Anda di halaman 1dari 34

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Penyakit Tuberculosis (TB)


2.1.1 Definisi Tuberculosis
Tuberculosis paru adalah suatu penyakit menular langsung yang disebabkan

oleh kuman Mycrobacterium Tuberculosis. Sebagian besar kuman tuberculosis

menyerang paru tetapi juga dapat menyerang organ tubuh lainnya (Depkes,

2008).

Tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh kuman

Mycobacterium Tuberculosa. Sebagian besar kuman ini menyerang paru,

tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya. Kuman ini berbentuk

batang yang mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada

pewarnaan, oleh karena itu disebut pula sebagai Basil Tahan Asam (BTA).

Kuman ini cepat mati dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan

hidup beberapa jam di tempat yang gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh

kuman ini dapt bersifat dormant yaitu tertidur lama selama beberapa tahun

(Kemenkes, 2014)

2.1.2 Etiologi
Mycobacterium tuberkulosis merupakan jenis kuman berbentuk batang

berukuran panjang 1-4 mm dengan tebal 0,3-0,6 mm. sebagian besar

komponen M. tuberkulosis adalah berupa lemak atau lipid sehingga kuman

mampu tahan terhadap asam serta sangat tahan terhadap zat kimia dan

faktor fisik. Mikroorganisme ini adalah bersifat aerob yakni menyukai

9
10

daerah yang banyak oksigen. oleh karena itu, M. tuberkulosis senang tinggal

di daerah apeks paru-paru yang kandungan oksigennya tinggi. daerah

tersebut menjadi tempat yang kondusif untuk penyakit tuberkulosis.

2.1.3 Manifestasi Klinis


a.Demam

b. Malaise

c. Anoreksia

d. Penurunan berat badan

e. Batuk berdahak (berkembang secara perlahan selama berminggu– minggu

sampai berbulan – bulan)

f. Peningkatan frekuensi pernapasan

g. Manifestasi gejala yang umum: pucat, anemia, kelemahan, dan penurunan

berat badan

2.1.4 Faktor Pencetus / Resiko

a. Kontak dekat dengan seseorang yang menderita TB aktif.

b. Riwayat terpajan TB sebelumnya.

c. Status gangguan imun (missal: lansia, kanker, HIV)

d. Masyarakat yang kurang mendapat pelayanan kesehatan yang memadai

(missal : gelandangan, penduduk miskin, minoritas, dll)

e.  Kondisi medis yang sudah ada, termasuk diabetes, gagal ginjal kronis,

silicosis, dan malnutrisi).

f. Perokok aktif : Menjadi salah satu faktor yang mmeperberat TB Paru


11

  2.1.5 Patofisiologi

Lingkungan hidup yang sangat padat dan pemukiman di wilayah perkotaan

kemungkinan besar mempermudah proses penularan dan berperan sekali

atas peningkatan jumlah kasus tuberkulosis (Priyanto, 2014).

Penyakit tuberkulosis yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium

Tuberculosis ditularkan melalui udara (droplet nuclei) saat seorang pasien

tuberkulosis batuk dan percikan ludah yang mengandung bakteri tersebut

terhirup oleh orang lain saat bernafas. Bila batuk, bersin atau bicara saat

berhadapan dengan orang lain, basil tuberkulosis tersembur dan terhisap ke

dalam paru orang sehat. Masa inkubasinya, yaitu selama 3-6 bulan. Setiap

BTA positif akan menularkan kepada 10-15 orang lainnya, sehingga

kemungkinan setiap kontak untuk tertular tuberkulosis adalah 17%. Hasil

studi lainnya melaporkan bahwa kontak terdekat (misalnya keluarga

serumah) akan dua kali lebih beresiko dibandingkan kontak biasa (tidak

serumah) (Wahyuni, 2010)


12

2.1.6 Web Of Caution TB Paru


Bagan 2.1 WOC TB Paru

2.1.7 Pencegahan
Tuberkulosis paru bisa diobati, asalkan benar-benar mempunyai keinginan

dan semangat yang besar untuk sembuh. Dorongan dari keluarga dan orang

disekitar sangatlah diperlukan. Pemeriksaan yang intensif dan teliti serta

disiplin minum obat yang diberikan dokter harus dilakukan penderita agar

penyakit yang dideritanya segera sembuh. Pengobatan yang dilakukan


13

bertujuan untuk menyembuhkan, mencegah kematian dan kekambuhan

(Info Datin, 2018)

a. Tindakan pencegahan tuberkulosis paru oleh orang yang belum

terinfeksi:

(1) Berusaha mengurangi kontak dengan penderita tuberkulosis paru

aktif.

(2) Selalu menjaga standar hidup yang baik, caranya bisa dengan

mengkonsumsi makanan yang bernilai gizi tinggi, menjaga

lingkungan selalu sehat baik itu di rumah maupun di tempat kerja

(kantor), dan menjaga kebugaran tubuh dengan cara menyempatkan

dan meluangkan waktu untuk berolah raga.

(3) Pemberian vaksin BCG tujuannya untuk mencegah terjadinya kasus

infeksi tuberkulosis yang lebih berat. Vaksin BCG secara rutin

diberikan kepada semua balita.

b. Tindakan pencegahan tuberkulosis paru oleh penderita agar tidak

menular:

Bagi mereka yang sudah terlanjur menjadi penderita tuberkulosis paru

aktif tindakan yang bisa dilakukan adalah menjaga kuman (bakteri) dari

diri sendiri, hal ini biasanya memutuhkan waktu lama sampai beberapa

minggu untuk masa pengobatan dengan obat tuberkulosis hingga

penyakit tuberkulosis sudah tidak bersifat menular lagi.

Menurut Priyanto (2014) adapun cara untuk membantu menjaga

pencegahan tuberkulosis agar infeksi bakteri tidak menular kepada

orang-orang disekitar baik itu teman atau keluarga di rumah:


14

(1) Selama beberapa minggu menjalani pengobatan sebaiknya tidak tidur

sekamar dengan orang lain meskipun keluarga sendiri sebagai usaha

pencegahan tuberkulosis paru agar tidak menular

(2) Selalu menggunakan masker untuk menutup mulut, hal ini

merupakan langkah pencegahan tuberkulosis paru secara efektif dan

jangan membuang masker yang sudah tidak dipakai lagi pada tempat

yang tepat dan aman dari kemungkinan terjadinya penularan

tuberkulosis paru ke lingkungan sekitar.

(3) Jangan meludah di sembarangan tempat

(4) Menghindari udara dingin dan selalu mengusahakan agar pancaran

sinar matahari dan udara segar dapat masuk secukupnya ke ruangan

tempat tidur. Usahakan selalu menjemur kasur, bantal dan tempat

tidur terutama di pagi dan di tempat yang tepat

(5) Tidak melakukan kebiasaan sharing penggunaan barang atau alat.

Semua barang yang digunakan penderita tuberkulosis paru harus

terpisah dan tidak boleh digunakan orang lain.

2.1.8 Pemeriksaan Penunjang


a. Pemeriksaan Rontgen Thoraks sangat berguna untuk mengevaluasi hasil

pengobatan dan ini tergantung pada tipe keterlibatan dan kerentanan

bakteri tuberkel terhadap OAT, apakah sama baiknya dengan respon dari

klien. Penyembuhan yang lengkap sering kali yang terjadi di beberapa

area dan ini adalah observasi yang dapat terjadi pada penyembuhan yang

lengkap.
15

b. CT scan atau MRI memperlihatkan adanya gangguan meluasnya

kerusakan paru.

c. Radiologis TB Paru Milier

Pemeriksaan Laboratorium

Diagnostic terbaik dari penyakit TB diperoleh dengan pemeriksaan

mikrobiologi melalui isolasi bakteri. Bahan pemeriksaan untuk isolasi

Mycobacterium Tuberculosis berupa :

a. Sputum, diambil pada pagi hari / sputum yang baru keluar.

b. Urine. Urine pertama di pagi hari

c. Cairan kumbah lambung. Pemeriksaan ini digunakan jika klien tidak

dapat mengeluarkan sputum.


   

2.1.9 Komplikasi
a. Kerusakan jaringan paru yang masif

b.  Gagal napas

c.  Fistula bronkopleural

d. Pneumotoraks

e. Efusi Pleura

f. Pneumonia

g.  Infeksi organ tubuh lain oleh focus mikrobakterial kecil

h. Penyakit hati terjadi sekunder akibat terapi obat


16

2.1.10 Penatalaksanaan
Menurut Priyanto (2014) pengobatan tuberkulosis harus selalu meliputi

pengobatan tahap awal dan tahap lanjutan dengan maksud:

a. Tahap awal: Pengobatan diberikan setiap hari. Panduan pengobatan pada

tahap ini adalah dimaksudkan untuk secara efektif menurunkan jumlah

kuman yang ada dalam tubuh pasien dan meminimalisir pengaruh dari

sebagian kecil kuman yang mungkin sudah resisten sejak sebelum

pasien mendapatkan pengobatan. Pengobatan tahap awal pada semua

pasien baru harus diberikan selama 2 bulan. Pada umumnya dengan

pengobatan secara teratur dan tanpa adanya penyulit, daya penularan

sudah sangat menurun setelah pengobatan selama 2 minggu.

b. Tahap Lanjutan: Pengobatan tahap lanjutan merupakan tahap yang

penting untuk membunuh sisa-sisa kuman yang masih ada dalam tubuh

khususnya kuman presister sehingga pasien dapat sembuh dan

mencegah terjadinya kekambuhan.

2.2 Konsep Teori Maslow

Hierarki kebutuhan maslow merupakan teori interdisiplin yang berguna untuk

membuat prioritas asuhan keperawatan. Hierarki kebutuhan dasar manusia

termasuk lima tingkat prioritas. Dasar paling bawah atau tingkat pertama

termasuk kebutuhan fisiologis, seperti oksigen, makan, minum, temperatur

suhu tubuh, eliminasi, tempat tinggal, istirahat/tidur, kebutuhan seksual.

Tingkat kedua yaitu kebutuhan keamanan dan rasa nyaman termask juga

keamanan fisik dan psikologis. Tingkat ketiga berisi kebutuhan akan cinta
17

dan memiliki termasuk didalamnya hubungan pertemanan, hubungan sosial

dan hubungan cinta. Tingkat keempat yaitu kebutuhan akan penghargaan diri

termasuk juga kepercayaan diri dan nilai diri. Tingkat terakhir merupakan

kebutuhan untuk aktualisasi diri yaitu keadaan pencapaian potensi dan

mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan masalah dan beradaptasi

dengan kehidupan (Maslow (1943) dalam Potter Perry (2013).

Ada lima tingkatan kebutuhan dasar menurut Abraham Maslow yaitu:

1. Kebutuhan Fisiologis (Phisiological Needs) adalah kebutuhan yang

memiliki prioritas tertinggi dalam hierarki Maslow. Sehingga seseorang

yang belum memenuhi kebutuhan dasar lainnya akan lebih dulu

memenuhi kebutuhan fisiologisnya. Kebutuhan ini memiliki delapan

macam seperti: kebutuhan oksigen, cairan, makanan, eliminasi, istirahat,

aktivitas, kesehatan temperatur tubuh, dan seksual.

2. Kebutuhan keamanan dan kenyamanan didefinisikan oleh Maslow (1943)

dalam Potter & Perry (2013) sebagai sesuatu kebutuhan yang mendorong

individu untuk memperoleh ketentraman, kepastian dan keteraturan dari

keadaan lingkungannya yang mereka tempati. Kebutuhan ini meliputi

kebutuhan untuk dilindungi, jauh dari sumber bahaya, baik berupa

ancaman fisik maupun psikologi.

3. Kebutuhan akan rasa cinta setelah seseorang memenuhi kebutuhan

fisiologis dan keamanan, mereka menjadi termotivasi oleh kebutuhan

akan cinta seperti keinginan untuk berteman, keinginan untuk mempunyai

pasangan dan anak, kebutuhan untuk menjadi bagian sebuah keluarga,

sebuah perkumpulan, dan lingkungan mayarakat. Cinta dan keberadaan


18

mencakup beberapa aspek dari seksualitas dan hubungan dengan manusia

lain dan juga kebutuhan untuk memeberi dan mendapatkan cinta

Kebutuhan harga diri memiliki dua komponen yaitu: a) menghargai diri

sendiri (self respect) adalah kebutuhan yag memiliki kekuatan,

penguasaan, kompetensi, prestasi, kepercayaan diri, kemandirian, dan

kebebasan. Orang membutuhkan pengetahuan tentang dirinya sendiri,

bahwa dirinya berharga mampu mengusai tugas dan tantangan hidup.

b) mendapat penghargaan dari orang lain (respect from others) adalah

kebutuhan penghargaan dari orang lain, ketenaran, dominasi, menjadi

orang penting, kehormatan dan apresiasi. Kebutuhan harga diri apabila

tidak terpuaskan maka akan menimbulkan canggung, lemah, pasif,

tergantung pada orang lain, penakut, tidak mampu mengatasi tuntutan

hidup dan rendah diri dalam bergaul. Menurut Maslow penghargaan diri

dari orang lain hendaknya diperoleh berdasarkan penghargaan diri kepada

diri sendiri. Orang seharusnya memperoleh harga diri dari kemampuan

diri sendiri, bukan dari ketenaran ekternal yang tidak dapat dikontrolnya,

yang membuatnya tergantung kepada orang lain (Alwisol, 2004).

4. Kebutuhan aktualisasi diri adalah keinginan untuk memperoleh kepuasan

dengan diri sendiri (Self fulfiment), untuk menyadari semua potensi

dirinya, untuk menjadi apa saja yang dia dapat melakukannya dan untuk

menjadi kreatif dan bebas mencapai puncak prestasi potensinya.

Kebutuhan aktualisasi diri ini yatitu kebutuhan untuk ingin berkembang,

ingin berubah, ingin mengalami transformasi menjadi lebih bermakna

(Alwisol, 2004). Kebutuhan ini merupakan puncak dari hirarki kebutuhan


19

manusia yaitu perkembangan atau perwujudan potensi dan kapasitas

secara penuh. Maslow berpendapat bahwa manusia dimotivasi untuk

menjadi segala sesuatu yang dia mampu untuk menjadi yang diinginkan.

Walaupun kebutuhan lainnya terpenuhi, namun apabila kebutuhan

aktualisasi diri tidak terpenuhi maka seseorang akan mengalami

kegelisahan, ketidaksenagan atau frustasi.

Hirarki kebutuhan yang diungkapkan Maslow beranggapan bahwa

kebutuhan-kebutuhan dilevel rendah harus terpenuhi atau paling tidak

kebutuhan yang lain terpenuhi sebelum kebutuhan level tinggi menjadi

hal yang memotivasi. Lima kebutuhan yang membentuk hirarki adalah

kebutuhan konatif (conative needs), yang berarti bahwa kebutuhan-

kebutuhan ini memiliki karaktek mendorong atau memotivasi.

Menurut pandangan Maslow, kebutuhan tertinggi adalah kebutuhan untuk

mengaktualisasikan diri. Dalam model hirarki ini, kebutuhan manusia yang

lebih rendah harus terpuaskan sebelum mementingkan kebutuhan yang

lebih tinggi. Teori kepribadian Maslow dibuat berdasarkan beberapa

asumsi dasar mengenai motivasi. Motivasi biasanya kompleks atau terdiri

dari beberapa hal (motivation is usually complex) yang berati bahwa

tingkah laku seseorang dapat muncul dari beberapa motivasi yang terpisah.

Contohnya: keinginan untuk berhubungan seksual dapat termotivasi tidak

hanya oleh adanya kebutuhan yang berkaitan dengan alat kelamin, tetapi

juga oleh kebutuhan akan kebersamaan, cinta dan harga diri. Selain itu

motivasi untuk melakukan sebuah tingkah laku dapat disadari maupun


20

tidak disadari oleh orang melakukan. Contohnya motivasi seseorang

mahasiswa untuk mendapat nilai tinggi dengan memperoleh kekuasaan

2.3 Model Konsep Teori Comfort Kolcaba (Rasa Nyaman)


2.3.1 Latar Belakang Teori Kolkaba
Katharine Kolcaba lahir pada 28 Desember 1944, di Cleveland, Ohio.

Beliau adalah pendiri program perawat lokal paroki dan sebagai anggota

Asosiasi Perawat Amerika. Saat ini Kolcaba sebagai associate

professor di University of Akron College of Nursing. Dengan riwayat

pendidikan Diploma keperawatan dari St. Luke's Hospital School of

Nursing pada tahun 1965, lulus M.S.N dari R.N di the Frances Payne

Bolton School of Nursing, Case Western Reserve University pada tahun

1987, meraih gelar PhD in nursing dan menerima sertifikat

sebagai authority clinical nursing specialist pada tahun 1997, Spesialis

dalam bidang Gerontology, perawatan paliatif dan intervensi jangka

panjang, Studi Comfort, Pengembangan Instrumen, Teori Keperawatan,

Penelitian Keperawatan. Sebagai kepala unit dementia, berdasarkan

pengalaman, beliau melakukan pengembangan teori keperawatan untuk

mengembangkan teori kenyamanan dan praktik: sebuah visi untuk

perawatan dan riset kesehatan holistik.

2.3.2 Pernyataan Teoritis


1. Perawat mengidentifikasi kebutuhan kenyamanan  yang tidak terlihat dari

pasien, desain kenyamanan digunakan untuk mengukur kebutuhan, dan

untuk mencari peningkatkan kenyamanan pasien mereka, di mana hasil

tersebut diinginkan dengan segera.


21

2. Peningkatan kenyamanan langsung dan secara positif dihubungkan

dengan penerapan di dalam HSBs, seperti  hasil yang diinginkan

sebelumnya.

3. Kapan seseorang mempunyai pendukung yang sesuai untuk dilibatkan

secara penuh di dalam HSBs, seperti pemulihan dan/atau program

penyembuhan atau cara hidup, integritas institusi juga sangat

mendukung.

2.3.3 Format Logis
Kolcaba mengembangkan Teori Kenyamanan melalui tiga jenis pemikiran

logis antara lain :

1. Induksi
Induksi terjadi ketika penyamarataan dibangun dari suatu kejadian

yang diamati secara spesifik. Di mana perawat dengan sungguh-sungguh

melakukan praktek dan dengan sungguh-sungguh menerapkan

keperawatan sebagai disiplin, sehingga mereka menjadi terbiasa dengan

konsep Implisit atau eksplisit, terminologi, dalil, dan asumsi pendukung

praktek mereka. Ketika perawat lulus sekolah, mereka mungkin diminta

untuk menjelaskan diagram prakteknya, yang mana tugas tersebut

sangatlah mudah. 

2. Deduksi

Deduksi adalah suatu format dari pemikiran logis di mana kesimpulan

spesifik berasal dari prinsip atau pendapat yang lebih umum, prosesnya

dari yang umum ke yang spesifik. Langkah mengurangi pengembangan

teori mengakibatkan teori kenyamanan dapat dihubungkan dengan

konsep lain untuk menghasilkan suatu teori. Kerja dari tiga ahli teori
22

keperawatan diperlukan untuk mendefinisikan kenyamanan. Oleh karena

itu Kolcaba lebih dulu melihat di tempat lain untuk bekerja secara

bersama untuk menyatukan  kebutuhan seperti keringanan, ketentraman

dan hal yang penting. Apa yang dibutuhkan, dia merealisir suatu yang

abstrak dan kerangka konseptual umum yang sama dengan kenyamanan

dan berisi dalam jumlah banyak yang bersifat abstrak.

3. Retroduksi

Retroduksi adalah suatu format pemikiran untuk memulai ide.

Bermanfaat untuk memilih suatu fenomena yang dapat dikembangkan

lebih lanjut dan diuji. Pemikiran jenis ini diterapkan di (dalam) bidang di

mana tersedia sedikit teori. Seperti pada kasus hasil riset, di mana saat ini

memusat pada pengumpulan database besar untuk mengukur hasil dan

berhubungan pada pengeluaran untuk jenis keperawatan, medis, institusi,

atau protokol masyarakat. Penambahan suatu kerangka teori keperawatan

untuk riset hasil akan meningkatkan area penelitian keperawatan karena

praktek dasar teori memungkinkan perawat untuk mendisain intervensi

yang sama dan selaras dengan hasil yang diinginkan.

2.4 Konsep Mayor dan Definisi

Teori comfort dari Kolcaba ini menekankan pada beberapa konsep utama

beserta definisinya,antara lain :

1. Health Care Needs

Kolcaba mendefinisikan kebutuhan pelayanan kesehatan sebagai suatu

kebutuhan akan kenyamanan, yang dihasilkan dari situasi pelayanan


23

kesehatan yang stressful, yang tidak dapat dipenuhi oleh penerima support

system tradisional. Kebutuhan ini meliputi kebutuhan fisik, psikospiritual,

sosial dan lingkungan, yang kesemuanya membutuhkan monitoring,

laporan verbal maupun non verbal, serta kebutuhan yang berhubungan

dengan parameter patofisiologis, membutuhkan edukasi dan dukungan

serta kebutuhan akan konseling financial dan intervensi.

2. Comfort

Comfort merupakan sebuah konsep yang mempunyai hubungan yang kuat

dalam keperawatan. Comfort diartikan sebagai suatu keadaan yang dialami

oleh penerima yang dapat didefinisikan sebagai suatu pengalaman yang

immediate yang menjadi sebuah kekuatan melalui kebutuhan akan

keringanan (relief), ketenangan (ease), dan (transcendence) yang dapat

terpenuhi dalam empat konteks pengalaman yang meliputi aspek fisik,

psikospiritual, sosial dan lingkungan.

Tipe-tipe kenyamanan didefinisikan sebagai berikut (Kolcaba, 2003)

a. Relief (dorongan), suatu keadaan dimana kondisi resipien yang

membutuhkan penanganan yang spesifik dan segera

b. Ease (ketentraman), suatu keadaan yang tenang dan kesenangan

c. Transcendence, suatu kondisi dimana individu mampu mengatasi

masalahnya (nyeri)

Kolcaba (2003) kemudian menderivasi konteks diatas menjadi

beberapa hal berikut :


24

a. Fisik, berkenan dengan sensasi tubuh seperti memberikan obat,

merubah posisi, backrub, kompres hangat/dingin, sentuhan

terapeutik.

b. Psikospiritual, berkenaaan dengan kesadaran internal diri, yang

meliputi harga diri, konsep diri, seksualitas, makna kehidupan

hingga hubungan terhadap kebutuhan lebih tinggi.

c. Lingkungan, berkenaan dengan lingkungan , kondisi, pengaruh dari

luar

d. Sosial, berkenaan dengan hubungan interpersonal, keluarga, dan

hubungan sosial.

3. Comfort Measures

Tindakan kenyamanan diartikan sebagai suatu intervensi keperawatan

yang didesain untuk memenuhi kebutuhan kenyamanan yang spesifik

dibutuhkan oleh penerima jasa, seperti fisiologis, sosial, finansial,

psikologis, spiritual, lingkungan dan intervensi fisik.

Kolcaba menyatakan bahwa perawatan untuk kenyamanan memerlukan

sekurangnya tiga tipe intervensi comfort yaitu :

a. Teknik mengukur kenyamanan (technical comfort measures) adalah

intervensi kenyamanan standar dimana intervensi ini dilakukan dari 4

komponen secara menyeluruh fisik, psikospiritual, lingkungan dan

sosial. Intervensi fisik seperti memberikan obat, merubah posisi,

backrub, kompres hangat/dingin, sentuhan terapeutik. Intervensi

psikospiritual meliputi dengan memfasilitasi kebutuhan interaksi dan

sosialisasi klien dengan orang-orang terdekat selama perawatan dan


25

melibatkan keluarga secara aktif dalam kesembuhan klien. Intervensi

lingkungan meliputi menyangkut latar belakang eksternal, kondisi dan

pengaruhnya kepada manusia (temperatur suhu, bau, pencahayaan,

warna, suara, dll). Intervensi sosial meliputi menyangkut hubungan

interpersonal, keluarga dan sosial/masyarakat (keuangan, perawatan

kesehatan individu, serta tradisi keluarga, kegiatan religius)

b. Pembinaan (Coaching)

Termasuk intervensi yang didesain untuk membebaskan rasa nyeri, dan

menyediakan penentraman hati dan informasi, tindakan diatas dapat

dilakukan dengan memberikan dukungan emosional, mengedukasi

untuk perubahan kesehatan yang baik, mendengarkan yang menjadi

keluhan dan memberikan solusi, serta memberi reward dalam hal

positif yang sudah dilakukan sebagai bentuk apresiasi.

c. Tindakan yang menenangkan bagi jiwa (comfort food for the soul)

intervensi kenyamanan ini membuat pasien merasa lebih kuat dalam

kondisi yang sulit diukur secara personal. Target intervensi ini adalah

transcendence meliputi hubungan yang mengesankan antara perawat dan

pasien, keluarga, atau kelompok. Sugesti kenyamanan ini dapat

diberikan dalam bentuk pijatan, lingkungan yang adaptif yang

menciptakan kedamaian dan ketenangan, (guide imagery), terapi musik,

mengenang masalalu, dan sentuhan terapeutik.

4. Enhanced Comfort

Sebuah outcome yang langsung diharapkan pada pelayanan keperawatan,

mengacu pada teori comfort ini.


26

5. Intervening Variables

Didefinisikan sebagai variabel-varibel yang tidak dapat dimodifikasi oleh

perawat. Variabel ini meliputi pengalaman masa lalu, usia, sikap, status

emosional, support system, prognosis, financial atau ekonomi, dan

keseluruhan elemen dalam pengalaman klien.

6. Health Seeking Behavior (HSBs)

Merupakan sebuah kategori yang luas dari outcome berikutnya yang

berhubungan dengan pencarian kesehatan yang didefinisikan oleh klien

saat konsultasi dengan perawat. HSBs ini dapat berasal dari eksternal

(aktivitas yang terkait dengan kesehatan), internal (penyembuhan, fungsi

imun, dan lain-lain).

7. Institusional Integrity

Didefinisikan sebagai nilai-nilai, stabilitas financial, dan keseluruhan dari

organisasi pelayanan kesehatan pada area lokal, regional, dan nasional.

Pada sistem rumah sakit, definisi institusi diartikan sebagai pelayanan

kesehatan umum, agensi home care, dan sebagainya.

8. Internal Behavior

Adalah perilaku yang muncul karena adanya dorongan dari dalam,

meliputi kepercayaan, sikap, kepribadian dan dorongan spiritual

9. Exsternal Behavior

Adalah perilaku yang muncul karena adanya dorongan dari luar, meliputi

fasilitas, keuangan, waktu dan budaya.


27

2.4.1 Penjelasan Bagan Model Konsep


Bagan 2.2 Model Konsep Teori Kolcaba Pratik
terbaik

Kebutuhan Intervensi Variabel Perilaku


keperawatan keperawatan penghambat Peningkatan mencari Integrasi
kesehatan kenyamanan kesehatan institusional

Kebijakan
terbaik

Perilaku
internal
Kematian yang Perilaku
damai terbaik

Dalam perspektif pandangan Kolcaba Holistic comfort didefinisikan sebagai

suatu pengalaman yang immediate yang menjadi sebuah kekuatan melalui 

kebutuhan  akan pengurangan relief, ease, and transcendence yang dapat

terpenuhi dalam empat konteks pengalaman yang meliputi aspek fisik,

psikosipiritual, sosial dan lingkungan (Kolcaba, 2003).

Asumsi-asumsi lain yang dikembangkan oleh Kolcaba bahwa kenyamanan

adalah suatu konsep yang mempunyai suatu hubungan yang kuat dengan ilmu

perawatan. Perawat menyediakan kenyamanan ke pasien dan keluarga-

keluarga mereka melalui intervensi dengan orientasi pengukuran

kenyamanan. Tindakan penghiburan yang dilakukan oleh perawat akan

memperkuat pasien dan keluarga-keluarga mereka yang dapat dirasakan

seperti mereka berada di dalam rumah mereka sendiri. Kondisi keluarga dan
28

pasien diperkuat dengan tindakan pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh

perawat dengan melibatkan perilaku (Kolcaba, Tilton, & Drouin, 2006).

Peningkatan kenyamanan adalah sesuatu hasil ilmu perawatan yang

merupakan bagian penting dari teori comfort. Apalagi, ketika intervensi

kenyamanan dikirimkan secara konsisten dan terus-menerus, maka mereka

secara teoritis dihubungkan dengan suatu kecenderungan ke arah kenyamanan

yang ditingkatkan setiap saat, dan dengan sendirinya klien akan mencapai

kesehatan yang diinginkan dalam mencari kesembuhan (HSBS).

2.5 Asumsi Terkait Paradigma Keperawatan


Kolcaba menjabarkan definisinya sebagai berikut :

1. Keperawatan : adalah penilaian kebutuhan akan kenyamanan, perancangan

kenyamanan digunakan untuk mengukur suatu kebutuhan, dan penilaian

kembali digunakan untuk mengukur kenyamanan setelah dilakukan

implementasi. Pengkajian dan evaluasi dapat dinilai secara subjektif,

seperti ketika perawat menanyakan kenyamanan pasien, atau secara

objektif, misalnya observasi terhadap penyembuhan luka, perubahan nilai

laboratorium, atau perubahan perilaku. Penilaian juga dapat dilakukan

melalui rangkaian penilaian skala (VAS) atau daftar pertanyaan

(kuesioner), yang mana  keduanya telah dikembangkan oleh Kolcaba.

2. Pasien : Penerima perawatan seperti individu, keluarga, institusi, atau

masyarakat yang membutuhkan perawatan kesehatan.


29

3.  Lingkungan : Adalah aspek dari pasien, keluarga, atau institusi yang dapat

dimanipulasi oleh perawat atau orang tercinta untuk meningkatkan

kenyamanan.

4. Kesehatan : adalah fungsi optimal, seperti yang digambarkan oleh pasien

atau kelompok, dari pasien, keluarga, atau masyarakat.

Dari asumsi tersebut, Kolcaba mengasumsikan hal-hal dibawah ini:

a. Manusia mempunyai tanggapan/respon holistik terhadap stimulus

yang kompleks.

b. Kenyamanan adalah suatu hasil holistik yang diinginkan yang

mengacu pada disiplin keperawatan

c. Manusia bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan dasar kenyamanan

mereka.

d.  Kenyamanan yang akan ditingkatkan pada pasien harus

melibatkan health-seeking behaviors (HSBs) pilihan mereka.

e. Pasien yang dianjurkan secara aktif untuk HSBs, merasa puas dengan

pelayanan kesehatan mereka.

f.  Integritas kelembagaan berdasar pada sistem nilai yang berorientasi

pada penerima perawatan.


30

2.5.1 Pengkajian Kenyamanan Katherine Kolcaba Comfort


Tabel 2.1 Pengkajian Kenyamanan Katherine Kolcaba (1991) Comfort dalam
Dowd, (2004)

Tipe Comfort Relief Ease Transcendence


Fisik Kondisi keadaan pasien Kondisi yang Pernyataan tentang
yang membutuhkan berkaitan dengan bagaimana kondisi
tindakan keperawatan kepuasan hati pasien dalam
terkait sensasi tubuh terkait kepuasan mengatasi masalah
fisik terkait kenyamanan

Psikospiritual Kondisi keadaan pasien Kondisi yang Pernyataan tentang


yang membutuhkan berkaitan dengan bagaimana kondisi
tindakan keperawatan ketentraman dan pasien dalam
psikospiritual terkait ketenangan hati mengatasi masalah
kenyamanan pasien yang terkait kenyamanan
jiwa/psikospiritual berkaitan dengan
kenyamanan
psikospiritual

Lingkungan Kondisi keadaan pasien Kondisi yang Pernyataan tentang


yang membutuhkan berkaitan dengan bagaimana kondisi
tindakan keperawatan rasa kepuasaan, kelegaan pasien dalam
nyaman, keheningan/bebas yang berkaitan mengatasi masalah
dari gangguan terkait dengan lingkungan terkait kenyamanan
kenyamanan lingkungan

Sosial Kondisi keadaan pasien Kondisi yang Pernyataan tentang


yang membutuhkan berkaitan dengan bagaimana kondisi
tindakan perawatan sosial kondisi pasien dalam
terkait kenyamanan sosial interpersonal mengatasi masalah
berkaitan dengan terkait kenyamanan
kenyamanan sosial

2.5.2 Konteks di mana terjadinya kenyamanan :

a. Fisik : menyangkut sensasi dari tubuh meliputi penurunan kemampuan

tubuh dalam merespon suatu penyakit atau prosedur invasif. Beberapa


31

alternatif untuk memenuhi kebutuhan fisik adalah memberikan obat,

merubah posisi, backrub, kompres hangat/dingin, sentuhan terapeutik

b. Psikospritual : dikaitkan dengan keharmonisan hati dan ketenangan jiwa

yang dapat difasilitasi dengan memfasilitasi kebutuhan interaksi dan

sosialisasi klien dengan orang-orang terdekat selama perawatan dan

melibatkan keluarga secara aktif dalam kesembuhan klien.

c.  Lingkungan : menyangkut latar belakang eksternal, kondisi dan

pengaruhnya kepada manusia (temperatur suhu, bau, pencahayaan,

warna, suara, dll)

d. Sosial: menyangkut hubungan interpersonal, keluarga dan

sosial/masyarakat (keuangan, perawatan kesehatan individu, serta tradisi

keluarga, kegiatan religius)

2.5.3 Kelemahan Teori


Teori ini melibatkan semua aspek (holistik) yang meliputi fisik,

psikospiritual, lingkungan dan sosial kultural. Namun untuk menilai semua

aspek tersebut dibutuhkan komitmen tinggi dan kemampuan perawat yang

mampu dalam hal melakukan asuhan keperawatan berfokus kenyamanan

(pengkajian hingga evaluasi), yang di dalamnya dibutuhkan teknik problem

solving yang tepat

2.5.4 Kelebihan Teori


Teori kenyamanan yang dikembangkan oleh Kolcaba mudah dimengerti dan

dipahami, selain itu teori ini kembali kepada keperawatan dasar dan tujuan

keperawatan tradisional yaitu kenyamanan.


32

2.5.5 Kritik Terhadap Teori Comfort

a. Clarity

Beberapa artikel tentang analisis konsep teori Kolcaba terdapat

beberapa yang memiliki kekurangan dalam hal kejelasan konsep teori,

tetapi tetap konsisten dalam hal definisi, derivasi asumsi dan proposisi.

Kejelasan teori ini lebih banyak dijelaskan dalam artikel yang terbaru.

Teori ini diaplikasikan secara spesifik didalam praktik dan akademik,

tetapi memiliki kekurangan dalam kejelsan bahasa. Semua konsepnya

dijelaskan secara teoritikal dan operasional.

b. Simplicity

Teori comfort ini sangat sederhana karena didasari oleh asuhan

keperawatan dari awal ilmu  keperawatan dikembangkan. Bahasa dan

aplikasi dari teori comfort ini sedikit menggunakan teknologi, tetapi

juga dapat diaplikasikan  dalam setting  yang menggunakan teknologi

tingkat tinggi. Hanya sedikit variable didalam teorinya yang dipilih

dalam riset dan pendidikan. Inti dari teori ini mengembalikan perawat

untuk kembali kepada praktik yang berdasarkan pada pemenuhan

kebutuhan secara holistik dari pasien. Kesederhanaan teori ini

memudahkan mahasiswa dan perawat dalam mempelajari dan

mempraktekkan teori comfort.

c.  Generality

Teori Kolcaba ini telah di aplikasi di beberapa setting penelitian budaya

dan beberapa kelompok usia. Beberapa faktor yang membatasi

penggunaan teori ini adalah mengetahui tentang kebutuhan kenyamanan


33

dari pasien. Jika perawat, institusi, komunitas secara konsisten

menggunakan teori ini maka teori ini sangat efisien, indivualis, dan

dapat memenuhi kebutuhan manusia secara holistik .Toksonomi

struktur dari teori comfort dapat memfasilitasi para peneliti untuk

membangun instrument - instrumen comfort dalam berbagai setting

baru.

d. Empirical Precision

Penggunaan teori ini berawal dari pemberian intervensi kenyamanan

terhadap wanita dengan penyakit cancer, seorang lansia di hospice, dan

mahasiswa yang stress terhadap tugas kuliah. Pada study terhadap

lansia didapatkan peningkatan HSBs, yang mendukung terhadap teori

comfort selanjutnya.

e. Derivable Consequenses

Teori comfort ini menjelakan tentang dimana pasien sebagai sentral

dalam pelayan dan menjelaskan bagaimana mengukur tingkat

kenyaman pasien. Status pasien dan kekuatan institusi teori ini dapat

membuktikan keuntuungan teori secara efektifitas untuk meningkatkan

kenyaman dan HSBs. Teori comfort ini mendedikasikan untuk

mengembalikan teori keperawatan kepada akarnya

2.5.6 Konsep Asuhan Keperawatan Kolcaba Comfort


1) Pengkajian
Pengkajian ditujukan untuk menggali kebutuhan rasa nyaman klien dan

keluarga pada empat konteks pengalaman fisik, psikospiritual, sosial dan

lingkungan. Kenyamanan fisik terdiri dari sensasi tubuh dan mekanisme


34

homeostasis. Kenyamanan psikospiritual mencakup kesadaran diri (harga

diri, seksualitas, arti hidup) dan hubungan manusia pada tatanan yang

lebih tinggi. Kenyamanan lingkungan terdiri dari lampu, bising,

lingkungan sekeliling, cahaya, suhu. Kenyamanan sosial menyangkut

hubungan interpersonal, keluarga dan sosial/masyarakat (keuangan,

perawatan kesehatan individu, serta tradisi keluarga, kegiatan religius)

Nama Pasien:........ Diagnosa Medis:..... Klien:......

Tabel 2.2 Pengkajian Kenyamanan Katherine Kolcaba Comfort

Tipe Relief Ease Transcendence

comfort
Fisik Sensasi tubuh: nyeri, Kegelisahan menahan Membutuhkan
meriang, demam nyeri posisi yang
Homeostasis: Jantung nyaman
yang berdebar-debar,
denyut nadi meningkat
Psikospiritual Kesadaran diri Ketidakpastian tentang  Butuh
a. Harga diri kondisi dukungan
b. Seksualitas spiritual dan
c. Arti hidup emosional
d. Dan hubungan  Butuh HE
manusia pada tentang nyeri
tatanan yang lebih yang dirasa
tinggi
Lingkungan a. Penerangan lampu Kurangnya ruangan Butuh ketenangan
yang redup, yang terapeutik untuk lingkungan
remang-remang pasien
b. Suara bising
c. Lingkungan
sekeliling
d. Cahaya
e. Suhu
Sosial 1. Hubungan Hambatan dalam Butuh dukungan
interpersonal pemberian dukungan keluarga
2. Keluarga pada pasien
3. Sosial/masyarakat
a. Keuangan
b. Perawatan
kesehatan
individu
c. Tradisi keluarga
d. Kegiatan
religius
35

2) Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinik tentang respon individu,

keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan, sebagai dasar

seleksi intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan asuhan

keperawatan sesuai dengan kewenangan perawat (Nurjanah, 2012).

1. Diagnosa: Gangguan Rasa Nyaman

Definisi: Perasaan kurang senang, lega dan sempurna dalam dimensi

fisik, psikospiritual, lingkungan dan sosial

Gejala dan Tanda Mayor

Subjektif Objektif
1. Mengeluh tidak nyaman 1. Gelisah
2. Mengeluh sulit tidur 2. Menunjukkan gejala distres
3. Tidak mampu rileks 3. Tampak merintih/menangis
4. Mengeluh mual 4. Postur tubuh berubah
5. Mengeluh lelah

NOC
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan status kenyamanan

meningkat dengan kriteria hasil:

1. Tingkat kecemasan berkurang


2. Tingkat kelelahan berkurang
3. Tingkat rasa takut berkurang
4. Tingkat nyeri yang terkontrol
5. Tingkat stres yang berkurang

NIC (Manajemen Kenyamanan Lingkungan)

1. Identifikasi sumber ketidaknyamanan ( mis: suhu ruang, kebersihan)


2. Sediakan ruangan yang tenang dan mendukung
3. Fasilitasi kenyamanan lingkungan (mis: atur suhu, selimut, kebersihan)
36

4. Jelaskan tujuan manajemen lingkungan

2. Diagnosa: Nyeri Akut


Definisi: Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan

kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau

lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang

dari 3 bulan.

Gejala dan Tanda Mayor


Subjektif Objektif
1. Mengeluh Nyeri 1. Tampak meringis
2. Bersikap protektif (waspada,
posisi menghindari nyeri)
3. Gelisah
4. Frekuensi nadi meningkat
5. Sulit tidur
6. Nafsu makan berubah
7. Tekanan darah meningkat

NOC
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nyeri dapat

berkurang dengan kriteria hasil:

1. Tingkat nyeri berkurang

2. Tingkat kecemasan berkurang

3. Status kenyamanan meningkat

4. Pergerakan bebas

5. Nafsu makan meningkat

NIC (Manajemen Nyeri)

1. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri


37

2. Identifikasi skala nyeri

3. Identifikasi

4. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (terapi

pijat, aromaterapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres

hangat/dingin)

5. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (suhu ruangan,

pencahayaan,kebisingan)

6. Fasilitasi istirahat dan tidur

7. Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri

8. Jelaskan strategi meredakan nyeri.

3. Diagnosa: Ansietas
Definisi: Kondisi emosi dan pengalaman subjektif individu terhadap

objek yang tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang

memungkinkan individu melakukan tindakan untuk menghadapi

ancaman.

Gejala dan Tanda Mayor

Subjektif Objektif
1. Merasa bingung 1. Tampak gelisah
2. Merasa khawatir dengan akibat 2. Tampak tegang
dari kondisi yang dihadapi 3. Sulit tidur
3. Mengeluh pusing 4. Frekuensi nafas meningkat
4. Anoreksia 5. Frekuensi nadi meningkat
5. Sulit berkonsentrasi 6. Muka tampak pucat

NOC
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tingkat kecemasan

dapat berkurang dengan kriteria hasil:

1. Tingkat agitasi berkurang


38

2. Pasien dapat mengontrol kecemasan diri

3. Tingkat rasa takut berkurang

4. Status kenyamanan meningkat

5. Tingkat konsentrasi meningkat

NIC (Manajemen Stres)

3. Identifikasi tingkat stres

4. Lakukan reduksi ansietas (anjurkan nafas dalam sebelum prosedur,

berikan informasi tentang prosedur)

5. Berikan waktu istirahat dan tidur yang cukup untuk mengembalikan

tingkat energi

6. Anjurkan mengatur waktu untuk mengurangi kejadian stres

7. Anjurkan teknik menurunkan stres (latihan pernafasan, masase,

relaksasi progresif, imajinasi terbimbing, terapi sentuhan, terapi

murathal, terapi musik, terapi humor, meditasi)

3) Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan bertujuan meningkatkan rasa nyaman. Intervensi

kenyamanan memiliki 3 kategori menurut Kolcaba (2003) dalam Tomey

dan Alligood (2006).

b. Teknik mengukur kenyamanan (technical comfort measures) adalah

intervensi kenyamanan standar dimana intervensi ini dilakukan dari 4

komponen secara menyeluruh fisik, psikospiritual, lingkungan dan

sosial. Intervensi fisik seperti memberikan obat, merubah posisi,

backrub, kompres hangat/dingin, sentuhan terapeutik. Intervensi

psikospiritual meliputi dengan memfasilitasi kebutuhan interaksi dan


39

sosialisasi klien dengan orang-orang terdekat selama perawatan dan

melibatkan keluarga secara aktif dalam kesembuhan klien. Intervensi

lingkungan meliputi menyangkut latar belakang eksternal, kondisi dan

pengaruhnya kepada manusia (temperatur suhu, bau, pencahayaan,

warna, suara, dll). Intervensi sosial meliputi menyangkut hubungan

interpersonal, keluarga dan sosial/masyarakat (keuangan, perawatan

kesehatan individu, serta tradisi keluarga, kegiatan religius)

d. Pembinaan (Coaching)

Termasuk intervensi yang didesain untuk membebaskan rasa nyeri, dan

menyediakan penentraman hati dan informasi, tindakan diatas dapat

dilakukan dengan memberikan dukungan emosional, mengedukasi

untuk perubahan kesehatan yang baik, mendengarkan yang menjadi

keluhan dan memberikan solusi, serta memberi reawrd dalam hal positif

yang sudah dilakukan sebagai bentuk apresiasi.

e. Tindakan yang menenangkan bagi jiwa (comfort food for the soul)

intervensi kenyamanan ini membuat pasien merasa lebih kuat dalam

kondisi yang sulit diukur secara personal. Target intervensi ini adalah

transcendence meliputi hubungan yang mengesankan antara perawat dan

pasien, keluarga, atau kelompok. Sugesti kenyamanan ini dapat

diberikan dalam bentuk pijatan, lingkungan yang adaptif yang

menciptakan kedamaian dan ketenangan, (guide imagery), terapi musik,

mengenang masalalu, dan sentuhan terapeutik.


40

4) Evaluasi

Evaluasi keperawatan dilakukan setelah implementasi, beberapa

instrumen telah dikembangkan untuk mengukur pencapaian tingkat

kenyamanan. Perawat dapat menggunakan beberapa instrumen untuk

menilai peningkatan kenyamanan klien yang telah diuji secara empiris,

seperti Comfort Quisionaire, Comfort Behaviours Checklist

(Kolcaba,Steiner & Drouin, 2006)

A. Instrumen Comfort Behaviour Checklist


Tabel 2.3 Comfort Behaviour Checklist Katherine Kolcaba (2006)

INDIKATOR SKALA PENILAIAN


NA TIDAK JARANG KADANG SERING
-KADAN
G
VOKALISASI
1) Sadar penuh 0 1 2 3 4
2) Mengerang 0 4 3 2 1
3) Mengeluh 0 4 3 2 1
4) Terdengar/berbicara 0 1 2 3 4
5) Menangis/berteriak 0 4 3 2 1
MOTORIK
6) Tenang 0 1 2 3 4
7) Gelisah (sambil 0 4 3 2 1
menggerakkan salah satu
anggota badan)
8) Mondar- mandir 0 4 3 2 1
9) Gelisah 0 4 3 2 1
10) Rileks 0 1 2 3 4
11) Menggosok area tertentu 0 4 3 2 1
12) Menjaga/menahan nyeri 0 4 3 2 1
KINERJA/PENAMPILAN
13) Gerakan cemas 0 4 3 2 1
14) Menerima saran/perintah 0 1 2 3 4
15) Menerima sentuhan 0 1 2 3 4
tangan
16) Mampu beristirahat 0 1 2 3 4
17) Mampu makan sendiri 0 1 2 3 4
18) Tenang 0 1 2 3 4
19) Mondar-mandir 0 4 3 2 1
20) Menghindar/menyendiri 0 4 3 2 1
41

MUKA
21) Menunjukkan depresi 0 4 3 2 1
22) Menyeringai/meringis 0 4 3 2 1
23) Ekspresi tenang 0 1 2 3 4
24) Terlalu waspada 0 4 3 2 1
25) Menunjukkan 0 4 3 2 1
ketakutan/kekhawatiran
26) Tersenyum 0 1 2 3 4
LAIN – LAIN
27) Pernafasan yang tidak 0 4 3 2 1
biasa
28) Dapat fokus 0 1 2 3 4
29) Mampu diajak bercakap- 0 1 2 3 4
cakap
30) Bangun dengan tenang 0 1 2 3 4

Pedoman pemberian skor Comfort Behaviour Checklist Katherine Kolcaba

(2006) :

1. Kurangi angka dari kategori “Non Appopriate” (NA) dari 30, untuk

menentukan total jawaban.

2. Kalikan total jawaban step 1 dengan 4 untuk menentukan skore yang

memungkinkan

3. Rubah skor pertanyaan negative:

2,3,5,7,8,9,11,12,13,19,20,21,22,24,25,27 dengan skor sebaliknya untuk

menentukan respon kenyamanan awal

4. Tambahkan respon kenyamanan awal (step 3) pada semua pertanyaan

yang tidak termasuk NA, untuk mendapatkan skor respon kenyamanan

5. Bagi skor respon kenyamanan (step 4) dengan jumlah skor yang

memungkinkan (step 2) dan bulatkan menjadi 2 desimal.

6. Catat hasil skor dalam bentuk decimal, skor yang lebih tinggi

menunjukkan kenyamanan yang tinggi dengan kategori:


42

Skor 0 – 0,20 : Sangat tidak nyaman

Skor 0,21 – 0,40 : Tidak nyaman

Skor 0,41 – 0,60 : Kurang nyaman

Skor 0,61 – 0,80 : Nyaman

Skor 0,81 – 1,00 : Sangat nyaman

Anda mungkin juga menyukai