Anda di halaman 1dari 58

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH


Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair
atau setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari
biasanya lebih dari 200 g atau 200 ml/24 jam. Definisi lain memakai kriteria
frekuensi, yaitu buang air besar cair lebih dari 3 kali per hari. Buang air besar
cair tersebut dapat atau tanpa disertai lendir dan darah.

Diare akut adalah diare yang onset gejalanya tiba-tiba dan berlangsung
kurang dari 14 hari, sedang diare kronik yaitu diare yang berlangsung lebih
dari 14 hari. Diare dapat disebabkan infeksi maupun non infeksi. Dari
penyebab diare yang terbanyak adalah diare infeksi. Diare infeksi dapat
disebabkan Virus, Bakteri, dan Parasit.

Diare akut sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan, tidak
saja di negara berkembang tetapi juga di negara maju. Penyakit diare masih
sering menimbulkan Kejadian Luar Biasa dengan penderita yang banyak
dalam waktu yang singkat.

Dinegara maju walaupun sudah terjadi perbaikan kesehatan dan


ekonomi masyarakat tetapi insiden diare infeksi tetap tinggi dan masih
menjadi masalah kesehatan. Di Inggris 1 dari 5 orang menderita diare infeksi
setiap tahunnya dan 1 dari 6 orang pasien yang berobat ke praktek umum
menderita diare infeksi. Tingginya kejadian diare di negara Barat ini oleh
karena foodborne infections dan waterborne infections yang disebabkan
bakteri Salmonella spp, Campylobacter jejuni, Stafilococcus aureus, Bacillus
cereus, Clostridium perfringens dan Enterohemorrhagic Escherichia coli
(EHEC).

1
Di negara berkembang, diare infeksi menyebabkan kematian sekitar 3
juta penduduk setiap tahun. Di Afrika anak anak terserang diare infeksi 7 kali
setiap tahunnya di banding di negara berkembang lainnya mengalami serangan
diare 3 kali setiap tahun

Di Indonesia dari 2.812 pasien diare yang disebabkan bakteri yang


datang kerumah sakit dari beberapa provinsi seperti Jakarta, Padang, Medan,
Denpasar, Pontianak, Makasar dan Batam yang dianalisa dari 1995 s/d 2001
penyebab terbanyak adalah Vibrio cholerae 01, diikuti dengan Shigella spp,
Salmonella spp, V. Parahaemoliticus, Salmonella typhi, Campylobacter Jejuni,
V. Cholera non-01, dan Salmonella paratyphi.

B. TUJUAN
a. Mahasiswa dapat mengetahui tentang pengertian dari disentri pada
anak
b. Mahasiswa dapat mengetahui tentang etiologi dari bayi prematur
c. Mahasiswa dapat mengetahui tentang manifestsi klinik dari disentri
pada anak
d. Mahasiswa dapat mengetahui tentang tes diagnostik disentri pada anak
e. Mahasiswa dapat mengetahui tentang penatalaksanaan disentri pada
anak
f. Mahasiswa dapat mengetahui pada komplikasi yang terjadi disentri
pada anak
g. Mahasiswa dapat mengetahui tentang Asuhan Keperawatan disentri
pada anak

2
C. SISTEMATIKA PENULISAN
Untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenaui penyusunan karya
tulis ilmiah maka penulis akan menguraikan tentang sistematika.
Penyusunan ini terdiri dari 3 bab yaitu :

Bab 1 :Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan,


serta sistematika penulisan.
Bab 2 :Tinjauan teori terdiri dari pengertian, anatomi fisiologi,
etiologi,patofisiologi, diagnosa keperawatan, rencana keperawatan,
intervensi, implementasi, dan evaluasi.
Bab 3 :Tinjauan Kasus, yang meliputi pengkajian keperawatan,
analisa data,diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
Bab 4 : Penutupan terdiri dari kesimpulan dan saran.

3
BAB II

TUJUAN TEORITIS

A. DEFINISI
Diare adalah perubahan frekuensi dan konsistensi tinja, yang dapat
menyebabkan buang air besar (BAB) 3 kali atau lebih dalam sehari
semalam (24 jam) yang mungkin dapat disertai dengan muntah atau tinja
yang berdarah (muntaber). (Widoyono, 2008)

Diare adalah penyakit yang ditandai bertambahnya frekuensi defekasi


lebih dari biasanya (> 3 kali/hari) disertai perubahan konsistensi tinja
(menjadi cair), dengan atau tanpa darah atau lendir ( Suraatmaja, 2007).

Diare adalah buang air besar lembek atau cair bahkan berupa air saja yang
frekuensinya lebih sering dari biasanya (biasanya tiga kali atau lebih dalam
sehari) dan berlangsung kurang dari 14 hari. Diare paling sering
menyerang anak-anak, terutama usia antara 6 bulan sampai 2 tahun dan
pada umumnya terjadi pada bayi dibawah 6 bulan yang minum susu sapi
atau susu formula. Buang air besar yang sering dengan tinja normal atau
bayi yang hanya minum ASI kadangkala tinjanya lembek tidak disebut
diare. Menurut Depkes (2003)

Jadi disentri adalah radang usus yang menimbulkan gejala meluas dengan
gejala buang air besar dengan tinja berdarah, diare encer denganvolume
sedikit, dengan buang tinja bercampur lendir (mucus) dan nyeri pada saat
buang air besar (tenesmus).

B. Anatomi dan Fisiologi


Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut
sampai anus) adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk
menerima makanan, mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi,
menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta membuang bagian
makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses tersebut dari
tubuh.
Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring),
kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus.Sistem

4
pencernaan juga meliputi organ-organ yang terletak diluar saluran
pencernaan, yaitu pankreas, hati dan kandung empedu.
a. Mulut
Merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan
air pada hewan.Mulut biasanya terletak di kepala dan umumnya
merupakan bagian awal dari sistem pencernaan lengkap yang berakhir di
anus.
Mulut merupakan jalan masuk untuk sistem pencernaan.Bagian dalam dari
mulut dilapisi oleh selaput lendir.Pengecapan dirasakan oleh organ perasa
yang terdapat di permukaan lidah. Pengecapan relatif sederhana, terdiri
dari manis, asam, asin dan pahit. Penciuman dirasakan oleh saraf
olfaktorius di hidung dan lebih rumit, terdiri dari berbagai macam bau.
Makanan dipotong-potong oleh gigi depan (incisivus) dan di kunyah oleh
gigi belakang (molar, geraham), menjadi bagian-bagian kecil yang lebih
mudah dicerna. Ludah dari kelenjar ludah akan membungkus bagian-
bagian dari makanan tersebut dengan enzim-enzim pencernaan dan mulai
mencernanya. Ludah juga mengandung antibodi dan enzim (misalnya
lisozim), yang memecah protein dan menyerang bakteri secara langsung.
Proses menelan dimulai secara sadar dan berlanjut secara otomatis.
b. Tenggorokan (Faring)
Merupakan penghubung antara rongga mulut dan
kerongkongan.Berasal dari bahasa yunani yaitu Pharynk.Skema melintang
mulut, hidung, faring, dan laring.Didalam lengkung faring terdapat tonsil (
amandel ) yaitu kelenjar limfe yang banyak mengandung kelenjar limfosit
dan merupakan pertahanan terhadap infeksi, disini terletak bersimpangan
antara jalan nafas dan jalan makanan, letaknya dibelakang rongga mulut
dan rongga hidung, didepan ruas tulang belakang
c. Kerongkongan (Esofagus)
Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang
dilalui sewaktu makanan mengalir dari bagian mulut ke dalam lambung.
Makanan berjalan melalui kerongkongan dengan menggunakan proses
peristaltik. Sering juga disebut esofagus(dari bahasa Yunani: οiσω, oeso –
“membawa”, dan έφαγον, phagus – “memakan”).Esofagus bertemu
dengan faring pada ruas ke-6 tulang belakang.Menurut histologi.Esofagus
dibagi menjadi tiga bagian:
- bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka)
-bagian tengah (campuran otot rangka dan otot halus)
-serta bagian inferior (terutama terdiri dari otot halus).

5
d. Lambung
Merupakan organ otot berongga yang besar dan berbentuk seperti
kandang keledai.Terdiri dari 3 bagian yaitu : Kardia, Fundus,
Antrum.Makanan masuk ke dalam lambung dari kerongkongan melalui
otot berbentuk cincin (sfinter), yang bisa membuka dan menutup.Dalam
keadaan normal, sfinter menghalangi masuknya kembali isi lambung ke
dalam kerongkongan.Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang
berkontraksi secara ritmik untuk mencampur makanan dengan enzim-
enzim. Sel-sel yang melapisi lambung menghasilkan 3 zat penting :
- Lendir
Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam
lambung.Setiap kelainan pada lapisan lendir ini, bisa menyebabkan
kerusakan yang mengarah kepada terbentuknya tukak lambung.
- Asam klorida (HCl)
Asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang
diperlukan oleh pepsin guna memecah protein. Keasaman lambung
yang tinggi juga berperan sebagai penghalang terhadap infeksi dengan
cara membunuh berbagai bakteri.
- Prekursor pepsin (enzim yang memecahkan protein)

e. Usus halus (usus kecil)


Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan
yang terletak di antara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan
pembuluh darah yang mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui
vena porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) dan
air (yang membantu melarutkan pecahan-pecahan makanan yang dicerna).
Dinding usus juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna
protein, gula dan lemak.Lapisan usus halus ; lapisan mukosa (sebelah
dalam), lapisan otot melingkar (M sirkuler), lapisan otot memanjang (M
Longitidinal) dan lapisan serosa (Sebelah Luar). Usus halus terdiri dari
tiga bagian yaitu usus dua belas jari (duodenum), usus kosong (jejunum),
dan usus penyerapan (ileum).
- Usus dua belas jari (Duodenum)
Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus halus
yang terletak setelah lambung dan menghubungkannya ke usus kosong
(jejunum).Bagian usus dua belas jari merupakan bagian terpendek dari
usus halus, dimulai dari bulbo duodenale dan berakhir di ligamentum
Treitz.

6
Usus dua belas jari merupakan organ retroperitoneal, yang tidak
terbungkus seluruhnya oleh selaput peritoneum.pH usus dua belas jari
yang normal berkisar pada derajat sembilan. Pada usus dua belas jari
terdapat dua muara saluran yaitu dari pankreas dan kantung
empedu.Nama duodenum berasal dari bahasa Latin duodenum
digitorum, yang berarti dua belas jari.
Lambung melepaskan makanan ke dalam usus dua belas jari
(duodenum), yang merupakan bagian pertama dari usus halus.Makanan
masuk ke dalam duodenum melalui sfingter pilorus dalam jumlah yang
bisa di cerna oleh usus halus. Jika penuh, duodenum akan megirimkan
sinyal kepada lambung untuk berhenti mengalirkan makanan.
- Usus Kosong (jejenum)
Usus kosong atau jejunum (terkadang sering ditulis yeyunum)
adalah bagian kedua dari usus halus, di antara usus dua belas jari
(duodenum) dan usus penyerapan (ileum).Pada manusia dewasa,
panjang seluruh usus halus antara 2-8 meter, 1-2 meter adalah bagian
usus kosong.Usus kosong dan usus penyerapan digantungkan dalam
tubuh dengan mesenterium.
Permukaan dalam usus kosong berupa membran mukus dan
terdapat jonjot usus (vili), yang memperluas permukaan dari
usus.Secara histologis dapat dibedakan dengan usus dua belas jari,
yakni berkurangnya kelenjar Brunner.Secara hitologis pula dapat
dibedakan dengan usus penyerapan, yakni sedikitnya sel goblet dan
plak Peyeri.Sedikit sulit untuk membedakan usus kosong dan usus
penyerapan secara makroskopis.Jejunum diturunkan dari kata sifat
jejune yang berarti “lapar” dalam bahasa Inggris modern.Arti aslinya
berasal dari bahasa Laton, jejunus, yang berarti “kosong”.
- Usus Penyerapan (illeum)
Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus.
Pada sistem pencernaan manusia, ) ini memiliki panjang sekitar 2-4 m
dan terletak setelah duodenum dan jejunum, dan dilanjutkan oleh usus
buntu. Ileum memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau sedikit basa) dan
berfungsi menyerap vitamin B12 dan garam-garam empedu.
f. Usus Besar (Kolon)
Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara
usus buntu dan rektum.Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari
feses.Usus besar terdiri dari :Kolon asendens (kanan), Kolon transversum,
Kolon desendens (kiri), Kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum).
Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi mencerna

7
beberapa bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi.Bakteri di dalam
usus besar juga berfungsi membuat zat-zat penting, seperti vitamin K.
Bakteri ini penting untuk fungsi normal dari usus.Beberapa penyakit serta
antibiotik bisa menyebabkan gangguan pada bakteri-bakteri didalam usus
besar.Akibatnya terjadi iritasi yang bisa menyebabkan dikeluarkannya
lendir dan air, dan terjadilah diare.
g. Usus Buntu (sekum)
Usus buntu atau sekum (Bahasa Latin: caecus, “buta”) dalam
istilah anatomi adalah suatu kantung yang terhubung pada usus
penyerapan serta bagian kolon menanjak dari usus besar. Organ ini
ditemukan pada mamalia, burung, dan beberapa jenis reptil.Sebagian besar
herbivora memiliki sekum yang besar, sedangkan karnivora eksklusif
memiliki sekum yang kecil, yang sebagian atau seluruhnya digantikan oleh
umbai cacing.
h. Umbai Cacing (Appendix)
Umbai cacing atau apendiks adalah organ tambahan pada usus
buntu.Infeksi pada organ ini disebut apendisitis atau radang umbai
cacing.Apendisitis yang parah dapat menyebabkan apendiks pecah dan
membentuk nanah di dalam rongga abdomen atau peritonitis (infeksi
rongga abdomen).Dalam anatomi manusia, umbai cacing atau dalam
bahasa Inggris, vermiform appendix (atau hanya appendix) adalah hujung
buntu tabung yang menyambung dengan caecum.
Umbai cacing terbentuk dari caecum pada tahap embrio. Dalam
orang dewasa, Umbai cacing berukuran sekitar 10 cm tetapi bisa bervariasi
dari 2 sampai 20 cm. Walaupun lokasi apendiks selalu tetap, lokasi ujung
umbai cacing bisa berbeda – bisa di retrocaecal atau di pinggang (pelvis)
yang jelas tetap terletak di peritoneum.
i. Rektum dan anus
Rektum (Bahasa Latin: regere, “meluruskan, mengatur”) adalah
sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah kolon
sigmoid) dan berakhir di anus. Organ ini berfungsi sebagai tempat
penyimpanan sementara feses.Biasanya rektum ini kosong karena tinja
disimpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu pada kolon desendens.Jika
kolon desendens penuh dan tinja masuk ke dalam rektum, maka timbul
keinginan untuk buang air besar (BAB). Mengembangnya dinding rektum
karena penumpukan material di dalam rektum akan memicu sistem saraf
yang menimbulkan keinginan untuk melakukan defekasi. Jika defekasi
tidak terjadi, sering kali material akan dikembalikan ke usus besar, di

8
mana penyerapan air akan kembali dilakukan. Jika defekasi tidak terjadi
untuk periode yang lama, konstipasi dan pengerasan feses akan terjadi.
Orang dewasa dan anak yang lebih tua bisa menahan keinginan ini,
tetapi bayi dan anak yang lebih muda mengalami kekurangan dalam
pengendalian otot yang penting untuk menunda BAB.
Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana
bahan limbah keluar dari tubuh.Sebagian anus terbentuk dari permukaan
tubuh (kulit) dan sebagian lannya dari usus.Pembukaan dan penutupan
anus diatur oleh otot sphinkter. Feses dibuang dari tubuh melalui proses
defekasi (buang air besar – BAB), yang merupakan fungsi utama anus.

9
C. ETIOLOGI

Penyebab diare dibagi dalam beberapa factor yaitu:


1. Infeksi
a. Infeksi internal yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan
penyebab utama pada anak yang disebabkan infeksi bakteri (E. Colli,
Salmonella,Shigella, Vibrio dll) parasit (protozoa:E. hystolitica , G.
lamblia; cacing:Askaris, trikurus; Jamur :kandida ) melalui fecal oral
:makanan , minuman,yang tercemar tinja atau kontak langsung dengan
tinja penderita
b. Infeksi parenteral yaitu infeksi dari bagian tubuh lain di luar alat
pencernaan seperti otitis media akut, tonsilofaringitis, infeksi parasit :
cacing,protozoa, jamur.keadaan ini terjadi pada bayi dan anak umur
dibawah 2 tahun.
2. Malabsorsi
a. Mal absorpsi kalbohidrat, disakarida ( intoleransi laktosa, maltosa
dan sukrosa). Pada bayi dan anak-anak yang terpenting dan tersering
adalah intoleransi laktosa.
b. Mal absorpsi lemak
c. Mal absorpsi protein
3. Makanan
Makanan basi, baeracun, alergi terhadap makanan
4. Psikologik
Rasa takut dan cemas walaupun jarang dapat menimbulkan diare
terutama pada anak yang telah besar.

Dan jika ditinjau dari sudut patofisiologisnya, maka penyebab


gastroenteritis akut (diare akut) ini dapat dibagi menjadi 2 golongan yaitu:

a. Diare Sekresi (secretory diarrhoea), disebabkan oleh:


1) Infeksi virus, kuman-kuman patogen dan apatogen:
a) Infeksi bakteri misalnya Escherichia coli, Shigella
dysentriae.
b) Infeksi virus misalnya Rotavirus, Norwalk.
c) Infeksi Parasit misalnya Entamoeba hystolitica, Giardiosis
lambia.
2) Hiperperistaltik usus halus yang dapat disebabkan oleh bahan-bahan
kimia, makanan, gangguan psikis (ketakutan, gugup), gangguan saraf,
hawa dingin, alergi.
b. Diare Osmotik (Osmotic diarrhoea), disebabkan oleh :

10
1) Malabsorbsi makanan (karbohidrat, lemah, protein, vitamin dan
mineral).
2) KKP (Kekurangan Kalori Protein).
3) BBLR (Bayi Berat Badan Lahir Rendah) dan bayi baru lahir.
(Suharyono dkk.,1994 dalam Wicaksono, 2011).

D. PATOFISIOLOGI
Diare akut infeksi diklasifikasikan secara klinis dan patofisiologis
menjadi diare non inflamasi dan Diare inflamasi. Diare Inflamasi
disebabkan invasi bakteri dan sitotoksin di kolon dengan manifestasi
sindroma disentri dengan diare yang disertai lendir dan darah. Gejala klinis
yang menyertai keluhan abdomen seperti mulas sampai nyeri seperti kolik,
mual, muntah, demam, tenesmus, serta gejala dan tanda dehidrasi. Pada
pemeriksaan tinja rutin secara makroskopis ditemukan lendir dan/atau
darah, serta mikroskopis didapati sel leukosit polimorfonuklear.
Pada diare non inflamasi, diare disebabkan oleh enterotoksin yang
mengakibatkan diare cair dengan volume yang besar tanpa lendir dan
darah. Keluhan abdomen biasanya minimal atau tidak ada sama sekali,
namun gejala dan tanda dehidrasi cepat timbul, terutama pada kasus yang
tidak mendapat cairan pengganti. Pada pemeriksaan tinja secara rutin tidak
ditemukan leukosit.
Mekanisme terjadinya diare yang akut maupun yang kronik dapat
dibagi menjadi kelompok osmotik, sekretorik, eksudatif dan gangguan
motilitas. Diare osmotik terjadi bila ada bahan yang tidak dapat diserap
meningkatkan osmolaritas dalam lumen yang menarik air dari plasma
sehingga terjadi diare. Contohnya adalah malabsorbsi karbohidrat akibat
defisiensi laktase atau akibat garam magnesium.
Diare sekretorik bila terjadi gangguan transport elektrolit baik absorbsi
yang berkurang ataupun sekresi yang meningkat. Hal ini dapat terjadi
akibat toksin yang dikeluarkan bakteri misalnya toksin kolera atau
pengaruh garam empedu, asam lemak rantai pendek, atau laksantif non
osmotik. Beberapa hormon intestinal seperti gastrin vasoactive intestinal
polypeptide (VIP) juga dapat menyebabkan diare sekretorik.

11
Diare eksudatif, inflamasi akan mengakibatkan kerusakan mukosa baik
usus halus maupun usus besar. Inflamasi dan eksudasi dapat terjadi akibat
infeksi bakteri atau bersifat non infeksi seperti gluten sensitive
enteropathy, inflamatory bowel disease (IBD) atau akibat radiasi.
Kelompok lain adalah akibat gangguan motilitas yang mengakibatkan
waktu tansit usus menjadi lebih cepat. Hal ini terjadi pada keadaan
tirotoksikosis, sindroma usus iritabel atau diabetes melitus.
Diare dapat terjadi akibat lebih dari satu mekanisme. Pada infeksi
bakteri paling tidak ada dua mekanisme yang bekerja peningkatan sekresi
usus dan penurunan absorbsi di usus. Infeksi bakteri menyebabkan
inflamasi dan mengeluarkan toksin yang menyebabkan terjadinya diare.
Infeksi bakteri yang invasif mengakibatkan perdarahan atau adanya
leukosit dalam feses.
Pada dasarnya mekanisme terjadinya diare akibat kuman
enteropatogen meliputi penempelan bakteri pada sel epitel dengan atau
tanpa kerusakan mukosa, invasi mukosa, dan produksi enterotoksin atau
sitotoksin. Satu bakteri dapat menggunakan satu atau lebih mekanisme
tersebut untuk dapat mengatasi pertahanan mukosa usus.
Adhesi
Mekanisme adhesi yang pertama terjadi dengan ikatan antara struktur
polimer fimbria atau pili dengan reseptor atau ligan spesifik pada
permukaan sel epitel. Fimbria terdiri atas lebih dari 7 jenis, disebut juga
sebagai colonization factor antigen (CFA) yang lebih sering ditemukan
pada enteropatogen seperti Enterotoxic E. Coli (ETEC) Mekanisme adhesi
yang kedua terlihat pada infeksi Enteropatogenic E.coli (EPEC), yang
melibatkan gen EPEC adherence factor (EAF), menyebabkan perubahan
konsentrasi kalsium intraselluler dan arsitektur sitoskleton di bawah
membran mikrovilus. Invasi intraselluler yang ekstensif tidak terlihat pada
infeksi EPEC ini dan diare terjadi akibat shiga like toksin. Mekanisme
adhesi yang ketiga adalah dengan pola agregasi yang terlihat pada jenis
kuman enteropatogenik yang berbeda dari ETEC atau EHEC.
Invasi
Kuman Shigella melakukan invasi melalui membran basolateral sel
epitel usus. Di dalam sel terjadi multiplikasi di dalam fagosom dan

12
menyebar ke sel epitel sekitarnya. Invasi dan multiplikasi intraselluler
menimbulkan reaksi inflamasi serta kematian sel epitel. Reaksi inflamasi
terjadi akibat dilepaskannya mediator seperti leukotrien, interleukin, kinin,
dan zat vasoaktif lain. Kuman Shigella juga memproduksi toksin shiga
yang menimbulkan kerusakan sel. Proses patologis ini akan menimbulkan
gejala sistemik seperti demam, nyeri perut, rasa lemah, dan gejala disentri.
Bakteri lain bersifat invasif misalnya Salmonella.
Sitotoksin
Prototipe kelompok toksin ini adalah toksin shiga yang dihasilkan oleh
Shigella dysentrie yang bersifat sitotoksik. Kuman lain yang menghasilkan
sitotoksin adalah Enterohemorrhagic E. Coli (EHEC) serogroup 0157 yang
dapat menyebabkan kolitis hemoragik dan sindroma uremik hemolitik,
kuman EPEC serta V. Parahemolyticus.
Enterotoksin
Prototipe klasik enterotoksin adalah toksin kolera atau Cholera toxin
(CT) yang secara biologis sangat aktif meningkatkan sekresi epitel usus
halus. Toksin kolera terdiri dari satu subunit A dan 5 subunit B. Subunit
A1 akan merangsang aktivitas adenil siklase, meningkatkan konsentrasi
cAMP intraseluler sehingga terjadi inhibisi absorbsi Na dan klorida pada
sel vilus serta peningkatan sekresi klorida dan HCO3 pada sel kripta
mukosa usus. ETEC menghasilkan heat labile toxin (LT) yang mekanisme
kerjanya sama dengan CT serta heat Stabile toxin (ST).ST akan
meningkatkan kadar cGMP selular, mengaktifkan protein kinase,
fosforilasi protein membran mikrovili, membuka kanal dan mengaktifkan
sekresi klorida.
Peranan Enteric Nervous System (ENS)
Berbagai penelitian menunjukkan peranan refleks neural yang
melibatkan reseptor neural 5-HT pada saraf sensorik aferen, interneuron
kolinergik di pleksus mienterikus, neuron nitrergik serta neuron sekretori
VIPergik. Efek sekretorik toksin enterik CT, LT, ST paling tidak sebagian
melibatkan refleks neural ENS. Penelitian menunjukkan keterlibatan
neuron sensorik aferen kolinergik, interneuron pleksus mienterikus, dan
neuron sekretorik tipe 1 VIPergik. CT juga menyebabkan pelepasan
berbagai sekretagok seperti 5-HT, neurotensin, dan prostaglandin. Hal ini

13
membuka kemungkinan penggunaan obat antidiare yang bekerja pada ENS
selain yang bersifat antisekretorik pada enterosit.

14
E. PATOFLOW

Faktor infeksi f. malabsorbsi f. makanan f. psikologi


kh lemak
protein
Masuk & Toksin tdk dpt Cemas
berkembang di serap
dalam usus Meningkat
tekanan
osmotik
Hipersecresi
air & Hiperparistalti
elektrolit Pergeseran air k
dan elektrolit
ke rongga Menurunnya kesempatan
usus usus menyerap makanan

DIARE

Frek. BAB Distensi abdomen

Kehilangan Integritas kulit Mual, muntah


cairan & perianal
elektrolit
berlebihan Nafsu makan menurun

As. metabolik
gg. kes. Cairan BB menurun
& elektrolit
Sesak
Gangguan tumbang
Resiko
hipovolemi gg. oksigenasi
syok

15
F. MANIFESTASI KLINIS
1. Disentri basiler
 Onset : berlangsung cepat, sering mendadak, dapat juga perlahan-lahan
 Defeksi sedikit-sedikit dan dapat terus menerus. Sifat:
mulanya sedikit-sedikit sampai isi usus terkuras habis, selanjutnya pada
keadaan ringan masih dapatmengeluarkan cairan, sedangkan bila keadaan
berattinja berlendir dengan warna kemerah-merahan (redcurrant
jelly)atau lendir yang bening dan berdarah,bersifat basa.
a. Sakit perut kolik
b. Muntah
c. Sakit kepala
d. Mikroskopik : sel-sel pus, leukosit/eritrosit, selmakrofag.
e. Suhu bervariasi dari rendah-tinggi
f. Nadi cepat
g.Sakit perut terutama di sebelah kiri, terasamelilit diikuti
pengeluaran tinja sehinggamengakibatkan perut menjadi cekung.
h. Di daerah anus luka dan nyeri
i. Bentuk yang berat (fulminating cases)biasanya disebabkan oleh
S. dysentriae.
–Gejalanya timbul mendadak dan berat,berjangkitnya cepat,
–BAB cair dengan lendir dan darah yang sering
–muntah-muntah,
–suhu subfebris,
–Dehidrasi bahkan syok
–Kadang-kadang gejalanya tidak khas, dapat berupaseperti gejala
kolera atau keracunan makanan.
2. Disentri amoeba

a. Disentri amoeba ringan


•onset penyakit perlahan-lahan.
•perut kembung, kadang nyeri perut ringan
•diare ringan, 4-5 kali sehari, dengan tinja berbau busuk. Kadang tinja
bercampur darah dan lendir.

16
•nyeri tekan di daerah sigmoid, jarang nyeri di daerah epigastrium, tergantung pada
lokasi ulkusnya.
•Keadaan umum baik, tanpa atau sedikit demam ringan(subfebris).
•Kadang dijumpai hepatomegali yang tidak atau sedikit nyeri tekan.

b. Disentri amoeba sedang


•Keluhan gejala klinis lebih berat dibandingdisentri ringan,tetapi
pasien masih mampumelakukan aktivitas sehari-hari.
•Tinja disertai lendir dan darah.
•perut kram,
•demam
•lemas
•hepatomegali ringan

c. Disentri amoeba berat


•Keluhan dan gejala klinis lebih berat lagi
•Diare disertai darah yang banyak, lebih dari 15kali sehari.
•Demam tinggi (40 C-40,5 C)
•Mual
•anemia

G. KOMPLIKASI

1. Dehidrasi : saat di mana tubuh kita tidak seimbang dalam kadar


cairannya , tentunya banyak cairan yang dikeluarkan daripada yang
dihidupkan.
2. Gangguan elektrolit, terutama hiponatremia ( Hyponatremia merujuk
pada tingkat sodium dalam darah yang lebih rendah dari normal.
Sodium adalah penting untuk banyak fungsi-fungsi tubuh termasuk
pemeliharaan keseimbangan cairan, pengaturan dari tekanan darah, dan
fungsi normal dari sistim syaraf ).
3. Sepsis (suatu kondisi dimana terjadi reaksi peradangan sistemik /
inflammatory sytemic rection yang dapat disebabkan oleh invansi
bakteri, virus, jamur atau parasit.) dan DIC
4. Sindroma Hemolitik Uremik : suatu penyakit dimana secara tiba-tiba
jumlah trombosit menurun (trombositopenia, sel-sel darah merah

17
dihancurkan (anemia hemolitik) dan ginjal berhenti berfungsi (gagal
ginjal).
5. Malnutrisi/malabsorpsi kekurangan nutrisi dari sejak dalam
kandungan
6. Hipoglikemia kekurangan glukosa dalam darah
7. Prolapsus rectum (turunnya rektum melalui anus )
8. Reactive arthritis : suatu kondisi yang dipicu oleh infeksi yang terjadi
di tubuh - paling sering usus, alat kelamin atau saluran kemih. Sakit
sendi dan bengkak merupakan ciri khas dari arthritis reaktif. Artritis
reaktif juga dapat menyebabkan peradangan pada mata, kulit dan
saluran yang membawa urin dari kandung kemih (uretra). Arthritis
reaktif juga kadang-kadang disebut sindrom Reiter, meskipun istilah
ini lebih akurat mengacu pada subtipe artritis reaktif terutama yang
mempengaruhi sendi, mata dan uretra.
9. Komplikasi yang jarang terjadi adalah kerusakan saraf, persendian
atau jantung, dan kadang-kadang usus yang berlubang.
10. Dorongan yang kuat selama proses buang air besar, menyebabkan
sebagian selaput lendir usus keluar melalui lubang dubur (prolapsus
rekti).

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan laboratorium.
a) Pemeriksaan tinja.
b) Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah
astrup,bila memungkinkan dengan menentukan PH keseimbangan
analisa gas darah atau astrup,bila memungkinkan.
c) Pemeriksaan kadar ureum dan creatinin untuk mengetahui pungsi
ginjal.
d) Pemeriksaan darah tepi lengkap (hemoglobin,
hematokrit,leukosit)
e) Pemeriksaan elisa untuk mendeteksi giardiasis

2. Pemeriksaan elektrolit intubasi duodenum (EGD) untuk mengetahui


jasad renik atau parasit secara kuantitatif,terutama dilakukan pada
penderita diare kronik.

3. Pemeriksaan radiologis seperti sigmoidoskopi, kolonoskopi dan


lainnya biasanya tidak membantu untuk evaluasi diare akut infeksi.

4. foto X-Ray abdomen

18
I. PEMERIKSAAN

1. Pemberian cairan.
2. Diatetik
pemberian makanan dan minuman khusus pada penderita dengan tujuan
penyembuhan dan menjaga kesehatan adapun hal yang perlu diperhatikan :
a) Memberikan asi.
b) Memberikan bahan makanan yang mengandung kalori, protein,
vitamin, mineral dan makanan yang bersih.
c) Obat-obatan.
a. Racecordil adalah Anti diare yang ideal harus bekerja cepat,
tidak menyebabkan konstipasi, mempunyai indeks terapeutik yang
tinggi, tidak mempunyai efek buruk terhadap sistem saraf pusat, dan
yang tak kalah penting, tidak menyebabkan ketergantungan.
b. Loperamide merupakan golongan opioid yang bekerja
dengan cara emeperlambat motilitas saluran cerna dengan
mempengaruhi otot sirkuler dan longitudinal usus.
c. Nifuroxazide adalah senyawa nitrofuran memiliki efek
bakterisidal terhadap Escherichia coli, Shigella dysenteriae,
Streptococcus, Staphylococcus dan Pseudomonas aeruginosa.
Nifuroxazide bekerja lokal pada saluran pencernaan.
d. Dioctahedral smectite (DS), suatu aluminosilikat
nonsistemik berstruktur filitik, secara in vitro telah terbukti dapat
melindungi barrier mukosa usus dan menyerap toksin, bakteri, serta
rotavirus.
Keterangan:
Pemberian cairan,pada klien Diare dengan memperhatikan derajat
dehidrasinya dan keadaan umum.

3. cairan per oral.


Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang,cairan diberikan
peroral berupa cairan yang berisikan NaCl dan Na,Hco,Kal dan
Glukosa,untuk Diare akut diatas umur 6 bulan dengan dehidrasi
ringan,atau sedang kadar natrium 50-60 Meq/I dapat dibuat sendiri
(mengandung larutan garam dan gula ) atau air tajin yang diberi gula
dengan garam. Hal tersebut diatas adalah untuk pengobatan dirumah
sebelum dibawa kerumah sakit untuk mencegah dehidrasi lebih lanjut.

4. Cairan parenteral

19
Mengenai seberapa banyak cairan yang harus diberikan
tergantung dari berat badan atau ringannya dehidrasi,yang
diperhitungkan kehilangan cairan sesuai dengan umur dan berat
badannya.

20
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
1. Identitas
Identitas klien yang harus diketahui oleh perawat meliputi nama,
umur, jenis kelamin, alamat rumah, agama, pekerjaan, suku bangsa,
bahasa yang dipakai, status pendidikan, dan pekerjaan klien/ asuransi
kesehatan.

2. KeluhanUtama
BAB lebih dari 3 x,konsistensi : encer,berlendir dan terdapat darah

3. Riwayat Penyakit Sekarang


BAB warna kuning kehijauan, bercampur lendir dan darah atau
lendir saja. Konsistensi encer, frekuensi lebih dari 3 kali, waktu
pengeluaran : 3-5 hari (diare akut), lebih dari 7 hari ( diare
berkepanjangan), lebih dari 14 hari (diare kronis).

4. Riwayat Penyakit Dahulu


Pernah mengalami diare sebelumnya, pemakian antibiotik atau
kortikosteroid jangka panjang (perubahan candida albicans dari
saprofit menjadi parasit), alergi makanan, ISPA, ISK.

5. Riwayat Nutrisi ASI


Pada anak usia toddler makanan yang diberikan seperti pada orang
dewasa, porsi yang diberikan 3 kali setiap hari dengan tambahan buah
dan susu. kekurangan gizi pada anak usia toddler sangat rentan,. Cara
pengelolahan makanan yang baik, menjaga kebersihan dan sanitasi
makanan, kebiasan cuci tangan.

6. Riwayat Kesehatan Keluarga


Ada salah satu keluarga yang mengalami diare.

7. Riwayat Kesehatan Lingkungan


Penyimpanan makanan pada suhu kamar, kurang menjaga
kebersihan, lingkungan tempat tinggal.

21
8. Riwayat Pertumbuhan dan perkembangan

 Pertumbuhan
· Kenaikan BB karena umur 1 –3 tahun berkisar
antara 1,5-2,5 kg (rata-rata 2 kg), PB 6-10 cm (rata-rata 8
cm) pertahun.
· Kenaikan linkar kepala : 12cm ditahun pertama dan
2 cm ditahun kedua dan seterusnya.
· Tumbuh gigi 8 buah : tambahan gigi susu; geraham
pertama dan gigi taring, seluruhnya berjumlah 14 – 16 buah
· Erupsi gigi : geraham perama menusul gigi taring.

9. Pola kebutuhan dasar


a. Pola makan
Karena adanya anoreksia, anak sering mengalami susah makan,
sehingga berat badan anak sangat rendah dan tidak sesuai
dengan usianya.
b. Pola aktivitas
Anak terlihat lemah da tidak selincah anak seusianya. Anak
lebih banyak tidur/istirahat, karena bila beraktivitas seperti
anak normal mudah merasa lelah.

10. Pengkajian Fisik


a. Keadaan umum
Anak biasanya terlihat lemah dan kurang bergairah serta tidak
selincah anak seusianya yang normal.
b. Mata konjungtiva anemis,cowong
c. Mulut dan bibir : kering,pecah - pecah
d. Kulit
Kelembapan kulit menurun,terasa kering dan berkerut

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan peristaltik usus
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan diare atau output berlebihan
3. Defisit volume cairan berhubungan dengan Kehilangan cairan
sekunder terhadap diare, perdarahan(Diare disertai darah)

22
4. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi sekunder terhadap
diare
5. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum
6. Kecemasan anak berhubungan dengan tindakan invasive
7. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan peningkatan
frekwensi diare.

3. INTERVENSI KEPERAWATAN

DK.1

Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan peristaltic usus


Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x 24 jam nyeri yang
dirasakan pasien berkurang
Kriteria hasil:
Nyeri yang dirasakan psien skala 0-1
Ekspresi wajah pasien tenang
‘Pasien dapat beristirahat
Pasien dan anggota keluarga menunjukan koping nyeri yang baik

INTERVENSI RASIONAL
Lakukan Pengkajian nyeri secara Nyeri akibat peningkatan
komperhensif termasuk peristaltic sering dirasakan kram
lokasi,karakteristik,durasi,frekuens dan kaku,awitan cepat,dengan
i,kualitas intensitas bervariasi
Observasi bahasa nonverbal dan Ekspresi non verbal dapat
ketidaknyamanan menggambarkan kondisi
kesehatan dan rasa kurang
nyaman yang dilami
Kaji riwayat nyeri masa lampau Riwayat nyeri masa lalu
menggambarkan riwayat penyakit
dan nyeri yang sering dialami
pasien
Berikan pengalihan seperti reposisi Reposisi dapat mengurangi

23
dan aktivitas yang menyenangkan nyeri,Aktivitas menyenangkan
mengalihkan dan mengurang
persepsi nyeri
Berikan dan ajarkan management
nyeri pada keluarga :
Kompres hangat dan masssage
Ajarkan tekhnik relaksasi sesuai Meningkatkan control
kemampuan dan pemahaman anak diri,Menurunkan stress,ansietas
dan nyeri yang dirasakan
Kolaborasi pemberian analgetik Analgetik mendepresi pusat
nyeri,menurunkan nyeri,nyeri
yang dirasakan pasien dapat
berkurang serta menurunkan
spasme otot

DK.2

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


tidak adekuatnya intake,out put,anoreksia
Tujuan :
setelah dilakukan tindakan perawatan selama dirumah selama 5-7x 24
jam kebutuhan nutrisi pasien dapa terpenuhi

Kriteria :
Nafsu makan meningkat
Menghabiskan porsi yang disediakan
Makan 2-3x/Hari
BB dapat dipertahankan/Menunjukan peningkatan BB
INTERVENSI RASIONAL

Timbang dan catat berat badan Mendapatkan bacaan akurat dan


pasien pada jam yang sama setiap mengetahui status kesehatan
hari pasien
Tanyakan pada pasien /keluaraga Identifikasi maslah
tentang perasaan ataupun maslah utama,penetuan tindakan efektif
yang berhubungan dengan
pemenuhan nutrisi

24
Diskusikan dan jelaskan tentang Serat tinggi, lemak,air terlalu
pembatasan diet (makanan berserat panas / dingin dapat merangsang
tinggi, berlemak dan air terlalu mengiritasi lambung dan sluran
panas atau dingin) usus.

Ciptakan lingkungan yang bersih, situasi yang nyaman, rileks akan


jauh dari bau yang tak sedap atau merangsang nafsu makan.
sampah, sajikan makanan dalam
keadaan hangat
Berikan jam istirahat (tidur) serta Mengurangi pemakaian energi
kurangi kegiatan yang berlebihan yang berlebihan

Monitor intake dan out put dalam Mengetahui jumlah output dapat
24 jam merencenakan jumlah makanan.
Kolaborasi dengan tim kesehtaan Mengandung zat yang diperlukan
lain : , untuk proses pertumbuhan
a. terapi gizi :
Diet TKTP rendah serat
Penyajian makanan dengan cara
yang menarik
Sajikan selagi hangat
b. obat-obatan atau vitamin (
A,C,D)
BB ddan TB bertambah sesuai usia Berat badan ideal pada anak
anak disesuaikan dengan tinggi dan
usia anak

DK.3

Defisit v oloume cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan


cairan sekunder terhadap diare
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam
keseimbangan dan elektrolit dipertahankan secara maksimal
Kriteria hasil :
Intake dan output seimbang

25
Mukosa lembab
Tanda vital stabil : nadi 60- 100 x/menit, RR 20 x/mnt
Nadi teraba : kuat,stabil
Haluaran urin 0,5-1ml x kgBB/Jam
Kapileri refill < 2 detik
Tanda – tanda vital dalam batas normal
(N: 120-60 x/mnt, S; 36-37,50 c, RR : < 40 x/mnt )
Turgor:
elastik , membran mukosa bibir lembab, mata tidak cowong, UUB
tidak cekung.
Konsistensi BAB lembek, frekwensi -3x/hari
INTERVENSI RASIONAL
Pantau tanda dan gejala Penurunan sisrkulasi volume
kekurangan cairan dan elektrolit cairan menyebabkan kekeringan
mukosa dan pemekatan warna
urin. Deteksi dini memungkinkan
terapi pergantian cairan segera
untuk memperbaiki deficit
Pantau intake dan output Dehidrasi dapat meningkatkan laju
filtrasi glomerulus membuat
keluaran tak aadekuat untuk
membersihkan sisa metabolisme.
Timbang berat badan setiap hari Mendeteksi kehilangan cairan ,
penurunan 1 kg BB sama dengan
kehilangan cairan 1 lt
Anjurkan keluarga untuk Mengganti cairan dan elektrolit
memberi minum 1-2lt/sesuai yang hilang secara oral
indikasi pada pasien
Kolaborasi : koreksi keseimbang cairan dan
Pemeriksaan laboratorium serum elektrolit, BUN untuk mengetahui
elektrolit (Na, K,Ca, BUN) faal ginjal (kompensasi).

Pemeriksaan HB, PCV, HB < 10 gram/dL dikaitkan


trombosit dengan anemia defisiensi
besi,sebab lain pendarahan.PCV
<45% menggambarkan penurunan
volume darah,Trombosit <150.000

26
/mm³ menggambarkan adanya
perdarahan dan kehilangan darah
( IV line ) sesuai dengan umur Cairan parenteral mengganti cairan
dan elektrolit secara adekuat dan
cepat
Obat-obatan : (antisekresin, anti sekresi untuk menurunkan
antispasmolitik, antibiotik) sekresi cairan dan elektrolit agar
simbang, antispasmolitik untuk
proses absorbsi normal, antibiotik
sebagai anti bakteri berspektrum
luas untuk menghambat
endotoksin.
Observasi konsistensi Peningkatan frekuensi BAB
feses,adanya darah dan frekuensi dengan adanya darah yang keluar
bersamaan dengan feses menjadi
salah satu penyebab adanya
kehilangan volume cairan dan
elektrolit

DK.4

Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi dampak sekunder dari


diare
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 3x 24 jam tidak terjadi
penigkatan suhu tubuh,suhu tunbuh psiwn dapat
dikondisikan/dipertahankan pada batas normal (36-37,50C)
Kriteria hasil :
suhu tubuh dalam batas normal ( 36-37,5 C)
Tidak terdapat tanda infeksi (rubur, dolor, kalor, tumor, fungsio laesa)
Pasien tidak mngalami konvulsi

INTERVENSI RASIONAL
Monitor suhu tubuh setiap 4 jam Deteksi dini terjadinya perubahan
abnormal fungsi tubuh ( adanya
infeksi)evaluasi kefektifan
intervensi

27
Pantau dan catat denyut dan Peningkatan denyut
irama jantung,tekanan darah,dan nadi,penurunan tekanan vena
kecepatan pernapasan minimal sentral,dan penurunan tekanan
setiap 4 jam darah dapat mengindikasikan
hipovolemia,yag mengarah pada
penurunan perfusi jaringan.Kulit
yang dingin,pucat dan burik dapat
mengindikasikan perfusi
jaringan,peningkatan frekuensi
pernafasan berkompensasi pada
hipoksia jraingan
Berikan kompres hangat merangsang pusat pengatur panas
untuk menurunkan produksi panas
tubuh
Berikan anti piretik sesuai advis Merangsang pusat pengatur panas
di otak ,menurunkan suhu tubuh.
Management suhu tubuh : Pakaian longgar,kompres dan
1.Lepaskan Selimt,dan pasangkan pakaian tipis efektif i
kain sebatas pinggang pada mengevaporasi suhu panas
pasien (loincloth) tubuh,menurunkan suhu
tubuh,memberikan kenyamananan
2.Anjurkan pasien mengenakan
pakaian renggang ,menyerap
keringat dan tipis
3.Berikan kompres air biasa pada
aksilla dan lipatan paha,seka
tubuh pasien dengan air hangat
Beri dorongan menaati aspek Kepatuhan dan kerjasama dengan
pentalaksanaan pasien dalam memertahankan dan
keperaawatan,meliputi meningkatkan status kesehatan
:Diet,Pakaian dapat berpengaruh dalam
keefektifan tindakan dan
peningkatan status kesehatan.

28
DK.5

Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum


Tujuan :
Setelah silakukan tindakan selama 3x 24 jam pasien menunjukajn
toleransi dalam aktifitas
Kriteria Hasil :
Tidak terjadi peningkatan tanda tanda vital ketika atau setalah
melakukan aktifitas
Tidak terjadi penurunan kondisi kesehatan
INTERVENSI RASIONAL
Observasi Tanda tanda vital Peningkatan/penuruna tanda
Sebelum dan setelah aktivitas tanda vital mengindikasiakan
intoleransi
Observasi perubahan /keluhan Identifikasi hal yang
pada a pasien setelah melakukn memperburuk keadaan pasien
aktifitas
Diskusikan dengan klien aktifitas Meningkatkan kesadaran status
yang dapat dilakukan secara kesehatan ,Menghindari cidera
mandiri dan tidak
Beritahukan kepada keluarga Adanya pihak keluarga dapat
tentang kondisi kesehatan dan membantu memenuhi kebutuhan
anjurkan ntuk membantu aktifitas aktifitas dan membrikan susasana
nyaman
Jadwalkan program istirahat Meminimalkan penggunaan
energy berlebih .Menjaga
kestabilan kondisi pasien
Memberikan informasi pada Pengetahuan yang baik dapat
keluarga untuk berada di dekat menunjang keberhasilan proses
anak dan membantu aktifitasnya perawatan

29
DK.6

Kecemasan anak berhubungan dengan tindakan invasive


Tujuan :
setelah dilakukan tindakan perawatan selama 3 x 24 jam, klien mampu
beradaptasi
Kriteria hasil :
Anak kooperatif dan menerima tindakan perawatan
klien tampak tenang dan tidak rewel
Pasien menunjukan respon yang baik dalam tindakan keperawatan
INTERVENSI RASIONAL
Libatkan keluarga dalam Pendekatan awal pada anak
melakukan tindakan perawatan melalui ibu atau keluarga

Hindari persepsi yang salah pada mengurangi rasa takut anak


perawat dan RS terhadap perawat dan lingkungan
RS

Berikan pujian jika klien mau menambah rasa percaya diri anak
diberikan tindakan perawatan dan akan keberanian dan
pengobatan kemampuannya
Lakukan kontak sesering mungkin Kasih saying serta pengenalan
dan lakukan komunikasi baik diri perawat akan menunbuhkan
verbal maupun non verbal rasa aman pada klien.
(sentuhan, belaian dll)
Berikan mainan sebagai rangsang Salah satu pengalihan kondisi
sensori anak,mengisi waktu. kesahtan,menciptakan lingkugan
nyaman,menurunkan stress.

30
DK.7

Resiko gangguan integritas kulit perianal berhubungan dengan


peningkatan frekwensi BAB (diare)
Tujuan :
Setelah dilakukan tindaka keperawtan selama di rumah sakit integritas
kulit tidak terganggu
Kriteria hasil :
Tidak terjadi iritasi : kemerahan, lecet, kebersihan terjaga
Keluarga mampu mendemontrasikan perawatan perianal dengan baik
dan benar
Pasien dan keluarga dapat mengerti manfaat dan bagaimana menjaga
kondisi bersih yang baik bagi kesehatan
INTERVENSI RASIONAL
Intrvensi Rasional
Diskusikan dan jelaskan Kebersihan mencegah
pentingnya menjaga tempat tidur perkembang biakan kuman
bersih
Demontrasikan serta libatkan Mencegah terjadinya iritassi kulit
keluarga dalam merawat perianal yang tak diharapkan oleh karena
(bila basah dan mengganti pakaian kelebaban dan keasaman feces
bawah serta alasnya)
Inspeksi keadaan kulit perianal Menunjukan keefektifan program
peratwatan,menghindari
kerusakan integritas berlanjut
Atur posisi tidur atau duduk Melancarkan vaskulerisasi,
dengan selang waktu 2-3 jam mengurangi penekanan yang lama
sehingga tak terjadi iskemi dan
irirtasi .
Berikan kesempatan atau tanyakan Mengurangi ansietas dan
bagaimana perasaan pasien tentang meningkatkan keterampilan
maslah kulitnya koping
Kolaborasi pemberian analgetik Pengurangan nyeri diperlukan
untuk meberikan rasa nyaman
pada pasien
Berikan pendidikan kesehatan Mendorong keatuhan pasien dank
tentang perawatan kulit kepada lien mematuhi tindakan

31
pasien/anggota keluarga: penatalaksanaan perawatan
1.petahankan hygiene yang baik
2.Inspeksi kulit secara teratur
3.Gunakan sabun yang tidak
menimbulkanniritasi (nonalkali)
4.Kenali tand awal kerusakan
kulit(kemerahan)dan laporkan
gejalanya

4. Implementasi
Implementasi merupakan pelaksanaan rencana keperawatan oleh
perawat terhadap pasien. Pada tahap implementasi ini merupakan
aplikasi secara kongkrit dan rencana intervensi yang telah di buat
untuk mengatasi masalah kesehatan dan perawatan yang muncul pada
pasien.

5. Evaluas
Evaluasi merupakan dimana proses keperawatan menyangkut
pengumpulan data obyektif dan subyektif yang dapat menunjukan
masalah apa yang terselesaikan apa yang perlu dikaji dan
direncanakan, dilaksanakan dan dimulai atau timbul masala baru

1. Suhu tubuh normal

2. Tidak terjadi devisit voume cairan

3. Tidak terjadi syok hipovolemik

4. Tidak terjadi gangguan kebutuhan nutrisi

5. Tidak terjadi perdarahan

6. Ansietas berkurang/terkontrol

7. orang tua memahami tentang kondisi, efek prosedur dan proses


pengobatan.

32
BAB III

TINJAUAN KASUSU

A. Asuhan Keperawatan
1. PENGKAJIAN
A. Pengumpulan Data
1. Data Umum
a. Identitas klien
Nama : Anp.Q
Umur : 4th 7bln
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : Belum/Tdk Tamat SD
Pekerjaan : Dibawah Umur
Status Marital : Belum Kawin

Tanggal Pengkajian : 60-12-2016 jam : 12 : 45

Tanggal Masuk : 03-11-2016 Jam : 15 : 30


Diagnosa Medik : DISENTRI
Alamat : KAMP. T.B Rt.xx Rw.xx Kota.......
Dokter : dr. A

b. Identitas Keluarga/Penanggung jawab


Nama : Nn.L
Umur : 42 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : IRT
Hubungan dengan klien : Ibu
Alamat : KAMP. T.B Rt.xx Rw.xx Kota.......

33
2. Riwayat Kesehatan/Keperawatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
1) Alasan masuk RS :
Orang tua mengatakan anak demam sejak kamrin pagi yang lalu
disertai anak ada lemas dikarenakan BAB lebih dari 5x orang tua
memutuskan untuk membawa anaknya ke Rumah Sakit Cahaya
Kawaluyan.
2) Riwayat Penyakit Sekarang (PQRST) :

Orang tua mengatakan anak mengalami sakit peut sejak pagi ia


bangun, dan bab sedikit namun sering. Sakit perut berkurang setelah
minum obat diapet.

3) Keluhan yang menyertai : lemas.

b. Riwayat Kesehatan Masa Lalu

1) Riwayat penyakit atau rawat inap sebelumnya :

Orang tua Klien mengatakan belum pernah di rawat di rumah sakit


sebelumnya.

2) Riwayat alergi :Tidak ada

3) Riwayat operasi :Tidak Ada

4) Riwayat tranfusi : Tidak Ada

5) Riwayat pengobatan : Tidak Ada

c. Riwayat penyakit keluarga : Tidak ada

d. Genogram 3 generasi : Tidak ada

34
e. Keadaan kesehatan lingkungan rumah :

Orang tua Klien mengatakan lingkungan rumahnya banyak polusi kendaraan,


karena lokasi rumanya dipinggir jalan raya.

3. Data Biologis

a. Penampilan umum:

Keadaan umum tampak sakit sedang, akral hangat, kesadaran compos mentis,
terpasang infus di tangan dextra dengan cairan RL 30 tts/menit

b. Tanda-tanda vital:

Tekanan darah : 90/70mmHg, di lengan kanan

Suhu : 36,8°C di aksila

Nadi :102 x/ mnt, di arteri radialis, denyutan

teratur, kuat.

Pernafasan : 23 x/menit teratur, pernafasan di perut.

c. Tinggi badan :83 cm

Berat badan : 15 kg

IMT : 13,73

Lingkar kepada : 42 cm

Tangan bawah : 10 cm

Tangan atas : 15 cm

35
d. Anamnase dan Pemeriksaan Fisik Secara Sistem Tubuh

1) Sistem Pernafasan

Anamnesa :

Orangtua Klien mengatakan tidak ada keluhan

Pemeriksaan Fisik

1) Inspeksi :
a. Hidung : Pernafasan tidak menggunakan cupping hidung.
b. Devisi sputum nasi : Tidak ada
c. Mukosa hidung : Bersih
d. Secret/lender : Tidak ada
e. Polip : Tidak ada, tidak terpasang oksigen
f. Terpasang Oksigen : Tidak
g. Bentuk Dada : Datar ( Simetris)
h. Pergerakan : Tidak ada
i. Deviasi trakea : Tidak ada retrasi dada
j. Retraksi dada: Intercostal dan supra sterna tidak ada
k. Pola irama pernafasan : 23x/menit,Dsypneu tidak ada
2) Palpasi :
a. Daerah sinus paranasallis : Tidak ada nyeri tekan di daerah
sinus paranasalis
b. Vocal/ tektil fremitus : Getaran dinding paru sama
3) Perkusi :
a. Terdengar : Sonor
b. Batas Paru : Normal
4) Auskultasi :
a. Vesicular : Lembut
b. Bronchial : Keras
c. Bronchovesicular : Sedang
d. Suara nafas tambahan : Tidak ada
e. Vocal resonans : klien mengatakan “77” suara jelas dan di
lapang paru kiri dan kanan sama
5) Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

36
2) Sistem kardiovaskular
Anamnesa :
 Orang tua klien mengatakan tidak ada keluhan
1) Inspeksi :
a. Clubbing of the finger : Tidak tampak disemua kuku
b. Cyanosis : Pada bibir
c. Edema : Tidak ada
d. Epitaksis : Tidak ada
2) Palpasi :
a. Capilary time : < 2 detik
b. Edema : Tidak ada
3) Perkusi :
a. Terdengar : Pekak
b. Batas – batas jantung
- Atas : ICS 2
- Bawah : ICS 4 – ICS 5
- Kiri : ICS 5 Midclavicula
- Kanan : ICS 4
4) Auskultasi :
a. Bunyi jantung 1 : Terdengar Lub, pekak karena
penutupan katup mitral dan trikuspidalis
b. HR : 102x/menit
c. Bunyi jantung 2 : Terdenganr Dup, karena penutupan
katup aorta dan pulmonal
d. Bunyi jantung tambahan : Tidak terdengar suara
murmur dan gallop
e. Irama gelop : Tidak ada
5) Masalah keperawatan : Tidak ditemukan masalah
keperawatan

37
3) Sistem pencernaan
1) Anamnesa :
Orang tua klien mengatakan nafsu makan dan susah menelan.
2) Inspeksi :
a. Mulut :
- Bibir : Bersih
- Selaput mukosa : kering
- Lidah : ada lesi berwarna putih
- Gigangtivitis : Tidak bengkak
- Gusi berdarah : Tidak ada
- Tonsil : T1
b. Gigi :
- Caries : Tidak ada
- Gigi tanggal : Tidak ada
c. Abdomen :
- Bentuk abdomen : Simetris
- Spider nevi : Abdomen tidak nampak
- Distensi abdomen : Gas atau cairan tidak ada
d. Anus :
- Hemmeroid : Tidak ada
- Fissure : Tidak ada
- Fistula : Tidak ada
- Tanda – tanda keganasan : Tidak ada
3) Asukultasi :
a. Bising usus :9x/menit
4) Palpasi :
a. Nyeri tekan di region : Tidak ada
b. Nyeri lepas di region : Tidak ada
c. Massa/benjolan : Tidak ada
d. Lepas titik Mc Burney : Tidak ada nyeri
e. Hepar : Tidak ada nyeri tekan
f. Limpa : Tidak ada nyeri tekan

38
5) Perkusi :
a. Terdengar : Tympani di bagian abdomen Regio
Hipokondria
kiri
6) Masalaha keperawatan : Nutrisi kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan tidak nafsu makan

4) Sistem perkemihan
1) Anamnesa :
a. Orang tua klien menatakan tidak ada keluahan saat berkemih
2) Inspeksi :
a. Distensi pada region hipogastrika : Tidak ada
b. Kateter urine : Tidak ada
c. Warna urine : Kuning jernih
d. Jumlah urine : 200cc/1 kali BAK
e. Frekuensi : 5 – 7 kali/hari
3) Palpasi :
a. Nyeri tekan regio hipogastrika : Tidak ada
4) Perkusi :
a. Regio hipogastrika terdengar : Dull
b. Nyeri tekan darah costo vetebral
- Kanan : Tidak ada
- Kiri : Tidak ada
5) Masalah keperawatan : Tidak ada ditemukan masalah keperawatan

39
5) Sistem persarafan
1) Anamnesa :
Orang tua klien,emgatakan tidak ada keluhan
2) Inspeksi :
a. Bentuk muka : Bulat
b. Mulut : Baik
c. Spastic : Tidak ada
d. Parese : Tidak ada
e. Sensibilitas ekstremitas atas : Dapat merasakan sentuhan
tumpul, tajam dan tekanan
kecil di lengan sebelah kiri
dan kanan.

f. Sensibilitas ekstremitas bawah : Dapat merasakan sentuhan


tumpul, tajam dan tekanan
kecil di kaki kanan dan kiri
g. Pergerakan tidak terkoordinasi : Tidak ada
h. Tingkat kesadaran
- Kualitatif : Compos Mentis
- Kuantitatif :GCS 15 (E=4, M=6, V=5)
i. Uji saraf cranial :
1. Nervus olfactorius : Klien dapat membedakan
aroma kulit jeruk, teh manis dan alkohol secara
bergantian dengan mata tertutup yang diberikan
oleh pemeriksa
2. Nervus Optikus : Lapang pandang klien cukup
bagus dan masih luas
3. Nervus Ukulomotorius :Reaksi Pupil isokor 2 mm
saat diberikan rangsangan pada mata klien dan klien
mampu membuka dan menutup kelopak mata secara
spontan
4. Nervus troklearis : Bola mata klien dapat bergerak
ke atas dan kebawah sesuai dengan perintah

40
pemeriksa, tidak adanya gerakan bola mata yang
cepat
5. Nervus Trigeminus : Klien dapat menyebutkan dan
merasakan daerah yang diberikan rangsang oleh
kapas pada dahi, pipi kanan dan kiri klien,
6. Nervus abdusen : Bola mata klien dapat bergerak
sesuai rotasi sesuai dengan perintah pemeriksa
7. Nervus facialis : Klien dapat mengikuti instuksi saat
diminta tersenyum, bersiul, mengerutkan dahi,
semuanya terlihat simetris
8. Nervus vestibulotroklearis : Klien dapat
mendengarkan dengan baik dan jelas gesekan kedua
jari.
9. Nervus glosovaringeus : Klien bisa mebedakan rasa
manis dan asin dengan makan yang sudah
disiiapkan
10. Nervus vagus : Terdapat reflek muntah saat
diberikan spatel pada pangkal lidah dan reflek
menelan baik
11. Nervus assesoris : Klien dapat mengangkat bahu
secara simetris dan dapat menahan sedikit tahanan
yang diberikan oleh pemeriksa dan dapat
memalingkan wajah ke kiri dan ke kanan
12. Nervus hipoglosus : Klien dapat menjulurkan lidah
secara simetris namun terbatas karena bibir terjadi
pembengkakan
3) Perkusi :
a. Refleks fisiologi :
- Tendon biceps : Ada
- Tendon triceps : Ada
- Tendon Achiles : Ada
- Tendon patella : Ada
b. Refleks patologis : reflek babinski : Negatif
4) Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
41
6) Sistem Muskuloskeletal
1) Anamnesa :

Orang tua klien mengatakan tidak ada keluhan

2) Inspeksi :
a. Ektremitas atas : Klien terpasang infus sebelah
kanan
b. Ekstremitas bawah : Tidak ada masalah dan tidak ada
lesi
c. Atrofi : Tidak ada atrofi di ektremitas bawah
d. Rentang gerak : klien dapat melakukan gerakan flesi, gerakan
ekstensi, gerakan adduksi dan abduksi.
e. Nilai kekuatan otot : 5 keterangan penuh

5 5

5 5

f. Bentuk collumna vetebralis : Tidak ada skoliasis, lordosis, kiposis


g. Penggunaan alat bantu : Kursi roda
3) Palpasi
a. Nyeri tekan pada proccesus spinosus : Tidak ada
4) Masalah keperawatan : Tidak ditemukan masalah keperawatan

42
7) Sistem Panca Indra
1) Anamnesa :

klien mengatakan tidak ada keluhan untuk indra penglihatan dan


pendengaran tidak memakai alat bantu

a. Penglihatan : Conjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik


b. Pendengaran : Canalis audotorius extra bersih.
2) Inspeksi :
a. Penglihatan TIO : Baik
b. Pinna : Bersih
3) Masalah keperawatan : Tidak ditemukan masalah keperawatan

8) Sistem endokrin
1) Anamnesa :
Orng tua klien mengatakan tidak ada keluhan.
2) Inspeksi :
a. Bentuk tubuh
- Gigangtisme : Tidak ada
- Kreatinisme : Tidak ada
- Pembesaran kelenjar tiroid : Tidak ada
- Pembesaran pada ujung –ujung ektremitas bawah
atau atas : Tidak ada
3) Palpasi :
a. Kelenjar tiroid : Tidak mengalami pembesaran
4) Masalah keperawatan : Tidak ditemukan masalah keperawatan

43
9) Sistem Reproduksi
1) Anamnesa :

Orang tua klien mengatakan tidak ada keluhan pada organ reproduksi

2) Inspeksi :
a. Genetalia eksterna : Baik tidak ada lesi
b. Pengeluaran cairan : 200cc, warna kuning jernih, tidak
berbau.
c. Massa : Tidak ada
d. Lesi : Tidak ada
3) Palpasi :
a. Mamae benjolan : Tidak ada
b. Lesi : Tidak ada
c. Gynaecoamtia : Tidak ada
4) Masalah keperawatan : Tidak ditemukan masalah keperawatan

10) Sistem Integumen


1) Anamnesa :
Orang tua klien mengatakan tidak ada keluhan
2) Inspeksi :
a. Rambut : Baik
b. Warna : Hitam
c. Bentuk Kuku : Tidak ada clibbing finger
d. Kulit : Baik, kering
e. Akral : Hangat
f. Lesi : Tidak ada
g. Ptekie : Tidak ada
h. Ekimosis : Tidak ada
3) Palpasi :
a. Tekstur Kulit : Lembut, halus
b. Kelembaban : kering
c. Turgor Kulit : Baik, dapat kembali dengan waktu 2 detik
d. Nyeri tekan : Tidak ada

44
4) Masalah keperawatan : Hipertermi berhubungan dengan proses Virus
dengue

11) Data Psikologis :


a) Status Emosi :Orang tua klien mengetakan tidak dapat
mengendalikan dirinya
b) Konsep Diri :
- Gambaran Diri : orang tua klien mengatakan bahwa klien
merasa takut bila jauh dari orang tua

- Harga Diri : orang tua klien mengatakan klien orang yang


percaya diri

- Ideal Diri : orang tua klien menginginkan beraktivitas


secara normal

- Identitas diri :orang tua Klien mengatakan klien selalu


semangat dalam menjalani menjalaninya apa yang klien derita

- Peran : oran tua klien mengharapka dapat mejalani


aktivitas eperti biasa

12) Data Sosio – spiritual

a) Pendidikan pekerjaan : Belum Sekolah

b) Hubungan sosial : Mudah berteman dengan siapa saja

c) Sosial dan kultur : Punya banyak teman, menggunakan

bahasa sunda dan bahasa indonesia

d) Gaya Hidup : Suka bermain dengan teman-teman

e) Arti Hidup : Jalani dengan baik

f) Arti Kematian : Sudah takdir dari tuhan

g) Arti sehat : Bisa beraktivitas dengan normal

h) Arti Sakit : Ujian dari tuhan

i) Hubungan dengan Tuhan : Melakukan ibadah sholat 5 waktu

45
j) Harapan tentang sehat dan sakit : Ingin cepat sembuh

k) Kegiatan agama yang diikuti : Tadarus, dan sekolah agama

l) Persepsi klien terhadap penyakitnya: Cobaan dari tuhan

13) Data penunjang

a. Laboratorium

HEMATOLOGI RUTIN SATUAN NILAI RUJUKAN

Hemoglobin 12,5g/dl 10.7 – 14.7

Hematokrit 35% 32.0 – 43.0

Leukosit 8,71 10^3uL 5,50 – 15,50

Trombosit 195 10^3uL 150 – 450

HITNGAN JENIS

Bisofil 0% 0,0-1,0

Esionofil L0% 1-6

Neutrofil Batang L0% 2-6

Neutrufil Segmen H62% 30.0-55.0

Limfosit 36% 30-48

Monosit 2% 2.0-9.0

46
FAECES LENGKAP SATUAN NILAI RUJUAKAN

Lendir Positif (-)Negatif

Leukosit Banyak /LPB (-)Negatif

Serat Otot Positif (-)Negatif

b. Radiologi : Tidak ada


c. Terapi
Terapi Oral :
- Liprolac 3 x 1snd

Terapi Parenteral :

- Tamolive 150mg (K/P)


- Colsancetine 2 x 400mg
d. Diit : Nasi Tim
e. Acara Infus :RL 500 ml
f. Mobilisasi : Bedrest

14) TERAPI
1. Nama Obat : Liprolac
a. Golongan :-
b. Dosisi : 3x/ hari
c. Indikasi : Sebagai suplemen untuk membantu
memelihara kesehatan pencernaan.
d. Kontraindikas :-
e. Efek samping obat: -

2. Nama Obat : Tamolive


a. Golongan : obat herbal
b. Dosisi : 150mg

47
c. Indikasi : sebagai penurun demam, mengurangi nyeri
ringan hingga sedang setelah proses operasi, dimana pemberian
dengan cara lain seperti secara oral atau rectal tidak
memungkinkan dan secara klinis pemberian secara intravena dapat
dibenarkan.
d. Kontraindikas : jangan diberikan untuk pasien yang memiliki
riwayat hipersensitif terhadap paracetamol.
e. Efek samping obat: bisa menyebabkan kerusakan hati terutama jika
penggunaanya melebihi dosis yang dianjurkan. Potensi efek
samping ini meningkat pada orang-orang yang mengkonsumsi
alkohol.

3. Nama Obat : Colsancetine


a. Golongan : obat keras
b. Dosisi : 2 x 400mg
c. Indikasi : colsancetine (chloramphenicol) digunakan
untuk demam tifus, paratifus, infeksi Salmonella sp sp,
H.influenzae, terutama infeksi meningeal, Rickettsia,
Lympogranulloma psitatacosis, bakteri gram negatif penyebab
bakteria meningitis, infeksi kuman yang resisten terhadap
antibiotik lain, tidak untuk hepatobilier dan gonorrhoea
d. Kontraindikas : colsancetine (chloramphenicol)
dikontraindikasikan terhadap pasien yang hipersensitf terhadap
colsancetine (chloramphenicol) dan derivatnya. Sebaiknya tidak
diberikan kepada pasien dengan gangguan fungsi ginjal dan hati.
jangan menggunakan colsancetine (chloramphenicol) untuk
pengobatan influenza, batuk pilek dan faringitis.
e. Efek samping obat: efek samping yang paling serius dari
colsancetine (chloramphenicol) adalah anemia aplastik, meskipun
jarang tetapi secara umum sangat fatal bila terjadi. colsancetine
(chloramphenicol) juga menyebabkan tertekannya sumsum tulang
belakang selama pemakaian, dan bisa menyebabkan leukemia
(kanker darah atau kanker sumsum tulang) pada pemakaian dalam
jangka waktu lama.

48
15) Pengelompokan Data

Data Subyektif Data obyektif


1) Klien mengatakan mules perut 1) Klin terlihat menahan sakit di
2) Klien mengatakn lemas perut
3) Klien mengatakan tidak nafsu 2) Klien terlihat lemas
makan 3) Klien tidak nafsu makan
4) klien mengatakan sakit 4) Klien tampak sakit menelan
menelan 5) Orang tua tampak cemas
5) Orang tua mengatakan cemas 6) Laboratorium
pada kondisi anak Esionofil L0%
Neutrofil Batang L0%
Neutrufil Segmen H62%
Lendir Positif
Leukosit Banyak/LPB
Serat Otot Positif
7) TTV
Tekanan darah:90/70mmHg
Suhu : 36.8o C
Nadi : 102x/menit
Pernafasan : 23x/menit
8) Klien makan habis ½ porsi
9) Bising usus 9x/menit

49
16) Analisa Data

Data Fokus Kemungkinan Penyebab Masalah


Keperawatan
DS: Bakteri masuk ke dalam intestinal Gangguan
- Keluarga kelien kese-imbangan
Iritasi usus
mengatakan klien cairan &
BAB mencret ± 5 Paristaltik usus meningkat elektrolit
x/hari
DO: Sari makan sulit diserapi
- Konsistensi feces
cair Sehingga air & garam mineral
- Konsistensi Kulit terbawa ke dalam usus
jelek
Cairan & elektrolit terbuang
- Mata cekung melalui feces

DS: Masuknya bakteri dalam Gangguan


- Keluarga intestinal pemenuhan
mengatakan, Klien nutrisi
susah makan Fungsi intestinal terganggu
- Keluarga klien
mengatakan klien Terjadi p paristaltik usus
badanya lemas
DO: Sari makanan banyak terbuang
- Pasien tampak karena teransit time absorbsi
lemah berkurang
- Pasien muntah
- Bising usus > BAB Sari-sari makanan terbuang
menurun melalui feces

Kebutuhan nutrisi terganggu

17) DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan peristaltik usus
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
diare atau output berlebihan
3. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum.

50
18) RENCANA KEPERAWATAN

TANGGAL DK TUJUAN INTERVENSI RASIONAL


05 desember Nyeri akut Setelah Lakukan Nyeri akibat
2016 berhubngan dilakukan Pengkajian nyeri peningkatan
dengan tindakan secara peristaltic sering
peningkata keperawatan komperhensif dirasakan kram dan
n paristaltik selama 2x 24 jam termasuk kaku,awitan
usus nyeri yang lokasi,karakteristik cepat,dengan
dirasakan pasien ,durasi,frekuensi,k intensitas bervariasi
berkurang ualitas
Observasi bahasa Ekspresi non verbal
nonverbal dan dapat
ketidaknyamanan menggambarkan
kondisi kesehatan
dan rasa kurang
nyaman yang
dilami
Kaji riwayat nyeri Riwayat nyeri masa
masa lampau lalu
menggambarkan
riwayat penyakit
dan nyeri yang
sering dialami
pasien
Berikan Reposisi dapat
pengalihan seperti mengurangi
reposisi dan nyeri,Aktivitas
aktivitas yang menyenangkan
menyenangkan mengalihkan dan
mengurang persepsi
nyeri
Berikan dan
ajarkan
management nyeri
pada keluarga :
Kompres hangat

51
dan masssage
Ajarkan tekhnik Meningkatkan
relaksasi sesuai control
kemampuan dan diri,Menurunkan
pemahaman anak stress,ansietas
dan nyeri yang
dirasakan
Kolaborasi Analgetik
pemberian mendepresi pusat
analgetik nyeri,menurunkan
nyeri,nyeri yang
dirasakan pasien
dapat berkurang
serta menurunkan
spasme otot

TANGGAL DK TUJUAN INTERVENSI RASIONAL

06 desember Perubahan setelah Timbang dan catat Mendapatkan


2016 nutrisi dilakukan berat badan pasien bacaan akurat dan
kurang dari tindakan pada jam yang mengetahui status
kebutuhan perawatan sama setiap hari kesehatan pasien
tubuh selama dirumah
berhubungan selama 5-7x 24
dengan tidak jam kebutuhan
adekuatnya nutrisi pasien
intake,out dapa terpenuhi
put,anoreksia

Tanyakan pada Identifikasi maslah


pasien /keluaraga utama,penetuan
tentang perasaan tindakan efektif
ataupun maslah
yang berhubungan
dengan
pemenuhan nutrisi
Diskusikan dan Serat tinggi,
jelaskan tentang lemak,air terlalu
pembatasan diet panas / dingin

52
(makanan berserat dapat merangsang
tinggi, berlemak mengiritasi
dan air terlalu lambung dan sluran
panas atau dingin) usus.

Ciptakan situasi yang


lingkungan yang nyaman, rileks
bersih, jauh dari akan merangsang
bau yang tak nafsu makan.
sedap atau
sampah, sajikan
makanan dalam
keadaan hangat
Berikan jam Mengurangi
istirahat (tidur) pemakaian energi
serta kurangi yang berlebihan
kegiatan yang
berlebihan
Monitor intake Mengetahui jumlah
dan out put dalam output dapat
24 jam merencenakan
jumlah makanan.
Kolaborasi dengan Mengandung zat
tim kesehtaan lain yang diperlukan ,
: untuk proses
a. terapi gizi : pertumbuhan
Diet TKTP rendah
serat
Penyajian
makanan dengan
cara yang menarik
Sajikan selagi
hangat
b. obat-obatan
atau vitamin (
A,C,D)
BB ddan TB Berat badan ideal

53
bertambah sesuai pada anak
usia anak disesuaikan dengan
tinggi dan usia
anak

TANGGAL DK TUJUAN INTERVENSI RASIONAL


07 desember Intoleransi Setelah silakukan Observasi Tanda Peningkatan/penuru
2016 aktifitas tindakan selama tanda vital na tanda tanda vital
berhubunga 3x 24 jam pasien Sebelum dan mengindikasiakan
n dengan menunjukajn setelah aktivitas intoleransi
kelemahan toleransi dalam
umum aktifitas

Observasi Identifikasi hal


perubahan yang memperburuk
/keluhan pada a keadaan pasien
pasien setelah
melakukn
aktifitas
Diskusikan Meningkatkan
dengan klien kesadaran status
aktifitas yang kesehatan
dapat dilakukan ,Menghindari
secara mandiri cidera
dan tidak
Beritahukan Adanya pihak
kepada keluarga keluarga dapat
tentang kondisi membantu
kesehatan dan memenuhi
anjurkan ntuk kebutuhan aktifitas
membantu dan membrikan
aktifitas susasana nyaman
Jadwalkan Meminimalkan
program istirahat penggunaan energy
berlebih .Menjaga
kestabilan kondisi
pasien

54
Memberikan Pengetahuan yang
informasi pada baik dapat
keluarga untuk menunjang
berada di dekat keberhasilan proses
anak dan perawatan
membantu
aktifitasnya

19) FORMAT IMPLEMENTASI


TANGGAL JAM NO.DK IMLEMENTASI NAMA &
TTD
O5desember 08.00 1. Memberi obat oral dan injeksi
2016 2. Melakukan observasi ttv
09.00 3. Mengganti cairan infus dengan Rl
500cc diberikan 30tts/menit
4. Melakukan pengkajian kepada
klien da orang tua klien
10.30 5. Melakukan observasi berat badan
dan tinggi basdan klien
12.00 6. Memberi obat oral
7. Melakukan observasi ttv
06 08.00 1. Melaukan pemberian obat oral dan
desember injeksi
2016
2. Melakukan observasi ttv
09.00 3. Melakukan pemeriksaan fisik
kepada klien
4. Melakukan pengkajian kepada
klien dan orang tua klien
10.30 5. Membantu klien BAK ke kamar
mandi
12.00 6. Memberikan obat oral
7. Melakukan observasi ttv
07 08.00 1. Melakukan pemberian obat oral
desember dan injeksi
2016
2. Melakukan observasi ttv
09.00 3. Melakukan aff infus klien di
tangan sebelah kanan
10.00 4. Menyiapkan klien untuk pulang

55
20) FORMAT EVALUASI
TANGGAL JAM NO.DK EVALUASI NAMA &
TTD
05 desember 12.00 S : orang tua mengatakan klien
2016 diare berkurang
O : ku sakit sdang kesadaran
compos mentis, akral terba hangat,
terpasang infus di tangan sebelah
kiri tetesan lancar
A : resiko defisit volume cairan
P : - observasi ttv & ku klien
- anjurkan klien untuk banyak
minum
- berikan terapi sesuai anjuran
dokter
06 desember 12.00 S : orang tua mengatakan diare
2016 berkuang
O : akral hangat, nadi kuat
suhu:36,7°c nadi:118x/menit
A : resiko defisit volume cairan
P : - observasi ttv
- berikan air minum secukupnya
- berikan terapi sesuia anjuran
dokter
07 desember 12.00 S : orang tua mengatakan diare
2016 sudah tidak ada
A : akral hangat nadi kuat
suhu:36.5°c nadi:102x/menit
P : - observasi ttv
-berikan air minum secukupnya
- berikan terapi sesuai anjuran
bokter

56
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Penyakit Disentri merupakan peradangan pada usus besar yang
ditandai dengan sakit perut dan buang air besar yang encer secara terus
menerus (diare) yang bercampur lendir dan darah. (Hembing Wed,2006)
Penyakit disentri di klasifikasikan dalam 2 klasifikasi yaitu disentri
amoeba dan basiler.dua klasifikasi ini berdasarkan etiologi dari masing
masing klasifikasi, penyebab secara umum adalah adanya Escheria
coli,Shigella Salmonella,Staphylococcus aurous.
Manifestasi yang dirasakan ialah diare yang disertai adanya
perdarahan,nyeri akut hingga kolik abdomen,peningkatan suhu tubuh
sering dialami akibat adanya infeksi bakteri ke dalam tubuh.
Penatalaksanaan ialah dengan hidrasi cairan,pemberian antiamobik,anti
analgetik dan pemberian anti piretik,penanganan status nutrisi dan
pemantauan asuapan hingga haluaran.

B. SARAN
Adanya konsep asuhan keperwatan pada anak dengan gangguan
sistem pencernaan disentri diharapkan dapat menjadi referensi
pembelajaran dan bahan proses diskusi guna meningkatkan kemapuan
analisi dan pengetahuan
Kami menyadari adanya kekurangan dalam penyusunan ,sehingga
saran dan kritik sangat diperlukan guna meningkatkan pengetahuann dan
keterampilan mahasiswa serta perawat.

57
DAFTAR PUSTAKA

Cecily Lynn betz & Linda A.Gowden.2009. Buku Saku Keperawatan Pediatrik, ed.5.
Jakarta : EGC

Doenges,Marilyn E, dkk.1999.Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk


Pencernaan Dan Pendokumentasian Perawatan Pasien.Jakarta : EGC

Marcellus simadibrata K, Daldiono.2009. Ilmu Penyakit Dalam, materi


gastroenteritis (diare akut). Jakarta : Interna Publishing

Wilkinson, J,M.2007.Buku Saku Diagnosis Keperawatan Dengan Intervensi NIC


Dan Kriteria Hasil NOC.Jakarta : EGC

58

Anda mungkin juga menyukai