DI SUSUN OLEH :
DEA AYU PRATIWI
NIM. 202006006
DI SUSUN OLEH :
DEA AYU PRATIWI
NIM. 202006006
Mengetahui,
Penguji, Mahasiswa,
1.1. DEFINISI
1.1.1. Definisi Nutrisi
Nutrisi menurupakan proses diamna tubuh manusia menggunakan
makanan untuk dijadikan energy, mempertahankan kesehatan,
pertumbuhan dan untuk berlangsungnya fungsi normal setiap organ baik
antara asupan nutrisi dengan kebutuhan nutrisi (Rock CL, 2004). Proses
pengambilan dan penggunaan zat gizi oleh tubuh dengan melalui 3 tahap
proses, yaitu tahap memasukkan makanan dan minuman ke dalam tubuh,
tahap pemecahan makanan atau minuman menjadi unsur gizi, dan tahap
pendistribusian zat gizi tersebut melalui sirkulasi darah keseluruh tubuh
(Sutandyo, 2007). Nutrisi dapat diartikan sebagai ilmu tentang makanan,
zat gizi dan zat lain yang terkandung, aksi reaksi dan keseimbangan yang
berhubungan dengan kesehatan dan penyakit (Tarwoto & Wartonah,
2010).
a. Mulut
b. Tenggorokan (Faring)
c. Kerongkongan (Esofagus)
Merupakan tube yang panjang, sepertiga bagian atas terdiri dari otot
yang bertulang dan sisanya adalah otot yang licin. Permukaann
esophagus dilapisi selaput mukosa yang mengeluargkan secret mucoid
yang berguna sebagai perlindungannya.
d. Lambung
1. Lender
Fungsi dari asam klorida yang bersifat asam ini berguna untuk
memecah protein. Keasaaman lambung yang tinggi berperan
sebagai penghalang terhadap infeksi dengan cara membunuh
berbagai bakteri.
Terdiri dari duodenum, jejunum dan ileum dengan panjang kra kira 6
meter dengan diameter 2,5 cm. usus besar dengan panjang 1,5 meter
dengan diameter kira-kira 6 cm terdiri dari rectum, colon dan rectum
yang kemudian berujung pada anus. Usus mengolah maknan yang
sudah berbentuk chime (setengah padat) dari lambung untuk
mengabsorbsi air, nutrisi, potassium, bikarbonat dan enzim.
f. Usus besar
Terdapat pada bagian usus antara usus buntu dan rectum, dengan
fungsinya yaitu menyerap air dari fese.
2. Colon transversum
Rektum adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar
(setelah kolon sigmoid) dan berakhir di anus. Organ ini berfungsi
sebagai tempat penyimpanan sementara feses. Biasanya rektum ini
kosong karena tinja disimpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu pada
kolon desendens. Jika kolon desendens penuh dan tinja masuk ke
dalam rektum, maka timbul keinginan untuk buang air besar (BAB).
Mengembangnya dinding rektum karena penumpukan material di
dalam rektum akan memicu sistem saraf yang menimbulkan keinginan
untuk melakukan defekasi.
b. Kelebihan Nutrisi
Merupakan suatu keadaan yang dialami seseorang yang mempunyai
resiko peningkatan berat badan akibat asupan kebutuhan metabolisme
secara berlebihan.
Manifestasi :
1. BB lebih dari 10% ideal.
2. Obesitas (lebih dari 20% BB ideal).
3. Lipatan kulit triseps lebih dari 15 mm pada pria dan 25 mm pada
wanita.
4. Adanya jumlah asupan yang berlebih dan aktibvitas monoton.
Etiologi :
c. Obesitas
1.1.7 PENATALAKSANAAN
a. Edukasi pad pasien dan keluarga
Pemberian edukasi tentang pemenuhan nutrisi yang benar kepada
keluarga dan pasien dapat meambah pengetahuan pasien tentang
pentingnya kebutuhan nutrisi yang harus tercukupi secara seimbang.
b. Pemberian penanganan fokus pada penyebab masalah pola nutrisi yang
terjadi.
c. Pemberian asupan nutrisi aik secara oral, parienteral dan enteral.
WOC
1.2 Konsep Diabetes Mellitus (DM)
Diabetes mellitus adalah suatu penyakit dimana kadar glukosa (gula sederhana) di
dalam darah tinggi karena tubuh tidak dapat melepaskan atau menggunakan insulin
secara cukup. Insulin adalah hormon yang dilepaskan oleh pankreas, yang
memasukkan gula ke dalam sel sehingga bisa menghasilkan energi atau disimpan
memiliki kadar gula darah puasa >126 mg/dL dan pada tes sewaktu >200 mg/dL.
adanya gangguan sekresi insulin, aktivitas insulin atau keduanya. Masalah utama
yang terjadi pada DM adalah akibat kurangnya insulin dan defisiensi insulin.
Diabetes tipe 1 terjadi akibat adanya kerusakan sel beta pancreas yang
dengan proses autoimun dan idiopatik. Destruksi otoimun dari sel-sel β pulau
otoantibodi yang dihubungkan dengan DM Tipe 1, antara lain ICCA (Islet Cell
Cytoplasmic Antibodies), ICSA (Islet cell surface antibodies), dan antibodi
Pada DM Tipe 2 faktor genetik dan pengaruh lingkungan cukup besar dalam
menyebabkan terjadinya DM tipe 2, antara lain obesitas, diet tinggi lemak dan
rendah serat, serta kurang gerak badan. Berbeda dengan DM Tipe 1, pada
penderita DM Tipe 2, terutama yang berada pada tahap awal, umumnya dapat
glukosa yang juga tinggi. Jadi, awal patofisiologis DM Tipe 2 bukan disebabkan
oleh kurangnya sekresi insulin, tetapi karena sel-sel sasaran insulin gagal atau
tak mampu merespon insulin secara normal. Keadaan ini lazim disebut sebagai
keadaan diabetes atau intoleransi glukosa yang timbul selama masa kehamilan,
dan biasanya berlangsung hanya sementara atau temporer, pada wanita hamil
diketahui menderita GDM, dan umumnya terdeteksi pada atau setelah trimester
kedua. Diabetes dalam masa kehamilan, walaupun umumnya kelak dapat pulih
sendiri beberapa saat setelah melahirkan, namun dapat berakibat buruk terhadap
bayi yang dikandung. Akibat buruk yang dapat terjadi antara lain malformasi
kongenital, peningkatan berat badan bayi ketika lahir dan meningkatnya risiko
mortalitas perinatal. Disamping itu, wanita yang pernah menderita GDM akan
lebih besar risikonya untuk menderita lagi diabetes di masa depan. Kontrol
Pra-diabetes adalah kondisi dimana kadar gula darah seseorang berada diantara
kadar normal dan diabetes, lebih tinggi dari pada normal tetapi tidak cukup
tinggi untuk dikatagorikan ke dalam diabetes tipe 2. Penderita pra-diabetes.
dan stroke. Apabila tidak dikontrol dengan baik, kondisi pra-diabetes dapat
meningkat menjadi diabetes tipe 2 dalam kurun waktu 5-10 tahun. Namun
pengaturan diet dan olahraga yang baik dapat mencegah atau menunda
Gejala tipikal yang sering dirasakan penderita diabetes antara lain poliuria (sering
buang air kecil), polidipsia (sering haus), dan polifagia (banyak makan/mudah
lapar). Selain itu sering pula muncul keluhan penglihatan kabur, koordinasi gerak
anggota tubuh terganggu, kesemutan pada tangan atau kaki, timbul gatal-gatal yang
seringkali sangat mengganggu (pruritus), dan berat badan menurun tanpa sebab
yang jelas (Depkes RI, 2010). DM Tipe I gejala klasik yang umum dikeluhkan
adalah poliuria, polidipsia, polifagia, penurunan berat badan, cepat merasa lelah
(fatigue), iritabilitas, dan pruritus (gatal-gatal pada kulit) (Depkes RI, 2010).
Sedangkan tanda dan gejala yang sering dialami pasien dengan DM tipe 2 adalah
sebagai berikut:
1.2.3.1 Poliuria
1.2.3.2 Haus
timbulnya rasa haus dan mulut terasa kering sebagai mekanisme kompensasi
Peningkatan kadar glukosa darah yang melebihi ambang batas ginjal yaitu 180
osmotic) sehingga glukosa ikut keluar melalui urine yang dapat menyebabkan
terjadinya dehidrasi.
asam amino (proteolisis) dalam otot sehingga cadangan protein dalam otot
badan. Penurunan berat badan yang terjadi pada pasien DM tipe 2 berkisar 1-2
kg.
dapat disimpan sebagai glikogen dalam hati serta adanya proses pemecahan
menjadi gliserol dan asarn lemak bebas sehingga cadangan lenak menurun.
peningkatan tekanan osmotik pada mata dan perubahan pada lensa sehingga
Setiap orang yang memiliki satu atau lebih faktor risiko diabetes selayaknya
dokter, apoteker dan petugas kesehatan lainnya pun sepatutnya memberi perhatian
diketahui dan ditangani, makin mudah untuk mengendalikan kadar glukosa darah
risiko untuk diabetes melitus, terutama untuk DM Tipe 2, adalah sebagai berikut :
dengan BB lahir > 4 kg 3) Ras.4) Usia > 45 tahun. 5) Obesitas (index massa
memiliki berat badan lebih atau mengalami obesitas 7) Altifitas fisik yang
mmHg). 10) Kolesterol HDL < 35 mg/dL, atau kolesterol Trigliserida > 250
mg/dL. 11) Riwayat penyakit pembuluh darah. 12) Sindrom Polikistik Ovarium
untuk meningkatkan pengambilan glukosa kedalam jaringan otot dan lemak yang
akibat tidak adanya respon dari sel-sel jaringan terhadap konsentrasi insulin yang
nonnal. Untuk mempertahankan kadar glukosa darah yang normal, sel beta
dalam mensekresi insulin. Peningkatan insulin yang berlangsung dalam waktu yang
lama dapat menyebabkan penurunan fungsi dari sel beta kelenjar pancreas untuk
insulin dan memicu terjadinya DM. Insulin merangsang sintesis protein dan
mengambat pemecahan protein di hepar, otot dan jarigan lemak. Ketika tubuh
tidak mendapatkan glukosa yang cukup sebagai surnber energi, maka hormon
glukagon. akan merangsang pengeluaran glukosa dari dari hepar melalui proses
glikolisis dan glukoneogeneis. Ketika didalam hepar tidak, tersedia glukosa maka
untuk menyediakan glukosa akan terjadi proses pemecahan lemak (lipotisis), dan
protein (proteolisis) sebagai sumber energi dan hal tersebut dapat menyebabkan
polipagia. Selain itu juga terjadi proses pemecahan protein menjadi asam amino
Diabetes yang tidak terkontrol dengan baik dapat menimbulkan komplikasi akut
dan kronis. Berikut ini akan diuraikan beberapa komplikasi yang sering terjadi dan
harus diwaspadai.
1.2.6.1 Hipoglikemia
kesadaran. Apabila tidak segera ditolong dapat terjadi kerusakan otak dan
akhirnya kematian.
Pada hipoglikemia rentang nilai kadar glukosa plasma penderita abnormal yaitu
kurang dari 90 mg/dl. Kadar glukosa darah yang terlalu rendah menyebabkan
sel-sel otak tidak mendapat pasokan energi sehingga tidak dapat berfungsi
penderita: 1) Lupa atau sengaja meninggalkan makan (pagi, siang atau malam)
2) Makan terlalu sedikit, lebih sedikit dari yang disarankan oleh dokter atau ahli
2010).
1.2.6.2 Hiperglikemia
Hiperglikemia adalah keadaan dimana kadar gula darah melonjak secara tiba-
tiba, rentang nilai kadar gula darah pada hiperglikemia yaitu lebih dari 200
mg/dl. Keadaan ini dapat disebabkan antara lain oleh stress, infeksi, dan
konsumsi obat-obatan tertentu. Hiperglikemia ditandai dengan poliuria,
Hiperglikemia dapat dicegah dengan kontrol kadar gula darah yang ketat.
lipid darah. Penderita diabetes sebaiknya selalu menjaga tekanan darahnya tidak
lebih dari 130/80 mm Hg. Untuk itu penderita harus dengan sadar mengatur gaya
hidupnya, termasuk mengupayakan berat badan ideal, diet dengan gizi seimbang,
berolah raga secara teratur, tidak merokok, mengurangi stress, mengatur pola
Heart Disease = CAD), penyakit pembuluh darah otak, dan penyakit pembuluh
makrovaskular dapat juga terjadi pada DM tipe 1, namun yang lebih sering
2010
dan rapuh dan terjadi penyumbatan pada pembuluh-pembuluh darah kecil. Hal
hiperglikemia, ketiga komplikasi ini juga dipengaruhi oleh faktor genetik. Oleh
sebab itu dapat terjadi dua orang yang memiliki kondisi hiperglikemia yang
dengan pengendalian kadar gula darah yang ketat. Pengendalian intensif dengan
1.2.7 Penatalaksanaan
dimulai dengan pengaturan makan dan latihan jasmani selama beberapa waktu (2-
intervensi farmakologis dengan obat hipoglikemik oral (OHO) dan atau suntikan
insulin. Pada keadaan tertentu, OHO dapat segera diberikan secara tunggal atau
berat, misalnya ketoasidosis, stres berat, berat badan yang menurun dengan cepat,
pemantauan mandiri, tanda dan gejala hipoglikemia dan cara mengatasinya harus
1.2.7.1 Edukasi
Diabetes Melitus umumnya terjadi pada saat pola gaya hidup dan perilaku telah
dalam hal karbohidrat, protein, lemak, sesuai dengan kecukupan gizi baik
kalori. Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur, stres
akut, dan kegiatan jasmani untuk mencapai dan mempertahankan berat badan
ideal. Jumlah kalori yang diperlukan dihitung dari berat badan ideal dikali
kebutuhan kalori basal (30 Kkal/kg BB untuk laki-laki dan 25 Kkal/kg BB untuk
status gizi, dan kalori yang diperlukan untuk menghadapi stres akut sesuai
dengan kebutuhan. Pada dasarnya kebutuhan kalori pada diabetes tidak berbeda
dengan non diabetes yaitu harus dapat memenuhi kebutuhan untuk aktifitas baik
fisik maupun psikis dan untuk mempertahankan berat badan supaya mendekati
ideal.
1.2.7.3 Latihan Jasmani
Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan jasmani secara teratur (3-4 kali
seminggu selama kurang lebih 30 menit), merupakan salah satu pilar dalam
untuk menjaga senam diabetes menjaga kebugaran juga dapat menurunkan berat
glukosa darah. Latihan jasmani yang dianjurkan berupa latihan jasmani yang
bersifat aerobik seperti : senam, jalan kaki, bersepeda santai, jogging, dan
kesegaran jasmani. Untuk mereka yang relatif sehat, intensitas latihan jasmani
malasan.
mempunyai efek utama meningkatkan sekresi insulin oleh sel beta pankreas, dan
merupakan pilihan utama untuk pasien dengan berat badan normal dan kurang,
namun masih boleh diberikan kepada pasien dengan berat badan lebih. Untuk
tua, gangguan faal ginjal dan hati, kurang nutrisi serta penyakit kardiovaskular,
penekanan pada meningkatkan sekresi insulin fase pertama. Golongan ini terdiri
dari 2 macam obat yaitu: Repaglinid (derivat asam benzoat) dan Nateglinid
(derivat fenilalanin). Obat ini diabsorpsi dengan cepat setelah pemberian secara
oral dan diekskresi secara cepat melalui hati. b. Penambah sensitivitas terhadap
inti di sel otot dan sel lemak. Golongan ini mempunyai efek menurunkan
dikontraindikasikan pada pasien dengan gagal jantung klas I-IV karena dapat
memperberat edema/retensi cairan dan juga pada gangguan faal hati. Pada pasien
fungsi ginjal (serum kreatinin >1,5mg/dL) dan hati, serta pasien-pasien dengan
Untuk mengurangi keluhan tersebut dapat diberikan pada saat atau sesudah
2.1 PENGKAJIAN
Konsep asuhan keperawatan fokus pada pengkajian masalah pada penyebab
gangguan pemenuhan nutrisi, pengkajian meliputi:
1. Data umum
Pada data umum meliputi nama, no register, umur, jenis kelamin, agaa s,
suku bangsa, dll.
2. Data Dasar
Data dasar meliputi keluhan utama: yaitu keluhan yang paling dirasakan
oleh klien. Alasan masuk rumah sakit, riwayat penyakit sekarang, upaya
apa yang telah dilakukan klien dirumah dan terapi yang telah di dapatkan
sebelum di beri intervensi, riwayat kesehatan dahulu, riwayat kesehatan
keluarga dan genogram dari pasien.
3. Pengkajian Biologis
Pada pengkajian biologis memuat tentang:
a. Rasa aman dan nyaman
b. Aktivitas istirahat-tidur-aktivitas
c. Cairan
d. Nutrisi
Pada pengkajian nutrisi memuat mulai dari kebiasaan makan klien,
pola makan, maknan kesukaan dan pantangan, riwayat alergi, kesulitan
menelan atau tidak, menggunakan alat bantu atau tidak, apakah ada hal
yang menyebabkan gangguan pencernaan, dst.
e. Eliminasi : urin dan feses.
f. Kebutuhan oksigenasi.
g. Kardiofaskuler
h. Personal hygine
i. Seks
j. Psikososial dan spiritual
4. Pemeriksaan fisik (data objektif)
5. Pemeriksaan diagnostic
a. Laboratorium
1 Berat Badan Lebih 1. Kurang aktivitas harian. Berat Badan: Konseling nutrisi:
(D.0018) 2. Kelebihan konsusmsi gula. 1. Berat badan membaik Obsevasi
3. Gangguan kebiasaan 2. Tebal lipatan kulit 1. Identifikasi kebiasaan
Definisi: makan. membaik makan dan perilaku
Akumulasi lemak berlebih 4. Gangguan presepi makan. 3. Indeks massa tubuh makan yang akan
atau abnormal yang tidak 5. Kkelebihan konsumsi membaik diubah
sesuai dengan usia dengan alcohol. 2. Identifikasi kemajuan
jenis kelamin. 6. Penggunaan energy kurang modifikasi diet secara
dari asupan. regular
7. Sering mengemil. 3. Monitor intake dan
8. Makaan makanan output cairan
berminyak atau berlemak Terapeutik
yang berlebih. 4. Bina hubungan
9. Faktor keturunan. terapeutik
10. Asupan kalsium rendah 5. Spakati waktu
pada anak. pemberian konseling
11. BB bertambah cepat. 6. Tetapkan tujuan jangka
12. Maknaan padat sebagai pendek dan jangka
sumber utama pada bayi panjang yang realistis
usia <5 bulan. 7. Gunakan standar
nutrisi sesuai pedoman
diit dalam
mengevaluasi
kecakupan makanan
Edukasi
8. Informasikan perlunya
modifikasi diit
9. Jelaskan program gizi
dan presepsi pasien
terhadap diit yang di
programkan
Kolaborasi
10. Rujuk ke ahli gizi, jika
perlu
2 Deficit Nutrisi (D.0019) 1. Ketidakmampuan menelan Status Nutrisi: Manajemen Nutrisi:
makanan. 1. Berat badan membaik Observasi
Definisi: 2. Ketidakmampuan mencerna 2. IMT membaik 1. Identifikasi status
Asupan nutrisi tidak cukup makanan. 3. Frekuensi makan nutrisi
untuk memenuhi kebutuhan 3. Ketidakmampuan membaik 2. Identifikasi alergi dan
metabolisme. mengabsorbsi nutrisi. 4. Nafsu mkanan intoleransi makanan
4. Penningkatan kebutuhan membaik 3. Identifikasi mkanan
metabolisme. 5. Bising usus membaik yang disukai
5. Faktor ekonomi. 6. Tebal lipatan kulit 4. Identifikasi kalori dan
6. Faktor psikologis. triseps membaik jenis mkanan
7. Membrane mukosa 5. Monitor asupan
membaik mkanan
6. Monitor berat badan
7. Monitor hasil
pemeriksaan
laboratorium
Terapeutik
8. Lakukan oral hygine
sebelum makan, jika
perlu.
9. Fasilitasi menentukan
pedoman diit
10. Sajikan maknan yang
menarik dengan suhu
yang sesuai
11. Berikan mkanan yang
tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
12. Berikan uplemen
maknan, jika perlu
Edukasi
13. Anjurkan posisi duduk,
jika mampu
14. Ajarkan diet yang
diprogamkan.
Kolaborasi
15. Kolaboorasi pemberian
medikasi sebelum
makan
16. Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalory dan jenis
nutrisi.
3 Disfungsi motilitas 1. Asupan enteral Motilitas Gastrointestinal: Manajemen Nutrisi:
gastrointestinal (D.0021) 2. Intoleransi mkanan 1. peristaltic meningkat Observasi
3. Imobilitas 2. mual meningkat 1. Identifikasi status
Definisi: 4. Makanan kontaminan 3. distensi abdomen nutrisi
Peningkatan, penurunan, 5. Malnutrisi meningkat 2. Identifikasi alergi dan
tidak efektif atau kurangnya 6. Pembedahan 4. suara peristaltic intoleransi makanan
aktivitas peristaltic 7. Efek agen farmakologi menurun 3. Identifikasi mkanan
gastrointestinal. 8. Proses penuaan 5. pengosongan lambung yang disukai
9. kecemasan menurun 4. Identifikasi kalori dan
6. flatus menurun jenis mkanan
5. Monitor asupan
mkanan
6. Monitor berat badan
7. Monitor hasil
pemeriksaan
laboratorium
Terapeutik
8. Lakukan oral hygine
sebelum makan, jika
perlu.
9. Fasilitasi menentukan
pedoman diit
10. Sajikan maknan yang
menarik dengan suhu
yang sesuai
11. Berikan mkanan yang
tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
12. Berikan uplemen
maknan, jika perlu
Edukasi
13. Anjurkan posisi duduk,
jika mampu
14. Ajarkan diet yang
diprogamkan.
Kolaborasi
15. Kolaboorasi pemberian
medikasi sebelum
makan
16. Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalory dan jenis
nutrisi.
4 Kesiapan peningkatan Status Nutrisi:
nutrisi (D.0026) 1. Berat badan membaik
2. IMT membaik
Definisi: 3. Frekuensi makan
Pola asupan nutrisi yang membaik
cukup untuk memenuhi 4. Nafsu mkanan
kebutuhan metabolisme dan membaik
dapat ditingkatkan 5. Bising usus membaik
6. Tebal lipatan kulit
triseps membaik
7. Membrane mukosa
membaik
5 Resiko Defisit Nutrisi Fakor Resiko: Status Nutrisi: Manajemen Nutrisi:
(D.0032) 1. ketiakmampuan menelan 1. Berat badan membaik Observasi
makanan 2. IMT membaik 1. Identifikasi status
Definisi: 2. krtidakmampuan mencerna 3. Frekuensi makan nutrisi
Beresiko mengalami makanan membaik 2. Identifikasi alergi dan
ketidakcukupan nutrisi 3. ketidakmampuan 4. Nafsu mkanan intoleransi makanan
untuk memenuhi kebutuhan mengabsorbsi nutrisi membaik 3. Identifikasi mkanan
metabolisme. 4. peningkatan kebutuhan 5. Bising usus membaik yang disukai
metabolisme 6. Tebal lipatan kulit 4. Identifikasi kalori dan
5. faktor ekonomi triseps membaik jenis mkanan
6. faktor psikologis 7. Membrane mukosa 5. Monitor asupan
membaik mkanan
6. Monitor berat badan
7. Monitor hasil
pemeriksaan
laboratorium
Terapeutik
8. Lakukan oral hygine
sebelum makan, jika
perlu.
9. Fasilitasi menentukan
pedoman diit
10. Sajikan maknan yang
menarik dengan suhu
yang sesuai
11. Berikan mkanan yang
tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
12. Berikan uplemen
maknan, jika perlu
Edukasi
13. Anjurkan posisi duduk,
jika mampu
14. Ajarkan diet yang
diprogamkan.
Kolaborasi
15. Kolaboorasi pemberian
medikasi sebelum
makan
16. Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalory dan jenis
nutrisi.
6 Risiko Disfungsi mobilitas Faktor Risiko: Motilitas Gastrointestinal: Manajemen Nutrisi:
gastrointestinal (D.0033) 1. pembedahan abdomen 1. peristaltic meningkat Observasi
2. penurunan isrkulasi 2. mual meningkat 1. Identifikasi status
Definisi: gastrointestinal 3. distensi abdomen nutrisi
Risiko peningkatan, 3. intoleransi makanan meningkat 2. Identifikasi alergi dan
penurunan atau tidak 4. refluks gastrointestinal 4. suara peristaltic intoleransi makanan
efektifnya aktivitas 5. hiperglikemia menurun 3. Identifikasi mkanan
peristaltic pada sistem 6. imobilitas 5. pengosongan lambung yang disukai
gastointesinal. 7. proses penuaan menurun 4. Identifikasi kalori dan
8. infeksi gastrointestinal 6. flatus menurun jenis mkanan
9. efek agen farmakologi 5. Monitor asupan
10. prematuritas mkanan
11. kecemasan 6. Monitor berat badan
12. stress Terapeutik
13. kurangnya sanitasi pada 7. Lakukan oral hygine
periapan makanan sebelum makan, jika
perlu.
8. Fasilitasi menentukan
pedoman diit
9. Sajikan maknan yang
menarik dengan suhu
yang sesuai
10. Berikan mkanan yang
tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
11. Berikan uplemen
maknan, jika perlu
Edukasi
12. Anjurkan posisi duduk,
jika mampu
13. Ajarkan diet yang
diprogamkan.
Kolaborasi
14. Kolaboorasi pemberian
medikasi sebelum
makan
15. Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalory dan jenis
nutrisi.
7 Risiko ketidakseimbangan Faktor Resiko: Keseimbangan cairan: Manajemen cairan:
cairan (D.0036) 1. Prosedur pembedahan 1. Asupan cairan Observasi
mayor meningkat 1. Monitor status hidrasi
Definisi: 2. Trauma / pendarahan 2. Keluaran urin 2. Monitor BB harian
Beresiko mengalami 3. Luka bakar meningkat 3. Monitor hasil
penurunan, peningkatan 4. Apheresis 3. Kelembapan membrane pemeriksaan hasil lab
atau percepatan 5. Asites mukosa meningkat 4. Monitor status
perpindahan cairan dari 6. Obstruksi intestinal 4. Asupan maknan hemodinamik
intravaskuler, interstisial 7. Peradangan pancreas meningkat Terapeutik
atau intraseluler 8. Penyakit ginjal dan kelenjar 5. Ttv normal 5. Catat intake dan output
9. Disfungsi intestinal 6. Turgor kulit membaik harian dan hitung
7. Berat badan membaik cairan 24 jam
6. Barikan asupan cairan
sesuai kebutuhan
7. Berikan cairan iv, jika
pperlu
Kolaborasi
8. Pemberian deuretik.
2.4 IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Pada tahap ini dilakukan pelaksanaan dari perencanaan keperawatan yang telah
ditentukan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan klien secara optimal.
Pelaksanaan adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang
telah di susun pada tahap pencanaan.
Tarwoto & Wartonah (2010). Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses Keperawatan.
Edisi 4. Salemba Medika
Potter Patricia A., Perry, Anne G. 2009. Fundamental Keperawatan. Edisi 7 Buku 3.
Jakarta : Salemba Medika
Standart Diagnosis Keperawatan Edisi 1. PPNI. Tim Pokja SDKI DPP. 2016.
Standart Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi Dan Indikator Diagnostik.
Jakarta Selatan. Dewan Pengurus Pusat PPNI
Ny. S berusia 46 Tahun datang RSU pada tanggal 18 Januari 2021. Dengan
keluhan badan lemas, merasa sering lelah, mengantuk, nafsu makan menurun
apabila saat makan terasa mual. Memiliki riwayat DM tipe 2, 2 tahun lalu.
Terdapat riwayat DM pada keluarga.
2. Ketidakstabilan kadar 19-01-2021 1. Memonitor kadar glukosa darah dan S: px mengatakan badannya
glukosa darah memonitor tanda gejala hiperglikemia lemas, mengantuk,merasa sering
2. Memonitor tanda gejala hiperglikemia lelah, riwayat DM 2 Tahun lalu
(mis : poliuria, polidipsia, polifagia,
kelemahan, malaise, pandangan kabur, O:. KU Lemah, GDA 320 , TTV
sakit kepala) = TD: 120/90 MmHg,
3. Menonitor TTV TD: 120/90 MmHg, N:86/menit, S: 36,8o C, RR: 20
N:86/menit, S: 36,8o C, RR: 20 x/menit x/menit
4. Menganjurkan menghindarinolah raga saat HbAIC 6,4
kadar glukosa darah lebih dari 250 mg/dL A: masalah keperawatan belum
5. Menganjurkan kepatuhan terhadap diet dan teratasi ( ketidakstabilan kadar
olah raga glukosa darah )
6. Identifikasi kebutuhan insulin
7. Kolaborasi pemberian obat P: Lanjutkan intervensi 1-8
Apidra 4 Unit IV/jam
8. Cek GDA 320
P: lanjutan observasi
MENU DIIT UNTUK MEMENUHI NUTRISI HARIAN PASIEN DIABETES MELLITUS
16.00 WIB (selingan) Martabak sayur telur mini 95 gr (1 lingkar kecil) 196
19.00 WIB (makan malam) Nasi putih 100 gr (10 sdm) 180
Semur telur+kecap 65gr+25gr (1 ½ telur+2 97,2+11,5=108,7
sdm) 39
Tahu kukus 50gr( 1potong)
Pisang ambon 100gr (1 buah) 173,25
Jumlah= 1.589,3
kkal/hari
20- 07.00 WIB (Makan pagi) Nasi merah 100 gr (10sdm) 166,35
01- Hati goreng(hati sapi) 25gr (1/2 mangkok) 34
2021 Sup sawi+wortel+tahu 50gr+100gr+50gr (1 11+45+25= 81
ikat+ 1 wortel besar+ 1 46
potong)
Pepaya 100 gr ( 1 potong besar) 100
16.00 WIB (Selingan) 2 kue cucur 90gr (2 kue cucur kecil) 152
Jumlah= 1.553,4
kkal/hari
21- 07.00 WIB (Makan pagi) Nasi jagung 100gr (10 sdm) 140
01- I potong ayam sedang tanpa kulit 50gr (1/4 dada ayam) 119,5
2021 Ca brokoli+wortel 50gr+50gr ½ 14+27= 41
mangkok(+1 wortel
besar)
Pepaya 100gr (1 potong besar) 46
10.00 WIB (Selingan) 2 kue ape 60gr ( 2 kue ape sedang) 151
16.00 WIB (selingan) Martabak sayur telur mini 95 gr (1 buah martabak 196
mini)
19.00 WIB (Makan malam) Nasi merah 100gr (10 sdm) 166,35
Ikan gurame 100gr (1 ekor ukuran 125
sedang)
Ca sawi+wortel+tahu 50gr+100gr+50gr (1 11+45+25= 81
ikat+1 wortel besar+1
potong tahu)
Buah pir 100gr ( 1buah pir) 57,1
Jumlah = 1.549,75
kkal/hari