Kelas: 2A S1 keperawatan
Puji syukur terhadap Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat yang diberikan kepada kami
sehingga dapat menyusun laporan yang berjudul " Terapi manipulatif system tubuh". Pembuatan
laporan ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan paliatif menjelang ajal
Program Studi S1 Keperawatan.
Kami menyadari bahwa dalam pembuatan laporan ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, saran dan kritikan yang sifatnya untuk perbaikan sangat diharapkan untuk
penyempurnaan makalah ini.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan memberi
masukan sehingga makalah ini dapat diselesaikan. Ucapan terima kasih juga kami berikan
kepada Bapak Wisnu Widyantoro, M.Kep yang telah membimbing kami dalam penyusunan
makalah ini. Semoga laporan ini dapat dipergunakan sebagai salah satu petunjuk maupun
pedoman dan juga berguna untuk menambah pengetahuan bagi para pembaca. Semoga isi yang
disajikan dalam makalah kami dapat bermanfaat bagi pembaca.
Kelompok 8
Contents
No table of contents entries found.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Terapi komplementer dikenal dengan terapi tradisional yang digabungkan dengan
pengobatan modern. Komplementer adalah penggunaan terapi tradisional ke dalam
pengobatan modern (Andrews et al., 1999). Terminology ini dikenal sebagai terapi modalitas
atau aktivitas yang menambahkan pendekatan ortodoks dalam pelayanan kesehatan (Crips &
taylor, 2001). Terapi momplementer juga ada yang menyebutkan dengan pengobatan holistic.
Pendapat ini didasari oleh bentuk terapi yang mempengaruhi individu secara menyeluruh
yaitu sebuah keharmonisan individu secara menyeluruh yaitu sebuah keharmonisan untuk
mengintegrasikan pikiran, badan, dan jiwa dalam kesatuan fungsi (Smith et al., 2004).
Perkembangan terapi komplementer akhir-akhir ini menjadi sorotan banyak Negara.
Pengobatan komplementer atau alternative menjadi bangian penting dalam pelayanan
kesehatan di Amerika Serikat dan Negara lainnya (Snyder & Lindquid, 2002). Estimasi di
Amerika Serikat 627 orang adalah pengguna terapi alternative dan 386 juta orang yang
mengunjungi praktik konvensional (Smith et al., 2004). Data lain menyebutkan terjadi
peningkatan jumlah penggunaan terapi komplementer di Amerika Serikat dri 33% pada tahun
1991 menjadi 42% ditahun 1997 (Eisenberg, 1998 dalam Snyder & Lindquis, 2002).
Terapi komplementer yang ada menjadi salah satu pilihan pengobatan masyarakat.
Diberbagai tempat pelayanan kesehatan tidak sedikit klien bertanya, terapi komplementer atau
alternative pada petugas kesehatan seperti dokter ataupun perawat. Kebutuhan masyarakat
yang meningkat dan berkembangnya penelitian terhadap terapi komplementer menjadi
peluang perawat untuk berpartisipasi sesuai kebutuhan masyarakat. Perawat dapat berperan
sebagai konsultan untuk klien dalam memilih alternative yang sesuai ataupun membantu
memberikan terapi langsung. Namun, hal ini perlu dikembangkan lebih lanjut melalui
penelitian (evidence-based practice) agar dapat dimanfaatkan sebagai terapi keperawatan
yang lebih baik.
B. Tujuan
- Untuk memehami dan mengetahui terapi komplementer
- Untuk memahami dan mengetahui konsep terapi manipilatif system tubuh
- Untuk mengetahui macam-macam terapi manipulative system tubuh
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi terapi manipulasi tubuh
Terapi manipulasi tubuh adalah suatu gerakan pasif yang digerakan dengan tiba-tiba,
amplitude kecil dan kecepatan yang tinggi, sehingga pasien tidak mampu menghentikan
gerakan yang terjadi (mudatsir, 2007). Tetapi ini didasari oleh manipulasi dan pergerakan
tubuh.
B. Macam-macam terapi manipulasi tubuh
1) Pengobatan kiropraksi
Pengobatan kiropraksi merupakan system terapi yang melibatkan manipulasi kolumna
spinalis dan memasukan fisioterapi serta terapi diet. Seorang yang melakukan pengobatan
kiropraksi dengan menggunakan teknik khusus untuk gangguan otot dan persendian
disebut dengan Chiropractor. Kiropraksi biasanya dilakukan dengan memanipulasi
system syaraf tubuh manusia, terutama pada tulang belakang dan juga pad tulang. Teknik
ini berdasarkan pada prinsip bahwa masalah pada system syaraf manusia akan
menggangu bagian tubuh lainnya, yang dapat menyebabkan berbagai macam penyakit dan
cidera lain ( Synder & Lindquist, 2002).
a) Manfaat kiropraksi
Kiropraksi membantu memperbaiki adanya kelainan pada system syaraf, agar
sinyal-sinyal yang mengalir melalui system syaraf dapat bekerja kearah otak
dengan efisien.
Kiropraksi meningkatkan system kekebalan tubuh dengan membuat aliran darah
menjadi lebih baik.
Melemaskan otot-otot tubuh.
Mengurangi rasa sakit pada punggung bagian bawah serta bagian tubuh yang lain
yang disebabkan oleh masalah otot dan tulang atau system syaraf.
Mengurangi tekanan pada tulang belakang.
Pemijatan juga memberikan efek yang baik bagi mereka yang memiliki masalah
mental seperti depresi dan kebiasaan mengalami rasa gelisah yang tidak normal.
b) Prosedur tindakan pengobatan kiropraksi
Prosedur tindakan penyembuhkan yang paling umum dilakukan oleh chiropractor
adalah “ manipulasi tulang belakang”, yang disebut juga “ penyusuaian chiopractic”.
Tujuan manipulasi ini adalah untuk mengembalikan mobilitas sendi dengan
memberikan semacam pijatan dengan tangan pada sendi yang kaku akibat adanya
cidera pada jaringan otot disekitarnya.
Cidera jaringan otot disebabkan oleh aktivitas tunggal seperti mengangkat benda
yang berat secara tiba-tiba, atau aktivitas yang dilakukan berulang seperti duduk
dengan posisi tulang belakang yang salah dalam waktu yang cukup lama. Jaringan
yang cidera akan menyebabkan perubahan fisik dan kimia, yang dapat menyebabkan
timbulnya radang dan pembengkakan, nyeri, dan gerakan menjadi terbatas. Tindakan
manipulasi atau penyesuaian tadi akan mempengaruhi sendi dan otot agar lebih lemas
dan tidak terlalu kaku, sehingga rasa nyeri bisa berkurang, dan perlahan-lahan cidera
jaringan yang dialami akan sembuh dengan sendirinya.
Seorang Chiropractor boleh memeriksa pasien nya melalui serangkaian tes
seperti pengujian klinis, tes laboratorium, mengambil gambar rontgen dan metode
diagnostic lain untuk menentukan apakah pengobatah Chiropractor boleh dilakukan
pada pasien tersebut atau tidak. Chiropractor akan merujuk pasien pada dokter jika
metode chiropractor tidak boleh dilakukan pada pasien karena kondisi pasien yang
tidak memungkinkan, atau jika kondisi pasien membutuhkan pengawasan dokter
dalam menjalankan pengobatan chiropracticnya.
Tindakan ini dimulai dengan pemeriksaan yang menyeluruh terhadap pasien.
Sebagi pasien berkonsultasi kepada ahli terapi chiropractic setelah perawatan
konvesional seperti obat-obatan dan pembedahan tidak dapat mengurangi rasa sakit
yang derita. Pada saat itu, ahli terapi chiropractic biasanya akan memerlukan beberapa
rekam dan dokumen medis untuk diperiksa. Ahli terapi tersebut juga akan
mewawancarai pasien, menanyakan soal bagimana sakitnya bermula, daerah yang
dirasa sakit, dan situasi yang dirasa dapat memperparah atau meringankan rasa sakit
yang diderita. Ahli terapi tersebut juga biasa nya akan menanyakan kebiasaan pasien,
gaya hidupnya, dan riwayat penyakit keluarganya. Jika ahli chiropractis menawarkan
pemijatan, pasien biasanya akan menjalani perawatan pemijatan untuk mengurangi
tekanan pada otot setelah pemijatan selama 45 menit atau 1jam pasien akan diminta
untuk kembali ke ruangan chiropractis untuk menyesuaian manipulasi otot. Pasien
kemudian akan diminta kembali ke ahli pemijatan untuk meningkatkan kondisi
jaringan lunak pasien. Terkadang, penyesuaian dan pemijatan tersebut tidak dilakukan
diwaktu yang sama.
c) Efek samping pengobatan kiropraksi
Efek samping yang paling sering dikeluhkan, yaitu:
Rasa tidak nyaman diarea terapi, merupakan keluhan yang paling terjadi
Sakit kepala
Rasa lelah
Rasa tidak nyaman yang menjalar, misalnya ke bahu dank e lengan
Kaku pada leher
Selain itu, efek samping berat yang dapat terjadi diantaranya adalah stroke,
fraktur (patah tulang), dislokasi (kelainan pada tulang belakang dimana satu atau lebih
tulang belakang tidak pada posisi seluruhnya), dan cidera lempeng tulang belakang.
2) Pijat Akupresur
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Chaiton, L. (2002). Terapi Air untuk Kesehatan dan Kecantikan . Jakarta: Prestasi Pustaka
Hadibroto. (2006). Seluk Beluk Pengobatan Alternatif dan Komplementer . Jakarta: Prestasi
Pustaka
Istiqomah. (2017). Pengaruh Hidroterapi Rendam Kaki Air Hangat Terhadap Tingkatan Tekanan
Darah Pada Lansia Penderita Hipertensi di Dusun Depok Ambarketawang Gamping Sleman
Yogyakarta. (Skripsi). Universitas Aisyah Yogyakarta
Lalage, Z. (2015). Hidup Sehat Dengan Terapi Air . Klaten: Abata Press
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2014 Tentang Pelayanan
Kesehatan SPA
Sukanta, P.O. (2003). Akupressur & Minuman untuk Mengatasi Gangguan Kesehatan
Reproduksi. Jakarta: PT Eka Media Komputindo
Susanto, T. (2015). Terapi Air Putih Mengobati Berbagai Macam Penyakit. Yogyakarta:
Medika.