Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN JIWA

KORBAN PERKOSAAN DAN PELECEHAN SEKSUAL

Disusun Oleh :

1. AJENG DWI RATNAWATI


2. DINA HARDIANINGSIH
3. SURATMI
4. SUTIAH

FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM AS-


SYAFI’IYAH
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN
JAKARTA, 2020

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat serta kasih sayang dan
karunia-Nya yang telah diberikan kepada seluruh ciptaan –Nya, shalawat dan salam semoga
dilimpahkan kepada nabi besar Muhammad SAW. Alhamdulillah berkat kemudahan yang diberikan
Allah SWT, kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN JIWA
KORBAN PERKOSAAN DAN PELECEHAN SEKSUAL. Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini
adalah sebagai salah satu tugas Keperawatan Medikal Bedah. Dalam penyusunan makalah ini, kami
banyak mengalami kesulitan dan hambatan, hal ini disebabkan oleh keterbatasan ilmu pengetahuan
yang kami miliki. Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami pada khususnya, dan
bagi para pembaca pada umumnya. Amiin. Kami sebagai penyusun sangat menyadari bahwa dalam
penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami
sangat mengharapkan kritik dan saran yang ditujukan untuk membangun.

Bekasi, 7 November 2020

Penyusun

BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Pemerkosaan adalah suatu usaha untuk melampiaskan nafsu seksual yang dilakukan oleh
seorang laki-laki terhadap perempuan dengan cara yang dinilai melanggar menurut moral dan
hukum. (Wigjosubroto dalam prasetyo, 1997).
Pelecehan seksual adalah segala macam bentuk perilaku yang berkonotasi atau mengarah
kepada hal-hal seksual yang dilakukan secara sepihak dan tidak diharapkan oleh orang yang
menjadi sasaran sehingga menimbulkan reaksi negatif seperti malu, marah, benci, tersinggung
dan sebagiannya pada diri individu yang menjadi korban pelecehan tersebut. Pelecehan
seksual ini merupakan persoalan yang seharusnya diletakan kepada perspektif gender,dimana
pelecehan seksual merupakan manisfestasi dari besarnya sistem patriarkhi dimana laki-laki
merupakan pengatur kepercayaan sosial.
2. Tujuan Penulisan
a. Tujuan Umum
Untuk mendapatkan gambaran umum serta memahami tentang korban perkosaan dan
pelecehan seksual. Makalah ini dibuat dengan tujuan agar mahasiswa / mahasiswi
memiliki kemampuan konsep pemahaman sebagai tenaga perawat professional di bidang
Keperawatan Jiwa II sehingga mampu menggunakan pendekatan proses keperawatan
yang komprehensif yang mencakup bio, psiko, sosio, dan spiritual.
b. Tujuan Khusus
1. Mampu Penjelasan tentang korban perkosaan dan pelecehan seksual
2. Mampu menerapkan Asuhan keperawatan jiwa dengan korban pemerkosaan dan
pelecehan seksual

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. ASUHAN KEPERAWATAN KORBAN PEMERKOSAAN


1. Pengertian
Perkosaan adalah tindakan kekerasan atau kejahatan seksual berupa hubungan seksual
yang dilakukan oleh laki-laki terhadap perempuan dengan kondisi atas kehendak dan
persetujuan perempuan, dengan persetujuan perempuan namun dibawah ancaman,
dengan persetujuan perempuan namun melalui penipuan. Dalam KUHP pasal 285
disebutkan perkosaan adalah kekerasan atau ancaman kekerasan, memaksa seseorang
perempuan bersetubuh dengan laki-laki diluar pernikahan.
2. Penyebab Terjadinya Pemerkosaan
 Kemarahan
 Mencari kepuasan seksual
 Prilaku wanita-wanita yang menggoda
 Gambar atau film porno
Resiko Psikis dan Kesehatan Reproduksi
 Korban perkosaan biasanya mengalami trauma
 Rasa takut yang berkepanjangan
 Tidak mampu kembali berinteraksi secara sosial dengan masyarakat secara
normal
 Tak jarang dikucilkan dan buang oleh lingkungannya karena dianggap membawa
aib
 Resiko tinggi menjadi tidak mampu melakukan aktivitas seksual secara normal
pada kehidupannya dimasa datang
3. Pelaku pemerkosaan
 Perkosaan yang Diakui dan orang yang Dikenal (bapak , paman, dan saudara)
 Perkosaan oleh orang yang tak dikenal
Perkosaan oleh oarang asing (tak dikenal) perkosaan jenis ini sering kali disertai
dengan tindak kejahatan lain seperti perampokan, pencurian, penganiayaan
ataupun pembunuhan
 Perkosaan oleh orang teman atau pacar (dating rape)
Perkosaan ini terjadi ketika korban berkencan dengan pacarnya, sering kali diawali
dengan cumbuan yang diakhiri dengan pemaksaan hubungan seks.
 Perkosaan oleh orang yang dikenal
 Perkosaan dalam pernikahan (marital rape)
Biasanya terjadi terhadap istri yang punya ketergantungan sosial ekonomi pada
suami berupa pemaksaan hubungan yang tidak dikehendaki oleh pihak istri
 Perkosaan oleh atasan ditempat kerja
4. Perempuan yang rentan terhadap korban pemerkosaan
a. Kekurangan pada fisik dan mental, adanya suatu penyakit atau permasalahan
berkaitan dengan fisik sehingga perempuan duduk diatas kursi roda, bisu, tuli,
buta atau keterlambatan mental. Mereka tidak mampu mengadakan perlawanan.
b. Pengungsi , imigran, tidak mempunyai rumah anak jalanan atau gelandangan,
didaerah perperangan
c. Korban tindak kekerasan suami atau pacar
5. Dampak perkosaan
Tindak pemerkosaan membawa dampak emosional dan fisik pada korbannya.
Secara emosional korban pemerkosaan bisa mengalami :
 Perasaan mudah marah
 Takut, cemas dan gelisah
 Rasa bersalah
 Malu, reaksi-reaksi lain yang bercampur aduk
 Merasa menyalahkan diri sendiri
 Menangis bila mengingat peristiwa tersebut
 Ingin melupakan peristiwa yang telah terjadi
 Merasa takut hubungan intim
 Mersa diri tidak normal, kotor, berdosa dan tidak berguna
 Stress depresi dan guncangan jiwa
 Ingin bunuh diri
Secara fisik, korban mengalami hal-hal berikut :
 Penurunan nafsu makan
 Merasa lelah , tidak ada gairah, sulit tidur dan sakit kepala
 Selalu ingin muntah
 Perut dan vagina selalu merasa sakit
 Beresiko tertular PMS
 Luka ditubuh akibat perkosaan dengan kekerasan dan lainnya
6. Fase Reaksi Psikolog Terhadap Perkosaan
1. Fase disorganisasi akut
Fase yang di manifestasikan dalam 2 cara :
a. Keadaan terekspresi yaitu syok, tidak percaya, takut, rasa memalukan, marah
dan bentuk emosi yang lainnya.
b. Keadaan terkontrol, dimana perasaan tertutup atau tersembunyi dan korban
tampak tenang
2. Fase menyangkal dan tanpa keinginan untuk bicara tentang kejadian, diikuti tahap
cemas yang meningkat, takut mengingat kembali, gangguan tidur, terlalu waspada dan
reaksi psikosomatik.
3. Fase Reorganisasi
Dimana kejadian ditempatkan pada perspektif, beberapa korban tidak benar-benar
pulih dan mengembangkan gangguan stress kronik.

7. Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan adalah memberikan dukungan simpatis, untuk menurunkan
trauma, emosional pasien dan mengumpulkan bukti yang ada untuk kemungkinan tindakan
legal.
 Hormati privacy dan sensitifitas pasien, bersikap baik dan memberikan dukungan.
 Yakinkan pasien bahwa cemas adalah sesuatu yang dialami.
 Terima reaksi emosi pasien, misalnya terlalu perasa.
 Jangan tinggalkan pasien sendiri

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengakjian
1. Identitas Klien
Terdiri dari nama, alamat, umur, pekerjaan, status perkawinan, agama, tanggal masuk,
diagnosa, tanggal didata, dll
2. Riwayat Kesehatan
 Riwayat kesehatan sekarang
 Riwayat kesehatan keluarga
 Riwayat kesehatan dahulu
3. Pemeriksaan Fisik
 Kepala : Bagaimana kepala dan rambut
 Mata : Bagaimana keadaan palpebra, conjungtiva, sklera, pupil,
 Mulut : Tonsil, keadaan lidah dan gigi geligi
 Leher : Apakah mengalami pembesaran kelenjer tyroid
 Dada : Jenis pernafasan
 Abdomen : Apakah simetris, oedema, lesi, dan bunyi bising usus
 Genitalia : Bagaimana alat genitalianya
 Ekstremitas : Kegiatan dan aktivitas

Pohon masalah
Isolasi sosial = menarik diri

Gangguan konsep diri=harga


→ masalah utama
diri


Koping individu tidak efektif

B. DIAGNOSA YANG MUNCUL


1. Gangguan konsep diri :harga diri rendah berhubungan koping individu tidak efektif
2. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan perkosaan (luka bekas perkosaan).
3. Cemas berhubungan dengan status sosial, krisis situasi.
C. PERENCANAAN
Dx 1 : Gangguan konsep diri : harga diri rendah berhubungan koping individu tidak efektif
Tujuan umum 1 :
 Klien dapat melakukan keputusan yang efektif untuk mengendalikan situasi
kehidupan yang demikian menurunkan perasaan rendah diri
 Klien dapat membina hubungan terapeutik dengan perawat

Kriteria Hasil 1 :

 Klien mampu duduk berdampingan dengan perawat


 Klien mampu berbincang-bincang dengan perawat
 Klien mampu merespon tindakan perawat

Intervensi 1 :
 Lakukan pendekatan dengan baik, menerima klien apa adanya dan bersikap
empati
 Cepat mengendalikan perasaan dan reaksi perawatan diri sendiri misalnya rasa
marah,empati
 Sediakan waktu untuk berdiskusi dan bina hubungan yang sopan
 Berikan kesempatan kepada klien untuk merespon

Tujuan umum 2 :

Klien dapat mengenali dan mengekspresikan emosinya

Kriteria hasil 2:

 Klien dapat mengungkapkan perasaannya


 Klien mampu mengenali emosinya dan dapat mengekspresikannya

Intervensi 2 :

 Tunjukan emosional yang sesuai


 Gunakan teknik komunikasi terapeutik terbuka
 Bantu klien mengekpresikan perasaannya
 Bantu klien mengidentifikasi situasi kehidupan yang tidak berada dalam kemampuan
dan mengontrolnya
 Dorong untuk menyatakan secara verbal perasaan-perasaan yang berhubungan
dengan ketidakmampuan

Tujuan umum 3 :

Klien dapat memodifikasi pola kognitif yang negatif

Kriteria hasil 3 :

 Klien dapat mengidentifikasi pemikiran yang negatif


 Klien dapat menurnkan penilain yang negatif pada dirinya

Intervensi 3:

 Diskusikan masalah yang dihadapi klien dengan memintanya untuk menyimpulkannya


 Identifikasi pemikiran negatif klien dan bantu untuk menurunkan melalui interupsi dan
substitusi
 Evaluasi ketetapan persepsi logika dan kesimpulan yang dibuat klien
 Kurangi penilaian klien yang negatif terhadap dirinya
 Bantu klien menerima nilai yang dimilikinya atau perilakunya atau perubahan yang
terjadi pada dirinya

Dx 2 : Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan perkosaan (luka bekas perkosaan).

Tujuan : Rasa nyaman terpenuhi

Kriteria hasil : Nyeri hilang, klien tampak rilek

Intervensi :

 Kaji tipe atau lokasi nyeri.


 Dorong dengan menggunakan teknik manajemen stress, contoh nafas dalam
 Atur posisi klien kearah yang nyaman
 Memberikan obat sesuai indikasi, contoh analgesik

Dx 3 : Cemas berhubungan dengan status sosial, krisis situasi.


Tujuan : Cemas teratasi

Kriteria hasil : Klien tidak cemas lagi

Intervensi :

 Berikan pasien atau orang terdekat


 Kaji tingkat cemas dan diskusikan penyebabnya bila mungkin
 Kembangkan hubungan pasien-perawat
 Rujuk pada pelayanan sosial atau lembaga lain yang sesuai untuk bantuan
D. IMPLEMENTASI
Tindakan yang langsung yang dilakukan pada klien baik yang sesuai dengan yang
direncanakan maupun yang tidak direncanakan. Implementasi ini dilakukan untuk mencapai
tujuan yang diharapkan.
E. EVALUASI
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan yang terdiri dari SOAP (Subjective,
Objective, Analisa dan Planning).

Anda mungkin juga menyukai