Anda di halaman 1dari 45

MAKALAH

KEPERAWATAN DASAR PROFESI

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN


NUTRISI DAN LAPORAN KASUS ASKEP PADA
PASIEN DENGAN GASTRITIS

DI SUSUN OLEH :
KIKI RISKA NURAINI
NIM. 202026019

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


STIKES KARYA HUSADA KEDIRI
2020/2021
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN


NUTRISI DAN LAPORAN KASUS ASKEP PADA
PASIEN DENGAN GASTRITIS

DI SUSUN OLEH :
KIKI RISKA NURAINI
NIM. 202026019

Mengetahui,

Pembimbing Akademik, Mahasiswa,

(Dr. M.M.Huda.,S.Kep.,Ns.,M.Kep.,Sp.Kom) (Kiki Riska Nuraini)


NIDN. 0731056901 Nim. 202006019
LAPORAN PENDAHULUAN
GANGGUAN PEMENUHAN NUTRISI

1.1. DEFINISI
1.1.1. Definisi Nutrisi
Nutrisi menurupakan proses diamna tubuh manusia menggunakan
makanan untuk dijadikan energy, mempertahankan kesehatan,
pertumbuhan dan untuk berlangsungnya fungsi normal setiap organ baik
antara asupan nutrisi dengan kebutuhan nutrisi (Rock CL, 2004). Proses
pengambilan dan penggunaan zat gizi oleh tubuh dengan melalui 3 tahap
proses, yaitu tahap memasukkan makanan dan minuman ke dalam tubuh,
tahap pemecahan makanan atau minuman menjadi unsur gizi, dan tahap
pendistribusian zat gizi tersebut melalui sirkulasi darah keseluruh tubuh
(Sutandyo, 2007). Nutrisi dapat diartikan sebagai ilmu tentang makanan,
zat gizi dan zat lain yang terkandung, aksi reaksi dan keseimbangan yang
berhubungan dengan kesehatan dan penyakit (Tarwoto & Wartonah,
2010).

1.1.2. Kebutuhan Nutrisi


Terdapat beberapa cara untuk mengukur kebutuhan nutrisi, yaitu:
a. Persamaan Harris Benedict (untuk dewasa), Bassal Energy
Expenditure (BEE):
Laki-laki = 66,47 + (13,75 x BB) + (5 x TB) – (6,76 x Umur)
Perempuan = 65,51 + (9,56 x BB) + (1,88 x TB) – (4,67 x Umur)
Rata-rata BEE adalah mendekati 25 kkal/kgbb/hari.
b. Menghitung balance nitrogen dengan menggunakan urea urin 24 jam
dan dalam hubungannya dengan urea darah dan albumin. Tiap gram
nitrogen yang dihasilkan menggunakan energy besar 100-150kkal (At
Tock, 2007). Kebutuhan energy untuk pasien yang kritis: Rule Energy
Expenditure (REE) harus dilakukan sebelum memberikan nutrisi. REE
adalah pengukuran sumber energy yang dikeluarkan untuk
mempertahankan kehidupan pada kondisi istirahat 12-18 jam setelah
makan. REE sering disebut Basal Metabolic Rate (BMR), Basal
Energy Requitment (BER), atau Basar Energy Expenditure (BEE).
Perkiraan tersebut dapat membantu mengurangi komplikasi karena
kelebihan pemberian nutrisi (overviding) seperti infiltrasi lemak ke hati
dan pulmonary ( Wiryana, 2007).

1.2. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMENUHAN NUTRISI


a. Pengetahuan
Pengetahuan seseorang yang kurang tentang manfaat makanan yang
bergizi dapat mempengaruhi pola konsumsi maknaan. Hal tersebut
dapat disebabkan oleh kurangnya informasi sehingga dapat terjadi
kesalahan dalam memahami kebutuhan gizi.
b. Usia
Pada usia 0-10 tahun ebutuhan metabolisme basa dalam tubuh
bertambah cepat hal ini sehubungan dengan faktor pertumbuhan dan
perkembangan yang cepat pada usia tersebut, setelah usia 20 tahun
energy basal relative konsisten.
c. Jenis Kelamin
Kebutuhan metabolisme basal pada laki-laki lebh besar dibandingkan
dengan perempuan, pada laki-laki kebutuhan BMR 1,0 Kkal/kg BB/
Jam dan pada wanita 0,9 Kkal/kg BB / jam.
d. Tinggi dan Berat Badan
TB dan BB berpengaruh pada luas perukaan tubuh, maka semakin
besar pengeluaran panas maka kebutuhan metabolisme basal tubuh
menjadi semakin besar.
e. Status Ekonomi
Status ekonomi dapat mempengaruhi dikarenakan penyediaan bahan
makanan yang bergizi membutuhkan pendanaan yang tidak sedikit jika
berjalan secara terus menerus. Oleh karena itu masyarakat dengan
ekonomi yang tinggi mampu memenuhi kebutuhan gizi keluarganya
diandingkan dengan kondisi perekonomian rendah.
f. Status Kesehatan
Nafsu maanyanhg baik biasnaya menandakan tubuh yang sehat.
Anoreksia (kurang nafsu makan) biasanya gejala penyakit atau karena
efek samping obat.
g. Faktor Psikologis Stres dan Ketegangan
Motivasi individu untuk makan yang seimbang dan presepsi individu
tentang diet merupakan pengaruh yang kuat bagi banyak orang (ex:
susu menyimbolkan kelemahan dan daging menyimbolkan kekuatan).

1.3. ANATOMI FISIOLOGI SISTEM PENCERNAAN

Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring),


kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus. Sistem
pencernaan juga meliputi organ-organ yang terletak diluar saluran
pencernaan, yaitu pankreas, hati dan kandung empedu.

a. Mulut

Merupakan jalan masuk untuk sistem pencernaan, bagian dalam dari


mulut dilapisi oleh selaput lendir. Pengecapan dirasakan oleh organ
perasa yang berads di permukaan lidah dengan rasa yang sederhana
terdiri dari manis, asam, asin dan pahit. Penciuman dirasakan oleh
saraf olfaktorius di hidung dan lebih rumit dibandingkan dengan rasa.
Makanan yang masuk dalam mulut dipotong oleh gigi depan
(incisivus) dan dikunyah oleh gigi belakang (molar, geraham), setelah
menjadi bagian kecil kemudian ditelan dan di cerna, dan kelenjar ludah
akan membungkus bagian dari mkanan dengan enzim (seperti lisozom)
yang memecah protein dan menyerang bakteri pada makanan.

b. Tenggorokan (Faring)

Merupakan penghubung antara mulut dan kerongkongan. Dalam


lengkung faring terdapat tonsil (amandel) yaitu kelenjar limfe yang
banyak engandung kelenjar limfosit dan sebagai pertahanan terhadap
infeksi. Pada faring terletak persimpangan antara jalan nafas dengan
jalan makanan menuju saluran cerna, letaknya dibelakang rongga
mulut dan rongga hidung, dengan ruas tulang belakang.

c. Kerongkongan (Esofagus)

Merupakan tube yang panjang, sepertiga bagian atas terdiri dari otot
yang bertulang dan sisanya adalah otot yang licin. Permukaann
esophagus dilapisi selaput mukosa yang mengeluargkan secret mucoid
yang berguna sebagai perlindungannya.

d. Lambung

Merupakan organ otot beronggga yang besar dan seperti kedelai.


Makanan yang masuk dalam lambung dari kerongkongan melalui otot
berbentuk cincin (sfinter), yang bisa membuka dan mennutup secara
otomatis. Dalam keadaan yang normal sfinter menghalangi masuknya
kekmbali isi lambung ke dalam kerongkongan. Lambung berkontraksi
secara ritmik untuk mencampur maknan dan enzim. Sel yang melapisi
lambung menghasilkan 3 zat penting yaitu :

1. Lender

Fungsi lender melindungi sel lambung dari kerussakan oleh asam


lambung, kelainan pada lapisan lender ini dapat menyebablan
kerusakan yang mengarah ke terbentuknya tukak lambung.

2. Asam klorida (HCI)

Fungsi dari asam klorida yang bersifat asam ini berguna untuk
memecah protein. Keasaaman lambung yang tinggi berperan
sebagai penghalang terhadap infeksi dengan cara membunuh
berbagai bakteri.

3. Precursor pepsin (enzim yang juga memecah protein).

e. Usus halus
Terdiri dari duodenum, jejunum dan ileum dengan panjang kra kira 6
meter dengan diameter 2,5 cm. usus besar dengan panjang 1,5 meter
dengan diameter kira-kira 6 cm terdiri dari rectum, colon dan rectum
yang kemudian berujung pada anus. Usus mengolah maknan yang
sudah berbentuk chime (setengah padat) dari lambung untuk
mengabsorbsi air, nutrisi, potassium, bikarbonat dan enzim.

Chime bergerak karena adanya peristaltic usus dan akan berkumpul


menjadi feses di usus besar. Drai bentuk maknaan sampai mencapai
rectum dibutuhkan waktu 12 jam. Ada 3 gerakan colon yaitu houstral
shuffing afalah gerkan mencampur chime untuk mengabsorbsi air,
kontraksi haustrl adalah gerakan mendorong materi air dan semi padat
di sepanjang colon, dan yang ketiga gerakan peristaltic suatu gerakan
maju ke anus yang berupa gelombang. Makanan yang melewati usus
halus : chime, akan tiba di rectum 4 hari setelah ditelan, jumlah chime
yang di absorbs kurleb 350 ml.

f. Usus besar

Terdapat pada bagian usus antara usus buntu dan rectum, dengan
fungsinya yaitu menyerap air dari fese.

Colon terdiri dari:

1. Colon assendens (kanan)

2. Colon transversum

3. Colon desendens (kiri)

4. Colon sigmoid (berhubungan dengan rectum)

Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi


mencerna beberapa bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi.
Bakteri di dalam usus besar juga berfungsi membuat zat-zat penting,
seperti vitamin K. Bakteri ini penting untuk fungsi normal dari usus.
Beberapa penyakit serta antibiotik bisa menyebabkan gangguan pada
bakteri-bakteri didalam usus besar. Akibatnya terjadi iritasi yang bisa
menyebabkan dikeluarkannya lendir dan air, dan terjadilah diare.

g. Rektum dan Anus

Rektum adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar
(setelah kolon sigmoid) dan berakhir di anus. Organ ini berfungsi
sebagai tempat penyimpanan sementara feses. Biasanya rektum ini
kosong karena tinja disimpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu pada
kolon desendens. Jika kolon desendens penuh dan tinja masuk ke
dalam rektum, maka timbul keinginan untuk buang air besar (BAB).
Mengembangnya dinding rektum karena penumpukan material di
dalam rektum akan memicu sistem saraf yang menimbulkan keinginan
untuk melakukan defekasi.

Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana bahan


limbah keluar dari tubuh. Sebagian anus terbentuk dari permukaan
tubuh (kulit) dansebagian lannya dari usus. Pembukaan dan penutupan
anus diatur oleh otot sphinkter. Feses dibuang dari tubuh melalui
proses defekasi (buang air besar - BAB), yang merupakan fungsi
utama anus.

1.4. KLASIFIKASI, MANIFESTASI KLINIS DAN ETIOLOGI PADA


GANGGUAN PEMENUHAN NUTRISI
Secara umum gangguan kebutuhan nutrisi terdiri atas kekurangan dan
kelebihan nutrisi, obesitas, malnutrisi, DM, HT, Jantung Koroner, Kanker,
Anoreksia Nervosa. Berikut beberapa klasifikasi gangguan pemenuhan
nutrisi dengan tanda gejalanya:
a. Kekurangan Nutrisi
Merupakan suatu keadaan yang dialami seseorang dalam keadaan tidak
berpuasa (normal) atau resiko penurunan berat badan akibat
ketidakmampuan asupan nutrisi untuk kebutuhan metabolisme.
Manifestasi:
1. BB 10-20% dibawah normal.
2. Tinggi bdan di bawah ideal.
3. Lingkar kulit triseps lengan tengah kurangdari 60% ukuran
standart.
4. Adanya kelemahan dan nyeri tekan pada otot.
5. Adanya penurunan albumin serum.
6. Adanya penurunan transferrin.

Etiologi:

1. Meningkatnya kebutuhan kalori dan kesulitan dalam mencerna


kalori akibat penyakit infeksi atau kanker.
2. Disfagia karena adanya kelainan pernafasan.
3. Penurunan absorbs nutrisi akibat penyakit crohn atau intoleransi
laktosa.
4. Nafsu makan menurun.

b. Kelebihan Nutrisi
Merupakan suatu keadaan yang dialami seseorang yang mempunyai
resiko peningkatan berat badan akibat asupan kebutuhan metabolisme
secara berlebihan.
Manifestasi :
1. BB lebih dari 10% ideal.
2. Obesitas (lebih dari 20% BB ideal).
3. Lipatan kulit triseps lebih dari 15 mm pada pria dan 25 mm pada
wanita.
4. Adanya jumlah asupan yang berlebih dan aktibvitas monoton.

Etiologi :

1. Perubahan pola makan.


2. Penurunan fungsi pengecap dan penciuman.

c. Obesitas
Suatu kondisi terjadinya peningkatan BB yang mencapai lebih dari
20% BB normal. Status nutrisinya adalah melebihi kebutuhan asupan
kalori dan penurunan dalam penggunaan kalori.

d. Malnutrisi
Suatu kondisi terjadinya masalah yang berhubungan dengan
kekurangan zat gizi pada tingkat seluler atau dapat dikatakan sebagai
masalah asupan zat gizi yang tidak sesuai dengan kebutuhan tubuh.
Gejala umumnya adalah bb rendah dengan asupan makanan yang
cukup atau kurang dari kebutuhan tubuh, adanya kelemahan otot dan
penurunan energy, pucat pada kulit, membrane mukosa, konjungtiva,
dll. Klasifikasi Malnutrisi ialah:
1. PCM (Protein Calorie Malnutrition) suatu kondisi status nurisi
buruk akibat kurangnya kualitas dan kuantitas konsumsi nutrisi,
dengan kategori berikut ini:
- PCM ringan : BB < 80% BB normal sesuai umur.
- PCM sedang : BB 60% BB normal sesuai umur s.d 80% BB
normal.
- PCM Berat : BB <60% BB normal sesuai umur.
2. Kwashiorkor
Malnutrisi yang terjadi akibat diet protein yang tidak adekuat pada
bayi keika sudah tidak mendapatkan asi. Defisiensi tersebut dapat
berakibat: reterdasi metal, kemunduran pertumbuhan, apatis,
edema, otot tidak tumbuh, dipergmentasi kulit.

e. DM (Diabtes Melitus)
Gangguan kebutuhan nutrisi yang ditandai dengan adanya gangguan
metabolisme karbohidrat akibat kekurangan insulin atau penggunaan
karbohidrat secara berlebihan.

f. Hipertensi
Merupakan gangguan nutrisi yang juga disebabkan oleh berbagai
masalah pemenuhan nutrisi seperti penyebab dari adanya obesitas,
serta asupan kalsium, natrium dan gaya hidup yang kurang baik.

g. Penyakit Jantung Koroner


Merupakan gangguan nutrisi yang sering disebabkan oleh adanya
peningkatan kolesterol darah dan merokok. Saat ini penyakit jantung
coroner sering dialami karena perilaku atau gaya hidup yang kurang
sehat, obesitas, dll.

h. Anoeksia Nervosa
Merupakan penurunan bb secara mendadak dan berkepanjangan,
ditandai adanya konstpasi, pembengkakak badan, nyeri abdomen,
kedinginan.

1.5. KARAKTERISTIK STATUS NUTRISI


Karakteristik status nutrisi ditentukan dengan adanya Body Mass Index
(BMI) dan Ideal Body Image Weight (IBW) :
a. Body Mass Index (BMI)
Merupakan ukuran dari gambaran BB seseorang dengan TB. BMI
dihubungkan dengan total lemak dalam tubuh dan sebagai panduan
untuk mengkaji kelebihan BB (overwight) dan obesitas.
Indeks Masa Tubuh = BB (kg) / TB x TB
(m) Tabel Batas ambang IMT di Indonesia
Kategori IMT
Kurus Kekurangan tingkat <17,0
sedang
Kekurangan tingkat 17,0-18,5
berat
Normal 18,5- 25,0
Gemuk Kelebihan tingkat >25,0
ringan
Kelebihan tingat berat >27,0
Sumber: (Depkes 2002, dalam Asmadi 2008).
b. Ideal Body Weight (IBW)
Merupakan perhitungan BB optimal dalam fungsi tubuh yang sehat.
BB ideal adalah jumlah TB dalam cm dengan 100 dan dikurangi 10%
dari jumlah itu.
BB ideal (kg) = (TB (cm) – 100) – (10% (TB-100).
1.6. PENATALAKSANAAN
a. Edukasi pad pasien dan keluarga
Pemberian edukasi tentang pemenuhan nutrisi yang benar kepada
keluarga dan pasien dapat meambah pengetahuan pasien tentang
pentingnya kebutuhan nutrisi yang harus tercukupi secara seimbang.
b. Pemberian penanganan fokus pada penyebab masalah pola nutrisi yang
terjadi.
c. Pemberian asupan nutrisi aik secara oral, parienteral dan enteral.
d. jika perlu, beri obat pada penyebab masalah nutrisi.
1.7. WOC NUTRISI
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN PEMENUHAN
NUTRISI

1.1. PENGKAJIAN
Konsep asuhan keperawatan fokus pada pengkajian masalah pada penyebab
gangguan pemenuhan nutrisi, pengkajian meliputi:
1. Data umum
Pada data umum meliputi nama, no register, umur, jenis kelamin, agaa s,
suku bangsa, dll.
2. Data Dasar
Data dasar meliputi keluhan utama: yaitu keluhan yang paling dirasakan
oleh klien. Alasan masuk rumah sakit, riwayat penyakit sekarang, upaya
apa yang telah dilakukan klien dirumah dan terapi yang telah di dapatkan
sebelum di beri intervensi, riwayat kesehatan dahulu, riwayat kesehatan
keluarga dan genogram dari pasien.
3. Pengkajian Biologis
Pada pengkajian biologis memuat tentang:
a. Rasa aman dan nyaman
b. Aktivitas istirahat-tidur-aktivitas
c. Cairan
d. Nutrisi
Pada pengkajian nutrisi memuat mulai dari kebiasaan makan klien,
pola makan, maknan kesukaan dan pantangan, riwayat alergi, kesulitan
menelan atau tidak, menggunakan alat bantu atau tidak, apakah ada hal
yang menyebabkan gangguan pencernaan, dst.
e. Eliminasi : urin dan feses.
f. Kebutuhan oksigenasi.
g. Kardiofaskuler
h. Personal hygine
i. Seks
j. Psikososial dan spiritual
4. Pemeriksaan fisik (data objektif)
Meliputi kesehatan umum dan pengkajian head to toe / B1-B6.
Perlu adnaya tambahan pemeriksaan antropometri untuk mengetahui
normal tidaknya bb tubuh seseorang sebagai indikasi mengalami gangguan
pemenuhan nutrisi atau tidaknya :
 Berat badan ideal: (TB ̶ 100) ± 10%
 BMI (Body Mass Index): BB (kg) / TB x TB (m)
 Lingkar lengan atas (MAC):
Nilai normal Wanita : 28,5 cm
Pria : 28,3 cm
 Lipatan kulit pada otot trisep (TSF)
Nilai normal Wanita : 16,5 ─ 18 cm
Pria : 12,5 ─ 16,5 cm

5. Pemeriksaan diagnostic
a. Laboratorium

 Albumin (N: 4─ 5,5 mg/100ml)


 Transferin (N:170 ─ 25 mg/100 ml)
 Hb (N: 12 mg %)
 BUN (N:10 ─ 20 mg/100ml)
 Ekskresi kreatinin untuk 24 jam (N: laki-lak: 0,6 ─ 1,3 mg/100 ml,
wanita: 0,5 ─ 1,0 mg/100 ml) (Tarwoto & Wartonah, 2006)
b. Radiologi
DIAGNOSA KEPERAWATAN
a.Berat Badan Lebih (D.0018)
b.Deficit Nutrisi (D.0019)
c.Disfungsi motilitas gastrointestinal
(D.0021) d.Kesiapan peningkatan nutrisi
(D.0026)
e.Resiko Defisit Nutrisi (D.0032)
f. Risiko Disfungsi mobilitas gastrointestinal (D.0033)
g.Risiko ketidakseimbangan cairan (D.0036)

1.2. RENCANA INTERVENSI KEPERAWATAN

NO DIAGNOSA/ PENYEBAB SLKI SIKI

1 Berat Badan Lebih 1. Kurang aktivitas harian. Berat Badan: Konseling nutrisi:
(D.0018) 2. Kelebihan konsusmsi gula. 1. Berat badan membaik Obsevasi
3. Gangguan kebiasaan 2. Tebal lipatan kulit 1. Identifikasi kebiasaan
Definisi: makan. membaik makan dan perilaku
Akumulasi lemak berlebih 4. Gangguan presepi makan. 3. Indeks massa tubuh makan yang akan
atau abnormal yang tidak 5. Kkelebihan konsumsi membaik diubah
sesuai dengan usia dengan alcohol. 2. Identifikasi kemajuan
jenis kelamin. 6. Penggunaan energy kurang modifikasi diet secara
dari asupan. regular
7. Sering mengemil. 3. Monitor intake dan
8. Makaan makanan output cairan
berminyak atau berlemak Terapeutik
yang berlebih. 4. Bina hubungan
9. Faktor keturunan. terapeutik
10. Asupan kalsium rendah 5. Spakati waktu
pada anak. pemberian konseling
11. BB bertambah cepat. 6. Tetapkan tujuan jangka
12. Maknaan padat sebagai pendek dan jangka
sumber utama pada bayi panjang yang realistis
usia <5 bulan. 7. Gunakan standar
nutrisi sesuai pedoman
diit dalam
mengevaluasi
kecakupan makanan
Edukasi
8. Informasikan perlunya
modifikasi diit
9. Jelaskan program gizi
dan presepsi pasien
terhadap diit yang di
programkan
Kolaborasi
10. Rujuk ke ahli gizi, jika
perlu
2 Deficit Nutrisi (D.0019) 1. Ketidakmampuan menelan Status Nutrisi: Manajemen Nutrisi:
makanan. 1. Berat badan membaik Observasi
Definisi: 2. Ketidakmampuan mencerna 2. IMT membaik 1. Identifikasi status
Asupan nutrisi tidak cukup makanan. 3. Frekuensi makan nutrisi
untuk memenuhi kebutuhan 3. Ketidakmampuan membaik 2. Identifikasi alergi dan
metabolisme. mengabsorbsi nutrisi. 4. Nafsu mkanan intoleransi makanan
4. Penningkatan kebutuhan membaik 3. Identifikasi mkanan
metabolisme. 5. Bising usus membaik yang disukai
5. Faktor ekonomi. 6. Tebal lipatan kulit 4. Identifikasi kalori dan
6. Faktor psikologis. triseps membaik jenis mkanan
7. Membrane mukosa 5. Monitor asupan
membaik mkanan
6. Monitor berat badan
7. Monitor hasil
pemeriksaan
laboratorium
Terapeutik
8. Lakukan oral hygine
sebelum makan, jika
perlu.
9. Fasilitasi menentukan
pedoman diit
10. Sajikan maknan yang
menarik dengan suhu
yang sesuai
11. Berikan mkanan yang
tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
12. Berikan uplemen
maknan, jika perlu
Edukasi
13. Anjurkan posisi duduk,
jika mampu
14. Ajarkan diet yang
diprogamkan.
Kolaborasi
15. Kolaboorasi pemberian
medikasi sebelum
makan
16. Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalory dan jenis
nutrisi.
3 Disfungsi motilitas 1. Asupan enteral Motilitas Gastrointestinal: Manajemen Nutrisi:
gastrointestinal (D.0021) 2. Intoleransi mkanan 1. peristaltic meningkat Observasi
3. Imobilitas 2. mual meningkat 1. Identifikasi status
Definisi: 4. Makanan kontaminan 3. distensi abdomen nutrisi
Peningkatan, penurunan, 5. Malnutrisi meningkat 2. Identifikasi alergi dan
tidak efektif atau kurangnya 6. Pembedahan 4. suara peristaltic intoleransi makanan
aktivitas peristaltic 7. Efek agen farmakologi menurun 3. Identifikasi mkanan
gastrointestinal. 8. Proses penuaan 5. pengosongan lambung yang disukai
9. kecemasan menurun 4. Identifikasi kalori dan
6. flatus menurun jenis mkanan
5. Monitor asupan
mkanan
6. Monitor berat badan
7. Monitor hasil
pemeriksaan
laboratorium
Terapeutik
8. Lakukan oral hygine
sebelum makan, jika
perlu.
9. Fasilitasi menentukan
pedoman diit
10. Sajikan maknan yang
menarik dengan suhu
yang sesuai
11. Berikan mkanan yang
tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
12. Berikan uplemen
maknan, jika perlu
Edukasi
13. Anjurkan posisi duduk,
jika mampu
14. Ajarkan diet yang
diprogamkan.
Kolaborasi
15. Kolaboorasi pemberian
medikasi sebelum
makan
16. Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalory dan jenis
nutrisi.
4 Kesiapan peningkatan Status Nutrisi:
nutrisi (D.0026) 1. Berat badan membaik
2. IMT membaik
Definisi: 3. Frekuensi makan
Pola asupan nutrisi yang membaik
cukup untuk memenuhi 4. Nafsu mkanan
kebutuhan metabolisme dan membaik
dapat ditingkatkan 5. Bising usus membaik
6. Tebal lipatan kulit
triseps membaik
7. Membrane mukosa
membaik
5 Resiko Defisit Nutrisi Fakor Resiko: Status Nutrisi: Manajemen Nutrisi:
(D.0032) 1. ketiakmampuan menelan 1. Berat badan membaik Observasi
makanan 2. IMT membaik 1. Identifikasi status
Definisi: 2. krtidakmampuan mencerna 3. Frekuensi makan nutrisi
Beresiko mengalami makanan membaik 2. Identifikasi alergi dan
ketidakcukupan nutrisi 3. ketidakmampuan 4. Nafsu mkanan intoleransi makanan
untuk memenuhi kebutuhan mengabsorbsi nutrisi membaik 3. Identifikasi mkanan
metabolisme. 4. peningkatan kebutuhan 5. Bising usus membaik yang disukai
metabolisme 6. Tebal lipatan kulit 4. Identifikasi kalori dan
5. faktor ekonomi triseps membaik jenis mkanan
6. faktor psikologis 7. Membrane mukosa 5. Monitor asupan
membaik mkanan
6. Monitor berat badan
7. Monitor hasil
pemeriksaan
laboratorium
Terapeutik
8. Lakukan oral hygine
sebelum makan, jika
perlu.
9. Fasilitasi menentukan
pedoman diit
10. Sajikan maknan yang
menarik dengan suhu
yang sesuai
11. Berikan mkanan yang
tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
12. Berikan uplemen
maknan, jika perlu
Edukasi
13. Anjurkan posisi duduk,
jika mampu
14. Ajarkan diet yang
diprogamkan.
Kolaborasi
15. Kolaboorasi pemberian
medikasi sebelum
makan
16. Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalory dan jenis
nutrisi.
6 Risiko Disfungsi mobilitas Faktor Risiko: Motilitas Gastrointestinal: Manajemen Nutrisi:
gastrointestinal (D.0033) 1. pembedahan abdomen 1. peristaltic meningkat Observasi
2. penurunan 2. mual meningkat 1. Identifikasi status
Definisi: isrkulasi 3. distensi abdomen nutrisi
Risiko peningkatan, gastrointestinal meningkat 2. Identifikasi alergi dan
penurunan atau tidak 3. intoleransi makanan 4. suara peristaltic intoleransi makanan
efektifnya aktivitas 4. refluks gastrointestinal menurun 3. Identifikasi mkanan
peristaltic pada sistem 5. hiperglikemia 5. pengosongan lambung yang disukai
gastointesinal. 6. imobilitas menurun 4. Identifikasi kalori dan
7. proses penuaan 6. flatus menurun jenis mkanan
8. infeksi gastrointestinal 5. Monitor asupan
9. efek agen farmakologi mkanan
10. prematuritas 6. Monitor berat badan
11. kecemasan Terapeutik
12. stress 7. Lakukan oral hygine
13. kurangnya sanitasi pada sebelum makan, jika
periapan makanan perlu.
8. Fasilitasi menentukan
pedoman diit
9. Sajikan maknan yang
menarik dengan suhu
yang sesuai
10. Berikan mkanan yang
tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
11. Berikan uplemen
maknan, jika perlu
Edukasi
12. Anjurkan posisi duduk,
jika mampu
13. Ajarkan diet yang
diprogamkan.
Kolaborasi
14. Kolaboorasi pemberian
medikasi sebelum
makan
15. Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalory dan jenis
nutrisi.
7 Risiko ketidakseimbangan Faktor Resiko: Keseimbangan cairan: Manajemen cairan:
cairan (D.0036) 1. Prosedur pembedahan 1. Asupan cairan Observasi
mayor meningkat 1. Monitor status hidrasi
Definisi: 2. Trauma / pendarahan 2. Keluaran urin 2. Monitor BB harian
Beresiko mengalami 3. Luka bakar meningkat 3. Monitor hasil
penurunan, peningkatan 4. Apheresis 3. Kelembapan membrane pemeriksaan hasil lab
atau percepatan 5. Asites mukosa meningkat 4. Monitor status
perpindahan cairan dari 6. Obstruksi intestinal 4. Asupan maknan hemodinamik
intravaskuler, interstisial 7. Peradangan pancreas meningkat Terapeutik
atau intraseluler 8. Penyakit ginjal dan kelenjar 5. Ttv normal 5. Catat intake dan output
9. Disfungsi intestinal 6. Turgor kulit membaik harian dan hitung
7. Berat badan membaik cairan 24 jam
6. Barikan asupan cairan
sesuai kebutuhan
7. Berikan cairan iv, jika
pperlu
Kolaborasi
8. Pemberian deuretik.
1.3. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Pada tahap ini dilakukan pelaksanaan dari perencanaan keperawatan yang telah ditentukan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan
klien secara optimal. Pelaksanaan adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah di susun pada tahap
pencanaan.

1.4. EVALUASI KEPERAWATAN


Evaluasi merupakan langkah akhir dalam proses keperawatan. Evaluasi adalah kegiatan yang disengaja dan terus-menerus dengan
melibatkan klien, perawat, dan anggota tim kesehatan lainnya. Dalam hal ini diperlukan pengetahuan tentang kesehatan, patofisiologi,
dan strategi evaluasi. Tujuan evaluasi adalah untuk menilai apakah tujuan dalam rencana keperawatan tercapai atau tidak
dan untuk melakukan pengkajian ulang.
LAPORAN KASUS

Anda mungkin juga menyukai