Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

SIMULASI PENDIDIKAN KESEHATAN DENGAN KASUS


GANGGUAN ENDOKRIN, IMULOGI
DOSEN : KARMITHASARI YANDRA K, Ners, M.Kep.

DISUSUN OLEH :
MAHASISWA TINGKAT II B
LEONARDO 2018.C.10a.0975

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2019/2020

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya ucapkan Kepada Tuhan Yang Maha Esa. Berkat
limpahan rahmat dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan Makalah tentang
Simulasi Pendidikan Kesehatan Dengan Kasus Gangguan Endokrin,
Imunologi. Penyusunan makalah ini bertujuan agar para pembaca dapat
menambah wawasan dan pengetahuannya.

saya menyadari bahwa makalah ini mungkin terdapat kesalahan dan jauh
dari kata sempurna. Oleh karena itu, saya mengharapkan saran dan kritik dari
pembaca dan mudah-mudahan makalah ini dapat mencapai sasaran yang
diharapkan sehingga dapat bermanfaat bagi kita semua.

Palangkaraya, 16 maret 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

BAB 1
BAB 2
2.2 Upaya-upaya Pencegahan Primer, Sekunder, Dan Tersier Pada Sistem
Imunologi HIV/AIDS.....................................................................................
9
3.1 Kesimpulan...................................................................................................11
3.2 Saran.............................................................................................................11
12

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Diabetes Melitus (DM) atau sering di sebut sebagai penyakit kencing manis
merupakan suatu keadaan dimana tubuh tidak bisa menghasilkan hormon insulin
sesuai kebutuhan atau tubuh tidak bisa memanfaatkan secara optimal insulin yang
di hasilkan, sehingga terjadi peningkatan kadar gula dalam darah melebihi batas
normal. Diabetes Melitus bisa juga terjadi karena hormon insulin yang di hasilkan
oleh tubuh tidak dapat bekerja dengan baik (Smeltzer and Bare 2002).

Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang menyerang


kekebalan tubuh seseorang dan menyebabkan tubuh menjadi lemah. Seseorang
yang menderita HIV tidak selalu berarti dia juga menderita Acquired Immune
Deficiency Syndrome (AIDS). Perlu bertahun-tahun untuk pengidap virus
ini dapat berkembang menjadi AIDS. HIV/AIDS tidak bisa disembuhkan. Namun,
dengan obat yang tersedia saat ini seperti obat antiretroviral, sangat mungkin
untuk seseorang yang mengidap penyakit ini memiliki hidup normal dengan
kualitas hidup optimal.

1.2 Rumusan Masalah


1. Jelaskan Upaya-upaya Pencegahan Primer, Sekunder, Dan Tersier Pada
Sistem Endokrin Diabetes Melitus ?
2. Jelaskan Upaya-upaya Pencegahan Primer, Sekunder, Dan Tersier Pada
Sistem Imunologi HIV/AIDS ?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Mengetahui Upaya-upaya Pencegahan Primer, Sekunder, Dan Tersier Pada
Sistem Endokrin Diabetes Melitus ?
2. Menegtahui Upaya-upaya Pencegahan Primer, Sekunder, Dan Tersier Pada
Sistem Imunologi HIV/AIDS ?

4
1.4 Manfaat Penulisan
Diharap dapat menambah pengetahuan mengenai upaya-upaya pencegahan
primer, sekunder, dan tersier pada gangguan sistem endokrin, dan imunologi.

5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Upaya-upaya Pencegahan Primer, Sekunder, Dan Tersier Pada Sistem


Endokrin Diabetes Melitus
1. Pencegahan Primer
Pencegahan primer pada penyakit diabetes melitus adalah upaya pencegahan
yang dilakukan saat proses penyakit diabetes melitus belum dimulai (pada
periode prepatogenesis) dengan tujuan agar tidak terjadi proses
penyakit diabetes melitus.

Pencegahan primer pada penyakit diabetes melitus adalah upaya yang


ditujukan kepada orang-orang sehat dan yang termasuk ke dalam kategori
beresiko tinggi, yaitu orang-orang yang belum terkena penyakit diabetes
melitus tapi berpotensi terkena diabetes melitus.

Sasaran pada penyakit diabetes melitus adalah orang-orang yang belum


terkena penyakit diabetes melitus dan orang-orang yang beresiko terkena
penyakit diabetes melitus.

Tujuannya yaitu untuk mengurangi insiden penyakit diabetes


melitus dengan cara mengendalikan penyebab penyakit dan faktor risikonya.

Upaya–upaya yang dilakukan dalam Pencegahan primer diabetes


melitus meliputi:
a. Penyuluhan Kesehatan
1) Mempertahankan pola makan sehari-hari yang sehat dan
seimbang yaitu:
a) Meningkatkan konsumsi sayuran dan buah.
b) Membatasi makanan tinggi lemak dan karbohidrat sederhana
2) Mempertahankan berat badan normal.
3) Melakukan kegiatan jasmani atau olahraga yang cukup sesuai umur
dan kemampuan.

6
2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder adalah pencegahan yang dilakukan saat proses
penyakit diabetes melitus sudah berlangsung namun belum timbul
tanda/gejala sakit (patogenesis awal) dengan tujuan proses penyakit diabetes
melitus tidak berlanjut dan mencegah komplikasi dari diabetes melitus.

Sasaran pencegahan sekunder pada diabetes melitus adalah masyarakat


yang sudah terdiagnosis terkena penyakit diabetes melitus.

Tujuan pencegahan sekunder pada diabetes melitus yakni menghentikan


proses penyakit diabetes melitus lebih lanjut dan mencegah komplikasi

Bentuk Kegiatan Yang Dilakukan meliputi:


a. Skrining dan chek up kesehatan untuk menemukan penderita diabetes
melitus sedini mungkin yakni dengan pemeriksaan glukosa darah.
b. Pengobatan
c. Diet dengan meningkatkan konsumsi sayuran dan buah serta membatasi
makanan tinggi lemak dan karbohidrat sederhana
d. Pengendalian berat badan yanni dengan mempertahankan berat badan
normal.
e. Olahraga yang cukup sesuai umur dan kemampuan.
f. Penyuluhan mengenai  penyakit diabetes mellitus
g. Terapi  insulin untuk diabetes mellitus
h. Pencegahan komplikasi akut dan kronis
3. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier pada penyakit diabetes adalah pencegahan yang
dilakukan saat proses penyakit diabetes mellitus sudah lanjut (akhir periode
patogenesis) dengan tujuan untuk mencegah cacat dan mengembalikan
penderita diabetes mellitus ke status sehat.

Sasaran pencegahan tersier pada penyakit diabetes mellitus adalah penderita


penyakit diabetes mellitus.

7
Tujuan pencegahan tersier adalah menurunkan kelemahan dan kecacatan,
memperkecil penderitaan dan membantu penderita diabetes mellitus untuk
melakukan penyesuaian terhadap kondisi yang tidak dapat diobati lagi.

Bentuk kegiatan yang dilakukan adalah rehabilitas. Rehabilitasi terdiri dari:


a. Rehabilitasi fisik
Agar bekas penderita diabetes mellitus memperoleh perbaikan fisik
semaksimal-maksimalnya.
b. Rehabilitasi mental
Agar bekas penderita diabetes mellitus dapat menyesuaikan diri dalam
hubungan perorangan dan sosial secara memuaskan. Seringkali
bersamaan dengan terjadinya cacat badaniah muncul pula kelainan-
kelainan atau gangguan mental. Untuk hal ini bekas penderita perlu
mendapat bimbingan kejiwaan sebelum kembali kedalam masyarakat.
c. Rehabilitasi sosia vakasional
Tujuannya supaya bekas penderita diabetes mellitus menempati suatu
pekerjaan/jabatan dalam masyarakat agar kapasitas kerja yang
semaksimal-maksimalnya sesuai dengan kemampuan dan dan ketidak
mampuan.
d. Rehabilitasi aesthetis
Usaha rehabilitasi aesthetis perlu dilakukan untuk mengembalikan rasa
keindahan, walaupun kadang-kadang fungsi dari alat tubuhnya itu sendiri
tidak dapat dikembalikan. Usaha pengembalian bekas penderita diabetes
mellitus ini kedalam masyarakat, memerlukan bantuan dan pengertian
dari segenap anggota masyarakat untuk dapat mengerti dan memahami
keadaan mereka, (fisik, mental dan kemampuannya) sehingga
memudahkan mereka dalam proses penyesuaian dirinya didalam
masyarakat, dalam keadaannya yang sekarang ini. Sikap yang diharapkan
dari warga masyarakat adalah sesuai dengan falsafah pancasila yang
berdasarkan unsur kemanusiaan dan keadilan sosial.

8
2.2 Upaya-upaya Pencegahan Primer, Sekunder, Dan Tersier Pada Sistem
Imunologi HIV/AIDS
1. Pencegahan Primer
Pencegahan primer dilakukan sebelum seseorang terinfeksi HIV. Hal ini
diberikan pada seseorang yang sehat secara fisik dan mental. Pencegahan ini
tidak bersifat terapeutik, tidak menggunakan tindakan yang terapeutik dan
tidak menggunakan identifikasi gejala penyakit. Pencegahan ini meliputi
dua hal, yaitu:
a. Peningkatan kesehatan, misalnya: dengan pendidikan kesehatan
reproduksi tentang HIV/AIDS, standarisasi nutrisi, menghindari seks
bebas screening, dan sebagainya.
b. Perlindungan khusus, misalnya: imunisasi, kebersihan pribadi, atau
pemakaian kondom.
2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder berfokus pada Orang dengan HIV/AIDS (ODHA)
agar tidak mengalami komplikasi atau kondisi yang lebih buruk.
Pencegahan ini dilakukan melalui pembuatan diagnosa dan pemberian
intervensi yang tepat sehingga dapat mengurangi keparahan kondisi dan
memungkinkan ODHA tetap bertahan melawan penyakitnya. Pencegahan
sekunder terdiri dari teknik skrining dan pengobatan penyakit pada tahap
dini. Hal ini dilakukan dengan menghindarkan atau menunda keparahan
akibat yang ditimbulkan dari perkembangan penyakit atau meminimalkan
potensi tertularnya penyakit lain.
3. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier dilakukan ketika seseorang teridentifikasi terinfeksi
HIV/AIDS dan mengalami ketidakmampuan permanen yang tidak dapat
disembuhkan. Pencegahan ini terdiri dari cara meminimalkan akibat
penyakit atau ketidakmampuan melalui intervensi yang bertujuan mencegah
komplikasi dan penurunan kesehatan. Kegiatan pencegahan tersier ditujukan
untuk melaksanakan rehabilitasi, dari pada pembuatan diagnosa dan
tindakan penyakit. Perawatan pada tingkat ini ditujukan untuk membantu
ODHA mencapai tingkat fungsi setinggi mungkin, sesuai dengan

9
keterbatasan yang ada akibat HIV/AIDS. Tingkat perawatan ini bisa disebut
juga perawatan preventive, karena di dalamnya terdapat tindak pencegahan
terhadap kerusakan atau penurunan fungsi lebih jauh. Misalnya, dalam
merawat seseorang yang terkena HIV/AIDS, disamping memaksimalkan
aktivitas ODHA dalam aktivitas sehari-hari di masyarakat, juga mencegah
terjadinya penularan penyakit lain ke dalam penderita
HIV/AIDS. Mengingat seseorang yang terkena HIV/AIDS mengalami
penurunan imunitas dan sangat rentan tertular penyakit lain.

Selain hal-hal tersebut, pendekatan yang dapat digunakan dalam upaya


pencegahan penularan infeksi HIV/AIDS adalah penyuluhan untuk
mempertahankan perilaku tidak beresiko. Hal ini bisa dengan menggunakan
prinsip ABCDE yang telah dibakukan secara internasional sebagai cara
efektif mencegah infeksi HIV/AIDS lewat hubungan seksual. ABCDE ini
meliputi:
A. = abstinensia, tidak melakukan hubungan seks terutama seks berisiko
tinggi dan seks pranikah.
B. = be faithful, bersikap saling setia dalam hubungan perkawinan atau
hubungan tetap.
C. = condom, cegah penularan HIV dengan memakai kondom secara benar
dan    konsisten untuk para penjaja seksual.
D. = drugs, hindari pemakaian narkoba suntik.
E. = equipment , jangan memakai alat suntik bergantian.

Upaya penanggulangan penyakit HIV/AIDS dapat dilakukan


dengan menyediakan Rumah Sakit atau tempat perawatan khusus bagi
pasien penderita HIV/AIDS dan dijaga sedemikian rupa sehingga penularan
kepada yang sehat dapat dicegah serta melakukan pemantauan secara terus
menerus untuk melihat perkembangan masalah AIDS agar masalah AIDS
ini dapat ditangani dengan baik.

10
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Diabetes melitus adalah penyakit degeneratif dan merupakan suatu penyakit
yang komplek yang melibatkan kelainan metabolisme karbohidrat, protein, dan
lemak   serta dapat mengancam hidup dan disebabkan oleh defisiensi insulin dan
karena adanya peningkatan kadar gula dalam darah.

HIV (Human Immuno–Devesiensi) adalah virus yang hanya hidup dalam


tubuh manusia, yang dapat merusak daya kekebalan tubuh manusia. AIDS
(Acguired Immuno–Deviensi Syndromer) adalah kumpulan gejala menurunnya
gejala kekebalan tubuh terhadap serangan penyakit dari luar.

3.2 Saran
Dengan adanya makalah ini, semoga dapat digunakan sebagai pedoman bagi
pembaca khususnya mahasiswa/mahasiswi keperawatan. Makalah ini masih
banyak kekurangan dalam hal penulisan maupun isi. Oleh sebab itu penulis
mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan penyusunan makalah ini.

11
DAFTAR PUSTAKA

Elisabeth J. Corwin, (2001). Buku Saku Patofisiologi, Jakarta: EGC

Hegner, Barbara R. , (2003). Asisten Keperawatan: suatu pendekatan proses


keperawatan, edisi 6, Jakarta: EGC

Long C. Barbara (1996). Perawatan Medikal Bedah Volume 3, Yayasan Ikatan


Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran, Bandung

Triyanto, E., dan Setyoadi. (2012). Strategi Pelayanan Keperawatan Bagi


Penderita AIDS. Yogyakarta: Graha Ilmu

Notoatmodjo, S. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka

12

Anda mungkin juga menyukai