Anda di halaman 1dari 47

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA RENTAN DENGAN TAHAPAN

ANAK USIA SEKOLAH

OLEH :

KELOMPOK 1

TETTY OCTAVIA S 08190100001

YUSMAIDALENA H 08190100002

TIARA DWI PEBRIANI 08190100003

NURYANI ASIYAH 08190100004

TANJUNG DWI R 08190100005

NEDI ADI PANTASA 08190100006

MARIA CHRISTIANA 08190100007

NIKE NIKITA 08190100008

MEGA UNZILA G 08190100009

TEUKU MUHAMMAD 081901000011

ULFAH SITI N 081901000012

ALBINA 081901000013

LISNA NURWIZY 081901000038

TRESSIYANA PERMATA 081901000039

LELI LISNAWATI 081901000040

ENDANG ROSALINA 081901000041

YUHESTI 081901000042

ANI WIDYAWATI 081901000043

MEGA HARTATI 081901000044

AYU DWI PUTRI 081901000045

YANCE TAMPANI 081901000046

PROGRAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU
JAKARTA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keluarga berasal dari bahasa sansekerta kulu dan warga atau kuluwarga

yang berarti anggota kelompok kerabat (Padila, 2012). Friedman (2010)

menyatakan keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh

kebersamaan dan kedekatan emosional serta yang mengidentifikasi diri sebagai

bagian dari keluarga.

Harmoko (2012) menyebutkan bahwa keluarga memiliki delapan tahap

perkembangan. Tahap pertama yaitu keluarga pasangan baru (beginning

family), tahap kedua keluarga dengan kelahiran anak pertama (child bearing

family), tahap ketiga keluarga dengan anak usia prasekolah (families with

preschool), tahap keempat keluarga dengan anak usia sekolah (families with

children), tahap kelima keluarga dengan anak remaja (families with teenagers),

tahap keenam keluarga dengan anak dewasa (launching center families), tahap

ketujuh keluarga usia pertengahan (middle age families) dan tahap kedelapan

keluarga usia lanjut.

Tahap perkembangan keluarga mempunyai tugas perkembangannya

masing-masing. Tahap keempat dari perkembangan keluarga adalah keluarga

dengan anak usia sekolah. Tahap ini dimulai pada saat anak tertua memasuki 2

sekolah pada usia 6 tahun dan berakhir pada usia 12 tahun. Pada fase ini
umumnya keluarga mencapai jumlah anggota keluarga maksimal, sehingga

keluarga sangat sibuk. Selain aktifitas sekolah, masing-masing akan memiliki

aktifitas dan minat sendiri. Demikian pula orang tua yang mempunyai aktifitas

berbeda dengan anak (Harmoko, 2012).

Oleh karena itu keluarga dengan tahap perkembangan usia anak sekolah

mempunyai tugas antara lain mensosialisasikan anak-anak, termasuk

meningkatkan prestasi sekolah dan mengembangkan hubungan dengan teman

sebaya yang sehat, mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan,

memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga, mendorong anak untuk

mencapai pengembangan daya intelektual dan menyediakan aktivitas untuk

anak (Padila, 2012). Keluarga dengan usia anak sekolah mempunyai masalah

kesehatan yang sering terjadi. Masalah kesehatan yang sering terjadi pada tahap

perkembangan keluarga ini antara lain kesulitan belajar, gangguan tingkah laku,

perawatan gigi yang tidak adekuat, penganiayaan anak, penyalahgunaan zat

hingga penyakit menular atau infeksi (Edelman & Mandle, 1986 dalam Setiadi

2008).

Berdasarkan latar belakang diatas maka kami tertarik untuk membuat

makalah “Asuhan Keperawatan Keluarga Rentan dengan Tahapan Anak Usia

Sekolah”.
B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mahasiswa mampu untuk menjelaskan Asuhan Keperawatan Keluarga

Rentan dengan Tahapan Anak Usia Sekolah.

2. Tujuan Khusus

a. Mampu melakukan pengkajian keperawatan pada Tahapan Anak Usia

Sekolah

b. Mampu menentukan masalah keperawatan pada Tahapan Anak Usia

Sekolah

c. Mampu merencanakan tindakan keperawatan pada Tahapan Anak Usia

Sekolah

d. Mampu melaksanakan Tindakan keperawatan pada Tahapan Anak Usia

Sekolah

e. Mampu melakukan evaluasi keperawatan pada Tahapan Anak Usia

Sekolah
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar Keluarga

1. Pengertian

Keluarga merupakan unit sosial terkecil dalam masyarakat dan dapat

memberikan pengaruh yang besar bagi perubahan social (Lestari, 2014).

Menurut Duvall, Keluarga adalah sekumpulan orang yang dihubungkan

oleh ikatan perkawinan, adopsi, kelahiran yang bertujuan menciptakan dan

mempertahankan budaya yang umum; meningkatkan perkembangan fisik,

mental, emosional dan sosial dari tiap anggota. Keluarga adalah

perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah,

perkawinan atau adopsi dan tiap-tiap anggota keluarga selalu berinteraksi

satu sama lain (Mubarak & Chayatin, 2011).

2. Tipe Keluarga

Menurut (Friedman, Bowden, & Jones, 2003) dalam (Susanto, 2012), tipe

keluarga yaitu :

a. Tradisional

1) The Nuclear Family (Keluarga Inti)

Keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak

2) The Dyad Family (Keluarga tanpa anak)

Keluarga yang terdiri dari suami dan istri (tanpa anak) yang hidup

Bersama dalam satu rumah


3) Keluarga usila

Keluarga yang terdiri dari suami dan istri yang sudah tua dengan

anak sudah memisahkan diri

4) The Childless Family

Keluarga tanpa anak karena terlambat menikah dan untuk

mendapatkan anak terlambat waktunya yang disebabkan karena

mengejar karir/pendidikan yang terjadi pada wanita.

5) The Extended Family

Keluarga yang terdiri dari tiga generasi yang hidup bersama dalam

satu rumah seperti nuclear family disertai paman, tante, orang tua

(kakek nenek) dan keponakan

6) Commuter Family

Kedua orang tua bekerja di kota yang berbeda, tetapi salah satu kota

tersebut sebagai tempat tinggal dan orang tua yang bekerja di luar

kota biasa berkumpul dengan anggota keluarga pada saat akhir

pekan atau pada waktu waktu tertentu.

7) The Single Parent Family

Keluarga yang terdiri dari satu orang tua (ayah atau ibu) dengan anak

8) Multigenerational Family

Keluarga dengan beberapa generasi atau kelompok umur yang

tinggal bersama dalam satu rumah


9) Kin-network Family

Beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah atau saling

berdekatan dan saling menggunakan barang-barang dan pelayanan

yang sama. Contoh: Dapur, kamar mandi, telepon dan lain-lain.

10) Blended Family

Duda atau janda karena perceraian yang menikah kembali dan

membesarkan anak dari hasil perkawinan atau hasil perkawinan

sebelumnya.

11) The Single Adult Family

Keluarga yang terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri karena

pilihannya atau perpisahan (separasi) seperti: perceraian atau

ditinggal mati

b. Non tradisional

1) The Unmarried Teenage Mother

Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu) dengan anak dari

hubungan tanpa menikah

2) Thestep-parent Family

Keluarga dengan orang tua tiri

3) Commune Family

Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak ada

hubungan saudara yang hidup bersama dalam satu rumah.

Sosialisasi anak dengan aktivitas kelompok/membesarkan anak

bersama.
4) The Nonmarital Heterosexual Cohabitting Family

Keluarga yang hidup bersama berganti-ganti pasangan tanpa melalui

pernikahan

5) Gay and Lesbian Family

Seseorang yang mempunyai persamaan orientasi seksual hidup

Bersama sebagaimana ‘marital partners’

6) Cohabitating Family

Orang dewasa yang hidup bersama di luar ikatan perkawinan karena

beberapa alasan tertentu.

7) Grorup Network Family

Keluarga inti yang dibatasi oleh aturan atau nilai-nilai, hidup

berdekatan satu sama lain dan saling menggunakan barang-barang

rumah tangga bersama, pelayanan dan bertanggung jawab

membesarkan anaknya

8) Foster Family

Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga/saudara

sementara waktu, pada saat orang tua anak tersebut perlu

mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali keluarga aslinya

9) Homeless Family

Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan yang

permanen karena krisis personal yang dihubungkan dengan keadaan

ekonomi dan atau problem kesehatan mental.


10) Gang

Sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari orang-orang muda yang

mencari ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai perhatian

tetapi berkembang dalam kekerasan dan kriminal dalam

kehidupannya.

3. Struktur Keluarga

Menurut (Friedman, 1998) dalam (Harmoko, 2012) menyatakan struktur

keluarga antara lain :

a. Struktur peran keluarga

Peran didasarkan pada preskripsi dan harapan peran yang menerangkan

apa yang individu-individu harus lakukan dalam suatu situasi tertentu

agar dapat memenuhi harapan-harapan mereka sendiri atau harapan

orang lain yang menyangkut peran-peran tersebut

b. Sistem nilai dalam keluarga

Nilai-nilai keluarga didefinisikan sebagai suatu sistem ide, sikap dan

kepercayaan tentang nilai suatu keseluruhan atau konsep yang secara

sadar maupun tidak sadar mengikat bersama-sama seluruh anggota

keluarga dalam suatu budaya yang lazim

c. Pola dan proses komunikasi

Komunikasi merupakan suatu proses simbolik, transaksional untuk

menciptakan dan mengungkapkan pengertian dalam keluarga.


d. Struktur kekuasaan dalam keluarga

Kekuasaan keluarga sebagai sebuah karakteristik dari sistem keluarga

adalah kemampuan, baik potensial maupun aktual dari seorang individu

untuk mengubah tingkah laku anggota keluarga.

4. Fungsi Keluarga

Menurut (Friedman, Bowden, & Jones, 2003) dalam (Susanto, 2012), fungsi

keluarga yaitu:

a. Afektif dan koping

Keluarga memberikan kenyamanan emosional anggota, membantu

anggota dalam membentuk identitas dan mempertahankan saat terjadi

stress.

b. Sosialisasi

Keluarga sebagai guru, menanamkan kepercayaan, nilai, sikap dan

mekanisme koping; memberikan feedback dan memberikan petunjuk

dalam pemecahan masalah.

c. Reproduksi

Keluarga melahirkan anaknya.

d. Ekonomi

Keluarga memberikan finansial untuk anggota keluarganya dan

kepentingan di masyarakat.
e. Fisik Atau Perawatan Kesehatan

Keluarga memberikan keamanan, kenyamanan lingkungan yang

dibutuhkan untuk pertumbuhan, perkembangan dan istirahat termasuk

untuk penyembuhan dari sakit.

5. Tugas Keluarga dalam Bidang Kesehatan

Menurut (Freeman & Heinrich, 1981) dalam (Setyawan, 2012) sesuai

dengan fungsi keluarga dalam pemeliharaan kesehatan, maka keluarga juga

mempunyai tugas dalam bidang kesehatan, yang antara lain adalah:

a. Mengenal masalah kesehatan setiap anggota keluarga. Perubahan

sekecil apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak langsung

menjadi perhatian dan tanggung jawab keluarga, oleh karena itu perlu

mencatat dan memperhatikan segala perubahan yang terjadi dalam

keluarga.

b. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi

c. Memberikan perawatan kepada anggota keluaraganya yang sakit atau

yang tidak dapat membantu dirinya sendiri.

d. Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan kesehatan dan

perkembangan kepribadian anggota keluarga.

e. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan Lembaga

kesehatan dengan memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada


6. Tugas Perkembangan

Tahap perkembangan keluarga menurut (Harmoko, 2012), yaitu :

a. Tahap pertama keluarga baru (beginning family)

Tugas perkembangan pada tahap ini antara lain:

1) Membina hubungan intim dan kepuasan bersama.

2) Menetapkan tujuan bersama.

3) Membina hubungan dengan keluarga lain; teman, dan kelompok

sosial.

b. Tahap kedua keluarga dengan kelahiran anak pertama (child bearing

family)

Tugas perkembangan pada tahap ini antara lain:

1) Persiapan menjadi orang tua.

2) Membagi peran dan tanggung jawab.

3) Menata ruang untuk anak atau mengembangkan suasana rumah yang

menyenangkan.

4) Mempersiapkan biaya atau dana child beearing.

c. Tahap ketiga keluarga dengan anak pra sekolah (families with

preschool)

Tugas perkembangan pada tahap ini antara lain:

1) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti: kebutuhan tempat

tinggal, privasi dan rasa aman.

2) Membantu anak untuk bersosialisasi.

3) Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan anak

yang lain juga harus terpenuhi.


d. Tahap keempat keluarga dengan anak usia sekolah (families with

children)

Tugas perkembangan pada tahap ini antara lain:

1) Memberikan perhatian tentang kegiatan sosial anak, pendidikan dan

semangat belajar.

2) Tetap mempertahankan hubungan yang harmonis dalam

perkawinan.

3) Mendorong anak untuk mencapai pengembangan daya intelektual.

e. Tahap kelima keluarga dengan anak remaja (families with teenagers)

Tugas perkembangan pada tahap ini antara lain:

1) Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab

mengingat remaja yang sudah bertambah dan meningkat

otonominya.

2) Mempertahankan hubungan yang intim dengan keluarga.

3) Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orang tua,

hindariperdebatan, kecurigaan dan permusahan.

f. Tahap keenam keluarga dengan anak dewasa atau pelepasan (lounching

center families)

Tugas perkembangan pada tahap ini antara lain:

1) Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar.

2) Mempertahankan keintiman pasangan.

3) Membantu orang tua suami atau istri yang sedang sakit dan

memasuki masa tua.


g. Tahap ketujuh keluarga usia pertengahan (middle age families)

Tugas perkembangan pada tahap ini antara lain:

1) Mempertahankan kesehatan.

2) Mempunyai lebih banyak waktu dan kebebasan dalam arti mengolah

minat sosial dan waktu santai.

3) Memulihkan hubungan antara generasi muda dengan generasi tua.

4) Keakraban dengan pasangan.

h. Tahap kedelapan keluarga usia lanjut

Tugas perkembangan pada tahap ini antara lain:

1) Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan.

2) Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan

fisik dan pendapatan.

3) Mempertahankan keakraban suami istri dan saling merawat.

4) Mempertahankan hubungan anak dan sosial masyarakat.

B. Konsep Dasar Anak Usia Sekolah

1. Pengertian

UU No. 23 Tahun 2002, menyebutkan anak merupakan seseorang yang

belum berusia 18 tahun. Sedangkan anak usia sekolah yaitu anak dengan

rentang usia 7-12 tahun.

Menurut Yusuf (2011) anak usia sekolah merupakan anak usia 6-12 tahun

yang sudah dapat mereaksikan rangsang intelektual atau melaksanakan

tugas-tugas belajar yang menuntut kemampuan intelektual atau kemampuan

kognitif (seperti: membaca, menulis, dan menghitung).


2. Karakteristik

Karakteristik anak usia sekolah menurut Hardinsyah dan Supariasa (2016)

yaitu anak usia sekolah (6-12 tahun) yang sehat memiliki ciri di antaranya

adalah banyak bermain di luar rumah, melakukan aktivitas fisik yang tinggi,

serta beresiko terpapar sumber penyakit dan perilaku hidup yang tidak sehat.

Secara fisik dalam kesehariannya anak akan sangat aktif bergerak, berlari,

melompat, dan sebagainya. Akibat dari tingginya aktivitas yang dilakukan

anak, jika tidak diimbangi dengan asupan zat gizi yang seimbang dapat

menimbulkan beberapa masalah gizi yaitu di antaranya adalah malnutrisi

(kurang energi dan protein), anemia defisiensi besi, kekurangan vitamin A

dan kekurangan yodium.

3. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Usia Sekolah

Tumbuh kembang adalah manifestasi yang kompleks dari perubahan

morfologi, biokimia, dan fisiologi yang terjadi sejak konsepsi sampai

maturasi/ dewasa (Soetjiningsih, 2013).

Petumbuhan dan perkembangan memiliki dampak terhadap aspek fisik dan

berkaitan dengan pematangan fungsi organ/ individu (Cahyaningsih, 2011).

Pertumbuhan dan perkembangan terjadi dalam berbagai aspek, mulai dari

pertumbuhan fisik, maturasi sistem organ, perkembangan psikososial,

perkembangan kognitif, perkembangan moral dan spiritual, perkembangan

keterampilan motorik, perkembangan sensorik, perkembangan komunikasi

dan bahasa, hingga perkembangan emosional dan sosial.


a. Pertumbuhan Fisik

Menurut Feigelman (2007) sejak usia 6 sampai 12 tahun, anak tumbuh

rata-rata 6 sampai 7 cm pertahun, sementara penambahan berat badan

sebesar 3 sampai 3,5 kilogram per tahun. Pada akhir masa usia sekolah,

sebagian besar anak perempuan melampaui tinggi dan berat badan anak

laki-laki (Kyle, Terri, 2014). Cahyaningsih (2011) mengatakan proporsi

tubuh lebih ramping dengan kaki yang panjang. Postur lebih tinggi dari

anak usia pra sekolah untuk memfasilitasi lokomotor dan efisiensi dalam

menggunakan lengan. Pada masa ini dikenal dengan usia tanggalnya

gigi dan awal masa kanak-kanak pertengahan dikenal sebagai anak itik

yang buruk karena gigi sekunder yang baru tampak terlalu besar di

bandingkan wajah.

b. Maturasi Sistem Organ

Cahyaningsih (2011) mengatakan pada usia sekolah, masalah lambung

lebih sedikit, kapasitas kandung kemih juga lebih besar, denyut jantung

dan frekuensi pernapasan turun terus menerus, tekanan darah

meningkat, sistem imun lebih kompeten, dan tulang mengalami

pengerasan.

1) Sistem Neurologi

Pada usia 10 tahun, terjadi pertumbuhan bentuk kepala menjadi

lebih panjang dan pertumbuhan tulang wajah mengubah proporsi

wajah.
2) Sistem Pernapasan

Terjadi pengurangan pada frekuensi pernapasan, pernapasan

abdomen menghilang, dan menjadi pernapasan diafragma. Tonsil

menurun ukurannya dari masa prasekolah, namun masih lebih besar

dari masa remaja.

3) Sistem Kardiovaskuler

Tekanan darah anak usia sekolah akan meningkat dan denyut nadi

megnalami penurunan

4) Sistem Gastrointestinal

Selama usia sekolah, terjadi tanggalnya ke-20 gigi primer/ susu dan

digantikan oleh 28 dari 32 gigi permanen, kecuali gigi geraham

ketiga. Kebutuhan kalori anak usia sekolah lebih rendah dari

beberapa tahun sebelumnya.

5) Sistem Genitourinarius

Kapasitas kandung kemih meningkat. Kapasitas kandung kemih

yang lebih besar akan memungkinkan anak mengalami periode lebih

panjang antara berkemih.

6) Pubertas

Biasanya dicirikan dengan terbentuknya karakteristik seksual

sekunder, terjadi pertumbuhan yang cepat pada anak perempuan dan

pertumbuhan yang agak lambat pada anak laki-laki. Cahyaningsih

(2011) mengatakan tanda fisiologis pertama muncul sekitar usia 9

tahun (terutama pada anak perempuan) dan biasanya tampak jelas

pada usia 11-12 tahun.


7) Sistem Muskuloskeletal

Pertumbuhan pada muskuloskeletal memicu peningkatan koordinasi

dan kekuatan meskipun otot masih belum matang dan mudah

mengalami cedera

8) Sistem Imun

Sistem limfatik tumbuh hingga anak usia 9 tahun dan menjadi lebih

kompeten dalam melokalilsir infeksi dan menghasilkan respons

antibody-antigen, anak usia sekolah dapat mengalami lebih sedikit

infeksi.

c. Perkembangan psikososial

Anak mengembangkan rasa harga diri anak usia sekolah dengan terlibat

dalam berbagai aktivitas di rumah, di sekolah, dan di komunitas yang

mengembangkan keterampilan kognitif dan sosialnya. Cahyaningsih

(2011) mengatakan selama masa ini, anak membina hubungan dengan

teman sebaya sesama jenis setelah pengabaian pada tahun-tahun

sebelumnya dan diawali dengan ketertarikan pada lawan jenis yang

menyertai pubertas.

d. Perkembangan kognitif

Anak mampu melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain dan berpikir

melalui suatu tindakan, mengantisipasi akibatnya dan kemungkinan

harus memikirkan kembali tindakannya. Piaget dalam Diane E.,dkk

(2009) mengatakan penalaran moral berkembang dalam tiga tahap. Pada

tahap pertama (sekitar usia 2 - 7 tahun) didasarkan pada kepatuhan pada

pihak otoritas dimana anak tidak dapat membayangkan lebih dari satu
cara untuk melihat persoalan moral. Tahap kedua (sekitar usia 7 atau 8

tahun sampai 10 atau 11 tahun) dicirikan dengan flesibilitas dan sedikit

kadar kemandirian didasarkan atas rasa hormat dan kerjasama timbal

balik dimana anak mulai mengembangkan rasa keadilan mereka

didasarkan pada keadilan atau perlakuan yang sama untuk semua orang.

Tahap ketiga (sekitar usia 11 atau 12 tahun), anak mampu melakukan

penalaran formal dan terjadi perkembangan moral dimana kesetaraan

memiliki makna yang berbeda. Anak meyakini bahwa setiap orang

harus diperlakukan sama secara bertahap memberikan jalan untuk ide

pemerataan, mempertimbangkan situasi yang spesifik. Cahyaningsih

(2011) mengatakan anak mengembangkan pemahaman mengenai

hubungan antara suatu hal dengan ide. Kemampuan anak meningkat

dalam menguasai simbol dan menggunakan simpanan memori masa lalu

untuk mengevaluasi dan menginterpretasikan masa kini.

e. Perkembangan moral dan spiritual

Kohlberg (1984) dalam Kyle, Terri (2014) mengatakan, perkembangan

moral anak usia sekolah berada pada tahap konvensional. Menurut Ford

(2007) dalam Kyle, Terri (2014), selama usia sekolah, anak mampu

mengembangkan keinginan untuk memahami lebih banyak tentang

agama mereka. Diane E.,dkk (2009) mengatakan aspek penalaran moral

merupakan kemampuan memahami kewajiban timbal balik dan

mengantisipasi bagaimana perasaan seseorang ketika terdapat janji yang

dilanggar. Cahyaningsih (2011) mengatakan penguatan dan hukuman

dapat mengarahkan penilaian anak mengenai tindakan yang buruk


merupakan melanggar peraturan dan membahayakan. Anak berpikir

dalam batasan konkret namun memiliki kemauan yang kuat untuk

mempelajari Tuhan. Kohlberg dalam Wong (2008) mengatakan anak

usia sekolah akan mampu menilai suatu tindakan berdasarkan niat

dibandingkan dengan akibat yang dihasilkannya.

f. Perkembangan keterampilan motorik

Keterampilan motorik kasar dan halus terus mengalami kematangan

selama masa usia sekolah.

g. Perkembangan sensorik

Semua indra matang di awal masa usia sekolah.

h. Perkembangan komunikasi dan Bahasa

Keterampilan bahasa terus meningkat selama masa usia sekolah dan

kosa kata meningkat. Anak usia sekolah mulai menggunakan lebih

banyak tata bahasa yang kompleks seperti kata jamak dan kata benda.

i. Perkembangan emosional dan sosial

Pola sifat temperamental yang diidentifikasi di masa bayi mampu terus

mempengaruhi perilaku anak usia sekolah. Cahyaningsih (2011)

mengatakan Salah satu pemeran sosial yang penting dalam kehidupan

anak usia sekolah adalah kelompok teman sebaya. Walaupun kelompok

teman sebaya berpengaruh dan penting untuk perkembangan, orang tua

merupakan pengaruh utama dalam membentuk kepribadian anak,

membuat standar perilaku, serta menetapkan sistem nilai. Wong (2008)

mengatakan orang tua adalah pengaruh utama pada anak dalam

pembentukan kepribadian anak, pembuatan standar perilaku, dan


penetapan sistem nilai. Anak akan menggunakan sistem nilai yang

digunakan orang tua ke dalam sistem nilai mereka sendiri. Selain itu,

dalam menghadapi masalah yang terjadi dalam kehidupan anak usia

sekolah, anak memerlukan perhatian orang tua sebagai tempat berlabuh

yang aman dan kokoh.

j. Perkembangan konsep diri

Perkembangan ini mengenai berbagai konsep diri seperti karakteristik

fisik, kemampuan, nilai, ideal diri dan pengaharapan serta ide sendiri

dalam hubungannya dengan orang lain. Selain itu juga mengenai citra

tubuh, seksualitas dan harga diri seseorang (Cahyaningsih, 2011).

4. Anak Usia Sekolah sebagai Kelompok Resiko

Kelompok anak usia sekolah umumnya memiliki kesehatan lebih baik dari

kelompok balita. Namun pada kelompok ini mengkhawatirkan karena anak

lebih banyak bermain dengan banyak kegiatan sehingga kurang nafsu

makan dan asupan gizinya kurang dan seringkali menyebabkan berat badan

rendah, defisiensi Fe dan vitamin E (Salmah, Sjarifah, 2013).

Kelompok at risk (kelompok beresiko) merupakan kelompok beresiko

tinggi mengalami kesehatan dibanding dengan yang lain (Stanhope &

Lancaster, 2004). Beberapa faktor resiko pada anak usia sekolah, antara

lain: faktor sosial ekonomi, perilaku, biologi, sosial, ekonomi, gaya hidup,

peristiwa dalam hidup. Faktor lain yang berpengaruh terhadap kondisi

kesehatan anak sekolah sebagai at risk adalah usia, jenis kelamin,


lingkungan, pekerjaan, suku, sosiokultural, ekonomi, genetik, dan

sebagainya (Lundy & Janes, 2009).

Masalah yang sering terjadi pada anak usia sekolah meliputi bahaya fisik

dan psikologis. Bahaya fisik meliputi penyakit, kegemukan, kecelakaan,

dan kecanggungan. Sementara bahaya psikologis meliputi bahaya dalam

berbicara, bahaya emosi, bahaya bermain, bahaya dalam konsep diri, bahaya

moral, bahaya yang menyangkut minat, bahaya dalam penggolongan peran

seks, bahaya dalam perkembangan kepribadian, dan bahaya hubungan

keluarga (Cahyaningsih, 2011).

Anak usia sekolah mudah terpengaruh lingkungan sekitarnya yang

berpengaruh dalam merubah perilaku dan kebiasaan seperti perubahan

kebiasaan makan. Sehingga anak usia sekolah akan mudah terpengaruh oleh

teman sebaya untuk memilih jenis makanan atau jajanan yang dikonsumsi.

Salah satu yang perlu diperhatikan dalam pemenuhan gizi anak usia sekolah

adalah asupan anak dari kudapan atau jajanan sebagai cemilan. Makanan

cepat saji dan makanan ringan memiliki kandungan gula serta lemak tinggi

dan oleh sebab itu bersifat padat energi sehingga berkontribusi asupan

energi yang berlebih dan dapat menyebabkan obesitas (Mann, Jim dan

Stewart, A. 2014).
BAB III

TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian

Pengkajian dilakukan pada tangal 04 Juli 2018 pukul 09.00 WIB di rumah

keluarga Tn. S dengan teknik pengumpulan data wawancara, observasi,

pemeriksaan fisik dan studi dokumentasi keperawatan di Puskesmas

1. Pengumpulan data

a. Data umum

1) Kepala keluarga

a) Nama : Tn. S

b) Usia : 60 tahun

c) Jenis kelamin : Laki-laki

d) Pendidikan : SD

e) Pekerjaan : Buruh

f) Agama : Islam

g) Alamat : Padang

2) Komposisi keluarga

No. Nama Jenis Usia Hub Pendidikan pekerjaan


Kelamin dg
KK
1. Ny. R P 48 th Istri SD Buruh
2. An. W L 10 th Anak SD Pelajar
3. An. R L 8 th Anak SD Pelajar
3) Genogram

Keterangan :

: Laki-laki

: Perempuan

: Meninggal

: Kasus (klien)

: Tinggal Serumah

4) Tipe keluarga

Tipe keluarga pada kasus di atas merupakan keluarga inti (The

Nuclear Family)

5) Latar belakang budaya

Dilihat dari latar belakang budaya Keluarga Tn. S termasuk ke

dalam etnis budaya yang homogen yaitu Minang yang berasal

dari penduduk asli negeri silaut, dalam berinteraksi dengan anggota

keluarga maupun tetangga (masyarakat sekitarnya), keluarga Tn. S

menggunakan Bahasa Minang.


6) Agama

Semua anggota keluarga Tn. S memiliki satu keyakinan yaitu agama

islam

7) Status sosial ekonomi keluarga (data pendapatan

dan pengeluaran)

Dari hasil pengkajian Ny. R mengatakan bahwa penghasilannya

hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari. Barang-barang yang

dimiliki keluarga tersebut antara lain TV, sepeda dan motor.

8) Aktivitas rekreasi dan waktu luang

Keluarga Tn. Ss jarang pergi rekreasi karena tidak memiliki biaya.

9) Tahap dan riwayat perkembangan keluarga

a) Tahap perkembangan keluarga Bapak Ss saat ini berada dalam

tahap perkembangan keluarga dengan anak sekolah yaitu :

(1) Mensosialisasikan anak-anak termasuk meningkatkan

prestasi sekolah dan hubungan teman sebaya yang sehat

(2) Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan

(3) Memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga

b) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi

belum terpenuhinya kebutuhan kesehatan fisik anggota

keluarga. Ini dapat diketahui dari pernyataan istri Tn. Ss bahwa

salah satu dari kedua anaknya dalam keadaan sakit. 83

10) Riwayat keluarga

a) Tn. S hingga saat ini tidak ada keluhan

b) Ny. R hingga saat ini tidak ada keluhan


c) An. R hingga saat ini tidak ada keluhan

d) An. W sejak 6 bulan yang lalu sering mengalami demam yang

berulang-ulang, batuk, kadang-kadang sesak nafas, nafsu makan

berkurang, BB turun, tampak kurus, saat ini An. W sedang

minum obat TB paru /OAT anak.

11) Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya

Dari pernyataan Ny. R, Tn. S pernah menderita penyakit batuk-

batuk waktu masih muda dan pernah juga minum obat selama 6

bulan.

b. Data lingkungan

1) Karakteristik rumah

Rumah Tn. S tidak mempunyai ruang tamu yang khusus, Rumah

hanya berukuran 6x4 m, terdiri dari 1 kamar, Dapur terletak di luar

rumah yang berlantaikan tanah, Wc ada, Kamar mandi/sumur di luar

rumah, Rumah terbuat dari papan dan lantai semen

2) Karakteristik lingkungan dan komunitas

Hubungan keluarga Tn. S dengan tetangga tampak baik dan

harmonis. Tn. S kurang aktif dalam kegiatan di sekitar tempatnya.

3) Mobilitas geografis keluarga

Keluarga Tn. S belum pernah berpindah tempat tinggal, apabila ada

anggota keluarga yang sakit biasanya di antar menggunakan

transportasi sepeda motor atau diantar dengan mobil saudara untuk

mencapai tempat pelayanan kesehatan.


4) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat

Keluarga Tn. S sering dikunjungi oleh saudaranya baik saudara

dekat maupun yang tinggal jauh. Hubungan keluarga Tn. S tampak

harmonis dan baik dengan tetangga sekitar. Tn. S kurang aktif dalam

kegiatan ditempat tinggal karena sering melakukan aktivitas di

kebunnya.

5) Sistem pendukung atau jaringan sosial keluarga

Apabila ada salah satu anggota keluarga yang sakit maka anggota

yang lain memberikan dorongan dan mengingatkan serta mengantar

untuk berobat ke pelayanan kesehatan (puskesmas). Jarak rumah Tn.

S dengan Puskesmas lebih kurang 10 km.

c. Struktur Keluarga

1) Pola komunikasi keluarga

Pola komunikasi antar anggota keluarga adalah komunikasi terbuka

dimana setiap anggota keluarga bebas mengeluarkan pendapat.

2) Struktur kekuatan keluarga

Keluarga Tn. S saling menghargai satu sama lain, apabila ada

masalah dalam keluarga Tn. S segera mendiskusikan dengan

anggota keluarga yang lain.

3) Struktur peran keluarga

a) Peran formal

(1) Tn. S, Sebagai kepala rumah tangga, suami, pencari nafkah,

membesarkan anak-anaknya
(2) Ny. R, Istri, membantu dalam keluarga Tn. Ss mengatur

keuangan dalam keluarganya

(3) An. W, Anak pertama Tn. S sedang duduk dalam bangku

sekolah

(4) An. R, Anak kedua Tn. S sedang duduk dalam bangku

sekolah

b) Peran informal

(1) Tn. S, Berperan sebagai motivator bagi keluarga

(2) Ny. R, Berperan sebagai kompromi dalam memenuhi

kebutuhan keluarga

(3) An. W, Anak pemalu

(4) An. R, Anaknya berani

c) Nilai, norma dan budaya

Keluarga Tn. Ss menerapkan aturan dan ketentuan-ketentuan

sesuai dengan ajaran agama islam dan mengharapkan semua

anaknya menjadi anak yang taat dalam menjalankan agama.

Dalam keluarga masih kurang memperhatikan perilaku hidup

bersih dan sehat

d. Fungsi keluarga

1) Fungsi afektif

Dalam menanggulangi masalah keluarga yang biasanya saling

bertukar pikiran untuk membina keakraban dan saling menyayangi

satu sama lain.


2) Fungsi sosialisasi

Dalam hal ini yang tua mengajarkan kepada yang muda bagaimana

berperilaku sesuai ajaran agama yang dianutnya. Saat ini Tn. S

sebagai tulang punggung sekaligus kepala keluarga bertugas

menjaga keharmonisan dan membina kasih sayang dalam merawat

seluruh anggota keluarga serta mendidik anak-anaknya dalam

berperilaku. Hubungan dengan tetangga sekitar cukup baik,

walaupun jarang sekali berkumpul dalam kegiatan masyarakat

3) Fungsi reproduksi

Keluarga Tn. S istrinya menggunakan KB untuk membatasi

kehamilannya. Tn. S mengatakan cukup hanya memiliki dua anak

saja.

4) Fungsi ekonomi

Yang mengatur keuangan dalam keluarga adalah istri Tn. S dengan

penghasilan Tn. S yang pas-pasan istrinya mampu mengatur

keuangan supaya tercukupi kebutuhan pokok keluarga

5) Fungsi perawatan kesehatan

a) Keyakinan nilai dan prilaku keluarga

Keluarga mengatakan kesehatan adalah hal yang paling penting

dan utama. Apabila ada anggota keluarga yang sakit keluarga

mengatakan akan segera mengajak berobat.

b) Definisi keluarga tentang sehat sakit

Keluarga mengatakan sehat adalah mereka bisa beraktivitas

untuk melakukan kegiatan sehari-hari dan dikatakan sakit bila


tidak mampu melakukan kegiatan sehari-hari. Keluarga

mengatakan mengerti tentang pengertian, penyebab, tanda dan

gejala, cara penularan dan pengobatan TB Paru.

c) Status kesehatan dan kerentanan sakit yang dirasakan keluarga

Keluarga mengatakan saat ini An. W sedang melakukan

pengobatan karena menderita TB Paru. Keluarga mengatakan

An.W rajin minum obat secara teratur demi kesembuhan dirinya

dari sakit yang sudah dirasakan dari 6 bulan yang lalu.

Saat batuk An. W tidak menutup mulut, An. W berludah tidak

menggunakan tempat yang tidak diisi larutan desinfektan, Bantal

dan kasur jarang dijemur, kamar tampak lembab, pengap dan

Ventilasi masing-masing kamar 10 %.

d) Praktik diit keluarga

Keluarga Tn. Ss mengatakan di dalam keluarganya tidak ada

yang pantang terhadap makanan tertentu.

e) Kebiasaan tidur dan istirahat

Klien mengatakan biasa tidur pada pukul 21.00 WIB dan bangun

pada pukul 05.00 WIB.

f) Latihan dan rekreasi

Keluarga Tn. Ss mengatakan tidak mempunyai kebiasaan rutin

untuk rekreasi

g) Kebiasaan penggunaan obat-obatan dalam keluarga

Keluarga mengatakan dalam keluarga ini tidak ada yang

menggunakan obat sembarangan, apalagi penyalah gunaan obat


seperti alkohol, sabu-sabu dan lain-lain. Bila ada anggota

keluarga yang sakit biasanya diantar berobat ke pelayanan

kesehatan atau puskesmas.

6) Perawatan diri

Keluarga Tn. Ss masing-masing anggota keluarga mampu merawat

diri dengan baik, mandi 2 kali sehari, gosok gigi setelah makan,

keramas 2 kali seminggu serta ganti pakaian 1 kali sehari.

7) Praktik lingkungan

Keluarga mengatakan dalam lingkungan tempat tinggalnya tidak

ada yang mengucilkan An.W (penderita TB paru). Hubungan

dengan lingkungan di sekitar baik-baik saja. Kondisi rumah kurang

bersih dan rapi, Barang-barang tertata kurang rapi (berantakan),

Halaman depan rumah tampak becek, Keadaan kamar lembab dan

pengap.

8) Pemeriksaan kesehatan secara teratur

Tn. S mengatakan rajin kontrol ke puskesmas setiap obatnya habis.

e. Stress dan Koping Keluarga

1) Stresor jangka pendek

Keluarga Tn. S khawatir dengan penghasilannya yang paspasan

sedangkan kebutuhan makin meningkat

Khawatir dengan penyakit anaknya


2) Stresor jangka panjang

Khawatir dengan biaya sekolah anaknya dan kebutuhan sekolah dan

takut nanti tidak mampu memenuhinya sehingga anaknya tidak bisa

sekolah nantinya.

3) Kemampuan keluarga berespon terhadap masalah

Jika ada masalah Tn, S diskusi dengan istrinya

4) Strategi koping yang digunakan

Jika ada masalah Tn. S selalu terbuka dan bijaksana dalam

menyelesaikan masalah.

5) Strategi adaptasi disfungsional

Mencari informasi, mendiskusikan dan memelihara hubungan.

f. Pemeriksaan fisik (head to toe)

Komponen Tn. S Ny. R An. W An. R

Berat badan 65 Kg 60 Kg 20 Kg 19 Kg

Tinggi Badan 172 cm 155 cm 125 cm 115 cm

Tekanan Darah 130/90 mmHg 120/80 mmHg - -

Suhu Tubuh 36,5 0C 36 0C 37 0C 36 0C

Kepala Rambut hitam, Rambut hitam, Rambut bersih, Rambut bersih,


ikal, bersih dan lurus, tidak ada tidak ada ketombe tidak ada
tidak ada ketombe ketombe
pembengkakan

Mata Konjungtiva tidak Konjungtiva tidak Konjungtiva tidak Konjungtiva


anemis, anemis, anemis, tidak anemis,
Sklera tidak sklera tidak Sklera tidak sklera tidak
ikterik, pupil ikterik, pupil ikterik, pupil ikterik, pupil
isokhor isokhor isokhor isokhor
Hidung Simetris, tidak Simetris, tidak Simetris, tidak Simetris,
Ada sinusitis, ada sinusitis, Ada sinusitis, tidak ada
Tidak ada sekret, tidak ada sekret, Tidak ada sekret, sinusitis, tidak
penciuman penciuman penciuman ada sekret,
baik baik baik pencium an baik
Telinga Bersih, tidak Bersih, tidak Bersih, tidak Bersih,
Ada serumen, ada serumen, Ada serumen, tidak ada
fungsi fungsi fungsi serumen, fungsi
pendengaran baik pendengaran baik pendengaran baik pendenga ran
baik
Mulut Bersih, tidak Bersih, tidak Bersih, tidak Bersih, tidak ada
ada caries gigi, ada caries gigi, ada caries gigi, caries gigi,
tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada
stomatitis, stomatitis, stomatitis, stomatitis, tidak
tidak ada tidak ada tidak ada ada pembeng
pembengkakan pembengkakan pembengkakan kakan tonsil
tonsil tonsil tonsil
Leher/tenggoroka Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
n benjolan, tidak ada benjolan, tidak benjolan, tidak ada benjolan,
bekas luka, tidak ada bekas luka, bekas luka, tidak tidak ada bekas
ada tidak ada ada luka,
pelebaran vena pelebaran vena pelebaran vena tidak ada
jugularis, tidak jugularis, tidak jugularis, tidak pelebaran vena
ada ada ada jugularis, tidak
pembengkakan pembengkakan pembengkakan ada pembeng
kelenjer tiroid kelenjer tiroid kelenjer tiroid kakan kelenjer
tiroid
Dada Simetris, tidak Simetris, tidak Simetris, tidak Simetris,
ada bekas luka ada bekas luka ada bekas luka tidak ada bekas
Bentuk dada Bentuk dada Bentuk dada luka bentuk dada
normal, tidak ada normal, tidak ada normal, tidak ada normal,
pembengkakan, pembengkakan, pembengkakan, tidak ada
perkusi sonor perkusi sonor perkusi sonor pembengkakan,
pada paru dan pada paru dan pada paru dan perkusi sonor
perkusi pekak perkusi pekak pada perkusi pekak pada
pada jantung, jantung, bunyi pada jantung, paru dan perkusi
bunyi nafas nafas bunyi nafas pekak pada
normal, tidak normal, tidak ada normal, tidak jantung, bunyi
ada suara suara jantung ada suara nafas
jantung tambahan jantung normal, tidak ada
tambahan tambahan suara jantung
tambahan
Abdomen Tidak ada asites, Tidak ada asites, Tidak ada asites, Tidak ada asites,
tidak ada bekas tidak ada bekas tidak ada bekas tidak ada bekas
luka, bising usus luka, bising usus luka, bising usus luka, bising usus
normal normal normal normal

Ekstremitas atas Tidak ada luka, Tidak ada luka, Tidak ada luka, Tidak ada luka,
dan bawah pergerakan otot pergerakan otot pergerakan otot pergerakan otot
normaL normal normal normal

g. Harapan keluarha terhadap perawat

Keluarga Tn. S mengatakan sangat senang dengan kehadiran perawat

kerumahnya dan sangat berharap perawat dapat membantu keluarganya

dalam mencegah penyakit dan mengatasi masalah kesehatan.

2. Analisa data

Data Masalah Keperawatan


DS : Resiko Penularan Penyakit pada
– Keluarga mengatakan An.W saat An. W keluarga Tn. S
batuk tidak menutup mulut
– Keluarga mengatakann An.W
berludah tidak menggunakan
tempat yang tidak diisi larutan
desinfektan
DO :
– Saat batuk An. W tidak menutup
mulut
– An.W berludah tidak
menggunakan tempat yang tidak
diisi larutan desinfektan
– Bantal dan kasur jarang dijemur,
kamar tampak lembab, pengap
– Ventilasi masing-masing kamar
10 %.
DS : Ketidakmampuan keluarga
– Keluarga mengatakan jarang memodifikasi lingkungan pada
membuka jendela, bantal dan keluarga Tn. S
kasur jarang dijemur.
DO :
– Kondisi rumah kurang bersih dan
rapi - Barang-barang tertata
kurang rapi (berantakan)
– Halaman depan rumah tampak
becek
– Keadaan kamar lembab dan
pengap

3. Skoring

Diagnosa 1 Resiko Penularan Penyakit

No. Kriteria Perhitungan Skor Pembenaran

1. Sifat masalah : 2/3 x 1 2/3 Masalah yang bersifat nyata


Resiko, sudah terjadi. Yang perlu
Nilai = 2 diatasi segera yaitu
penularan TB paru lebih
lanjut
2. Kemungkinan 2/2 x 2 2 Keluarga sangat kooperatif
masalah dapat dalam mendengarkan
diubah : mudah, penyuluhan tentang cara
Nilai = 2 penularan TB Paru dan akan
berusaha untuk
melaksanakan anjuran-
anjuran yang disarankan
dalam upaya penyembuhan
3. Potensial masalah 2/3 x 1 2/3 Potensial masalah untuk
untuk dicegah : dicegah cukup karena
Cukup, keinginan keluarga untuk
Nilai = 2 tahu tentang cara penularan
penyakit TB Paru
4. Menonjolnya 2/2 x 1 1 Keluarga menyadari tentang
masalah : masalah masalahnya dan perlu
berat dan harus segera ditangani sebelum
ditangani terjadi penyebaran lebih
Nilai = 2 lanjut
Total skor 4 1/3
Diagnosa 2 Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan pada

keluarga Tn. S

No. Kriteria Perhitungan Skor Pembenaran


1. Sifat masalah : 2/3 x 1 2/3 Lingkungan rumah yang
Resiko, tidak sehat dapat
Nilai = 2 menimbulkan penyakit dan
berdampak buruk pada
keluarga
2. Kemungkinan 1/2 x 2 1 Fasilitas dan sarana
masalah dapat prasarana yang kurang
diubah : Hanya mendukung keadaan
sebagian, lingkungan
Nilai = 1
3. Potensial masalah 2/3 x 1 2/3 Potensial masalah untuk
untuk dicegah : dicegah cukup karena sudah
Cukup, ada keinginan untuk menata
Nilai = 2 atau memperbaiki rumah
tetapi sumber daya yang
tidak memungkinkan untuk
melaksanakannya
4. Menonjolnya 2/2 x 1 1 Keluarga menyadari adanya
masalah : masalah masalah yang harus
berat dan harus ditangani namun perlu
ditangani waktu dan perencanaan
Nilai = 2 yang matang agar penyakit
dapat dicegah lebih lanjut
Total skor 3 1/3

B. Prioritas Diagnosa Keperawatan

1. Resiko penularan penyakit pada An. W keluarga Tn. S

2. Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan pada keluarga Tn. S


C. Intervensi Keperawatan

No. Diagnosa Tujuan Evaluasi Intervensi


Keperawatan Umum Khusus Kriteria Standar
1. Resiko penularan Setelah dilaukan 1. Setelah dilakukan Verbal Keluarga dapat a. Kaji tingkat pengetahuan
penyakit pada An. W tindakan keperawatan tindakan memahami dan keluarga tentang cara
keluarga Tn. S selama 3 hari keperawatan menyebutkan cara penularan TB Paru
kunjungan rumah selama 1x30 menit penularan TB paru b. Diskusikan dengan keluarga
diharapkan keluarga kunjungan rumah tentang cara penularan TB paru
dapat mengerti tentang diharapkan c. Anjurkan keluarga untuk
penularan penyakit TB keluarga mampu menjaga lingkungan agar tetap
paru dan tidak terjadi mengenal bersih
penularan lebih lanjut penularan TB paru d. Memotivasi keluarga untuk
menghindari hal-hal yang
dapat menularkan TB Paru
2. Setelah dilakukan Verbal ‐ Keluarga a. Diskusikan dengan keluarga
tindakan mengerti tentang manfaat pengobatan secara
keperawatan pemberian obat teratur
selama 1x30 menit secara teratur b. Beri pujian tentang keputusan
kunjungan rumah ‐ Pemberian lama yang diambil
diharapkan pengobat an c. Motivasi keluarga untuk selalu
keluarga mampu selama 6 - 8 bulan mengingatkan klien minum
mengambil ‐ Keluarga mampu obat
keputusan memotivasi klien
mengenai untuk berobat
pengobatan pada secara teratur
klien
3. Setelah dilakukan Psikomotor ‐ Keluarg a mampu a. Diskusikan dengan keluarga
Tindakan merawat An.W cara penularan TB Paru
keperawatan ‐ Dapat b. Ajarkan keluarga merawat diri
selama 1x30 menit menghindari hal- dan klien
kunjungan rumah hal yang dapat c. Jelaskan pada keluarga cara
diharapkan menularkan menghindari hal-hal yang
keluarga mampu penyakit TB paru dapat menularkan TB paru
merawat anggota
keluarga yang sakit
4. Setelah dilakukan Psikomotor ‐ Keluarga selalu a. Anjurkan keluarga agar selalu
Tindakan membersihkan menjaga kebersihan rumah,
keperawatan rumah, menata manata barang - barang dan
selama 1x30 menit barang - membedakan peralatan untuk
kunjungan rumah barangnya dan makan
diharapkan membedakan b. Motivasi keluarga untuk
keluarga mampu peralatan untuk memelihara lingkungan rumah
memelihara makan, agar tetap bersih dan membuka
lingkungan rumah ‐ Sinar matahari jendela setiap hari agar sinar
dapat menyinari matahari menyinari seluruh
seluruh ruangan kamar
5. Setelah dilakukan Psikomotor ‐ Keluarga dapat a. Diskusikan dengan keluarga
Tindakan memanfaat kan tentang pentingnya fasilitas
keperawatan fasilitas kesehatan dalam perawatan
selama 1x30 menit kesehatan yang kesehatan keluarga
kunjungan rumah ada b. Motivasi keluarga untuk
diharapkan ‐ Keluarga dapat mengajak anggota keluarga
keluarga mampu mengajak yang sakit berobat ke
memanfaatkan anggota keluarga puskesmas
fasilitas pelayanan yang sakit untuk
kesehatan yang ada berobat
2. Ketidakmampuan Setelah setalh 1. Setelah dilakukan Verbal ‐ Keluarga a. Diskusikan dengan keluarga
keluarga dilakukan tindakan tindakan mengerti tentang manfaat lingkungan yang sehat
memodifikasi keperawatan selama 3 keperawatan pengertian rumah b. Jelaskan pada keluarga tentang
lingkungan pada hari kunjungan rumah selama 1x30 menit sehat pengertian, syarat rumah sehat
keluarga Tn. S diharapkan keluarga kunjungan rumah ‐ Syarat rumah dan akibat bila lingkungan tidak
mampu menata atau diharapkan sehat sehat
mempertahankan keluarga mampu ‐ Manfaat rumah c. Motivasi keluarga untuk
lingkungan rumah mengenal sehat menjaga lingkungan yang sehat
yang efektif lingkungan yang ‐ Akibat bila
sehat lingkungan
rumah yang tidak
sehat
2. Setelah dilakukan Psikomotor Keluarga termotivasi a. Diskusikan dengan keluarga
tindakan untuk menata untuk mempertaha nkan
keperawatan lingkungan rumah lingkungan yang sehat
selama 1x30 menit sehat bagi keluarga b. Motivasi keluarga untuk tetap
kunjungan rumah menjaga lingkungan yang sehat
diharapkan c. Beri pujian terhadap keputusan
keluarga mampu yang diambil oleh keluarga
mengambil
keputusan untuk
menata rumah
sehat bagi keluarga

3. Setelah dilakukan Psikomotor ‐ Keluarga menata a. Diskusikan dengan keluarga


tindakan perabotan agar tentang akibat dari lingkungan
keperawatan rapi dan bersih yang kotor
selama 1x30 menit ‐ Keluarga
kunjungan rumah menyapu didalam
diharapkan dan di luar rumah b. Berikan dorongan pada keluarga
keluarga mampu setiap har untuk membersihkan lingkungan
menata dan rumah
memelihara c. Anjurkan keluarga untuk
lingkungan rumah menyapu di dalam dan di luar
kamar setiap hari
4. Setelah dilakukan Psikomotor ‐ Keluarga dapat a. Memotivasi keluarga agar
tindakan membuat kamar mampu memodifikasi
keperawatan tidak lembab dan lingkungan rumah agar tampak
selama 1x30 menit pengap, bersih dan rapi
kunjungan rumah ‐ Sinar matahari b. Anjurkan keluarga untuk
diharapkan dapat masuk meningkatkan kesehatan
keluarga mampu keseluruh keluarga dengan cara
memodifikasi ruangan membersihkan lingkungan,
lingkungan rumah ‐ Jendela terbuka barang
untuk setiap hari, c. barang tertata rapi dan menjemur
meningkatkan ‐ Peralatan tertata bantal, kasur minimal 2 kali
kesehatan keluarga rapi, seminggu
‐ Bantal dan kasur
dijemur minimal
2 kali seminggu

5. Setelah dilakukan Psikomotor Keluarga memanfaat a. Diskusikan untuk menentukan


tindakan kan fasilitas fasilitas kesehatan yang tepat
keperawatan kesehatan yang ada untuk dipilih
selama 1x30 menit sesuai dengan b. Anjurkan keluarga untuk
kunjungan rumah kebutuhan memanfaatkan fasilitas
diharapkan kesehatan yang ada
keluarga mampu
memanfaatkan c. Motivasi keluarga untuk
fasilitas kesehatan memeriksakan anggota
yang terkait keluarganya yang sakit
dengan kesehatan kepelayanan kesehatan terdekat
lingkungan

D. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan

No. Hari/tgl Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi


/jam
1. Selasa, 22 Resiko penularan penyakit TUK 1 S:
Des 2020, pada An. W keluarga Tn. S a. Mengkaji tingkat pengetahuan Keluarga mengatakan mengerti tentang cara
Pukul 09.00 keluarga dengan menanyakan penularan TB paru dan akan menghindari hal-hal
WIB kepada keluarga tentang TB paru, yang dapat menularkan TB Paru
dan penularanya melalui udara, O :
droplet Keluarga mampu menjelaskan kembali tentang
b. Mendiskusikan dengan keluarga cara penularan TB paru
tentang cara penularan TB Paru A:
c. Memotivasi keluarga untuk Keluarga mampu mengenal penularan TB paru
menghindari hal-hal yang dapat P :
menularkan TB Paru Lanjutkan intervensi sesuai rencana dan kriteria
hasil (TUK 2).
Pukul 09.30 TUK 2 S:
WIB a. Mendiskusikan dengan keluarga Keluarga mengatakan mengerti tentang manfaat
manfaat pengobatan secara teratur pengobatan secara teratur dan akan selalu
b. Beri pujian tentang keputusan yang mengingatkan klien untuk minum obat
diambil
O:
Klien tampak minum obat tepat pada waktunya
A:
Keluarga mampu mengingatkan pasien untuk
minum obat
P:
Lanjutkan intervensi sesuai rencana dan kriteria
hasil (TUK 3).
Pukul 10.00 TUK 3 S:
WIB a. Mendiskusikan dengan keluarga Keluarga mengatakan mengerti tentang cara
cara penularan TB Paru merawat diri dan klien dan mengerti tentang hal-
b. Mengajarkan keluarga untuk hal yang dapat menularkan TB paru
merawat diri dan klien O:
c. Jelaskan cara menghindari halhal Keluarga dapat menjelaskan kembali tentang
yang dapat menularkan TB paru cara penularan TB Paru dan cara menghindari
hal-hal yang dapat menularkan TB Paru
A:
Keluarga memahami tentang hal-hal yang
mampu menularkan TB Paru

P:
Lanjutkan intervensi sesuai rencana dan kriteria
hasil (TUK 4).
Pukul 10.00 TUK 4 S:
WIB a. Menganjurkan keluarga agar selalu Keluarga mengatakan akan berusaha untuk
menjaga kebersihan rumah dan memelihara lingkungan rumah agar tetap bersih
membedakan peralatan makan O:
b. Memotivasi keluarga untuk Barang-barang tampak tertata rapi, jendela
memelihara lingkungan rumah agar dibuka matahari menyinari seluruh ruangan,
tetap bersih dan membuka jendela peralatan makan klien dibedakan
setiap hari agar sinar matahari A :
menyinari seluruh ruangan Keluarga memahami tentang menjaga
kebersihan rumah dan membedakan peralatan
makan
P:
Lanjutkan intervensi sesuai rencana dan kriteria
hasil (TUK 5).
Pukul 11.00 TUK 5 S:
WIB a. Mendiskusikan dengan keluarga Keluarga mengatakan akan datang ke pelayanan
tentang pentingnya fasilitas kesehatan apabila ada anggota keluarga yang
kesehatan dalam perawatan sakit atau obat klien habis
kesehatan keluarga O:
b. Memotivasi keluarga untuk Keluarga tampak termotivasi untuk
mengajak anggota keluarga yang memanfaatkan fasilitas kesehatan
sakit berobat ke pelayanan A :
kesehatan Keluarga mau berobat ke fasilitas kesehatan
P:
Pertahankan dan tingkatkan kesehatan keluarga,
intervensi selesai
2 Pukul 11.00 Ketidakmampuan TUK 1 S:
WIB keluarga memodifikasi a. Mendiskusikan dengan keluarga Keluarga mengatakan mengerti tentang syarat
lingkungan pada keluarga manfaat lingkungan yang sehat rumah sehat, akibat bila lingkungan tidak sehat
Tn. S b. Menjelaskan pada keluarga tentang dan akan berusaha untuk menjaga lingkungan
pengertian, syarat rumah sehat dan yang sehat
akibat bila lingkungan tidak sehat O:
c. Memotivasi keluarga untuk Keluarga mampu menjelaskan kembali syarat
menjaga lingkungan yang sehat rumah sehat, akibat bila lingkungan tidak sehat
A:
Keluarga mampu mengetahui tentang cara
menjaga lingkungan yang sehat
P:
Lanjutkan intervensi sesuai rencana dan kriteria
hasil (TUK 2).
Rabu, 23 TUK 2 S:
Des 2020, a. Mendiskusikan dengan keluarga Keluarga mengatakan akan berusaha
Pukul 09.30 untuk mempertahankan lingkungan mempertahankan lingkungan yang sehat
WIB yang sehat O:
b. Memotivasi keluarga untuk tetap Keluarga mampu kembali menjelasksan
menjaga lingkungan yang sehat bagaimana mempertahankan lingkungan yang
c. Memberi pujian terhadap keputusan sehat
yang diambil oleh keluarga A:
Keluarga mampu menjaga lingkungan yang sehat
P:
Lanjutkan intervensi sesuai rencana dan kriteria
hasil (TUK 3).

Pukul 10.00 TUK 3 S:


WIB Keluarga mengatakan akan berusaha menjaga
lingkungan
a. Mendiskusikan dengan keluarga O:
tentang akibat dari lingkungan yang Keluarga mampu kembali menjelaskan cara
kotor menjaga kesehatan lingkungan, lingkungan
b. Memberikan dorongan pada rumah tampak cukup bersih
keluarga untuk membersihkan A :
lingkungan yang ada di luar dan di Keluarga mampu membersihkan lingkungan
dalam rumah rumah
c. Menganjurkan keluarga untuk P :
menyapu di dalam dan di luar Lanjutkan intervensi sesuai rencana dan kriteria
rumah setiap hari hasil (TUK 4).
Pukul 11.30 TUK 4 S:
WIB a. Memotivasi keluarga agar mampu Keluarga mengatakan akan berusaha untuk
memodifikasi lingkungan rumah memodifikasi lingkungan rumah yang benar
yang benar
b. Menganjurkan keluarga untuk O:
meningkatkan kesehatan keluarga Barang-barang tampak tertata rapi, bantal
dengan cara membersihkan dijemur
lingkungan, barang-barang tertata A :
rapi dan menjemur bantal, kasur Keluarga mampu memodifikasi lingkungan
minimal 2 kali seminggu rumah yang benar
P:
Lanjutkan intervensi sesuai rencana dan kriteria
hasil (TUK 5).
Pukul 13.00 TUK 5 S:
WIB a. Mendiskusikan untuk menentukan Keluarkan mengatakan akan datang ke
fasilitas kesehatan yang tepat untuk pelayanan kesehatan apabila ada anggota
dipilih keluarga yang sakit atau obat klien habis
b. Menganjurkan keluarga untuk O:
memanfaatkan fasilitas kesehatan Tanggal 23 Desember An.W mengambil obat di
yang ada Puskesmas karena obat klien sudah habis
c. Memotivasi keluarga untuk A :
memeriksakan anggota keluarganya Keluarga mampus menentukan fasilitas
yang sakit kepelayananan kesehatan Kesehatan
terdekat P:
Pertahankan dan tingkatkan kesehatan keluarga,
intervensi selesai

Anda mungkin juga menyukai