orang bertugas sebagai kepala
ruangan, 2 orang sebagai perawat primer, 6 orang sebagai perawat
associate yang dibagi menjadi 2 shift. Pergantian peran dilakukan
setiap hari. Pelaksanaan MPKP oleh mahasiswa juga akan diikuti
oleh penilaian tingkat kepuasan pasien dengan membandingkan
antara sebelum dan setelah pelaksanaan MPKP.
3) Melakukan deskripsi tugas dan tanggungjawab perawat.
4) Melakukan pembagian jadwal serta pembagian tenaga perawat dan
memodifikasi kebutuhan tenaga perawat di Ruang Merak..

95
5) Menerapkan model MPKP bersama staf perawat di Ruang Merak
sesuai dengan perencanaan yang dibuat.
g. Kriteria Evaluasi
1) Struktur
Model Praktik Keperawatan Profesional dilaksanakan di Ruang
Merak dikonsulkan terlebih dahulu dengan pembimbing akademik
dan dengan persetujuan dari pembimbing ruangan.

2) Proses
Selama pelaksanaan Model Praktik Keperawatan Profesional
Keperawatan di Ruang Merak berjalan sesuai dengan rencana yaitu
setiap hari 1 orang bertugas sebagai kepala ruangan, 2 orang
bertugas sebagai PP, dan 6 orang bertugas sebagai PA yang dibagi
kedalam 2 shift.
3) Hasil
Diharapkan pemahaman mahasiswa dan perawat Ruang Merak
tentang MPKP meningkat dengan hasil peningkatan kepuasan
pasien.
h. Uraian Tugas
1) Uraian tugas kepala ruangan meliputi:
a) Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan askep baik langsung
maupun tidak langsung.
b) Bertanggung jawab pada semua PP dan PA termasuk dalam
pembuatan jadwal dinas.
c) Bertanggung jawab dalam pelaksanaan MPKP meliputi
timbang terima, ronde keperawatan, supervisi, dokumentasi
askep dan discharge planning.
2) Uraian tugas perawat primer meliputi:
a) Melakukan pengkajian data secara komprehensif, menetapkan
diagnose keperawatan dan rencana keperawatan secara
definitive, melakukan modifikasi tindakan keperawatan, serta
melakukan evaluasi keperawatan sesuai tujuan.
b) Menerima konsultasi pasien yang menjadi tanggung jawabnya
selama 24 jam penuh.

96
c) Menetapkan pasien yang akan dilakukan ronde keperawatan.
d) Menjelaskan renpra yang sudah ditetapkan kepada PA dibawah
tanggung jawabnya sesuai klien yang dirawat (pre conference)
e) Memonitor dokumentasi yang dilakukan oleh PA.
f) Melakukan bimbingan dan evaluasi (mengecek) PA dalam
melakukan tindakan keperawatan apakah sesuai dengan SOP.
g) Mendampingi dokter visite klien dibawah tanggung jawabnya.
Bila PP tidak ada, visite didampingi oleh PA sesuai timnya.
h) Membuat perencanaan pulang.
3) Uraian tugas perawat associate meliputi:
a) Melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana
yang dibuat PP
b) Memantau respon pasien setelah dilakukan tindakan
c) Melaporkan masalah baru (konsultasi dengan PP, mencatat dan
melaksanakan instruksi PP).
d) Mencatat perkembangan keperawatan pasien dengan format
SOAP.
e) Memberikan resep dan menerima obat dari keluarga klien yang
menjadi tanggung jawabnya dan berkoordinasi dengan PP.
3. Persiapan Penyelenggaraan MPKP
a. Ketenagaan dan sarana prasarana
Sarana dan prasarana merupakan hal yang sangat penting
dalam pelaksanaan model asuhan keperawatan professional, dimana
sarana adalah segala sesuatu yang dipakai sebagai alat dalam mencapai
maksud dan tujuan yang ingin dicapai. Sarana dan prasarana
mempunyai fungsi sebagai pendukung atau penunjang terlaksananya
pelayanan keperawatan sehingga diperoleh tujuan pelayanan
keperawatan yang efisien dan efektif.
Ketenagaan merupakan hal yang penting mengingat yang
berada di sisi klien adalah perawat. Baik buruknya pelayanan
keperawatan yang diberikan akan mencerminkan kualitas pelayanan
suatu rumah sakit.

97
1) Tujuan:
Mahasiswa mampu mengetahui jumlah tenaga perawat yang
diperlukan yang tergantung dari jumlah klien dan derajat
ketergantungan klien.
2) Deskripsi:
Manfaat dari adanya ketenagaan keperawatan yang seimbang
dengan jumlah pasien dan adanya sarana prasarana yang
menunjang merupakan faktor yang mendukung terselenggaranya
model asuhan keperawatan professional, dimana akan tercapainya
suatu tujuan bersama antara perawat dengan pasien.
b. Timbang Terima
Timbang terima profesionalisme dalam pelayanan keperawatan
dapat dicapai dengan mengoptimalkan peran dan fungsi perawat,
terutama peran dan komunikasi yang efektif antar perawat maupun
dengan tim kesehatan lain saat pergantian shift (timbang terima
pasien).
Timbang terima (operan) merupakan tehnik atau cara
menyampaikan laporan, dilakukan seefektif mungkin dengan
menjelaskan secara singkat, jelas dan lengkap tentang tindakan mandiri
perawat, tindakan kolaboratif yang sudah dilakukan atau belum dan
perkembangan pasien saat ini. Informasi yang disampaikan harus
akurat sehingga kesinambungan asuhan keperawatan dapat berjalan
dengan sempurna. Timbang terima dilakukan oleh perawat primer
kepada perawat primer pada shift berikutnya secara tertulis dan lisan.
1) Tujuan
a) Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengkomunikasikan keadaan pasien dan
informasi yang penting.
b) Tujuan Khusus
(1) Menyampaikan kondisi dan keadaan pasien.
(2) Menyampaikan hal-hal yang sudah dilakukan dalam asuhan
keperawatan pada pasien.
(3) Menyampaikan permasalahan keperawatan pasien yang
masih ada dan yang sudah terselesaikan.

98
(4) Menyampaikan hal-hal penting yang harus ditindaklanjuti
oleh shift berikutnya.
(5) Menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya.
2) Manfaat Timbang terima
Bagi Perawat
a) Meningkatkan kemampuan komunikasi antara perawat .
b) Menjalin hubungan suatu kerjasama dan tanggung jawab
antara perawat
c) Pelaksanaan askep terhadap penderita yang
berkesinambungan
d) Perawat dapat mengikuti perkembangan penderita secara
paripurna
Bagi pasien
a) Klien dapat menyampaikan masalah secara langsung bila
ada yang belum terungkap.
3) Prosedur Timbang terima
Tabel 4.2 Prosedur Timbang Terima
WAKTU TAHAP KEGIATAN TEMPAT PELAKSANA
5 menit Persiapan 1. Kedua kelompok dinas Nurse PP, PA
sudah siap dan berkumpul Station
di Nurse Station
2. Karu mengecek kesiapan
timbang terima tiap PP
3. Kelompok yang akan
bertugas menyiapkan
catatan (Work Sheet), PP
yang akan mengoperkan,
menyiapkan buku timbang
terima
4. Kepala ruangan membuka
acara timbang terima
dilanjutkan dengan doa.

20 menit Pelaksanaan 1. PP menyampaikan Ners KARU, PP, PA


timbang terima pada Station

99
PP berikutnya, hal dan Ruang
yang perlu Pasien
disampaikan dalam
timbang terima:
 Jumlah pasiean
 Identitas klien dan
diagnosa medis
 Data
(keluhan/subyektif dan
obyektif)
 Masalah keperawatan
yang masih muncul
 Intervensi keperawatan
yang sudah dan belum
dilaksanakan (secara
umum)
 Intervensi kolaboratif
dan dependen
 Rencana umum dan
persiapan yang perlu
dilakukan (persiapan
operasi, pemeriksaan
penunjang dll)
2. Perawat yang
melakukan timbang
terima dapat
melakukan klarifikasi,
tanya jawab dan
melakukan validasi
terhadap hal-hal yang
telah ditimbang
terimakan dan berhak
menanyakan mengenai

100
hal-hal yang kurang
jelas
3. Kepala ruangan/ PP
menanyakan kebutuhan
dasar pasien
4. Sedapatnya
mengupayakan
penyampaian yang
jelas singkat dan padat
5. Setelah semua laporan
dimengerti, lanjutkan
dengan timbang terima
pasien ke tempat
perawatan.
6. Timbang terima
dilakukan oleh PP/ PA
jika PP tidak ada.
a. Ucapkan salam
“Selamat
pagi/siang/malam”
b. Tanyakan kondisi/
perasaan pasien
c. Perkenalkan perawat
yang akan bertugas
d. Validasi hal-hal penting
atau perlu penekanan
dari pelaksanaan
asuhan.
e. PP Melakukan
klarifikasi. Cross cek
bila perlu.
f. Akhiri dengan salam
pamit ke pasien
g. Setelah selesai timbang
terima langsung,

101
pimpinan timbang
terima mengakhiri
timbang terima
 Tanyakan kepada
petugas jaga
sebelumnya, adakah
hal-hal lain yang ingin
disampaikan perihal
pasien maupun kondisi
ruangan secara umum
 Tanyakan kepada PP
tentang hal-hal yang
perlu dijelaskan lagi.
7. Lama timbang terima
untuk tiap pasien tidak
lebih dari 5 menit
kecuali pada kondisi
khusus dan
memerlukan
keterangan yang rumit
5 menit Post 1. Klarifikasi hasil NERS KARU, PP, PA
Timbang validasi data oleh PP STATION
Terima shift selanjutnya.
2. Laporan timbang
terima ditandatangani
oleh kedua PP dan
diketahui KARU
(kalau pagi saja).
3. Reward Karu terhadap
perawat yang akan dan
selesai bertugas.
4. Ditutup oleh KARU

102
4) Evaluasi
a) Struktur (Input)
Pada timbang terima, sarana dan prasarana yang menunjang
telah tersedia antara lain: catatan timbang terima, status klien
dan kelompok shift timbang terima. Kepala ruangan selalu
memimpin kegiatan timbang terima yang dilaksanakan pada
pergantian shift yaitu malam ke pagi dan shift pagi ke sore.
Kegiatan timbang terima pada shift sore ke malam dipimpin
oleh perawat primer yang bertugas saat itu.
b) Proses
 Kepala ruangan selalu memimpin kegiatan timbang
terima yang dilaksanakan pada pergantian shift yaitu
malam ke pagi dan pagi ke sore. Kegiatan timbang
terima pada shift sore ke malam di pimpin oleh perawat
primer yang bertugas saat itu dan dilaksanakan oleh
seluruh perawat yang bertugas maupun yang akan
mengganti shift.
 Perawat primer mengoperkan ke perawat assosiate
berikutnya yang akan mengganti shift.
 Timbang terima pertama dilakukan di ners station.
 Isi timbang terima mencakup jumlah pasien, diagnosa
keperawatan, intervensi yang sudah dilakukan, intervensi
yang belum dilakukan dan pesan khusus. Setiap pasien
tidak lebih dari 5 menit saat klarifikasi ke pasien.
 Setelah proses timbang terima selesai dilakukan, maka
kedua PP menandatangani laporan timbang terima
dengan diketahui oleh kepala ruangan.
c) Hasil
Timbang terima dapat dilaksanakan setiap pergantian shift.
Setiap perawat dapat mengetahui perkembangan pasien.
Komunikasi antar perawat berjalan dengan baik. Setelah proses
timbang terima selesai dilakukan, maka kedua PP

103
menandatangani laporan timbang terima dengan diketahui oleh
kepala ruangan.

PASIEN

DIANOSA MEDIS DIAGNOSA


MASALAH KOLABORATIF KEPERAWATAN
RENCANA
TINDAKAN

YANG TELAH YANG AKAN


DILAKUKAN DILAKUKAN

PERKEMBANGAN/
KEADAAN PASIEN

MASALAH:
1. TERATASI
2. BELUM TERATASI
3. TERATASI SEBAGIAN
4. MUNCUL MASALAH BARU

Bagan 4.3 Alur Timbang Terima

5) Penanggung Jawab: I Wayan Agus Darma Putra


6) Pelaksanaan

104
Timbang terima dilaksanakan sesuai dengan jadwal dinas mulai
minggu II sampai dengan minggu IV praktik profesi manajemen
keperawatan di Ruang Merak mulai tanggal 31 Agustus 2018
sampai dengan tanggal 8 September 2018.
7) Rencana Strategi
(1) Menyusun alur timbang terima bersama-sama dengan perawat
ruangan.
(2) Menyusun materi timbang terima.
(3) Membuat format timbang terima dan juknis.
(4) Melaksanakan timbang terima bersama dengan kepala ruangan
dan staf keperawatan.
(5) Mendokumentasikan hasil timbang terima penderita.

c. Ronde Keperawatan
Ronde keperawatan adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk
mengatasi masalah keperawatan klien, dilakukan dengan melibatkan
pasien untuk membahas dan melakukan asuhan keperawatan. Ronde
keperawatan akan memberikan media bagi perawat untuk membahas
lebih dalam masalah dan kebutuhan pasien serta merupakan suatu
proses belajar bagi perawat dengan harapan dapat meningkatkan
kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor. Kepekaan dan cara
berpikir kritis perawat akan tumbuh dan terlatih melalui suatu transfer
pengetahuan dan pengaplikasian konsep teori kedalam praktek
keperawatan.
1) Tujuan
e) Tujuan Umum
Mahasiswa bersama staf perawat mampu menyelesaikan
masalah melalui pendekatan berfikir kritis.
f) Tujuan Khusus
(1) Menumbuhkan cara berfikir kritis dan ilmiah.
(2) Meningkatkan kemampuan validasi data klien.
(3) Meningkatkan kemampuan untuk memodifikasi rencana
keperawatan.
(4) Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan
yang sesuai dengan masalah klien.

105
(5) Meningkatkan kemampuan dalam menilai hasil kerja.
g) Manfaat ronde Keperawatan
(1) Masalah pasien dapat teratasi
(2) Kebutuhan pasien terpenuhi
(3) Terciptanya komunitas keperawatan yang professional
(4) Terjalinnya kerjasama antara tim kesehatan
(5) Perawat dapat melaksanakan model asuhan keperawatan
dengan tepat dan benar.

h) Kriteria pasien
Pasien yang dipilih untuk dilakukan ronde keperawatan adalah
pasien yang memiliki kriteria sebagai berikut:
(1) Mempunyai masalah keperawatan yang belum teratasi
meskipun sudah dilakukan tindakan keperawatan.
(2) Pasien dengan kasus baru atau langka.
i) Kriteria Evaluasi
(1) Struktur
(a) Persyaratan administrative (informed consent, alat dan
lainnya)
(b) Tim ronde keperawatan hadir di tempat pelaksanaan
ronde
(c) Persiapan dilakukan sebelumnya
(2) Proses
(a) Peserta mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
(b) Seluruh peserta berperan aktif dalam kegiatan ronde
sesuai peran yang telah ditentukan
(3) Hasil
(a) Pasien merasa puas dengan hasil pelayanan
(b) Masalah pasien teratasi
(4) Perawat dapat :
(a) Menumbuhkan rasa berpikir yang kritis
(b) Menumbuhkan rasa berpikir yang sistematis
(c) Meningkatkan kemampuan validitas data pasien
(d) Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosa
keperawatan
(e) Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan
keperawatan yang berorientasi pada masalah pasien
(f) Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana
asuhan keperawatan
(g) Meningkatkan kemampuan justifikasi
(h) Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja.

106
j) Tahapan ronde
TAHAP PRA RONDE PP
PROPOSAL
PENETAPAN PASIEN

PERSIAPAN PASIEN :
 INFORMED CONSENT
 HASIL PENGKAJIAN /
VALIDASI DATA

: PENYAJIAN  APA YANG MENJADI MASALAH


TAHAP
MASALAH  CROSS CEK DATA YANG ADA
RONDE
 APA YANG MENYEBABKAN MASALAH
TERSEBUT
 BAGAIMANA PENDEKATAN (PROSES,
SAK,SOP)

TAHAP RONDE VALIDASI DATA

DISKUSI KARU, PP,


TAHAP RONDE PERAWAT KONSELOR

ANALISA DATA

APLIKASI, HASIL
MASALAH
TAHAP PASCA RONDE ANALISA DAN DISKUSI
TERATASI

Keterangan :
: Di Nurse Station
: Di Bed Pasien
Bagan 4.4 Tahapan Ronde Keperawatan
a) Pra Ronde

107
(1) Menemukan kasus dan topik (masalah yang tidak
teratasi dan masalah yang langka)
(2) Menentukan tim ronde
(3) Mencari sumber dan literature
(4) Membuat proposal
(5) Mempersiapkan pasien : informed consent dan
pengkajian
(6) Diskusi apa diagnosis keperawatan? Apa data yang
mendukung? Bagaimana intervensi yang sudah
dilakukan ? dan Apa hambatan yang ditemukan selama
perawatan?
b) Pelaksanaan Ronde
(1) Penjelasan tentang pasien oleh perawat primer yang
difokuskan pada masalah keperawatan dan rencana
tindakan yang akan dilaksanakan serta memilih
prioritas yang perlu didiskusikan
(2) Diskusi antar anggota tim tentang kasus tersebut
(3) Pemberian justifikasi oleh perawat primer atau konselor
atau kepala ruangan tentang masalah pasien serta
rencana tindakan yang akan dilakukan
c) Pasca Ronde
(1) Evaluasi, revisi dan perbaikan
(2) Kesimpulan dan rekomendasi penegakan diagnosis,
intervensi keperawatan selanjutnya
d) Peran masing – masing anggota tim
(1) Peran perawat primer dan Perawat Associate
 Menjelaskan data pasien yang mendukung masalah
pasien
 Menjelaskan diagnosa keperawatan
 Menjelaskan intervensi yang dilakukan
 Menjelaskan hasil yang didapat
 Menjelaskan rasional (alasan ilmiah) dari tindakan
yang diambil
 Menggali masalah pasien yang belum terkaji
(2) Peran Perawat Konselor
 Memberikan justifikasi
 Memberikan reinforcement
 Memvalidasi kebenaran dan intervensi keperawatan
serta rasional tindakan

108
 Mengarahkan dan koreksi
 Mengintegrasikan konsep dan teori yang telah
dipelajari
k) Pengorganisasian
Penanggung jawab: Ni Kadek Galuh Febriantari
l) Pelaksanaan
Ronde keperawatan dilaksanakan sesuai dengan jadwal dinas
mulai tanggal 31 Agustus 2018 – 8 September 2018.
m) Rencana Strategi
(1) Menentukan penderita yang akan dijadikan subjek ronde
keperawatan
(2) Menentukan strategi ronde keperawatan yang akan
digunakan.
(3) Menentukan materi dalam pelaksanaan ronde keperawatan
yang akan digunakan.
(4) Menyiapkan petunjuk teknis pelaksanaan ronde
keperawatan termasuk menghubungi pihak-pihak terkait
dalam pelaksanaan ronde keperawatan.
(5) Melaksanakan ronde keperawatan bersama-sama kepala
ruangan dan staf keperawatan.
(6) Mendokumentasikan hasil pelaksanaan ronde keperawatan

d. Sentralisasi obat
Sentralisasi obat adalah pengelolaan obat dimana seluruh obat yang
akan diberikan pada pasien diserahkan pengelolaan sepenuhnya oleh
perawat.
1) Tujuan
a) Tujuan Umum
Mahasiswa bersama staf perawat Ruang Merak mampu
menerapkan pengelolaan sentralisasi obat dan
mendokumentasikan hasil pengelolaan sentralisasi obat.
b) Tujuan khusus

109
(1) Mampu mengelola obat pasien: pemberian obat secara tepat
dan benar sesuai dengan prinsip 6B + 1W dan
mendokumentasikan hasil pengelolaan
(2) Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mahasiswa
dalam penerapan Prinsip 6B+1W.
(3) Meningkatkan kepuasan klien dan keluarga atas asuhan
keperawatan yang diberikan.
(4) Meningkatkan kepercayaan pasien dan keluarga terhadap
perawat dalam pengelolaan sentralisasi obat.
(5) Meningkatkan kepatuhan pasien terhadap program therapi.
2) Peran:
Perawat Primer dan Perawat Associate
(a) Menjelaskan tujuan dilaksanakannya sentralisasi obat
(b) Menjelaskan manfaat dilaksanakannya sentralisasi obat
(c) Melakukan pencatatan dan control terhadap pemakaian obat
selama pasien dirawat
(d) Melakukan tindakan kolaboratif dalam pelaksanaan program
therapy

Perawat Primer lain dan Supervisor


(a) Memberikan perlindungan terhadap pasien terhadap tindakan
malpraktik
(b) Menilai kepatuhan pasien terhadap program therapy
(c) Memotivasi pasien untuk memenuhi program therapy
3) Beberapa alasan yang paling sering mengapa obat perlu
disentralisasi:
(a) Memberikan bermacam-macam obat untuk satu pasien
(b) Menggunakan obat yang mahal dan bermerek
(c) Meresepkan obat sebelum diagnosa pasti dibuat
(d) Menggunakan dosis yang lebih besar daripada diperlukan
(e) Memberikan obat kepada pasien yang tidak mempercayainya
dan akan membuang atau lupa minum
(f) Memesan obat lebih daripada yang dibutuhkan, sehingga
banyak yang tersisa sesudah kadarluasa

110
(g) Tidak menyediakan lemari es, sehingga vaksin dan obat
menjadi tidak efektif
(h) Meletakkan obat ditempat yang lembab, terkena cahaya atau
panas
(i) Mengeluarkan obat terlalu banyak pada suatu waktu sehingga
dipakai berlebihan atau dicuri
4) Teknik pengelolaan obat (sentralisasi):
(a) Penanggung jawab pengelolaan obat adalah kepala ruangan
yang secara operasional dapat didelegasikan kepada staf yang
ditunjuk
(b) Keluarga wajib mengetahui dan ikut serta mengontrol
penggunaan obat
5) Penerimaan obat:
(a) Obat yang diresepkan ditunjukkan kepada perawat dan obat
yang telah diambil oleh keluarga diserahkan kepada perawat
dan menerima lembar terima obat
(b) Perawat menuliskan nama pasien, register, jenis obat, jumlah
dan sediaan obat dalam kartu control dan diketahui
(ditandatangani) oleh keluarga atau pasien dalam buku obat
(c) Pasien atau keluarga selanjutnya mendapatkan salinan obat
yang harus diminum serta kartu sediaan obat
(d) Obat yang telah diserahkan selanjutnya disimpan oleh perawat
dalam kotak obat
6) Pembagian obat
(a) Obat yang telah diterima untuk selanjutnya disalin dalam buku
daftar pemberian obat
(b) Obat yang telah disimpan selanjutnya diberikan kepada
perawat dengan memperhatikan alur yang tercantum dalam
buku daftar pemberian obat
(c) Pada saat pemberian obat, perawat menjelaskan macam obat,
kegunaan obat, jumlah obat dan efek samping
(d) Sedian obat yang ada selanjutnya diperiksa setiap pagi oleh
kepala ruangan atau petugas yang ditunjuk dan
didokumentasikan dalam buku masuk obat
7) Penambahan obat baru
(a) Bilamana terdapat penambahan/ perubahan jenis, dosis, atau
perubahan alur jenis obat, maka informasi ini akan dimasukkan

111
dalam buku masuk obat dan sekaligus dilakukan perubahan
dalam kartu sediaan obat
(b) Pada pemberiaan obat yang bersifat tidak rutin, maka
dokumentasi dilakukan pada buku masuk obat dan selanjutnya
diinformasikan kepada keluarga dengan kartu khusus obat
8) Obat khusus
(a) Obat dikategorikan khusus apabila sediaan memiliki harga
yang cukup mahal, menggunakan alur pemberian yang cukup
sulit, memiliki efek samping yang cukup besar atau hanya
diberikan dalam waktu tertentu
(b) Pada pemberian obat khusus dilakukan menggunakan kartu
khusus obat, dilaksanakan oleh perawat primer
(c) Informasi yang diberikan kepada keluarga dan pasien: nama
obat, kegunaan, waktu pemberian, efek samping, penanggung
jawab pemberian dan wadah obat sebaiknya diserahkan atau
ditunjukkan kepada keluarga setelah pemberian
(d) Menyimpan penyediaan obat
(e) Memeriksa ulang atas kebenaran obat dan jenis obat, jumlah
obat dan menulis etiket dan alamat pasien
(f) Sistem kartu persediaan
(g) Lemari obat

DOKTER

PENDEKATA
N PERAWAT
KELUARGA
/PASIEN

FARMASI/APOTIK

PASIEN/KELUARGA
 Surat persetujuan
sentralisasi obat
 Lembar serah
terima obat
KARU/PP/PERAWAT
YANG MENERIMA

112
PENGATURAN DAN
PENGELOLAAN OLEH Keterangan :
PERAWAT : Garis komando

PASIEN/KELUARGA
Bagan 4. 5 Alur Pelaksanaan Sentralisasi Obat
9) Pengorganisasian
Penanggung jawab: I Made Adi Gunawan
10) Pelaksanaan
Kegiatan sentralisasi obat mulai dilaksanakan mulai tanggal 31
Agustus 2018 – 8 September 2018 selama praktik profesi
manajemen keperawatan Ners di Ruang Merak RSUD Wangaya
Denpasar.
11) Rencana Strategi
(a) Menyusun format sentralisasi obat
(b) Melaksanakan pengelolaan sentralisasi obat pasien Ruang
Merak.
(c) Mendokumentasikan hasil pelaksanaan pengelolaan obat
12) Kriteria Evaluasi
(a) Struktur:
Menentukan penanggung jawab sentralisasi obat
(1) Menyiapkan format sentralisasi obat
(b) Proses
(1) Pelaksanaan sentralisasi obat dilaksanakan sesuai
dengan ruangan yang telah ditentukan dan pasien yang
telah menyetujui informed consent untuk dilakukan
sentralisasi.
(2) Pelaksanaan sentralisasi obat sesuai dengan alur yang
telah ditentukan.
(c) Hasil
(1) Pasien puas dengan hasil pelaksanaan sentralisasi obat

(sebagian besar pasien mengungkapkan lebih senang


obat dikelola perawat).

113
(2) Obat dapat diberikan secara tepat dan benar (sesuai
prinsip 6 B dan 1 W) serta perawat mudah mengontrol
pemberian obat.

e. Supervisi Keperawatan
Supervisi keperawatan adalah salah satu fungsi pokok manajer
berupa proses pemberian sumber-sumber yang dibutuhkan perawat
untuk menyelesaikan tugas-tugas dalam rangka pencapaian tujuan.
1) Tujuan Supervisi
Tujuan supervisi adalah pemenuhan dan peningkatan pelayanan
pada klien dan keluarga yang berfokus pada kebutuhan,
ketrampilan dan kemampuan dalam melaksanakan tugas.
2) Prinsip Supervisi
a) Supervisi dilakukan sesuai dengan struktur
b) Supervisi memerlukan pengetahuan dasar manajemen,
ketrampilan hubungan antar manusia dan kemampuan
menerapkan prinsip menajemen dan kepemimpinan

114
c) Fungsi supervisi diuraikan dengan jelas, terorganisir dan
dinyatakan melalui petujuk, peraturan, uraian tugas dan
standar.
d) Supervisi merupakan proses kerja sama yang demokrasi antara
supervisor dan perawat pelaksana. Supervisi merupakan visi,
misi, falsafah, tujuan dan rencana yang spesifik.
e) Supervisi menciptakan lingkungan yang kondusif, komunikasi
efektif, kreatifitas dan motifasi.
3) Pelaksanaan Supervisi
a) Kepala Ruangan
(1) Bertanggung jawab dalam supervisi pelayanan keperawatan
pada klien di ruang perawatan
(2) Merupakan ujung tombak penentu tercapai atau tidaknya
tujuan pelayanan kesehatan di rumah sakit
(3) Mengawasi perawat pelaksanaan dalam melaksanakan
praktek keperawatan di ruang keperawatan.
b) Pengawas Perawatan
Bertanggung jawab dalam mensupervisi pelayanan pada kepala
ruangan yang ada di instalasiya.
c) Kepala seksi perawatan
Mengatasi instalasi dalam melaksanakan tugas secara langsung
dan seluruh perawat secara tidak langsung.
4) Langkah-langkah supervisi
a) Pra supervisi
(1) Supervisor menetapkan kegiatan yang akan disupervisi
(2) Supervisor menetapkan tujuan
b) Supervisi
(1) Supervisor menilai kinerja perawat berdasarkan alat ukur
atau instrument yang telah disiapankan
(2) Supervisor mendapat beberapa hal yang memerlukan
pembinaan
(3) Supervisor memanggil PP dan PA untuk mengadakan
pembinaan dan klarifikasi permasalahan
(4) Pelaksanaan supervisi dengan inspeksi, wawancara dan
menvalidasi data sekunder
c) Pasca supervisi
(1) Supervisor memberkan supervise (F-Fair)

115
(2) Supervisor memberikan feedback dan klarifikasi
(3) Supervisor memberikan reinforcement dan follow up
perbaikan
5) Peran supervisor dan fungsi supervisi keperawatan
Peran dan fungsi supervisor dalam supervisi adalah
mempertahankan keseimbangan pelayanan keperawatan dan
manejemen sumber daya yang tersedia
6) Cara supervisi
Supervisi dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu:
a) Langsung
Supervisi dilakukan secara langsung pada kegiatan yang sedang
berlangsung, dimana supervisor dapat terlibat dalam kegiatan,
feed back dan perbaikan.
Adapun prosesnya adalah:
(1) Perawat pelaksana melakukan secara mandiri suatu tindakan
keperawatan didampingi oleh supervisor
(2) Selama proses, supervisor dapat memberi dukungan,
reinforment dan petunjuk
(3) Setelah selesai, supervisor dan perawat pelaksana melakukan
diskusi yang bertujuan untuk menguatkan yang telah sesuai
dan memperbaiki yang masih kurang.
(4) Reinforcement pada aspek yang positif sangat penting
dilakukan oleh supervisor.
b) Supervisi secara tidak langsung
Supervisi dilakukan melalui laporan baik tertulis maupun lisan.
Supervisor tidak melihat langsung apa yang terjadi di lapangan
sehingga mungkin terjadi kesenjangan fakta. Umpan balik dapat
diberikan secara tertulis. Peran kepala ruangan, PP dan PA dalam
MPKP adalah:
(1) Peran Kepala Ruangan(KaRu)
(a) Sebagai konsultan dan pengendali mutu perawat primer
(b) Orientasi dan merencanakan karyawan baru
(c) Menyusun jadwal dinas dan memberi penugasan pada
perawat associate

116
(d) Evaluasi kerja
(e) Merencanakan atau menyelenggarakan pengembangan staff
(2) Peran Perawat Primer (PP)
(a) Menerima klien dan mengkaji kebutuhan pasien secara
komprehensif
(b) Membuat tujuan dan merencanakan keperawatan
(c) Melaksanakan rencana yang telah dibuat
(d) Mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan pelayanan
yang diberikan oleh disiplin lain maupun perawat lain
(e) Menerima dan menyesuaikan rencana asuhan
(f) Menyiapkan penyuluhan untuk pasien pulang
(g) Menyiapkan rujukan kepada pekerjaan social, kontrak
dengan lembaga sosial di masyarakat
(h) Mengadakan kunjungan rumah bila perlu
(3) Peran Perawat Associate (PA)
Peran PA melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan
rencana keperawatan yang telah disusun oleh PP

117
Alur Supervisi

Ka Bid Perawatan

KaSi Keperawatan

Ka. Perawatan IRNA

Menetapkan kegiatan dan Ka Ru


tujuan serta instrumen/ alat
ukur supervisi

PP1 PP 2

menilai kinerja supervisi


perawat
PA1 PA 2

1) Feedback
2) Penyampaian
Kualitas
penilaian (fair)
Pelayanan
3) Follow up, Meningkat
pemecahan masalah
dan reward

keterangan : Kegiatan Supervisi


Delegasi dan Supervisi

Bagan 4.6 Alur Supervisi

118
7) Tujuan
a) Tujuan Umum
Mahasiswa bersama staf perawat/bidan ruangan mampu
mengaplikasikan peran supervisor keperawatan.
b) Tujuan Khusus
(1) Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mahasiswa
dan staff perawat ruangan dalam pelaksanaan supervisi
keperawatan.
(2) Meningkatkan kepuasan pasien dan keluarga atas asuhan
keperawatan yang diberikan.
(3) Meningkatkan kinerja perawat/bidan dalam memberikan
asuhan keperawatan/kebidanan
8) Pengorganisasian
Penanggung Jawab: Ni Luh Eka Budi Yulianti
9) Pelaksanaan
Supervisi dilaksanakan sesuai dengan jadwal dinas mulai tanggal 31
Agustus 2018 – 8 September 2018
10) Rencana Strategi
a) Menyusun konsep supervisi keperawatan
b) Menetapkan materi supervisi keperawatan
c) Membuat format supervisi keperawatan
d) Melaksanakan supervisi keperawatan bersama-sama dengan

kepala
ruangan dan staff keperawatan.
e) Mendokumentasikan hasil pelaksanaan supervisi keperawatan.

f. Discharge Planning

119
Perencanaan pulang (Discharge Planning) merupakan proses yang
terintegrasi yang terdiri dari fase-fase yang ditunjukkan. Discharge
Planning keperawatan atau yang sering disebut dengan keperawatan
berkelanjutan, dimana perawatan yang dibutuhkan oleh pasien harus
diberikan dimanapun pasien berada. Kegagalan untuk memberikan dan
mendokumentasikan perencanaan pulang akan berisiko terhadap
bertahannya penyakit, ancaman hidup dan disfungsi fisik. Dalam
perencanaan pulang diperlukan komunikasi yang baik dan terarah
sehingga apa yang disampaikan dapat dimengerti dan berguna untuk
proses keperawatan dirumah. Tujuan discharge planning adalah
memberikan informasi yang tepat tentang perawatan dan pengobatan yang
harus dilanjutkan di rumah dan waktu untuk melakukan control kembali.
Perencanaan persiapan pulang merupakan sesuatu yang penting
dalam keberhasilan asuhan keperawatan pasien rawat inap karena
informasi yang diberikan sebelum pasien pulang merupakan bekal yang
sangat berharga bagi pasien dan keluarganya. Informasi yang tidak adekuat
sebelum pasien pulang dapat menyebabkan pasien dan keluarganya
melakukan tindakan yang kurang tepat akibat kurang informasi.
Adapun pelaksanaan discharge planning yang idealnya dilaksanakan:
1) PP memberikan HE (health education) pada pasien yang akan
pulang atau yang direncanakan pulang meliputi: obat-obatan
yang masih harus diminum di rumah, diet, aktivitas, istirahat,
waktu dan tempat kontrol kembali, apa yang dibawa pulang dan
hal- hal yang perlu diperhatikan pasien selama di rumah.
2) Selain memberikan penjelasan secara lisan, PP juga
memberikan kartu discharge planning dan leaflet yang berisi
penjelasan yang diberikan.
3) Setelah pasien dan keluarga mendapatkan discharge planning
maka pasien atau keluarga menandatangani format discharge
planning sebagai bukti telah mendapatkan discharge planning
dari perawat.

120
Tim Kesehatan : PP dibantu PA

Keadaan Pasien:
Klinis dan pemeriksaan
dokter, perawat penunjang lain
dan tenaga
kesehatan yang Tingkat ketergantungan
lainnya pasien

Perencanaan pulang

Penyelesaian Lain- lain


Program HE:
administrasi
Control dan obat atau
perawatan

Gizi

Aktivitas dan istirahat


Monitoring

Bagan 4.7 Alur Discharge Planning

Keterangan:
Tugas Kepala Ruangan: Menentukan estimasi lama perawatan
Tugas Perawat Primer :
1) Menerima pasien baru
2) Membuat rencana discharge planning
3) Membuat leaflet
4) Memberikan konseling
1) Tujuan
a) Tujuan Umum
Setelah diberikan praktik manajemen keperawatan diharapkan
Ruang Merak mampu menerapkan discharge planning secara
optimal.

121
b) Tujuan Khusus
(1) Mengkaji kebutuhan rencana pemulangan.
(2) Mengidentifikasi masalah pasien.
(3) Memprioritaskan masalah pasien yang utama.
(4) Membuat perencanaan pasien pulang yaitu mengajarkan pada
pasien yang dilakukan dan dihindari selama di rumah.
(5) Melakukan evaluasi pasien selama diberikan penyuluhan.
(6) Mendokumentasikan.
2) Pengorganisasian
Penanggung jawab: Ni Putu Elly Listari
3) Pelaksanaan
Discharge planning dilaksanakan sesuai dengan jadwal dinas di ruang
Merak mulai tanggal 31 Agustus 2018 – 8 September 2018.
4) Rencana Strategi
a) Menyusun konsep discharge planning.
b) Menentukan materi discharge planning
c) Menyiapkan format discharge planning, kartu kontrol, kartu obat.
d) Melaksanakan discharge planning bersama dengan perawat
ruangan
g. Mendokumentasikan hasil pelaksanaan discharge Sistem Dokumentasi
Keperawatan
Dokumentasi keperawatan merupakan hal yang sangat penting
dalam pelaksanaan asuhan keperawatan professional, karena mempunyai
fungsi sebagai alat komunikasi, aspek hukum, jaminan mutu pendidikan/
penelitian dan akreditasi. Kelompok memilih mendokumentasikan model
ini aplikatif dan efektif karena sudah tampak adanya masalah
keperawatan.
Secara garis besar model pendokumentasian ini terdiri dari format
pengkajian, format problem, intervensi dan evaluasi dalam satu lembar.
Setiap pasien dilakukan pengkajian oleh perawat primer kemudian
dilakukan analisis dan ditegakkan diagnosa keperawatan. Selanjutnya
intervensi keperawatan ditulis sesuai dengan format SAK yang ada.
Format cetakan keperawatan diisi oleh perawat primer, sedangkan hasil
observasi, vital sign, pemberian obat ditulis di lembar observasi oleh
perawat associate.

122
1) Tujuan
a) Tujuan Umum
Mahasiswa bersama staff perawat di ruang Merak mampu
menerapkan sistem dokumentasi keperawatan model PIE
(Problem-Intervention-Evaluation) dengan benar di Ruang
Merak
b) Tujuan Khusus
(1) Mendokumentasikan asuhan keperawatan
(2) Mendokumentasikan pengkajian keperawatan
(3) Mendokumentasikan diagnosis keperawatan
(4) Mendokumentasikan perencanaan keperawatan
(5) Mendokumentasikan pelaksanaan keperawatan
(6) Mendokumentasikan evaluasi keperawatan
(7) Mendokumentasikan pengelolaan logistic dan obat
(8) Mendokumentasikan HE (Health Education) melalui
kegiatan
perencanaan pulang.
(9) Mendokumentasikan timbang terima
(10) Mendokumentasikan kegiatan supervisi
(11) Mendokumentasikan kegiatan penyelesaian kasus melalui
ronde keperawatan.
c) Pengorganisasian
Penanggung jawab: Ni Made Dian Dwitya Santi
d) Pelaksanaan
Pendokumentasian keperawatan dilaksanakan sesuai dengan
jadwal dinas di Merak mulai tanggal 31 Agustus 2018 - 8
September 2018.
e) Rencana Strategi
(1) Menyusun format pengkajian model ROS (Review Of
Sistem)
(2) Mendiskusikan bersama staf perawat Ruang Merak
mengenai format pengakajian dan pendokumentasian yang
telah dibuat sesuai dengan 10 diagnosa keperawatan yang
sering dijumpai di Ruang Merak
(3) Membuat SAK terdiri dari 10 diagnosa keperawatan yang
sering dijumpai di Ruang Merak.

123
(4) Menyiapkan petunjuk teknis pengisian format dokumentasi
keperawatan
(5) Melaksanakan pendokumentasian bersama dengan perawat
ruangan
(6) Mendokumentasikan hasil pelaksanaan dokumentasi
keperawatan
f) Evaluasi
(4) Struktur
(a) Kegiatan dokumentasi keperawatan dilaksanakan di
Ruang Merak.
(b) Persiapan dilakukan sebelumnya dengan persetujuan
pembimbing
(5) Proses
(a) Setiap tindakan keperawatan dilakukan evaluasi
(b) Evaluasi hasil menggunakan indikator perubahan
fisiologis dan tingkah laku pasien
(c) Hasil evaluasi segera dicatat dan dikomunikasikan
diambil tindakan selanjutnya
(d) Evaluasi melibatkan keluarga dan tim kesehatan lainnya
(e) Evaluasi dilakukan dengan standar (tujuan yang ingin
dicapai dan standar praktek keperawatan)
(6) Hasil
(a) Setiap tindakan keperawatan terdokumentasi dengan
baik
(b) Setiap hasil tindakan dapat mudah dievaluasi sesuai
dengan standar (tujuan yang ingin di capai dan standar
praktik keperawatan)
(c) Pendokumentasian ruangan berjalan sistematis
(d) Privasi dan keselamatan klien dan perawat terjaga.

124
BAB V
PELAKSANAAN

Berdasarkan perencanaan yang telah disusun maka pada bab ini akan
diuraikan aplikasi Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) yang
dilaksanakan dalam praktek manajemen keperawatan di Kamar 5 Ruang Merak
RSUD Wangaya Kota Denpasar pada tanggal 23 Agustus sampai dengan 15
September 2018. Pelaksanaan MPKP ditekankan pada komponen utama, yaitu :
(1) Penataan tenaga keperawatan, (2) Sistem MPKP, (3) Timbang Terima, (4)
Sentralisasi Obat, (5) Discharge Planning, (6) Supervisi, (7) Ronde Keperawatan,
(8) Dokumentasi Keperawatan.
e. Penataan Ketenagaan Keperawatan
1. Persiapan
Pada tahap persiapan yang dilakukan kelompok adalah sebagai berikut:
7) Menyiapkan buku catatan harian tentang jumlah pasien yang
dirawat setiap hari serta tingkat ketergantungannya.
8) Menyiapkan format klasifikasi dan kriteria tingkat ketergantungan
penderita berdasarkan metode Douglas (terlampir).
9) Menyiapkan konsep perhitungan kebutuhan tenaga perawat
berdasarkan tingkat ketergantungan pasien.
2. Pelaksanaan
12. Mengumpulkan data tentang jumlah pasien serta tingkat
ketergantungannya pada pagi, siang dan malam mulai minggu
kedua sampai minggu ketiga.
13. Melakukan tabulasi data dan melaksanakan perhitungan jumlah
kebutuhan tenaga berdasarkan tingkat ketergantungan pasien
(terlampir).
14. Melakukan perhitungan jumlah tenaga yang bertugas dalam sehari
yaitu pada shift pagi dan siang

3. Hambatan
Kelompok tidak mengalami hambatan dalam pelaksanakan
perhitungan tenaga selama praktik manajemen keperawatan
berlangsung.
4. Dukungan

125
Kepala ruangan dan perawat ruangan selalu memfasilitasi
kebutuhan yang diperlukan serta selalu memberikan masukan dan saran
yang bersifat positif saat melakukan praktik manajemen keperawatan
maupun pada saat pemberian asuhan keperawatan.

f. Model Praktik Keperawatan Profesional


5. Persiapan

Berdasarkan hasil pengkajian, kelompok menerapkan model


praktik keperawatan profesional metode modifikasi ( Tim Primer ).
Adapun bagan model pemberian asuhan keperawatan adalah sebagai
berikut :

Kepala Ruangan

Perawat Primer

Perawat Associate Perawat Associate


Perawat Associate
PerawatBagan 5.1 Model Praktek
Associate keperawatan
Perawat AssociateProfesional
Perawat Associate

6. Pelaksanaan

Penerapan model praktik keperawatan dilaksanakan pada


minggu ketiga dan minggu keempat tanggal tanggal 23 Agustus
sampai dengan 15 September 2018. Masing-masing anggota kelompok
berperan sebagai Kepala Ruangan, Perawat Primer (PP), Perawat
Assosiate (PA), yang terbagi menjadi 2 shift, yaitu pagi dan sore
(jadwal dinas terlampir). Selama shift mahasiswa mencoba
melaksanakan asuhan keperawatan secara komprehensif sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki mahasiswa dengan bantuan pembimbing
ruangan, pembimbing akademik dan perawat ruangan. Setiap
mahasiswa diberi kesempatan untuk melakukan peran sebagai Kepala

126
Ruangan, Perawat Primer (PP), dan Perawat Assosiate (PA) dengan
pembagian yang cukup adil. Pada minggu keempat tetap dilaksanakan
penerepan MPKP, tetapi terbatas pada shift pagi dan sore saja.
7. Hambatan
Pada minggu awal pelaksanaan MPKP di Ruang Merak RSUD
Wangaya Kota Denpasar, khususnya Kamar 5, ditemukan beberapa
hambatan, antara lain:
x. Pendeknya waktu praktik menyebabkan tidak semua peran dapat
dilakukan oleh setiap mahasiswa.
y. Tingkat adaptasi mahasiswa terhadap peran bervariasi.
z. Kasus kelolaan mahasiswa yang cukup bervariasi.
Namun pada minggu selanjutnya hambatan tersebut dapat
diminimalisir oleh kelompok dengan bantuan pembimbing akademik,
Kepala Ruangan dan perawat Ruang Merak RSUD Wangaya Kota
Denpasar

8. Dukungan
Kepala Ruangan dan perawat ruangan memberikan kesempatan
dan dukungan kepada mahasiswa dalam mengaplikasikan peran dalam
penerapan model praktik keperawatan profesional.

g. Timbang Terima
d) Persiapan
Persiapan yang dilakukan antara lain:
(3) Menentukan penanggung jawab timbang terima.
(4) Penanggung jawab kegiatan menyusun proposal timbang terima.
(5) Menyiapkan pelaksanaan timbang terima.
e) Pelaksanaan
Pelaksanaan timbang terima dilaksanaan pada minggu kedua dan
ketiga saat rotasi dinas 6 jam. Dilakukan pada pergantian shift pagi ke
shift sore pada pukul 14.00 WITA. Untuk mendapatkan persepsi yang
sama, peningkatan keterampilan dan pengetahuan sikap mengenai
pelaksanaan timbang terima yang benar, kelompok telah
mempraktikkan timbang terima pada setiap pergantian shift jaga yang
dibimbing dan diarahkan oleh pembimbing ruangan. Adapun alur

127
pelaksanaannya dimulai dari Kepala Ruangan memimpin timbang
terima yang diawali dengan kegiatan doa bersama yang bertujuan agar
kegiatan pelaksanaan asuhan keperawatan pada hari itu dapat berjalan
dengan baik. Kemudian Kepala Ruangan mempersilahkan PP/PA yang
bertugas pada shift itu menyampaikan jumlah pasien, identitas klien,
diagnosa medis, data (keluhan subjektif/objektif), masalah
keperawatan yang masih muncul, intervensi keperawatan yang sudah
dan belum dilaksanakan (secara umum), intervensi kolaboratif dan
dependen, rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan serta
pesan-pesan khusus/ hal-hal penting.Setelah semua laporan dimengerti
dengan jelas, dilanjutkan dengan timbang terima pasien ke tempat
perawatan, di mana waktu untuk timbang terima pasien tidak lebih dari
5 menit, kemudian kembali ke nurse station untuk klarifikasi dan
penandatanganan timbang terima oleh PP antar shift dan penyerahan
status pasien.
Kegiatan role play timbang terima dilaksanakan pada hari Jumat,
tanggal 31 Agustus 2018 pukul 14.00 WITA antara shift pagi kepada
shift sore dengan jumlah pasien kelolaan 2 orang dengan perincian 2
total care. Kegiatan tersebut dapat berjalan lancar sesuai dengan alur
dan mekanisme yang telah disusun.
f) Hambatan
Selama pelaksanaan timbang terima tidak ada hambatan yang
berarti karena adanya koordinasi yang baik antara anggota kelompok
yang berperan. Serta adanya komunikasi dan koordinasi yang baik
antara perawat Ruang Merak RSUD Wangaya Kota Denpasar dengan
mahasiswa serta antara mahasiswa dengan pasien.
g) Dukungan
Kepala Ruangan dan perawat di Ruang Merak sangat mendukung
kegiatan ini dan mengikuti proses timbang terima saat mahasiswa
melakukan timbang terima keperawatan. Pembimbing klinik dan
pembimbing akademik memberikan arahan dalam pelaksanaan
timbang terima keperawatan sehingga timbang terima berlangsung
dengan lancar.

128
h. Sentralisasi Obat
10. Persiapan
s. Setelah ditunjuk penanggung jawab sentralisasi obat, penanggung
jawab kegiatan menyusun proposal kegiatan sentralisasi obat.
t. Menyiapkan sarana dan prasarana sentralisasi obat yaitu tempat
obat, kotak penyimpanan obat, lembar informed consent, format
penyerahan obat antara keluarga dan perawat, dan daftar pemberian
obat.
u. Mengadakan pendekatan dengan pasien dan keluarga mengenai
rencana pelaksanaan sentralisasi obat kepada pasien dan keluarga,
meminta persetujuan pasien dan keluarga.
11. Pelaksanaan
Pelaksanaan sentralisasi obat dimulai dari minggu kedua sampai
minggu keempat yaitu tanggal 1 September – 15 September 2018.
Kegiatan role play sentralisasi obat dilaksanakan pada tanggal 31
Agustus 2018. Kegiatan tersebut dapat terlaksana sesuai dengan alur
yang telah dibuat. Adapun kegiatan yang dilakukan pada saat
sentralisasi obat adalah :
a. PP menyusun rencana kegiatan untuk sentralisasi obat pada pasien
“Ny.RT” dengan TB Paru + B24 stadium III, kemudian diajukan
kepada Kepala Ruangan.
b. PP memberikan penjelasan kepada keluarga dan pasien tentang
manfaat, tujuan dan pelaksanaan sentralisasi obat. Setelah keluarga
dan pasien mengerti, PP meminta persetujuan pasien dan keluarga
dengan menandatangani informed consent jika pasien dan keluarga
setuju.
c. PP bertugas menulis pada format serah terima obat yang
ditandatangani oleh kedua belah pihak; nama pasien, umur, nomor
register, ruangan, nama obat, dosis obat, jumlah obat, tanda tangan
yang menyerahkan dan yang menerima, serta keterangan dalam
daftar pemberian obat. Kemudian obat dicatat dalam buku
penerimaan obat. Selanjutnya keluarga atau pasien mendapat
penjelasan tentang kapan/bilamana obat tersebut akan habis.
Adapun obat-obat yang disentralisasikan adalah:

129
1) Omeprazole 40 mg PO
2) Ondancentron 4 mg PO
3) Metilprednisolon 62,5 mg PO
4) Levofloxacin 750 mg PO
d. PP menyiapkan obat untuk diberikan kepada pasien oleh PA dan PP
mencatat dalam daftar pemberian obat.
e. Obat injeksi dan cairan infus disimpan dalam kotak sesuai nama
pasien. Selama pelaksanaan semua pasien kelolaan di kamar 5
Ruang Merak RSUD Wangaya Kota Denpasar menyetujui
dilaksanakannya sentralisasi obat oleh perawat.
12. Hambatan
Hambatan yang dialami selama pelaksanaan sentralisasi obat
adalah pada minggu pertama dalam pelaksanaannya masih
kebingungan dengan cara pengisian format sentralisasi obat dan
sehinggapelaksanaannya berjalan sedikit terganggu, tetapi seiring
dengan berjalannya waktu mahasiswa menjadi terbiasa menjalankan
sentralisasi obat dan pada akhirnya kegiatan sentralisasi obat dapat
berjalan dengan lancar.
13. Dukungan
Adanya dukungan, kerjasama, komunikasi serta koordinasasi yang
baik antara kelompok dengan keluarga pasien dan perawat Ruang
Merak RSUD Wangaya Kota Denpasar menjadikan proses sentralisasi
dapat berjalan dengan lancar.

i. Discharge Planning
9. Persiapan
A. Kepala ruangan menunjuk PP yang bertanggung jawab terhadap
pasien yang akan diberikan Discharge Planning.
B. PP sudah siap dengan status pasien dan format discharge planning
serta lembar catatan edukasi.
C. PP mengkaji permasalahan pasien sesuai dengan diagnosa yang
sudah ditegakkan, lembar penunjang dan tingkat ketergantungan.
PP merencanakan HE meliputi hal-hal yang perlu diajarkan pada
pasien dan keluarga.
D. Kepala ruangan memeriksa kelengkapan administrasi.
10. Pelaksanaan

130
Pelaksanaan discharge planning dimulai dari minggu kedua s/d
minggu keempat. Discharge planning dilakukan setelah diagnosa
medis ditegakkan disuatu unit pelayanan kesehatan dan persiapan
pasien pulang dari ruang rawat inap.
d) PP memberikan HE (Health Education) pada pasien yang telah
ditegakkan diagnosa meliputi prognosis penyakit, tindakan medis
yang dilakukan selama perawatan, jadwal pemberian obat, diet
pasien selama dirawat dan perkiraan lama rawat. Sedangkan HE
untuk persiapan pulang meliputi mengenai cara perawatan di
rumah mengenai penyakit yang diderita oleh pasien.
e) PA melakukan demonstrasi penggunaan masker dan cuci tangan,
memberikan feedback dan reinforcement positif pada pasien dan
keluarga.
f) PP mendokumentasikan dan menandatangi lembar discharge
planning, sedangkan pasien atau keluarga menandatangani lembar
catatan edukasi dan perencanaan edukasi terintegrasi rawat inap
sebagai bukti pasien telah mendapatkan discharge planning dari
perawat.
g) Kegiatan discharge planning dilaksanakan pada hari Kamis, 6
September 2018 pukul 12.00 WITA. Discharge planning diberikan
pada pasien “Tn. SD” dengan diagnosa medis Susp. TB +
Pneumonia. Pasien diberikan informasi tentang prognosis penyakit,
tindakan medis yang dilakukan selama perawatan, jadwal
pemberian obat, diet pasien selama dirawat, perkiraan lama hari
rawat dan demonstrasi penggunaan masker dan cuci tangan untuk
pasien serta keluarga. Pasien dan keluarga diberikan KIE dengan
media lembar balik. Pelaksanaan kegiatan discharge planning
berjalan sesuai dengan alur dan mekanisme yang telah disusun
serta semua anggota kelompok dapat berperan sesuai dengan
perannya masing-masing.
11. Hambatan
Dalam pelaksanaan kegiatan discharge planning tidak ditemukan
adanya hambatan yang berarti.

131
12. Dukungan
C. Kepala ruangan dan perawat ruangan memberikan dukungan penuh
pada mahasiswa untuk melaksanakan discharge planning pada
pasien “Tn.SD”
D. Format discharge planning dan catatan edukasi dna perencaan
edukasi terintegrasi rawat inap sudah disediakan.

j. Supervisi Keperawatan
d) Persiapan
Supervisi keperawatan meliputi konsep supervisi, materi supervisi dan
administrasi penunjang yang meliputi instrumen supervisi lengkap
dengan parameter penilaian, laporan hasil-hasil kegiatan supervisi serta
pendokumentasian hasil supervisi. Pada tahap ini kelompok
mempersiapkan hal-hal sebagai berikut :
(9) Menetapkan kegiatan pemberian obat injeksi sebagai kegiatan yang
akan disupervisi oleh perawat primer.
(10) Menetapkan alokasi waktu untuk pelaksanaan kegiatan
supervisi tentang pemberian obat injeksi. Penanggung jawab
kegiatan menyusun proposal supervisi kegiatan pemberian obat
injeksi.
(11) Menetapkan instrument supervisi dan format lainnya yang
berhubungan dengan kegiatan pemberian obat injeksi.
(12) Konsultasi proposal supervisi tentang pemberian obat
injkesi.
e) Pelaksanaan
Kegiatan supervisi keperawatan di Ruang Merak RSUD Wangaya
Kota Denpasar pada tanggal 1 September 2018, pukul 14.00. Kegiatan
ini dihadiri oleh seluruh anggota kelompok.
Pelaksanaan supervisi timbang terima berlangsung sesuai dengan
harapan dan seluruh anggota hadir pada saat pelaksanaannya. Adapun
alur pelaksanaannya dimulai dari persiapan instrument supervisi
timbang terima. kepala ruangan sebagai supervisor. Kepala ruangan
melakukan superpivi kepada perawat primer (PP) yang melakukan
tembang terima pasien kepada PA. Kepala ruangan menyiapkan hasil

132
evaluasi (fair) kemudian memberikan feedback, follow up dan
reinforcement terhadap hasil supervisi.
Berdasarkan hasil kegiatan timbang terima didapatkan bahwa, PP
telah melakukan timbang terima sesuai dengan form checklist yang
telah disediakan.
f) Hambatan
Dalam pelaksanaan kegiatan supervisi kelompok tidak
mendapatkan hambatan berarti sehingga pelaksanaan kegiatan ini
berjalan sesuai dengan harapan. Hal ini juga tidak terlepas dari arahan
dan bimbingan dari pembimbing akademik dan pembimbing ruangan.
g) Dukungan
Adanya bimbingan dari pembimbing akademik dan pembimbing
ruangan yang rutin memberikan masukan saat mahasiswa melakukan
supervisi.

k. Ronde Keperawatan
Dalam pelaksanaan ronde keperawatan di Ruang Merak RSUD Wangaya
Kota Denpasar tidak dapat dilaksanakan, oleh karena tidak ada kasus yang
perlu untuk dirondekan.

l. Dokumentasi Keperawatan
e. Persiapan
Pendokumentasian asuhan keperawatan dilakukan pada tanggal 1
September- 15 September 2018. Dengan mempersiapkan kelengkapan
format asuhan keperawatan yang terdiri dari orientasi pasien baru,
persetujuan tindakan medis, penolakan tindakan medis, serah terima
pasien pindah ruangan, persetujuan sentralisasi obat, pengkajian, hasil
pemeriksaaan laboratorium, rencana keperawatan, implementasi
keperawatan, catatan perkembangan pasien, lembar observasi vital
sign, lembar observasi balance cairan, tindakan keperawatan,
medikasi obat oral, medikasi obat injeksi, serah terima obat, discharge
planning dan evaluasi keperawatan.
f. Pelaksanaan
Proses pelaksanaan dokumentasi dilakukan pada tanggal 1
September- 15 September 2018. Apabila ada pasien baru maka PP atau
PA yang bertugas langsung melakukan pengkajian dan membuat

133
dokumentasi keperawatan. Pengisian dokumentasi keperawatan telah
disesuaikan dengan format yang telah disediakan. Untuk kelanjutan
dokumentasi keperawatan PP atau PA yang bertugas selanjutnya
membuat catatan perkembangan pasien sampai dengan evaluasi
keperawatan.
g. Hambatan
Pendokumentasian kurang optimal dikarenakan jadwal dinas
perawat yang hanya pagi sore menyebakan pelaksanaan asuhan
keperawatan menjadi tidak komprehensif. Pendokumentasian menjadi
kurang lengkap dan harus mencocokkan dengan status pasien yang ada
di ruangan.
h. Dukungan
Pembimbing klinik dan tenaga keperawatan ruangan memberikan
dukungan terhadap pelaksanaan praktek menajemen keperawatan
dengan memberikan masukan dan saran tentang dokumentasi
keperawatan.

134
BAB VI
EVALUASI

A. Penataan Ketenagaan Keperawatan


1. Evaluasi Struktur Penataan Ketenagaan Keperawatan
Dalam penataan ketenagaan keperawatan, kepala ruangan membuat
jumlah pasien hari itu, tingkat ketergantungan pasien, konsep perhitungan
kebutuhan tenaga perawatan hari itu dan pembagian pasien kelolaan.
2. Evaluasi Proses Penataan Ketenagaan Keperawatan
Pada pelaksanaan penataan ketenagaan, kelompok tidak mengalami
hambatan yang berarti karena semua format sudah dipersiapkan sebelum
pelaksanaan dan adanya acuan perhitungan tenaga.
3. Evaluasi Hasil Penataan Ketenagaan Keperawatan
Kebutuhan tenaga rata-rata perhari selama pelaksanaan praktek
manajemen keperawatan dapat terpenuhi sesuai dengan ketergantungan
pasien.

B. Sistem MPKP
1. Evaluasi Struktur Sistem MPKP
Dalam penerapan MPKP telah terbentuk struktur organisasi kelompok,
jadwal kegiatan, jadwal dinas, daftar uraian tugas Kepala Ruangan (KARU),
Perawat Primer (PP), Perawat Asosiate (PA). Dari setiap kegiatan tersebut
telah ditentukan penanggung jawab yang bertanggung jwab dalam
pelaksanaan kegiatan tersebut serta melakukan evaluasi atas kegiatan
tersebut.
2. Evaluasi Proses Sistem MPKP
Selama proses pelaksanaan sistem MPKP, setiap mahasiswa telah
menjalankan tugas sesuai dengan perannya masing-masing seperti pada
petunjuk uraian tugas dan jadwal dinas. Namun terdapat beberapa hambatan
yang mengakibatkan peran yang dijalankan kurang maksimal seperti:
Pendeknya waktu praktik menyebabkan tidak semua peran dapat dilakukan

135
oleh setiap mahasiswa. Tingkat adaptasi mahasiswa terhadap peran
bervariasi. Kasus kelolaan mahasiswa yang cukup bervariasi. Namun pada
minggu selanjutnya hambatan tersebut dapat diminimalisir oleh kelompok
dengan bantuan pembimbing akademik, kepala ruangan dan perawat Ruang
Merak RSUD Wangaya Kota Denpasar
3. Evaluasi Hasil Sistem MPKP
Pelaksanaan MPKP pada pasien di kamar 5 Ruang Merak RSUD
Wangaya Kota Denpasar sudah dilaksanakan sesuai dengan peran masing-
masing. Hal ini tidak lepas dari adanya kerjasama dan komunikasi yang baik
antar anggota kelompok serta dukungan dari pembimbing akademik, kepala
ruangan dan seluruh perawat di Ruang Merak RSUD Wangaya Kota
Denpasar sehingga pelaksanaan MPKP dapat berjalan dengan lancar.

C. Timbang Terima
1. Evaluasi Struktur Timbang Terima
Timbang terima dilakukan di nurse station Ruang Merak RSUD
Wangaya Kota Denpasar. Pada pelaksanaannya Kepala Ruangan, PP dan PA
telah mengerti tugas dan tanggung jawab masing-masing sehingga pada saat
timbang terima tidak terjadi kesalahan dalam pelaksanaan timbang terima
dan saat melakukan tindakan keperawatan.
Pada timbang terima, serana dan prasarana yang menunjang telah
tersedia antara lain : lembar catatan perkembangan pasien terintegrasi.
Kelompok shift timbang terima sesuai dengan jadwal jaga shift, yaitu antara
shift pagi ke shift sore. Kepala ruangan memimpin kegiatan timbang terima
yang dilaksanakan pada pergantian shift pagi ke shift sore. Kegiatan
timbang terima dilakukan oleh perawat primer (PP) / perawat associate (PA)
yang bertugas saat itu.

2. Evaluasi Proses Timbang Terima


Kegiatan role play timbang terima dilaksanakan pada hari Sabtu,
tanggal 1 September 2018 antara shift pagi kepada shift sore. Pemeran

136
Kepala Ruangan yaitu I.A Ifani, PP pagi yaitu G. Pebriantari, PA pagi yaitu
Eka Budi Yulianti, Santi, Agus Dharma dan Adi Gunawan, PP sore: Elly
Listari. PA sore yaitu : Alit linca. Kelompok telah mempraktekkan timbang
terima yang biasa dilakukan di nurse station setiap pergantian shift jaga
yang bertujuan untuk menyamakan persepsi agar tidak terjadi kesalahan
informasi dalam tugas dan kewajiban baik dalam menyampaikan hasil
perkembangan pasien dan tindakan keperawatan yang belum maupun yang
sudah dilakukan pada pasien.
Timbang terima dilakukan dengan berdiskusi dan berhadapan
langsung untuk membahas masalah serta tindakan yang sudah diberikan
maupun yang sudah direncanakan pada pasien yang dikelola di Ruang
Merak RSUD Wangaya Kota Denpasar. Jika terdapat hal-hal khusus yang
perlu dibahas dan ditindaklanjuti, petugas yang melaporkan akan
menambahkan catatan khusus pada kolom keterangan yang sudah tersedia
pada buku situasi. Setelah dilakukan timbang terima di nurse station,
petugas melakukan timbang terima ke ruang perawatan pasien untuk
memvalidasi data untuk mengetahui perkembangan kondisi pasien, program
tindakan dan terapi medik yang akan dilakukan selanjutnya.
3. Evaluasi Hasil Timbang Terima
Pada proses pelaksanaan, hasil yang dapat disimpulkan oleh
pembimbing adalah baik. Hal ini disebabkan karena pada saat persiapan,
pelaksanaan dan post timbang terima telah sesuai dengan prosedur timbang
terima dan pasien mengetahui perawat yang merawatnya saat itu serta
perawat mengetahui perkembangan setian pasien yang menjadi tanggung
jawabnya .Hal tersebut tidak lepas dari adanya kerjasama dan komunikasi
yang baik antar anggota kelompok serta dukungan dari pembimbing
akademik, kepala ruangan dan seluruh perawat di Ruang Merak RSUD
Wangaya Kota Denpasar.

D. Sentralisasi Obat
1. Evaluasi Struktur Sentralisasi Obat

137
Sebelum pelaksanaan sentralisasi obat dilakukan pengisian informed
consent oleh keluarga pasien. Penanggung jawab dalam kegiatan sentralisasi
obat adalah Kepala Ruangan, kemudian Kepala Ruangan mendelegasikan
tugas tersebut pada Perawat Primer (PP) yang bertugas di setiap shift.
Selanjutnya pemberian obat kepada pasien didelegasikan kepada Perawat
Assosiate (PA).
2. Evaluasi Proses Sentralisasi Obat
Pelaksanaan sentralisasi obat sudah berjalan lancar. Role play
dilaksanakan pada tanggal 1 September 2018 pukul 13.00 WITA. Pemeran
Kepala Ruangan adalah Alit Linca, Perawat Primer (PP) adalah Eka Yulianti
dan Agus Dharma, Perawat Assosiate (PA) adalah G Pebriantari dan Santi.
Sebelum dilakukan sentralisasi obat, PP memberikan penjelasan tentang
tujuan, manfaat, serta alur dari sentralisasi obat. Selanjutnya PP meminta
persetujuan sentralisasi obat pada keluarga (informed consent). Serah terima
obat dari keluarga pasien kepada PP dan PA dilakukan di nurse station,
kemudian PP dibantu oleh PA menjelaskan jenis-jenis obat, dosis, jumlah
dan waktu pemberiannya. Setelah serah terima obat selesai, PP membuat
jadwal pemberian obat dan PA membagi obat untuk diberikan kepada
pasien sesuai jadwal pemberian obat.
3. Evaluasi Hasil Sentralisasi Obat
Pelaksaan sentralisasi obat secara umum sudah berjalan dengan baik,
lancar dan sesuai dengan harapan. Saat role play semua yang dilakukan
telah sesuai dengan prosedur yang ada. Pada saat sentralisasi obat sudah
ditemukan adanya lembar informed consent tentang sentralisasi obat. Selain
itu, pasien juga diberikan penjelasan tentang tujuan, manfaat, dan alur
sentralisasi obat.

E. Discharge Planning
1. Evaluasi Struktur Discharge Planning
Pelaksanaan discharge planning melibatkan Kepala Ruangan, Perawat
Primer (PP), dan Perawat Associate (PA). Perawat Primer bertugas mengisi

138
form discharge planning, kemudian PP memberikan HE meliputi prognosis
penyakit, tindakan medis yang dilakukan selama perawatan, jadwal
pemberian obat, diet pasien selama dirawat, penggunaan masker dan cuci
tangan serta perkiraan lama rawat. Sedangkan HE untuk persiapan pulang
meliputi mengenai cara perawatan di rumah mengenai penyakit yang
diderita oleh pasien.
2. Evaluasi Proses Discharge Planning
Pelaksanaan discharge planning sudah berjalan lancar. Role play
dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 6 September 2018 pukul 12.00
WITA. Pelaksanaan discharge planning melibatkan Kepala Ruangan,
Perawat Primer (PP), Perawat Assosiate (PA) dan keluarga pasien. Pemeran
sebagai Kepala Ruangan adalah Dayu Ifani, Perawat Primer (PP) adalah
PP1 : Alit Linca, PP2 Galuh Pebriantari. Perawat Assosiate (PA) adalah Eka,
Adi, Agus Dharma, Santi, Merta Dewi dan Elly Listari. Dalam
pelaksanaannya PP memberikan HE (Health Education) pada pasien “SD”.
Setelah pasien dan keluarga mendapatkan penjelasan dan melakukan
redemonstrasi, perawat menandatangani lembar discharge planning
sedangkan pasien atau keluarga menandatangi lembar catatan edukasi
sebagai bukti telah mendapatkan penjelasan dari perawat.
3. Evaluasi Hasil Discharge Planning
Pelaksanaan discharge planning sudah berjalan dengan baik dan telah
sesuai dengan lembar discharge planning. Penggunaan media lembar balik
cukup optimal dalam pemberian KIE. Informasi yang telah disampaikan
dapat diterima dan dipahami oleh pasien dan keluarganya, dimana pasien
dan keluarga dapat menyebutkan kembali apa saja yang perlu diperhatikan
untuk perawatan selama di RS, cara menggunakan masker yang benar dan
cuci tangan 6 langkah.

F. Supervisi Keperawatan
1. Evaluasi Struktur Supervisi Keperawatan

139
Pelaksanaan supervisi keperawatan ini melibatkan, Kepala Ruangan
Sebagai penanggung jawab, Perawat Primer sebagai supervisor dan Perawat
Assosiate (PA) sebagai perawat yang akan dilakukan supervisi. Sebelum
pelaksanaan supervisi keperawatan, supervisor telah mempersiapkan
instrumen penilaian dan menetapkan jenis kegiatan yang akan dilakukan
supervisi.
2. Evaluasi Proses Supervisi Keperawatan
Kegiatan supervisi keperawatan di Ruang Merak RSUD Wangaya
Kota Denpasar dilakukan pada tanggal 1 September 2018 pukul 09.00
WITA. Pemeran Kepala Ruangan adalah Kepala Ruangan adalah Elly
Listari, Perawat Primer (PP) adalah Santi, Perawat Assosiate (PA) adalah
Agus Dharma dan Alit Linca. Dalam pelaksanaannya Kepala ruangan
melakukan superpivi kepada perawat primer (PP) yang melakukan tembang
terima pasien kepada PA. Kepala ruangan menyiapkan hasil evaluasi (fair)
kemudian memberikan feedback, follow up dan reinforcement terhadap hasil
supervisi.

3. Evaluasi Hasil Supervisi Keperawatan


Kegiatan supervisi yang dilakukan oleh Kepala Ruangan yang
berperan sebagai supervisor telah mendokumentasikan kegiatan yang
dilakukan sesuai dengan form yang telah disediakan sehingga penanggung
jawab supervisi dapat menilai jalannya proses supervisi. Proses supervisi
secara kesuluruhan telah berlangsung sesuai dengan prosedur dan
instrument yang telah dibuat.

G. Ronde Keperawatan
Dalam pelaksanaan ronde keperawatan di Ruang Merak RSUD Wangaya
Kota Denpasar tidak dapat dilaksanakan, oleh karena tidak ada kasus yang
perlu untuk dirondekan. Kasus yang bisa dirondekan adalah kasus yang
membutuhkan perhatian dari seluruh tenaga medis, dimana kondisi pasien tidak

140
mengalami perbaikan padahal semua tindakan sudah disesuaikan dengan
clinical pathway dan nursing care plan.

H. Dokumentasi Keperawatan
1. Evaluasi Struktur Dokumentasi Keperawatan
Sistem pendokumentasian dapat berjalan lancar dengan baik dengan
tersedianya format orientasi pasien baru, persetujuan tindakan medis,
penolakan tindakan medis, serah terima pasien pindah ruangan, persetujuan
sentralisasi obat, pengkajian, hasil pemeriksaan laboratorium, rencana
keperawatan, implementasi keperawatan, catatan perkembangan pasien
terintegrasi, lembar observasi vital sign, lembar observasi balance cairan,
tindakan keperawatan, medikasi obat oral, medikasi obat injeksi, serah
terima obat, discharge planning, dan evaluasi keperawatan.
2. Evaluasi Proses Dokumentasi Keperawatan
Pengisian dokumentasi keperawatan telah disesuaikan dengan format
yang telah disediakan.Apabila ada pasien baru maka Perawat Primer (PP)
atau Perawat Assosiate (PA) yang bertugas langsung melakukan pengkajian
dan membuat dokumentasi keperawatan. Untuk kelanjutan dokumentasi
keperawatan, PP atau PA yang bertugas selanjutnya membuat catatan
perkembangan pasien sampai dengan evaluasi keperawatan.

3. Evaluasi Hasil Dokumentasi Keperawatan


Dokumentasi keperawatan dapat berjalan dengan lancar tetapipada
minggu pertama kegiatan pendokumentasian banyak yang belum lengkap
dan seringkali PP atau PA kekurangan waktu untuk menyelesaikan tugas
pendokumentasian .Selain itu, kurangnya komunikasi antara PP dan PA
dalam pendelegasian dokumentasi pada minggu awal menyebabkan sering
menimbulkan perbedaan persepsi dalam melengkapi catatan medis pasien.
Akan tetapi seiring dengan berjalannya waktu, pada minggu selanjutnya
hambatan tersebut tidak terjadi lagi karena kelompok sudah lebih mengerti
dan terbiasa dengan kegiatan pendokumentasian.

141
BAB VII
PENUTUP

A. SIMPULAN
Model asuhan keperawatan yang diterapkan mahasiswa adalah model
keperawatan modifikasi tim primer, namun dalam pelaksanaannya masih
terbatas pada pasien kelolaan di Kamar 5 Ruang Merak RSUD Wangaya Kota
Denpasar.
Kegiatan timbang terima pasien yang dilakukan oleh mahasiswa
dilakukan di nurse station dan di ruang perawatan (Ruang Merak Kamar 5).
Hal – hal yang disampaikan dalam timbang terima meliputi: jumlah pasien,
identitas pasien, diagnose medis, keadaan pasien (data subjektif dan objektif),
masalah keperawatan, intervensi yang telah dilakukan dan yang belum
dilakukan, evaluasi dan pesan khusus yang perlu diperhatikan.
Pelaksanaan kegiatan sentralisasi obat di Ruang Merak khususnya di
kamar 5 dilakukan terhadap obat oral, injeksi, dan infus serta kegiatan
sentralisasi obat sudah berjalan dengan baik dan lancar.
Pada pelaksanaan kegiatan supervisi yang dilakukan oleh mahasiswa
adalah supervise timbang terima yang dilakukan oleh Kepala Ruangan kepada
Perawat Primer (PP) dan Perawat Pelaksana (PA). Secara umum kegiatan
supervisi telah berjalan dengan lancer dan sesuai dengan prosedur yang ada.
Discharge Planning sudah dilaksanakan pada setiap pasien pulang dengan
menggunakan lembar discharge planning, kartu kontrol dan lembar perawatan
dirumah sesuai dengan penyakit yang diderita oleh pasien.
Pelaksanaan ronde keperawatan di Ruang Merak RSUD Wangaya Kota
Denpasar tidak dapat dilaksanakan karena tidak ada kasus yang bisa
dirondekan. Dokumentasi keperawatan sudah berjalan dengan baik dan telah
sesuai dengan format yang disediakan.

B. SARAN
1. Bagi Rumah Sakit

142
Semua kegiatan MPKP yang telah dilakukan di Ruang Merak RSUD
Wangaya Kota Denpasar diharapkan agar tetap dilaksanakan secara
berkelanjutan sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil laporan ini diharapkan dapat menjadi tambahan wawasan tentang
kegiatan MPKP dalam manajemen keperawatan.

143

Anda mungkin juga menyukai