PENDAHULUAN
Diare akut adalah diare yang onset gejalanya tiba-tiba dan berlangsung
kurang dari 14 hari, sedang diare kronik yaitu diare yang berlangsung lebih
dari 14 hari. Diare dapat disebabkan infeksi maupun non infeksi. Dari
penyebab diare yang terbanyak adalah diare infeksi. Diare infeksi dapat
disebabkan Virus, Bakteri, dan Parasit.
Diare akut sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan, tidak
saja di negara berkembang tetapi juga di negara maju. Penyakit diare masih
sering menimbulkan Kejadian Luar Biasa dengan penderita yang banyak
dalam waktu yang singkat.
1
Di negara berkembang, diare infeksi menyebabkan kematian sekitar 3
juta penduduk setiap tahun. Di Afrika anak anak terserang diare infeksi 7 kali
setiap tahunnya di banding di negara berkembang lainnya mengalami serangan
diare 3 kali setiap tahun
B. TUJUAN
a. Mahasiswa dapat mengetahui tentang pengertian dari disentri pada
anak
b. Mahasiswa dapat mengetahui tentang etiologi dari bayi prematur
c. Mahasiswa dapat mengetahui tentang manifestsi klinik dari disentri
pada anak
d. Mahasiswa dapat mengetahui tentang tes diagnostik disentri pada anak
e. Mahasiswa dapat mengetahui tentang penatalaksanaan disentri pada
anak
f. Mahasiswa dapat mengetahui pada komplikasi yang terjadi disentri
pada anak
g. Mahasiswa dapat mengetahui tentang Asuhan Keperawatan disentri
pada anak
2
C. SISTEMATIKA PENULISAN
Untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenaui penyusunan karya
tulis ilmiah maka penulis akan menguraikan tentang sistematika.
Penyusunan ini terdiri dari 3 bab yaitu :
3
BAB II
TUJUAN TEORITIS
A. DEFINISI
Diare adalah perubahan frekuensi dan konsistensi tinja, yang dapat
menyebabkan buang air besar (BAB) 3 kali atau lebih dalam sehari
semalam (24 jam) yang mungkin dapat disertai dengan muntah atau tinja
yang berdarah (muntaber). (Widoyono, 2008)
Diare adalah buang air besar lembek atau cair bahkan berupa air saja yang
frekuensinya lebih sering dari biasanya (biasanya tiga kali atau lebih dalam
sehari) dan berlangsung kurang dari 14 hari. Diare paling sering
menyerang anak-anak, terutama usia antara 6 bulan sampai 2 tahun dan
pada umumnya terjadi pada bayi dibawah 6 bulan yang minum susu sapi
atau susu formula. Buang air besar yang sering dengan tinja normal atau
bayi yang hanya minum ASI kadangkala tinjanya lembek tidak disebut
diare. Menurut Depkes (2003)
Jadi disentri adalah radang usus yang menimbulkan gejala meluas dengan
gejala buang air besar dengan tinja berdarah, diare encer denganvolume
sedikit, dengan buang tinja bercampur lendir (mucus) dan nyeri pada saat
buang air besar (tenesmus).
4
pencernaan juga meliputi organ-organ yang terletak diluar saluran
pencernaan, yaitu pankreas, hati dan kandung empedu.
a. Mulut
Merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan
air pada hewan.Mulut biasanya terletak di kepala dan umumnya
merupakan bagian awal dari sistem pencernaan lengkap yang berakhir di
anus.
Mulut merupakan jalan masuk untuk sistem pencernaan.Bagian dalam dari
mulut dilapisi oleh selaput lendir.Pengecapan dirasakan oleh organ perasa
yang terdapat di permukaan lidah. Pengecapan relatif sederhana, terdiri
dari manis, asam, asin dan pahit. Penciuman dirasakan oleh saraf
olfaktorius di hidung dan lebih rumit, terdiri dari berbagai macam bau.
Makanan dipotong-potong oleh gigi depan (incisivus) dan di kunyah oleh
gigi belakang (molar, geraham), menjadi bagian-bagian kecil yang lebih
mudah dicerna. Ludah dari kelenjar ludah akan membungkus bagian-
bagian dari makanan tersebut dengan enzim-enzim pencernaan dan mulai
mencernanya. Ludah juga mengandung antibodi dan enzim (misalnya
lisozim), yang memecah protein dan menyerang bakteri secara langsung.
Proses menelan dimulai secara sadar dan berlanjut secara otomatis.
b. Tenggorokan (Faring)
Merupakan penghubung antara rongga mulut dan
kerongkongan.Berasal dari bahasa yunani yaitu Pharynk.Skema melintang
mulut, hidung, faring, dan laring.Didalam lengkung faring terdapat tonsil (
amandel ) yaitu kelenjar limfe yang banyak mengandung kelenjar limfosit
dan merupakan pertahanan terhadap infeksi, disini terletak bersimpangan
antara jalan nafas dan jalan makanan, letaknya dibelakang rongga mulut
dan rongga hidung, didepan ruas tulang belakang
c. Kerongkongan (Esofagus)
Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang
dilalui sewaktu makanan mengalir dari bagian mulut ke dalam lambung.
Makanan berjalan melalui kerongkongan dengan menggunakan proses
peristaltik. Sering juga disebut esofagus(dari bahasa Yunani: οiσω, oeso –
“membawa”, dan έφαγον, phagus – “memakan”).Esofagus bertemu
dengan faring pada ruas ke-6 tulang belakang.Menurut histologi.Esofagus
dibagi menjadi tiga bagian:
- bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka)
-bagian tengah (campuran otot rangka dan otot halus)
-serta bagian inferior (terutama terdiri dari otot halus).
5
d. Lambung
Merupakan organ otot berongga yang besar dan berbentuk seperti
kandang keledai.Terdiri dari 3 bagian yaitu : Kardia, Fundus,
Antrum.Makanan masuk ke dalam lambung dari kerongkongan melalui
otot berbentuk cincin (sfinter), yang bisa membuka dan menutup.Dalam
keadaan normal, sfinter menghalangi masuknya kembali isi lambung ke
dalam kerongkongan.Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang
berkontraksi secara ritmik untuk mencampur makanan dengan enzim-
enzim. Sel-sel yang melapisi lambung menghasilkan 3 zat penting :
- Lendir
Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam
lambung.Setiap kelainan pada lapisan lendir ini, bisa menyebabkan
kerusakan yang mengarah kepada terbentuknya tukak lambung.
- Asam klorida (HCl)
Asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang
diperlukan oleh pepsin guna memecah protein. Keasaman lambung
yang tinggi juga berperan sebagai penghalang terhadap infeksi dengan
cara membunuh berbagai bakteri.
- Prekursor pepsin (enzim yang memecahkan protein)
6
Usus dua belas jari merupakan organ retroperitoneal, yang tidak
terbungkus seluruhnya oleh selaput peritoneum.pH usus dua belas jari
yang normal berkisar pada derajat sembilan. Pada usus dua belas jari
terdapat dua muara saluran yaitu dari pankreas dan kantung
empedu.Nama duodenum berasal dari bahasa Latin duodenum
digitorum, yang berarti dua belas jari.
Lambung melepaskan makanan ke dalam usus dua belas jari
(duodenum), yang merupakan bagian pertama dari usus halus.Makanan
masuk ke dalam duodenum melalui sfingter pilorus dalam jumlah yang
bisa di cerna oleh usus halus. Jika penuh, duodenum akan megirimkan
sinyal kepada lambung untuk berhenti mengalirkan makanan.
- Usus Kosong (jejenum)
Usus kosong atau jejunum (terkadang sering ditulis yeyunum)
adalah bagian kedua dari usus halus, di antara usus dua belas jari
(duodenum) dan usus penyerapan (ileum).Pada manusia dewasa,
panjang seluruh usus halus antara 2-8 meter, 1-2 meter adalah bagian
usus kosong.Usus kosong dan usus penyerapan digantungkan dalam
tubuh dengan mesenterium.
Permukaan dalam usus kosong berupa membran mukus dan
terdapat jonjot usus (vili), yang memperluas permukaan dari
usus.Secara histologis dapat dibedakan dengan usus dua belas jari,
yakni berkurangnya kelenjar Brunner.Secara hitologis pula dapat
dibedakan dengan usus penyerapan, yakni sedikitnya sel goblet dan
plak Peyeri.Sedikit sulit untuk membedakan usus kosong dan usus
penyerapan secara makroskopis.Jejunum diturunkan dari kata sifat
jejune yang berarti “lapar” dalam bahasa Inggris modern.Arti aslinya
berasal dari bahasa Laton, jejunus, yang berarti “kosong”.
- Usus Penyerapan (illeum)
Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus.
Pada sistem pencernaan manusia, ) ini memiliki panjang sekitar 2-4 m
dan terletak setelah duodenum dan jejunum, dan dilanjutkan oleh usus
buntu. Ileum memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau sedikit basa) dan
berfungsi menyerap vitamin B12 dan garam-garam empedu.
f. Usus Besar (Kolon)
Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara
usus buntu dan rektum.Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari
feses.Usus besar terdiri dari :Kolon asendens (kanan), Kolon transversum,
Kolon desendens (kiri), Kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum).
Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi mencerna
7
beberapa bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi.Bakteri di dalam
usus besar juga berfungsi membuat zat-zat penting, seperti vitamin K.
Bakteri ini penting untuk fungsi normal dari usus.Beberapa penyakit serta
antibiotik bisa menyebabkan gangguan pada bakteri-bakteri didalam usus
besar.Akibatnya terjadi iritasi yang bisa menyebabkan dikeluarkannya
lendir dan air, dan terjadilah diare.
g. Usus Buntu (sekum)
Usus buntu atau sekum (Bahasa Latin: caecus, “buta”) dalam
istilah anatomi adalah suatu kantung yang terhubung pada usus
penyerapan serta bagian kolon menanjak dari usus besar. Organ ini
ditemukan pada mamalia, burung, dan beberapa jenis reptil.Sebagian besar
herbivora memiliki sekum yang besar, sedangkan karnivora eksklusif
memiliki sekum yang kecil, yang sebagian atau seluruhnya digantikan oleh
umbai cacing.
h. Umbai Cacing (Appendix)
Umbai cacing atau apendiks adalah organ tambahan pada usus
buntu.Infeksi pada organ ini disebut apendisitis atau radang umbai
cacing.Apendisitis yang parah dapat menyebabkan apendiks pecah dan
membentuk nanah di dalam rongga abdomen atau peritonitis (infeksi
rongga abdomen).Dalam anatomi manusia, umbai cacing atau dalam
bahasa Inggris, vermiform appendix (atau hanya appendix) adalah hujung
buntu tabung yang menyambung dengan caecum.
Umbai cacing terbentuk dari caecum pada tahap embrio. Dalam
orang dewasa, Umbai cacing berukuran sekitar 10 cm tetapi bisa bervariasi
dari 2 sampai 20 cm. Walaupun lokasi apendiks selalu tetap, lokasi ujung
umbai cacing bisa berbeda – bisa di retrocaecal atau di pinggang (pelvis)
yang jelas tetap terletak di peritoneum.
i. Rektum dan anus
Rektum (Bahasa Latin: regere, “meluruskan, mengatur”) adalah
sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah kolon
sigmoid) dan berakhir di anus. Organ ini berfungsi sebagai tempat
penyimpanan sementara feses.Biasanya rektum ini kosong karena tinja
disimpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu pada kolon desendens.Jika
kolon desendens penuh dan tinja masuk ke dalam rektum, maka timbul
keinginan untuk buang air besar (BAB). Mengembangnya dinding rektum
karena penumpukan material di dalam rektum akan memicu sistem saraf
yang menimbulkan keinginan untuk melakukan defekasi. Jika defekasi
tidak terjadi, sering kali material akan dikembalikan ke usus besar, di
8
mana penyerapan air akan kembali dilakukan. Jika defekasi tidak terjadi
untuk periode yang lama, konstipasi dan pengerasan feses akan terjadi.
Orang dewasa dan anak yang lebih tua bisa menahan keinginan ini,
tetapi bayi dan anak yang lebih muda mengalami kekurangan dalam
pengendalian otot yang penting untuk menunda BAB.
Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana
bahan limbah keluar dari tubuh.Sebagian anus terbentuk dari permukaan
tubuh (kulit) dan sebagian lannya dari usus.Pembukaan dan penutupan
anus diatur oleh otot sphinkter. Feses dibuang dari tubuh melalui proses
defekasi (buang air besar – BAB), yang merupakan fungsi utama anus.
9
C. ETIOLOGI
10
1) Malabsorbsi makanan (karbohidrat, lemah, protein, vitamin dan
mineral).
2) KKP (Kekurangan Kalori Protein).
3) BBLR (Bayi Berat Badan Lahir Rendah) dan bayi baru lahir.
(Suharyono dkk.,1994 dalam Wicaksono, 2011).
D. PATOFISIOLOGI
Diare akut infeksi diklasifikasikan secara klinis dan patofisiologis
menjadi diare non inflamasi dan Diare inflamasi. Diare Inflamasi
disebabkan invasi bakteri dan sitotoksin di kolon dengan manifestasi
sindroma disentri dengan diare yang disertai lendir dan darah. Gejala klinis
yang menyertai keluhan abdomen seperti mulas sampai nyeri seperti kolik,
mual, muntah, demam, tenesmus, serta gejala dan tanda dehidrasi. Pada
pemeriksaan tinja rutin secara makroskopis ditemukan lendir dan/atau
darah, serta mikroskopis didapati sel leukosit polimorfonuklear.
Pada diare non inflamasi, diare disebabkan oleh enterotoksin yang
mengakibatkan diare cair dengan volume yang besar tanpa lendir dan
darah. Keluhan abdomen biasanya minimal atau tidak ada sama sekali,
namun gejala dan tanda dehidrasi cepat timbul, terutama pada kasus yang
tidak mendapat cairan pengganti. Pada pemeriksaan tinja secara rutin tidak
ditemukan leukosit.
Mekanisme terjadinya diare yang akut maupun yang kronik dapat
dibagi menjadi kelompok osmotik, sekretorik, eksudatif dan gangguan
motilitas. Diare osmotik terjadi bila ada bahan yang tidak dapat diserap
meningkatkan osmolaritas dalam lumen yang menarik air dari plasma
sehingga terjadi diare. Contohnya adalah malabsorbsi karbohidrat akibat
defisiensi laktase atau akibat garam magnesium.
Diare sekretorik bila terjadi gangguan transport elektrolit baik absorbsi
yang berkurang ataupun sekresi yang meningkat. Hal ini dapat terjadi
akibat toksin yang dikeluarkan bakteri misalnya toksin kolera atau
pengaruh garam empedu, asam lemak rantai pendek, atau laksantif non
osmotik. Beberapa hormon intestinal seperti gastrin vasoactive intestinal
polypeptide (VIP) juga dapat menyebabkan diare sekretorik.
11
Diare eksudatif, inflamasi akan mengakibatkan kerusakan mukosa baik
usus halus maupun usus besar. Inflamasi dan eksudasi dapat terjadi akibat
infeksi bakteri atau bersifat non infeksi seperti gluten sensitive
enteropathy, inflamatory bowel disease (IBD) atau akibat radiasi.
Kelompok lain adalah akibat gangguan motilitas yang mengakibatkan
waktu tansit usus menjadi lebih cepat. Hal ini terjadi pada keadaan
tirotoksikosis, sindroma usus iritabel atau diabetes melitus.
Diare dapat terjadi akibat lebih dari satu mekanisme. Pada infeksi
bakteri paling tidak ada dua mekanisme yang bekerja peningkatan sekresi
usus dan penurunan absorbsi di usus. Infeksi bakteri menyebabkan
inflamasi dan mengeluarkan toksin yang menyebabkan terjadinya diare.
Infeksi bakteri yang invasif mengakibatkan perdarahan atau adanya
leukosit dalam feses.
Pada dasarnya mekanisme terjadinya diare akibat kuman
enteropatogen meliputi penempelan bakteri pada sel epitel dengan atau
tanpa kerusakan mukosa, invasi mukosa, dan produksi enterotoksin atau
sitotoksin. Satu bakteri dapat menggunakan satu atau lebih mekanisme
tersebut untuk dapat mengatasi pertahanan mukosa usus.
Adhesi
Mekanisme adhesi yang pertama terjadi dengan ikatan antara struktur
polimer fimbria atau pili dengan reseptor atau ligan spesifik pada
permukaan sel epitel. Fimbria terdiri atas lebih dari 7 jenis, disebut juga
sebagai colonization factor antigen (CFA) yang lebih sering ditemukan
pada enteropatogen seperti Enterotoxic E. Coli (ETEC) Mekanisme adhesi
yang kedua terlihat pada infeksi Enteropatogenic E.coli (EPEC), yang
melibatkan gen EPEC adherence factor (EAF), menyebabkan perubahan
konsentrasi kalsium intraselluler dan arsitektur sitoskleton di bawah
membran mikrovilus. Invasi intraselluler yang ekstensif tidak terlihat pada
infeksi EPEC ini dan diare terjadi akibat shiga like toksin. Mekanisme
adhesi yang ketiga adalah dengan pola agregasi yang terlihat pada jenis
kuman enteropatogenik yang berbeda dari ETEC atau EHEC.
Invasi
Kuman Shigella melakukan invasi melalui membran basolateral sel
epitel usus. Di dalam sel terjadi multiplikasi di dalam fagosom dan
12
menyebar ke sel epitel sekitarnya. Invasi dan multiplikasi intraselluler
menimbulkan reaksi inflamasi serta kematian sel epitel. Reaksi inflamasi
terjadi akibat dilepaskannya mediator seperti leukotrien, interleukin, kinin,
dan zat vasoaktif lain. Kuman Shigella juga memproduksi toksin shiga
yang menimbulkan kerusakan sel. Proses patologis ini akan menimbulkan
gejala sistemik seperti demam, nyeri perut, rasa lemah, dan gejala disentri.
Bakteri lain bersifat invasif misalnya Salmonella.
Sitotoksin
Prototipe kelompok toksin ini adalah toksin shiga yang dihasilkan oleh
Shigella dysentrie yang bersifat sitotoksik. Kuman lain yang menghasilkan
sitotoksin adalah Enterohemorrhagic E. Coli (EHEC) serogroup 0157 yang
dapat menyebabkan kolitis hemoragik dan sindroma uremik hemolitik,
kuman EPEC serta V. Parahemolyticus.
Enterotoksin
Prototipe klasik enterotoksin adalah toksin kolera atau Cholera toxin
(CT) yang secara biologis sangat aktif meningkatkan sekresi epitel usus
halus. Toksin kolera terdiri dari satu subunit A dan 5 subunit B. Subunit
A1 akan merangsang aktivitas adenil siklase, meningkatkan konsentrasi
cAMP intraseluler sehingga terjadi inhibisi absorbsi Na dan klorida pada
sel vilus serta peningkatan sekresi klorida dan HCO3 pada sel kripta
mukosa usus. ETEC menghasilkan heat labile toxin (LT) yang mekanisme
kerjanya sama dengan CT serta heat Stabile toxin (ST).ST akan
meningkatkan kadar cGMP selular, mengaktifkan protein kinase,
fosforilasi protein membran mikrovili, membuka kanal dan mengaktifkan
sekresi klorida.
Peranan Enteric Nervous System (ENS)
Berbagai penelitian menunjukkan peranan refleks neural yang
melibatkan reseptor neural 5-HT pada saraf sensorik aferen, interneuron
kolinergik di pleksus mienterikus, neuron nitrergik serta neuron sekretori
VIPergik. Efek sekretorik toksin enterik CT, LT, ST paling tidak sebagian
melibatkan refleks neural ENS. Penelitian menunjukkan keterlibatan
neuron sensorik aferen kolinergik, interneuron pleksus mienterikus, dan
neuron sekretorik tipe 1 VIPergik. CT juga menyebabkan pelepasan
berbagai sekretagok seperti 5-HT, neurotensin, dan prostaglandin. Hal ini
13
membuka kemungkinan penggunaan obat antidiare yang bekerja pada ENS
selain yang bersifat antisekretorik pada enterosit.
14
E. PATOFLOW
DIARE
As. metabolik
gg. kes. Cairan BB menurun
& elektrolit
Sesak
Gangguan tumbang
Resiko
hipovolemi gg. oksigenasi
syok
15
F. MANIFESTASI KLINIS
1. Disentri basiler
Onset : berlangsung cepat, sering mendadak, dapat juga perlahan-lahan
Defeksi sedikit-sedikit dan dapat terus menerus. Sifat:
mulanya sedikit-sedikit sampai isi usus terkuras habis, selanjutnya pada
keadaan ringan masih dapatmengeluarkan cairan, sedangkan bila keadaan
berattinja berlendir dengan warna kemerah-merahan (redcurrant
jelly)atau lendir yang bening dan berdarah,bersifat basa.
a. Sakit perut kolik
b. Muntah
c. Sakit kepala
d. Mikroskopik : sel-sel pus, leukosit/eritrosit, selmakrofag.
e. Suhu bervariasi dari rendah-tinggi
f. Nadi cepat
g.Sakit perut terutama di sebelah kiri, terasamelilit diikuti
pengeluaran tinja sehinggamengakibatkan perut menjadi cekung.
h. Di daerah anus luka dan nyeri
i. Bentuk yang berat (fulminating cases)biasanya disebabkan oleh
S. dysentriae.
–Gejalanya timbul mendadak dan berat,berjangkitnya cepat,
–BAB cair dengan lendir dan darah yang sering
–muntah-muntah,
–suhu subfebris,
–Dehidrasi bahkan syok
–Kadang-kadang gejalanya tidak khas, dapat berupaseperti gejala
kolera atau keracunan makanan.
2. Disentri amoeba
16
•nyeri tekan di daerah sigmoid, jarang nyeri di daerah epigastrium, tergantung pada
lokasi ulkusnya.
•Keadaan umum baik, tanpa atau sedikit demam ringan(subfebris).
•Kadang dijumpai hepatomegali yang tidak atau sedikit nyeri tekan.
G. KOMPLIKASI
17
dihancurkan (anemia hemolitik) dan ginjal berhenti berfungsi (gagal
ginjal).
5. Malnutrisi/malabsorpsi kekurangan nutrisi dari sejak dalam
kandungan
6. Hipoglikemia kekurangan glukosa dalam darah
7. Prolapsus rectum (turunnya rektum melalui anus )
8. Reactive arthritis : suatu kondisi yang dipicu oleh infeksi yang terjadi
di tubuh - paling sering usus, alat kelamin atau saluran kemih. Sakit
sendi dan bengkak merupakan ciri khas dari arthritis reaktif. Artritis
reaktif juga dapat menyebabkan peradangan pada mata, kulit dan
saluran yang membawa urin dari kandung kemih (uretra). Arthritis
reaktif juga kadang-kadang disebut sindrom Reiter, meskipun istilah
ini lebih akurat mengacu pada subtipe artritis reaktif terutama yang
mempengaruhi sendi, mata dan uretra.
9. Komplikasi yang jarang terjadi adalah kerusakan saraf, persendian
atau jantung, dan kadang-kadang usus yang berlubang.
10. Dorongan yang kuat selama proses buang air besar, menyebabkan
sebagian selaput lendir usus keluar melalui lubang dubur (prolapsus
rekti).
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan laboratorium.
a) Pemeriksaan tinja.
b) Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah
astrup,bila memungkinkan dengan menentukan PH keseimbangan
analisa gas darah atau astrup,bila memungkinkan.
c) Pemeriksaan kadar ureum dan creatinin untuk mengetahui pungsi
ginjal.
d) Pemeriksaan darah tepi lengkap (hemoglobin,
hematokrit,leukosit)
e) Pemeriksaan elisa untuk mendeteksi giardiasis
18
I. PEMERIKSAAN
1. Pemberian cairan.
2. Diatetik
pemberian makanan dan minuman khusus pada penderita dengan tujuan
penyembuhan dan menjaga kesehatan adapun hal yang perlu diperhatikan :
a) Memberikan asi.
b) Memberikan bahan makanan yang mengandung kalori, protein,
vitamin, mineral dan makanan yang bersih.
c) Obat-obatan.
a. Racecordil adalah Anti diare yang ideal harus bekerja cepat,
tidak menyebabkan konstipasi, mempunyai indeks terapeutik yang
tinggi, tidak mempunyai efek buruk terhadap sistem saraf pusat, dan
yang tak kalah penting, tidak menyebabkan ketergantungan.
b. Loperamide merupakan golongan opioid yang bekerja
dengan cara emeperlambat motilitas saluran cerna dengan
mempengaruhi otot sirkuler dan longitudinal usus.
c. Nifuroxazide adalah senyawa nitrofuran memiliki efek
bakterisidal terhadap Escherichia coli, Shigella dysenteriae,
Streptococcus, Staphylococcus dan Pseudomonas aeruginosa.
Nifuroxazide bekerja lokal pada saluran pencernaan.
d. Dioctahedral smectite (DS), suatu aluminosilikat
nonsistemik berstruktur filitik, secara in vitro telah terbukti dapat
melindungi barrier mukosa usus dan menyerap toksin, bakteri, serta
rotavirus.
Keterangan:
Pemberian cairan,pada klien Diare dengan memperhatikan derajat
dehidrasinya dan keadaan umum.
4. Cairan parenteral
19
Mengenai seberapa banyak cairan yang harus diberikan
tergantung dari berat badan atau ringannya dehidrasi,yang
diperhitungkan kehilangan cairan sesuai dengan umur dan berat
badannya.
20
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
1. Identitas
Identitas klien yang harus diketahui oleh perawat meliputi nama,
umur, jenis kelamin, alamat rumah, agama, pekerjaan, suku bangsa,
bahasa yang dipakai, status pendidikan, dan pekerjaan klien/ asuransi
kesehatan.
2. KeluhanUtama
BAB lebih dari 3 x,konsistensi : encer,berlendir dan terdapat darah
21
8. Riwayat Pertumbuhan dan perkembangan
Pertumbuhan
· Kenaikan BB karena umur 1 –3 tahun berkisar
antara 1,5-2,5 kg (rata-rata 2 kg), PB 6-10 cm (rata-rata 8
cm) pertahun.
· Kenaikan linkar kepala : 12cm ditahun pertama dan
2 cm ditahun kedua dan seterusnya.
· Tumbuh gigi 8 buah : tambahan gigi susu; geraham
pertama dan gigi taring, seluruhnya berjumlah 14 – 16 buah
· Erupsi gigi : geraham perama menusul gigi taring.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan peristaltik usus
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan diare atau output berlebihan
3. Defisit volume cairan berhubungan dengan Kehilangan cairan
sekunder terhadap diare, perdarahan(Diare disertai darah)
22
4. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi sekunder terhadap
diare
5. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum
6. Kecemasan anak berhubungan dengan tindakan invasive
7. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan peningkatan
frekwensi diare.
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
DK.1
INTERVENSI RASIONAL
Lakukan Pengkajian nyeri secara Nyeri akibat peningkatan
komperhensif termasuk peristaltic sering dirasakan kram
lokasi,karakteristik,durasi,frekuens dan kaku,awitan cepat,dengan
i,kualitas intensitas bervariasi
Observasi bahasa nonverbal dan Ekspresi non verbal dapat
ketidaknyamanan menggambarkan kondisi
kesehatan dan rasa kurang
nyaman yang dilami
Kaji riwayat nyeri masa lampau Riwayat nyeri masa lalu
menggambarkan riwayat penyakit
dan nyeri yang sering dialami
pasien
Berikan pengalihan seperti reposisi Reposisi dapat mengurangi
23
dan aktivitas yang menyenangkan nyeri,Aktivitas menyenangkan
mengalihkan dan mengurang
persepsi nyeri
Berikan dan ajarkan management
nyeri pada keluarga :
Kompres hangat dan masssage
Ajarkan tekhnik relaksasi sesuai Meningkatkan control
kemampuan dan pemahaman anak diri,Menurunkan stress,ansietas
dan nyeri yang dirasakan
Kolaborasi pemberian analgetik Analgetik mendepresi pusat
nyeri,menurunkan nyeri,nyeri
yang dirasakan pasien dapat
berkurang serta menurunkan
spasme otot
DK.2
Kriteria :
Nafsu makan meningkat
Menghabiskan porsi yang disediakan
Makan 2-3x/Hari
BB dapat dipertahankan/Menunjukan peningkatan BB
INTERVENSI RASIONAL
24
Diskusikan dan jelaskan tentang Serat tinggi, lemak,air terlalu
pembatasan diet (makanan berserat panas / dingin dapat merangsang
tinggi, berlemak dan air terlalu mengiritasi lambung dan sluran
panas atau dingin) usus.
Monitor intake dan out put dalam Mengetahui jumlah output dapat
24 jam merencenakan jumlah makanan.
Kolaborasi dengan tim kesehtaan Mengandung zat yang diperlukan
lain : , untuk proses pertumbuhan
a. terapi gizi :
Diet TKTP rendah serat
Penyajian makanan dengan cara
yang menarik
Sajikan selagi hangat
b. obat-obatan atau vitamin (
A,C,D)
BB ddan TB bertambah sesuai usia Berat badan ideal pada anak
anak disesuaikan dengan tinggi dan
usia anak
DK.3
25
Mukosa lembab
Tanda vital stabil : nadi 60- 100 x/menit, RR 20 x/mnt
Nadi teraba : kuat,stabil
Haluaran urin 0,5-1ml x kgBB/Jam
Kapileri refill < 2 detik
Tanda – tanda vital dalam batas normal
(N: 120-60 x/mnt, S; 36-37,50 c, RR : < 40 x/mnt )
Turgor:
elastik , membran mukosa bibir lembab, mata tidak cowong, UUB
tidak cekung.
Konsistensi BAB lembek, frekwensi -3x/hari
INTERVENSI RASIONAL
Pantau tanda dan gejala Penurunan sisrkulasi volume
kekurangan cairan dan elektrolit cairan menyebabkan kekeringan
mukosa dan pemekatan warna
urin. Deteksi dini memungkinkan
terapi pergantian cairan segera
untuk memperbaiki deficit
Pantau intake dan output Dehidrasi dapat meningkatkan laju
filtrasi glomerulus membuat
keluaran tak aadekuat untuk
membersihkan sisa metabolisme.
Timbang berat badan setiap hari Mendeteksi kehilangan cairan ,
penurunan 1 kg BB sama dengan
kehilangan cairan 1 lt
Anjurkan keluarga untuk Mengganti cairan dan elektrolit
memberi minum 1-2lt/sesuai yang hilang secara oral
indikasi pada pasien
Kolaborasi : koreksi keseimbang cairan dan
Pemeriksaan laboratorium serum elektrolit, BUN untuk mengetahui
elektrolit (Na, K,Ca, BUN) faal ginjal (kompensasi).
26
/mm³ menggambarkan adanya
perdarahan dan kehilangan darah
( IV line ) sesuai dengan umur Cairan parenteral mengganti cairan
dan elektrolit secara adekuat dan
cepat
Obat-obatan : (antisekresin, anti sekresi untuk menurunkan
antispasmolitik, antibiotik) sekresi cairan dan elektrolit agar
simbang, antispasmolitik untuk
proses absorbsi normal, antibiotik
sebagai anti bakteri berspektrum
luas untuk menghambat
endotoksin.
Observasi konsistensi Peningkatan frekuensi BAB
feses,adanya darah dan frekuensi dengan adanya darah yang keluar
bersamaan dengan feses menjadi
salah satu penyebab adanya
kehilangan volume cairan dan
elektrolit
DK.4
INTERVENSI RASIONAL
Monitor suhu tubuh setiap 4 jam Deteksi dini terjadinya perubahan
abnormal fungsi tubuh ( adanya
infeksi)evaluasi kefektifan
intervensi
27
Pantau dan catat denyut dan Peningkatan denyut
irama jantung,tekanan darah,dan nadi,penurunan tekanan vena
kecepatan pernapasan minimal sentral,dan penurunan tekanan
setiap 4 jam darah dapat mengindikasikan
hipovolemia,yag mengarah pada
penurunan perfusi jaringan.Kulit
yang dingin,pucat dan burik dapat
mengindikasikan perfusi
jaringan,peningkatan frekuensi
pernafasan berkompensasi pada
hipoksia jraingan
Berikan kompres hangat merangsang pusat pengatur panas
untuk menurunkan produksi panas
tubuh
Berikan anti piretik sesuai advis Merangsang pusat pengatur panas
di otak ,menurunkan suhu tubuh.
Management suhu tubuh : Pakaian longgar,kompres dan
1.Lepaskan Selimt,dan pasangkan pakaian tipis efektif i
kain sebatas pinggang pada mengevaporasi suhu panas
pasien (loincloth) tubuh,menurunkan suhu
tubuh,memberikan kenyamananan
2.Anjurkan pasien mengenakan
pakaian renggang ,menyerap
keringat dan tipis
3.Berikan kompres air biasa pada
aksilla dan lipatan paha,seka
tubuh pasien dengan air hangat
Beri dorongan menaati aspek Kepatuhan dan kerjasama dengan
pentalaksanaan pasien dalam memertahankan dan
keperaawatan,meliputi meningkatkan status kesehatan
:Diet,Pakaian dapat berpengaruh dalam
keefektifan tindakan dan
peningkatan status kesehatan.
28
DK.5
29
DK.6
Berikan pujian jika klien mau menambah rasa percaya diri anak
diberikan tindakan perawatan dan akan keberanian dan
pengobatan kemampuannya
Lakukan kontak sesering mungkin Kasih saying serta pengenalan
dan lakukan komunikasi baik diri perawat akan menunbuhkan
verbal maupun non verbal rasa aman pada klien.
(sentuhan, belaian dll)
Berikan mainan sebagai rangsang Salah satu pengalihan kondisi
sensori anak,mengisi waktu. kesahtan,menciptakan lingkugan
nyaman,menurunkan stress.
30
DK.7
31
pasien/anggota keluarga: penatalaksanaan perawatan
1.petahankan hygiene yang baik
2.Inspeksi kulit secara teratur
3.Gunakan sabun yang tidak
menimbulkanniritasi (nonalkali)
4.Kenali tand awal kerusakan
kulit(kemerahan)dan laporkan
gejalanya
4. Implementasi
Implementasi merupakan pelaksanaan rencana keperawatan oleh
perawat terhadap pasien. Pada tahap implementasi ini merupakan
aplikasi secara kongkrit dan rencana intervensi yang telah di buat
untuk mengatasi masalah kesehatan dan perawatan yang muncul pada
pasien.
5. Evaluas
Evaluasi merupakan dimana proses keperawatan menyangkut
pengumpulan data obyektif dan subyektif yang dapat menunjukan
masalah apa yang terselesaikan apa yang perlu dikaji dan
direncanakan, dilaksanakan dan dimulai atau timbul masala baru
6. Ansietas berkurang/terkontrol
32
BAB III
TINJAUAN KASUSU
A. Asuhan Keperawatan
1. PENGKAJIAN
A. Pengumpulan Data
1. Data Umum
a. Identitas klien
Nama : Anp.Q
Umur : 4th 7bln
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : Belum/Tdk Tamat SD
Pekerjaan : Dibawah Umur
Status Marital : Belum Kawin
33
2. Riwayat Kesehatan/Keperawatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
1) Alasan masuk RS :
Orang tua mengatakan anak demam sejak kamrin pagi yang lalu
disertai anak ada lemas dikarenakan BAB lebih dari 5x orang tua
memutuskan untuk membawa anaknya ke Rumah Sakit Cahaya
Kawaluyan.
2) Riwayat Penyakit Sekarang (PQRST) :
34
e. Keadaan kesehatan lingkungan rumah :
3. Data Biologis
a. Penampilan umum:
Keadaan umum tampak sakit sedang, akral hangat, kesadaran compos mentis,
terpasang infus di tangan dextra dengan cairan RL 30 tts/menit
b. Tanda-tanda vital:
teratur, kuat.
Berat badan : 15 kg
IMT : 13,73
Lingkar kepada : 42 cm
Tangan bawah : 10 cm
Tangan atas : 15 cm
35
d. Anamnase dan Pemeriksaan Fisik Secara Sistem Tubuh
1) Sistem Pernafasan
Anamnesa :
Pemeriksaan Fisik
1) Inspeksi :
a. Hidung : Pernafasan tidak menggunakan cupping hidung.
b. Devisi sputum nasi : Tidak ada
c. Mukosa hidung : Bersih
d. Secret/lender : Tidak ada
e. Polip : Tidak ada, tidak terpasang oksigen
f. Terpasang Oksigen : Tidak
g. Bentuk Dada : Datar ( Simetris)
h. Pergerakan : Tidak ada
i. Deviasi trakea : Tidak ada retrasi dada
j. Retraksi dada: Intercostal dan supra sterna tidak ada
k. Pola irama pernafasan : 23x/menit,Dsypneu tidak ada
2) Palpasi :
a. Daerah sinus paranasallis : Tidak ada nyeri tekan di daerah
sinus paranasalis
b. Vocal/ tektil fremitus : Getaran dinding paru sama
3) Perkusi :
a. Terdengar : Sonor
b. Batas Paru : Normal
4) Auskultasi :
a. Vesicular : Lembut
b. Bronchial : Keras
c. Bronchovesicular : Sedang
d. Suara nafas tambahan : Tidak ada
e. Vocal resonans : klien mengatakan “77” suara jelas dan di
lapang paru kiri dan kanan sama
5) Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
36
2) Sistem kardiovaskular
Anamnesa :
Orang tua klien mengatakan tidak ada keluhan
1) Inspeksi :
a. Clubbing of the finger : Tidak tampak disemua kuku
b. Cyanosis : Pada bibir
c. Edema : Tidak ada
d. Epitaksis : Tidak ada
2) Palpasi :
a. Capilary time : < 2 detik
b. Edema : Tidak ada
3) Perkusi :
a. Terdengar : Pekak
b. Batas – batas jantung
- Atas : ICS 2
- Bawah : ICS 4 – ICS 5
- Kiri : ICS 5 Midclavicula
- Kanan : ICS 4
4) Auskultasi :
a. Bunyi jantung 1 : Terdengar Lub, pekak karena
penutupan katup mitral dan trikuspidalis
b. HR : 102x/menit
c. Bunyi jantung 2 : Terdenganr Dup, karena penutupan
katup aorta dan pulmonal
d. Bunyi jantung tambahan : Tidak terdengar suara
murmur dan gallop
e. Irama gelop : Tidak ada
5) Masalah keperawatan : Tidak ditemukan masalah
keperawatan
37
3) Sistem pencernaan
1) Anamnesa :
Orang tua klien mengatakan nafsu makan dan susah menelan.
2) Inspeksi :
a. Mulut :
- Bibir : Bersih
- Selaput mukosa : kering
- Lidah : ada lesi berwarna putih
- Gigangtivitis : Tidak bengkak
- Gusi berdarah : Tidak ada
- Tonsil : T1
b. Gigi :
- Caries : Tidak ada
- Gigi tanggal : Tidak ada
c. Abdomen :
- Bentuk abdomen : Simetris
- Spider nevi : Abdomen tidak nampak
- Distensi abdomen : Gas atau cairan tidak ada
d. Anus :
- Hemmeroid : Tidak ada
- Fissure : Tidak ada
- Fistula : Tidak ada
- Tanda – tanda keganasan : Tidak ada
3) Asukultasi :
a. Bising usus :9x/menit
4) Palpasi :
a. Nyeri tekan di region : Tidak ada
b. Nyeri lepas di region : Tidak ada
c. Massa/benjolan : Tidak ada
d. Lepas titik Mc Burney : Tidak ada nyeri
e. Hepar : Tidak ada nyeri tekan
f. Limpa : Tidak ada nyeri tekan
38
5) Perkusi :
a. Terdengar : Tympani di bagian abdomen Regio
Hipokondria
kiri
6) Masalaha keperawatan : Nutrisi kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan tidak nafsu makan
4) Sistem perkemihan
1) Anamnesa :
a. Orang tua klien menatakan tidak ada keluahan saat berkemih
2) Inspeksi :
a. Distensi pada region hipogastrika : Tidak ada
b. Kateter urine : Tidak ada
c. Warna urine : Kuning jernih
d. Jumlah urine : 200cc/1 kali BAK
e. Frekuensi : 5 – 7 kali/hari
3) Palpasi :
a. Nyeri tekan regio hipogastrika : Tidak ada
4) Perkusi :
a. Regio hipogastrika terdengar : Dull
b. Nyeri tekan darah costo vetebral
- Kanan : Tidak ada
- Kiri : Tidak ada
5) Masalah keperawatan : Tidak ada ditemukan masalah keperawatan
39
5) Sistem persarafan
1) Anamnesa :
Orang tua klien,emgatakan tidak ada keluhan
2) Inspeksi :
a. Bentuk muka : Bulat
b. Mulut : Baik
c. Spastic : Tidak ada
d. Parese : Tidak ada
e. Sensibilitas ekstremitas atas : Dapat merasakan sentuhan
tumpul, tajam dan tekanan
kecil di lengan sebelah kiri
dan kanan.
40
pemeriksa, tidak adanya gerakan bola mata yang
cepat
5. Nervus Trigeminus : Klien dapat menyebutkan dan
merasakan daerah yang diberikan rangsang oleh
kapas pada dahi, pipi kanan dan kiri klien,
6. Nervus abdusen : Bola mata klien dapat bergerak
sesuai rotasi sesuai dengan perintah pemeriksa
7. Nervus facialis : Klien dapat mengikuti instuksi saat
diminta tersenyum, bersiul, mengerutkan dahi,
semuanya terlihat simetris
8. Nervus vestibulotroklearis : Klien dapat
mendengarkan dengan baik dan jelas gesekan kedua
jari.
9. Nervus glosovaringeus : Klien bisa mebedakan rasa
manis dan asin dengan makan yang sudah
disiiapkan
10. Nervus vagus : Terdapat reflek muntah saat
diberikan spatel pada pangkal lidah dan reflek
menelan baik
11. Nervus assesoris : Klien dapat mengangkat bahu
secara simetris dan dapat menahan sedikit tahanan
yang diberikan oleh pemeriksa dan dapat
memalingkan wajah ke kiri dan ke kanan
12. Nervus hipoglosus : Klien dapat menjulurkan lidah
secara simetris namun terbatas karena bibir terjadi
pembengkakan
3) Perkusi :
a. Refleks fisiologi :
- Tendon biceps : Ada
- Tendon triceps : Ada
- Tendon Achiles : Ada
- Tendon patella : Ada
b. Refleks patologis : reflek babinski : Negatif
4) Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
41
6) Sistem Muskuloskeletal
1) Anamnesa :
2) Inspeksi :
a. Ektremitas atas : Klien terpasang infus sebelah
kanan
b. Ekstremitas bawah : Tidak ada masalah dan tidak ada
lesi
c. Atrofi : Tidak ada atrofi di ektremitas bawah
d. Rentang gerak : klien dapat melakukan gerakan flesi, gerakan
ekstensi, gerakan adduksi dan abduksi.
e. Nilai kekuatan otot : 5 keterangan penuh
5 5
5 5
42
7) Sistem Panca Indra
1) Anamnesa :
8) Sistem endokrin
1) Anamnesa :
Orng tua klien mengatakan tidak ada keluhan.
2) Inspeksi :
a. Bentuk tubuh
- Gigangtisme : Tidak ada
- Kreatinisme : Tidak ada
- Pembesaran kelenjar tiroid : Tidak ada
- Pembesaran pada ujung –ujung ektremitas bawah
atau atas : Tidak ada
3) Palpasi :
a. Kelenjar tiroid : Tidak mengalami pembesaran
4) Masalah keperawatan : Tidak ditemukan masalah keperawatan
43
9) Sistem Reproduksi
1) Anamnesa :
Orang tua klien mengatakan tidak ada keluhan pada organ reproduksi
2) Inspeksi :
a. Genetalia eksterna : Baik tidak ada lesi
b. Pengeluaran cairan : 200cc, warna kuning jernih, tidak
berbau.
c. Massa : Tidak ada
d. Lesi : Tidak ada
3) Palpasi :
a. Mamae benjolan : Tidak ada
b. Lesi : Tidak ada
c. Gynaecoamtia : Tidak ada
4) Masalah keperawatan : Tidak ditemukan masalah keperawatan
44
4) Masalah keperawatan : Hipertermi berhubungan dengan proses Virus
dengue
45
j) Harapan tentang sehat dan sakit : Ingin cepat sembuh
a. Laboratorium
HITNGAN JENIS
Bisofil 0% 0,0-1,0
Monosit 2% 2.0-9.0
46
FAECES LENGKAP SATUAN NILAI RUJUAKAN
Terapi Parenteral :
14) TERAPI
1. Nama Obat : Liprolac
a. Golongan :-
b. Dosisi : 3x/ hari
c. Indikasi : Sebagai suplemen untuk membantu
memelihara kesehatan pencernaan.
d. Kontraindikas :-
e. Efek samping obat: -
47
c. Indikasi : sebagai penurun demam, mengurangi nyeri
ringan hingga sedang setelah proses operasi, dimana pemberian
dengan cara lain seperti secara oral atau rectal tidak
memungkinkan dan secara klinis pemberian secara intravena dapat
dibenarkan.
d. Kontraindikas : jangan diberikan untuk pasien yang memiliki
riwayat hipersensitif terhadap paracetamol.
e. Efek samping obat: bisa menyebabkan kerusakan hati terutama jika
penggunaanya melebihi dosis yang dianjurkan. Potensi efek
samping ini meningkat pada orang-orang yang mengkonsumsi
alkohol.
48
15) Pengelompokan Data
49
16) Analisa Data
50
18) RENCANA KEPERAWATAN
51
dan masssage
Ajarkan tekhnik Meningkatkan
relaksasi sesuai control
kemampuan dan diri,Menurunkan
pemahaman anak stress,ansietas
dan nyeri yang
dirasakan
Kolaborasi Analgetik
pemberian mendepresi pusat
analgetik nyeri,menurunkan
nyeri,nyeri yang
dirasakan pasien
dapat berkurang
serta menurunkan
spasme otot
52
(makanan berserat dapat merangsang
tinggi, berlemak mengiritasi
dan air terlalu lambung dan sluran
panas atau dingin) usus.
53
bertambah sesuai pada anak
usia anak disesuaikan dengan
tinggi dan usia
anak
54
Memberikan Pengetahuan yang
informasi pada baik dapat
keluarga untuk menunjang
berada di dekat keberhasilan proses
anak dan perawatan
membantu
aktifitasnya
55
20) FORMAT EVALUASI
TANGGAL JAM NO.DK EVALUASI NAMA &
TTD
05 desember 12.00 S : orang tua mengatakan klien
2016 diare berkurang
O : ku sakit sdang kesadaran
compos mentis, akral terba hangat,
terpasang infus di tangan sebelah
kiri tetesan lancar
A : resiko defisit volume cairan
P : - observasi ttv & ku klien
- anjurkan klien untuk banyak
minum
- berikan terapi sesuai anjuran
dokter
06 desember 12.00 S : orang tua mengatakan diare
2016 berkuang
O : akral hangat, nadi kuat
suhu:36,7°c nadi:118x/menit
A : resiko defisit volume cairan
P : - observasi ttv
- berikan air minum secukupnya
- berikan terapi sesuia anjuran
dokter
07 desember 12.00 S : orang tua mengatakan diare
2016 sudah tidak ada
A : akral hangat nadi kuat
suhu:36.5°c nadi:102x/menit
P : - observasi ttv
-berikan air minum secukupnya
- berikan terapi sesuai anjuran
bokter
56
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Penyakit Disentri merupakan peradangan pada usus besar yang
ditandai dengan sakit perut dan buang air besar yang encer secara terus
menerus (diare) yang bercampur lendir dan darah. (Hembing Wed,2006)
Penyakit disentri di klasifikasikan dalam 2 klasifikasi yaitu disentri
amoeba dan basiler.dua klasifikasi ini berdasarkan etiologi dari masing
masing klasifikasi, penyebab secara umum adalah adanya Escheria
coli,Shigella Salmonella,Staphylococcus aurous.
Manifestasi yang dirasakan ialah diare yang disertai adanya
perdarahan,nyeri akut hingga kolik abdomen,peningkatan suhu tubuh
sering dialami akibat adanya infeksi bakteri ke dalam tubuh.
Penatalaksanaan ialah dengan hidrasi cairan,pemberian antiamobik,anti
analgetik dan pemberian anti piretik,penanganan status nutrisi dan
pemantauan asuapan hingga haluaran.
B. SARAN
Adanya konsep asuhan keperwatan pada anak dengan gangguan
sistem pencernaan disentri diharapkan dapat menjadi referensi
pembelajaran dan bahan proses diskusi guna meningkatkan kemapuan
analisi dan pengetahuan
Kami menyadari adanya kekurangan dalam penyusunan ,sehingga
saran dan kritik sangat diperlukan guna meningkatkan pengetahuann dan
keterampilan mahasiswa serta perawat.
57
DAFTAR PUSTAKA
Cecily Lynn betz & Linda A.Gowden.2009. Buku Saku Keperawatan Pediatrik, ed.5.
Jakarta : EGC
58