Anda di halaman 1dari 112

LAPORAN DESIMINASI AWAL

PRAKTEK PROFESI MANAJEMEN KEPERAWATAN

DI RUANG ISOLASI A RSUD Dr. SOETOMO

OLEH:
KELOMPOK 1

Chidy Aprilia K.C, S.Kep 202006004


Dea Ayu Pratiwi, S.Kep 202006006
Elvia Rafidah Laili, S.Kep 202006012
Erlita Nur Afidah, S.Kep 202006014
Evi Aprilia Kartika W, S.Kep 202006015
Lidya Latifatul U., S.Kep 202006022
Sintia Indarwati, S.Kep 202006037
Sisky Nurpratiwi R.J, S.Kep 202006038
Yesi Dwi Agustin, S.Kep 202006045
Yola Regita Sari, S.Kep 202006046
Putri Regina F.A.H, S.Kep 202006054
Lia Yusmawati, S.Kep 202006062
Alfin Muzayyana, S.Kep 202006

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES KARYA HUSADA KEDIRI
2020

i
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN DESIMINASI AWAL

PRAKTEK PROFESI MANAJEMEN KEPERAWATAN

DI RUANG ISOLASI A RSUD Dr. SOETOMO

TANGGAL 30 N0VEMBER - 20 DESEMBER 2020

Kediri, 01 Desember 2020

Mengetahui dan Menyetujui

PembimbingAkademik

Laviana Nita Ludyanti, S.Kep.Ns, M.Kep

NIDN : 0703058402

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat serta hidayah-Nya, sehingga penyusunan Manajemen Keperawatan ini

dapat terselesaikan dengan baik tanpa kendala. Adapun penyusunan dengan judul

“Laporan Desiminasi Awal Praktek Profesi Manajemen Keperawatan Di

Ruang Isolasi A Rsud Dr. Soetomo” ini berdasarkan informasi dan data-data

yang saya peroleh dari beberapa literatur. Kami menyadari bahwa dalam

penyusunan laporan desiminasi ini tidak lepas dari dukungan berbagai pihak, oleh

karena itu pada kesempatan ini kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Dosen penyaji mata kuliah Manajemen Keperawatan

2. Semua anggota Kelompok 1 yang mampu bekerja sama dengan tim

3. Pihak-Pihak yang tidak dapat kami sebutkan, terimakasih atas bantuan dan

do’a restu yang berhubungan dengan pembuatan laporan desiminasi ini.

Kelompok mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar dlaporan

destiminasi ini dapat lebih baik lagi.

Demikian kata pengantar ini kami buat, semoga dapat bermanfaat,

khususnya bagi diri pribadi, kelompok kami dan pembaca.

Kediri,01 Desember 2020

penulis

iii
DAFTAR ISI

Halaman Judul........................................................................................... i
Lembar Pengesahan................................................................................... ii
Kata Pengantar........................................................................................... iii
Daftar Isi.................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................. 1
1.2 Tujuan Penulisan.............................................................................. 3
1.3 Manfaat Penulisan............................................................................ 4
BAB 2 RESUME HASIL PENGKAJIAN DATA SEKUNDER
2.1 Visi, Misi, dan Motto RS.................................................................. 6
2.2 Visi, Misi, dan Motto Ruang Isolasi................................................. 7
2.3 Resume Pengumpulan Data dan Analisis Data................................. 78
2.3.1 Tenaga dan Pasien (M1-Man)...................................................... 78
2.3.2 Bangunan, Sarana, dan Prasarana (M2-Material)........................ 92
2.3.3 Metode Pemberian Asuhan Keperawatan (M3-Methode)...........
1. Penerapan Pemberian Model Praktik Keperawatan Profesional
(MAKP).........................................................................................
2. Timbang Terima.............................................................................
3. Ronde Keperawatan........................................................................
4. Supervisi dan Delegasi...................................................................
5. Discharge Planing...........................................................................
6. Pengelolaan Sentralisasi Obat........................................................
7. Penerimaan Pasien Baru.................................................................
8. Dokumentasi Keperawatan.............................................................
2.3.4 Pembiayaan (M4-Money)............................................................
2.3.5 Mutu Pelayanan Keperawatan (M5-Mutu)..................................
2.4 Identifikasi Analisa SWOT dan Diagram Layang............................ 93
2.5 Identifikasi Masalah.......................................................................... 93
2.6 Prioritas Masalah...............................................................................
BAB 3 PERENCANAAN APLIKASI PRAKTEK PROFESI
MANAJEMEN KEPERAWATAN
3.1 Rencana Kegiatan Kelompok............................................................ 95
3.2 Pengorganisasian Kelompok............................................................. 104
3.3 Jadwal Dinas..................................................................................... 105
BAB 4 PELAKSANAAN
4.1 Pengelolaan Ketenagaan...................................................................
4.1.1 Persiapan .....................................................................................
4.1.2 Pelaksanaan..................................................................................
4.1.3 Hambatan.....................................................................................
4.1.4 Dukungan.....................................................................................

iv
BAB 5 EVALUASI
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan........................................................................................ 88
6.2 Saran.................................................................................................. 88
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

v
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manajemen adalah metode dinamis dan proaktif dalam melakukan aktivitas
dalam suatu organisasi. Manajemen keperawatan merupakan suatu bentuk
koordinasi dan pengintegrasian sumber daya keperawatan dengan
melaksanakan proses manajemen untuk mencapai tujuan dan objektivitas
pelayanan keperawatan. Manajemen keperawatan dapat diartikan sebagai
proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pemantauan untuk
mencapai tujuan. Manajemen keperawatan Indonesia menjadi prioritas utama
di masa depan perkembangan keperawatan. Hal ini terkait dengan kebutuhan
profesional dan kebutuhan global, yaitu dengan memperhatikan setiap
perubahan yang terjadi di Indonesia maka setiap perkembangan dan
perubahan membutuhkan manajemen yang profesional (Julianto, 2018; Arif
Yulastri, 2013).

Rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan profesional yang


pelayanannya diberikan oleh dokter, perawat dan ahli kesehatan lainnya
(Mandangi et al., 2015). Rumah sakit memerlukan pengorganisasian untuk
membuka jalan menuju kesuksesan. Pimpinan dan staf organisasi rumah sakit
dapat bekerja di bidangnya masing-masing, sehingga organisasi di rumah
sakit dapat memberikan pelayanan yang terbaik. Konsep-konsep yang harus
dikuasai untuk mencapai tujuan tersebut adalah materi manajemen, konsep
manajemen keperawatan, dan perencanaan (berupa rencana strategis melalui
metode-metode berikut): pengumpulan data, analisis SWOT dan penyusunan
langkah-langkah perencanaan, pelaksanaan operasional, khususnya dalam
penerapan model keperawatan profesional (MAKP) serta pengawasan dan
pengendalian (Nursalam, 2015).

Berdasarkan hasil pengkajian pada tanggal 16 -18 Maret 2019 di Ruang


Isolasi A RSUD Dr. Soetomo Surabaya didapatkan bahwa Model Asuhan
Keperawatan Profesional (MAKP) yang dilaksanakan adalah MAKP

1
modular. Pelaksanaan MAKP yaitu dilakukan dengan membagi tenaga
keperawatan menjadi 2 tim, setiap tim terdiri dari 1 PP dan 2 PA dengan
kepala ruangan adalah D3 Keperawatan dan wakil kepala ruangan adalah
seorang Ners. Kedua Perawat Primer dari tim1 dan tim 2 adalah perawat yang
memiliki latar belakang pendidikan S1 Keperawatan. Perawat Associate
adalah S1 Keperawatan dan DIII Keperawatan. Dari 16 perawat Ruang Ruang
Isolasi A, hampir semua pernah mengikuti pelatihan MAKP, yang
berpendidikan S1 keperawatan berjumlah 6 orang, dan DIII keperawatan
berjumlah 12 orang. Ruangan isolasi A merupakan ruangan yang sudah
pernah digunakan sebagai tempat praktik manajemen keperawatan oleh
mahasiswa S1 Keperawatan.

Pelayanan asuhan keperawatan yang optimal akan terus menjadi tuntutan bagi
organisasi pelayanan kesehatan. Penerapan Model Asuhan Keperawatan
Profesional dengan metode pemberian asuhan keperawatan primer termasuk
model yang umum digunakan walaupun belum begitu banyak diaplikasikan
di rumah sakit di Indonesia (Panjaitan, dkk. 2015). Karena untuk menjadi
perawat primer diperlukan latar belakang dengan kriteria sertif, menguasai
keperawatan klinis, penuh pertimbangan, self direction, mampu mengambil
keputusan secara tepat, serta mampu berkolaborasi dengan berbagai disiplin
ilmu (Nursalam, 2015).

Mengenai model keperawatan yang akan diterapkan oleh mahasiwa


manajemen diruangan ini adalah model MAKP primer dengan pertimbangan
jumlah SDM dan tingkat ketergantungan pasien kelolaan. Berdasarkan atas
fenomena diatas, maka kelompok mencoba menerapkan MAKP dengan
metode pemberian asuhan Primary Nursing, dengan alasan untuk mengetahui
keefektifan dari model MAKP Primary Nursing di ruang isolasi A dengan
jumlah bed pasien sebanyak 31 dengan melibatkan perawat di Ruang Isolasi
A RSUD Dr. Soetomo Surabaya serta untuk mendorong kemandirian perawat
dalam merencanakan dan melaksanakan asuhan keperawatan. Dasar
pertimbangan penerapan model sistem pemberian asuhan keperawatan adalah
(1) Sesuai visi dan misi rumah sakit, (2) Ekonomis, (3) Menambah kepuasan
pasien, keluarga, dan masyarakat, (4) Menambah kepuasan kerja perawat

2
karena dapat melaksanakan perannya dengan baik, (5) Terpenuhinya
kebutuhan dasar pasien secara komprehensif, (6) Terlaksananya proses
keperawatan yang sesuai dengan Standar Praktik Keperawatan (SPK), (7)
Terlaksananya komunikasi yang adekuat antara perawat dan tim kesehatan
lainnya. Penerapan MAKP harus mampu memberikan asuhan keperawatan
profesional, untuk itu diperlukan penataan 3 komponen utama, yaitu (1)
Ketenagaan keperawatan, (2) Metode pemberian asuhan keperawatan, dan (3)
Dokumentasi keperawatan (Cristiana dkk, 2019; Staggs,et, all, 2017; Choi, et.
All, 2016).

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Setelah melaksanakan praktik profesi manajemen keperawatan, mahasiswa
diharapkan dapat memberikan asuhan keperawatan secara profesional
dengan menerapkan prinsip-prinsip manajemen keperawatan dengan Model
MAKP dengan metode asuhan keperawatan primer (Primary Nursing).
1.2.2 Tujuan Khusus
Setelah melakukan praktik profesi manajemen keperawatan, mahasiswa
mampu :
1. Melaksanakan pengkajian visi, misi dan motto RSUD Dr. Soetomo
Surabaya.
2. Melaksanakan pengkajian data M1-M5 di ruang isolasi.
3. Melaksanakan analisis situasi berdasarkan analisa SWOT.
4. Menentukan rumusan masalah berdasarkan analisa yang dibuat.
5. Menyusun rencana strategi operasional ruangan berdasarkan hasil
pengkajian Model Asuhan Keperawatan Profesional : (1) Timbang
Terima, (2) Ronde Keperawatan, (3) Penerimaan Pasien Baru, (4)
Sentralisasi Obat, (5) Supervisi dan Delegasi Keperawatan, (6)
Discharge Planning, (7) Dokumentasi Keperawatan.
6. Melaksanakan rencana strategi operasional ruangan berdasarkan hasil
pengkajian Model Asuhan Keperawatan Profesional : (1) Timbang
Terima, (2) Ronde Keperawatan, (3) Penerimaan Pasien Baru, (4)

3
Sentralisasi Obat, (5) Supervisi dan Delegasi Keperawatan, (6)
Discharge Planning, (7) Dokumentasi Keperawatan.
7. Mengevaluasi pelaksanaan rencana strategi operasional ruangan
berdasarkan hasil pengkajian Model Asuhan Keperawatan Profesional :
(1) Timbang Terima, (2) Ronde Keperawatan, (3) Penerimaan Pasien
Baru, (4) Sentralisasi Obat, (5) Supervisi dan Delegasi Keperawatan, (6)
Discharge Planning, (7) Dokumentasi Keperawatan.

1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi Mahasiswa
Mahasiswa dapat mengerti dan memahami penerapan atau aplikasi MAKP
didalam rumah sakit sebagai aplikasi teori mata kuliah manajemen
keperawatan serta dapat mengembangkan kemampuan dalam pengelolaan
pelayanan keperawatan dan tercapainya kompetensi dalam pengelolaan
suatu unit rawat inap.

1.3.2 Bagi Rumah Sakit


Dapat menerapkan model asuhan keperawatan profesional yang mencakup
timbang terima, ronde keperawatan, penerimaan pasien baru, sentralisasi
obat, supervisi dan delegasi keperawatan, discharge planning, serta
dokumentasi keperawatan.

1.3.3 Bagi Perawat Di Ruang Isolasi


Mengetahui masalah-masalah yang ada di Ruang Isoasi yang berkaitan
dengan pelaksanaan asuhan keperawatan profesional, tercapainya tingkat
kepuasan kerja yang optimal, terbinanya hubungan antara perawat dengan
perawat, perawat dengan tim kesehatan yang lain, dan perawat dengan
pasien serta keluarga, tumbuh dan terbinanya akuntabilitas dan disiplin diri
perawat, meningkatkan profesionalisme keperawatan dan dapat menganalisa
masalah yang ada dengan metode SWOT serta menyusun rencana strategi.

4
1.3.4 Bagi Pasien dan Keluarga Pasien
Mendapat pelayanan yang optimal, tercapainya kepuasaan pasien dan
keluarga terhadap pelayanan keperawatan yang diterima, tidak terjadinya
infeksi pada pasien.

1.3.5 Bagi Institusi Pendidikan


Sebagai bentuk perbandingan antara pengaplikasian MAKP yang
dilaksanakan di ruangan dengan teori yang telah didapatkan sehingga dapat
meningkatkan kerja sama antara institusi pendidikan dengan rumah sakit.

5
BAB 2

RESUME HASIL PENGKAJIAN DATA SEKUNDER

2.1 Visi, Misi Dan Motto Rumah Sakit Dr. Soetomo

2.1.1 Visi RSUD Dr. Soetomo Surabaya

Menjadi Rumah Sakit tersier yang terpercaya, aman bermutu tinggi

dan mandiri.

2.1.2 Misi RSUD Dr. Soetomo Surabaya

1. Menyelenggarakan pelayanan dan jejaring pelayanan sebagai

rumah sakit rujukan tersier yang aman, bermutu tinggi dan

terjangkau.

2. Menyelenggarakan pendidikan-penelitian tenaga kesehatan yang

terintegrasi tinggi, professional, inovatif dan melakukan jejaring

pendidikan-penelitian yang terintergrasi (Academic Health

Centre), Pusat pengembangan bidang kesehatan yang bermutu

tinggi serta mewujudkan sumber daya manusia yang handal.

3. Mewujudkan kehandalan sarana dan prasarana penunjang

pelayanan yang standart serta lingkungan kerja yang aman dan

nyaman.

4. Menyelenggarakan tata kelola organisasi yang terintegrasi,

efektif, effiseien dan akuntabel.

2.1.3 Motto RSUD Dr. Soetomo Surabaya

Motto RSUD Dr. Soetomo adalah “Saya senantiasa mengutamakan

kesehatan penderita”.

6
2.2 Resume Pengumpulan Data Dan Analisa Data

2.2.1 Tenaga Dan Pasien (M1-Man)

Komponen pada M1 yang didapatkan dari pengkajian adalah struktur

organisasi, tenaga/sumber daya manusia yang terbagi atas tenaga

keperawatan maupun non keperawatan, tenaga medis, kebutuhan

tenaga perawat, BOR.

1. Struktur Organisasi Ruang Isolasi A

Kepala Ruangan (1
orang)

Petugas Rekam Medis

PP I / Wakil Kepala PP II ( 1 orang)


Ruang (1 orang)

Perawat Perawat Perawat Perawat


Associat Associat Associat Associat
e e e e

Pengambil contoh (4 Pramu Bhakti (3


orang ) orang)

Bagan 2.1 Struktur Organisasi Ruang Isolasi A RSUD Dr Soetomo Ruangan

A dipimpin oleh seorang kepala ruangan, dan seorang wakil kepala

ruangan sekaligus sebagai perawat primer dan satu perawat primer

yang lain yang dibagi atas 2 Tim, 3 pramu bhakti , 4 orang

pengambil contoh , 1 orang petugas tata usaha.

7
Struktur organisasi di Unit Rawat Isolasi A RSUD Dr. Soetomo

Surabaya dipimpin oleh kepala ruangan dan dibantu oleh wakil

kepala ruangan dan 2 Perawat Primer. Dalam pelaksanaan tugas

perawat primer 1 yang sekaligus menjabat sebagai wakil kepala

ruang dibantu oleh 2 Perawat associate, 4 orang pengambil contoh

dan 3 orang pramu bakti. 4 orang pengambil contoh dan 3 orang

baktu bakti di PP 1 juga membantu pelakanaan tugas PP 2.

Namun dalam pelaksanaan tugas PP 2 hanya berfokus menjadi PP

2 tampa ada jabatan tambahan seperti PP1. Tugas kepala ruangan

dalam perencanaan, pengorganisasian, pengawasan dan

pengarahan dibantu oleh wakil kepala ruangan. Kepala ruang

menunjuk PP yang bertanggung jawab atas kondisi pasien. PP

dalam pelaksanaan tugasnya dibantu oleh 2 orang PA, 4 orang

pengambil contoh dan 3 orang pramu bakti.

Metode moduler merupakan bentuk variasi dari metode

keperawatan primer, dengan perawat profesional dan perawat

non-profesional bekerja sama dalam memberikan asuhan

keperawatan, disamping itu karena dua atau tiga orang perawat

bertanggung jawab atas sekelompok kecil pasien. Dalam

memberikan asuhan keperawatan dengan menggunakan metode

modifikasi dari gabungan tim dan primer , satu tim terdiri dari 2

hingga 3 perawat memiliki tanggung jawab penuh pada

sekelompok pasien berkisar 8 hingga 12 orang (Panjaitan, dkk,

2015).

8
Pada ruangan Isolasi A terdiri dari anggota yang berbeda-beda

dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok

pasien. Perawat ruangan dibagi menjadi 2 tim yang terdiri dari

tenaga pofesional dan non profesional, teknikal dan pembantu

dalam satu grup kecil yang saling membantu. Perawat profesional

atau primer dan perawat asocate atau vokasional bekerjasama utk

merawat sekelompok klien dari mulai masuk ruang rawat hingga

pulang (tanggung jawab total). Metode ini juga memerlukan

perawat yg berpengetahuan luas dan trampil, kemampuan

kepemimpinan baik 2-3 perawat utk 8-12 klien. Keuntungannya

yaitu merupakan gabungan tim dan primer, namun biaya lebih

rendah daripada primer. Namun Kerugiannya membutuhkan

proses koordinasi yang sedikit lebih sulit karena tingkat

kemampuan perawat dinama latar belakang meraka tidak semua

perawat merupakan perawat professional.

2. Tenaga Keperawatan Ruang Isolasi A RSUD Dr. Soetomo

Surabaya

Berdasarkan pengkajian pada tanggal 16-18 Maret 2018 dengan

wawancara, observasi dan dokumentasi dengan kepala ruangan dan

perawat di Ruang Isolasi A RSUD Dr. Soetomo didapatkan tenaga

keperawatan di Ruang Isolasi A RSUD Dr. Soetomo Surabaya

berjumlah 16 orang, dengan S1 keperawatan berjumlah 6 orang, dan

DIII keperawatan berjumlah 12 orang. Rata- rata lama kerja tenaga S1

dan D3 1-3 tahun serta banyak mengikuti bebagai pelatihan.

9
Hasil wawancara kepala ruangan menyatakan bahwa 100% perawat

merasa membutuhkan kesempatan dan beasiswa untuk melanjutkan ke

jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Pemerintah melalui rumah sakit

telah memberikan kebijaksanaan kepada perawat untuk mendapatkan

beasiswa, seminar dan pelatihan keperawatan. Pengembangan jenjang

karir merupakan suatu sistem untuk meningkatkan kinerja dan

profesionalisme sesuai bidang pekerjaannya melalui peningkatan

kompetensinya. Salah satu upayanya adalah pengembangan standard

kompetensi, jenjang karir, dan sistem reward. Karir diartikan sebagai

suatu jenjang yang dipilih oleh individu untuk dapat memenuhi

kepuasan kerja, sehingga pada akhirnya akan memberikan kontribusi

terhadap bidang profesi yang dipilihnya. Dasar hukum yang mendasari

penyusunan jenjang karir profesi keperawatan di RS adalah :

1. UU No. 8b Tahun 1974, tentang Pokok-Pokok Kepegawaian,

sebagaimana dirubah dengan UU No. 49 tahun 1999.

2. UU RI No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan.

3. UU RI No. 22 tahun 2000, tentang Otonomi Daerah.

4. Kep. Men. Kes. No 1239 tahun 2001, tentang Registrasi dan

Praktik Perawat.

5. PP No. 32 tahun 1996, tentang Tenaga Kesehatan.

6. Kep. Men. PAN No 94 tahun 2001, tentang Jabatan Fungsional

Perawat dan Angka Kreditnya.

10
Menurut (Gillies, 1993) perawat dalam memberikan pelayanan

bermutu diharapkan manager keperawatan mampu merencanakan

kebutuhan tenaga baik kuantitas maupun kualitasnya dan sesuai dengan

pelatihan yang diikuti. Semakin banyak seseorang mendapatkan

informasi da pelatihan maka semakin tinggi pula tingkat pengetahuan

dan kinerja seseorang (Maulidina, 2018). Hal ini juga berlaku pada

lama kerja, semakin lama seseorang bekerja maka keterampilan dalam

melaksanakan tugas akan semakin meningkat, sehingga pastisipasi

perawat dalam menjalankan peran dan tugasnya akan semakin baik

(Isnaeni dan Eva, 2013).

Berdasarkan fakta dan teori diatas penulis berpendapat bahwa perawat

S1 dan D3 di ruang isolasi A sudah banyak mengikuti berbagai

pelatihan, dilihat dari segi lama kerja dan pelatihan yang diikuti perawat

Ruang Isolasi A sudah cukup professional. Sesuai dengan

perkembangan zaman D3 di tuntut untuk melanjutkan S1. Berdasarkan

data di atas perawat S1 dan D3 di ruang pandan wangi sudah cukup

lama bekerja di ruang pandan wangi serta banyak mengikuti berbagai

pelatihan, jadi dilihat dari segi lama kerja dan pelatihan yang diikuti

perawat Ruang Isolasi A sudah cukup professional. Sesuai dengan

perkembangan zaman D3 di tuntut untuk melanjutkan S1.Kebijakan

yang diterapkan dalam pengembangan mutu pendidikan karyawan di

Ruang Ruang Isolasi A adalah memberi kesempatan untuk satu orang

perawat untuk tugas belajar sampai dengan selesai, baru selanjutnya

mengirim satu perawat lainnya untuk memperoleh kesempatan ijin

11
belajar, karena keterbatasan jumlah perawat dalam melakukan asuhan

keperawatan di ruangan.

3. Tenaga Non Keperawatan

Berdasarkan pengkajian pada tanggal 16-18 Maret 2019 dengan

wawancara, observasi dan dokumentasi dengan kepala ruangan dan

perawat di Ruang Isolasi A RSUD Dr. Soetomo didapatkan tenaga non

keperawatan di Ruang Isolasi A RSUD Dr. Soetomo Surabaya

berjumlah berjumlah 8 orang, dengan pendidikan terakhir D3 Rekam

Medik berjumlah 1 orang, SMA berjumlah 3 orang.

Menurut (Megawati, 2010) baik tenaga medis maupun non medis

berperan penting dalam penyelenggaraan upaya menjaga mutu

pelayanan kesehatan di rumah sakit. Mutu pelayanan rumah sakit

dipengaruhi dari beberapa faktor, diantaranya yang paling dominan

adalah sumber daya manusia (SDM), yang meliputi tenaga kesehatan

(medis) dan non kesehatan (non medis).

Berdasarkan fakta dan teori diatas penulis berpendapat bahwa tenaga

non keperawatan di ruang Isolasi A sudah cukup lama bekerja di ruang

Isolasi A serta banyak mengikuti berbagai pelatihan, jadi dilihat dari

segi lama kerja dan pelatihan yang diikuti tenaga non medis di ruang

pandan wangi sudah cukup berpengalaman. Di sisi lain Pemerintah

melalui rumah sakit telah memberikan kebijaksanaan kepada perawat

dan tenaga non keperawatan untuk mendapatkan beasiswa, seminar dan

pelatihan, sehingga para tenaga kerja kerja tetap didukung penuh dalam

12
pengembangan karirnya. Pengembangan jenjang karir merupakan suatu

sistem untuk meningkatkan kinerja dan profesionalisme sesuai bidang

pekerjaannya melalui peningkatan kompetensinya.

4. Tenaga Medis

Berdasarkan pengkajian pada tanggal 16-18 Maret 2019 dengan

wawancara, observasi dan dokumentasi dengan kepala ruangan dan

perawat di Ruang Isolasi A RSUD Dr. Soetomo bahwa setiap pasien

memiliki dokter penanggung jawab pelayanan baik dari dokter spesialis

paru di ruang Isolasi A RSUD Dr. Soetomo terdapat 12 dokter PPDS

penyakit paru yang bertanggung jawab kurang lebih 2-3 pasien setiap

dokter dimana dokter PPDS akan melaporkan kepada Dokter

Penanggung Jawab Pelayanan pasien.

Menurut Arifin, dkk, (2016) tenaga medis merupakan setiap orang yang

mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan

dan ketrampilan melalui pendidikan dibidang kesehatan yang untuk

jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya

kesehatan.

Berdasarkan fakta dan teori diatas penulis berpendapat bahwa tenaga

medis yang terdapat pada ruang isolasi A sudah cukup baik karena

terdapat dokter spesialis dan dokter penanggung jawab pelayanan

pasien, hal ini telah sesuai dengan prosedur ketenagaan RS.

13
5. Pasien

Berdasarkan pengkajian pada tanggal 16-18 Maret 2019 dengan

wawancara, observasi dan dokumentasi dengan kepala ruangan dan

perawat di Ruang Isolasi A RSUD Dr. Soetomo terbagi menjadi 4 bed

pasien untuk ruang suspek laki-laki, 4 bed pasien untuk ruang suspek

perempuan, 4 bed pasien untuk ruang BTA negatif laki-laki, 2 bed

pasien untuk ruang BTA negatif perempuan, 3 bed pasien untuk ruang

HCU, 5 bed pasien untuk ruang BTA positif perempuan, 6 bed pasien

untuk ruang BTA positif laki-laki, 3 bed untuk ruang MDR laki-laki, 3

bed untuk ruang MDR perempuan. Dengan jumlah total bed 34 dengan

adanya renovasi berkurang menjadi 31 bed. Pasien yang dirawat di

ruangan Palem Isolasi 1 merupakan pasien dengan kasus khusus untuk

penyakit TB.

Menurut Mandagi, dkk (2015) proses keperawatan adalah suatu metode

ilmiah yang sistematis dan terorganisir dalam memberikan asuhan

keperawatan pada pasien yang berfokus pada respon individu terhadap

gangguan kesehatan yang dialami. Kepuasan pasien terhadap pelayanan

RS dan kinerja perawat merupakan indicator mutu asuhan keperawatan

pada rumah sakit (Herwyndianatan, dkk, 2013).

Berdasarkan fakta dan teori diatas penulis berpendapat bahwa penangan

kepada pasien telah disesuaikan asuhan keperawatannya berdasarkan

ganggan kesehatan yang dialami pasien dengan pembagian ruangan

dan bed pasa pasien isolasi. Namun dengan adanya revonasi bed

membuat ketersedaan bed pasien menjadi berkurang, sehingga apabila

14
ada pasien baru masuk perlu konfirmasi dengan pihak ruangan

mengingat adanya renovasi bed atau keterbatasan bed yang dimiliki di

ruangan isolasi A. dengan demikian dapa mempengaruhi kinerja

perawat dan proses asuhan keperawtan pasien yang lainnya.

6. Kebutuhan tenaga perawat

1. Pengaturan Ketenagaan

a. Perhitungan dengan rumus Douglas

Jumlah tenaga yang diperlukan bergantung dari jumlah pasien dan

tingkat ketergantungannya. Klasifikasi derajat ketergantungan

pasien dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu:

1) Perawatan minimal, memerlukan waktu 1-2 jam sehari

2) Perawatan parsial, memerlukan waktu 3-5 jam sehari

3) Perawatan total, memerlukan waktu 5-6 jam sehari

Untuk menentukan tingkat ketergantungan pasien, kelompok

menggunakan klasifikasi dan kriteria tingkat ketergantungan pasien

berdasarkan Douglas karena dilakukan pada 1x sekali pada hari

yang sama dan menggunakan format klasifikasi pasien berdasarkan

derajat ketergantungan. Sedangkan untuk mengetahui jumlah

tenaga yang dibutuhkan menggunakan perhitungan tenaga menurut

Ratna Sitorus (2006).

15
Klasifikasi ketergantungan pasien menurut OREM (disesuaikan

dengan kondisi pasien Isolasi A):

1. Minimal Care

a. Pasien Pasien bisa mandiri / hampir tidak memerlukan

bantuan

1) Mampu naik turun tempat tidur

2) Mampu ambulasi dan berjalan sendiri

3) Mampu makan minum sendiri

4) Mampu mandi sendiri atau mandi dengan bantuan

sebagian

5) Mampu membersihkan mulut (sikat gigi sendiri)

6) Mampu berpakaian dan berdandan dengan sedikit

bantuan

7) Mampu BAB dan BAK dengan sedikit bamtuan

b. Status psikologis pasien stabil

c. Pasien dirawat untuk prosedur diagnostik

d. Operasi ringan

2. Parsial Care

a. Pasien memerlukan bantuan perawat sebagian

1) Membutuhkan bantuan 1 orang untuk naik turun

tempat tidur

2) Membutuhkan bantuan untuk ambulasi/berjalan

3) Membutuhkan bantuan untuk menyiapkan makanan

4) Membutuhkan bantuan untuk makan/disuap

16
5) Membutuhkan bantuan untuk kebersihan mulut

6) Membutuhkan bantuan untuk berpakaian dan

berdandan

7) Membutuhkan bantuan untuk BAB & BAK (tempat

tidur/kamar mandi)

b. Post operasi minor (< 24 jam)

c. Melewati fase akut dan operasi mayor

d. Fase awal dari penyembuhan

e. Observasi tanda-tanda vital setiap 4 jam

f. Gangguan emsional ringan

3. Total care

a. Pasien memerlukan bantuan perawat sepenuhnya dan

memerlukan waktu perawat yang lebih lama

1) Membutuhkan 2 orang atau lebih utuk mobilisasi dari

tempat tidur ke kereta dorong/kursi roda

2) Membutuhkan latihan pasif

3) Kebutuhan cairan dan nutrisi terpenuhi melalui terapi

intravena atau NGT

4) Membutuhkan bantuan untuk kebersihan mulut

5) Membutuhkan bantuan penuh untuk berpakaian dan

berdandan

6) Dimandikan perawat

7) Dalam keadaan inkontinensia, mengunakan kateter

17
b. Pasien tidak sadar

c. Keadaan pasien tidak stabil

d. Observasi pasien tiap jam

e. Menggunakan alat bantu pernafasan (respirator)

f. Menggunakan WSD

g. Irigasi kandung kemih secara terus menerus

h. Gangguan emosional berat, bingung dan disorientasi

b. Kebutuhan tenaga keperawatan di satu unit perawatan per hari

berdasarkan metode Douglas

1) Tingkat Ketergantungan Pasien dan Kebutuhan Tenaga

Perawat Di Ruang Isolasi A Tanggal 16 Maret – 19 Maret

2019

Hari Pertama :

Tabel 2.5 Komposisi Ketergantungan Pasien dan Kebutuhan

Tenaga Perawat Ruang Isolasi A pada tanggal 16 Maret

2019

Kualifikasi Pasien Jumlah kebutuhan tenaga


Tingkat Jumlah Pagi Sore Malam
Ketergantungan Pasien
Minimal 8 8x 0,17 = 1,36 8 x 0,14 = 1,12 8 x 0,07 = 0,56
Parsial 6 6 x 0,27 = 1.62 6 x 0,15 = 0.19 6 x 0,10 = 0,6
Total 4 2 x 0,36 = 0,72 2 x 0,30 = 0,6 2 x 0,20 =0.4
Jumlah 18 3.7 1.91 1.56
Sumber: Dokumentasi Ruang Isolasi A Bulan November.
Total Tenaga Perawat:

Pagi : 4 orang

Sore : 2orang

Malam : 2 orang +

8 orang

18
Jumlah tenaga lepas dinas per hari:

86 x 8 = 688 = 2,46 = 2 orang

279 279

Jadi jumlah perawat yang dibutuhkan:

8 orang + 2 orang structural (Kepala ruangan dan wakil kepala

ruangan) + 2 orang lepas dinas = 12 orang

Sekitar 44,5% pasien di ruang Isolasi A memiliki tingkat

ketergantungan minimal, 33.3% dengan ketergantungan parsial

dan 22,2% dengan ketergantungan total. Jumlah tenaga lepas

dinas perhari adalah 2 orang dan total jumlah perawat adalah 16

orang. Jumlah perawat diruangan 16 sehingga sudah mencukupi,

dengan berpendidikan S-1, 6 orang dan 10 orang berpendidikan

D-3. Jam kerja dibagi menjadi 3 shift, shift pagi (07.00-14.00),

shift sore (14.00-21.00), dan shift malam (21.00-07.00).

Berdasarkan hitungan yang sudah disesuaikan dengan rumus

kebutuhan pasien dari buku manajemen keperawatan (Nursalam,

2015), didapatkan hasil jumlah perawat pagi sebanyak 7 orang

,siang sebanyak 4 orang, malam sebanyak 2 orang, di ruangan

pada tanggal 16 maret 2018 shift pagi sebanyak 4 orang, shift

siang sebanyak 2 orang, dan shift malam 2 orang

Menurut fakta jumlah pasien di ruang Isolasi A sebanyak 18

pasien dengan tingkat ketergantungan minimal sebanyak 8 pasien,

parsial sebanyak 6 pasien dan total sebanyak 4 pasien. Jumlah

19
perawatan diruangan sebanyak 8 orang dan jumlah tenaga lepas

dinas perhari 2 orang. Efektifitas dan ketenagaan dalam

keperawatan sangatlah ditunjang oleh pemberian asuhan

keperawatan yang tepat dan kompetensi perawat yang memadai.

Oleh karena itu, perlu kiranya dilakukan perencanaan yang

strategis dan sistematis dalam memenuhi kebutuhan ketenaga

keperawatan dan perencanaan yang baik mempertimbangkan

klasifikasi klien berdasarkan tingkat kertergantungan, metode

pemberian asuhan keperawatan, jumlah dan kategori tenaga

keperawatan serta perhitungan jumlah keperawatan. Untuk itu

diperlukan konstribusi dari manager keperawatan dalam

menganalisa dan merencanakan kebutuhan ketenaga keperawatan

di suatu uni rumah sakit ( Windy Rakhmawati,2008). Menurut

Teori (Douglas, 1984 dalam Swansburg 1999) menetapkan

jumlah perawat yang dibutuhkan dalam satu unit perawatan

berdasarkan klasifikasi klien.

Berdasarkan fakta diatas jumlah perawat perhari sudah

mencukupi dengan jumlah pasien yang ada. Sehingga perawat

dapat melakukan asuhan keperawatan dengan baik.

Hari Kedua :

Tabel 2.6 Komposisi Ketergantungan Pasien dan Kebutuhan

Tenaga Perawat Ruang Isolasi A pada tanggal 18

Maret 2019

Kualifikasi Pasien Jumlah kebutuhan tenaga


Tingkat Jumlah Pagi Sore Malam

20
Ketergantungan Pasien
Minimal 8 8 x 0,17 = 1,36 8 x 0,14 = 1,12 8 x 0,07 = 0,56
Parsial 9 9 x 0,27 = 2.43 9 x 0,15 = 1.35 9 x 0,10 = 0.9
Total 6 6 x 0,36 = 2,16 6 x 0,30 = 1,8 6 x 0,20 = 1,2
Jumlah 23 5.95 4.27 2.66
6 4 3
Sumber: Dokumentasi Ruang Isolasi A Bulan Maret 2019
Total Tenaga Perawat:

Pagi : 6 orang

Sore : 4 orang

Malam : 3 orang +

13 orang

Jumlah tenaga lepas dinas per hari:

86 x 13 = 1118 = 4 orang

279 279

Jadi jumlah perawat yang dibutuhkan:

13 orang + 2 orang structural (Kepala ruangan dan wakil kepala

ruangan) + 4 orang lepas dinas = 19 orang

Sekitar 34.7% pasien di ruang Isolasi A memiliki tingkat

ketergantungan minimal, 39.1% dengan ketergantungan parsial

dan 26% dengan ketergantungan total. Jumlah tenaga lepas dinas

perhari adalah 4 orang dan total jumlah perawat adalah 16 orang.

Jumlah perawat diruangan 16 sehingga sudah mencukupi, dengan,

6 orang berpendidikan S-1, dan 10 orang berpendidikan D-3. Jam

kerja dibagi menjadi 3 shift, shift pagi (07.00-14.00), shift sore

(14.00-21.00), dan shift malam (21.00-07.00).

Berdasarkan hitungan yang sudah disesuaikan dengan rumus

kebutuhan pasien dari buku manajemen keperawatan (Nursalam,

21
2015), didapatkan hasil jumlah perawat pagi sebanyak 6 ,siang

sebanyak 4, malam sebanyak 2, sedangkan pada pengkajian pada

tanggal 18 maret 2019 diruang Isolasi A, didapatkan hasil jumlah

perawat pagi sebanyak 3orang, siang sebanyak 3 orang, dan

malam sebanyak 3 orang.

Menurut fakta jumlah pasien di ruang Isolasi A sebanyak 23

pasien dengan tingkat ketergantungan minimal sebanyak 8 pasien,

parsial sebanyak 9 pasien dan total sebanyak 6 pasien. Jumlah

perawatan diruangan sebanyak 13 orang dan jumlah tenaga lepas

dinas perhari 4 orang. Efektifitas dan ketenagaan dalam

keperawatan sangatlah ditunjang oleh pemberian asuhan

keperawatan yang tepat dan kompetensi perawat yang memadai.

Oleh karena itu, perlu kiranya dilakukan perencanaan yang

strategis dan sistematis dalam memenuhi kebutuhan ketenaga

keperawatan dan perencanaan yang baik mempertimbangkan

klasifikasi klien berdasarkan tingkat kertergantungan, metode

pemberian asuhan keperawatan, jumlah dan kategori tenaga

keperawatan serta perhitungan jumlah keperawatan. Untuk itu

diperlukan konstribusi dari manager keperawatan dalam

menganalisa dan merencanakan kebutuhan ketenaga keperawatan

di suatu uni rumah sakit ( Windy Rakhmawati,2008). Menurut

Teori (Douglas, 1984 dalam Swansburg 1999) menetapkan

jumlah perawat yang dibutuhkan dalam satu unit perawatan

berdasarkan klasifikasi klien.

22
Berdasarkan fakta diatas jumlah perawat perhari sudah

mencukupi dengan jumlah pasien yang ada. Sehingga perawat

dapat melakukan asuhan keperawatan dengan baik.

Hari Ketiga :

Tabel 2.7 Komposisi Ketergantungan Pasien dan Kebutuhan

Tenaga Perawat Ruang Isolasi A pada tanggal 18

Maret 2018

Kualifikasi Pasien Jumlah kebutuhan tenaga


Tingkat Jumlah Pagi Sore Malam
Ketergantungan Pasien
Minimal 8 8 x 0,17 = 1,36 8 x 0,14 = 1,12 8 x 0,07 = 0,56
Parsial 9 9 x 0,27 = 2,43 9 x 0,15 = 1,35 9 x 0,10 = 0,9
Total 4 4 x 0,36 = 1,44 4 x 0,30 = 1,2 4 x 0,20 = 0,8
Jumlah 21 5,23 3,67 2,26
5 4 2
Sumber: Dokumentasi Ruang Isolasi A Bulan Maret 2019

Total Tenaga Perawat:

Pagi : 5 orang

Sore : 4 orang

Malam : 2 orang +

11 orang

Jumlah tenaga lepas dinas per hari:

86 x 11 = 946 = 3,39 = 3 orang

279 279

Jadi jumlah perawat yang dibutuhkan:

11 orang + 2 orang structural (Kepala ruangan dan wakil kepala

ruangan) + 3 orang lepas dinas = 16 orang

23
Sekitar 38% pasien di ruang Isolasi A memiliki tingkat

ketergantungan minimal, 42,8% dengan ketergantungan parsial

dan 19% dengan ketergantungan total. Jumlah tenaga lepas dinas

perhari adalah 3 orang dan total jumlah perawat adalah 16 orang.

Jumlah perawat diruangan 16 sehingga sudah mencukupi, dengan

6 orang berpendidikan S-1, 10 orang berpendidikan D-3. Jam

kerja dibagi menjadi 3 shift, shift pagi (07.00-14.00), shift sore

(14.00-21.00), dan shift malam (21.00-07.00).

Berdasarkan hitungan yang sudah disesuaikan dengan rumus

kebutuhan pasien dari buku manajemen keperawatan (Nursalam,

2015), didapatkan hasil jumlah perawat pagi sebanyak 5 ,siang

sebanyak 4, malam sebanyak 2, sedangkan pada pengkajian pada

tanggal 18 maret 2018 diruang Isolasi A, didapatkan hasil jumlah

perawat pagi sebanyak 3 orang, siang sebanyak 3 orang, dan

malam sebanyak 3 orang.

Menurut fakta jumlah pasien di ruang Isolasi A sebanyak 21

pasien dengan tingkat ketergantungan minimal sebanyak 8 pasien,

parsial sebanyak 9 pasien dan total sebanyak 4 pasien. Jumlah

perawatan diruangan sebanyak 11 orang dan jumlah tenaga lepas

dinas perhari 3 orang. Efektifitas dan ketenagaan dalam

keperawatan sangatlah ditunjang oleh pemberian asuhan

keperawatan yang tepat dan kompetensi perawat yang memadai.

Oleh karena itu, perlu kiranya dilakukan perencanaan yang

strategis dan sistematis dalam memenuhi kebutuhan ketenaga

24
keperawatan dan perencanaan yang baik mempertimbangkan

klasifikasi klien berdasarkan tingkat kertergantungan, metode

pemberian asuhan keperawatan, jumlah dan kategori tenaga

keperawatan serta perhitungan jumlah keperawatan. Untuk itu

diperlukan konstribusi dari manager keperawatan dalam

menganalisa dan merencanakan kebutuhan ketenaga keperawatan

di suatu uni rumah sakit ( Windy Rakhmawati,2008). Menurut

Teori (Douglas, 1984 dalam Swansburg 1999) menetapkan

jumlah perawat yang dibutuhkan dalam satu unit perawatan

berdasarkan klasifikasi klien.

Berdasarkan fakta diatas jumlah perawat perhari sudah

mencukupi dengan jumlah pasien yang ada. Sehingga perawat

dapat melakukan asuhan keperawatan dengan baik.

7. Penggunaan Tempat Tidur Pasien Ruang Isolasi A RSUD dr.

Soetomo Surabaya

Penggunaan Tempat Tidur Pasien Isolasi A (Hari)

Berdasarkan hasil pengkajian, didapatkan gambaran kapasitas tempat

tidur Ruang Isolasi A, yaitu 34 tempat tidur dengan rincian sebagai

berikut :

Shift BTA + BTA - SUSPECTMDR H Penggunaan


C Tempat
U Tidur Pasien

1. Pagi 11 bed 6 bed 8 bed 6 bed 3 bed 25/34 x


(7kosong) (2 kosong) (0 (2 (0 100% =
kosong) koson koson 73,5%
g) g)

25
2. Sore 11 bed 6 bed 8 bed 6 bed 3 bed 26/34 x
(1 kosong) (3 kosong) ( 2 (2 (0 100%=
kosong) koson koson 76,5%
g) g)
3. Malam 11 bed 6 bed 8 bed 6 bed 3 bed 23/34 x
(5 kosong) (2 kosong) (0 (4 (0 100% =
kosong) koson koson 67,6%
g) g)
Tabel 2.12 Komposisi Penggunaan Tempat Tidur Pasien Ruang Isolasi

A RSUDDr. Soetomo Surabaya pada tanggal 16

Ruang Isolasi A Rumah Sakit Dr. Soetomo Surabaya mempunyai

kapasitas tempat tidur, total keseluruhan 34 bed. Terdiri dari BTA+

( 11 bed ), BTA – ( 6 bed ), SUSPEC ( 8 bed ), MDR ( 8 bed ), HCU

( 3 bed ). Pada tanggal 16 maret 2019 shift pagi komposisi

penggunaan tempat tidur pasien isolasi A RSUD dr. Soetomo

Surabaya mencapai sift pagi 73,5%, shift siang mencapai 76,5%, dan

shift malam 67,6%, dengan rata rata 72,53% maka BOR diruangan

isolasi A dikatakan memenuhi standart ( Standart BOR RSUD dr.

Sutomo Surabaya 60% - 85% ).

BOR digunakan untuk mengetahui tingkat pemanfaatan tempat tidur

rumah sakit. Angka BOR yang rendah menunjukkan kurangnya

pemanfaatan fasilitas perawatan rumah sakit oleh masyarakat.Angka

BOR yang tinggi (85 %) menunjukkan tingkat pemanfaatan tempat

tidur yang tinggi sehingga perlu pengembangan rumah sakit atau

penambahan tempat tidur.Menurut Baeber Johnson i nilai ideal BOR

60-85%.

Fakta :pemanfaatan tempat tidur yang ada diruang isolasi A tidak

kurang dengan nilai 72,53%

26
Beban kerja perawat ruangIsolasi A termasuk dalam kat egori normal

dilihat dari hasil BOR tidak ada yang dibawah 60% dan diatas 85%.

Hari kedua

Tabel 2.13 Penggunaan Tempat Tidur Pasien Ruang Isolasi ARSUD Dr.

Soetomo Surabaya pada tanggal 17 Maret 2019

No Shift BTA + BTA - SUSPECTMDR H Penggunaan


C Tempat
U Tidur Pasien

1. Pagi 11 bed 6 bed 8 bed 6 bed 3 bed 23/34 x


(5 kosong) (2 kosong) (0 (4 (0 100% =
kosong) koson koson 67,6%
g) g)
2. Siang 11 bed 6 bed 8 bed 6 bed 3 bed 23/34 x
(5 kosong) (2 kosong) (0 (4 (0 100% =
kosong) koson koson 67,6%
g) g)
3. Malam 11 bed 6 bed 8 bed 6 bed 3 bed 23/34 x
(5 kosong) (2 kosong) (0 (4 (0 100% =
kosong) koson koson 67,6%
g) g)

Ruang Isolasi A Rumah Sakit Dr. Soetomo Surabaya mempunyai

kapasitas tempat tidur, total keseluruhan 34 bed. Terdiri dari BTA+

( 11 bed ), BTA – ( 6 bed ), SUSPEC ( 8 bed ), MDR ( 8 bed ), HCU

( 3 bed ). Pada tanggal 16 maret 2019 shift pagi komposisi

penggunaan tempat tidur pasien isolasi A RSUD dr. Soetomo

Surabaya mencapai 67,6%, shift, siang mencapai 67,6%, dan shift

27
malam 67,6% dengan rata rata 67,6% per hari makadikatakan ruang

isolasi A memenuhi standart ( Standart BOR RSUD dr. Sutomo

Surabaya 60% - 85% ).

BOR digunakan untuk mengetahui tingkat pemanfaatan tempat tidur

rumah sakit. Angka BOR yang rendah menunjukkan kurangnya

pemanfaatan fasilitas perawatan rumah sakit oleh masyarakat.Angka.

BOR yang tinggi (85 %) menunjukkan tingkat pemanfaatan tempat

tidur yang tinggi sehingga perlu pengembangan rumah sakit atau

penambahan tempat tidur.Menurut Baeber Johnson i nilai ideal BOR

75-85%.

pemanfaatan tempat tidur yang ada diruang isolasi A tidak ada yang

kurang dan lebih dari batas nilai normal yaitu 67,6%

Beban kerja perawat ruang Isolasi A termasuk dalam kat egori normal

dilihat dari hasil BOR tidak ada yang dibawah 60% dan diatas 85%.

Hari ketiga

Tabel 2.14 Penggunaan Tempat Tidur Pasien Ruang Isolasi

ARSUDDr.Soetomo Surabaya pada tanggal 18 Maret 2019

No Shift BTA + BTA - SUSPECTMDR H Penggunaan


C Tempat
U Tidur Pasien

1. Pagi 11 bed 6 bed 8 bed 6 bed 3 bed 21/34 x


(7 kosong) (2 kosong) (1 (3 (0 100% =
kosong) koson koson 61,7%
g) g)
2. Siang 11 bed 6 bed 8 bed 6 bed 3 bed 21/34 x
(7 kosong) (2 kosong) (1 (3 (0 100% =
kosong) koson koson 61,7%
g) g)

28
3. Malam 11 bed 6 bed 8 bed 6 bed 3 bed 22/34 x
(6 kosong) (2 kosong) (1 (3 (0 100% =
kosong) koson koson 64,7%
g) g)
Sumber: Dokumentasi Ruang Isolasi A Bulan Maret 2019

Ruang Isolasi A Rumah Sakit Dr. Soetomo Surabaya mempunyai

kapasitas tempat tidur, total keseluruhan Ruang Isolasi A Rumah Sakit

Dr. Soetomo Surabaya mempunyai kapasitas tempat tidur, total

keseluruhan 34 bed. Terdiri dari BTA+ ( 11 bed ), BTA – ( 6 bed ),

SUSPEC ( 8 bed ), MDR ( 8 bed ), HCU ( 3 bed ). Pada tanggal 18

maret 2019 shift pagi komposisi penggunaan tempat tidur pasien

isolasi A RSUD dr. Soetomo Surabaya mencapai 61,7%, shift, siang

mencapai 61,7%, dan shift malam 64,7%.

Pada tanggal 16 Maret 2019 shift pagi komposisi BOR mencapai 73,5

%shift pagi, 76,5% sift siang, dan shift malam tetap 67,6%. Untuk shift

pagi perbandingan komposisi BOR tanggal 16 – 18 Maret 2019

mengalami penurunan 6,5% dari 25 bed yang terpakai menjadi 23 bed

yang terpakai. Penurunan ini terjadi karena sebagian besar pasien di

ruang isolasi Isolasi A pasien meninggal dan 1 pindah ruang. Untuk

shift siang perbandingan komposisi penggunaan tempat tidur pasien

isolasi A RSUD dr. Soetomo Surabaya tanggal 16 – 18 Maret 2019

mengalami penurunan 6,5% dari 23 bed yang terpakai menjadi 21 bed

yang terpakai. Sedangkan perbandingan penggunaan tempat tidur

pasien isolasi A RSUD dr. Soetomo Surabaya tanggal 16 – 18 Maret

2019mengalami penurunan 6,4% dari 23 bed dan yang terpakai 21 bed.

Untuk shift siang perbandingan komposisi penggunaan tempat tidur

29
pasien isolasi A RSUD dr. Soetomo Surabaya tanggal 16 – 18 Maret

2019 tetap sama dari 23 bed yang terpakai tetap 21 bed yang terpakai.

Dan shift malam perbandingan komposisi penggunaan tempat tidur

pasien Isolasi A RSUD dr. Soetomo Surabaya tanggal 16 – 18 Maret

2019 mengalami peningkatan 2,9% dari 21 bed yang terpakai tetap 22

bed.

BOR digunakan untuk mengetahui tingkat pemanfaatan tempat tidur

rumah sakit. Angka BOR yang rendah menunjukkan kurangnya

pemanfaatan fasilitas perawatan rumah sakit oleh masyarakat.Angka.

BOR yang tinggi (85 %) menunjukkan tingkat pemanfaatan tempat

tidur yang tinggi sehingga perlu pengembangan rumah sakit atau

penambahan tempat tidur.Menurut Baeber Johnson i nilai ideal BOR

60-85%.

pemanfaatan tempat tidur yang ada diruang isolasi A tidak ada yang

kurang dan lebih dari batas nilai normal yaitu 62,7% meskipun

mengalami penurunan disetiap harinya.

Beban kerja perawat ruang Isolasi A termasuk dalam kategori normal

dilihat dari hasil BOR tidak ada yang dibawah 60% dan diatas 85%.

Tingkat Ketergantungan Pasien Kelolaasn dan Kebutuhan Tenaga

Perawat Mahasiswa Di Ruang Isolasi A Tanggal 23 Maret – 06 April

2019

Tabel 2.5 Komposisi Ketergantungan Pasien dan Kebutuhan

Mahasiswa Perawat Ruang Isolasi A pada tanggal 23 Maret 2019.

30
Kualifikasi Pasien Jumlah kebutuhan tenaga
Tingkat Jumlah Pagi Sore Malam
Ketergantungan Pasien
Minimal 3 3 x 0,17 = 0,51 3 x 0,14 = 0,42 3 x 0,07
= 0,21
Parsial 1 1 x 0,27 = 0,27 1 x 0,15 = 0,15 1 x 0,10
= 0,10
Total 0 0 x 0,36 = 0 0 x 0,30 = 0 0 x 0,20
=0
Jumlah 4 0,78 0,57 0,31
1 1 1

Total Tenaga Perawat:

Pagi : 1 orang

Sore : 1 orang

Malam : 1 orang +

3 orang

Jumlah tenaga lepas dinas per hari:

86 x 3 = 258 = 0,92 = 1 orang

279 279

Jadi jumlah perawat yang dibutuhkan:

3 orang + 1 orang struktural (Kepala ruangan) + 1 orang lepas dinas = 6

orang.

Berdasarkan hitungan yang sudah disesuaikan dengan rumus kebutuhan

pasien dari buku manajemen keperawatan (Nursalam, 2015), didapatkan

hasil jumlah perawat pagi sebanyak 1 orang ,siang sebanyak 1 orang, malam

sebanyak 1 orang, di ruangan pada tanggal 23 maret 2019 shift pagi

sebanyak 5 orang, shift siang sebanyak 4 orang, dan shift malam 3 orang.

Sekitar 75% pasien di ruang Isolasi A memiliki tingkat ketergantungan

minimal, 25 % dengan ketergantungan parsial dan 0% dengan

31
ketergantungan total. Jumlah tenaga lepas dinas perhari adalah 1 orang dan

total jumlah perawat adalah 6 orang. Jumlah mahasiswa perawat 15 sehingga

sudah mencukupi, dengan 15 orang berpendidikan S-1 Jam kerja dibagi

menjadi 3 shift, shift pagi (07.00-14.00), shift sore (14.00-21.00), dan shift

malam (21.00-07.00)

Tingkat Ketergantungan Pasien Kelolaan dan Kebutuhan Tenaga Perawat

Mahasiswa Di Ruang Isolasi A Tanggal 24Maret – 06 April 2019

Tabel 2.6 Komposisi Ketergantungan Pasien dan Kebutuhan Mahasiswa

Perawat Ruang Isolasi A pada tanggal 24 Maret 2019

Kualifikasi Pasien Jumlah kebutuhan tenaga


Tingkat Jumlah Pagi Sore Malam
Ketergantungan Pasien
Minimal 5 5 x 0,17 = 0.85 5 x 0,14 = 0,7 5 x 0,07 = 0,35
Parsial 1 1 x 0,27 = 0.27 1 x 0,15 = 0,15 1 x 0,10 = 0,10
Total 0 0 x 0,36 = 0 0 x 0,30 = 0 0 x 0,20 = 0
Jumlah 8 1,12 0.85 0,45
1 1 1
Sumber: Dokumentasi Ruang Isolasi A Bulan Maret 2019

Total Tenaga Perawat:

Pagi : 1 orang

Sore : 1 orang

Malam : 1 orang +

3 orang

Jumlah tenaga lepas dinas per hari:

86 x 3 = 258 = 0.92 = 1 orang

279 279

Berdasarkan hitungan yang sudah disesuaikan dengan rumus kebutuhan

pasien dari buku manajemen keperawatan (Nursalam, 2015), didapatkan

32
hasil jumlah perawat pagi sebanyak 1 ,siang sebanyak 1, malam sebanyak

1, sedangkan pada pengkajian pada tanggal 24 maret 2019 diruang Isolasi

A, didapatkan hasil jumlah perawat pagi sebanyak 5 orang, siang

sebanyak 4 orang, dan malam sebanyak 3 orang.

Jadi jumlah perawat yang dibutuhkan:

1 orang + 2 orang structural (Kepala ruangan dan wakil kepala ruangan)

+ 1 orang lepas dinas = 4 orang

Sekitar 83.3% pasien di ruang Isolasi A memiliki tingkat ketergantungan

minimal 28.5% dengan ketergantungan parsial dan 0% dengan

ketergantungan total. Jumlah tenaga lepas dinas perhari adalah 1 orang

dan total jumlah perawat adalah 6 orang. Jumlah perawat diruangan 15

sehingga sudah mencukupi, dengan jumlah 15 orang berpendidikan S-1.

Jam kerja dibagi menjadi 3 shift, shift pagi (07.00-14.00), shift sore

(14.00-21.00), dan shift malam (21.00-07.00).

Tingkat Ketergantungan Pasien Kelolaan dan Kebutuhan Tenaga

Perawat Mahasiswa Di Ruang Isolasi A Tanggal 25 Maret – 06

April 2019

Tabel 2.7 Komposisi Ketergantungan Pasien dan Kebutuhan

Mahasiswa Perawat Ruang Isolasi A pada tanggal 25 Maret 2019

Kualifikasi Pasien Jumlah kebutuhan tenaga


Tingkat Jumlah
Pagi Sore Malam
Ketergantungan Pasien
Minimal 5 5 x 0,17 = 0.85 5 x 0,14 = 0,7 5 x 0,07 = 0.35
Parsial 2 2 x 0,27 = 0,54 2 x 0,15 = 0,30 2 x 0,10 = 0,20
Total 0 0 x 0,36 = 0 0 x 0,30 = 0 0 x 0,20 = 0
Jumlah 8 1,39 1 0,55
1 1 1
Sumber: Dokumentasi Ruang Isolasi A Bulan Maret 2019

33
Total Tenaga Perawat:

Pagi : 1 orang

Sore : 1 orang

Malam : 1 orang +

3 orang

Jumlah tenaga lepas dinas per hari:

86 x 3 = 258 = 0,92 = 1 orang

279 279

Berdasarkan hitungan yang sudah disesuaikan dengan rumus

kebutuhan pasien dari buku manajemen keperawatan (Nursalam,

2015), didapatkan hasil jumlah perawat pagi sebanyak 1 ,siang

sebanyak 1, malam sebanyak 1, sedangkan pada pengkajian pada

tanggal 26 maret 2018 diruang Isolasi A, didapatkan hasil jumlah

perawat pagi sebanyak 5 orang, siang sebanyak 3 orang, dan

malam sebanyak 3 orang.

Jadi jumlah perawat yang dibutuhkan:

3 orang + 2 orang structural (Kepala ruangan dan wakil kepala

ruangan) + 1 orang lepas dinas = 6 orang

Sekitar 87,5% pasien di ruang Isolasi A memiliki tingkat

ketergantungan minimal, 12,5% dengan ketergantungan parsial

dan 0% dengan ketergantungan total. Jumlah tenaga lepas dinas

perhari adalah 1 orang dan total jumlah perawat adalah 6 orang.

Jumlah perawat diruangan 14 sehingga sudah mencukupi, dengan

34
jumlah 14 orang berpendidikan S-1. Jam kerja dibagi menjadi 3

shift, shift pagi (07.00-14.00), shift sore (14.00-21.00), dan shift

malam (21.00-07.00).

Bor Klien

Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan gambaran kapasitas tempat

tidur Ruang Isolasi A yaitu 34 tempat tidur dengan rincian sebagai

berikut:

Tabel 2.7 Komposisi BOR Klien Isolasi 1 RSUD Dr. Soetomo Surabaya

pada tanggal 16 Maret 2019

No Shift BTA + BTA - SUSPECTMDR H Penggunaan


C Tempat
U Tidur Pasien

1. Pagi 11 bed 6 bed 8 bed 6 bed 3 bed 25/34 x


(7kosong) (2 kosong) (0 (2 (0 100% =
kosong) koson koson 73,5%
g) g)
2. Sore 11 bed 6 bed 8 bed 6 bed 3 bed 26/34 x
(1 kosong) (3 kosong) ( 2 (2 (0 100%=
kosong) koson koson 76,5%
g) g)
3. Malam 11 bed 6 bed 8 bed 6 bed 3 bed 23/34 x
(5 kosong) (2 kosong) (0 (4 (0 100% =
kosong) koson koson 67,6%
g) g)

Ruang Isolasi A Rumah Sakit Dr. Soetomo Surabaya mempunyai

kapasitas tempat tidur, total keseluruhan 34 bed. Pada tanggal 16 maret

2019 shift pagi komposisi penggunaan tempat tidur pasien isolasi A RSUD

dr. Soetomo Surabaya mencapai 73,5%, shift, siang mencapai 76,5%, dan

shift malam 67,6%

35
Tabel 2.13 Penggunaan Tempat Tidur Pasien Ruang Isolasi ARSUD Dr.

Soetomo Surabaya pada tanggal 17 Maret 2019

No Shift BTA + BTA - SUSPECTMDR H Penggunaan


C Tempat
U Tidur Pasien

1. Pagi 11 bed 6 bed 8 bed 6 bed 3 bed 23/34 x


(5 kosong) (2 kosong) (0 (4 (0 100% =
kosong) koson koson 67,6%
g) g)
2. Siang 11 bed 6 bed 8 bed 6 bed 3 bed 23/34 x
(5 kosong) (2 kosong) (0 (4 (0 100% =
kosong) koson koson 67,6%
g) g)
3. Malam 11 bed 6 bed 8 bed 6 bed 3 bed 23/34 x
(5 kosong) (2 kosong) (0 (4 (0 100% =
kosong) koson koson 67,6%
g) g)

Ruang Isolasi A Rumah Sakit Dr. Soetomo Surabaya mempunyai kapasitas

tempat tidur, total keseluruhan 34 bed. Pada tanggal 17 maret 2019 shift pagi

komposisi penggunaan tempat tidur pasien isolasi A RSUD dr. Soetomo Surabaya

mencapai 67,6%, shift, siang mencapai 67,6%, dan shift malam 67,6%.

Tabel 2.14 Penggunaan Tempat Tidur Pasien Ruang Isolasi

ARSUDDr.Soetomo Surabaya pada tanggal 18 Maret 2019

No Shift BTA + BTA - SUSPECTMDR H Penggunaan


C Tempat
U Tidur Pasien

36
1. Pagi 11 bed 6 bed 8 bed 6 bed 3 bed 21/34 x
(7 kosong) (2 kosong) (1 (3 (0 100% =
kosong) koson koson 61,7%
g) g)
2. Siang 11 bed 6 bed 8 bed 6 bed 3 bed 21/34 x
(7 kosong) (2 kosong) (1 (3 (0 100% =
kosong) koson koson 61,7%
g) g)
3. Malam 11 bed 6 bed 8 bed 6 bed 3 bed 22/34 x
(6 kosong) (2 kosong) (1 (3 (0 100% =
kosong) koson koson 64,7%
g) g)
Ruang Isolasi A Rumah Sakit Dr. Soetomo Surabaya mempunyai

kapasitas tempat tidur, total keseluruhan Ruang Isolasi A Rumah Sakit

Dr. Soetomo Surabaya mempunyai kapasitas tempat tidur, total

keseluruhan 34 bed. Pada tanggal 18 maret 2019 shift pagi komposisi

penggunaan tempat tidur pasien isolasi A RSUD dr. Soetomo Surabaya

mencapai 61,7%, shift, siang mencapai 61,7%, dan shift malam 64,7%.

Pada tanggal 16 Maret 2019 shift pagi komposisi BOR mencapai 73,5

%shift pagi, 76,5% sift siang, dan shift malam tetap 67,6%. Untuk shift

pagi perbandingan komposisi BOR tanggal 16 – 18 Maret 2019

mengalami penurunan 6,5% dari 25 bed yang terpakai menjadi 23 bed

yang terpakai. Penurunan ini terjadi karena sebagian besar pasien di

ruang isolasi Isolasi A pasien meninggal dan 1 pindah ruang. Untuk

shift siang perbandingan komposisi penggunaan tempat tidur pasien

isolasi A RSUD dr. Soetomo Surabaya tanggal 16 – 18 Maret 2019

mengalami penurunan 6,5% dari 23 bed yang terpakai menjadi 21 bed

yang terpakai. Sedangkan perbandingan penggunaan tempat tidur

pasien isolasi A RSUD dr. Soetomo Surabaya tanggal 16 – 18 Maret

2019mengalami penurunan 6,4% dari 23 bed dan yang terpakai 21 bed.

37
Untuk shift siang perbandingan komposisi penggunaan tempat tidur

pasien isolasi A RSUD dr. Soetomo Surabaya tanggal 16 – 18 Maret

2019 tetap sama dari 23 bed yang terpakai tetap 21 bed yang terpakai.

Dan shift malam perbandingan komposisi penggunaan tempat tidur

pasien Isolasi A RSUD dr. Soetomo Surabaya tanggal 16 – 18 Maret

2019 mengalami peningkatan 2,9% dari 21 bed yang terpakai tetap 22

bed. Menurut Baeber Johnson i nilai ideal BOR 75-85%.BOR

digunakan untuk mengetahui tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah

sakit. Angka BOR yang rendah menunjukkan kurangnya pemanfaatan

fasilitas perawatan rumah sakit oleh masyarakat. Angka BOR yang

tinggi (85 %) menunjukkan tingkat pemanfaatan tempat tidur yang

tinggi sehingga perlu pengembangan rumah sakit atau penambahan

tempat tidur. Sesuai dengan teori diatas bahwa BOR pada ruang Isolasi

A dalam angka yang kurang ideal

2.2.2 Bangunan, Sarana Dan Prasarana (M2-Material)

Penerapan proses manajerial keperawatan dan kegiatan pembelajaran

profesi keperawatan Mahasiswa Program Studi Profesi Ners STIKES

Karya Husada Kediri, mengambil tempat di Ruang Isolasi A RSUD

Dr. pengkajian data awal di lakuakan pada tanggal 30 november – 20

desember. Adapun adapun data yang di dapat sebagai berikut

1. Lokasi Data Denah Ruangan.

a Ruang tunggu terletak di antara ruang Isolasi A dan ruang

Pandan Wangi

b Ruang administrasi farmasi terletak di sebelah kiri pintu masuk

38
c Ruang alat EKG berada di sebelah kiri setelah pintu masuk dan

sebelum menuju pintu masuk rung perawatan pasien.

d Ruang anteroom berada tepat didepan ruang alat EKG atau

disebelah kanan sebelum menuju pintu masuk ruang perawatan

e Ruang Suspect laki- laki berada disebelah kiri setelah pintu

masuk, dan ruang suspect perempuan berada disebelah kanan

pintu masuk, tepat berhadapan dengan ruang suspect laki- laki

f Ruang BTA negatif perempuan berada di sebelah kanan ruang

suspect perempuan

g Ruang BTA negatif laki- laki berada didepan ruang BTA negatif

perempuan

h Ruang HCU berada di sebelah kanan ruang BTA negatif

perempuan

i Dispensing berada disebelah kiri ruang BTA negatif laki- laki

atau didepan ruang HCU

j Ruang BTA positif laki- laki berada disebelah kiri ruang

dispensing

k Ruang BTA positif perempuan berada disebelah kanan ruang

HCU

l Ruang MDR laki- laki berada disebelah kiri ruang BTA positif

laki- laki

m Ruang MDR perempuan berada didepan ruang MDR laki- laki

2. Data Tempat Tidur Pasien

39
Berdasarkan hasil pengkajian pada tanggal 30 november 2020,

didapatkan jumlah tempat tidur di Ruang Isolasi A adalah 35 tempat tidur

dengan rincian sebagai berikut.

a Suspect laki- laki : 4 bed

b Suspect perempuan : 4 bed

c BTA negatif laki- laki : 4 bed

d BTA negatif perempuan : 2 bed

e HCU : 3 bed

f BTA positif laki- laki : 6 bed

g BTA positif perempuan : 5 bed

h MDR laki- laki : 3 bed

i MDR perempuan : 3 bed

Total jumlah bed di Ruang Isolasi A = 34 bed

3. Peralatan dan Fasilitas

a. Fasilitas Pasien

Berdasarkan hasil pengkajian pada Maret 2019, didapatkan

gambaran kapasitas tempat tidur ruang Isolasi A adalah 34 bed

dengan rincian sebagai berikut:

Gambaran umum jumlah bed di ruang Isolasi A:

1. Ruang perawaatan umum : 34 bed

2. Kamar mandi pasien : 6 buah

3. WC pasien : 6 buah

4. Meja pasien : 34 buah

40
5. Lampu : 21 buah

b. Fasilitas Petugas Kesehatan

1. Nurse station berada diluar sebelah kanan setelah pintu

masuk

2. Kantor Kepala Ruangan terletak diluar belakang setelah

pintu keluar ruang pasien

3. Kamar ganti perawat ada 1 ruang

4. Tempat sholat perawat ada 1 ruang

5. Kamar mandi dan WC pegawai berjumlah 2 buah

6. Gudang 2 ruang berada di sebelah utara ruang karu

7. Kulkas 1 buah

8. Meja Nurse Station 7 buah

9. Papan nurse station 1 buah

10. Almari rak, alat, linen, buku13 buah

11. Computer 2 buah

12. Loker 2 buah

13. Kipas angin 6 buah

14. Jam dinding 5 buah

15. AC 3 buah

4. Peralatan Kesehatan

41
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi didapatkan data seperti

pada table dibawah ini:

Tabel 2.26 Inventaris Alat di Ruang Isolasi A RSUD Dr. Soetomo pada

30 november- 20 desember

Kondisi
No Nama Barang Jumlah Rusak Keterangan
Baik
Ringan
1. Set alat rawat luka 17 17 -
2. Bengkok 10 10 -
3. Tempat tidur pasien 34 34 -
4. O2 Sentral 34 33 1
5. O2 Tabung besar 14 14 -
6. O2 Tabung kecil 1 1 -
7. Shyringe Pump 7 7 -
8. Tensimeter jarum 4 4 -
9. Tensimeter digital 5 5 -
10. Troley Injeksi 6 6 -
11. Troley Linen Kotor 1 1 -
12. Troley Linen Bersih 1 1 -
13. Kursi Roda 4 4 -
14. Kursi kayu 6 6 -
15. Kursi Bunder Hijau 6 6 -
16. Nebulezer 4 3 1
17. Stethoscop 8 7 1
18. Suction 6 6 -
Sampah medis (kantong
19. 2 2 -
kuning)
Sampah non
20. medis/umum (kantong 7 7 -
hitam)
Sampah farmasi
21. 2 2 -
(kantong coklat)
22. Almari Rak 5 5 -
23. Safety box 6 6 -
24. Wastafel 6 5 1
25. Aerocom 1 1 -
26. Tabung Aerocom 5 5 -
Tidak ada yang
27. Apar 4 4 -
expired
28. Kereta Makan 1 1 -
29. Brancand 1 1 -
30. Eye wash 1 1 -
31. Set WSD 2 2 -

42
Sumber: Observasi dan wawncara pada Penanggung Jawab prasarana

dan sarana di Ruang Isolasi A RSUD Dr. Soetomo pada 30

november- 20 desember

5. Data obat emergency tersedia di dalam kotak emergensi yang mudah

dijangkau

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara semua obat emergency

sudah mencukupi dan dalam kondisi baik dan tidak ada yang

expired, seperti yang terdaftar di tabel bawah ini:

Tabel 2.27 Daftar Obat Emergency Di Ruang Isolasi A RSUD Dr.

Soetomo 30 november-20 desember 2020

No Nama Barang Jumlah Kondisi Keterangan


1. Epinephrine injeksi 15 ampul Baik Tidak expired
2. Sulfasatropine injeksi 5 ampul Baik Tidak expired
3. Dopamine injeksi 1 ampul Baik Tidak expired
4. Dobutamin injeksi 1 ampul Baik Tidak expired
5. CaGluconas injeksi 1 ampul Baik Tidak expired
6. NaBicarbonal injeksi 2 Flask Baik Tidak expired
7. Lidocain 2% injeksi 3 ampul Baik Tidak expired
8. Dexamethasone injeksi 5 ampul Baik Tidak expired
9. Aminophyllin injeksi 3 ampul Baik Tidak expired
10. Dextrose 40% 1 Flask Baik Tidak expired
11. Furosemide injeksi 5 ampul Baik Tidak expired
12. Diazepam injeksi 2 ampul Baik Tidak expired
13. Ringer laktat infuse 1 Flask Baik Tidak expired
14. NaCl 0,9% infuse 1 Flask Baik Tidak expired
15. Infusion set 2 biji Baik Tidak expired
16. IV Catheter No. 16 2 biji Baik Tidak expired
17. IV Catheter No. 18 2 biji Baik Tidak expired
18. IV Catheter No. 20 2 biji Baik Tidak expired
19. IV Catheter No. 22 2 biji Baik Tidak expired
20. IV Catheter No. 24 2 biji Baik Tidak expired
21. IV Catheter No. 26 2 biji Baik Tidak expired
22. Spuit 3 CC 5 biji Baik Tidak expired
23. Spuit 5 cc 5 biji Baik Tidak expired

43
24. Spuit 10 cc 5 biji Baik Tidak expired
25. Simple Masker 1 biji Baik Tidak expired
Oksigen
Sumber: Observasi dan wawancara 30 november-20 desember 2020

6. Data Obat High Alert

Berdasarkan dari hasil wawancara dengan pihak farmasi didapatkan

data seperti tabel dibawah ini:

Tabel 2.28 Daftar Obat High Alert Di Ruang Isolasi A RSUD Dr.

Soetomo Periode Maret 2020

No. Jenis Obat High Alert Nama Obat


1. Elektrolit Pekat NaCl >0,9%
KCl premik
2. Semua bentuk insulin Novorapid
Lantus
3. Adrenergik Agonis Epinephrine
Norepinephrine
4. Anti Koagulan Injeksi Heparin

Sumber: Wawancara tanggal 30 november 2020

Hasil dari wawancara didapatkan obat High Alert tidak disimpan di

dalam ruang penyimpanan obat tetapi obat high alert disimpan di

bagian farmasi dan tempat penyimpanannya terkunci.

7. Inventaris Alat Habis Pakai

Berdasarkan hasil wawancara dengan penanggung jawab sarana dan

prasarana yang ada diruang Isolasi A didapatkan data seperti table

dibawah ini:

Tabel 2.29 Inventaris Alat Habis Pakai yang Tersedia Per Bulan di

Ruang Isolasi A RSUD Dr. Soetomo pada 30 november-20 desember 2020

No Nama barang Jumlah Kondisi


1. Handscoen bersih 10 box Cukup

44
2. Handscoen steril 4 box Cukup
3. Masker N95 6 box Cukup
4. Masker bedah 20 box
5. Alkohol swap 40 box Cukup
6. Kasa gulung 10 gulung Cukup
7. Alkohol 70% 4 botol Cukup
8. Alkohol gliserine 31 botol Cukup
9. Sabun cair cuci tangan 6 botol Cukup
10. Betadine 5 botol Cukup
11. Septalkan 5 botol Cukup
12. Tissu untuk Cuci Tangan 6 box Cukup

Peralatan habis pakai yang tersedia di Ruang Isolasi A per minggu dan per

bulan sudah ada dan fasilitas yang ada sudah memenuhi kebutuhan

perawatan harian dengan metode modular.

8. Ruang penunjang

Diruang Isolasi A juga terdapat beberapa ruangan seperti:

1. Ruang kepala ruangan

2. Ruang tunggu pasien

3. Ruang nurse station

4. Ruang ganti perawat

5. Mushola

6. Ruang makan perawat

7. Gudang

8. Dapur

9. Farmasi

45
10. Ruang supervisi

11. Ruang ujian DM

12. Ruang alat

13. Ruang dispensing

9. Buku – Buku Acuan

Diruang Isolasi A terdapat buku-buku pendokumentasian kegiatan sehari-

hari seperti di bawah ini:

1. Buku laporan harian/ sensus

2. Buku alat kesehatan

3. Buku RPO

4. Buku absensi mahasiswa

5. Buku rekapan transfusi

6. Absensi pegawai

7. Laporan pasien jatuh

10. Daftar Protap Keperawatan

Diruang Isolasi A terdapat prosedur dalam pelaksanaan kegiatan

keperawatan seperti yang tertera dibawah ini:

1. Memasukkan obat intravena

2. Prosedur injeksi intracutan

3. Proedur injeksi Intra muscular

4. Mengukur tekanan darah

5. Pengambilan sampel gas darah arteri

6. Prosedur angkat jahitan luka

7. Orientasi kepada pasien baru

46
8. Penyusunan daftar dinas perawat shift

9. Perawatan pasien menjelang ajal/ sakaratul maut

10. Supervisi tindakan keperawatan

11. Memindahkan pasien keruang lain

12. Prosedur pencucian alat kesehatan secara manual

13. Prosedur pembersiahan awal dititik pemakaian dan transportasi

instrumen kotor

14. Prosedur penyimpanan alat steril di unit pemakai

15. Prosedur penanganan awal dititik pemakaian dan transportasi linen

kotor

16. Prosedur pemberian obat

17. Prosedur tranfusi Whole Blood (WB)

18. Prosedur penyiapan sampel darah untuk tranfusi

19. Prosedur permintaan darah Group – Screen – Hold (GSH)

20. Prosedur tranfusi packed red cell (PRC)

21. Prosedur tranfusi trhombocyte concentrate (TC)

22. Prosedur pengelolaan reaksi tranfusi (alergi)

23. Prosedur pengelolaan reaksi tranfusi (anaflaktik)

24. Prosedur tranfusi fresh frozen plasma (FFP)

25. Prosedur tranfusi anti hemophilic faktor (AHF)

26. Prosedur tranfusi packed red cell leukodepleted

27. Prosedur tranfusi packed red cell leukodepleted (PCR)

28. Prosedur pengelolaan reaksi tranfusi (hemolitik)

29. Prosedur penerimaan darah diruang rawat

47
30. Prosedur pembatalan permintaan darah melalui telfon

31. Pemberian tanda kode warna untuk diagnosa penyakit dan kondisi

tertentu pasien pada sampul rekam medis pasien

32. Prosedur pengambilan darah ke instalasi tranfusi darah

33. Prosedur pencucian alat makan

34. Prosedur desinfeksi tingkat rendah

11. Inventaris Alat Tenun

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan penanggung jawab

sarana dan prasarana ruang Isolasi A didapatkan hasil seperti table di

bawah ini:

Tabel 2.30 Inventaris Alat Tenun di Ruang Isolasi A RSUD Dr. Soetomo

Surabaya pada 30 november-20 desember 2020

No Nama Barang Jumlah


1. Sprei 75 buah
2. Sarung bantal 60 buah
3. Selimut 25 buah
4. Taplak meja pasien -
5. Handuk -
6. Kasur Busa -
7. Bantal Busa -
8. Stik Laken -
Sumber: Observasi dan wawancara pada 30 november-20 desember 2020

Berdasarkan data dari pengkajian di atas, sebagian besar peralatan di

Ruang Isolasi A cukup baik. Alat-alat sudah dimanfaatkan oleh ruangan

secara optimal sesuai kebutuhan pasien.

Untuk penggantian alat tenun keseluruhan diganti pada setiap harinya. Alat

tenun yang kotor dibawa ke bagian laundry Rumah Sakit dan

dikembalikan keruangan sehari sesudah pencucian.

48
Berdasarkan data dari pengkajian di atas, peralatan di Ruang Isolasi A

beberapa ada yang belum memenuhi jumlah kebutuhan yang ditetapkan

oleh RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Alat-alat yang sudah tersedia, telah

dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhan klien.

Resume Bangunan, Sarana dan Prasarana (M2 - Material)

Penerapan proses manajerial keperawatan dan kegiatan pembelajaran

profesi keperawatan Mahasiswa Program Studi Profesi Ners STIKES

Karya Husada Kediri, mengambil tempat di ruang Isolasi RSUD Dr.

Soetomo Surabaya khususnya Isolasi A. Pengkajian awal dilakukan pada

tanggal 30 november-20 desember 2020 adapun datanya yang didapatkan

adalah data mengenai kelengkapan Bangunan ,Sarana dan Prasarana yang

berkaitan dengan lokasi data denah Ruangan, data tempat tidur pasien ,

Peralatan dan Fasilitas , Consumable (barang habis pakai),adapun fasilitas

untuk tenaga kesehatan ,fasilitas ruang pasien ,administrasi penunjang

,Tempat sampah serta APAR.

Berdasarkan fakta bahwa , peralatan di Unit Isolasi A beberapa ada yang

belum memenuhi jumlah kebutuhan yang ditetapkan oleh IRNA Medik.

Alat-alat yang sudah tersedia, telah dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhan

klien. Data yang didapat dari hasil dari pengkajian di atas, sebagian besar

peralatan di Ruang Isolasi A cukup baik. Alat-alat sudah dimanfaatkan

oleh ruangan secara optimal sesuai kebutuhan pasien. Untuk penggantian

alat tenun keseluruhan diganti pada setiap harinya. Alat tenun yang kotor

dibawa ke bagian laundry Rumah Sakit dan dikembalikan keruangan

sehari sesudah pencucian. Peralatan di Ruang Isolasi A beberapa ada yang

49
belum memenuhi jumlah kebutuhan yang ditetapkan oleh RSUD Dr.

Soetomo Surabaya. Alat-alat yang sudah tersedia, telah dimanfaatkan

sesuai dengan kebutuhan klien.

Menurut teori isolasi sendiri adalah Ruang isolasi adalah ruangan untuk

penempatan bagi pasien dengan penyakit infeksi yang menular agar tidak

menular kepada pasien lain, petugas, dan pengunjung. Dalam memberikan

pelayanan kesehatan kepada masyarakat, Rumah Sakit harus menerapkan

Kewaspadaan Isolasi yang terdiri dari Kewaspadaan Standar dan

Kewaspadaan berbasis transmisi. Rumah sakit harus mampu memisahkan

pasien yang mengidap penyakit infeksi dan menular, dengan pasien yang

mengidap penyakit tidak menular. Berdasarkan cara transmisi/penularan

infeksi maka penularan penyakit dappat dibedakan menjadi penularan

kontak, dan penularan droplet (H5N1, H1N1, MERS CoV) atau udara

(tuberculosis). Penanganan pasien infeksi di ruang isolasi membutuhkan

bangunan, prasarana, peralatan dan lingkungan yang memadai untuk

mencegah penularan terhadap pasien, petugas dan pengunjung. Ruang

Isolasi harus memenuhi persyaratan teknis agar tercapai tujuan

penempatan pasien infeksi menular dan meningkatkan mutu layanan

Rumah Sakit (Depkes, 2018).

Dilihat dari data dan teori pada ruang Isolasi A sudah cukup sesuai sarana

dan prasarananya , pada tata letak gedung ruangan sudah sesuai dengan

standart pelayanan , fasilitas yang disediakan di ruangan sudah lengkap

untuk perawatan pasien sesuai dengan standart yang berlaku namun masih

ada beberapa fasilitas yang perlu diperbaiki karena ada yang mengalami

50
kerusakan sehingga mengurangi keakuratan saat pemeriksaan berlangsung

didapatkan data o2 sentral nebulezer dan stetoskop dalam keadaan rusak

ringan, Peralatan kesehatan di ruangan sudah lengkap untuk perawatan

pasien , jumlah alat yang tersedia sesuai dengan rasio pasien, semua

perawat mampu menggunakan semua alat-alat keperawatan ,persediaan

consumable (alat habis pakai) selalu tersedia sesuai yang dibutuhkan

pasien dan ruangan serta memiliki administrasi penunjang yang

memadai,serta ketersediaan APAR di beberapa sisi ruangan serta di

ruangan sudah disediakan tempat sampah umum serta sampah medis

berdasarkan masing masing jenis sampah medis serta safetybox di setiap

troli yang jumlahnya sudah sesuai dengan kebutuhan ruangan.

2.2.3 Metode Pemberian Asuhan Keperawatan (M3-Methode)

1. Penerapan Model MAKP

Dari hasil wawancara dan observasi tanggal 30 November 2020 - 20

Desember 2020 tentang model asuhan keperawatan didapatkan bahwa

100% (5 perawat) sudah mengetahui jika model asuhan keperawatan

yang digunakan di ruang Isolasi A RSUD Dr. Soetomo adalah metode

moduler. Dalam satu tim terdapat tiga perawat yang bertanggungjawab

yaitu sift pagi terdapat 3 PP dan 6 PA, sift siang terdapat 3 PA, serta sift

malam terdapat 3 PA. Model yang dipergunakan sesuai dengan misi

dan visi rumah sakit. Dari hasil wawancara dan observasi didapatkan

100% perawat mengetahui peran dan tugasnya.

51
Menurut Nursalam 2012, Sistem model asuhan keperawatan profesional

(MAKP) adalah suatu kerangka kerja yang mendefiniskan empat unsur

yakni standar, proses keperawatan, pendidikan keperawatan, sistem

MAKP. Perawat profesional dalam memberikan pelayanan keperawatan

dimasa depan adalah harus dapat berkomunikasi secara lengkap,

adekuat dan cepat.

Berdasarkan teori diatas keefektifitasan dan efisiensi model asuhan

keperawatan 100% perawat mengatakan bahwa model yang digunakan

di ruang Isolasi A sudah efektif dan efisien, tidak pernah ada kritikan

dari pasien. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi 100% di ruang

Isolasi A menyatakan bahwa metode praktik keperawatan moduler yang

diterapkan di ruangan sudah menciptakan komunikasi yang baik dan

efektif antara perawat dengan tim kesehatan lain dan sesuai dengan visi

misi RSUD Dr. Soetomo Surabaya yang cocok diterapkan di ruang

Isolasi A.

2. Timbang Terima

Berdasarkan wawancara dan observasi timbang terima pada tanggal 30

November 2020 - 20 Desember 2020 didapatkan 100% perawat

mengatakan timbang terima dilakukan tiga kali dalam sehari, yaitu

pada pergantian shift malam ke pagi (pukul 07.00), pagi ke sore (pukul

14.00) dan sore ke malam (pukul 21.00), 100% (5perawat) mengatakan

timbang terima telah dilakukan tepat waktu. Timbang terima diikuti

oleh semua perawat dan petugas yang hadir dan 100% perawat

52
mengatakan laporan timbang terima sudah dilakukan dengan

menggunakan metode SBAR.

Menurut Febre, 2020 dalam Manopo , 2012 bahwa timbang terima

pasien termasuk pada sasaran yang kedua yaitu peningkatan komunikasi

yang efektif petugas kesehatan. Sasaran keselamatan pasien meliputi

tercapainya ketepatan identifikasi pasien, peningkatan komunikasi yang

efektif, peningkatan keamana obat yang perlu diwaspadai, kepastian

tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien operasi, pengurangan resiko

infeksi terkait pelayanan kesehatan dan pengurangan resiko pasien jatuh

(Permenkes, 2017). Kerangka komunikasi yamg efektif terkini yang

digunakan dirumah sakit adalah komunikasi SBAR,WHO mewajibkan

kepada rumah sakit untuk menggunakan suatu standar yang strategis

yaitu dengan menggunakan komunikasi SBAR. Komunikasi SBAR

memiliki empat komponen yaitu S (Situation), merupakan suatu

gambaran yang terjadi pada saat itu. B(Background) merupakan suatu

latar belakang situasi yang terjadi. A (Assesment) merupakan suatu

pengkajian terhadap suatu masalah. R (Recommedation) merupakan

salah satu tindakan dimana meminta saran untuk tindakan yang benar

yang seharusnya untuk masalah tersebut (The Join Commission

International, 2017).

Menurut pendapat saya penyampaian dalam timbang terima mencakup

Situation (nama pasien, no. Register pasien, lama hari perawatan

pasien, diagnosa pasien, keluhan utama, dan masalah keperawatan),

Backround (riwayat penyakit dahulu, tindakan yang sudah dilakukan,

53
terapi yang sudah diberikan, hasil laboratoium dan hasil pemeriksaan

penunjang), Assesment (berisi hasil TTV, GCS), Recomendation (berisi

tindakan yang sudah dilakukan dan yang akan dilakukan pemberian

obat), hal ini sudah sesuai dengan teori diatas. Maka dari itu dari hasil

observasi pada tanggal 10 dan 13 desember, 100% perawat mengatakan

timbang terima dibuka oleh Karu, kegiatan timbang terima tidak

dilakukan di nurse station, serta pelaporan dari perawat penanggung

jawab tidak dilanjutkan ke bed pasien guna validasi data. Pelaksanaan

timbang terima di ruang Isolasi A dilakukan secara lisan dan tertulis.

3. Ronde Keperawatan

Menurut hasil wawancara dan angkett anggal 30 November 2020 - 20

Desember 2020 didapatkan bahwa 100% perawat mendukung kegiatan

ronde keperawatan. Ronde keperawatan dilakukan tergantung situasi

masalah keperawatan yang belum terselesaikan dengan berbagai

modifikasi intervensi. Hal ini dilakukan guna menunjang proses

penyembuhan pasien. Berdasarkan wawancara dan angket 100%

perawat mengatakan pelaksanaan ronde keperawatan dilaksanakan

secara rutin di ruang isolasi A dan jarang ditemukannya kasus baru atau

langka yang sebagai salah satu syarat kegiatan ronde keperawatan, 40%

(2 dari 5) perawat mengatakan ronde keperawatan belum bisa berjalan

secara optimal di ruangan.

Menurut Hidayat (2010) pemberi asuhan keperawatan adalah tugas

perawat pelaksana. Hal ini diperkuat dengan penelitian Pratiwi & Utami

(2010) perawat pelaksana bertugas memberikan asuhan keperawatan,

54
membantu penyembuhan, membantu memecahkan masalah pasien

dibawah pengawasan dokter atau kepala ruang. Dalaam undang undang

Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2014 tentang keperawatan adalah

rangkaian interaksi dengan klien dan lingkungan untuk mencapai tujuan

pemenuhan kebutuhan dan kemandirian dalam merawat dirinya

(Pemerintah Republik Indonesia, 2014)

Maka dari itu bisa disimpulkan bahwa peran perawat disini sangat

penting teruatama saat peran timbang terima dimana timbang terima ini

adalah rangkaian untuk memberikan asuhan keperawatan yang

maksimal agar pasien segera pulih. Hal ini menunjukkan bahwa

implikasi terhadap peningkatan kemapuan perawat baik dari aspek

pengetahuan maupun aspek ketrampilan perawat dalam memberikan

asuhan keperawatan sehingga kinerja perawat dalam memberikan

asuhan keperawatan bisa optimal.

4. Supervisi Keperawatan

Berdasarkan hasil pengisian angket oleh perawat pada tanggal 30

November 2020 – 20 Desember 2020 didapatkan data bahwa 100%

perawat mengetahui tentang supervisi, dimana supervisi dilakukan

secara rutin dan terjadwal serta alat instrument untuk melakukan

supervisi telah tersedia. Hasil dari supevisi ini akan disampaikan kepada

perawat yang disupervisi dan ada umpan balik di setiap tindakan

supervisi yang dilakukan oleh perawat.

55
Supervisi sendiri merupakan merencanakan, mengarahkan, mendorong,

memperbaiki, mempercayai, dan mengevaluasi terus menerus pada

setiap perawat dengan sabar, adil, dan bijaksana.

Berdasarkan data diatas didapatkan bahwa 100% persen perawat (5

perawat) mengatakan bahwa senang dengan adanya supervisi karena

dengan adanya supervisi perawat menjadi lebih termotivasi untuk

bekerja menjadi lebih baik.

Discharge planning

Dari hasil wawancara dan observasi yang dilakukan pada tanggal 30

November 2020 – 20 Desember 2020,didapatkan 100% perawat sudah

mengerti tentang discharge planning. Discharge planning merupakan

proses mengidentifikasi kebutuhan pasien dan perencanaanya dituliskan

untuk memfasilitasi keberlanjutan suatu pelayanan kesehatan dari suatu

lingkungan ke lingkungan yang lain.

Discharge planning dilakukan mulai dari pasien masuk RS sampai

pasien akan keluar RS. Teknik discharge planning dilakukan dengan

cara lisan. Format isi perencanaan pulang sudah tercantum dalam rekam

medik dan pemberian health education (HE) dan untuk leaflet/brosur

sudah tersedia tetapi belum lengkap sesuai dengan penyakit pasien.

Pemberian health education meliputi penjelasan penyakit yang diderita

oleh pasien dan cara mengatasi penyakitnya jika kambuh, jadwal

kontrol, aturan diet, obat yang dikonsumsi, perawatan luka apabila

terdapat luka, aktivitas dan istirahat. Kadang kala disertakan pula resep

56
dan lembar pemeriksaan laboratorium untuk perawatan dan kontrol

selanjutnya. Setiap selesai melakukan discharge planning perawat

melakukan pendokumentasian.

Sentralisasi Obat

Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 30 November 2020-20

Desember 2020 di ruang Isolasi A didapatkan data bahwa sudah

dilakukan sentralisasi obat untuk semua pasien dengan menggunakan

program UDD (Unit Day Dispensing), dan dikelola oleh depo farmasi.

Menurut Nursala (2016) Sentralisasi obat sendiri yaitu pengelolaan obat

dimana seluruh obat yang akan diberikan kepada pasien diserahkan

sepenuhnya kepada perawat, pengeluaran dan pembagian obat

sepenuhnya dilakukan oleh perawat.

Berdasarkan teori tersebut hasil angket dan observasi pada tanggal 30

November 2020 – 20 Desember 2020 didapatkan data bahwa 100%

perawat menyatakan model asuhan keperawatan sentralisasi obat sudah

efektif dan efisiensi dilakukan di ruang Isolasi A. Alur sentralisasi obat

dimulai dari resep dokter, perawat memberikan Rekam Pemberian Obat

(RPO) kepada keluarga pasien, keluarga pasien menyerahkan resep dari

dokter ke depo farmasi disertai persyaratan pengambilan obat (RPO).

Depo menyediakan obat sesuai dengan jam konsumsi obat, petugas

depo farmasi menyerahkan obat ke perawat ruangan yang akan

disaksikan oleh perawat dan petugas depo itu sendiri, petugas depo

mencatat jumlah obat yang diberikan ke pasien, penempatan obat untuk

57
disentralisasi telah disediakan tempat khusus sentralisasi dan

dispensing, obat yang telah disentralisasi diberikan etiket dan

dipisahkan untuk masing masing pasien dalam satu almari yang sama,

sebelum memberikan obat kepada pasien perawat mencocokan dengan

menanyakan nama dan nomor rekam medis sesuai dengan dokumentasi

pasien, perawat meminta ijin kepada pasien dan keluarga untuk

memberikan obat tetapi tidak selalu memberikan info mengenai jenis

dan manfaat tobat-obatan.

Penerimaan Pasien Baru

Berdasarkan hasil angket dan observasi didapatkan data bahwa tanggal

30 November 2020 – 20 Desember 2020 di ruang Isolasi A didapatkan

data bahwa alur penerimaan pasien yakni pasien datang dari Poli atau

IRD akan mengurus persetujuan umum saat masuk rumah sakit (MRS)

di sekretariat untuk mendapatkan kartu yang akan ditunjukkan ke

bagian admisi (bagian yang mengurus kamar) lalu akan mendapatkan

kertas rawat inap, kemudian masuk ke ruang Isolasi A, pasien akan

ditempatkan di bed sesuai klasifikasi diagnosa medisnya. Apabila

pasien pindahan dari ruang lain maka konfirmasi ke ruang Isolasi

terlebih dahulu untuk mengklarifikasi adanya tempat kemudian masuk

ke Isolasi A, pasien akan ditempatkan di bed sesuai klasifikasi diagnosa

medisnya. Berdasarkan hasil obervasi pada tanggal 16-18 maret 2019

didapatkan data bahwa penerimaan pasien baru dari IGD ataupun dari

ruangan lain seluruh perawat telah melakukan serah terima dengan

jelas. 50% 1 dari 2 penerimaan pasien baru, perawat memperkenalkan

58
diri, sarana dan prasarana, orientasi ruangan, cuci tangan, tata tertib di

ruang isolasi namun tidak disertai dengan penjelasan tentang manfaat

dan tujuan pemakaian gelang pasien. Perawat menggunakan teknik

lisan saat melakukan peneriman pasien baru dan perawat melakukan

pendokumentasian setelah melakukan peneriman pasien baru.

Menurut Nursalam (2016), penerimaan pasien baru merupakan suatu

prosedur yang dilakukan oleh perawat ketika ada pasien baru datang

kesebuah ruangan rawat inap dalam hal ini disampaikan beberapa hal

mengenai orientasi ruangan, pengenalan tenaga perawat-medis, tata

tertib ruang, dan penyakit. Unsur-unsur penerimaan pasien baru yaitu

perawat harus memperkenalkan diri, memperkenalkan dokter yang

merawat, dan juga memperkenalkan dengan pasien lain sebagai upaya

pendekatan.penjelasan tentang penyakit, program terapi,jadwal

pemeriksaan, tatacara administrasi merupakan mutu merupakan bagian

dari mutu informasi yang disampaikan dan untuk menjaga kualitas

produk dan jasa.

Berdasarkan teori diatas hasil observasi pada tanggal 30 November

2020 – 20 Desember 2020 penerimaan pasien diruang isolasi A sudah

sesuai dengan unsur penerimaan pasien baru. Namun ada unsur yang

belum dilakukan yaitu penjelasan tentang manfaat dan tujuan

pemakaian gelang pasien dan tata cara administrasi. Sehingga perlu di

penuhi lagi unsur penerimaan pasien baru. Tujuan dari pemakaian

gelang pasien sendiri memvalidasi pasien dalam melakukan tindakan

keperawatan agar tepat pasien.

59
Dokumentasi

Sistem pendokumentasian yang berlaku di Isolasi A adalah sistem SOR

(Source Oriented Record) yaitu suatu system pendokumentasian yang

berorientasi dari berbagai sumber tenaga kesehatan, misalnya dari

dokter, perawat, ahli gizi dan lain-lain. Pendokumentasian yang

dilakukan oleh tenaga kesehatan yang ada di ruang Isolasi A yaitu

dengan metode SOAPI. Dokumentasi tersebut dilakukan terkait

komunikasi yang efektif perawat.

Tabel 2.31 Lembar Dokumentasi di Ruang Isolasi A RSUD Dr.

Soetomo Surabaya

KODE URAIAN BAGIAN PETUGAS PENGISI


RM 01 Daftar DPJP, PPJP dan petugas Petugas rekam medis
rekam medic

RM 02 Persetujuan umum saat masuk Pasien/wali


rumah sakit (MRS)

RM 03 Data demografi pasien Petugas admisi


RM 04 Penempelan surat (rujukan, Petugas rekam medis
keterangan dll)
RM 04a Penetapan dokter Keperawatan
penanggungjawab pelayanan
(DPJP) utama
RM 05 Assasment awal keperawatan Keperawatan
dewasa, assasment awal medis (perawat/bidan)/
dewasa dokter
RM 05a Assasment nyeri Dokter
RM 05b Assasment pasien jatuh khusus Perawat
dewasa
RM 05c Rencana perawatan awal Dokter, keperawatan
dan tenaga
kesehatan lain
RM 05d Asesmen awal gizi Dietitien
K

RM 06 Pengkajian kebutuhan Keperawatan

60
informasi, edukasi, privasi
pasien dan keluarga
RM 07 Observasi tanda vital, nyeri skor Keperawatan
0-6 dan keluaran cairan harian
RM 07 K Observasi dan pemberian cairan Dokter/keperawatan
(per jam)
RM 08 Perkembangan terintegrasi Dokter/ keperawatan/
pasien keterapianfisik/
tenagagizi/ apoteker
RM 08a Revisi dan review rencana Dokter/ tim medis
keperawatan dan tim keperawatan
RM 08a Asesmen praoperasi Dokter
K
RM 08 b Transfer antar pelayanan dan Keperawatan dan
K pengalihan DPJP dokter
RM 08d Konsultasi Dokter
K
RM 08e Pernyataan pemberian informasi Dokter/ Perawat
K penundaan pelayanan
RM 08f Pernyataan pemberian informasi Dokter
K tindakan kedokteran
RM 08j Peryataan pemberian informasi Dokter/perawat
K dan persetujuan tindakan sedasi
dan anestesi
RM 08k Penolakan tindakan kedokteran Pasien/wali
K
RM 08p Timbang terima untuk Perawat
K keselamatan pembedahan
RM 08q Daftar tilik pembedahan (time Dokter/perawat
K out) kamar operasi dan kamar kamar operasi dan
tindakan dengan sedasi atau tindakan
narkose
RM 08r Laporan operasi / tindakan Dokter
K medis operator/PPDS/
perawat
RM 08s Anestesi dan sedasi Dokter/perawat
K
RM 09 Daftar pemeriksaan penunjang Case manager/
keperawatan
RM 10 Hasil pemeriksaan penunjang PPDS
RM 11 Rekam pemberian obat Dokter/ perawat/
apoteker
RM 11a Rekonsiliasi terapi dan serah Petugas farmasi
terima obat / alkes dari pasien
RM 12 Resume medis Dokter
RM 13 Check list pulang Keperawatan
RM 13 K Surat rujukan Dokter

61
Dokumentasi proses asuhan keperawatan yang baik dan berkualitas

haruslah akurat, lengkap, dan sesuai standar. Apabila kegiatan

keperawatan tidak didokumentasikan dengan akurat dan lengkap maka

sulit untuk membuktikan bahwa tindakan keperawatan telah dilakukan

dengan benar (Pancaningrum D, 2015).

Berdasarkan teori diatas pendokumentasian di ruang isolasi A RSUD

Dr.Soetomo Surabaya sudah lengkap dan rinci, sesuai dengan teori

Pancaningrum D, 2015.

2.2.4 Pembiayaan (M-4)

Sistem yang digunakan dalam hal keuangan ruangan adalah

sentralisasi rumah sakit. Pengadaan dana bagi ruangan dan

operasional ruangan melalui Irna Palem menuju ke Pelayanan Palem.

Tabel 2.1.1.1 Tabel pembiyaan perawatan yang berlaku di IRNA A

adalah sebagai berikut:

Perawatan Kelas I Kelas II Kelas III


Ruangan Rp. 110.000 Rp. 55.000,- Rp. 45.000,-
Injeksiim/ sc/ iv/ ic Rp. 61.000,- Rp. 53.000,- Rp. 30.000,-
Perawatan dower Rp. --- Rp. 11.000,-
kateter/hari/klien
Vena punksi Rp. 12.000,- Rp. 10.000,-
Pemasangan infuse Rp. 41.000,- Rp. 32.000,- Rp. 28.000,-
Injeksi sitostatistika/hari Rp. --- Rp. 82.000,-
Pelepasan infuse Rp. 12.000,- Rp. 10.000,-
Transfusi albumin Rp. 28.600,- Rp. 11.000,-
Pengambilan sampel Rp. 25.000,- Rp. 28.600,- Rp. 19.000,-
darah
Perawatanluka WSD Rp. 63.000,- Rp. 55.000,- Rp. 48.000,-
Foto thorax Rp. 133.000,-
Perawatan drain Rp. 22.000,- Rp. ---
Mobilisasi log rolling Rp.--- Rp. 15.000,-

62
Perawatan colostomy Rp. 65.000,- Rp. ---
Memandikan klien Rp. --- Rp. 22.000,-
Oral hygiene Rp. --- Rp. 15.600,-
Pemasangan tranfusi: Rp. --- Rp. 10.000,-
Kalsium Rp. 29.000,- Rp. 22.000,-
Komponen darah PRC Rp. --- Rp.195.000,-
UL Rp. --- Rp. 30.000,-
Sedimen urin Rp. --- Rp. 5.000,-
Tindakan patologi klinik :
APT Rp. --- Rp. 40.000,-
APTT Rp. --- Rp. 40.000,-
DL Rp. --- Rp. 40.000,-
SGOT Rp. --- Rp. 18.000,-
SGPT Rp. --- Rp. 18.000,-
Asam urat Rp. --- Rp. 18.000,-
CEA Rp. --- Rp. 92.000,-
BUN Rp. 23.000,- Rp. 18.000,-
K, Na, danCl Rp. 68.000,- Rp. 52.000,-
Albumin Rp. 23.000,- Rp. 18.000,-
Kreatinin Rp. 23.000,- Rp. 18.000,-
GDA Rp. 23.000,- Rp. 18.000,-
DL + PCV + Retic Rp. 68.000,- Rp. ---
Komponen darah B. Cross Rp. --- Rp. 80.000,-
Match
Komponen darah WB Rp. --- Rp.195.000,-
O2 / jam Rp. --- Rp. 12.000,-
Elektroforesis protein Rp. --- Rp.104.000,-
Total protein Rp. --- Rp. 18.000,-
Protein bencejonnes Rp. --- Rp. 9.000,-
Lavement Rp. --- Rp. 37.000,-

Dari hasil wawancara diketahui bahwa setiap bulan perawat dan

kariawan di IRNA A mendapat gaji perbulan, kemudian tunjangan

tindakan keperawatan yang dilakukan perawat didapatkan dengan

pertimbangan berdasarkan total tindakan yang telah dilakukan,

kemudian dibagi secara merata berdasarkan golongan dan lama

63
pengabdian di RS. Dr. Soetomo. Penghitungan total tindakan

didokumentasikan dalam rekam medis klien dan sentralisasi data di

rumah sakit melalui komputer. Selain itu ada income lain selain

gaji pokok untuk meningkat profesionalisme SDM yaitu berupa

remunerasi bagi perawat dan dokter lalu tunjangan kerja untuk

tenaga medis lain.

Sistem manajemen keuangan yang diterapkan di ruangan A adalah

BLU (badan layanan umum) instansi dilingkungan pemerintah

yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat

berupa penyediaan barang/jasa yang diberikan tanpa memperoleh

keuntungan. Tarif pelayanan kesehatan lanjutan yang diterapakan

yaitu Tarif dari rumah sakit. Sistem pembayaran pasien yang

digunakan adalah BPJS dan umum.

Gaji (salary) umumnya berlaku untuk tarif bayaran mingguan,

bulanan, atau tahunan. Insentif (incentive) adalah tambahan

kompensasi di atas atau di luar gaji atau upah yang diberikan

organisasi. Reward merupakan salah sumber power yang

memberikan suatu nilai. Reward dapat mempengaruhi dasar

pengambilan keputusan dalam komponen pengalaman. Kekuasaan

ini timbul pada diri seseorang karena ia memiliki kemampuan

untuk mengendalikan sumber-daya yang dapat mempengaruhi

orang lain, misalnya: ia dapat menaikkan jabatan, memberikan

bonus, menaikkan gaji, atau hal-hal positif lainnya (El-demerdash

& Obied, 2016 dalam Pashar dan Luky, 2020). Pentingnya reward

64
untuk memotivasi karyawan agar bekerja dengan baik sehingga

dapat meningkatkan produktivitas dalam kinerjanya yang

berdampak pada mutu pelayanan (Kanang, 2018).

Pemberian reward ucapan terima kasih dapat memberikan perasaan

senang bagi yang mendapatkannya. Dalam hal ini diberikan kepada

perawat yang memiliki tingkat kesibukan yang tinggi dapat

mengurangi angka kejenuhan bagi perawat. Pekerjaan yang

dimotivasi dengan ucapan terima kasih oleh seorang atasan kepada

bawahan, dapat menjadi sumber inspirasi kedisiplinan waktu untuk

menyelesaikan pekerjaan tersebut.

2.2.5 Mutu Pelayanan Keperawatan (M5-Mutu)

1. Patient safety

Program keselamatan klien (patient safety) adalah suatu usaha

untuk menurunkan angka Kejadian Tidak Diharapkan (KTD)

yang sering terjadi pada klien selama dirawat dirumah sakit

sehingga sangat merugikan baik klien itu sendiri maupun pihak

rumah sakit.

1) Ketepatan identifikasi pasien

Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan mahasiswa

profesi ners STIKES Karya Husada Kediri yang sedang

melakukan praktek manajemen pada tanggal 30 November

sampai 20 Desember 2020 Di ruang Isolasi A, sebanyak 100%

perawat mengidentifikasi sebelum pemberian pengobatan dan

tindakan atau prosedur, menggunakan 2 identitas pasien yaitu

65
menanyakan nama dan rekam medis pada gelang pasien.

Sebanyak 100% (21 pasien) memakai gelang identitas pasien.


Pengetahuan Penggunaan Gelang
76.1% (16 pasien) belum mengetahui fungsi pengunaan gelang

identitas dan 23,9% (5 pasien) mengetahui fungsi dari gelang

identitas. Berdasarkan fakta tersebut bahwa ketepatan

identifikasi pasien sudah tepat hal ini di buktikan dengan teori

berdasarkan (Kemenkes R.I, 2011) ada dua cara untuk

mengidentifikasi seorang pasien, seperti nama pasien, nomor

rekam medis, tanggal lahir, gelang identitas pasien dengan

barcode, dan lain-lain. Nomor kamar pasien atau lokasi tidak

bisa digunakan untuk identifikasi. Menurut Utarini (2011),

keselamatan pasien telah menjadi perhatian serius.

2) Peningkatan komunikasi yang efektif

Komunikasi efektif dalam bidang keperawatan dibutuhkan dan

efektif baik antara sesama petugas kesehatan maupun antara

petugas kesehatan dengan pasien. Berdasarkan hasil

pengkajian yang dilakukan mahasiswa profesi ners STIKES

Karya Husada Kediri yang sedang melakukan praktek

manajemen pada tanggal 30 November sampai 20 Desember

2020 Di ruang Isolasi A pada saat serah terima pasien

menggunakan metode SBAR, dan pada saat melakukan

konsultasi via telepon dengan dokter menggunakan metode

TBAK (Tulis Baca Konfirmasi). Berdasarkan fakta tersebut

bahwa komunikasi pada ruang Isolasi kurang efektif karena

66
tidak adanya komunikasi tatap muka hal ini di buktikan dengan

teori yang ada yakni faktor yang perlu diperhatikan untuk

mengupayakan proses komunikasi yang efektif, yaitu antara

lain: Sensitifitas kepada penerima komunikasi, kesadaran dan

pengertian terhadap makna simbolis, penentuan waktu yang

tepat dan umpan balik , komunikasi tatap muka.

(Anggorowati, et al, 2017 ) Komunikasi merupakan unsur yang

penting dalam perubahan.sistem komunikasi yang jelas ,

singkat, dan berkesinambungan ( Nursalam, 2015). Akan tetapi

penggunaan metode SBAR sudah tepat dengan dibuktikan oleh

teori Catherine (2011) SBAR telah menjadi standar untuk

berkomunikasi dalam situasi perawatan pasien. SBAR efektif

dalam menjembatani perbedaan dalam gaya komunikasi dan

membantu untuk mendapatkan persamaan persepsi antar tim

medis.

3) Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai

Dari hasil pengkajian yang dilakukan mahasiswa pendidikan

profesi ners STIKES Karya Husada Kediri yang sedang

melakukan praktek manajemen, pada tanggal 30 November

sampai 20 Desember 2020 Di ruang Isolasi A petugas farmasi

mengelola obat dengan cara pemberian UDD (Unit Dose

Dispensing) yang disimpan di loker obat, sedangkan untuk

menyimpan obat-obat yang perlu diwaspadai disimpan di

kotak obat khusus yang sudah diberi label obat seperti obat

67
yang namanya, kemasannya dan pelabelannya, atau

penggunaan klinisnya mirip dan atau terdengar sama (LASA)

dan high alert.

Sedangkan untuk pemberian obat kepada pasien, perawat

sudah menerapkan sistem 5T yaitu tepat pasien, tepat obat,

tepat dosis, tepat waktu frekuensi pemberian, tepat cara

pemberian dan 7B benar pasien, benar obat, benar dosis, benar

waktu, dan frekuensi pemberian, benar cara dan rute

pemberian, benar dokumentasi, benar informasi

4) Kepastian tepat- lokasi, tepat-prosedur, dan tepat pasien-operasi

Dari hasil pengkajian yang dilakukan mahasiswa pendidikan

profesi ners STIKES Karya Husada Kediri yang sedang melakukan

praktek manajemen, pada tanggal 30 November sampai 20

Desember 2020 Di ruang Isolasi A sudah diberikan suatu tanda

(marker) yang segera dikenali untuk identifikasi lokasi operasi dan

melibatkan pasien dalam proses penandaan/pemberian tanda pada

lembar operasi didalam rekam medis pasien. Semua sudah

dilakukan suatu check list atau proses lain untuk melakukan

verifikasi pra [operasi, tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien dan

semua dokumen serta peralatan yang diperlukan tersedia,

tepat/benar dan fungsional. Sudah dilakukan pendokumentasikan

prosedur sign in (sebelum induksi) “sebelum insisi/time out” tepat

sebelum dimulainya suatu prosedur/tindakan pembedahan dan sign

68
out (sebelum meninggalkan kamar operasi). Berdasarkan fakta

tersebut bahwa kepastian tepat lokasi, prosedur dan tepat pasien

pada ruang Isolasi ini bukanlah wewenang dari perawat dibuktikan

dengan penandaan lokasi operasi bukan merupakan kewenangan

perawat, melainkan kewenangan dokter operator, sehingga peran

mereka dalam memastikan benar letak adalah mengingatkan dokter

untuk melakukan penandaan dan menyediakan peralatannya seperti

spidol. John R Clark (2012) yang menyatakan bahwa salah satu

hambatan dalam melakukan penandaan lokasi operasi adalah

physician’s behavior.

5) Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan

a) Dari data hasil observasi pada tanggal 30 November sampai 20

Desember 2020 Di ruang Isolasi A sudah mengadopsi dan

menerapkan 5 moment cuci tangan. Sebanyak 100 % perawat

mematuhi lima momen cuci tangan .

b) Dari data hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 30

November sampai 20 Desember 2020 Di ruang Isolasi A,

sebanyak 37.5% (3 perawat) kurang mematuhi alur masuk

ruang perawatan pasien dan sebanyak 87.5% (7 perawat) sudah

mematuhi alur masuk ruang perawatan

c) Dari data hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 30

November sampai 20 Desember 2020 Di ruang Isolasi A,

sebanyak 100% (21 pasien) tidak menggunakan masker N95

Sebagai pencegahan penyebaran infeksi terhadap orang lain.

69
d) Dari hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 30 November

sampai 20 Desember 2020 Di ruang Isolasi A dalam

pembatasan jumlah pengunjung kurang dipatuhi oleh keluarga

pasien karena kurangnya mematuhi peraturan yang sudah di

tentukan oleh ruangan.

e) Dari hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 30 November

sampai 20 Desember 2020 Di ruang Isolasi A, berdasarkan

efisiensi jarak bed antar pasien kurang memenuhi standar

KEMENKES RI yaitu berjarak 1 meter, sedangkan di ruang

isolasi A berdasarkan observasi yang dilakukan jarak bed antar

pasien kurang 1 meter.

Dari hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 30 November

sampai 20 Desember 2020 Di ruang Isolasi A tidak terdapat

kantong khusus pembuangan sputum di setiap bed pasien.

Berdasarkan fakta yang ada diatas bahwa perawat yang ada

dalam ruang Isolasi A kurang memperhatikan mengenai resiko

infeksi hal ini dibuktikan dengan tidak adanya kantong kusus

untuk sputum serta tidak memperhatikannya alur masuk serta

jumlah pengunjung. Mariyanti et, al 2015 mengemukakan

bahwa perawat yang memiliki pendidikan tinggi sebaiknya

memiliki wawasan yang luas serta pengetauan dan

menyampaikan terhadap pasien serta keluarga.

6) Pengurangan resiko bahaya pasien jatuh

70
Dari hasil pengkajian yang dilakukan mahasiswa pendidikan

profesi ners STIKES Karya Husada Kediri yang sedang melakukan

praktek manajemen, pada tanggal 30 November sampai 20

Desember 2020 Di ruang Isolasi A , sudah menerapkan proses

assesment awal resiko pasien jatuh dan melakukan pengkajian

ulang terhadap pasien bila diindikasikan terjadi perubahan kondisi

atau pengobatan.

100% perawat menerapkan Langkah – langkah untuk mengurangi

resiko jatuh bagi pasien yang beresiko tinggi jatuh, dengan cara

memberikan stiker fall risk digelang identitas pasien tetapi belum

diberikan tanda segitiga penanda fall risk pada lingkungan bed

pasien.

Dari hasil observasi didapatkan 38% (8 pasien) beresiko tinggi

jatuh, 33.3% (7 pasien) beresiko rendah jatuh, dan 28.6% (6

pasien) tidak beresiko jatuh.


Resiko Jatuh

Berdasarkan fakta yang ada pada ruang isolasi A bahwa dalam

penanganan resiko jatuh pada pasien sudah baik hal ini di buktikan

dengan fall prevention strategy yang menyebutkan cara untuk

mencegah risiko jatuh adalah dengan memberikan penanda pada

71
pasien, melakukan standar intervensi pada risiko jatuh, serta

mengedukasi pasien dan keluarga. (Krista, 2011).

2. Penghitungan indikator mutu pelayanan keperawatan di ruang

rawat inap berdasarkan hasil observasi

Indikator peningkatan mutu pelayanan dapat dilihat dari jumlah angka

kejadian flebitis, angka kejadian dekubitus, angka kejadian pasien

jatuh, angka kesalahan pemberian obat, tingkat kepuasan pasien

terhadap pelayanan keperawatan, dan angka kesalahan pengambilan

darah. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi, dari indikator mutu

pelayanan keperawatan klinik yang dilakukan pada tanggal 30

November sampai 20 Desember 2020 terhadap 21 pasien di ruang A

RSUD dr. Sutomo Surabaya didapatkan hasil :

1) Angka kejadian flebitis

Dari data hasil pengkajian pada tanggal 30 November sampai 20

Desember 2020 Di ruang Isolasi A, pasien yang terpasang

intravena line sebanyak 21 pasien. Didapatkan 4.8% (1 pasien)

mengalami flebitis dan 95.2% (20 pasien) tidak mengalami flebitis.

Berdasarkan fakta tersebut perawat dalam ruang isolasi A sangat

memperhatikan dalam pemasangan infus, dan hal ini sangat baik

dikarenakan jika terjadi flebitis maka akan adanya resiko terjadi

infeksi menurut (Darmadi,2008) mengemukakan bahwa daerah

insersi pada pemasangan infus merupakan jalan masuk kuman yang

potensial ke dalam tubuh, dengan dressing tiap 24 jam dapat

memutus perkembangbiakan daripada kuman.

72
Angka Kejadian Flebitis

2) Angka kejadian Dekubitus

Dekubitus dapat terjadi pada semua kelompok usia, tetapi akan

menjadi masalah yang khusus bila terjadi pada seorang lanjut usia

(lansia). Kekhususannya terletak pada insiden kejadiannya yang

erat kaitannya dengan imobilisasi (Martono, 2014)

Menurut Zelika (2010) akibat yang ditimbulkan antara lain infeksi

saluran kemih, sembelit, infeksi paru, gangguan aliran darah,

dekubitus, atropi otot, dan kekakuan sendi. Masalahtersebut dapat

berakibat serius bagi lansia, bahkan dapat berakhir dengan

kematian.

Dari data hasil observasi pada tanggal 30 November sampai 20

Desember 2020 Di ruang Isolasi A, didapatkan bahwa 4.8% (1

pasien) mengalami luka dikubitus dan 95.2% (20 pasien) tidak

mengalami luka dekubitus selama dilakukan perawatan. Sedangkan

untuk catatan data dari ruangan, ruang Isolasi A belum memiliki

kelengkapan atau catatan

khusus terkait dengan kejadian dekubitus pada pasien di ruangan.

4.8%

73

95.2%
Berdasarkan fakta tersebut bahwa ruang isolasi A melakukan

perawatan dengan baik yang di buktika dengan rendahnya angka

kejadian decubitus akan tetapi ada beberapa kekurangan yakni

tidak adanya catatan mengeni kasus kejadian decubitus Menurut

Suheri (2009), luka dekubitus akan muncul pada hari ke lima

setelah imobilisasi. Bahkan menurut penelitian Sabandar (2008)

tanda-tanda dimulainya luka dekubitus sudah akan muncul setelah

6 jam imobilisasi. Oleh karena itu maka sebaiknya perawat yang

ada di ruang Isolasi memiliki catatan diruangan untuk

mengantisipasi angka kejadian decubitus.

3. Tingkat Kejadian Nyeri Pada Pasien Kelolaan di Ruang A

Berdasarkan pada diagram di bawah dapat diketahui bahwa dari 21

pasien yang dirawat di ruang Isolasi A pada tanggal 30 November

sampai 20 Desember 2020, sebesar 38% (8 pasien) memiliki keluhan

nyeri ringan (skala nyeri 1-3) disebabkan karena pemasangan dower

cateter, 42.8% (9 pasien memiliki keluhan nyeri sedang ( skala nyeri 4-

6) disebabkan karena proses penyakit dan sebesar 29% (4 pasien)

memiliki keluhan nyeri berat (skala 7-10) disebabkan karena luka

pemasangan WSC.

74
Berdasarkan fakta tersebut maka perawat perlu melakukan pendekatan

penatalaksanaan nyeri secara sistematis sehingga dapat memahami

nyeri yang dirasakan dan dapat memberikan terapi yang sesuai. Potter

& Perry (2012) menyatakan bahwa pengelolaan nyeri pada pasien di

rumah sakit diberikan dalam bentuk proses manajemen nyeri yang

komperehensif. Berdasarkan Agung (2013) menyatakan bahwa

kepuasan pasien banyak dipengaruhi secara langsung oleh mutu

pelayanan yang diberikan rumah sakit terutama yang berhubungan

dengan fasilitas rumah sakit, proses pelayanan dan prosedur serta sikap

yang diberikan oleh pemberi pelayanan kesehatan di rumah sakit.

Tingkat Kejadian Nyeri

1) Angka kesalahan pemberian obat

hasil pengkajian yang dilakukan mahasiswa pendidikan profesi ners

STIKES Karya Husada Kediri yang sedang melakukan praktek

manajemen, pada tanggal 30 November sampai 20 Desember 2020

Di ruang Isolasi A, tidak didapatkan kejadian kesalahan pemberian

obat yang meliputi tidak tepat obat, tidak tepat cara pemberian, tidak

tepat dosis, tidak tepat pasien, tidak tepat waktu pemberian dan tidak

tepat kadaluarsa, tidak tepat dokumentasi, dan tidak waspada efek

samping saat diberikan ke pasien pernah terjadi kesalahan.

Sedangkan untuk catatan data dari ruangan, ruangan bedah dahlia

belum memiliki kelengkapan atau catatan khusus terkait dengan

kesalahan pemberian obat pada pasien di ruangan.

75
2) Tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan

Pelaksanaan evaluasi kami lakukan dengan mempersiapkan

kuesioner yang berisi 20 pertanyaan berbentuk pilihan. Hasil

pengkajian kepuasan pasien terhadap pelayanan perawat yang kami

dapatkan, sejumlah 21 responden yang dilakukan pada tanggal 30

November sampai 20 Desember 2020 menunjukkan :

Bahwa sebanyak 81% (17 pasien) menyatakan puas pada pelayanan

perawat tentang orientasi di ruangan dan sebanyak 19% (4 pasien)

menyatakan ketidakpuasan pada pelayanan perawat tentang orientasi

ruangan di ruang A Di RSUD Dr. Sutomo, dimana pasien yang

sedang dirawat di ruangan tersebut tidak puas dikarenakan kurang

terpapar informasi dari perawat mengenai orientasi di ruang A ini.

Berdasarkan fakta bahwa kepuasan dalam ruang isolasi ini

dikarenakan kurangnya informasi dari perawat oleh karena itu pasien

mengalami ketidakpuasan maka perawat pada ruang isolasi ini

seharunya memberikan informasi dengan baik agar smua pasien

mengalami atau mendapat hak selama ada di rumah sakit tersebut,

kepuasan pasien di dalam rumah sakit sangatlah penting hal ini

dikemukakan menurut (Pohan, 2007) Kepuasan pasien adalah

keluaran (outcome) layanan kesehatan. Dengan demikian, kepuasan

pasien merupakan salah satu tujuan dari peningkatan mutu layanan

kesehatan. Hal ini berarti kepuasan pasien diperoleh setelah pasien

menerima pelayanan kesehatan dari rumah sakit tempat mereka

76
dirawat dan dibandingkan dengan pelayanan kesehatan yang mereka

harapkan.
Kepuasan Pada Prosedur
Tindakan

8% 61%
3) Tingkat Kecemasan Pasien

Berdasarkan pada kuesioner diatas dapat diketahui bahwa dari 21

pasien dirawat di31%


ruang Ruang A RSUD Dr. Soetomo Surabaya pada

tanggal 30 November sampai 20 Desember 2020 didapatkan tingkat

kecemasan sebagai berikut:

Kategori pasien yang mengalami cemas ringan sebanyak sebesar

38% (8 pasien) dan 48% (10 pasien) mengalami cemas sedang, dan

sebanyak 14.3% (3 pasien) tidak mengalami cemas.

Berdasarkan fakta tersebut maka perawat dalam ruang isolasi kurang

menerapkanya caring terhadap pasien, oleh karna itu diarap bahwa

perawat pada ruangan mampu melakukan caring. Berdasarkan

Smeltzer and Bare (2000 dalam Arbani, 2015), penatalaksanaan

kecemasan ialah psikoterapi, farmakoterapi, dan pendekatan suportif

yang berkaitan dengan perilaku caring perawat. Caring bukan

merupakan perlakuan khusus yang diberikan kepada klien, namun

caring mewakili semua faktor yang digunakan perawat untuk

memberikan pelayanan kepada klien (Potter & Perry, 2009).

Tingkat Kecemasan Pasien

14,3% 38%

77 48%
4) Angka kejadian ISK

hasil pengkajian yang dilakukan mahasiswa pendidikan profesi ners

STIKES Karya Husada Kediri yang sedang melakukan praktek

manajemen, pada tanggal 30 november – 20 desember 2020

didapatkan tidak ada yang mengalami ISK akibat kelalaian dan

ketidakdisiplinan perawat untuk membersihkan dan mengganti

selang kateter selama dilakukan perawatan oleh perawat ruangan.

Akan tetapi, untuk catatan data dari ruangan, ruangan A belum

memiliki kelengkapan atau catatan khusus terkait dengan kejadian

infeksi saluran kemih pada pasien di ruangan.

Berdasarkan fakta tersebut maka seharusnya ruang A memiliki

catatan mengenai kejadian infeksi saluran kemih untuk memudahkan

dalam memberikan data ataupun laporan.

2.3 Identifikasi Analisa SWOT Dan Diagram Layang

2.3.1 Analisis SWOT

No Analisis SWOT Bobot Rating Bobot X Jumlah


Rating
1. M-1 MAN
a. Internal Faktor
STRENGTH 0,2 4 0,8 S-W=
1. Adanya kesempatan untuk 3,5-2 =
meningkatkan kemampuan kerja 1,5
melalui pelatihan dan pendidikan
tambahan

78
2. Adanya pemberian beasiswa atau 0,1 2 0,4
pelatihan pendidikan keperawatan
3. Sudah diterapkannya Model Asuhan 0,1 3 0,3
Keperawatan Modular
4. Telah ada perawat dengan 0,2 3 0,8
pendidikan tinggi. Jenis ketenagaan:
- 6 orang berpendidikan S1
- 10 orang berpendidikan DIII
5. Masa kerja >15 tahun sebanyak 4 0,2 3 0,6
orang, 5 – 15 tahun sebanyak 8
orang, < 5 tahun sebanyak 4 orang
6. Adanya hubungan dan kerja sama 0,1 4 0,3
antar perawat yang baik
7. Adanya dukungan dari ruangan untuk 0,1 3 0,3
diadakan manajemen dasar tentang
MAKP di ruang A

1 3,5
Total:
WEAKNESS
1. Jumlah perawat pada jadwal dinas 0,5 2 1
sore & malam kurang sesuai dengan
rumus kebutuhan jumlah perawat
yang disesuaikan dengan kebutuhan
pasien.
2. Jenjang pendidikan dengan jabatan 0,5 2 1
belum sesuai dengan Model Asuhan
Keperawatan Profesional

1 2
Total:
b. Eksternal Factor
OPPORTUNITY 0,2 3 0,6 O-T=
1. Adanya program pelatihan / seminar 3,4-3=
khusus tentang manajemen 0,4
keperawatan 0,2 2 0,4
2. Adanya perawat yang melanjutkan
pendidikan ke jenjang yang lebih
tinggi 0,1 3 0,3
3. Adanya kerjasama yang baik antar
mahasiswa Keperawatan dengan
perawat klinik 0,1 3 0,3
4. Adanya mahasiswa Keperawatan
yang praktek manajemen 0,1 4 0,4
5. Sebanyak 93,5% pasien di ruang A
dengan tingkat ketergantungan
minimal pada bulan Maret
6. Adanya kebijakan pemerintah 0,1 2 0,2

79
tentang profesionalisasi perawat
7. Adanya progran akreditasi RS dari 0,2 4 0,8
pemerintah, dimana MAKP
merupakan salah satu penilaian

1 3
Total:
THREATENED
1. Adanya tuntutan tinggi dari 0,3 4 1,2
masyarakat untuk pelayanan yang
lebih profesional
2. Makin tingginya kesadaran 0,2 3 0,6
masyarakat akan hukum
3. Makin tinggi kesadaran masyarakat 0,1 2 0,2
akan pentingnya kesehatan
0,2 3 0,6
4. Persaingan dengan masuknya
perawat asing 0,2 3 0,6
5. Persaingan antar RS yang semakin
kuat
1 3,2
Total:
2. M-2 (MATERIAL)
a. Internal factor (IFAS)
STRENGTH 0,2 3 0,6 S-W=
1. Mempunyai sarana dan prasarana 3-1,8=
untuk pasien dan tenaga kesehatan 1,2
yang mencukupi 0,2 4 0,8
2. RS pemerintah tipe A sekaligus
sebagai RS pendidikan dan rujukan 0,2 4 0,8
3. Tersedianaya Nurse station diruang
isolasi A 0,2 2 0,4
4. Adanya program kalibrasi dan
pendataan secara rutin untuk alat-
alat kesehatan setiap tahun 0,2 2 0,4
5. Terdapat wastafel disetiap pintu
keluar
1 3
Total:
WEAKNESS
1. Pendataan alat- alat setiap tahunnya 0,2 1 0,2
masih lambat (tahun 2018 masih
satu alat yang dilakukan pendataan)
2. Sebagian ruangan masih direnovasi 0,1 2 0,2
sehingga tidak dapat menampung
pasien baru.
3. Terdapat satu wastafel diluar pintu 0,2 2 0,4

80
keluar ruang pasien yang rusak
(wastafel tersumbat)
4. Terdapat 1 oksigen sentral yang 0,2 2 0,4
bocor diruang pasien
5. Penempatan alur discharge planing 0,2 2 0,4
yang masih berada diruang alat
6. Penempatan timbangan BB + TB 0,1 2 0,2
yang berada di nurse station dan
dibelakang pintu keluar ruang
pasien yang tidak digunakan
1 1,8
Total:
b. Ekstarnal factor (EFAS)
OPPORTUNITY 0,4 2 0,8 O-T=
1. Adanya penambahan peralatan 2,4-1,4=
sesuai dengan kebutuhan ruangan 1
terhadap pihak pengadaan barang
RS
2. Adanya kesempatan untuk menata 0,4 3 1,2
tempat penyimpanan obat-obat
diruangan yang aman
3. Adanya kesempatan untuk
penggantian alat-alat yang sudah 0,2 2 0,4
tidak layak pakai
1 2,4
Total:

THREATENED
1. Pasien dan keluarga semakin 0,6 2 0,8
mengerti akan tuntutan kebutuhan
perawatan yang maksimal
2. Makin tinggi kesadaran masyarakat 0,5 3 0,6
akan pentingnya kesehatan

1 1,4
Total:
3. M-3 (METHODE)
MAKP
a. Internal factor
STRENGTH 0,2 3 0,6 S-W=
1. RS memiliki visi, misi dan motto 2,4 -1,0=
sebagai acuan melaksanakan 1,4
kegiatan pelayanan 0,2 2 0,4
2. Sudah ada model MAKP yang
digunakanyaitu moduler 0,1 2 0,2
3. Mempunyai Standar Asuhan
Keperawatan yang terintegrasi 0,1 2 0,2

81
4. Mempunyai SOP setiap tindakan 0,1 3 0,3
5. Kepala ruang mendukung semua
kegiatan keperawatan 0,1 2 0,2
6. Pembagian tugas antara PP dan PA
sudah jelas 0,1 2 0,2
7. Terlaksananya komunikasi yang
adekuat antara perawat dan tim
kesehatan yang lain 0,1 3 0,3
8. Ketenagaan keperawatan sudah
memenuhi syarat untuk MAKP (S1-
Keperawatan 6 orang)
1 2,4
Total:
WEAKNESS
1. Perawat belum semuanya 1 1 1
memahami model asuhan
keperawatan yang digunakan saat
diruangan

Total: 1 1,0
b. Eksternal factor
OPPORTUNITY 0,3 3 0,9 O-T=
1. Adanya mahasiswa S1 Keperawatan 2,7-
Praktik Manajemen Keperawatan 0,1 2 0,2 2,50=
2. Adanya mahasiswa keperawatan 0,2
yang praktik klinik di ruang Isolasi 0,2 3 0,6
A
3. Ada kerjasama antara mahasiswa 0,2 2 0,4
keperawatan dengan perawat
ruangan 0,2 3 0,6
4. Ada kerjasama antara Institusi
Kesehatan dengan Rumah sakit
5. Adanya kebijakan RS tentang
pelaksanaan MAKP
1 2,7
Total:

THREATENED
1. Persaingan antara RS yang semakin 0,2 3 0,6
ketat
2. Adanya tuntutan masyarakat yang 0,30 3 0,9
semakin tinggi terhadap
peningkatan pelayanan keperawatan
yang lebih profesional
3. Makin tinggi kesadaran masyarakat 0,10 2 0,2

82
tentang hukum
4. Makin tinggi kesadaran masyarakat 0,2 2 0,4
akan pentingnya kesehatan
5. Persaingan dengan masuknya 0,2 2 0,4
perawat asing

1 2,50
Total:
RONDE KEPERAWATAN
1. Internal factor
STRENGTH 0,5 3 1,5
1. Perawat sudah mengetahui syarat- S-W=
syarat kegiatan ronde keperawatan 0,2 2 0,4 2,3-2,0=
2. Ronde keperawatan pernah 0,3
dilaksanakan secara informal namun
lebih sering dilakukan diskusi
tentang pasien dengan kasus yang
lama progress kesembuhannya. 0,3 3 0,9
3. Sebagian besar perawat diruangi
solasi A mengerti alur ronde
keperawatan.
1 2,3
Total:
WEAKNESS
1. Pasien yang dirawat di isolasi A 0,6 2 1,2
merupakan kasus TB paru yang
memerlukan perawatan dengan
jangka waktu yang lama.
2. Jarang ditemukannya kasus baru 0,4 2 0,8
atau langka sebagai syarat
dilakukannya Ronde Keperawatan
Total: 1 2,0
a. Ekstarnal factor
OPPORTUNITY 0,3 2 0,6 O-T=
1. Adanya pelatihan dan seminar 2,4-2=
tentang managemen keperawatan 0,4 3 1,2 0,4
2. Adanya kesempatan dari Karu untuk
mengadakan ronde keperawatan
pada perawat dan mahasiswa
STIKES yang praktekmanajemen 0,3 2 0,6
3. Adanya kesempatan untuk
melanjutkan jenjang pendidikan
keperawatan lebih tinggi
1 2,4
Total:

THREATENED

83
1. Adanya tuntutan yang lebih tinggi 0,5 2 1
dari masyarakat untuk mendapatkan
pelayanan yang lebih professional
2. Persaingan antar ruang semakin kuat 0,5 2 1
dalam pemberian pelayanan

Total:
1 2
TIMBANG TERIMA
a. Internal Factor
STRENGTH
1. Pada ruang isolasi A sudah 0,1 2 0,2 S-W=
melakukan timbang terima 2,2-2,5=
2. Perawat mampu melakukan timbang 0,2 2 0,4 -0,3
terima sesuai alur
3. Kepala ruang memimpin kegiatan 0,2 2 0,4
timbang terima secara optimal
4. Saat timbang terima komunikasi 0,2 2 0,4
antar perawat menggunakan SBAR
5. Timbang terima dihadiri seluruh 0,2 3 0,6
perawat dari kedua shift
6. Timbang terima dilakukan langsung 0.1 2 0,2
menggunakan rekam medis

Total: 1 2,2
WEAKNESS
1. Timbang terima tidak dilakukan di 0,5 2 1,0
nurse stasion sehingga pelaksanaan
nya belum optimal
2. Proses timbang terima tidak
dilanjutkan ke bed pasien guna 0,5 3 1,5
validasi data.
1 2.5
Total:
b. Eksternal Factor
OPPORTUNITY 0,2 2 0,4 O-T=
1. Adanya mahasiswa praktek 3,1-3=
keperawatan manajemen keperawatan 0,3 4 1,2 0,1
2. Adanya kerjasama yang baik antara
mahasiswa keperawatan yang praktek
dengan perawat ruangan 0,2 3 0,6
3. Adanya kebijakan pada kepala
ruangan Isolasi Palem 1 tentang 0,3 3 0,9
timbang terima
4. Adanya kemauan perawat untuk
melakukan timbang terima 1 3,1

84
Total:
TREATHENED
1. Tingginya tuntutan dari masyarakat 0,5 3 1,5
untuk mendapatkan pelayanan
keperawatan yang profesional
2. Meningkatnya kesadaran masyarakat 0,5 3 1,5
tentang tanggung jawab dan
tanggung gugat perawat sebagai
pemberi asuhan keperawatan
1 3
Total:
DOKUMENTASI KEPERAWATAN
a. Internal Factor
STRENGTH 0,2 4 0,8 S-W=
1. Sudah ada sistem pendokumentasian 3-2=
SOR 0,2 2 0,4 1
2. Terdapat format pengkajian
persistem 0,1 3 0,3
3. Karu mendukung semua kegiatan
keperawatan 0,2 2 0,4
4. Pendokumentasian pada rekam
medik keseluruhan sudah diisi 0,2 4 0,8
5. Adanya kesadaran perawat tentang
tangung jawab dan tangung gugat. 0,1 3 0,3
6. Adanya penanggung jawab yang
melakukan crosscheck
pendokumentasian
1 3,6
Total:
WEAKNESS
1. Dokumentasi pada rekammedik 1 2 2
kadang-kadang dilengkapi saat
pasien akan pulang atau saat
keadaan ruangan memungkinkan

Total : 1 2
b. Eksternal factor
OPPORTUNITY 0,4 2 0,8 O-T=
1. Adanya mahasiswa keperawatan 2,8-2,4=
yang praktek managemen 0,4
keperawatan di ruang Isolasi Palem
1 0,3 3 0,9
2. Kerjasama yang baik antara perawat
dan mahasiswa praktik 0,3 3 0,9
3. Perawat terlibat dalam setiap
tindakan

85
1 2,8
Total:

THREATENED
1. Dokumentasi sebagai dasar 0,3 2 0,6
tanggung jawab dan tanggung gugat
2. Akreditasi RS tentang sistem 0,3 2 0,6
pendokumentasian
3. Semakin tingginya kesadaran
masyarakat terhadap hukum dan 0,4 3 1,2
kesehatan

1 2,4
Total:

DISCHARGE PLANNING
a. Internal Factor
STRENGHT
1. Perawat mampu melakukan 0,1 3 0,3 S-W=
Discharge planning 2-1=
2. Perawat bersedia melakukan HE 0,1 3 0,3 1
mengenai Discharge planning dari
pasien masuk rumah sakit dan keluar
rumah sakit
3. Tersedianya format Discharge 0,1 2 0,2
planning keperawatan
4. Perawat menggunakan bahasa yang 0,2 2 0,4
dimengerti oleh pasien saat
melakukan Discharge planning
5. Adanya pemahaman tentang 0,1 2 0,2
Discharge planning oleh perawat
6. Adanya pendokumentasian setiap 0.2 1 0,2
selesai melakukan Discharge
planning 0,2 2 0,4
7. Adanya kartu kontrol berobat

Total: 1 2
WEAKNESS
1. Sebagian perawat belum 1 1 1
menggunakan leaflet/brosur pada
saat pemberian Health Education
(HE) untuk Discharge Planning

1 1 1
Total:
b. Ekternal Factor
OPPORTUNITY
1. Adanya mahasiswa keperawatan 0,4 3 1,2 O-T=
yang melakukan praktik manajemen 3,2-2,6=

86
keperawatan 0,6
2. Adanya kerjasama yang baik antara 0,2 4 0,8
mahasiswa keperawatan dengan
perawat klinik
3. Adanya kemauan pasien/keluarga 0,2 2 0,4
mengikuti anjuran perawat
4. Adanya kerjasama antara perawat 0,2 4 0,8
dengan Tim kesehatan lain

Total: 1 3,2

TREATHENED
1. Makin tingginya kesadaran 0,4 3 1,2
masyarakat akan pentingnya
kesehatan
2. Makin tingginya tuntutan masyarakat 0,4 2 0,8
akan tanggung jawab dan tanggung
gugat terhdap tenaga kesehatan
3. Persaingan antar Rumah Sakit yang 0,2 3 0,6
semakin ketat
1 2,6
Total:
SUPERVISI
Internal Factor
STRENGTH
1. RSUD Dr. Soetomo merupakan RS 0,2 3 0,6
pendidikan tipeA yang menjadi RS
rujukan nasional dengan akreditasi S-W=
JCI. 2,2-2,0=
2. Adanya hubungan kerjasama antara 0,3 2 0,6 0,2
kepala ruangan dengan staf
3. Adanya kemauan perawat untuk 0,2 2 0,4
memperbaiki kemampuannya dalam
tindakan keperawatan
4. Kepala ruang mendukung 0,1 2 0,2
dilaksanakannya supervisi
5. Sudah dilaksanakan observasi 0,1 3 0,3
sewaktu-waktu oleh kepala ruangan
maupun dari bidang keperawatan
6. Supervisi telah dilaksanakan tetapi 0,1 1 0,1
dengan cara rutin

Total 1 2,2
WEAKNESS
1. Supervisi belum dilaksanakan 0,3 2 0,6
secara terjadwal
2. Dokumentasi supervisi kurang 0,3 2 0,6
optimal

87
3. Pada ruang Isolasi A belum 0,4 2 0,8
memiliki format penilaian supervisi

Total: 1 2,0

a. Eksternal Factor

OPPORTUNITY
1. Adanya mahasiswa keperawatan 0,3 2 0,6 O-T=
yang praktik manajemen 2,4-2=
keperawatan. 0,4
2. Adanya kegiatan supervisi secara 0,4 3 1,2
umum yang diadakan oleh bidang
keperawatan.
3. Adanya kerjasama yang baik antara
institusi keperawatan dengan bidang 0,3 2 0,6
keperawatan.
Total: 1 2,4

THREATENED
1. Adanya tuntutan yang lebih tinggi
dari masyarakat untuk mendapatkan 0,5 2 1
pelayanan yang lebih professional.
2. Adanya persaingan dengan
masuknya perawat asing. 0,4 2 0,8
3. Tuntutan pasien sebagai konsumen
untuk mendapatnkan pelayaman 0 2 0.2
yang profesional

Total:
1 2
SENTRALISASI OBAT
a. Internal Factor
STRENGTH
1. Tersedianya sarana dan prasarana 0,2 3 0,6 S-W=
untuk pengelolaan sentralisasi obat 2,2-1=
2. Perawat mengetahui tentang 0,1 2 0,2 1,2
sentralisasi obat
3. Sudah dilaksanakan kegiatan 0,1 2 0,2
sentralisasi obat dengan program
UDD oleh perawat berkolaborasi
dengan depo farmasi
4. Proses penerimaan obat dari pasien/ 0,1 2 0,2
keluarga pasien sudah sesuai dengan
alur serah terima obat
5. Pada Ruang Isolasi A terdapat 0,1 2 0,2
ruangan khusus untuk sentralisasi
obat

88
6. Ada etiket dan alamat setiap 0,2 2 0,4
pemberian obat – obatan pada
pasien
7. Adanya depo farmasi di Ruang 0,1 2 0.2
Isolasi A
8. Adanya pendokumentasian disetiap 0,1 2 0.2
status pasien
Total: 1 2,2
WEAKNESS
1. Tidak adanya pendokumentasian 1 1 1
untuk cairan infus

Total: 1 1

b. Ekternal Factor
OPPORTUNITY
1. Adanya mahasiswa keperawatan 0,4 1 0,4 O-T=
yang praktek managemen 2,2-2=
keperawatan 0,2
2. Kerjasama yang baik antara perawat 0,6 3 1,8
dan farmasi

Total: 1 2,2
TREATHENED
1. Adanya tuntutan pasien untuk 0,5 2 1
mendapatkan pelayanan yang
profesional
2. Makin tingginya tuntutan 0,5 2 1
masyarakat akan tanggung jawab
dan tanggung gugat terhadap tenaga
keperawatan

Total: 1 2
PENERIMAAN PASIEN BARU
a. Internal factor
STRENGTH 0,3 2 0,6 S-W=
1. Perawat melakukan anamnesa 2,3-1=
langsung terhadap pasien baru 1,3
datang 0,3 3 0,9
2. Perawat merencanakan intervensi
baik mandiri maupun kolaboratif 0,4 2 0,8
3. Perawat menempatkan pasien sesuai
dengan penyakitnya dan kelas
4. Terdapat welcome book
1 2,3
Total:
WEAKNESS

89
1. 25% perawat tidak memperkenalkan 0,2 1 0,2
diri kepada pasien dan keluarga
2. 25% perawat terkadang tidak 0,2 1 0,2
menyampaikan tata tertib pada
pasien dan keluarga.
3. 25% perawat terkadang tidak 0,2 1 0,2
menyampaikan sarana dan prasarana
pada pasien dan keluarga
4. 25% perawat terkadang tidak 0,2 1 0,2
mengorientasikan tempat pada
pasien dan keluarga
5. 25% perawat jarang menjelaskan
manfaat dan tujuan saat pemakaian
gelang ke pasien dan cara cuci
tangan.
0,2 1 0,2
Total:

1 1

b. Eksternal factor ( EFAS)

0,6 3 1,8 O-T=


OPPORTUNITY 3-2,8=
1. Adanya kerjasama antar pasien/ 0,2
keluarga dengan perawat saat
penerimaan pasien baru 0,4 3 1,2
2. Kepatuhanpasien/ keluarga dalam
mengikuti tata tertib yang disampaikan
1 3
Total :
THREATENED
1. Adanya tuntutan masyarakat untuk 0,4 3 1,2
mendapatkan pelayanan keperawatan
profesional
2. Tingginya rasa ingin tahu 0,2 2 0,4
pasien/keluarga akan informasi dalam
orientasi penerimaan pasien baru
3. Persangan antar rumah sakit yang 0,4 3 1,2
semakin ketat dalam memberikan
pelayanan terbaik

Total : 1 2,8
4. Pembiayaan (M4)
a. Internal Faktor (IFAS)
STRENGTH

90
1. Dana operasional ruangan diperoleh 0,35 3 1,05 S-W=
dari rumah sakit 2,6-2=
2. Dana fasilitas kesehatan diperoleh dari 0,25 3 0,75 0,6
rumah sakit
3. Dana kesejahteran pegawai diperoleh 0,40 2 0,80
dari rumah sakit

Total : 1 2,6
WEAKNESS
1. Persyaratan yang harus ada untuk 0,25 2 0,50
proses administrasi pasien banyak
yang belum lengkap.
2. Biaya perawatan ruangan terbatas 0,75 2 1,5
dari dana yang diberikan oleh rumah
sakit dan renovasi banyak memakan
waktu

Total : 1 2
b. Eksternal Faktor (EFAS)
OPPORTUNITY
1. Pengeluaran sebagian besar dibiayai 0,5 3 1,5 O-T=
rumah sakit 2,5-2=
2. Ada kesempatan untuk 0,5 2 1 0,5
menggunakan instrumen medis
dengan re-use sehingga menghemat
pengeluaran

Total : 1 2,5
THREATENED
1. Adanya tuntutan yang lebih tinggi 1 2 2
dari masyarakat untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan yang lebih
profesional sehingga membutuhkan
pendanaan yang lebih besar untuk
mendanai sarana dan prasarana.

Total : 1 2
5. MUTU (M5)
a. Internal Faktor (IFAS)
STRENGTH
1. Perawat di ruang Isolasi A 0,2 2 0,6
melakukan komunikasi efektif
2. Pelaksanaan tepat lokasi, tepat 0,2 2 0,6
prosedur, dan tepat pasien di ruang S–W=
Isolasi A. 2,6- 3,3
3. Ketepatan dan keamanan di Isolasi A 0,2 3 0,6 = -0,7
dalam mengelola obat-obatan
4. Kepuasan pasien terhadap pelayanan 0,2 2 0,4

91
kesehatan di RS.
5. Pencegahan dan pengurangan resiko 0,1 2 0,2
pasien infeksi terkait pelayanan
kesehatan di Isolasi A.
6. Pengurangan resiko pasien jatuh oleh 0,1 2 0,2
perawat di Isolasi A.

Total : 1 2,6
WEAKNESS
1. Belum maksimalnya penjelasan oleh 0,3 3 0,9
perawat tentang fungsi pemakaian
gelang identitas pasien.
2. Keluarga pasien & pasien belum 0,3 4 1,2
mematuhi penggunakan masker N95
di dalam ruang isolasi A.
3. Alur masuk ke ruang perawatan 0,2 2 0,4
pasien sebagian perawat masih belum
mengikuti prosedur yang ditentukan
ruangan.
4. Belum ada tempat pembuangan 0,2 4 0,8
sputum di setiap bed pasien.

Total : 1 3,3

b. EkternalFaktor (EFAS)
OPPORTUNITY
1. Dengan adanya akreditasi JCI, RS 0,4 3 1.2 OO-T=
–T=
mampu menjadi RS yang 2,9- 2,5 =
2,4-2,
0.4
berstandart internasional -0,1
2. Adanya pelatihan untuk 0,7 2 1,4
peningkatan pelayanan yang
berkualitas
3. Adanya mahasiswa praktik 0,3 1 0,3
Keperawatan yang mampu
meningkatkan kualitas pelayanan
dengan adanya kerjasama yang baik
antara mahasiswa dengan perawat
ruangan

Total : 1 2,9
THREATENED
1. Adanya persaingan dari RS lain 0,5 2 1
yang memberikan penawaran
program jasa pelayanan kesehatan
yang lebih terjangkau.

92
2. Adanya peningkatan tuntutan 0,5 3 1,5
pelayanan dari masyarakat yang
harus dipenuhi

Total : 1 2,5

2.3.2 Diagram Layang

2.4 Identifikasi Masalah

Setelah dilakukan analisis situasi dengan menggunakan pendekatan swot

maka kelompok dapat merumuskan masalah sebagai berikut :

1. Keterbatasan jumlah perawat S1 diruang isolasi

2. Beberapa alat kesehatan dalam rusak ringan (o2 sentral nebulizer

dan stetoskop)

93
3. MAKP yang digunakan diruang isolasi RSUD Dr.Soetomo adalah

metode modular

4. Timbang terima tidak dilanjutkan ke bed pasien guna untuk

validasi pasien

5. Ronde keperawatan belum berjalan dengan optimal diruangan

isolasi RSUD Dr.Soetomo

2.5 Prioritas Masalah

Tabel Prioritas Masalah Ruang Isolasi A RSUD Soetomo Surabaya


Skor Analisis Swot Prioritas
Masalah
IFAS EFAS

Timbang Terima -0,3 0,1 1


Supervisi Delegasi 0,2 0,4 2
Ronde Keperawatan 0,3 0,4 3
M4 0,6 0,5 4
M5 0,7 0,4 5
Dokumentasi Keperawatan 1 0,4 6
Discharge Planning 1 0,6 7
Sentralisasi Obat 1,2 0,2 8
M2 1,2 0,1 9
Penerimaan Pasien Baru 1,3 0,2 10
M3 1,4 0,2 11
M1 1,5 0,4 12

Berdasarkan rumusan masalah diatas, terdapat 3 yang prioritas yaitu :

1. Timbang terima

2. Supervisi delegasi

3. Ronde keperawatan

94
BAB 3

PERENCANAAN

3.1 Rencana Kegiatan Kelompok

No Kegiatan Tujuan Indikator Rencana Penanggung Jawab Waktu


Keberhasilan danTanggal
pelaksanaan
1. Mengelola ketenagaan (M1) Mahasiswa 1. Mahasiswa 1. Rencana Lidya Latifaul, S.Kep 07-08 Desember
Petunjuk kegiatan mampu mampu untuk 2020
a. Kelompok membuat menjelaskan membuat 6 membuat
kasus semu selama 3 hari cara kasus semu kasus semu
tentang jumlah bed yang mengelola sebagai sebanyak
ada di ruangan, jumlah ketenagaan kasus 4-6 kasus
pasien yang dikelola per (M1) kelolaan 2. Rencana
hari, tingkat 2. Mampu untuk
ketergantungan pasien dll menghitun menghitun
berdasarkan kondisi nyata g jumlah g jumlah
yang kemungkinan ada di kebutuhan kebutuhan
ruangan (Jumlah pasien tenaga tenaga
kelolaan maksimal perawat berdasarka
kelompok adalah 6 dari kasus n kasus
pasien, minimal semu semu
mengelola 4 pasien per 3. Mahasiswa 3. Rencana
hari, diusahakan terdapat mampu membuat
4 kasus penyakit yang membuat jadwal
berbeda) jadwal dinas
b. Kelompok menghitung dinas dan sesuai
jumlah kebutuhan tenaga melakukan dengan

95
perawat.berdasarkan tugas metode
kasus semu sesuai yang
c. Kelompok membuat dengan dipakai
jadwal dinas tgl 22-30 jabatan
Juni 2020 yang
dipakai saat
itu.
2. Material (M2) Mahasiswa 1. Leaflet 1. Rencana Yola Regita Sari, 07-08 Desember
Petunjuk Kegiatan mampu dapat membuat 3 S.Kep 2020
Kelompok membuat 3 leaflet membuat menjadi leaflet
tentang kasus semu yang salah satu pengganti berdasarka
dibuat kelompok kebutuhan edukasi n kasus
material secara yang semu yang
yang tepat telah dibuat
dibutuhkan 2. Leaflet 2. Rencana
di ruang dapat leaflet
perawatan diterima/di dibagikan
pahami sebagai
oleh pasien edukasi
dengan
sistem
daring
3. Method (M3) – Metode MAKP Mahasiswa 1. Mahasiswa 1. Rencana Lia Yusmawati, S.Kep 07-08 Desember
Petunjuk Kegiatan: mampu mampu untuk 2020
a. Berdasarkan jumlah memilih melakukan memilih
pasien kelolaan dan Metode kegiatan moetode
jumlah sumber daya yang MAKP yang MAKP MAKP
dimiliki kelompok, maka sesuai sesuai yang yang
kelompok memilih dengan dipilih dipilih
Metode MAKP yang kelompok 2. Mahasiswa 2. Rencana
sesuai untuk diterapkan. mampu membuat

96
melakukan bagan
b. Kelompok membuat role play strutur
bagan pengorganisasian yang sesuai organisasi
metode MAKP yang dengan sesuai
dipilih tugas yang dengan
dibagikan metode
yang
dipilih

4. Method (M3) – Role Play Mahasiswa 1. Mahasiswa 1. Lakukan Yesi Dwi A, S.Kep 08-15 Desember
Penerimaan pasien baru mampu mampu role play 2020
Petunjuk kegiatan untuk semua menjalankan melakukan penerimaan
jenis role play: peran dalam kegiatan pasien baru
kegiatan roleplay secara
a. Kelompok membuat Role Play dengan daring
proposal kegiatan role play Penerimaan baik 2. Lakukan
b. Pelaksanaan role lay pasien baru 2. Mahasiswa sesuai
berdasarkan kasus semu yang mampu tugas yang
dibuat kelompok menjelaska telah
c. Mahasiswa yang berperan n tugas disepakati
dalam pelaksanaan role play yang sesuai dan
sesuai dengan jadwal dinas yang dengan role skenario
dibuat kelompok play yang telah
d. Pembagian peran dalam dibuat
role play harus merata, dimana kelompok
setiap anggota kelompok pernah
berperan di dalam pelaksanaan
role play. Pembagian peran ini
dikoordinir oleh kelompok

5. Method (M3) – Role Play Mahasiswa 1. Mahasiswa 1. Lakukan Dea Ayu P, S.Kep 08-15 Desember

97
Timbang Terima mampu mampu role play 2020
menjalankan melakukan timbang
peran dalam kegiatan terima yang
kegiatan roleplay dilakukan
Role Play dengan setiap
Timbang baik pergentian
Terima 2. Mahasiswa sift secara
mampu daring
menjelaska 2. Lakukan
n tugas sesuai
yang sesuai tugas yang
dengan role telah
play disepakati
dan
skenario
yang telah
dibuat
kelompok

6. Method (M3) – Role Play Mahasiswa 1. Mahasiswa 1. Lakukan Erlita Nurafidah, 08-15 Desember
Discharge Planning mampu mampu role play S.Kep 2020
menjalankan melakukan discharge
peran dalam kegiatan planning
kegiatan roleplay saat pasien
Role Play dengan datang dan
Discharge baik pasien akan
Planning 2. Mahasiswa pulangseca
mampu ra daring
menjelaska 2. Lakukan
n tugas sesuai
yang sesuai tugas yang

98
dengan role telah
play disepakati
dan
skenario
yang telah
dibuat
kelompok

7. Method (M3) – Role Play Mahasiswa 1. Mahasiswa 1. Lakukan Elvia Rafidah, S.Kep 08-15 Desember
Ronde Keperawatan mampu mampu role play 2020
menjalankan melakukan ronde
peran dalam kegiatan keperawata
kegiatan roleplay n secara
Role Play dengan daring
Ronde baik 2. Lakukan
Keperawatan 2. Mahasiswa sesuai
mampu tugas yang
menjelaska telah
n tugas disepakati
yang sesuai dan
dengan role skenario
play yang telah
dibuat
kelompok

8. Method (M3) – Role Play Mahasiswa 1. Mahasiswa Alfin Muzayana, 08-15 Desember
Supervisi dan atau delegasi mampu mampu 1. Lakukan S.Kep 2020
menjalankan melakukan role play
peran dalam kegiatan supervisi
kegiatan roleplay delegasi
Role Play dengan secara

99
Supervisi baik daring
dan atau 2. Mahasiswa 2. Lakukan
delegasi mampu sesuai
menjelaska tugas yang
n tugas telah
yang sesuai disepakati
dengan role dan
play skenario
yang telah
dibuat
kelompok

9. Method (M3) – Role Play Mahasiswa 1. Mahasiswa 1. Lakukan Sintia Indarwati, 08-15 Desember
Sentralisasi Obat mampu mampu role play S.Kep 2020
menjalankan melakukan penerimaan
peran dalam kegiatan pasien baru
kegiatan roleplay secara
Role dengan daring
Play baik 2. Lakukan
Sentralisasi 2. Mahasiswa sesuai
obat mampu tugas yang
menjelaska telah
n tugas disepakati
yang sesuai dan
dengan role skenario
play yang telah
dibuat
kelompok

10. Method (M3) - Dokumentasi Mahasiswa 1. Mahasiswa 1. Buat buku Chidy Aprilia, S.Kep 08-15 Desember
Keperawatan mampu mampu status

100
Petunjuk kegiatan: melaksanaka membuat pasien, 2020
1. membuat buku status n buku status sesuai
pasien yang didalamnya dokumentasi pasien dengan
terdiri dari: keperawata berdasarka kasus semu
a. Format asuhan n kasus yang telah
keperawatan mulai semu dibuat
dari pengkajian sd 2. Mahasiswa 2. Lakukan
evaluasi keperawatan mampu implementa
b. Lembar penerimaan memberika si dan
pasien baru n suhan evaluasi
c. Lembar persetujuan keperawata pada pasien
sentralisasi obat dan lembar bukti n dan dan tulis
pemberian obat kepada pasien melakuakn evaluasi
d. Lembar discharge evaluasi SOAP saat
planning SOAP pada akhir dinas
kasus semu
2. mendokumentasikan 3. Mahasiswa
proses keperawatan pada mampu
2 pasien kelolaan kasus melakukan
semu sesuai buku status dokumenta
pasien yang dibuat si sesuai
kelompok (berupa kondisi
softkopi) pasien
11. Mutu (M5) Mahasiswa 1. Mahasiswa 1. Buat poster Sisky Nurpratiwi, 17-19 Desember
Petunjuk kegiatan mampu mampu sesuai S.Kep 2020
Kelompok membuat poster mengaplikasi menjelaska dengan
dengan tema “pengendalian kan salah n tentang pencegahan
infeksi dengan mencuci tangan satu pengendali infeksi
dan menggunakan masker” indikator an infeksi 2. Bagikan
mutu dalam dengan kepada
keperawatan poster yang kelompok

101
telah dibuat dan
jelaskan
cara
pencegahan
infeksi
secara
bersama

102
3.2 PENGORGANISASIAN
Untuk efektivitas pelaksanaan Model Asuhan Keperawatan Profesional

dalam menentukan kebijakan-kebijakan internal yang sifatnya umum

kelompok menyusun struktur organisasi sebagai berikut :

Ketua : Putri Regina Fiorela S.Kep.

Wakil Ketua : Evi Aprilia Kartika S.Kep.

Sekretaris : Yola Regita Sari S.Kep.

Bendahara : Sisky Nurpratiwi S.Kep.

PJ PKRS : Chidy Aprilia Kartika S.Kep.

PJ Discharge Planing : Erlita Nur Afidah S.Kep.

PJ Ronde Keperawatan : Elvia Rafidah Laili S.Kep.

PJ Sentralisasi Obat : Sintia Indrwati S.Kep.

PJ Penerimaan Pasien Baru : Yesi Dwi Agustin S.Kep.

PJ Timbang Terima : Dea Ayu Pratiwi S.Kep.

PJ Supervisi Delegasi : Alvin Muzayan S.Kep.

PJ M1-M5 : Lidya Latifatul U. S.Kep.

PJ Teknisi : Lia Yusmawati S.Kep.

Adapun dalam pengelolaan ruang rawat maka diselenggarakan

pengorganisasian dalam pembagian peran sebagai berikut :

1. Kepala Ruangan

2. Perawat Primer

3. Perawat Associate

Pembagian peran ini secara rinci akan dilampirkan, setelah pelaksanaan

Model Asuhan Keperawatan Profesional di ruangan.

104
Model Asuhan Keperawatan Profesional yang akan digunakan kelompok

adalah model MAKP Modular, hal itu karena keuntungan pada model MAKP

Modular adalah dapat memfasilitasi pelayanan keperawatan yang

komprehensif dan holistik dengan pertanggung jawaan yang jelas, konflik

atau perbedaan pendapat antar staf dapat ditekan melalui rapat tim yang juga

efektif untuk pembelajaran, memungkinkan mneyatukan tim antar anggota

yang berbeda.

3.3 Jadwal Dinas 12 Perawat (Kelompok 1 Mahasiswa Stikes Karya Husada

Kediri) di Ruang Isolasi

DAFTAR PUSTAKA

105
Mandangi, dkk. 2015. Analisis Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Kinerja Perawat Dalam Menerapkan Asuhan Keperawatan Di Rumah
Sakit Umum Bethesda GMIM Tomohon. Jurnal e biomedik volume 3 no 3
2015
Panjaitan, dkk. 2015. Perbedaan Kelengkapan Dokumenasi Antara Metoda
Modular Dan Metoda Tim Di RS Mitra Husada Pringsewu. Jurnal
keperawatan vol xi no. 2, issn, 1907-0357
Herwyndianata, Balqis, Darmawansyah. 2013. Analisis Faktor yang Berhubungan
dengan Kinerja Perawat dalam Penerapan Standart Asuhan
Keperawatan Di Unit Rawat Inap RSU Anutapura Palu Tahun 2013
Makasar. Universitas hasanudin.
Julianto, Mito. 2018. Peran dan fungsi manajemen keperawatan daam manajemen
konflik. Publikasi Jurnal Instalasi Rawat Inap Gedung Prof. Dr. Soelarto,
RSUP Fatmawati, Jakarta, Indonesia.
Arif, Yulastri,. (2013). Efektivitas Model Strategi Manajemen Konflik Perawat
Pelaksana terhadap Produktivitas Kerja Perawat di Rumah Sakit
Pendidikan. Manuskrip program doktoral. Depok : FIK UI
Cristina, dkk. 2019 Analisis Ketidaksinambungan Dokumentasi Perencanaan
Asuhan Keperawatan : Metode Ishikawa. Jurnal Ilmiah Kesehatan (JIK)
Vol XII, No II, September 2019 ISSN 1978-3167, E-ISSN 2580-135X
Choi, M., & De Gagne, J. C. (2016). Autonomy of nurse practitioners in primary
care: An integrative review. Journal of the American Association of
Nurse Practitioners, 28(3), 170–174.
https://doi.org/10.1002/23276924.12288
Staggs, V., Olds, D., Cramer, E., & Shorr, R. (2017). Nursing Skill Mix, Nurse
Staffing Level, and Physical Restraint Use in US Hospital: a
Longitudinal Study. Journal of General Internal Medicine, 32(1), 35–41.
https://doi.org/10.1007/s11606016-3830-z

106
LAMPIRAN

1. Media Leaflet dan Poster


a) Poster

b) leaflet

107
2. Jadwal Shift

108

Anda mungkin juga menyukai