Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

TERAPI KOMPLEMETER CHIROPRAKTIK

Disusun oleh:

Haninan Salma D 2000093

Shafa Salsabila 2001776

Hilda Khalisa 2003897

Ledistia Mulyani 2003097

Betsy Elisse M 2005814

Yulia Wulandari 2005907

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

KAMPUS DI SUMEDANG

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya, saya
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Terapi Komplemeter Chiropraktik”. Penulisan makalah ini
merupakan tugas yang harus dilakukan oleh mahasiswa di mata kuliah Terapi Komplemeter dengan
dosen pengampu Delli Yuliana Rahmat, S.Kep., Ners., M.Kep.

Saya menyadari bahwa tanpa bantuan, bimbingan dan arahan dari berbagai pihak selama
penyusunan laporan akhir kegiatan pengabdian masyarakat ini, Sangat sulit bagi saya untuk
menyelesaikan laporan pengabdian kepada masyarakat ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima
kasih yang tak terhingga kepada:

1. Delli Yuliana Rahmat, S.Kep., Ners., M.Kep. selaku dosen mata kuliah Terapi Komplemeter.
2. Teman-teman kelompok 3 yang membantu menyelesaikan pembuatan makalah ini.
3. Seluruh pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.

Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala kebaikan semua pihak
yang telah membantu penyusunan proposal penelitian ini.

Sumedang, 15 Maret 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

COVER..........................................................................................................................................................1

KATA PENGANTAR......................................................................................................................................2

DAFTAR ISI.................................................................................................................................................. 3

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang........................................................................................................................... 4

1.2 Sistematika Penulisan................................................................................................................5

1.3 Tujuan.........................................................................................................................................5

1.4 Manfaat.......................................................................................................................................5

1.5 Studi literatur...............................................................................................................................6

II. KONSEP TERAPI CHIROPRAKTIK

2.1 Definisi Chiropraktik....................................................................................................................7

2.2 Prosedur Chiropraktik.................................................................................................................7

2.3 Indikasi Chiropraktik...................................................................................................................7

2.4 Kontraindikasi Chiropraktik.........................................................................................................8

2.5 Efek Samping Chiropraktik.........................................................................................................8

III. CONTOH KASUS CHIROPRAKTIK DI MASYARAKAT

1. Chiropraktik sebagai intervensi rehabilitasi pasien stroke............................................................9

2. Chiropractic sebagai perawatan pasien dengan nyeri tulang belakang (low back pain)..............9

3. Chiropractic sebagai perawatan pasien TTH dan depresi mayor...............................................10

4. Chiropractic sebagai perawatan pada pasien remaja skoliosis...................................................11

IV. KESIMPULAN DAN SARAN................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................................14

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sistem syaraf adalah sistem pengontrol utama tubuh kita. Sistem ini menerima dan
mengirimkan informasi dari setiap sel, jaringan/ tissue, dan dari bagian tubuh lainnya. Kesehatan
optimal diperoleh dari sistem syaraf yang berfungsi dan bekerja maksimal. Namun, ada beberapa hal
yang dapat menghambat kerja dari sistem syaraf. Kondisi ini disebut subluxation. Subluxation ini bisa
disebabkan adanya trauma, stres berkepanjangan, atau kebiasaan pada posisi/ postur tubuh yang
salah. Gejala umum yang akan muncul diantaranya rasa sakit (nyeri), mati rasa, kesemutan, sakit
kepala, dan otot yang tegang. Salah satu pengobatan penunjang untuk masalah ini, yakni dengan
terapi body manipulative dengan teknik pijat.

Terapi pijat tak melulu berkutat pada pijat refleksi. Chiropractic merupakan terapi pijat
alternatif (body manipulation) yang pertama kali dikenalkan oleh Daniel David Plamer, seorang
imigran asal Kanada yang tinggal di Amerika Serikat, pada tahun 1895. Jika pijat refleksi difokuskan
pada wilayah telapak tangan dan kaki, maka pijat ini berfokus pada manipulasi fisik yang menyetel
kembali sublutaxed tulang belakang dengan membebaskan aliran syaraf dan memajukan
penyembuhan. Fokus chiropractic adalah melihat hubungan antara sistem syaraf dengan semua
sistem dalam tubuh, terutama persendian dan otot di sekitar tulang belakang. Gerakan pada
persendian sangat berpengaruh pada seluruh syaraf dan struktur yang berhubungan dengan syaraf
itu, termasuk otot, organ tubuh, sistem kekebalan tubuh, dan sistem syaraf keseluruhan. Prosedur
perawatan Chiropraktik ini lebih menekankan pada teknik manual, termasuk penyesuaian dan/atau
manipulasi sendi, dan terfokus pada subluksasi yang merupakan lesi atau disfungsi dalam sebuah
segmen sendi dimana keterkaitan, integritas dan/atau fungsi fisiologis berubah, meskipun kontak
antara sendi tetap utuh (WHO, 2005). Dengan menggosok batas seluruh badan membentuk garis
bujur, memperkuat beberapa otot dan membuat kemungkinan melawan otot yang tidak aktif.
Kelebihan terapi ini adalah, tanpa menggunakan obat, dan tanpa pula melalui tindakan operasi.
Bahkan ibu hamil, bayi, anak pun dapat mengikuti terapi ini.

Lebih dari 50% penduduk Amerika Serikat mencari perawatan dari chiropractor dan 30%
pasien dengan nyeri tulang belakang mendapat perawatan chiropractic. Namun Istilah chiropractic di
Indonesia masih cukup asing dibandingkan di negara Amerika Serikat, Australia, dan Hong Kong.
Status chiropractor di Indonesia pun masih belum jelas dan berisiko mendapat tuntutan hukum
walaupun chiropractic masuk ke dalam pengobatan komplementer alternatif berdasarkan permenkes
nomor 15 tahun 2018 mengenai penyelenggaraan pengobatan tradisional komplementer di
Indonesia. Walaupun Chiropractic terbilang baru di Indonesia (baru pada tahun 2004), perawatan
dengan Chiropractic dapat dinikmati jutaan orang di seluruh dunia. Chiropractic adalah profesi tiga

4
terbesar untuk perawatan kesehatan di seluruh dunia. Lebih dari 100 negara di seluruh dunia
mempunyai keuntungan dari cara kerja chiropractor dan komunitas mereka menghasilkan lebih dari
75.000 chiropractor di seluruh penjuru dunia.

1.2 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan pada makalah dengan judul “Terapi Chiropractic” ini mulai dari bab
pendahuluan hingga bab penutup adalah dengan menggunakan metode deskriptif. Dibuatlah
sistematika penulisan sebagai berikut untuk mempermudah dalam penyajian dan pemahaman
pembahasan pada makalah ini:

Bab I Pendahuluan. Terdiri dari pemaparan latar belakang masalah, tujuan penulisan makalah,
manfaat penulisan makalah, studi literature yang digunakan, hingga sistematika penulisan. Bab ini
dibuat sebagai gambaran umum mengenai masalah yang akan dibahas.

Bab 2 Kajian Teori dan Pembahasan. Pada bab ini akan dijabarkan mengenai konsep dari terapi
Chiropractic, mulai dari definisi, prosedur, indikasi, kontraindikasi, dan efeksamping pemberian terapi
Chiropractic.

Bab 3 Contoh Kasus. Pada bab ini akan disajikan contoh-contoh kasus pengaplikasian terapi
Chiropractic di Indonesia maupun luar negeri yang kami ambil dari beberapa jurnal sebagai referensi.

Bab 4 Penutup. Bab terakhir ini berisikan kesimpulan dari materi yang telah dijabarkan yang
dilengkapi dengan saran-saran penulisan sebagai penutup. Bab penutup ini berfungsi untuk
memperoleh gambaran hasil dari pembahasan pada bab-bab sebelumnya.

1.3 Tujuan

1.3.1 Untuk Mengetahui Definisi Asuhan Keperawatan pada pasien Chiropraktik

1.3.2 Untuk Mengetahui Prosedur Asuhan Keperawatan pada pasien Chiropraktik

1.4 Manfaat

1.4.1 Manfaat Untuk Mahasiswa


Mahasiswa dapat menambah pengetahuan tentang Asuhan Keperawatan pada pasien
Chiropraktik
1.4.2 Manfaat Untuk Perawat

5
Makalah ini dapat dijadikan referensi dalam melakukan Asuhan Keperawatan pada pasien
Chiropraktik
1.4.3 Manfaat Untuk Institusi
Hasil makalah ini dapat digunakan sebagai bahan acuan bagi pengembangan keilmuan dalam
bidang keperawatan khususnya dalam keperawatan tentang Asuhan Keperawatan pada
pasien Chiropraktik

1.5 Studi literatur


Studi Literatur adalah mencari referensi teori yang relevan dengan kasus atau permasalahan
yang ditemukan. Referensi ini dapat dicari dari buku, jurnal, artikel laporan penelitian, dan situs-situs
internet. Jenis penulisan yang digunakan adalah studi literatur. Metode studi literatur juga merupakan
serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca dan
mencatat, serta mengelolah bahan penelitian (Zed, 2008:3) dalam Olfitri, L. M. (2022).
Dalam mencari referensi, kelompok kami mengambil beberapa jurnal penelitian dari Google Scholar.
Jurnal penelitian yang berkaitan dengan pasien Chiropraktik menjadi identitas dan pencari kemiripan
jawaban yang digunakan sebagai berikut:
1. Aprilia Wulandari dalam penelitiannya yang berjudul Terapi Chiropractic (Spinal
Manipulation)Terhadap Low Back Pain.
2. Anggayasti G.dalam penelitiannya yang berjudul Tanggung Jawab Chiropractic First Terhadap
Malpraktek Yang Menyebabkan Hilangnya Nyawa Seseorang Dihubungkan Dengan
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 Tentang Tenaga Kesehatan Jo Undang-Undang Nomor
36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan.
3. Indra B dalam penelitiannya yang berjudul Makalah Keperawatan Terapi Komplementer
Chiropractic

6
BAB II
KONSEP TERAPI CHIROPRAKTIK

2. 1 Definisi Chiropraktik
Perawatan kiropraktik adalah praktik yang didirikan pada tahun 1890-an yang merupakan
bentuk pengobatan alternatif yang mapan di dunia barat. Perawatan kiropraktik berfokus pada
manipulasi tubuh secara manual untuk menangani masalah dengan sistem muskuloskeletal.
Perawatan kiropraktik sangat terkenal, terutama dalam pembahasan nyeri kronis. Terbukti perawatan
kiropratik sangat banyak dicari terutama di Amerika Serikat dengan permasalahan nyeri tulang
belakang, tetapi perawatan ini masih asing jika dibandingkan di Indonesia (Urits, 2021; Wulandari,
2020).
Terapi alternatif diperlukan untuk membantu dalam pengelolaan nyeri kronis sehingga ada
pengurangan fokus pada manajemen nyeri opioid. Nyeri kronis tidak seperti nyeri akut, seringkali
tidak memiliki penyebab fisiologis atau patologi yang jelas. Oleh karena itu, terapi alternatif ini dapat
menjadi alternatif yang masuk akal untuk opioid sebagai pengelolaan kondisi nyeri kronis (Urits,
2021).

2.2 Prosedur Chiropraktik


Perawatan kiropraktik dalam pelaksanaannya berhubungan dengan diagnosa, perawatan
dan pencegahan penyakit-penyakit pada sistem neuromuskuloskeletal dan dampak dari
penyakit-penyakit ini terhadap kesehatan secara umum. Perawatan ini dilakukan dengan cara
memberikan penekanan terkontrol pada area sendi tulang belakang (manipulas tulang belakang)
menggunakan tangan atau alat bantu khusus, termasuk penyesuaian dan/atau manipulasi sendi,
dengan fokus khusus pada subluksasi (Wulandari, 2020). Sebelum melakukan perawatan, baiknya
melakukan konsultasi bersama dokter spesialis tulang belakang untuk mengetahui kebermanfaatan
dan risiko yang akan terjadi setelah perawatan tersebut (Mascelina, 2022).

2.3 Indikasi Chiropraktik


Penilaian dan penentuan apakah perawatan yang akan diberikan cocok untuk klien sangat
tergantung pada keterampilan dan pengalaman pemeriksaan klinis dokter untuk menentukan apakah
keluhan kesehatan klien dapat diatasi dengan pemberian kiropraktik. Jika perawatan dimulai,
prosedur pemantauan harus dipertahankan untuk menilai respon kondisi pasien seperti membaik
atau memburuknya kondisi pasien. Jika pengobatan tidak memberikan hasil dalam waktu yang
diharapkan, maka perawatan harus dihentikan (Bergmann, 2011).

7
2.4 Kontraindikasi Chiropraktik
Terdapat beberapa kontraindikasi dalam pelaksanaan terapi manipulatif tulang belakang
chiropractic yang meliput (Mascelina, 2022):
➢ Anomali seperti dens hipoplasia, os odontoideum yang tak stabil
➢ Retak akut pada tulang
➢ Tumor kord tulang belakan
➢ Infeksi akut seperti osteomyelitis, disitis septik, dan TBC tulang belakang
➢ Tumor sumsum tulang belakang
➢ Penyakit berbahaya di tulang belakang
➢ Dislokasi dari sebuah vertebrata
➢ Jenis-jenis tumor yang agresif, seperti kista tulang aneurismal, tumor sel raksasa,
osteoblastoma atau osteoid osteoma
➢ Pasien terpasang fiksasi internal / alat stabilisasi
➢ Hidrosepalus dari penyebab yang tak diketahui dengan pasti

2.5 Efek Samping Chiropraktik


Efek samping dari perawatan kiropraktik terpaparkan dalam penelitian terhadap pasie low
back pain akut yang diteliti Wulandari (2020). Penelitian menunjukan beberapa efek samping yang
dialami diantaranya nyeri yang menjalar, sakit kepala, kekakuan otot, keluhan tidak nyaman, sakit
pada otot yang diikuti dengan peningkatan rasa nyeri, kelelahan. Komplikasi yang berbahaya dapat
berupa robekan arteri vertebral akibat peregangan yang berlebih pada arteri ketika dilakukan
manipulasi rotasional, hal ini dapat berlanjut menjadi stroke.

8
BAB III

CONTOH KASUS CHIROPRAKTIK DI MASYARAKAT

Menurut (Aprilia Wulandari, 2020) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa istilah chiropractic di
Indonesia masih cukup asing dibandingkan di negara Amerika Serikat, Australia, dan Hong Kong. Status
chiropractor di Indonesia pun masih belum jelas dan berisiko mendapat tuntutan hukum. Berikut adalah
contoh-contoh kasus chiropraktik yang dilakukan di Indonesia maupun luar negeri.

1. Chiropraktik sebagai intervensi rehabilitasi pasien stroke

Pasien yang mengalami stroke dengan perdarahan intrakranial atau cedera otak iskemik, dapat
mengalami perubahan fisik yang drastis yang memberikan efek penurunan kualitas hidup. Maka dari
itu, penetapan tujuan dan terapi fisik merupakan aspek penting dari rehabilitasi stroke, meskipun terapi
terbaik dan durasi yang sesuai masih diperdebatkan (Darussalam, M., & Nugraheni, S. A., 2021).
Dalam penelitian tersebut responden yang digunakan antara 36 sampai dengan 90 penderita stroke
dengan setting penelitian diantaranya di rumah sakit, klinik rehabilitasi, dan komunitas dengan
melakukan telaah artikel. Artikel yang ditelaah berasal dari Asia dan Eropa. Dijelaskan bahwa
Perawatan chiropraktic merupakan pendekatan holistik untuk kesehatan yang berpotensi dalam
pemulihan motorik pada penderita stroke melalui sistem saraf pusat. Chiropraktic ini berfokus pada
identifikasi dan koreksi masalah Central Segmental Motor Control (CSMC) yang sering disebut
sebagai subluksasi vertebra. Masalah CSMC ini menyebabkan perubahan neuroplastik maladaptif
berkelanjutan di sistem syaraf pusat akibat masalah neurobiomekanik di tulang belakang. Tulang
belakang sebagai koneksi biomekanik dan neurologis antara otak dan anggota badan. Selain itu sinyal
aferen dari tulang belakang mampu mengubah sistem kerja saraf pusat yang dapat mempengaruhi
kontrol motorik anggota badan. Penyesuaian tulang belakang chiropractic memiliki potensi untuk
meningkatkan plastisitas saraf, integrasi sensorimotor, dan pemulihan motorik setelah stroke.

2. Chiropractic sebagai perawatan pasien dengan nyeri tulang belakang (low back pain)

Low Back Pain adalah nyeri yang dirasakan antara tulang iga ke 12 dan bagian bawah lipatan
gluteal dengan atau tanpa nyeri pada kaki dan berlangsung minimal 24 jam dan nilai nyeri sebesar 3
dari 10 atau lebih. Low back pain berhubungan dengan gangguan mobilitas pada regio thorak, lumbar,
atau sakroiliaka, nyeri alih ke ekstremitas bawah atau nyeri umum. Klasifikasi low back pain
berdasarkan fasenya dibagi menjadi 3, yaitu :

1. Akut : nyeri yang dirasakan antara 0-1 bulan setelah onset.


2. Sub akut : nyeri yang dirasakan selama 2-3 bulan sejak onset.
3. Kronik : nyeri yang dirasakan selama lebih dari 3 bulan sejak onset.

9
Dalam jurnal penelitian (Aprilia Wulandari, 2020) dijelaskan bahwa lebih dari 50% penduduk
Amerika Serikat mencari perawatan dari chiropractor dan 30% pasien dengan nyeri tulang belakang
mendapat perawatan chiropractic dengan Teknik spinal manipulation. Dengan frekuensi kunjungan ke
chiropractor untuk terapi awal adalah 6-12 kali selama periode waktu 2-4 minggu, diikuti dengan
pemantau dari dokter untuk menilai outcome terapi. Frekuensi kunjungan bagi pasien dengan LBP
akut dapat lebih sedikit. Chiropractic juga direkomendasikan bagi pasien LBP kronis dengan episode
yang berulang (atau eksaserbasi akut), sehingga dapat menurunkan efek penggunaan obat jangka
Panjang.

3. Chiropractic sebagai perawatan pasien TTH dan depresi mayor

Dalam jurnal laporan kasus (Chu, E. C. P., & Ng, M., 2018) di New York, seorang wanita berusia 44
tahun, lajang, datang ke kantor chiropraktik dengan sakit kepala berkelanjutan selama 2 tahun. Sakit
kepalanya terjadi setiap hari dan intensitasnya bervariasi. Rasa sakit itu digambarkan sebagai
melumpuhkan, melewati dahi, ke daerah nuchal dan bahu kanannya. Dia tidak bisa mempertahankan
aktivitas sehari-hari tanpa asetaminofen dan aspirin. Pasien awalnya berkonsultasi dengan dokter
keluarganya untuk menyingkirkan kemungkinan penyebab patologis. Tes darahnya, pencitraan
resonansi magnetik otak, dan radiografi serviks semuanya kembali biasa-biasa saja. Dia didiagnosis
dengan TTH dan kemudian dikirim untuk fisioterapi beberapa kali, tetapi itu tidak membantu. Dia juga
telah mencoba akupunktur, terapi tradisional Tiongkok, dan pengobatan alternatif selama beberapa
waktu tapi tidak ada yang mengubah pola sakit kepalanya. Dia bekerja sebagai guru sekolah dasar
dan tinggal sendirian. Dia menyangkal penyalahgunaan zat atau gangguan sistemik. Tidak ada riwayat
keluarga dengan gangguan jiwa. Pada suatu waktu, spasme otot yang berkelanjutan dari struktur
kranium yang peka terhadap nyeri dianggap sebagai penyebab utama sakit kepala tipe tegang
tension-type headache (TTH). Penelitian yang lebih baru menunjukkan bahwa penyebab utama TTH
berada di sistem saraf otonom. Disregulasi otonom juga dianggap berperan dalam patogenesis
gangguan depresi.

Beberapa waktu kemudian, dia mulai mengalami episode suasana hati yang sangat rendah,
ditandai dengan perasaan sedih yang luar biasa dan mencari rasa lega segera. Dia dirujuk ke layanan
psikiatri dan didiagnosis dengan gangguan depresi mayor tanpa ciri psikotik. Selama 6 bulan terakhir,
kombinasi Deanxit (Flupentixol + Melitracen) untuk mengobati depresi, alprazolam untuk kecemasan,
dan asetaminofen untuk nyeri telah digunakan pada dosis yang berbeda pada waktu yang berbeda.
Sakit kepala yang melumpuhkan dan depresi berat menyebabkan pekerjaan dan aktivitas rutinnya
terganggu. Di bawah tekanan dampak kesehatan dan keuangan, dia berulang kali memikirkan
kematian. Dia melaporkan bahwa dia pernah bersiap-siap untuk membakar arang untuk mengakhiri
hidupnya di rumah.

10
Untuk evaluasi dan pengobatan nyeri leher dan sakit kepala, pasien datang ke klinik kami dengan
postur leher yang dijaga. Dia menilai intensitas sakit kepala puncaknya menjadi 6-8/10 pada skala
peringkat nyeri numerik. Rentang gerak tulang belakang diindikasikan terbatas pada segmen servikal
bawah dan toraks atas. Palpasi mengungkapkan kejang otot sternokleidomastoid, suboksipital dan
paraspinal serviks. Temuan neurologis dari kedua ekstremitas atas biasa-biasa saja. Radiografi
menunjukkan osteofit ringan pada vertebra serviks bagian bawah dan tulang belakang leher yang
diluruskan 24° (kisaran normal: 31°-40°) [Gambar 1a]. Dia didiagnosis dengan spondylosis serviks dan
TTH. Strategi pendekatan chiropractic adalah meregangkan dan mengendurkan otot-otot kejang,
mengembalikan gerakan di segmen masing-masing, dan merehabilitasi integrasi sensorimotor melalui
fasilitasi neuromuskular, termasuk manipulasi tulang belakang yang beragam, terapi getaran
ultrasound, dan paket panas rumah.

Perlakuan dimulai 5 kali untuk minggu pertama dan kemudian digeser menjadi 3 kali seminggu
selama 3 bulan berikutnya. Setelah 3 bulan, pasien mendapatkan kembali kepercayaan pada
kesehatannya dan mulai mengurangi dosis obat. Dia menilai sakit kepalanya sebagai 3-5/10 pada
skala nyeri. Tahap kedua pengobatan chiropractic dilakukan dua kali seminggu selama 3 bulan untuk
mengembalikan fungsi tulang belakang. Semua gejalanya hilang, dan dia bisa menghentikan semua
pengobatan setelah 6 bulan penyesuaian.

4. Chiropractic sebagai perawatan pada pasien remaja skoliosis

Dalam sebuah penilitian (Pu Chu, E. C.,et.al,2020) pada sebuah klinik di New York pada semua
anak sekolah yang dirawat karena skoliosis di klinik dari Januari 2015 hingga Desember 2018. Mereka
ditemukan memiliki kelainan bentuk tulang belakang dalam pemeriksaan sekolah dan kemudian
didiagnosis dengan AIS oleh dokter. Mereka merupakan 10 anak Tionghoa (9 perempuan dan 1
laki-laki) menunjukkan fitur klinis yang konsisten dengan diagnosis AIS dan eksklusi dari penyebab lain
dimasukkan dalam analisis retrospektif. Usia rata-rata ini pasien adalah 13,3 ± 2,6 tahun dan rata-rata
Sudut Cobb adalah 29,7±10,0 derajat. Enam pasien menunjukkan thoracolumbar/lumbar (TL/L)
kelengkungan. Empat lainnya memiliki kurva ganda dengan toraks kanan (T) dan kiri kurva lumbal (L).
Satu pasien (Kasus 9) memiliki gagal mencapai respons dari bracing selama satu tahun sebelum
intervensi chiropraktik. Sembilan pasien lainnya belum menerima perawatan tulang belakang sebelum
chiropractic perlakuan.

Rata-rata lama pengobatan adalah 10,3 bulan (SD±4,3, kisaran 5-18 bulan). Koreksi yang
signifikan dari deformitas kurva diamati dari Cobb pretreatment sudut rata-rata 29,7° (SD±10,0, kisaran
11- 46°) hingga rata-rata 23,4° (SD±13.7, kemiringan vertebra ujung bawah dan kemiringan panggul
(Pÿ0,05). Kasus 9, dengan grading Risser pelvis awal 4 dan maturitas tebral C-ver stadium 5, memiliki
tingkat sedang sampai kurva ganda yang parah. Sebelum chiropraktik pengobatan yang dia coba
selama satu tahun menguatkan, tetapi gagal menghentikan kemajuan kurva. Setelah perawatan

11
chiropraktik, kurva toraks pasien berkurang dari 33° menjadi 27° (peningkatan 18,1%) dan kurva
lumbar berkurang dari 46° menjadi 40° (13,0% peningkatan). Dalam hal kurva stabilisasi (progresi ÿ5°)
atau koreksi kurva (pengurangan 6°), pasien mencapai pengobatan yang berhasil.

12
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Perawatan kiropraktik adalah praktik yang didirikan pada tahun 1890-an yang merupakan
bentuk pengobatan alternatif yang mapan di dunia barat. Terapi alternatif diperlukan untuk membantu
dalam pengelolaan nyeri kronis sehingga ada pengurangan fokus pada manajemen nyeri opioid.
Penilaian dan penentuan apakah perawatan yang akan diberikan cocok untuk klien sangat
tergantung pada keterampilan dan pengalaman pemeriksaan klinis dokter untuk menentukan apakah
keluhan kesehatan klien dapat diatasi dengan pemberian kiropraktik. Jika perawatan dimulai,
prosedur pemantauan harus dipertahankan untuk menilai respon kondisi pasien seperti membaik
atau memburuknya kondisi pasien. Terdapat beberapa kontraindikasi dalam pelaksanaan terapi
manipulatif tulang belakang chiropractic. Penelitian menunjukan beberapa efek samping yang dialami
diantaranya nyeri yang menjalar, sakit kepala, kekakuan otot, keluhan tidak nyaman, sakit pada otot
yang diikuti dengan peningkatan rasa nyeri, kelelahan.
Status chiropractor di Indonesia pun masih belum jelas dan berisiko mendapat tuntutan
hukum. Berikut adalah contoh-contoh kasus chiropraktik yang dilakukan di Indonesia maupun luar
negeri. Pasien yang mengalami stroke dengan perdarahan intrakranial atau cedera otak iskemik,
dapat mengalami perubahan fisik yang drastis yang memberikan efek penurunan kualitas hidup.
Maka dari itu, penetapan tujuan dan terapi fisik merupakan aspek penting dari rehabilitasi stroke,
meskipun terapi terbaik dan durasi yang sesuai masih diperdebatkan. Low Back Pain adalah nyeri
yang dirasakan antara tulang iga ke 12 dan bagian bawah lipatan gluteal dengan atau tanpa nyeri
pada kaki dan berlangsung minimal 24 jam dan nilai nyeri sebesar 3 dari 10 atau lebih. Penelitian
yang lebih baru menunjukkan bahwa penyebab utama TTH berada di sistem saraf otonom.
Disregulasi otonom juga dianggap berperan dalam patogenesis gangguan depresi. Setelah
perawatan chiropraktik, kurva toraks pasien berkurang dari 33° menjadi 27° (peningkatan 18,1%) dan
kurva lumbar berkurang dari 46° menjadi 40° (13,0% peningkatan). Dalam hal kurva stabilisasi
(progresi ÿ5°) atau koreksi kurva (pengurangan 6°), pasien mencapai pengobatan yang berhasil.

B. Saran
1. Peneliti selanjutnya juga disarankan bahwa untuk mealakukan pencarian sumber-sumber yang
terbaru berhubungan dengan terapi komplementer ini
2. Diharapkan perawat mampu berkontribusi dan menyikapi terapi komplementer ini dengan positif
serta dapat mengintegrasikannya kedalam pelayanan keperawatan.
3. Diharapkan peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian sesuai dengan spesifikasi kelas
masing-masing terapi atau modalitas.

13
DAFTAR PUSTAKA

Chu, E. C. P., & Ng, M. (2018). Long-term relief from tension-type headache and major depression
following chiropractic treatment. Journal of Family Medicine and Primary Care, 7(3), 629.

Darussalam, M., & Nugraheni, S. A. (2021). Upaya Peningkatan Kualitas Hidup Pasien Post Stroke Pada
Fase Rehabilitasi: Literature Review. Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa, 4(4), 867-878.

Pu Chu, E. C., Chakkaravarthy, D. M., Huang, K. H. K., Ho, V. W. K., Lo, F. S., & Bhaumik, A. (2020).
Changes in radiographic parameters following chiropractic treatment in 10 patients with adolescent
idiopathic scoliosis: A retrospective chart review. Clinics and practice, 10(3), 1258.

Wulandari, A. (2020). Terapi Chiropractic (Spinal Manipulation) Terhadap Low Back Pain. Medika
Hutama,2(1), 369-375.

Salehi, A. et al. (2015) ‘Chiropractic: Is it Efficient in Treatment of Diseases? Review of Systematic


Reviews.’, International journal of community based nursing and midwifery, 3(4), pp.
244–54.Availableat:http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/26448951%0Ahttp://www.pubmedcentral.nih.gov/
articlerender.fcgi?artid=PMC4591574.

WHO (2005) Panduan WHO Mengenai Pelatihan Dasar dan Keselamatan Chiropraktik. Swiss.

Anggayasti G. (2017). Tanggung Jawab Chiropractic First Terhadap Malpraktek Yang Menyebabkan
Hilangnya Nyawa Seseorang Dihubungkan Dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 Tentang
Tenaga Kesehatan Jo Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan. Respository Unpas.
http://repository.unpas.ac.id/

Indra B. (2018) Makalah Keperawatan Terapi Komplementer Chiropractic. KOM JADI. Dalam Academia.
https://www.academia.edu/18504380/KOM_JADI

Mascelina, N., R.(2022).CHIROPRACTIC.Fakultas Keperawatan UNAIR. Diakses pada 03/11/2022


https://ners.unair.ac.id/site/lihat/read/2436/chiropractic

Urits, I., Schwartz, R. H., Orhurhu, V., Maganty, N. V., Reilly, B. T., Patel, P. M., & Viswanath, O. (2021). A
comprehensive review of alternative therapies for the management of chronic pain patients: acupuncture,
tai chi, osteopathic manipulative medicine, and chiropractic care. Advances in therapy, 38(1), 76-89.

Bergmann T. F. & Peterson D. H. (2011). Chiropractic technique : principles and procedures (3rd ed.).
Elsevier/Mosby. Retrieved November 4 2022 from http://site.ebrary.com/id/10436079.

14

Anda mungkin juga menyukai