GELANDANGAN
Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Keperawatan Jiwa II
Diampu Oleh : Saryomo, S.Kep.Ns., M.Si.
Disusun Oleh :
Kelompok 4 / 3A
1. Nadia Zahara (C1814201001)
2. Apep Ibnu Mu’ti (C1814201014)
3. Deni Maulana (C1814201023)
4. Hendi Permana (C1814201027)
5. Afta Muhammad Zulfikar (C1814201054)
6. Risna Siti Nuramanah (C1814201166)
7. Siti Desi Nadzila (C1814201082)
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................................................... ii
BAB I................................................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN.......................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang............................................................................................................... 1
B. Tujuan Penulisan........................................................................................................... 2
C. Manfaat.............................................................................................................................. 2
BAB II.............................................................................................................................................. 3
TINJAUAN TEORI........................................................................................................................ 3
A. Keperawatan Kesehatan Jiwa.................................................................................. 3
B. Definisi Gelandangan dan Anak Jalanan..............................................................4
C. Psikotik.............................................................................................................................. 5
D. Tanda dan Gejala Anak Jalanan dan Gelandangan Psikotik.........................6
E. Layanan yang Dibutuhkan Oleh Anak Jalanan dan Gelandangan
Psikotik...................................................................................................................................... 6
F. Asuhan Keperawatan Pada Anak Jalanan dan Gelandangan.......................7
1. Pengkajian................................................................................................................... 7
2. Diagnosa Keperawatan.......................................................................................... 8
3. Intervensi Keperawatan........................................................................................ 9
BAB III.......................................................................................................................................... 24
PENUTUP.................................................................................................................................... 24
A. Kesimpulan................................................................................................................... 24
B. Saran................................................................................................................................ 25
C. Lampiran Jurnal.......................................................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................. 43
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk memenuhi tugas salah satu mata kuliah Keperawatan Jiwa
serta mengetahui bagaimana bentuk keperawatan kesehatan jiwa
di masyarakat.
2. Tujuan Khusus
Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan jiwa di masyarakat
khususnya pada anak jalanan dan gelandangan.
C. Manfaat
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
3
3. Memperoleh kepuasan dari usahanya atau perjuangan hidupnya.
4. Merasa lebih puas untuk memberi dari pada menerima.
5. Berhubungan dengan orang lain secara tolong-menolong dan saling
memuaskan.
6. Mempunyai daya kasih sayang yang besar.
7. Menerima kekecewaan untuk digunakan sebagai pelajaran di
kemudian hari.
8. Mengarahkan rasa permusuhan pada penyelesaian yang kreatif dan
konstruktif.
Menurut WHO, kesehatan jiwa adalah berbagai karakteristik
positif yang menggambarkan keselarasan dan keseimbangan
kejiwaan yang menceerminkan kedewasaan kepribadiannya. UU
Kesehatan Jiwa No. 3 Tahun 1966 tentang Upaya Kesehatan Jiwa,
memberikan batasan bahwa upaya kesehatan jiwa adalah suatu
kondisi dapat menciptakan keadaan yang memungkinkan atau
mengizinkan perkembangan fisik, intelektual, dan emosional yang
optimal pada seseorang, serta perkembangan ini selaras dengan
orang lain. Menurut UU Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan,
pada Bab IX tentang kesehatan jiwa menyebutkan Pasal 144 ayat 1
“Upaya kesehatan jiwa ditujukan untuk menjamin setiap orang
dapat menikmati kehidupan kejiwaan yang sehat, bebas dari
ketakutan, tekanan, dan gangguan lain yang dapat mengganggu
kesehatan jiwa”. Ayat 2, “Upaya kesehatan jiwa sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) terdiri atas preventif, promotif, kuratif,
rehabilitatif pasien gangguan jiwa, dan masalah psikososial”.
4
mempunyai tempat tinggal dan pekerjaan yang tetap di wilayah
tertentu dan hidup mengembara di tempat umum (PP No. 31
tahun 1980 tentang Penanggulangan Gelandangan dan Pengemis).
2. Definisi Anak Jalanan
Anak jalanan atau sering disingkat anjal adalah sebuah
istilah umum yang mengacu pada anak-anak yang mempunyai
kegiatan ekonomi di jalanan, namun masih memiliki hubungan
dengan keluarganya. Menurut Departmen Sosial RI (1999),
pengertian tentang anak jalanan adalah anak-anak di bawah usia
18 tahun yang karena berbagai faktor, seperti ekonomi, konflik
keluarga hingga faktor budaya yang membuat mereka turun ke
jalanan.
UNICEF memberikan batasan tentang anak jalanan, yaitu
Street Child are those who have abandoned their homes, school
and immediate communities before they are sixteen years of age,
and have drifted into a nomadic streat life. Berdasarkan hal
tersebut, maka anak jalanan adalah anak-anak berumur di bawah
16 tahun yang sudah melepaskan diri dari keluarga, sekolah, dan
lingkungan masyarakat terdekantnya, larut dalam kehidupan
berpindah-pindah di jalan raya.
3. Definisi Anak Jalanan dan Gelandangan Psikotik
Gelandangan psikotik adalah penderita gangguan jiwa
kronis yang keluyuran di jalan-jalan umum, sehingga dapat
mengganggu ketertiban umum dan merusak keindahan
lingkungan.
C. Psikotik
Psikotik adalah bentuk disorder mental atau kegalauan jiwa
yang dicirikan dengan adanya disintegrasi kepribadian dan
terputusnnya hubungan jiwa dengan Realita. Kriteria Psikotik adalah
sebagai berikut:
5
1. Psikotik organik sikotik yang penyebabnya adalah gangguanpada
susunan syaraf pusat dan psikotik yang disebabkan oleh kondisi
fisik, gangguan metabolisme dan intoksikasi obat.
2. Psikotik Fungsional
Psikotik yang disebabkan oleh gangguan pada kepribadian
seseorang yang bersifat psikogenetik yaitu skizofrenia
(perpecahan kepribadian) seperti psikotik paranoid dan curiga.
Berikut faktor penyebab psikotik, antara lain:
a. Tekanan-tekanan kehidupan ( emosional)
b. Kekecewaan yang tidak pernah terselesaikan
c. Adanya hambatan yang terjadi pada masa tumbuh kembang
d. Kecelakaan yang menyebabkan kerusakan gangguan otak
e. Tidak mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan
masyarakat.
Menurut UU no 23 tentang kesehatan jiwa menyebutkan
penyebab munculnya anak jalanan dan gelandangan psikotik
adalah:
1. Keluarga tidak perduli
2. Keluarga malu
3. Keluarga tidak tahu
4. Obat tidak diberikan
5. Tersesat ataupun karena Urbanisasi
6
7. Tidak memiliki kelompok
1. Pengkajian
a. Factor Predisposisi
1) Genetic
2) Neurobiologis : penurunan volume otak dan perubahan
system neurotransmitter.
3) Teori virus dan infeksi.
b. Factor Presipitasi
1) Biologis
2) Social kultural
3) Psikologis
c. Penilaian Terhadap Stressor
7
Respon Adaptif Respon Maladaptif
1) Berfikir logis 1) Pemikiran 1) Gangguan
2) Persepsi akurat sesekali pemikiran
3) Emosi konsisten 2) Terdistorsi 2) Waham/halusinasi
dengan 3) Ilusi 3) Kesulitan
pengalaman 4) Reaksi emosi pengolahan
4) Perilaku sesuai berlebih dan 4) Emosi
5) Berhubungan tidak bereaksi 5) Perilaku kacau dan
sosial 5) Perilaku aneh isolasi sosial
6) Penarikan
tidak bisa
berhubungan
sosial
d. Sumber Koping
1) Disonasi kognitif (gangguan jiwa aktif)
2) Pencapaian wawasan
3) Kognitif yang konstan
4) Bergerak menuju prestasi kerja
e. Mekanisme Koping
1) Regresi (berhubungan dengan masalah dalam proses
informasi dan pengeluaran sejumlah besar tenaga dalam
upaya mengelola ansietas)
2) Proyeksi (upaya untuk menjelaskan presepsi yang
membingungkan dengan menetapkan tanggung jawab
kepada orang lain).
3) Menarik diri
4) Pengingkaran.
8
2. Diagnosa Keperawatan
a. Harga diri rendah
b. Isolasi social
c. Gangguan persepsi sensori :halusinasi
d. Resiko perilaku kekerasan/perilaku kekerasan
e. Gangguan proses pikir : waham
f. Resiko bunuh diri
g. Deficit perawatan diri
3. Intervensi Keperawatan
Diagnosa 1. Harga diri rendah
Tujuan Umum :
Klien tidak terjadi gangguan interaksi social, bisa berhubungan
dengan orang lain dan lingkungan.
Tujuan khusus :
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan :
1) Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik,
perkenalan diri.
2) Jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang.
3) Buat kontrak yang jelas (waktu, tempat dan topik
pembicaraan).
4) Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan
perasaannya.
5) Sediakan waktu untuk mendengarkan klien.
6) Katakana kepada klien bahwa dirinya adalah seseorang
yang berharga dan bertanggung jawab serta mampu
menolong dirinya sendiri.
b. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif
yang dimiliki
Tindakan :
9
1) Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
2) Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu klien,
3) Utamakan memberi pujian yang realistis
4) Klien dapat menilai kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki.
c. Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan
Tindakan :
1) Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
2) Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan
setelah pulang ke rumah
d. Klien dapat menetapkan / merencanakan kegiatan sesuai
dengan kemampuan yang dimiliki
Tindakan :
1) Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan
setiap hari sesuai kemampuan
2) Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien
3) Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien
lakukan.
e. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan
kemampuan
Tindakan :
1) Beri kesempatan mencoba kegiatan yang telah
direncanakan
2) Beri pujian atas keberhasilan klien
3) Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah.
f. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada
Tindakan :
1) Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara
merawat klien
2) Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat
10
3) Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah
4) Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga.
Diagnosa 2. Menarik Diri
Tujuan Umum :
Klien dapat berinteraksi dengan orang lain.
Tujuan Khusus :
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan :
1) Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan
prinsip komunikasi terapeutik dengan cara :
a) Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non
verbal
b) Perkenalkan diri dengan sopan
c) Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang
disukai
d) Jelaskan tujuan pertemuan
e) Jujur dan menepati janji
f) Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa
adanya
g) Berikan perhatian kepada klien dan perhatian
kebutuhan dasar klien
b. Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri
Tindakan :
1) Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan
tanda-tandanya.
2) Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan
perasaan penyebab menarik diri atau mau bergaul
3) Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri,
tanda-tanda serta penyebab yang muncul
11
4) Berikan pujian terhadap kemampuan klien
mengungkapkan perasaannya
c. Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan
orang lain dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain
Tindakan :
1) Identifikasi bersama klien cara tindakan yang dilakukan
jika terjadi halusinasi ( tidur, marah, menyibukkan diri dll)
2) Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan
berhubungan dengan orang lain
a) Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan
perasaan tentang keuntungan berhubungan dengan
prang lain
b) Diskusikan bersama klien tentang manfaat
berhubungan dengan orang lain
c) Beri reinforcement positif terhadap kemampuan
mengungkapkan perasaan tentang keuntungan
berhubungan dengan orang lain
3) Kaji pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak
berhubungan dengan orang lain
a) beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan
perasaan dengan orang lain
b) diskusikan bersama klien tentang kerugian tidak
berhubungan dengan orang lain
c) beri reinforcement positif terhadap kemampuan
mengungkapkan perasaan tentang kerugian tidak
berhubungan dengan orang lain
d. Klien dapat melaksanakan hubungan social
Tindakan :
1) Kaji kemampuan klien membina hubungan dengan orang
lain
12
2) Dorong dan bantu kien untuk berhubungan dengan orang
lain melalui tahap :
▪ K–P
▪ K – P – P lain
▪ K – P – P lain – K lain
▪ K – Kel/Klp/Masy
3) Beri reinforcement positif terhadap keberhasilan yang telah
dicapai.
4) Bantu klien untuk mengevaluasi manfaat berhubungan
5) Diskusikan jadwal harian yang dilakukan bersama klien
dalam mengisi waktu
6) Motivasi klien untuk mengikuti kegiatan ruangan
7) Beri reinforcement positif atas kegiatan klien dalam
kegiatan ruangan
e. Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah
berhubungan dengan orang lain
Tindakan :
1) Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya bila
berhubungan dengan orang lain
2) Diskusikan dengan klien tentang perasaan masnfaat
berhubungan dengan orang lain.
3) Beri reinforcement positif atas kemampuan klien
mengungkapkan perasaan manfaat berhubungan dengan
oranglain
f. Klien dapat memberdayakan sistem pendukung atau keluarga
Tindakan :
1) Bina hubungan saling percaya dengan keluarga :
a) Salam, perkenalan diri
b) Jelaskan tujuan
c) Buat kontrak
13
d) Eksplorasi perasaan klien
2) Diskusikan dengan anggota keluarga tentang :
a) Perilaku menarik diri
b) Penyebab perilaku menarik diri
c) Akibat yang terjadi jika perilaku menarik diri tidak
ditanggapi
d) Cara keluarga menghadapi klien menarik diri
3) Dorong anggota keluarga untukmemberikan dukungan
kepada klien untuk berkomunikasi dengan orang lain.
4) Anjurkan anggota keluarga secara rutin dan bergantian
menjenguk klien minimal satu kali seminggu
5) Beri reinforcement positif positif atas hal-hal yang telah
dicapai oleh keluarga
Diagnosa 3. Perilaku Kekerasan
Tujuan Umum :
Klien terhindar dari mencederai diri, orang lain dan lingkungan.
Tujuan Khusus :
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
Tindakan:
1) Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, empati,
sebut nama perawat dan jelaskan tujuan interaksi.
2) Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai.
3) Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak menantang
b. Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.
Tindakan :
1) Beri kesempatan mengungkapkan perasaan.
2) Bantu klien mengungkapkan perasaan jengkel / kesal.
3) Dengarkan ungkapan rasa marah dan perasaan
bermusuhan klien dengan sikap tenang.
c. Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan
14
Tindakan :
1) Anjurkan klien mengungkapkan yang dialami dan
dirasakan saat jengkel/kesal.
2) Observasi tanda perilaku kekerasan.
3) Simpulkan bersama klien tanda-tanda jengkel / kesal yang
dialami klien.
d. Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa
dilakukan
Tindakan :
1) Anjurkan mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa
dilakukan.
2) Bantu bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan
yang biasa dilakukan.
3) Tanyakan "apakah dengan cara yang dilakukan masalahnya
selesai?"
e. Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan
Tindakan :
1) Bicarakan akibat/kerugian dari cara yang dilakukan.
2) Bersama klien menyimpulkan akibat dari cara yang
digunakan.
3) Tanyakan apakah ingin mempelajari cara baru yang sehat.
f. Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam berespon
terhadap kemarahan
Tindakan :
1) Beri pujian jika mengetahui cara lain yang sehat.
2) Diskusikan cara lain yang sehat.Secara fisik : tarik nafas
dalam jika sedang kesal, berolah raga, memukul bantal /
kasur.
3) Secara verbal : katakan bahwa anda sedang marah atau
kesal / tersinggung
15
4) Secara spiritual : berdo'a, sembahyang, memohon kepada
Tuhan untuk diberi kesabaran.
g. Klien dapat mengidentifikasi cara mengontrol perilaku
kekerasan
Tindakan :
1) Bantu memilih cara yang paling tepat.
2) Bantu mengidentifikasi manfaat cara yang telah dipilih.
3) Bantu mensimulasikan cara yang telah dipilih.
4) Beri reinforcement positif atas keberhasilan yang dicapai
dalam simulasi.
5) Anjurkan menggunakan cara yang telah dipilih saat
jengkel / marah.
h. Klien mendapat dukungan dari keluarga
Tindakan :
1) Beri pendidikan kesehatan tentang cara merawat klien
melalui pertemuan keluarga.
2) Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga.
i. Klien dapat menggunakan obat dengan benar (sesuai program)
Tindakan :
1) Diskusikan dengan klien tentang obat (nama, dosis,
frekuensi, efek dan efek samping).
2) Bantu klien mengunakan obat dengan prinsip 5 benar
(nama klien, obat, dosis, cara dan waktu).
3) Anjurkan untuk membicarakan efek dan efek samping obat
yang dirasakan.
Diagnosa 4. Gangguan Proses Pikir : Waham
Tujuan Umum :
Klien tidak terjadi gangguan proses pikir yang berhubungan
dengan gangguan konsep diri (harga diri rendah/klien akan
meningkat harga dirinya).
16
Tujuan Khusus :
Pasien dapat berorientasi kepada realitas secara bertahap
Pasien dapat memenuhi kebutuhan dasar
Pasien mampu berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan
Pasien menggunakan obat dengan prnsip 5 benar.
a. Dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan :
1) Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik,
perkenalan diri, jelaskan tujuan interaksi, ciptakan
lingkungan yang tenang, buat kontrak yang jelas (waktu,
tempat dan topik pembicaraan)
2) Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan
perasaannya
3) Sediakan waktu untuk mendengarkan klien
4) Jangan membantah dan mendungkung waham klien,
katakan perawat menerima keyakinan klien “saya
menerima keyakinan anda” disertai ekspresi menerima,
katakana perawat tidak mendukung disertai ekspresi
ragu dan empati, tidak membicarakan isi waham klien.
5) Katakan kepada klien bahwa dirinya adalah seseorang
yang berharga dan bertanggung jawab serta mampu
menolong dirinya sendiri.
b. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif
yang dimiliki
Tindakan :
1) Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
2) Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu
klien, utamakan memberi pujian yang realistis
3) Klien dapat menilai kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki.
17
c. Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan
Tindakan :
1) Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
2) Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan
setelah pulang ke rumah
d. Klien dapat menetapkan / merencanakan kegiatan sesuai
dengan kemampuan yang dimiliki
Tindakan :
1) Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat
dilakukan setiap hari sesuai kemampuan
2) Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi
klien
3) Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien
lakukan
e. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan
kemampuan
Tindakan :
1) Beri kesempatan mencoba kegiatan yang telah
direncanakan
2) Beri pujian atas keberhasilan klien
3) Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah
f. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada
Tindakan :
1) Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara
merawat klien
2) Bantu keluarga memberi dukungan selama klien
dirawat
3) Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah
4) Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga
18
Diagnosa 5. Defisit Perawatan Diri : kebersihan diri,
berdandan, makan, BAB/BAK
Tujuan Umum :
Pasien tidak mengalami defisit perawatan diri kebersihan diri,
berdandan, makan, BAB/BAK.
Tujuan Khusus :
Pasien mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri
Pasien mampu melakukan berhias/berdandan secara baik
Pasien mampu melakukan makan dengan baik
Pasien mampu melakukan BAB/BAK secara mandiri
Intervensi :
a. Melatih pasien cara-cara perawatan kebersihan diri
1) Menjelasan pentingnya menjaga kebersihan diri.
2) Menjelaskan alat-alat untuk menjaga kebersihan diri
3) Menjelaskan cara-cara melakukan kebersihan diri
4) Melatih pasien mempraktekkan cara menjaga
kebersihan diri
b. Melatih pasien berdandan/berhias
1) Untuk pasien laki-laki latihan meliputi:
a) Berpakaian
b) Menyisir rambut
c) Bercukur
2) Untuk pasien wanita, latihannya meliputi :
a) Berpakaian
b) Menyisir rambut
c) Berhias
c. Melatih pasien makan secara mandiri
1) Menjelaskan cara mempersiapkan makan
2) Menjelaskan cara makan yang tertib
19
3) Menjelaskan cara merapihkan peralatan makan setelah
makan
4) Praktek makan sesuai dengan tahapan makan yang baik
d. Mengajarkan pasien melakukan BAB/BAK secara mandiri
1) Menjelaskan tempat BAB/BAK yang sesuai
2) Menjelaskan cara membersihkan diri setelah BAB dan
BAK
3) Menjelaskan cara membersihkan tempat BAB dan BAK
Diagnosa 6. Perubahan Persepsi Sensorik : Halusinasi
berhubungan dengan menarik diri
Tujuan Umum :
Klien mampu mengontrol halusinasinya.
Tujuan Khusus :
Klien mampu membina hubungan saling percaya
Klien dapat mengenal halusinasinya
Klien dapat mengotrol halusinasinya
Klien dapat menggunakan obat dengan benar
TUK 1
a. Pasien dapat membina hubungan saling percaya
1) Sapa pasien dengan ramah baik verbal maupun non
verbal
2) Perkenalkan nama, nama panggilan dan tujuan perawat
berkenalan
3) Tanyakan nama lengkap dan panggilan yang disukai
4) Buat kontrak yang jelas
5) Tunjukkan sikap jujur dan menunjukkan sikap empati
serta menerima apa adanya
6) Beri perhatian kepada pasien dan perhatikan kebutuhan
dasar pasien
20
7) Beri kesempatan pasien untuk mengungkapkan
perasaannya
8) Dengarkan ungkapan pasien dengan penuh perhatian
ada ekspresi perasaan pasien.
b. Pasien dapat mengenal halusinasinya
1) Adakan kontak sering dan singkat secara bertahap
2) Observasi tingkah laku yang terkait dengan halusinasi
(verbal dan non verbal)
3) Bantu mengenal halusinasi
4) Jika pasien tidak berhalusinasi, klarivikasi tentang
adanya halusinasi , diskusikan dengn pasien isi, waktu,
dan frekuensi halusinasi pagi,siang,sore, malam atau
sering, jarang)
5) Diskusikan tentang apa yang dirasakan saat terjadi
halusinasi
6) Diskusikan tentang dampak yang dialami jika pasien
menikmati halusinasi
c. Pasien dapat mengontrol halusinasinya Intervensi :
1) Identifikasi bersama tentang cara tindakan jika terjadi
halusinasi
2) Diskusikan manfaat cara yang digunakan pasien
3) Diskusikan cara baru untuk memutus/mengontrol
halusinasi
4) Bantu pasien memilih cara yang sudah dianjurkan dan
latih untuk mencobanya.
5) Pantau pelaksanan tindakan yang telah dipilih dan
dilatih, jika berhasil beri pujian
d. Pasien dapat menggunakan obat dengan benar
1) Diskusikan tentang manfaat dan kerugian tidak minum
obat, dosis, nama, frekuensi, efek samping minum obat.
21
2) Pantau saat pasien minum obat (pasien harus minum
obat didepan perawat, dan benarbenar meminum obat)
3) Anjurkan pasien minta sendiri obatnya pada perawat
4) Beri reinforcmen jika pasien menggunakan obat dengan
benar
5) Diskusikan akibat berhenti minum obat tanpa
konsultasi dokter
6) Anjurkan pasien berkonsultasi dengan dokter/perawat
jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
Diagnosa 7. Resiko Bunuh Diri
a. Tindakan keperawatan klien yang mengancam atau mencoba
bunuh diri.
Tujuan : Klien tetap aman dan selamat
Tindakan : melindungi klien
Perawat yang dapat melakukan hal-hal berikut untuk
melindungi klien yang mengancam atau berupaya bunuh
diri.
1) Tetap menemani klien sampai dipindahkan ketempat
yang lebih aman
2) Menjauhkan semua benda yang berbahaya
3) Memastikan bahwa pasien benar-benar telah meminum
obatnya, jikia pasien mendapatkan obat
4) Menjelaskan dengan lembut pada pasien bahwa saudara
akan melindungi pasien sampai pasien melupakan
keinginanya untuk bunuh diri.
b. Tindakan keperawatan untuk klien yang menunjukan isyarat
untuk bunuh diri
- Tujuan :
1) Klien mendapatkan perlindungan dari lingkungannya
2) Klien dapat mengungkapkan perasaanya
22
3) Klien dapat menggunakan cara penyelesaian masalah
yang baik
- Tindakan :
1) Mendiskusikan tentang cara menagatasi keinginan
bunug diri, yaitu dengan meminta bantuan dari
keluarga atau teman dekat
2) Meningkatkan harga diri klien dengan memberikan
kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya,
berikan pujian untuk klien, menyakinkan klien bahwa
dirinya berarti untuk orang lain
3) Meningkatkan kemampuan menyelesaikan masalah,
dengan cara mendiskusikan dengan klien cara
menyesaikan masalahnya, mendiskusikan dengan klien
efektifitas masing-masing cara penyelesaian masalah
23
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Gelandangan sebagai entitas sosial merupakan orang-orang
yang hidup dalam keadaan yang tidak sesuai dengan norma
kehidupan yang layak dalam masyarakat setempat, serta tidak
mempunyai tempat tinggal dan pekerjaan yang tetap di wilayah
tertentu dan hidup mengembara di tempat umum .
Anak jalanan atau sering disingkat anjal adalah sebuah istilah
umum yang mengacu pada anak-anak yang mempunyai kegiatan
ekonomi di jalanan, namun masih memiliki hubungan dengan
keluarganya.
Psikotik adalah bentuk disorder mental atau kegalauan jiwa
yang dicirikan dengan adanya disintegrasi kepribadian dan
terputusnnya hubungan jiwa dengan Realita. Kriteria Psikotik adalah
sebagai berikut:
1. Psikotik organik
2. Psikotik Fungsional
Menurut UU no 23 tentang kesehatan jiwa menyebutkan
penyebab munculnya anak jalanan dan gelandangan psikotik adalah:
1. Keluarga tidak perduli
24
2. Keluarga malu
3. Keluarga tidak tahu
4. Obat tidak diberikan
5. Tersesat ataupun karena Urbanisasi
Tanda dan Gejala Anak Jalanan dan Gelandangan Psikotik :
1. Orang dengan tubuh yang kotor sekali,
2. Rambutnya seperti sapu ijuk
3. Pakaiannya compang-camping dengan membawa bungkusan
besar yang berisi macam-macam barang
4. Bertingkah laku aneh seperti tertawa sendiri
5. Sukar diajak berkomunikasi
6. Pribadi tidak stabil
7. Tidak memiliki kelompok.
Diagnosa Keperawatan yang muncul :
1. Harga diri rendah
2. Isolasi social
3. Gangguan persepsi sensori :halusinasi
4. Resiko perilaku kekerasan/perilaku kekerasan
5. Gangguan proses pikir : waham
6. Resiko bunuh diri
7. Deficit perawatan diri
B. Saran
25
pelayanan, penanganan dan langkah-langkah rehabilitasi gelandangan
psikotik.
Kami berharap dengan adanya makalah ini dapat bermanfaat
bagi semua orang, dan bisa lebih memandang positif tentang anak
gelandangan. Dan kami menadari bahwa makalah ini masih banyak
kekurangan, maka dari itu untuk peneliti selanjutnya kami harap bisa
melanjutkannya.
C. Lampiran Jurnal
ANALISIS JURNAL
Jurnal 1
PENGALAMAN PERUBAHAN KONSEP DIRI PADA ANAK JALANAN DI
PANTI SOSIAL REHABILITASI GELANDANGAN, PENGEMIS, DAN
TERLANTAR DI SUMATERA SELATAN TAHUN 2016
A. Abstrak
Tujuan: Untuk mengetahui pengalaman perubahan konsep diri
pada anak jalanan dipanti sosial rehabilitasi, pengemis dan terlantar
tahun 2016. Metode: Penelitian ini menggunakan pendekatan
Deskriptif fenomenologi. Hasil: Hasil analisis data didapatkan 7 tema
yaitu penerimaan diri yang positif, penyebab anak turun kejalanan,
bekerja sebagai pengamen adalah pekerjaan anak jalanan, kehidupan
anak jalanan sebagai pengamen, harapan anak jalanan mendapatkan
kehidupan lebih baik, kenyamanan menjadi anak jalanan dan
perasaan anak jalanan yang terabaikan. Simpulan: Hasil penelitian
dapat disimpulkan bahwa konsep diri pada anak jalanan merupakan
26
konsep diri yang positif. Saran: Peneliti menyarankan bagi peneliti
selanjutnya untuk menggali lebih dalam mengenai berbagai
permasalahan yang ada dalam kehidupan anak-anak jalanan terutama
pada konsep diri dengan menggunakan dua pendeketan kuantitatif
dan kualitatif. Kata kunci: Pengalaman, anak jalanan, konsep diri.
B. Metode PICO
27
pengamen, harapan anak jalanan
mendapatkan kehidupan lebih baik,
kenyamanan menjadi anak jalanan dan
perasaan anak jalanan yang terabaikan.
Jurnal 2
IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN
PENYALAHGUNAAN ZAT ADIKTIF PADA ANAK JALANAN DI KOTA
KENDARI
A. Abstrak
Penyalahgunaan zat adiktif biasa didasari atas beberapa hal. Pertama,
sebab-sebab yang berasal dari faktor individu seperti pengetahuan,
sikap, kepribadian, jeins kelamin, usia, dorongan kenikmatan,
perasaan ingin tahu, dan untuk memecahkan persoalan yang sedang
dihadapi. Penyebab kedua berasal dari lingkungannya seperti
pekerjaan, ketidakharmonisan keluarga, status ekonomi dan
kelompok teman sebaya. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang
telah dilakukan Jumlah anak jalanan di Kota Kendari yang terjaring
razia di Dinas Sosial kota Kendari pada tahun 2016 dengan jumlah 49
anak.Tujuan penelitian ini adalah Mengetahui gambaran identifikasi
faktor-faktor yang menyebabkan penyalahgunaan zat adiktif pada
anaka jalanan di Kota Kendari.Jenis penelitian ini adalah deskriptif
dengan desain penelitian survey deskriptif. Populasi . Sampel
sebanyak 30anak. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan gambaran
Identifikasi adanya faktor kepribadian dalam penyalahgunaan zat
28
adiktif pada anak jalanan adalah sebanyak 21 responden (70%),
Identifikasi adanya faktor keluarga dalam penyalahgunaan zat adiktif
pada anak jalanan adalah sebanyak 22 responden (73,33%),
Identifikasi adanya faktor lingkungan dalam penyalahgunaan zat
adiktif pada anak jalanan adalah sebanyak 22 responden (73,33%),
Identifikasi adanya faktor teman sebaya dalam penyalahgunaan zat
adiktif pada anak jalanan adalah sebanyak 21 responden (70%),
Identifikasi adanya faktor tersedianya zat adiktif dalam
penyalahgunaan zat adiktif pada anak jalanan adalah sebanyak 18
responden (60%).Dari hasil penelitian. Saran yang diajukan adalah
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi kepada anaka
jalanan khususnya sehingga dapat menentukan sikap dalam
menghidari penyalahgunaan zat adiktif.
B. Metode PICO
29
sebanyak 21 responden (70%), Identifikasi
adanya faktor keluarga dalam
penyalahgunaan zat adiktif pada anak
jalanan adalah sebanyak 22 responden
(73,33%), Identifikasi adanya faktor
lingkungan dalam penyalahgunaan zat
adiktif pada anak jalanan adalah sebanyak
22 responden (73,33%), Identifikasi
adanya faktor teman sebaya dalam
penyalahgunaan zat adiktif pada anak
jalanan adalah sebanyak 21 responden
(70%), Identifikasi adanya faktor
tersedianya zat adiktif dalam
penyalahgunaan zat adiktif pada anak
jalanan adalah sebanyak 18 responden
(60%).
Jurnal 3
PEMBERDAYAAN ANAK JALANAN SEBAGAI UPAYA
PENYADARAN BELAJAR MELALUI PENDIDIKAN KESETARAAN DI KOTA
SAMARINDA
30
A. Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah (1) Implementasi manajemen
pembelajaran pendidikan kesetaraan bagi anak jalanan. 2) Eksistensi
pemberdayaan anak jalanan sebagai bagian dari program Pendidikan
Luar Sekolah. Metode penelitian menggunakan desain penelitian
kualitatif. Memperhatikan keberadaan dan realitas karakteristik tutor
dalam proses pembelajaran program pendidikan kesetaraan di Klinik
Jalanan Kota Samarinda. Pendekatan penelitian kualitatif
menggunakan rancangan studi kasus berupa kasus tunggal (one case
study). Studi kasus tunggal dalam penelitian ini adalah studi kasus
pada tutor pendidikan kesetaraan, di mana melihat proses
pembelajaran yang dilakukan dalam upaya pemberdayaan anak
jalanan melalui pendidikan. Pengumpulan data menggunakan teknik
(a) wawancara mendalam, (b) Forum Group Discussion (FGD), dan
(c) dokumentasi.
Hasil Penelitian ini adalah pembelajaran anak jalanan dalam
upaya pemberdayaan oleh tutor melalui kegiatan fasilitasi dan
pendampingan menggunakan setting kelompok. teknik kelompok
yang dapat digunakan dalam kegiatan pembelajaran anak jalanan
hendaknya dipertimbangkan dengan baik, terutama dalam ketepatan
pemilihan metode dan pelaksanaannya. Adapun bentuk
pelaksanaannya terdiri dari lima fase, yaitu Fase 1 : Pendekatan ,Fase
2 : Penentuan Masalah, Fase 3 : Pengembangan Refleksi Kritis, Fase 4 :
Penetapan dan Pelaksanaan Tindakan, dan Fase 5 : Evaluasi.
B. Metode PICO
31
Samarinda
2 I Ya
32
4 O Ya
Jurnal 4
33
HUBUNGAN INTERAKSI SOSIAL, KEPERCAYAAN DIRI DENGAN HARGA
DIRI (SELF ESTEEM) ANAK JALANAN DI KABUPATEN BANYUMAS
A. Abstrak
Tujuan: Mengetahui hubungan interaksi sosial, kepercayaan diri
danharga diri pada remaja jalanan di Kabupaten Banyumas.
Metode: Jenis penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross-
sectional. Itu Populasi penelitian adalah remaja jalanan di Kabupaten
Banyumas. Sampel penelitian terdiri dari 57 responden yang diambil
melalui accidental sampling.
Hasil: Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin adalah laki-
laki, 41 (71,9%) dan perempuan, 16 (28,1%). Rata-rata responden
berusia 16 tahun, mini usia ibu adalah 11 tahun dan usia maksimal 20
tahun. Tingkat pendidikan sebagian besar respondents adalah sekolah
menengah pertama, 32 (56,1%). Ditemukan 46 responden (80,7%)
memiliki harga diri rendah dan 11 responden (19,3%) memiliki harga
diri tinggi. Terdapat 27 responden (47,4%) memiliki interaksi sosial
yang baik dan 30 responden (52,6%) memiliki interaksi sosial yang
buruk. Apalagi ada 14 responden (24,6%) memiliki kepercayaan diri
tinggi dan 43 responden (75,4%) memiliki kepercayaan diri rendah.
Berdasarkan hasil analisis bivariat diperoleh tingkat signifikansi sosial
interaksi p = 0,013 (0,0130,05) dan kepercayaan diri p = 0,029
(0,0290,05). Kesimpulan: Ada hubungan interaksi sosial dengan
kepercayaan diri harga diri pada remaja jalanan di Kabupaten
Banyumas.
B. Metode PICO
34
1. P Ya Sampel dalam penelitian ini sebanyak
57 responden.
35
1. Sebagian anak jalanan di
kabupaten Banyumas rata – rata
berusia 16,02 tahun , minimum
berusia 11 tahun, maksimum
berusia 20 tahun dengan median
16 tahun. Sebagian besar
pendidikan anak jalanan di
Kabupaten Banyumas Sekolah
Menengah Pertama (SMP)
sebanyak 32 responden (56,1%).
Sebagian besar jenis kelamin anak
jalanan di Kabupaten Banyumas
adalah laki – laki sebanyak 41
responden (71,9%).
2. Tingkat harga diri responden
menunjukan bahwa responden
yang memiliki harga diri rendah
sebanyak 46 responden (80,7%),
dan responden yang memiliki
harga diri tinggi sebanyak 11
responden (19,3%).
3. Tingkat kemampuan interaksi
sosial baik sebnayak 27
responden (47,4%), responden
yang memiliki kemampuan
interaksi sosial tidak baik
sebanyak 30 responden (52,6%).
4. Tingkat kepercayaann diri tinggi
sebanyak 14 (24,6%) dan
responden yang memiliki tingkat
36
kepercayaan diri rendah sebanyak
43 (75,4%).
5. Ada hubungan kemampuan
interaksi sosial dengan harga diri
(self esteem) anak jalanan di
Kabupaten Banyumas dengan p
value 0,013.
6. Ada hubungan kepercayaan diri
dengan harga diri (self esteem)
anak jalanan di Kabupaten
Banyumas dengan p value 0,029.
Jurnal 5
HUBUNGAN IDEAL DIRI DENGAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH
PARA ANAK JALANAN DI LSM JKJT (JARINGAN KEMANUSIAAN JAWA
TIMUR) KOTA MALANG
A. Abstrak
Ideal diri seseorang akan mempengaruhi individu tersebut
dalam menyikapi atau menyelesaikan suatu masalah. Sikap atau
penyelesaian masalah seseorang tergantung mekanisme koping
yang dimiliki oleh orang tersebut. Tujuan penelitian ini
mengetahui hubungan ideal diri dengan kemampuan pemecahan
masalah para anak jalanan di LSM JKJT Kota Malang.
Metode penelitian yang digunakan adalah cross sectional
design dengan jumlah sampel anak jalanan sejumlah 67 anak dengan
menggunakan Non random sampling. Alat ukur yang digunakan
angket ideal diri dan angket kemampuan pemecahan masalah. Analisa
bivariat yang digunakan adalah korelasi rank spearmen. Didapatkan
37
ada hubungan antara ideal diri dengan kemampuan pemecahan
masalah para responden. Seseorang yang mempunyai ideal diri akan
cenderung memiliki kemampuan dalam memecahkan masalah,
dibandingkan dengan orang yang tergolong tidak memiliki ideal diri.
Penelitian ini dapat dilanjutkan dengan menggunakan jumlah
responden yang lebih besar dengan metode penelitian yang lebih
kompleks.
B. Metode PICO
38
pada penelitian ini
4 O Ya Hasil penelitian menunjukan bahwa
ada hubungan yang signifikan
antara ideal diri seseorang dengan
kemampuan seseorang dalam
memecahkan masalah mempunyai.
Berdasarkan hasil pengujian
menunjukkan arah korelasi yang
positif (karena koefisien korelasi
bernilai positif), artinya, seseorang
yang mempunyai ideal diri akan
cenderung memiliki kemampuan
dalam memecahkan masalah,
dibandingkan dengan orang yang
tergolong tidak memiliki ideal diri.
Jurnal 6
KONSEP DIRI ANAK JALANAN USIA REMAJA DI WILAYAH SEMARANG
TENGAH
A. Abstrak
Konsep diri anak jalanan merupakan cara pandang atau
persepsi mengenai dirinya dan berpengaruh ketika berhubungan
dengan orang lain. Perkembangan konsep diri anak jalanan perlu
untuk diketahui karena mereka memiliki kehidupan yang berbeda.
Perubahan yang terjadi selama masa remaja akan mempengaruhi
terbentuknya konsep diri. Penelitian yang dilakukan oleh Yudit
Oktaria. K. P tahun 2007 menunjukkan bahwa konsep diri yang
dimiliki anak jalanan usia remaja adalah konsep diri yang negatif. Hal
39
ini terlihat dari sebagian besar anak jalanan memandang dirinya
secara negatif. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui
karakteristik dan gambaran konsep diri beserta komponen konsep
diri anak jalanan usia remaja di Wilayah Semarang Tengah. Jenis
penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Pengambilan sampel
dengan cara konsekutif sampling dengan jumlah sampel 100
responden. Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 75% anak jalanan
berjenis kelamin laki-laki dengan tingkat pendidikan 72% anak
jalanan lulusan sekolah dasar dan 56% nya bekerja sebagai
pengamen. Komponen konsep diri 66% anak jalanan memiliki citra
diri yang cukup, 77% anak jalanan dengan ideal diri cukup, 80% anak
jalanan memiliki harga diri yang cukup, 67% anak jalanan memiliki
peran yang cukup baik, dan 61% anak jalanan memiliki identitas diri
yang cukup. Secara umum, sebagian besar anak jalanan yaitu 69%
anak jalanan memiliki konsep diri yang cenderung cukup baik. Hal ini
sudah menunjukkan hasil yang baik bagi anak jalanan sesuai dengan
kondisi yang mereka alami. Pelayanan bagi anak jalanan perlu
ditingkatkan terutama yang berkaitan dengan bimbingan atau
pengasuhan yang bersifat psikologis. Selain itu anak jalanan agar
dapat meningkatkan kemampuan dalam menilai diri.
B. Metode PICO
40
2 I Ya
Jurnal 7
STRES DAN STRATEGI KOPING ANAK JALANN DI KOTA DEPOK
A. Abstrak
41
Saat ini, arus urbanisasi dan kemiskinan yang semakin
meningkat membuat fenomena anak jalanan juga mengalami
peningkatan (UNICEF, 2012). Sebagian besar anak jalanan berusia
5–18 tahun yang seharusnya mendapatkan asuhan yang layak
dari orangtuanya (Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat,
2015). Akan tetapi, anak jalanan terbiasa menghabiskan sebagian
waktunya untuk mencari nafkah tanpa perlindungan yang
memadai. Hal ini menyebabkan anak menghadapi beragam
stresor yang membuatnya mengalami stres dan membutuhkan
suatu strategi untuk menghadapinya.
UNICEF (2012) mendefinisikan anak jalanan sebagai anak laki-
laki atau perempuan yang belum mencapai usia dewasa yang
menghabiskan seluruh atau sebagian waktu mereka di jalan untuk
sekadar berdiam atau menjadikan jalan sebagai sumber mata
pencarian
Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif
kuantitatif sederhana terhadap suatu komunitas atau kelompok
dan pengambilan sampelnya menggunakan teknik total sampling.
Jumlah responden dalam penelitian ini ialah 50 anak yang berasal
dari seluruh kelas di SMP Master Kota Depok dengan kriteria
inklusi: anak yang mencari penghasilan di jalanan, anak yang
masih memiliki tempat tinggal, tinggal bersama keluarga, mampu
membaca dan menulis, serta bersedia untuk menjadi responden
dalam penelitian ini. Instrumen yang digunakan pada penelitian
ini ialah kuesioner Perceived Stress Scale yang dikembangkan
oleh Cohen et al. (1983) dan Ways of Coping Questionnaire yang
dikembangkan oleh Lazarus & Folkman (1984) dengan skala
Likert.
42
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik,
tingkatan stres, dan strategi koping anak jalanan di SMP Master
Kota Depok.
B. Metode PICO
43
digunakan ialah emosional focused
coping (60%)
DAFTAR PUSTAKA
44
http://103.114.35.30/index.php/JKM/article/viewFile/5470/3160
https://scholar.google.com/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=IDENTIFIKASI+FAKTOR-
FAKTOR+YANG+MENYEBABKAN+PENYALAHGUNAAN+ZAT+ADIKTIF+PAD
A+ANAK+JALANAN+DI+KOTA+KENDARI&btnG=#d=gs_qabs&u=%23p
%3Dum67xCV_sloJ
https://www.google.co.id/url?
q=http://journal2.um.ac.id/index.php/JPN/article/download/6091/3117&s
a=U&ved=2ahUKEwjDo_KRxLjsAhWd6XMBHV-
4BGkQFjABegQIBxAB&usg=AOvVaw1U13VsEy0PHGYPpWHCQ3uD
https://ejournal.unsri.ac.id/index.php/jk_sriwijaya/article/view/5104
https://jurnal.unimus.ac.id/index.php/JKJ/article/view/977
45