Anda di halaman 1dari 22

PKK KDM

ASUHAN KEPARAWATAN DIARE

DOSEN PEMBIMBING :
Johana Tuegeh, S.Pd, S.SiT, M.Kes

DISUSUN OLEH :
Nama :Riska Aprilya
Nim : 711440119026
Tingkat : 2B

POLTEKKES KEMENKES MANADO


PRODI DIII KEPERAWATAN 2B
T.A 2020/2021
BAB I

PENHDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kebutuhan nutrisi adalah zat-zat gizi atau zat-zat lain yang berhubungan dengan
kesehatan dan penyakit, termasuk keseluruhan proses dalam tubuh manusia untuk menerima
makanan atau bahan-bahan dari lingkungan hidupnya dan menggunakan bahan-bahan tersebut
untuk aktifitas penting dalam tubuh serta mengeluarkan sisanya. Nutrisi juga dapat dikatakan
sebagai ilmu tentang makanan, zat-zat gizi dan zat-zat lain yang terkandung, aksi, reaksi, dan
keseimbangan yang berhubungan dengan kesehatan dan penyakit (Tarwoto dan Wartonah,
2006).
Tubuh memerlukan makanan untuk mempertahankan kelangsungan fungsinya.
Kebutuhan nutrisi ini diperlukan sepanjang kehidupan manusia, namun jumlah nutrisi yang
diperlukan tiap orang berbeda sesuai dengan karakteristik, seperti jenis kelamin, usia,
aktivitas, dan lain-lain. Pemenuhan kebutuhan nutrisi bukan hanya sekedar untuk
menghilangkan rasa lapar, melainkan mempunyai banyak fungsi. Adapun fungsi umum dari
nutrisi diantaranya adalah sebagai energi, memelihara jaringan tubuh, dan lain-lain (Asmadi,
2008). Oleh karena itu, dalam memenuhi kebutuhan nutrisi perlu diperhatikan zat gizinya
(nutrien).
Nutrien merupakan zat kimia organik maupun anorganik yang ditemukan dalam
makanan dan diperlukan agar tubuh dapat berfungsi sebaikbaiknya. Untuk itu, maka intake
nutrisi ke dalam tubuh harus adekuat. Artinya, nutrisi yang kita makan harus mengandung
nutrien esensial tertentu yang seimbang. Nutrisi esensial tersebut meliputi karbohidrat, lemak,
protein, vitamin, mineral, dan air (Asmadi, 2008).
Pada umumya, ketika kebutuhan energi dipenuhi lengkap oleh asupan kalori pada
makanan, maka berat badan tidak berubah. Jika pemasukan kalori melebihi kebutuhan energi,
maka berat badan seseorang akan menambah. Dan ketika pemasukan kalori gagal untuk
memenuhi kebutuhan energi, maka seseorang akan kehilangan berat.

B.Rumusan Masalah

Masalah yang kami angkat pada makalah ini mengenai asuhan keperawatan pada pasien dengan
gangguan kebutuhan nutrisi

C. Tujuan
1. Tujuan umum
Setelah menyelesaikan proses pembelajaran mata kuliah ini mahasiswa diharapkan mampu
mempraktekkan pengelolaan pelayanan keperawatan professional dan mahasiswa dapat
menerapkan konsep dasar dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien khususnya pada
kasus diare
2. Tujuan khusus
a. Menjelaskan konsep tentang diare
b. Memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit diare
BAB II

PEMBAHASAN

Konsep dasar diare

A. Definisi Diare

Pengertian Diare adalah kondisi di mana feses yang dikeluarkan encer atau berair dengan
frekuensi lebih sering daripada biasanya.Umumnya, penyebab diare adalah makanan atau minuman
yang kotor dan terkontaminasi mikroorganisme. Banyak orang menderita penyakit diare satu atau dua
kali setahun.Biasanya diare berlangsung 2-3 hari dan bisa ditangani dengan obat-obatan yang dijual
bebas.Tetapi pada kasus khusus, diare bisa berlangsung berminggu-minggu. Penyakit diare ada di
peringkat tiga belas penyebab kematian secara umum di Indonesia dengan proporsi 3.5 persen.
Sedangkan untuk kategori penyakit menular, diare menduduki peringkat ketiga Kelompok usia yang
terbanyak mengalami penyakit diare adalah balita, yaitu sebanyak 16.7 persen. Prevalensi diare
sedikit lebih tinggi pada anak laki-laki (14.8 persen) dibandingkan dengan anak perempuan (12.5
persen)..

Penyakit Diare umumnya terjadi ketika cairan dari makanan tidak dapat diserap usus dengan
baik. Atau ada terlalu banyak cairan yang disekresikan ke usus. Normalnya, usus besar akan
menyerap cairan dari makanan yang kita konsumsi dan meninggalkan kotoran (feses) setengah padat.

B. Anatomi Fisiologi

Anatomi fisiologi pencernaan manusia diawali dari mulut sampai


anus, menurut Pearce (2009), anatomi fisiologi sistem pencernaan manusia yaitu :
1. Mulut
Mulut merupakan bagian awal dari sistem pencernaan yang terdiri atas dua bagian
luar yang sempit (Vestibula) yaitu ruangan diantara gusi dengan bibir dan pipi.Bagian dalam
yang terdiri atas rongga mulut. Didalam mulut terdapat lidah yang merupakan organ otot yang
dilapisi mukosa, merupakan alat bantu pada proses mengunyah (mastikasi), menelan
(deglution), bicara (speech) dan pengecap, kemudian terdapat kelenjar air utama yaitu
:glandula parotis, glandula sublingualis. Selain lidah [02:19, 11/14/2020] riska: terdapat pula
gigi yang merupakan salah satu alat bantu sistem pencernaan karena berperan sebagai alat
pengunyah dan bicara.
2. Pharing
Pharing atau tekak merupakan suatu saluran mukosa fibrosa, panjang kira-kira 12 cm,
terbentang tegak lurus antara basis crania yaitu setinggi vertebra cervikalis VI hingga ke
bawah setinggi tulang rawan cricoidea. Jadi pharing penting untuklalunya bolus(makanan
yang sedang dicerna mulut) dan lalunya udara.
3. Esophagus (kerongkongan)
Esophagus merupakan bagian saluran pencernaan yang terdiri dari jaringan otot yang
terbentang mulai setinggi kartilago cricoidea dan bermuara pada lambung yang merupakan
lanjutan lambung.
4. Lambung
Lambung yang merupakan bagian terlebar dari Tractus Gastrointestinal dan
merupakan lanjutan dari esophagus, bentuknya seperti huruf “ J “ terletak di bagian atas agak
kekiri sedikit pada rongga abdomen dibawah diafragma. Fungsi lambung sebagai pencernaan
makanan secara mekanis kimiawi,sebagai bacterisid oleh asam lambung HCL dan membantu
proses pemyembuhan eritrosid.
5. Usus Halus
Usus halus merupakan lanjutan lambung terbentang mulai pylorus sampai muara
ileocaecalis dan menempati bagian terbesar rongga abdomen terletak sebelah bawah lambung
dan hati, panjang kurang lebih 7 meter. Usus halus dibagi menjadi :
a) Duodenum
Disebut juga usus dua belas jari.Panjang kira-kira 20 cm, berbentuk sepatu kuda
melengkung kekiri.Pada lengkungan ini terdapat pankreas.Bagian kanan terdapat selaput
lendir yaitu papilla vateri. Dinding duodenummempunyai lapisan yang banyak mengandung
kelenjar yang berfungsi untuk memproduksi getah intestinum yang disebut kelenjar brunner.
b) Yeyenum dan Ileum
Panjangnya sekitar 6 cm. lekukan Yeyenum dan Ileummerekat pada dinding abdomen
posterior lipatan peritoneum yang dikenal sebagai mesentrum.Ujung bawah ileum
berhubungan dengan seikum dengan perantara luang orifisium ileosinkalis.Didalam tunica
propria (bagian dalam tunica mukosa) terdapat jaringan-jaringan limfoid, nodui lymphatici
yang ada sendiri-sendiri atau berkelompok. Sementara di ileum plicae cirkulares dan villi
akan berkurang, sedangkan kelompok noduli tympathici akan menjadi banyak, tiap kelompok
berkisar antara 20 noduli tympathici. Kumpulan kelompok ini disebut plaque payeri, yang
menjadi tanda khas ileum Fungsi dari usus halus antara lain menerima zat-zat makanan yang
sudah dicerna, menyerap protein dalam bentuk asam amino, menyerap karbohidrat dalam
bentuk emulasi lemak.
6. Usus Besar
Usus besar merupakan lanjutan dari usus halus yang tersusun seolah-olah seperti
huruf “ U “ terbalik dan mengelilingi usus halus, panjangnya kurang lebih 140 cm terbentang
dari valvula ileocaecalis sampai anus. Usus besar terdiri dari colon asendens, colon
transversum, colon desenden dan sigmoideum.Fungsi usus besar adalah untuk absorbsi air
untuk kemudian sisa masa membentuk masa yang semisolid (lembek) disebut feses.
7. Anus
Anus merupakan bagian dari salauran pencernaan yang menghubungkan rektum
dengan dunia luar, terletak didasar pelvisdindingnya diperkuat oleh tiga spinter yaitu :
a) Pinter ani intermus, bekerja tidak menurut kehendak
b) Spinter levator ani, bekerja tidak menurut kehendak
c) Spinter ani ekstermus, bekerja menurut kehendak.

C. KOMPLIKASI
1. Dehidrasi yang meliputi dehidrasi ringan sedang dan berat.
2. Hipernatremia biasanya terjadi pada diare yang disertai dengan muntah.
3. Hiponatremia terjadi pada anak yang hanya minum air putih saja atau mengandung
sedikit garam.
4. Hipokalemia terjadi karena kurangnya kalium (K).
5. Demam biasanya demam timbul jika penyebab diare berinvansi ke dalam sel epitel
usus.
D. ETIOLOGI
Secara klinis penyebab diare dapat dikelompokkan dalam golongan 6 besar, tetapi
yang sering ditemukan dilapangan ataupun klinis adalah diare yang disebabkan infeksi
dan keracunan. Untuk mengenal penyebab diare yang dikelompokkan sebagai berikut :
1. Infeksi :
Bakteri ( Shigella Salmonella, Ecoli, Goongan Vibrio,
Bacillus Cereus, Clostridium Perfringens, Staphilococ
Usaurfaus, Camfylobacter, Areomonus)
2. Virus (
Rotavirus, Norwalk+ Norwalk Like
agent,Adenovirusz)
3. Parasit
4. Protozoa (Entamuba Histolytica, Giardia Lambia,
Balantidium Coli, Crypto Sparidium)
5. Cacing perut (Ascaris, Trichuris, Strongyloides, Blastissistis
Huminis)
6. Bacillus Cereus, Clostridium Perfringens
7. Malabsorbsi: karbohidrat (intoleransi laktosa), lemak atau
protein
8. Alergi : alergi makanan
9. Keracunan
10. Imunodefisiensi / imunosupresi (kekebalan menurun): Aids dll
11. Sebab-sebab lain : Faktor lingkungan dan perilaku, psikologi :
rasa takut dan cemas.

E. TANDA GEJALA

Menurut Sodikin(2012), beberapa tanda dan gejala pada kasus gastroenteritis, anatara lain:

a. Bayi atau anak menjadi cengeng,rewel dan gelisah


b. Suhu badan meningkat
c. Nafsu makan berkurang atau tidak ada
d. Timbul diare
e. Feses makin cair, mungkin mengandung darah dan atau lendir
f. Warna feses berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur empedu
g. Muntah baik sebelum maupun sesudah diare
h. Terdapat gejala dan tanda dehidrasi yaitu ubun-ubun besar cekung pada bayi, tonus otot dan
turgor kulit berkurang, selaput lendir pada mulut dan bibir terlihat kering, berat badan
menurun, pucat, lemah
F. PATOFISIOLOGI

Menurut Hidayat (2008), bahwa proses terjadinya diare dapat disebabkan oleh berbagai
kemungkinan faktor diantaranya pertama faktor infeksi, proses ini dapat diawali adanya
mikroorganisme (kuman) yang masuk kedalam saluran pencernaan yang kemudian berkembang
dalam usus dan merusak sel mukosa usus yang dapat menurunkan daerah permukaan usus.
Selanjutnya terjadi perubahan kapasitas usus yang akhirnya mengakibatkan gangguan fungsi usus
dalam absorbsi cairan dan elektrolit. Atau juga dikatakan adanya toksin bakteri akan menyebabkan
sistem transport aktif dalam usus sehingga sel mukosa mengalami iritasi yang kemudian sekresi
cairan dan elektrolit akan meningkat. Kedua, faktor malabsorbsi merupakan kegagalan yang dalam
melakukan absorbsi yang mengakibatkan tekanan osmotik meningkat sehingga terjadi pergeseran air
dan elektrolit kerongga usus yang dapat meningkatkan isi rongga usus sehingga terjadilah diare.
Ketiga, faktor makanan ini dapat terjadi apabila toksik yang ada tidak mampu diserap dengan
baik.Sehingga terjadi peningkatan peristaltik usus yang mengakibatkan penurunan kesempatan untuk
menyerap makanan yang kemudian menyebabkan diare.Keempat, faktor psikologi dapat
mempengeruhi terjadinya penyerapan makanan yang dapat mengakibatkan

G. PENATALAKSANAAN

  Penyebab utama kematian akibat diare adalah tata laksana yang tidak tepat baik di rumah
maupun di sarana kesehatan. Untuk menurunkan kematian karena diare perlu tata laksana yang cepat
dan tepat. IDAI, WHO dan UNICEF merekomendasikan tatalaksana diare dengan Lintas Diare (Lima
langkah Tuntaskan Diare). Lintas diare meliputi :

1. Berikan oralit
2. Berikan tablet Zinc selama 10 hari berturut-turut
3.  Teruskan ASI-makan
4. Berikan antibiotik secara selektif
5.   Berikan nasihat pada ibu/keluarga

1. PENGKAJIAN
1. Identitas
a. Identitas Pasien
Nama : Tn.Y
Tempat / Tanggal Lahir : Manado /24 februari 2020
Umur : 18 Tahun
Agama : Kristen
Jenis Kelamin : Perempuan
Status : Belum menikah
Pendidikan : Mahasiswa
Pekerjaan :-
Suku Bangsa :
Alamat : jln. Siswa taas no.158
Tanggal Masuk : 10 – 11 – 2020
Tanggal Pengkajian : 10 – 11–
2020
No Register
00707876
Diagnosa Medis : Diare

b. Identitas Penanggung Jawab


Nama : Tn. N
Umur : 50 Tahun
Hub. Dengan Pasien : Ayah kandung
Pekerjaan : PNS
Alamat : Jln. Siswa taas no.15
2. Status Kesehatan
a. Status Kesehatan Saat Ini
1) Keluhan Utama

Pasien mengatakan diare 4 hari

2) Riwayat penyakit saat ini :


Klien menyatakan sudah diare 4 hari yang lalu. Klien BAB encer, dengan frekuensi 5-6x setiap
harinya, badan panas warna dan bau khas feses. Klien menyatakan sebelumnya mengkonsumsi
makanan pedas

b. Satus Kesehatan Masa Lalu


Pasien menyatakan sebelumnya tidak pernah sakit seperti ini.

c. Riwayat Penyakit Keluarga


Pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mengalami DM, Hipertensi dan penyakit
menurun lainnya.

3. Pengkajian Fisik
a. Keadaan umum :Baik
Tingkat kesadaran : komposmetis / apatis / somnolen / sopor/koma

b. Tanda-tanda Vital : Nadi = 92 x / menit


Suhu = 36.8 o C
TD = 100 / 70 mmHg
RR = 24 x / menit
c. Head to toe

a) Kepala : Normal
b) Rambut : Bersih, berwarna hitam
c) Mata : Cekung dan tidak mengalami gangguan penglihatan.
d) Hidung : Simetris,
e) Telinga : Simetris, tidak ada gangguan pendengaran.
f) Wajah : Ekspresi wajah tampak cemas, dan gelisah.
g) Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
i) Kulit : Turgor kurang baik (elastisitas kembali 1-2 detik)
2. ANALISA DATA
 Tabel Analisa Data

NO DATA ANALISA PROBLEM

1 DS :
Inflamasi gastrointestinal
Pasien mengatakan BAB 5-6 kali setiap
harinya sudah selama 4 hari DO :
Iritasi gastrointestinal
- Keadaan umum klien tampak lemah
Diare
dan mata cekung dengan tubuh pasien
proses infeksi (D.0020)
sedikit hangat
- tanda vital : TD : 100/70 mmHg
SB : 36.8 c malabsropsi
N : 80 x/menit

Diare
RR : 24x/menit

2 DS :
- pasien mengatakan bentuk feses cair
gastroentritis
dengan frekuensi bab 5-6x/hari
Resiko
tekanan osmotic dalam usus
DO : Ketidakseimbangan
- Keadaan klien tampak lemah cairan
HCL lambung
- Mata klien cekung (D.0036)

- Mukosa bibir kering Gangguan metabolic


- Turgor kulit klien kurang baik

Disfungsi Intestinal

Gangguan Keseimbangan Cairan


3 DS: Gastroentritis akut
- Pasien mengeluh nyeri perut
atau pada bagian abdomen Hiperperistaltik usus
DO:
- P : Diare Usus tidak dapat menyerap
- Q : skala 5 makanan
- R : perut
- S : seperti diaduk-aduk Diare Nyeri Akut
(D.0077)
- T : sering, saat istirahat atau
saat ingin BAB Iritasi usus halus

Berkaitan dengan noiceptor

Noiceptor nyeri meningkat

Nyeri Akut

 DIAGNOSA KEPERAWATAN

1) Diare b/d Inflamasi gastrointestinal d/d Defekasi lebih dari 3x dalam 24 jam, feses lebek
atau cair.
2) Resiko ketidakseimbangan cairan d/d disfungsi intestinal
3) Nyeri akut b/d Agen pencendera fisiologis d/d Pasien mengeluh nyeri pada perut seperti
diaduk-aduk, wajah terlihat meringis kesakitan, skala nyeri 5 (1-10) dan pasien terlihat
terganggu saat beristirahat.

Keterangan :

b/d = berhubungan dengan

d/d = dihubungkan dengan


RENCANA KEPERAWATAN

NO INTERVENSI
DIAGNOSA TUJUAN DAN
KEPERAWATAN KRITERIA HASIL
1 (D.0020) L.04033 I. 03101
Diare Berhubungan Setelah dilakukan intervensi Manajemen Diare
dengan Inflamasi keperawatan selama 3 hari, 1. Identifikasi penyebab diare.
gastrointestinal maka Eliminasi fekal 2. Identifikasi riwayat pemberian
dibuktikan dengan Membaik, dengan kriteria makanan.
Defekasi lebih dari 3x hasil : 3. Monitor warna, volume,
dalam 24 jam, feses - Kontrol pengeluaran frekuensi dan konsistensi tinja.
lebek atau cair. feses : 5 4. Monitor jumlah pengeluaran
- Konsistensi feses : 5 diare.
- Frekuensi BAB : 5 5. Berikan asupan cairan oral.
- Peristaltik usus : 5 6. Pasang jalur intravena.
7. Berikan cairan intravena.
8. Anjurkan makanan dengan
porsi kecil dan sering secara
bertahap.
9. Anjurkan makanan pembentuk
gas, pedas dan mengandung
laktosa.
10. Kolaborasi pemberian obat
antimotilitas.
11. Kolaborasi pemberian obat
pengeras feses.
NO INTERVENSI
DIAGNOSA TUJUAN DAN
KEPERAWATAN KRITERIA HASIL
2. (D.0036) L.03020 I.03098
Resiko Setelah dilakukan intervensi Menejemen cairan
Ketidakseimbangan keperawatan selama 3 hari, 1. monitor status hidrasimonitor
cairan maka keseimbagan cairan 2. manitor hasil pemeriksaan
Dibuktikan dengan Meningkat, dengan kriteria laboratorium.
disfungsi intestinal hasil : 3. Monitor status hemodinamik
- Asupan cairan : 5 4. Catatan intek-output dan hitung
- Output urin : 5 batsa cairan selama 12 jam
- Membaran mukosa 5. Berikan asupan cairan
lembap : 5 6. Kolaborasi pemberian diuretik
- Tekanan darah : 5
- Frekuensi nadi : 5
- Kekuatan nadi : 5
- Tekanan arteri rata-rata
:5
- Mata cekung : 5
- Turgor kulit : 5
NO INTERVENSI
DIAGNOSA TUJUAN DAN
KEPERAWATAN KRITERIA HASIL
3. D.0077 L.08066 I.08238tr4
Nyeri Akut
Setelah dilakukan Manajemen Nyeri
Berhubugan degan intervensi keperawatan 1. Identifikasi lokasi, karakterisitik,
Agen pencendera selama 3 hari, maka durasi frekuensi, kualitas,
fisiologis dibuktikan Tingkat nyeri Menurun, intensitas nyeri.
dengan pasien dengan kriteria hasil : 2. Identifikasi skala nyeri.
mengeluh nyeri pada - Keluhan nyeri : 5 3. Identifikasi respons nyeri non
perut seperti diaduk- - Meringis : 5 verbal.
aduk, wajah terlihat - Gelisah : 5 4. Identifikasi faktor yang
meringis kesakitan,
- Kesulitan tidur : 5 memperberat dan memperingan
skala nyeri 5 (1-10)
nyeri.
dan pasien terlihat
5. Berikan teknik nonfarmakologis
terganggu saat
untuk mengurangi rasa nyeri
beristirahat.
6. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
7. Fasilitasi istirahat dan tidur
8. Jelaskan penyebab, periode,
dan pemicu nyeri.
9. Jelaskan strategi meredakan
nyeri.
10. Kolaborasi pemberian
analgetik,
INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji dan observasi pola BAB (frekuansi, 1. Membantu membedakanpenyakit individu
warna, konsisten, jumlah fases) dan megkaji beratnya tiap defekasi
2. Anjurkan pasien untuk menghidarkan usus, 2. Meghindari diare berlajut
kopi, makanan pedas, dan makanan yang 3. Menghidari iritasi, menigkatkan iritasi usus
mengiritasi saluran cerna 4. Untuk menjaga asupan makanan yang
3. Berikan diet cair untuk mengistirahatkan dibutuhkan tubuh
usus 5. Menurunkan motilitas atau perstaltik usus
4. Anjurkan pasien untuk makan dalam porsi dan menunjukan sekresi degestif untuk
kecil, tetapi sering dan tigkatkan menghilagkan kram dan diare
kepadatannya secara bertahap
5. Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi

INTERVENSI RASIONAL
1. pantau tanda dan gejala kekuragan cairan 1. Penurunan sirkulasi volume cairan
dan elektrolit meyebabkan kekerigan mukosa dan
2. pantau intek output pemekatan urine. Deteksi dini
3. timbagan bearat badan setaip hari mumungkinkan terapi penggantian cairan

4. anjurkan keluarga untuk member minum segera untuk memberikan dafisi

banyak pada klien 2-3 liter/hari 2. Dehidrasi dapat menigkat laju filtrasi
5. kolaborasi : pemeriksaan laboratorium serum glomerolus membuat keluaran tak adekuat

elektrolit (Na, K, Ca, BUN), Cairan parental utuk membersihkan sisa metabolism

(IV line) sesuai degan umur, obat- obatan 3. Mendeteksi kehilagan cairan, penurunan 1kg
(antisekresi, antispasmolitik, antibiotic) BB sama degan kehilagan cairan 1liter.
4. Mengganti cairan dan elektrolit yang hilang
secara oral.
5. Koreksi keseimbagan cairan dan elektrolit,
BUN untuk mengetahui fall ginaj
(kompensasi), menggantu cairan dan elektrolit
secara adekuat degan tepat, anti sekresi cairan
dan elektrolit agar seimbang.
INTERVENSI RASIONAL
1. Teliti keluhan nyeri, catat intensitasnya 1. Identifikasi karekteristik nyeri dan faktor
2. Anjurkan klien untuk menghindari allergen yang berhubungan merupakan suatu hal yang

3. Lakukan kompres hangat pada daerah perut amat penting untuk memilih intervensi yang

4. Berikan obat sesuai indikasi : Steroid oral, IV, cocok dan untuk mengevaluasi ke efektifan

dan inhalasi dari terapi yang diberikan

5. Analgesic : injeksi novalgin 3x1 amp 2. Mengurangi bertambah beratnya penyakit

(500mg/ml) 3. Dengan kompres hangat, distensi abdomen


akan mengalami relaksasi, pada kasus
peradangan akut/peritonitis akan
menyebabkan penyebaran infeksi.
4. Kortikosteroid untuk mencegah reaksi
alergi
5. Analgesik untuk mengurangi nyeri.
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI TINDAKAN KEPERAWATAN

HARI/TANGGAL WAKTU IMPLEMENTASI EVALUASI

10 November 2020 14.30 1. Melakukan bina hubungan saling S : ayah klien


percaya pada pasien dan mengatakan, klien
keluarga pasien ntuk menjalin BAB 5x sejak pagi
kerja sama yang baik dan tadi, warna kuning
komunikasi terapeutik kehijauan, bau
- Memberi salam busuk
- Memperkenalkan diri
- Menjelaskan maksud dan O:
tujuan 1. TTV :
14.40 2. Mengobservasi TTV - S : 36.8℃
- S : 36.8℃ - N : 80 x/m
- N : 80 x/m
- RR : 24 x/m
- RR : 24x/m
2. Keadaan klien
14.45 3. Mengobservasi turgor kulit tampak lemas
- menurun 3. Akral hangat
15.00 4. Mengevaluasi intake yang 4. Mukosa bibir
masuk kering
- Bubur 3 porsi ½ piring 5. Turgor kulit
15.15 - 5 gelas air minum menurun
5. Memonitor status hidrasi 6. Abdomen
- Turgor kulit menurun tegang,
- Mukosa bibir kering kembung
6. Mengganti infus mikro KA- 7. Kolaborasi
16.20 EN 1B 800cc/ 24jam /33tpm dalam
7. Menginstruksikan makan pemberian
sedikit tapi sering terapi:
- Menganjurkan kepada - Infus mikro
keluarga pasien untuk
: KA-EN
memberi makan dengan porsi 1B
16.30
kecil tapi sering 800cc/24 jam
8. Menginstruksikan keluarga (33tpm)
pasien atau pengunjung untuk - Injeksi IV
melakukan mencuci tangan 3x80mg
- Menajarkan 6 langkah antrain
16.35 cuci tangan dengan air - Injeksi 2x
ataupun handscrub 0,8mg
9. Menginstruksikan keluarga ondansentro
untuk mencatat warna, n
jumlah, frekuensi dan - Zinc syrup
konsistensi dari feses 1x cthl
- Bab cair 5-6x, warna (5ml)
17.15
kuning kehijauan, bau - Lbio 1x1/2
busuk sachet
10. Melakukan kolaborasi dalam - Pedialit
pemberian obat terapi : 85cc/ diare
- Infus mikro : KA-EN 1B A : masalah
800cc/24 jam (33tpm) teratasi sebagian
- Injeksi IV 3x80mg P : intervensi
antrain dilanjutkan
- Injeksi 2x 0,8mg
ondansentron
 Obat oral :
- Zinc syrup 1x cthl (5ml)
- Lbio 1x1/2 sachet
- Pedialit 85cc/ diare
HARI/TANGGAL WAKTU IMPLEMENTASI EVALUASI

11 November 2020 14.00 1. Mengobservasi TTV : S : ayah klien


- S : 36,2℃ mengatakan, klien
- N : 80x/m BAB cair 4x, warna
- RR : 24x/m kuning, bau khas
14.20 2. Mengobservasi turgor kulit
- Turgor kulit membaik O:
14.30 3. Mengevaluasi porsi intake 1. TTV :
yang masuk - S : 36,.2℃
- Bubur 4 porsi 1 piring - N : 80 x/m
- 7 gelas air putih - RR : 24x/m
14.40 4. Memonitor status hidrasi 2. Keadaan
- Turgor kulit membaik klien tampak

- Mukosa bibir kering sudah lebih


15.00 5. Menginstruksikan keluarga membaik

untuk mencatat warna, tetapi belum


jumlah, frekuensi dan beraktiftas
konsistensi dari feses penuh
- Bab cair 4x, warna 3. Akral hangat
kuning, bau khas 4. Mukosa
15.20 6. Melakukan kolaborasi dalam bibir kering
pemberian obat terapi : 5. Turgor kulit
- Infus mikro : KA-EN 1B membaik
800cc/24 jam (33tpm) 6. Abdomen
- Injeksi IV 3x80mg normal, tidal
antrain
kembung
- Injeksi 2x 0,8mg
7. Kolaborasi
ondansentron
dalam
 Obat oral :
pemberian
- Zinc syrup 1x cthl (5ml)
terapi:
- Lbio 1x1/2 sachet - Infus mikro
- Pedialit 85cc/ diare : KA-EN
1B
800cc/24 jam
(33tpm)
- Injeksi IV
3x80mg
antrain
- Injeksi 2x
0,8mg
ondansentro
n
- Zinc syrup
1x cthl
(5ml)
- Lbio 1x1/2
sachet
- Pedialit
85cc/ diare
A : masalah
teratasi sebagian
P : intervensi
dilanjutkan
HARI/TANGGAL WAKTU IMPLEMENTASI EVALUASI

12 November 2020 14.00 1. Mengobservasi TTV : S : ayah klien


- S : 36.0℃ mengatakan, klien
- N : 90x/m BAB dengan
- RR : 20x/m konsistensi normal
14.20 2. Mengobservasi turgor kulit 2x sejak pagi, warna
- Turgor kulit baik kuning kecoklatan,
14.30 3. Mengevaluasi intake yang bau khas
masuk
- 3 porsi makan/hari dengan O:
criteria nasi,ikan dan sayur 8. TTV :
14.40 - 8 gelas air minum/hari - S : 36.0℃
4. Memonitor status hidrasi - N : 90x/m
- Turgor kulit baik, mukosa - RR : 20x/m
15.00 bibir lembab 9. Keadaan
5. Menggantikan cairan yang klien tampak
tepat sudah
- Infus mikro KA-EN 1B membaik,
800cc/ 24 jam /33 tpm sudah mulai
6. Menginstruksikan keluarga beraktiftas
untuk mencatat warna,
15.20 normal
jumlah, frekuensi dan
10. Akral dingin
konsistensi dari feses
11. Mukosa
- BAB konsistensi normal
bibir lembab
2x, warna kuning
12. Turgor kulit
kecoklatan, bau khas
baik
7. Melakukan kolaborasi dalam
13. Abdomen
pemberian obat terapi :
normal, tidal
- Infus mikro : KA-EN 1B
kembung
800cc/24 jam (33tpm)
14. Kolaborasi
- Injeksi IV 3x80mg
dalam
pemberian
antrain terapi:
- Injeksi 2x 0,8mg - Infus mikro
ondansentron : KA-EN
 Obat oral : 1B
- Zinc syrup 1x cthl (5ml) 800cc/24 jam

- Lbio 1x1/2 sachet (33tpm)

- Pedialit 85cc/ diare - Injeksi IV


3x80mg
antrain
- Injeksi 2x
0,8mg
ondansentro
n
- Zinc syrup
1x cthl
(5ml)
- Lbio 1x1/2
sachet
- Pedialit
85cc/ diare
A : masalah
teratasi
P : intervensi
dihentikan
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito L. J. 2009. Diagnosa Keperawatan. Aplikasi pada Praktek Klinis. Edisi

IX. Alih Bahasa: Kusrini Semarwati Kadar. Jakarta: EGC.

Doenges, EM., Geiser, AC. 2005. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman


untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : EGC
Edisi II. Jakarta: EGC.

Haryawan E. 2009. Kasus Diare. Diunduh dari http://harianseputarindonesia.com.


Diakses pada 15 Mey 2012.

Hendrawanto. 2005. Buku Ajar,Ilmu Penyakit Dalam,Jakarta: Balai Penerbit FKUI

https://www.klikdokter.com/penyakit/diare#:~:text=Pengertian%20Diare%20adalah
%20kondisi%20di,yang%20kotor%20dan%20terkontaminasi%20mikroorganisme.

http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/15319/6.BAB%20II.pdf?
sequence=6&isAllowed=y

https://puskesmas.bantulkab.go.id/dlingo2/2012/12/15/tata-laksana-diare-dengan-lintas-diare/

Muttaqin A. 2011. Gangguan Gastrointestinal, Jakarta: Salemba Medika Nanda. 2011.


Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda. Alih bahasa: Budi

Santoso. Jakarta: Prima Medika

Price S A. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi

VI. Alih Bahasa:Siti Aminah. Jakarta: EGC.

Priyanta A. 2008. EndoskopiGastrointestinal,Jakarta:SalembaMedika. Simadibrata M. 2006.

Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jakarta: Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia

Sinaga Y. 2009. Gastroenteritis Akut. Diunduh dari


http://pustakakedokteran.com/gastroenteritis-akut. Diakses pada 15 Mei 2012.

Suharyono DR. 2008. Diare Akut,Klinik dan Laboratorik:Jakarta;Rineka Cipta Waluyo A. Teori dan

Anda mungkin juga menyukai