Anda di halaman 1dari 19

EVIDENCE BASED PRACTICE

“PENGARUH RELAKSASI OTOT TERHADAP PENURUNAN KADAR


GULA DARAH PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 “

DOSEN PENGAMPU :

Ns. Yosi Oktarina. S.Kep.,M.Kep.

DISUSUN OLEH :

NISNAINI ANGGRAINI

G2B220023

PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS


KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2021
Kata Pengantar

Puji syukur ke hadirat Allah swt yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya serta yang telah membukakan pintu pikiran dan membimbing
penulis sehingga makalah ini dapat penulis selesaikan. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah membantu
kami, sehingga kami merasa lebih ringan dan lebih mudah menulis makalah
ini. Atas bimbingan yang telah diberikan, kami juga mengucapkan terima kasih
kepada pihak-pihak yang juga membantu kami dalam penyelesaian makalah ini
yang tidak dapat kami sebutkan satu-persatu.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu penulis ikhlas menerima kritik dan saran yang bersifat
membangun. Terakhir penulis berharap semoga karya tulis ini dapat berguna
bagi penulis dan bagi pembaca.

Jambi, Oktober 2021

Penulis,

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................. i

DAFTAR ISI ................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................. 4

2.1 Jurnal 1 ......................................................................................... 4


2.2 Jurnal 2 .......................................................................................... 5
2.3 Jurnal 3 ......................................................................................... 6
2.4 Jurnal 4 .......................................................................................... 8

BAB 3 PEMBAHASAN ............................................................................... 10

BAB 4 PENUTUP......................................................................................... 13

4.1 Kesimpulan ..................................................................................... 13

4.2 Saran ............................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA 22

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit tidak menular yang
mengalami peningkatan terus menerus dari tahun ke tahun. Diabetes adalah
penyakit metabolik yang ditandai dengan kadar gula darah yang tinggi
(hiperglikemia) yang diakibatkan oleh gangguan sekresi insulin, dan resistensi
insulin atau keduanya (Suastika et al dalam Putri dan Isfandiari, 2013).
Internasional Diabetes Federation (IDF) tahun 2015 dari 177 juta jiwa di dunia
yang menderita penyakit DM tipe 2 dan 25 tahun yang akan datang meningkat
menjadi 300 juta jiwa, prevalensi diabetes tipe 2 tahun 2016 pada penduduk
Amerika Serikat yang diatas berusia 65 tahun atau lebih yaitu sekitar 10,9 juta
jiwa (26,9%), sedangkan di Indonesia jumlah pasien diabetes mellitus tipe 2
mengalami kenaikan, dari 8,4% juta jiwa pada tahun 2017 dan diperkirakan naik
menjadi 21,3% juta jiwa pada tahun 2022. Jumlah penderita pasien DM di
Indonesia sangat tinggi sehingga beradad pada peringkat 4 di dunia berada di
peringkat ke keempat dunia setelah negara negara lainnya seperti Amerika
Serikat, India, dan China (Wild, 2018 dan Sudoyo, 2006). Berdasarkan hasil Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018, prevalensi diabetes melitus berdasarkan
diagnosis dokter pada penduduk semua umur menurut Provinsi, pada tahun 2018
di Indonesia angka kejadian diabetes melitus sebanyak 1.017.290 penderita.
Sedangkan penderita diabetes melitus di Provinsi Lampung sebanyak 32.148
penderita.
Klasifikasi diabetes melitus (DM) terdiri dari DM tipe I dan DM tipe II.
DM tipe I dapat disebabkan oleh faktor genetik, faktor-faktor imunologi, dan
faktor lingkungan. Sedangkan DM tipe II mekanisme yang menyebabkan
resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin masih belum diketahui. Faktor
resiko terjadinya DM tipe II yaitu usia (resistensi insulin cenderung meningkat
pada usia di atas 65 tahun), obesitas dan riwayat keluarga.

1
Penatalaksanaan diabetes melitus bertujuan menormalkan aktivitas insulin
dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi komplikasi vaskuler
serta neuropati. Tujuan terapeutik pada setiap tipe diabetes melitus adalah
mencapai kadar glukosa darah normal. Terdapat 5 komponen dalam
penatalaksanaan diabetes melitus yaitu diet, pemantauan kadar gula darah, terapi
(jika diperlukan), pendidikan kesehatan, latihan fisik.
Keadaan hiperglikemia pada penderita DM dapat menyebabkan kerusakan
sistemik yang luas pada tubuh. Hal ini disebabkan karena terdapat gangguan pada
metabolisme glukosa, lemak dan protein sebagai hasil dari defek sekresi insulin
maupun gangguan sekresi insulin perifer (Malik, Nasrul dan Asterina, 2015).
Kondisi hiperglikemia pada penderita DM yang berlangsung lama dapat
berkembang menjadi keadaan metabolisme yang berbahaya seperti ketoasidosis
diabetik yang dapat berakibat fatal dan membawa kematian. Hiperglikemia dapat
dicegah dengan kontrol kadar gula darah yang tepat (Widodo, 2014). Bukti-bukti
menunjukkan bahwa komplikasi diabetes dapat dicegah dengan kontrol glikemik
yang optimal, namun demikian di Indonesia sendiri target pencapaian kontrol
glikemik masih belum tercapai secara memuaskan yang sebagian besar masih
diatas target yang diinginkan sebesar 7% (PERKENI, 2015).
Pengelolaan diabetes melitus dapat dilakukan dengan terapi non
farmakologis dan terapi farmakologis. Pengelolaan non farmakologis meliputi
pengendalian berat badan, olahraga dan diet. Sedangkan terapi farmakologis yaitu
pemberian insulin dan obat hipoglikemik oral. Terapi ini diberikan jika terapi non
farmakologis tidak dapat mengendalikan kadar glukosa darah dan dijalankan
dengan tidak meninggalkan terapi non farmokologis yang telah diterapkan
sebelumnya (Soegondo dalam Wahyuni, 2013).

Satu diantara terapi non farmakologis yaitu berupa latihan fisik. Latihan
fisik merupakan salah satu pilar penatalaksaaan DM (PERKENI dalam
Simanjuntak dan Simamora, 2017). Jalan kaki, jogging, naik turun tangga,
bersepeda merupakan alternatif pilihan yang dianjurkan bagi penderita DM Tipe
2, tetapi dari beberapa latihan tersebut masih menujukkan hasil yang bervariasi
sehingga diberikan alternatif lain yaitu relaksasi (Hasaini, 2015).

2
Terapi non farmakologis yang dapat diberikan pada penderita diabetes
melitus tipe 2 salah satunya yaitu dengan melakukan relaksasi otot progresif
(Progressive Muscle Relaxation/PMR) yang termasuk dalam strategi fisik dalam
bentuk mindbody therapy (terapi pikiran dan otot-otot tubuh). Relaksasi otot
progresif lebih dipilih dikarenakan relaksasi otot progresif merupakan jenis
relaksasi yang murah dan mudah untuk dilakukan secara mandiri. Teknik relaksasi
otot progresif lebih unggul dari teknik relaksasi lain karena memperlihatkan
pentingnya menahan respon stres dengan mencoba meredakan ketegangan otot
secara sadar (Ilmi, Dewi dan Rasni, 2017).
Relaksasi otot progresif merupakan suatu upaya meredakan ketegangan
emosional sehingga individu dapat berpikir lebih rasional. Dengan demikian,
produksi gula darah dapat terkontrol dengan baik. Teknik ini memaksa individu
untuk berkonsentrasi pada ketegangan ototnya latihan fisik adalah menurunkan
kadar glukosa darah dengan meningkatkan pengambilan glukosa oleh otot dan
memperbaiki pemakaian insulin, memperbaiki sirkulasi darah dan tonus otot,
mengubah kadar lemak darah yaitu meningkatkan kadar HDL-kolesterol dan
menurunkan kadar kolesterol total serta trigliserida.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas peneliti tertari untuk mengangkat
ebp terkait pengaruh Relaksasi otot progresif kadar gula darah pada pasien
Diabetes Melituas tipe 2.

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan evidence based practice pada kesempatan kali ini adalah
utnuk mendeskripsikan Mengetahui pengaruh latihan relaksasi otot progresif
terhadap perubahan kadar gula darah pada pasien DM tipe 2.

1.4 Manfaat penulisan


Evidance based practice ini dapat dijadikan sebagai sumber informasi terkait
pengaruh latihan relaksasi otot progresif terhadap perubahan kadar gula darah
pada pasien DM tipe 2. Dan juga diharapkan agar tindakan relaksasi otot progresif

3
ini dapat menjadi sebagai salah satu kompetesi yang dimiliki oleh supervisor
mahasiswa pada waktu membimbing klinik di ruangan.

4
BAB 2

ANALISIS JURNAL

2.1 Jurnal 1
1. Judul
Pengaruh teknik relaksasi otot progresif terhadap penurunan kadar gula darah
pada pasien Diabetes Melitus tipe 2 di Rumah Sakit Grandmed Lubuk Pakam.
2. Penulis
Tati Murni Karokaro, Muhammad Riduan
3. Metode
Metode yang dilakukan pada penelitian ini adalah dengan cara secara Quasi
experiment. Penelitian ini menggunakan sampel 10 pasien DM tipe 2.
Penelitian ini dilakukan selama 2 minggu. Pada penelitian ini teknik
pengambilan sampel yang digunakan nonprobability sampling yaitu
purposive sampling.
4. Tujuan
Untuk mengetahui pengaruh teknik relaksasi otot progresif terhadap
penurunan kadar gula darah pada pasien diabetes mellitus tipe 2 di
RS.GRANDMED Lubuk Pakam
5. Isi jurnal
a. Hasil penelitian Sebelum dilakukan tehnik relaksasi otot progresif adalah
243,90, dengan standar deviasi (SD) 11,210 dan standar error (SE) 3, 54.
Dan sesudah dilakukan teknik relaksasi otot progresif sebesar 200,80,
dengan standar deviasi (SD) 31,407 dan standar error (SE) 9,932.
b. Kadar gula darah pada pasien diabetes sebelum dilakukan teknik relaksasi
otot progresif yang hanya memakai terapi injeksi insulin yaitu responden
sebanyak 10 orang, didapat hasil dengan rata-rata 244 mg/dl.

1
c. Kadar gula darah pada pasien DM tipe 2 sesudah dilakukan teknik
relaksasi otot progresif disertai dengan pemberian terapi injeksi insulin
yaitu sebanyak 10 orang dengan rata-rata hasil kadar gula darah sebesar
201 mg/dl,
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pemberian
terapi injeksi insulin pada pasien diabetes mellitus tipe 2 tanpa adanya
pemberian teknik relaksasi otot progresif, hasilnya tidak begitu
berpengaruh

2.2 Jurnal 2
1. Judul
Pengaruh latihan relaksasi otot progresesif terhadap kadar gula darah pada
pasien Diabetes melitus tipe 2 diwilayah kerja UPTD Puskesmas
Kecamatan Pontianak Selatan.
2. Penulis
Elviana Nindia Sinta Dewi, Suriadi, Arina Nurfianti
3. Metode
Penelitian kuantitatif dengan desain quasi experiment pre test and post test
non equivalent control group. Penelitian ini menggunakan teknik
nonprobality dengan metode consecutive sampling dengan jumlah sampel
15 responden kelompok intervensi dan 15 responden kelompok kontrol.
Pada kelompok intervensi diberikan setiap hari selama 1 minggu dan
kelompok kontrol diamati melalui kuisioner aktivitas fisik global. Analisa
data menggunakan paired t test dan one sample t test.
4. Tujuan
Mengetahui pengaruh latihan relaksasi otot progresif terhadap perubahan
kadar gula darah pada pasien DM tipe 2 di wilayah kerja UPTD
Puskesmas Kecamatan Pontianak Selatan
5. Isi jurnal

2
a. Pada kelompok intervensi latihan otot progresif dilakukan selama 15-
20 menit sebanyak 1 kali sehari selama satu minggu sedangkan pada
kelompok kontrol diamati melalui kuisioner aktivitas fisik global.
b. Berdasarkan hasil analisis pengukuran GDP mengalami penurunan
yaitu dengan rata-rata selisih GDP pre-test dan post-test 1 adalah 7,07
mg/dl, pre-test dan post-test 2 adalah 14,13 mg/dl, pre-test dan post-
test 3 adalah 18,80 mg/dl, pre-test dan post-test 4 adalah 27,87 mg/dl,
pre-test dan post-test 5 adalah 34,87 mg/dl, pre-test dan post-test 6
adalah 37,47, pre-test dan post-test 7 adalah 40,53. Berdasarkan hasil
analisis melalui One Sample T Test didapatkan nilai signifikansi atau p
value 0,000 <0,05
c. Pada kelompok kontrol responden melakukan aktivitas sesuai
kebiasaan sehari-hari namun tetap dilakukan pengukuran GDP selama
1 minggu dengan hasil nilai rata-rata selisih GDP pada pre-test dan
post-test 1 mengalami penurunan sebesar 2,53 mg/dl. Namun, pada
pemeriksaan post-test 2 hingga post-test 7 nilai rata-rata selisih GDP
mengalami peningkatan yaitu pada pre-test dan post-test 2 meningkat
12,80 mg/dl, pre-test dan post-test 3 meningkat 7,33 mg/dl, pre-test
dan post-test 4 meningkat 13,33 mg/dl, pre-test dan post-test 5
meningkat 7,13 mg/dl, pre-test dan post-test 6 meningkat 5,80 mg/dl,
pre-test dan post-test 7 meningkat 2,53 mg/dl. Berdasarkan hasil
analisis menggunakan One Sample T Test didapatkan nilai signifikansi
atau p value 0,481 >0,05..

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kelompok intervensi


adanya pengaruh yang signifikan terhadap penurunan kadar gula darah
dibandingkan kelompok kontrok yang tidak ada pengaruh yang signifikan
terhadap penurunan kadar gula darah.

2.3 Jurnal 3
1. Judul

3
Pengaruh relaksasi otot progresesif terhadap kadar gula darah pada pasien
Diabetes melitus tipe 2
2. Penulis
Devi Putriani, Dewi Setyawati
3. Metode

Desain penelitian ini menggunakan quasy eksperimental dengan desain


penelitian one group pre test and post test without control. Jumlah sampel
penelitian ini sebanyak 27 responden dengan teknik pengambilan sampel
menggunakan consecutive sampling
4. Tujuan
Mengetahui pengaruh relaksasi otot progresif terhadap perubahan kadar gula
darah pada pasien DM tipe 2
5. Isi Jurnal
a. Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden perempuan lebih banyak
dari responden laki-laki, dengan jumlah perempuan 63.0% prevelasi
kejadian diabetes melitus tipe 2 lebih beresiko karena fisik wanita
memiliki peluang peningkatan pasca menopouse yang membuat akibat
proses hormonal tubuh akan menjadi lebih mudah terakumulasi akibat
proses hormonal tersebut sehingga perempuan lebih beresiko menderita
DM tipe 2 dan laki-laki 37,0% dengan total responden sebanyak 27.
b. Intervensi relaksasi otot progresif pada hari pertama yang dilakukan pada
penelitian ini dengan beberapa tahapan seperti tubuh harus rilek, pikiran
harus tenang, dan tempatkan di tempat yang tenang dan nyaman. Hasil
penelitian menunjukkan hasil pre test pada hari pertama sebagian besar
responden mengalami penurunan kadar gula darah total sebanyak 17
responden (73,9%). Hal ini dikarenakan kondisi awal responden sebelum
dilakukan relaksasi otot progresif kadar gula darahnya berkisaran 250-
290 mg/dl dan setelah dilakukan relaksasi otot responden tersebut harus
rilek dan pikiran harus tenang selama kurang lebih 2 jam mengalami
penurunan kadar gula darahberkisaran 180-150 mg/dl dan 10 responden

4
tidak menalami penurunan kadar gula darah, hal ini diakibatkan pasien
tidak fokus dan tidak rilek melakakukan relaksasi otot progresif.
c. Post test 1 dilakukan pada hari kedua peneliti melakukan tindakan
relaksasi otot progresif berupa rilek tubuh dan tenang pikiran. Hasil pada
post test 1 didapatkan bahwa sebagian besar pasien mengalami
penurunan kadar gula darah sebanyak 18 responden (78,3%). Sebelum
dilakukan rileksasi otot progresif gula daran responden berkisaran 230-
270 mg/dl dan setelah dilakukan relaksasi otot progresif terjadi
penurunan 130-110 mg/dl, untuk 9 responden tidak mengalami
penurunan kadar gula darah. Hasil tersebut sudah menunjukkan ada
peningkatan relaksasi otot progresif.
d. Hasil pada post test 2 hari ketiga menunjukkan sebagian besar responden
setelah dilakukan latihan relaksasi otot progresif dan mengalami
penurunan kadar gula darah sebanyak 19 responden (82,6%). Sebelum
dilakukan relaksasi otot progresif gula darah responden 210-270 mg/dl,
setelah dilakukan relaksasi otot progresif 19 responden mengalami
penurunan gula darah 120-150 dan 8 pasien tidak mengalami penurunan
gula darah. Hal ini juga sudah menunjukkan adanya peningkatan sesudah
dilakukan relaksasi otot progresif dengan penurunan kadar gula darah.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh
yang signifikan sebelum dilakukan teknik relaksasi otot progresif dan
sesudah dilakukan teknik relaksasi otot progresif
2.4 Jurnal 4
1. Judul
Penerapan relaksasi oto progresif terhadap kadar gula darah pasien Diabetes
Melitus tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas Metro
2. Penulis
Bella Sasi Lutfi Martuti, Ludiana, Asri Tri Pakarti
3. Metode

Penelitian ini menggunakan desain studi kasus (case study ) Analisa data
dilakukan menggunakan analisis deskriptif dengan melihat kadar gula darah

5
sebelum dan setelah penerapan. Jumlah sampel penelitian ini sebanyak 4
responden
4. Tujuan
Mengetahui pengaruh latihan relaksasi otot progresif terhadap perubahan
kadar gula darah pada pasien DM tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas Metro
5. Isi jurnal
a. Hasil pemeriksaan GDS sebelum penerapan pada subyek I (Tn. B dan Tn
K) yaitu Tn. B : 221 mg/dl dan Tn. K : 230 mg/dl dan pada subyek II (Ny.
M dan Ny.A) yaitu Ny. M 275 mg/dl dan Ny. A 250 mg/dl, terjadi
penurunan GDS setelah dilakukan penerapan relaksasi otot progresif
selama 7 hari yaitu pada subyek I (Tn. B dan Tn. K) menjadi Tn B 131
mg/dl dan Tn. K 130 pada subyek II (Ny. M dan Ny.A) menjadi Ny.M
185 mg/dl dan Ny.A 160 mg/dl
b. Pengaruh terapi relaksasi progresif terhadap kadar gula darah pasien
diabetes mellitus tipe 2, hasil penelitian menunjukkan bahwa ada
pengaruh signifikan terapi relaksasi progresif terhadap kadar gula darah
penderita diabetes mellitus tipe 2 (p-value = 0,001)

Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat


pengaruh yang signifikan terhadap relaksasi otot progrestif dengan
penurunan kadar gula darah sebelum dan sesudah dilakukan terapi
relaksasi otot.

6
BAB 3

PEMBAHASAN

Relaksasi otot progresif

Relaksasi otot progresif merupakan salah satu tindakan yang dapat


menurunkan kadar glukosa didalam darah terkhusus pada pasien DM, hal ini
dapat terjadi dikarenakan adanya proses penekanan pada saat mengeluarkan
hormon-hormon yang dapat memicu terjadinya meningkatkan kadar glukosa
didalam darah, yaitu epinefrin, kortisol, glukagon, adrenocorticotropic hormone
(ACHT), kortikosteroid, dan tiroid. Sistem Syaraf simpatis akan sangat berperan
ketika seseorang dalam kondisi yang rileks dan tenang, pada saat yang relaks dan
tenang sistem saraf simpatis akan merangsang hipotalamus untuk menurunkan
pengeluaran Corticotropin-Realising Hormon (CRH). Penurunan pengeluaran dari
CRH juga akan dapat mempengaruhi adenohipofisis untuk mengurangi
pengeluaran adrenocorticotropic hormone (ACHT), yang dibawa melalui aliran
darah ke korteks adrenal. Keadaan tersebut dapat menghambat korteks adrenal
untuk melepaskan hormon kortisol. Relaksasi otot progresif dapat digunakan pada
semua orang dalam berbagai situasi dan kondisi terkhusus pada pasien dengan
diabetes mellitus (Guyton & Hall, 2008, dan Setyohadi & Kushariyadi, 2011).
Rata-rata hasil kadar gula darah sebelum dilakukan teknik relaksasi otot
progresif dari 10 responden pasien diabetes mellitus tipe 2 dengan hasil sebesar
244 mg/dl. Rata-Rata hasil kadar gula darah sesudah dilakukan teknik relaksasi
otot progresif dari 10 responden diabetes mellitus tipe 2 dengan hasil sebesar 201
mg/dl. Ada pengaruh teknik relaksasi otot progresif terhadap penurunan kadar
gula darah pada pasien diabets mellitus tipe 2.
kelompok kontrol yang tidak diberikan intervensi latihan relaksasi otot
progresif tidak mengalami penurunan kadar gula darah. Hal ini mungkin
disebabkan karena aktivitas sehari-hari yang dilakukan akan berbeda pengaruhnya
apabila dibandingkan latihan yang dilakukan secara khusus dan terencana.

1
Pernyataan ini didukung oleh hasil penelitian Kurniawaty dan Yanita (2016)
mengenai “Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Diabetes Mellitus
Tipe 2 II” yang menyatakan bahwa seseorang yang tidak melakukan aktivitas fisik
terbukti dapat meningkatkan terjadinya resiko DM tipe 2, hal ini kemungkinan
disebabkan oleh aktivitas fisik yang dilakukan sehari-hari (seperti berjalan ke
pasar, mencangkul, mencuci, berkebun) tidak dimasukkan melakukan aktivitas
fisik. Latihan jasmani dianjurkan dilakukan secara teratur (3-4 kali seminggu)
selama kurang lebih 30 menit, yang sifatnya sesuai dengan Continous,
Rhythmical, Interval, Progresive, Endurance (CRIPE) (Fatimah, 2015).
Pasien DM Tipe 2 dapat melakukan relaksasi otot progresif dengan
beberapa tahapan yaitu tubuh harus rilek, pikiran harus tenang dan tempatkan
ditempat yang nyaman bagi pasien. Hal ini dikarenakan kondisi awal responden
sebelum dilakukan relaksasi otot progresif kadar gula darahnya berkisaran 250-
290 mg/dl dan setelah dilakukan relaksasi otot responden tersebut harus rilek dan
pikiran harus tenang selama kurang lebih 2 jam mengalami penurunan kadar gula
darahberkisaran 180-150 mg/dl dan 10 responden tidak menalami penurunan
kadar gula darah, hal ini diakibatkan pasien tidak fokus dan tidak rilek
melakakukan relaksasi otot progresif.

Latihan relaksasi otot progresif mengajarkan individu bagaimana


beristirahat dengan efektif dan mengurangi ketegangan pada tubuh. Individu
belajar untuk mendeteksi sensasi ketegangan otot lokal yang tajam pada satu
kelompok otot (misalnya otot lengan atas). Selain itu, individu belajar untuk
membedakan antara tegangan yang berintensitas tinggi (kepalan tangan yang kuat)
dan tegangan yang sangat ringan. Individu kemudian mempraktikkan penggunaan
aktivitas ini pada kelompok otot yang berbeda. Satu teknik relaksasi progresif
aktif melibatkan penggunaan pernapasan perut yang dalam dan pelan ketika otot
mengalami relaksasi dan ketegangan sesuai urutan yang diperintahkan.
Latihan relaksasi otot progresif akan menghambat jalur umpan balik stres
dan membuat tubuh pasien rileks dan dapat melepaskan hormon endorphin yang
dapat menenangkan sistem syaraf. Sistem parasimpatis akan mendominasi pada
keadaan seseorang yang rileks dimana beberapa efek yang ditimbulkan adalah

2
menurunkan kecepatan kontraksi jantung dan merangsang sekresi hormon insulin.
Dominasi sistem saraf parasimpatis akan merangsang hipotalamus untuk
menurunkan sekresi corticotrophin releasing hormone (CRH). Penurunan CRH
akan mempengaruhi adenohipofisis untuk mengurangi sekresi hormon
adenokortikotropik (ACTH). Keadaan ini dapat menghambat korteks adrenal
untuk melepaskan hormon kortisol. Penurunan hormon kortisol akan menghambat
proses glukoneogenesis dan meningkatkan pemakaian glukosa oleh sel, sehingga
kadar gula darah yang tinggi akan menurun dan kembali dalam batas normal.

Berdasarkan evidence based practice ini dapat di simpulkan bahwa adanya


pengaruh yang signifikan terhadap sebelum dilakukan relaksasi otot progresif dan
sesudah dilakukan relaksasi otot progresif terhadap.

3
BAB 4

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Dari keempat jurnal yang dijadikan acuan untuk evidence based practice ini
didapatkan bahwa relaksasi otot progresif sangat dianjurkan untuk pasien Diabetes
Melitus tipe 2. Pasien yang biasanya dilakukan relaksasi otot progreesif untuk
menghindari komplikasi-komplikasi dari penyakit Diabetes Melitus Tipe 2 ini
akan berdampak peningkatan kadar gula darah. Pada jurnal pertama disimpulkan
bahwa pemberian terapi injeksi insulin pada pasien diabetes mellitus tipe 2 tanpa
adanya pemberian teknik relaksasi otot progresif, hasilnya tidak begitu
berpengaruh. Pada jurnal ke-2 didapatkann kelompok intervensi adanya pengaruh
yang signifikan terhadap penurunan kadar gula darah dibandingkan kelompok
kontrok yang tidak ada pengaruh yang signifikan terhadap penurunan kadar gula
darah. Pada jurnal ke-3 disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan
sebelum dilakukan teknik relaksasi otot progresif dan sesudah dilakukan teknik
relaksasi otot progresif dan pada jurnal yang ke-4 dapat disimpulkan bahwa
terdapat pengaruh yang signifikan terhadap relaksasi otot progrestif dengan
penurunan kadar gula darah sebelum dan sesudah dilakukan terapi relaksasi otot,
Sehingga dapat dilaksanakan relaksasi otot progresif sebagai intervensi
keperawatan pada pasien Diabetes Melitus Tipe 2 diagnostic untuk peningkatan
kadar gula darah.

4.2 Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan membantu pembaca dalam menambah
pengetahuan tentang pengaruh relaksasi otot progresif pada pasien Diabetes
Melitus Tipe 2, khususnya bagi mahasiswa keperawatan untuk melakukan
intervensi yang tepat. Penulis juga menyadari masih terdapat kekurangan dalam

1
pembahasan makalah maka penulis membutuhkan masukan pembaca dalam
pembahasan makalah ini yang lebih dalam

2
DAFTAR PUSTAKA

Tati Murni Karokaro & Muhammad Riduan. (2019). Pengaruh teknik relaksasi
otot progresif terhadap penurunan kadar gula darah pada pasien Diabetes Melitus
tipe 2 di Rumah Sakit Grandmed Lubuk Pakam.
https://doi.org/10.35451/jkf.v1i2.169

Elviana Nindia Sinta Dewi, Suriadi, Arina Nurfianti. (2017). Pengaruh latihan
relaksasi otot progresesif terhadap kadar gula darah pada pasien Diabetes melitus
tipe 2 diwilayah kerja UPTD Puskesmas Kecamatan Pontianak Selatan.

Devi Putriani, Dewi Setyawati. (2018). Pengaruh relaksasi otot progresesif


terhadap kadar gula darah pada pasien Diabetes melitus tipe 2

Bella Sasi Lutfi Martuti, Ludiana, Asri Tri Pakarti (2016). Penerapan relaksasi oto
progresif terhadap kadar gula darah pasien Diabetes Melitus tipe 2 di Wilayah
Kerja Puskesmas Metro

Safitri, W., & Putriningrum, R. (2019). Pengaruh Terapi Relaksasi Progresif


Terhadap Kadar Gula Darah Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2. Profesi (Profesional
Islam): Media Publikasi Penelitian, 16(2), 47-54.

Anda mungkin juga menyukai