M A L A B S O R B SI
DI SUSUN OLEH :
Segala puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan rahmat dan
hidayahNya sehingga makalah Sindrom Malabsorbsi ini dapat tersusun dengan baik dalam waktu
yang telah ditetapkan. Terwujudnya makalah ini atas hasil kerjasama kelompok.
Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan proposal ini adalah untuk memenuhi salah
satu tugas yang diberikan oleh dosen pada mata kuliah Keperawatan Sistem Pencernaan.
Kami menyadari bahwa makalah ini belum begitu sempurna dan terdapat berbagai
kekurangan, oleh karena itu segala saran dan kritik yang membangun dari semua pihak sangat
kami harapkan demi perbaikan pada tugas selanjutnya. Harapan kami semoga makalah ini
bermanfaat bagi mahasiswa STIKES WIDYA NUSANTARA PALU pada umumnya dan bagi
mahasiswa Non Reguler kelas Undata khususnya serta bagi pembaca lain.
penyusun
DAFTAR ISI
A. Latar Belakang
Sindrom malabsorbsi hingga kini masih merupakan salah satu penyakit pada anak dan
bayi di Indonesia. Diperkirakan angka kesakitan berkisar diantara 150-430 perseribu
penduduk setahunnya dan dengan angka kematian yang masih tinggi terutama pada anak
umur 1-4 tahun, sehingga memerlukan penatalaksanaan yang tepat dan memadai.
Penderita sindrom malabsorbsi merupakan tantangan karena susahnya menilai gejala,
sangat bervariasinya tanda-tanda, luasnya diagnosis banding, dan beragamnya uji
diagnostik yang tersedia. Evaluasinya memerlukan pengenalan tanda khas,penentuan
diagnosis banding secara individual, pemakaian uji laboratorium yang tepat, dan pada
beberapa kasus perlu manajemen empiris untuk mencapai diagnosis yang benar.
Dalam keadaan normal, makanan dicerna dan zat-zat gizinya diserap ke dalam aliran
darah, terutama dari usus kecil. Malabsorbsi dapat tejadi baik karena kelainan yang
berhubungan langsung dengan pencernaan makanan maupun karena kelainan yang secara
langsung mempengaruhi poses penyerapan makanan.
Malabsorbsi dapat menyebabkan kekurangan semua zat gizi maupun kekurangan
protein, lemak, vitamin atau mineral tertentu. Gejalanya bervariasi tergantung dari
kekurangan zat apa yang dialami penderita.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran secara umum tentang landasan teori dan asuhan
keperawatan pada klien dengan sindrom malabsorbsi.
2. Tujuan Khusus
- Untuk mengetahui Pengertian penyakit Sindrom Malansorpsi
- Untuk mengetahui Etiologi penyakit Sindrom Malansorpsi
- Untuk mengetahui Pathofisiologi penyakit Sindrom Malansorpsi
- Untuk mengetahui Manifestasi klinis penyakit Sindrom Malansorpsi
- Untuk mengetahui Komplikasi penyakit Sindrom Malansorpsi
- Untuk mengetahui prognosis penyakit Sindrom Malansorpsi
- Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostic penyakit Sindrom Malabsorpsi
- Untuk mengetahui penatalaksanaan Sindrom Malabsorpsi
- Mampu melakukan pengkajian terhadap klien dengan sindrom malabsorbsi
- Mampu menegakkan diagnosa pada klien dengan sindrom malabsorbsi sesuai dengan
prioritas masalah
- Mampu menyusun rencana tindakan asuhan gizi dengan klien sindrom malabsorbsi
- Mampu menerapkan tindakan gizi pada klien dengan sindrom malabsorbsi.
- Untuk mengetahui legal etik dan moral Sindrom Malabsorbsi
- Untuk mengetahui advokasi Sindrom Malabsorbsi
BAB II
PEMBAHASAN
1. Landasan Teori
A. Pengertian
Sindroma Malabsorbsi adalah kelainan-kelainan yang terjadi akibat penyerapan zat
gizi yang tidak adekuat dari usus kecil ke dalam aliran darah.
Sindroma Malabsorbsi adalah kumpulan gejala dan tanda-tanda yang diakibatkan
oleh absorbsi lemak non adekuat didalam usus halus. (Barbara C. Long, 1985).
B. Anatomi Fisiologi
Sistem pencernaan (mulai dari mulut sampai anus) berfungsi sebagai berikut :
a. menerima makanan
b. memecah makanan menjadi zat-zat gizi (suatu proses yang disebut pencernaan)
c. menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah
d. membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna dari tubuh.
e. Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan, kerongkongan, lambung, usus
halus, usus besar, rektum dan anus.
Sistem pencernaan juga meliputi organ-organ yang terletak diluar saluran pencernaan,
yaitu pankreas, hati dan kandung empedu.
Sistem pencernaan :
a. Mulut
Mulut merupakan jalan masuk untuk sistem pencernaan dan sistem pernafasan.
Bagian dalam dari mulut dilapisi oleh selaput lendir.Saluran dari kelenjar liur di pipi,
dibawah lidah dan dibawah rahang mengalirkan isinya ke dalam mulut.Di dasar mulut
terdapat lidah, yang berfungsi untuk merasakan dan mencampur makanan.
b. Tenggorokan
Di belakang dan dibawah mulut terdapat tenggorokan (faring). Pengecapan dirasakan
oleh organ perasa yang terdapat di permukaan lidah. Penciuman dirasakan oleh saraf
olfaktorius di hidung. Pengecapan relatif sederhana, terdiri dari manis, asam, asin dan
pahit. Penciuman lebih rumit, terdiri dari berbagai macam bau.
Makanan dipotong- potong oleh gigi depan (incisivus) dan dikunyah oleh gigi
belakang (molar, geraham), menjadi bagian-bagian kecil yang lebih mudah dicerna.
Ludah dari kelenjar ludah akan membungkus bagian-bagian dari makanan tersebut
dengan enzim-enzim pencernaan dan mulai mencernanya.
Pada saat makan, aliran dari ludah membersihkan bakteri yang bisa menyebabkan
pembusukan gigi dan kelainan lainnya. Ludah juga mengandung antibodi dan enzim
(misalnya lisozim), yang memecah protein dan menyerang bakteri secara langsung.
Proses menelan dimulai secara sadar dan berlanjut secara otomatis. Epiglotis akan
tertutup agar makanan tidak masuk ke dalam pipa udara (trakea) dan ke paru-paru,
sedangkan bagian atap mulut sebelah belakang (palatum mole, langit-langit lunak)
terangkat agar makanan tidak masuk ke dalam hidung.
c. Kerongkongan
Kerongkongan (esofagus) merupakan saluran berotot yang berdinding tipis dan
dilapisi oleh selaput lendir.Kerongkongan menghubungkan tenggorokan dengan
lambung. Makanan didorong melalui kerongkongan bukan oleh gaya tarik bumi, tetapi
oleh gelombang kontraksi dan relaksasi otot ritmik yang disebut dengan peristaltik.
d. Lambung
Lambung merupakan organ otot berongga yang besar dan berbentuk seperti kandang
keledai, terdiri dari 3 bagian yaitu kardia, fundus dan antrum. Makanan masuk ke dalam
lambung dari kerongkongan melalui otot berbentuk cincin (sfingter), yang bisa membuka
dan menutup. Dalam keadaan normal, sfingter menghalangi masuknya kembali isi
lambung ke dalam kerongkongan.
Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang berkontraksi secara ritmik untuk
mencampur makanan dengan enzim-enzim. Sel-sel yang melapisi lambung menghasilkan
3 zat penting:
- Lendir
Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam lambung dan enzim.Setiap
kelainan pada lapisan lendir ini (apakah karena infeksi oleh bakteri Helicobacter pylori
atau karena aspirin), bisa menyebabkan kerusakan yang mengarah kepada terbentuknya
tukak lambung.
- asam klorida
Asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang diperlukan oleh pepsin guna
memecah protein. Keasaman lambung yang tinggi juga berperan sebagai penghalang
terhadap infeksi dengan cara membunuh berbagai bakteri.
Pelepasan asam dirangsang oleh:
saraf yang menuju ke lambung
gastrin (hormon yang dilepaskan oleh lambung)
histamin (zat yang dilepaskan oleh lambung).
- prekursor pepsin (enzim yang memecahkan protein).
Pepsin bertanggung jawab atas pemecahan sekitar 10% protein. Pepsin merupakan satu-
satunya enzim yang mencerna kolagen, yang merupakan suatu protein dan kandungan
utama dari daging. Hanya beberapa zat yang bisa diserap langsung dari lambung
(misalnya alkohol dan aspirin) dan itupun hanya dalam jumlah yang sangat kecil.
e. Usus halus
Lambung melepaskan makanan ke dalam usus dua belas jari (duodenum), yang
merupakan bagian pertama dari usus halus.Makanan masuk ke dalam duodenum melalui
sfingter pilorus dalam jumlah yang bisa dicerna oleh usus halus. Jika penuh, duodenum
akan mengirimkan sinyal kepada lambung untuk berhenti mengalirkan makanan.
Duodenum menerima enzim pankreatik dari pankreas dan empedu dari hati.
Cairan tersebut (yang masuk ke dalam duodenum melalui lubang yang disebut sfingter
Oddi) merupakan bagian yang penting dari proses pencernaan dan penyerapan. Gerakan
peristaltik juga membantu pencernaan dan penyerapan dengan cara mengaduk dan
mencampurnya dengan zat yang dihasilkan oleh usus. Beberapa senti pertama dari lapisan
duodenum adalah licin, tetapi sisanya memiliki lipatan-lipatan, tonjolan-tonjolan kecil
(vili) dan tonjolan yang lebih kecil (mikrovili). Vili dan mikrovili menyebabkan
bertambahnya permukaan dari lapisan duodenum, sehingga menambah jumlah zat gizi
yang diserap.
Sisa dari usus halus, yang terletak dibawah duodenum, terdiri dari jejunum dan
ileum.Bagian ini terutama bertanggungjawab atas penyerapan lemak dan zat gizi lainnya.
Penyerapan ini diperbesar oleh permukaannya yang luas karena terdiri dari lipatan-lipatan,
vilidanmikrovili.
Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang mengangkut zat-zat yang diserap ke hati
melalui vena porta.
Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) dan air (yang membantu
melarutkan pecahan-pecahan makanan yang dicerna). Dinding usus juga melepaskan
sejumlah kecil enzim yang mencerna protein, gula dan lemak. Kepadatan dari isi usus
berubah secara bertahap, seiring dengan perjalanannya melalui usus halus. Di dalam
duodenum, air dengan cepat dipompa ke dalam isi usus untuk melarutkan keasaman
lambung. Ketika melewati usus halus bagian bawah, isi usus menjadi lebih cair karena
mengandung air, lendir dan enzim-enzim pankreatik.
f. Pankreas
Pankreas merupakan suatu organ yang terdiri dari 2 jaringan dasar :
1. Asini, menghasilkan enzim-enzim pencernaan
2. Pulau pankreas, menghasilkan hormon.
Pankreas melepaskan enzim pencernaan ke dalam duodenum dan melepaskan hormon ke
dalam darah. Enzim-enzim pencernaan dihasilkan oleh sel-sel asini dan mengalir melalui
berbagai saluran ke dalam duktus pankreatikus. Duktus pankreatikus akan bergabung
dengan saluran empedu pada sfingter Oddi, dimana keduanya akan masuk ke dalam
duodenum. Enzim yang dilepaskan oleh pankreas akan mencerna protein, karbohidrat dan
lemak.Enzim proteolitik memecah protein ke dalam bentuk yang dapat digunakan oleh
tubuh dan dilepaskan dalam bentuk inaktif. Enzim ini hanya akan aktif jika telah mencapai
saluran pencernaan. Pankreas juga melepaskan sejumlah besar sodium bikarbonat, yang
berfungsi melindungi duodenum dengan cara menetralkan asam lambung. Hormon yang
dihasilkan oleh pankreas adalah:
1. Insulin, yang berfungsi menurunkan kadar gula dalam darah
2. Glukagon, yang berfungsi menaikkan kadar gula dalam darah
3. Somatostatin, yang berfungsi menghalangi pelepasan kedua hormon lainnya (insulin dan
glukagon).
g. Hati
Hati merupakan sebuah organ yang besar dan memiliki berbagai fungsi, beberapa
diantaranya berhubungan dengan pencernaan. Zat-zat gizi dari makanan diserap ke dalam
dinding usus yang kaya akan pembuluh darah yang kecil-kecil (kapiler). Kapiler ini
mengalirkan darah ke dalam vena yang bergabung dengan vena yang lebih besar dan pada
akhirnya masuk ke dalam hati sebagai vena porta. Vena porta terbagi menjadi pembuluh-
pembuluh kecil di dalam hati, dimana darah yang masuk diolah.
Darah diolah dalam 2 cara:
1. Bakteri dan partikel asing lainnya yang diserap dari usus dibuang
2. Berbagai zat gizi yang diserap dari usus selanjutnya dipecah sehingga dapat digunakan
oleh tubuh.
Hati melakukan proses tersebut dengan kecepatan tinggi, setelah darah diperkaya
dengan zat-zat gizi, darah dialirkan ke dalam sirkulasi umum. Hati menghasilkan sekitar
separuh dari seluruh kolesterol dalam tubuh, sisanya berasal dari makanan. Sekitar 80%
kolesterol yang dihasilkan di hati digunakan untuk membuat empedu. Hati juga
menghasilkan empedu, yang disimpan di dalam kandung empedu.
h. Kandung empedu & Saluran empedu
Empedu mengalir dari hati melalui duktus hepatikus kiri dan kanan, yang selanjutnya
bergabung membentuk duktus hepatikus umum.Saluran ini kemudian bergabung dengan
sebuah saluran yang berasal dari kandung empedu (duktus sistikus) untuk membentuk
saluran empedu umum.Duktus pankreatikus bergabung dengan saluran empedu umum dan
masuk ke dalam duodenum. Sebelum makan, garam-garam empedu menumpuk di dalam
kandung empedu dan hanya sedikit empedu yang mengalir dari hati.Makanan di dalam
duodenum memicu serangkaian sinyal hormonal dan sinyal saraf sehingga kandung
empedu berkontraksi.Sebagai akibatnya, empedu mengalir ke dalam duodenum dan
bercampur dengan makanan.
Empedu memiliki 2 fungsi penting :
a. Membantu pencernaan dan penyerapan lemak
b. Berperan dalam pembuangan limbah tertentu dari tubuh, terutama hemoglobin yang
berasal dari penghancuran sel darah merah dan kelebihan kolesterol.
Secara spesifik empedu berperan dalam berbagai proses berikut:
1. Garam empedu meningkatkan kelarutan kolesterol, lemak dan vitamin yang larut dalam
lemak untuk membantu proses penyerapan
2. Garam empedu merangsang pelepasan air oleh usus besar untuk membantu
menggerakkan isinya
3. Bilirubin (pigmen utama dari empedu) dibuang ke dalam empedu sebagai limbah dari
sel darah merah yang dihancurkan
4. Obat dan limbah lainnya dibuang dalam empedu dan selanjutnya dibuang dari tubuh
5. Berbagai protein yang berperan dalam fungsi empedu dibuang di dalam empedu.
Garam empedu kembali diserap ke dalam usus halus, disuling oleh hati dan dialirkan
kembali ke dalam empedu. Sirkulasi ini dikenal sebagai sirkulasi enterohepatik. Seluruh
garam empedu di dalam tubuh mengalami sirkulasi sebanyak 10-12 kali/hari. Dalam setiap
sirkulasi, sejumlah kecil garam empedu masuk ke dalam usus besar (kolon). Di dalam
kolon, bakteri memecah garam empedu menjadi berbagai unsur pokok. Beberapa dari
unsur pokok ini diserap kembali dan sisanya dibuang bersama tinja.
i. Usus besar
Usus besar terdiri dari:
1. Kolon asendens (kanan)
2. Kolon transversum
3. Kolon desendens (kiri)
4. Kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum).
Apendiks (usus buntu) merupakan suatu tonjolan kecil berbentuk seperti tabung,
yang terletak di kolon asendens, pada perbatasan kolon asendens dengan usus halus. Usus
besar menghasilkan lendir dan berfungsi menyerap air dan elektrolit dari tinja. Ketika
mencapai usus besar, isi usus berbentuk cairan, tetapi ketika mencapai rektum bentuknya
menjadi padat. Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi mencerna
beberapa bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi. Bakteri di dalam usus besar juga
berfungsi membuat zat-zat penting, seperti vitamin K. Bakteri ini penting untuk fungsi
normal dari usus. Beberapa penyakit serta antibiotik bisa menyebabkan gangguan pada
bakteri-bakteri di dalam usus besar. Akibatnya terjadi iritasi yang bisa menyebabkan
dikeluarkannya lendir dan air, dan terjadilah diare.
j. Rektum
Rektum adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah kolon
sigmoid) dan berakhir di anus.Biasanya rektum ini kosong karena tinja disimpan di tempat
yang lebih tinggi, yaitu pada kolon desendens. Jika kolon desendens penuh dan tinja masuk
ke dalam rektum, maka timbul keinginan untuk buang air besar.Orang dewasa dan anak
yang lebih tua bisa menahan keinginan ini, tetapi bayi dan anak yang lebih muda mengalami
kekurangan dalam pengendalian otot yang penting untuk menunda buang air besar.
k. Anus
Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana bahan limbah keluar
dari tubuh. Sebagian anus terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan sebagian lainnya dari
usus. Suatu cincin berotot (sfingter ani) menjaga agar anus tetap tertutup.
C. Etiologi
a. Gangguan pencernaan dan absorbsi nutrient di dalam usus halus.
b. Kelainan yang berhubungan langsung dengan pencernaan makanan maupun karena
kelainan yang secara langsung mempengaruhi poses penyerapan makanan.
c. Penyakit-penyakit yang menyebabkan terhalangnya pencampuran yang tepat antara
makanan dengan asam lambung dan enzim-enzim pencernaan
D. Patofisiologi
Malabsorbsi diakibatkan oleh tiga hal yaitu :
a. Gangguan fungsi percernaan (phase Intra Lumen)
Pada keadaan ini nutrient tidak dapat dipecahkan menjadi bentuk yang dapat
diserap oleh villi-villi usus halus. Karbohidrat diserap dalam bentuk monosacharida
glukosa. Protein diserap dalam bentuk asam amino. Lemak diserap dalam bentuk asam
lemak dan gliserol. Gangguan ini terjadi bila :
1. Enzym lipase pancreas kurang.
2. Cairan lambung khususnya gasterin kurang.
3. Konjugasi garam empedu kurang.
Keadaan-keadaan ini dapat terjadi pada :
1. Sub total gastrectomy
2. Pankreatitis
3. Ca. Pankreas
4. Penyakit Lever
5. Obstruksi saluran empedu.
b. Gangguan Mukosa Usus Halus (Phase Mukosal)
Pada keadaan ini nutrient telah dibentuk menjadi bentuk-bentuk yang dapat
diserap oleh villi-villi usus halus, namun bentuk-bentuk tidak dapat diserang oleh
gangguan pada mukosa usus halus / villi-villi. Normalnya mukosa usus halus
menghasilkan enzyme diantaranya enterokinase. Enzyme ini mengaktifkan tripsinogen
menjadi tripsin, selanjutkan tripsin mengubah protein menjadi polypeptide. Mukosa usus
menghasilkan enzyme disacharidase yaitu lactosa, maltosa dan sukrosa. Maltase
mencegah maltose menjadi dua glukosa. Sukrose atau invertase memecah skrosa menjadi
fruktosa dan glukosa. Keadaan ini dapat terjadi pula pada :
1. Defisiensi Lactase
2. Celiac Disease, Tropical Sprue
3. Enteritis Alergic
4. Small Bowel Ischemic
5. Radiation Enteritis, Croh’s Disease
c. Gangguan pengangkutan Nutrien ke dalam pembuluh limpa dan pembuluh darah
(Phase Transit)
Gangguan ini terjadi bila terdapat obstruksi limphatik seperti pada lymphoma dan
gangguan supply darah seperti pada thrombus mesenteric superior.
E. Klasifikasi
1. Malabsobsi karbohidrat
Malabsobsi karbohidrat yang utama adalah intoleransi laktosa.Karbohidrat dapat
dibagi dalam Monosakarida (Glukosa,Galaktosa dan fruktosa), Disakarida (Laktosa atau
gula susu,Sukrosa atau gula pasir dan Maltosa) serta Polisakarida (Glikogen,Amilum dan
tepung).
2. Malabsobsi lemak
Gangguan absobsi lemak umumnya LCT (Long Chain Triglycerides) dapat terjadi
dalam keadaan lipase tidak ada atau kurang,mukosa usus halus(vili) atrofi atau
rusak,gangguan system limfe usus.
Keadaan ini menyebabkan diare dengan tinja berlemak (steatore) dan malabsorbsi
lemak. Dalam keadaan sehat absorbsi LCT dari usus halus bergantung pada beberapa
factor. Hidrolisis dari LCT menjadi asam lemak dan gliserida terjadi di usus halus bagian
atas dengan mempengaruhi lifase pankreas dan conjugated bile salts yang ikut
membentuk micelles yaitu bentuk lemak yang siap untuk diabsorbsi. Sesudah masuk
kedalam usus halus terjadi re-esterifikiasi dari asam lemak hingga kemudian terbentuk
kilomikron yang selanjutnya diangkut melalui pembuluh limfe.
Malabsorbsi lemak dapat terjadi pada kelainan sebagai berikut:
a.Penyebab pancreass : fibrosis kistik, insufisiensi lifase pancreas
b.Penyakit hati : hepatitis neonatal, atresia biliaris, sirosis hepatis
c.Penyakit usus halus : penyakit seliak dan malabsorbsi usus (karna kelainan mukosa
usus atau atrofi ), reseksi usus halus yang ekstensif (pada atresia volvulus, infrak
masentrium ), enteritis regional, abetalipoproteinemia (karna gangguan pembentukan
kilomikron), yang tidak diketahui sebabnya, dsb
d.Kelainan limfe : limfangiektasis usus, gangguan limfe karna trauma, tuberculosis,
kelainan congenital.
e.Neonatus kurang bulan
Anak diduga menderita malabsobsi lemak bila tinja berlemak sehingga lembek,
tidak berbentuk, bewarna coklat muda sampai kuning dan terlihat berminyak.
Bertambahnya lemak didalam tinja atau disebut steatore dikatakan suatu hal yang pasti
terjadi pada malabsorbsi lemak. Fese perlu diperiksa dilaboratorium.
Pengobatan ditujukan pada penyebab terjadinya malabsorbsi lemak. Untuk
malabsorbsi lemaknya sendiri diberikan susu MCT (medium chain triglyceride).
Pada dasarnya pasien yang menderita diare karena faktor malabsorbsi adalah
karena kepekaan atau alergi terhadap jenis atau zat makanan tertentu, seperti terhadap
lemak, protein, dan pada seliak terhadap gandum. Perawatan selama diare seperti diare
lainnya, tetapi yang penting penjelasan kepada orang tua agar tidak memberikan makanan
atau susu tertentu yang menjadi penyebab diare.
F. Manifestasi klinis
Berbagai macam tanda atau gejala pada Malabsorbsi, yaitu :
a. Feces tampak bercahaya, berminyak, licin dan terbatas, berbau (Steatorhoe)
b. Dalam air feces mengapung
c. Berat badan rendah
d. Pucat, lemas, badan lesu
e. Anorexia
f. Mudah terkena infeksi
g. Mudah berdarah (Echynosis,hematuria)
h. Nyeri otot / tulang
i. Tulang rapuh, mudah terkena fraktur
j. Kulit kasar dan kering, hyperfigmentasi
k. Flatulence
l. Hypokalsemia, anemi
m. Pheriperal, neuritis
n. Edema periper.
G. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pengukuran PH.
b. Penentuan kadar gula dalam tinja.
c. Laktosa loading test(tes toleransi),misalnya pasien puasa,diukur kadar gula darahmya
kemudian diberi laktosa 2 gr/kg BB.Gula darah diperiksa setiap ½ jam sampai 2 jam
lamanya.Hasil dianggap positif bila selama 2 jam didapat hasil kurang dari 25 mg%.
d. Barium meal lactoce.Pasien dipuasakan,pemeriksaan dilakukan dibagian radiologi.
e. Biopsi usus,hasil akan menunjukkan kelainan berupa atrofi mukosa usus berbagai
derajat dan kelainan lainnya.
H. Penatalaksanaan
a. Diet
Tinggi kalori dan protein serta rendah lemak.Menghindarkan makanan makanan
yang mengandung penyebab malabsorbsi seperti susu yang banyak mengandung lactose
(Intoleranse Lactose).
b. Medikamentosa
Pada Malabsorbsi congenital,terapi bersifat symptomatic seperti pemberian
preparat besi dan vitamin pada klien anemi serta transpusi darah bila perlu.Terapi pada
malabsorbsi yang didapat ditujukan pada etiologi seperti enteritis kronis yang
menyebabkan kerusakan mukosa halus. Obstruksi pancreas yang menyebabkan enzyme-
enzym pancreas tidak dapat masuk ke dalam usus halus.
c. Penyuluhan
Ditujukan kepada klien dan keluarga. Mencakup penyakit dan diet yang
diperlukan. Perawatan membantu klien dalam mengatasi perubahan pola makan.
I. Komplikasi
Komplikasi jangka panjang meliputi komplikasi nutrisi parentral:
a. Infeksi kateter sentral
b. Trombosis
c. Hepatotoksisitas
d. Batu empedu
e. Defisiensi vitamin B12
J. Pencegahan
- Memberikanpenyuluhan agar mematuhi diet yang tepat.
- Memberikan penyuluhan bahwa tidak makan berlebihan baik untuk membatasi
penggunaan lemak.
- Mengurangi konsumsi hidangan pedas dan gurih.
- Perlu makan makanan kecil dan sekitar waktu yang sama.
- Menjaga berat badan / mencegah obesitas
K. Prognosis
Prognosis malabsorpsi tergantung dari penyebabnya. Prognosis malabsorpsi
karbohisdrat (disakarida) umumnya baik karena penyebabnya cepat, sedangkan
malabsorpsi karbohidrat monosakarida sering sulit pengobatannya dan memerlukan
kesabaran.
Prognosis malabsorpsi protein baik karena kebanyakan kasus bersifat sementara
dan 50% penderita pulih dalam waktu 1 tahun, sedangkan sisihnya dalam waktu 2 tahun.
Prognosis pasca bedah akibat sekresi ileum lebih dari 100 cm umumnya berat. Prognosis
malabsorpsi kobalomin dan folat umumnya baik bila mendapat obat pemiliharaan
kobalomin dan asam folat.
2. ASKEP
A. Pengkajian
Dilakukan secara sistematis yang berisikan informasi objektif dan subjektif yang meliputi :
1. Identitas diri yang berisikan nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, suku bangsa,
agama, status perkawinan, nomor mr, tanggal masuk, alasan masuk, dll.
2. Riwayat kesehatan meliputi :
Riwayat Kesehatan Dahulu,
Meliputi riwayat yang pernah diderita, pengalaman riwayat di rumah sakit,
penyakit lain yang pernah diderita
Riwayat Kesehatan Sekarang,
Meliputi alasan masuk RS, keluhan utama yang dirasakan saat ini yang mliputi
sakit tenggorokan dan nyeri sekitar mata dan pada kedua sisi hidung, kesulitan
menelan, batuk, suara serak, demam, hidung tersumbat, rasa tidak nyaman umum,
dan keletihan
Riwayat Kesehatan keluarga,
Meliputi adanya riwayat keluarga yang pernah mengalami hal seperti ini, riwayat
penyakit keturunan dan penyakit menular pada keluarga
3. Pemeriksaan fisik :
Rambut dan Hygiene kepala,
Rambut hitam,bau tidak ada, rambut tumbuh subur dan kulit kepala bersih
Mata,
Meliputi keadaan konjunktiva anemis, mata cekung, dll
Hidung,
Meliputi pemeriksaan septum hidung, sekret atau benda asing lainnya.
Mulut,
Meliputi pemerikasaan rongga mulut yang menandakan apakah bau mulut atau
ada caries, kebersihan lidah dan tidak adanya peradangan
Leher,
Meliputi kelenjar getah bening dan submandibular disekitar leher terjadi
peradangan atau tidak
Thorax,
Meliputi bentuk thorax, jenis pernafasan, frekuensi nafas yang cepat, dan dangkal
dan suara nafas
Abdomen,
Klien dengan biasanya yang diperiksa tidak terjadi pembesaran pada abdomen /
auskultasi peristaltik usus 20 kali / l pada palpasi tidak terasa masa dan perut
terasa tegang. Pada perkusi berbunyi timpani
Kulit,
Meliputi kebersihan kulit, dan turgor kulit yang jelek
Genitalia,
Meliputi kelengkapan genitalia
4. Aktivitas Sehari – hari :
1. Pola Eliminasi,
Pemeriksaan frekuensi BAK dan BAB.
2. Pola Istirahat,
Kebutuhan istirahat klien terganggu karena sering kali nyeri sakit di tenggorokan
3. Pola Nutrisi,
Kebutuhan Nutrisi terganggu karena tidak nafsu makan diakibatkan sulit menelan
dan sakit di tenggorokan
4. Personal Hygiene,
Kebersihan mulut terganggu diakibatkan sakit di tenggorokan.
B. Diagnosa Keperawatan
a) Defisit Volume Cairan berhubungan dengan hilangnya cairan tubuh yang berlebih
karena diare.
b) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan pada
abrorpsi nutrisi.
c) Ansietas berkaitan dengan manifestasi dan pengobatan dari gangguan absorbsi.
C. Intervensi Keperawatan
makanan. makan.
Monitor lingkungan
Faktor psikologis.
selama makan
Jadwalkan pengobatan
jam makan.
Monitor kulit kering dan
perubahan pigmentasi.
Monitor tugor kulit.
Monitor kekeringan,
mudah patah.
Monitor mual dan
muntah.
Monitor kadar albumin,
kadar Ht
Monitor pertumbuhan
dan perkembangan
Monitor pucat,
kemerahan dan
kekeringan konjungtiva
Monitor kalori dan
intake nutrisi.
Catat adanya edema ,
hiperemik, hipotonik,
oral.
Catat bila lidah
berwarna
magenta,scarlet.
3. Ansietas NOC NIC
berdayaan - relaksasi
Meningkatkan rasa ketidak Berikan obat untuk
berdayaan yang persisten mengurangi kecemasan
Bingun, menyesal
Ragu/tidak percaya diri
Kawatir
Fisiologis
Wajah tegang, tremor tangan
Peningkatan keringat
Peningkatan ketegangan
Gemetar, tremor
Suara bergetar
Simpatik :
Anoreksia
Eksitasi kardiofaskuler
Diare, mulut kering
Wajah merah
Jantung berdebar-debar
Peningkatan tekanan darah
Peningkatan denyut nadi
Peningkatan reflek
Peningkatan Frekuensi
pernapasan, pupil melebar
Kesulitan bernapas
Vasokontriksi superfisiel
Lemah, kedutan pada otot
Parasimpatik
Nyeri abdomen
Penurunan tekanan darah
Penurunan denyut nadi
Diare,mual,vertigo
Letih,gangguan tidur
Kesemutan pada extremitas
Sering berkemih
Anyang-anyangan
Dorongan segera berkemih
Kognitif
Menyadari gejala fisiologis
Bloking fikiran,konfuksi
Penurunan lapang persepsi
Kesulitan berkosentrasi
Penurunan kemampuan
untuk belajar
Penurunan kemampuan
orang lain
ekonomi,lingkungan,status
kesehatan,pola
interaksi,fungsi peran,status
peran)
Pemajanan toksin
Terkait keluarga
Herediter
Infeksi/kontaminan
interpersonal
Penularan penyakit
interpersonal
Krisis maturasi,krisis
situasional
Stress,ancaman kematian
Penyalahgunaan zat
Ancaman pada (status
ekonomi,lingkungan,status
kesehatan,pola
interaksi,fungsi peran,status
peran,konsep diri)
Konflik tidak disadari
hidup
Konflik tidak di sadari
ensensia/penting
Kebutuhan yang tidak
dipenuhi
D. Implementasi
Penatalaksanaa sesuai dengan ITP dengan Intervensi yang sudah ditetapkan ( sesuai
dengan literature).
E. Evaluasi
Penilaian sesuai dengan kriteria standart yang telah ditetapkan dengan perencanaan.
3. Pencegahan
A. Pencegahan Primer
1. Memberikanpenyuluhan agar mematuhi diet yang tepat.
2. Memberikan penyuluhan bahwa tidak makan berlebihan baik untuk membatasi
penggunaan lemak.
3. Mengurangi konsumsi hidangan pedas dan gurih.
4. Perlu makan makanan kecil dan sekitar waktu yang sama.
5. Menjaga berat badan / mencegah obesitas.
B. Pencegahan Sekunder
1. Diperlukan untuk bereaksi dengan cepat terhadap perubahan kecil dalam sistem
pencernaan
2. Konsultasi dengan dokter
3. Penggunaan musiman vitamin dan mineral kompleks.
4. Mengkonsumsi obat enzim, misal enzymes yang dapat membantu menguraikan zat-zat
beracun yang berbahaya dari sisa metabolisme lalu enziplex merupakan obat lambung
dan saluran cerna yang mengandung enzim-enzim pencernaan untuk melancarkan
pencernaan dan metabolisme dalam tubuh.
a. Autonomi ( Otonomi ) Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu
berpikir logis dan mampu membuat keputusan sendiri. Orang dewasa dianggap kompeten dan
memiliki kekuatan membuat sendiri, memilih dan memiliki berbagai keputusan atau pilihan
yang harus dihargai oleh orang lain. Prinsip otonomi merupakan bentuk respek terhadap
seseorang, atau dipandang sebagai persetujuan tidak memaksa dan bertindak secara rasional.
Otonomi merupakan hak kemandirian dan kebebasan individu yang menuntut pembedaan diri.
Praktek profesional merefleksikan otonomi saat perawat menghargai hak-hak klien dalam
membuat keputusan tentang perawatan dirinya.
b. Beneficience ( Berbuat Baik ) Beneficience berarti, hanya melakukan sesuatu yang baik.
Kebaikan, memerlukan pencegahan dari kesalahan atau kejahatan, penghapusan kesalahan
atau kejahatan dan peningkatan kebaikan oleh diri dan orang lain. Terkadang,dalam situasi
pelayanan kesehatan, terjadi konflik antara prinsip ini dengan otonomi.
c. Justice ( Keadilan ) Prinsip keadilan dibutuhkan untuk tercapai yang sama dan adil terhadap
orang lain yang menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan kemanusiaan. Nilai
inidirefleksikan dalam prkatek profesional ketika perawat bekerja untuk terapiyang benar
sesuai hukum, standar praktek dan keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas
pelayanan kesehatan.
d. Nonmal eficience ( Tidak Merugikan ) Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera
fisik dan psikologis pada klien.
e. Veracity ( Kejujuran ) Prinsip ini berarti penuh dengan kebenaran. Nilai diperlukan oleh
pemberi pelayanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setiap klien dan untuk
meyakinkan bahwa klien sangat mengerti. Prinsip ini berhubungan dengan kemampuan
seseorang untuk mengatakan kebenaran.
f. Fidellity (Metepati Janji) Prinsip ini dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan
komitmennya terhadap orang lain. Perawat setia pada komitmennya dan menepati janji serta
menyimpan rahasia pasien.
5. Advokasi
Untuk melindungi tenaga perawat akan adanya tuntutan dari klien/pasien perlu ditetapkan
dengan jelas apa hak, kewajiban serta kewenangan perawat agar tidak terjadi kesalahan dalam
melakukan tugasnya serta memberikan suatu kepastian hukum, perlindungan tenaga perawat.
Hak dan kewajiban perawat ditentukan dalam Kepmenkes 1239/2001 dan Keputusan Direktur
Jenderal Pelayanan Medik
Menurut kelompok kami dari kasus tersebut tentang teori legal etik, bahwa legal etik
adalah adalah: aspek aturan keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai
lingkup wewenang dan tanggung jawabnya pada berbagai tatanan pelayanan, termasuk hak
dan kewajibannya yang diatur dalam undang- undang keperawatan. Dilihat dari kasus tersebut
bahwa perawat menyalahi aturan atau lalai, yang pertama dalam melakukan tindakan
keperawatan, perawat lupa untuk melakukan informed consent dulu kepada pasien tindakan
keperawatan apa yang akan dilakukan kepada pasien tersebut, sedangkan dari etika
keperawatan, perawat bukan hanya memahami definisi, tetapi juga memahami masalah-
masalah yang ada dipelayanan kesehatan saat ini, sehingga diharapkan mampu memahami
masalah yang menjadi kenyataan. Perawat harus mempunyai kemampuan yang baik untuk
pasien dan dirinya di dalam menghadapi masalah yang menyangkut etika. Perawat harus
berfikir secara rasional untuk melakukan pengkajian sampai mendapatkan hasil yang tepat
dan benar. Didalam menentukan diagnosa, perawat juga tidak hanya melihat dari hasil
pengkajian / anamnesa saja, tetapi penentuan diangnosa harus melihat hasil pemeriksaan
penunjang atau laborat, supaya kesalahan diagnosa tersebut tidak terjadi.pada pasien tersebut.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sindrom Malabsorbsi adalah kelainan-kelainan yang terjadi akibat penyerapan zat gizi
yang tidak adekuat dari usus kecil ke dalam aliran darah.
Sindrom absorbsi diklasifikasikan menjadi malabsorbsi karbohidrat dan malabsorbsi
lemak. Malabsobsi karbohidrat yang utama adalah intoleransi laktosa.Malabsorbsi lemak
umumnya LCT (Long Chain Triglycerides) dapat terjadi dalam keadaan lipase tidak ada
atau kurang,mukosa usus halus(vili) atrofi atau rusak,gangguan system limfe usus.
Penyebabnya antara lain gangguan pencernaan dan absorbsi nutrient di dalam usus halus,
kelainan yang berhubungan langsung dengan pencernaan makanan maupun karena kelainan
yang secara langsung mempengaruhi poses penyerapan makanan, dan penyakit-penyakit
yang menyebabkan terhalangnya pencampuran yang tepat antara makanan dengan asam
lambung dan enzim-enzim pencernaan
Manifestasi klinis dari sindrom malabsorbsi adalah feces tampak bercahaya, berminyak,
licin dan terbatas, berbau (Steatorhoe), berat badan rendah, pucat, lemas, anorexia, mudah
terkena infeksi, mudah berdarah (Echynosis,hematuria), nyeri otot / tulang, tulang rapuh,
mudah terkena fraktur, kulit kasar dan kering, dan edema periper.
Penatalaksanaan medis yang diberikan antara lain diet tinggi kalori dan protein serta
rendah lemak, pemberian preparat besi dan vitamin pada klien dan penyuluhan yang
ditujukan kepada klien dan keluarga, mencakup penyakit dan diet yang diperlukan.
Perawatan membantu klien dalam mengatasi perubahan pola makan
B. Saran
Dari kesimpulan diatas maka penulis mengambil kesimpulan bahwa dalam memberikan
asuhan gizi pada pasien sindrom malabsorbsi, ahli gizi harus memahami konsep dasar
sindrom malabsorbsi sehingga asuhan gizi dapat terlaksana dengan baik.
Daftar Pustaka
Huda A.N, Kusuma H. AplikasiAsuhanKeperawatanBerdasakanDiagnosaMedisanNANDA.Medi
ActionPublishing.EdisiRevisiJilid 1.Jakarta.2013.
http://medical-dictionary.thefreedictionary.com/malabsorption+syndrome / 7,644,247,404
visitors served
http://emedicine.medscape.com/article/180785-clinical / Updated: Dec 16, 2014
http://erfansyah.blogspot.com/2010/05/kep-anak-sindrom-malabsorbsi.html
//www.google.co.id/
//www.wikipedia.org/
patofisiologi
Gangguan sulay
tripsin limpoma
Asam amino darah
protein
Trombus
Asam lemak mesenteric superior
Poliped tide