Anda di halaman 1dari 8

PEMBERIAN ASI EFEKTIF

MEMPERSINGKAT DURASI PEMBERIAN FOTOTERAPI


Rahmah1,2*, Krisna Yetti3, Besral4
1. PSIK FKIK Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Bagian Keperawatan Anak, Yogyakarta 55183, Indonesia
2. Program Studi Magister Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia
3. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia
4. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia

*Email: dekrahma@yahoo.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan status hidrasi, perubahan nilai total serum bilirubin, dan perbedaan durasi
fototerapi bayi yang mendapat fototerapi dengan diberi ASI dan susu formula Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif,
observasional, dan prospektif terhadap 34 bayi cukup bulan yang sehat di sebuah rumah sakit di Jakarta. Responden dibagi ke
dalam tiga kelompok, yaitu; kelompok bayi yang hanya diberi susu formula, kelompok bayi yang hanya diberi ASI, dan kelompok
bayi yang diberi ASI dan susu formula. Hasil penelitian, menggunakan analisa data univariat dan bivariat dengan tes statistik
Chi-square, ANOVA dan Mann-Whitney, menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan status hidrasi dan perbedaan perubahan
nilai total serum bilirubin (p= 0,76; . ), tetapi ada perbedaan durasi fototerapi antara ke tiga kelompok S .
0,05). Kelompok yang diberi ASI mempunyai durasi fototerapi tersingkat. Penelitian ini merekomendasikan agar perawat
memastikan keefektifan breastfeeding selama fototerapi.
Kata kunci: bayi, fototerapi, ASI, formula, hidrasi, durasi terpapar

Abstract
This study aims to determine differences in hydration status, changes in value of total serum bilirubin, and the difference in
duration of phototherapy newborns who received phototherapy with breast-fed and formula feeding. The study design used is
descriptive, observational, and prospective to 34 healthy newborns at a hospital in Jakarta. Respondents were divided into
three groups, there is group of newborns with formula feeding, group of newborns with breast-fed, and group of newborns with
breast -fed and formula feeding. The results, using univariate and bivariate data analysis with statistical chi-square test,
ANOVA, and Mann-Whitney, shows that there is no difference in hydration status and differences in changes in value of total
serum bilirubiQ S .= 0.05) , but there are differences in the duration of phototherapy between to the three groups (p=
.= 0.05). The group who were breastfeed has the shortest duration of phototherapy. This study recommends that nurses
ensure the effectiveness of breastfeeding during phototherapy.

Keywords: newborn, phototherapy, breastfed, formula, hydration, duration of exposure

Pendahuluan memiliki kadar bilirubin di atas 13 mg/dL, dan


dari 128 (8,5 %) kematian bayi baru lahir, 24%
Hiperbilirubinemia merupakan masalah kesehat- kematian terkait hiperbilirubinemia (Moeslichan,
an pada bayi baru lahir yang disebabkan oleh et al., 2004).
akumulasi jumlah bilirubin yang berlebihan dalam
darah. Kondisi ini ditandai dengan peningkatan Fototerapi digunakan sebagai terapi pengobatan
total serum bilirubin dalam darah (di atas 5 mg/ pada bayi baru lahir yang mengalami hiperbiliru-
dl), adanya jaundice atau ikterus yang meru- binemia karena aman dan efektif untuk menurun-
pakan warna kekuningan pada kulit, sklera, dan kan bilirubin dalam darah (Potts & Mandleco,
kuku (Porter & Dennis, 2002; Hockenberry & 2007). Penelitian yang dilakukan oleh Kuzniewicz,
Wilson, 2007). Sebuah penelitian yang dilakukan Escobar, dan Newman (2009), yang menunjuk-
di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto kan bahwa peningkatan penggunaan fototerapi
Mangunkusumo selama tahun 2003 melaporkan mampu menurunkan kejadian hiperbilirubinemia
bahwa 23,8% dari 1509 bayi baru lahir yang dirawat berat.
40 Jurnal Keperawatan Indonesia, Volume 15, No. 1, Maret 2012; hal 39-46

Fototerapi dapat meningkatkan terjadinya ke- Metode


hilangan cairan dalam tubuh melalui insensible
transepidermal lost dan melalui feses, serta pe- Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif
rubahan motilitas pada saluran gastrointestinal dengan menggunakan rancangan prospective.
(Metzger, et al., 2001; Berant, et al., 1983, dalam Pada penelitian ini subjek dibagi menjadi tiga
Iranpour, Nohekhan, & Haghshenas, 2004). kelompok yaitu kelompok bayi yang hanya diberi
Hidrasi yang tidak adekuat dapat menyebab- susu formula, kelompok bayi yang hanya diberi
kan kurangnya efektivitas fototerapi, sehingga ASI, dan kelompok bayi yang diberi ASI dengan
upaya untuk mempertahankan hidrasi yang ade- tambahan susu formula.
kuat sangat penting untuk meningkatkan efika-
si fototerapi (American Academy of Pediatric, Teknik pengambilan sampel ini menggunakan
2004; Iranpour, Nohekhan, & Haghshenas, 2004; non probability sampling yaitu consecutive
Maisels, 2008). sampling. Sampel diambil sesuai dengan kriteria
inklusi yang telah ditetapkan. Penelitian ini di-
lakukan mulai Mei hingga Juni 2010.
Pemenuhan kebutuhan cairan pada bayi untuk
mempertahankan hidrasi yang adekuat dan men-
Populasi penelitian ini adalah seluruh bayi cukup
cegah terjadinya dehidrasi selama fototerapi meru-
bulan yang difototerapi di sebuah rumah sakit (RS)
pakan tanggung jawab perawat (Hockenberry
di Jakarta dengan kriteria inklusi pada sampel
& Wilson, 2007; Murray & Rinney, 2007). Me-
adalah bayi sehat cukup bulan, usia gestasi mulai
nurut Frerichs (1879) dalam Gourley (2000), yang
dari 37 minggu hingga kurang dari 42 minggu,
menjelaskan bahwa perawatan yang buruk dapat
sehat tanpa penyakit penyerta, orangtua respon-
berpengaruh buruk pada bayi baru lahir yang me-
den memberikan persetujuan, dan dirawat di RS
ngalami hiperbilirubinemia. Perawat melaksana-
tersebut. Kriteria eksklusi adalah bayi mendapat
kan asuhan keperawatan memiliki tujuan untuk
cairan melalui intravena dan mendapat transfusi
mempertahankan status hidrasi pada bayi agar
tukar.
tetap dalam keadaan normal yakni dengan me-
ningkatkan jumlah masukan cairan, yaitu be- Subjek dengan jenis pemberian minum yang ber-
rupa ASI dan atau susu formula selama periode beda diamati dan diikuti selama periode fotote-
fototerapi. rapi terhadap status hidrasinya, perubahan nilai
total serum bilirubin serta durasi fototerapi.
Penelitian yang dilakukan oleh Gulcan, Tiker, Status hidrasi diketahui dengan mengamati per-
dan Kilicdag (2007) yang mencatat bahwa ada- ubahan berat badan yang terjadi selama periode
nya kehilangan berat badan yang lebih besar dari fototerapi sebagai indikator penilaian kecukup-
berat badan lahir pada bayi yang disusui oleh ibu- an jumlah masukan cairan dengan berbagai cara
nya selama fototerapi, hal ini diduga disebabkan pemberian dan jumlah cairan yang keluar melalui
karena rendahnya masukan cairan, rendahnya in- urin serta kejadian muntah.
take kalori atau peningkatan sirkulasi enterohe-
patik dari bilirubin pada bayi yang mendapatkan Penelitian ini dilakukan di sebuah rumah sakit
ASI (Gourley, 2000). di Jakarta. Oleh karena itu, perlu melihat gambar-
an kondisi di unit perinatologi sebuah rumah sakit
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbe- di Jakarta, selama dalam proses pengambilan data,
daan status hidrasi, perubahan nilai total serum semua pasien menggunakan alat fototerapi dengan
bilirubin, dan durasi fototerapi terhadap pemberian jenis yang sama yakni lampu fluorescent (Phi-
ASI, formula, dan ASI tambah formula terhadap lips TL 20W/ 52, Philips Lighting, The Nether-
bayi yang mendapatkan tindakan fototerapi di lands) dengan jarak 40 cm dari box bayi dengan
sebuah rumah sakit di Jakarta. kondisi mata tertutup dan menggunakan diapers.
Pemberian ASI efektif mempersingkat durasi pemberian fototerapi (Rahmah, Krisna Yetti, Besral) 41

Suhu ruangan antara 26-280C. Fototerapi dilaku- pada variabel karakteristik responden (usia, berat
kan terus menerus kecuali dihentikan saat pem- badan, dan nilai total serum bilirubin), per-
berian cairan/ minum, mandi, dan intervensi ke- ubahan berat badan harian, cara pemberian mi-
perawatan lain. num, kejadian muntah, volume pengeluaran urin,
dan selisih perubahan nilai total serum biliru-
Data hasil penelitian ini dianalisis mengguna- bin responden. Analisis bivariat yang digunakan
kan analisis univariat dan bivariat dengan satu adalah analisis chi-square, ANOVA, dan Mann-
program komputer. Analisis univariat dilakukan Whitney test.

Grafik 1. Perbedaan Status Hidrasi pada Bayi yang Difototerapi

120%

100% SF
ASI
80% ASI+SF

60%

40%

20%

0%

Tidak Adekuat Rendah Normal+Tinggi


Adekuat

Intake Output

Hasil masukan cairan adekuat dan 73,3% dengan vo-


lume pengeluaran urin normal dan tinggi. Hal ini
Penelitian ini membuktikan dan menjawab per- dapat dilihat dalam grafik 1.
tanyaan penelitian yang diajukan bahwa apa-
kah ada perbedaan status hidrasi perubahan Hasil analisis data yang diperoleh dengan meng-
nilai total serum bilirubin dan durasi fototerapi gunakan uji ANOVA menggambarkan tentang
pada bayi dengan jenis pemberian minum yang rerata persentase penurunan nilai total serum
berbeda. Berdasarkan hasil penelitian ini dida- bilirubin per jam (% per jam) pada ketiga ke-
patkan data bahwa tidak terdapat perbedaan sta- lompok jenis pemberian minum. Berdasarkan ha-
tus hidrasi pada ketiga kelompok bayi dengan sil analisis tersebut maka dapat dilihat bahwa
jenis pemberian minum yang berbeda. tidak ada perbedaan rerata persentase penurun-
an nilai total serum bilirubin per jam (% per jam)
Meskipun demikian, didapati 100% responden pada bayi dengan jenis pemberian minum yang
pada kelompok bayi yang diberi ASI dengan berbeda (p= 0,76; . +DO WHUVHEXW WHUOLKDW
tambahan susu formula berada dalam kategori dalam grafik 2.
42 Jurnal Keperawatan Indonesia, Volume 15, No. 1, Maret 2012; hal 39-46

Pada tabel 1 menggambarkan tentang durasi fo- lahir untuk mempertahankan hidrasi yang ade-
toterapi pada kelompok jenis pemberian minum. kuat.
Berdasarkan hasil analisis tersebut maka terlihat
bahwa bayi yang mendapatkan ASI dengan tam- Hasil penelitian ini menunjukan bahwa terjadi
bahan susu formula memiliki durasi fototerapi penurunan berat badan selama fototerapi pada
yang lebih lama dibandingkan dengan kelompok 66,7% bayi dari kelompok yang hanya diberikan
bayi yang hanya diberikan ASI selama fototerapi ASI dengan rerata presentase penurunan berat
(p= 0,001 . badan harian sebesar 1,7% dari berat badan saat
mulai fototerapi dengan standar deviasi sebesar
Pembahasan 1,2%, sehingga sebesar 6,7% responden pada
kelompok bayi yang hanya diberi ASI selama
Penilaian Status Hidrasi fototerapi berada dalam status masukan cairan
tidak adekuat.
Penilaian masukan cairan berdasarkan per-
ubahan berat badan Penelitian yang dilakukan oleh Kusuma, et al.
Protokol Asuhan Neonatal (2008) menjelaskan (2009) juga menunjukkan terjadinya penurunan
bahwa salah satu parameter untuk menilai sta- berat badan pada bayi baru lahir pada minggu
tus hidrasi dan kecukupan masukan cairan pada pertama kehidupan yang hanya disusui oleh ibu
neonatus adalah berat badan, sehingga diberikan yakni sejumlah 18,3% dan 17,9% pada bayi yang
batasan bila neonatus kehilangan berat badan disusui oleh ibu dan mendapat tambahan susu
melebihi 3% perawat harus mengevaluasi ke- formula. Penurunan berat badan ini salah satunya
efektifan pemberian (intake) cairan pada bayi baru dipengaruhi oleh paparan fototerapi.

Grafik 2. Rerata Persentase Penurunan Nilai Total Serum Bilirubin (% per jam) pada Bayi yang Difototerapi

0,8

0,6

0,4

0,2

SF ASI ASI + SF

Std. Deviation
Mean
Pemberian ASI efektif mempersingkat durasi pemberian fototerapi (Rahmah, Krisna Yetti, Besral) 43

Penelitian lain yang mendukung penelitian ini Fungsi ginjal untuk mengeluarkan urin yang
adalah penelitian yang dilakukan oleh Gulcan, bersifat wajib, guna untuk mempertahankan ho-
Tiker, dan Kilicdag (2007) yang mengungkap- meostasis tubuh. Pengeluaran urin diatur oleh
kan bahwa terjadi penurunan berat badan lahir mekanisme yang saling melengkapi, sehingga
yang lebih besar lahir pada bayi yang diberikan pengeluaran urin dengan ketat mengatur volume
ASI (8,1% dengan standar deviasi sebesar 3,9%), dan komposisi cairan ekstraseluler. Bila masukan
dibandingkan dengan bayi yang diberikan ASI cairan dalam tubuh berkurang, maka volume
dengan tambahan susu formula (5,4% dengan pengeluaran urin akan menurun (Nelson, et al.,
standar deviasi sebesar 2,6%). Perubahan yang 2005). Penilaian volume pengeluaran urin ini
cepat dari berat badan menggambarkan perubah- dapat digunakan untuk menilai keefektifan ma-
an cairan tubuh. Berat badan diperlukan untuk me- sukan cairan pada bayi. Pada keadaan kurang
nentukan banyaknya cairan pengganti yang di- masukan cairan, tubuh akan berespon secara ber-
butuhkan (Kushartono, 2006). tahap sehingga memungkinkan volume urin terus
menerus diatur.
Menurut Bhat, Lewis, dan Dinakar (2001), yang
menyatakan bahwa perawat seharusnya meng- Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak
evaluasi berat badan bayi setiap hari untuk meni- ada perbedaan status hidrasi pada ketiga kelom-
lai keadekuatan breast-feeding. Keadekuatan pok bayi dengan jenis pemberian minum yang
pemberian breast-feeding menjadi tantangan berbeda secara statistik. Berdasarkan masukan
tersendiri bagi perawat dalam memenuhi kebu- (intake) cairan, didapati 66,7% bayi yang hanya
tuhan cairan pada bayi yang difototerapi. Hal ini diberi ASI selama fototerapi mengalami penurun-
disebabkan karena bayi dengan hyperbilirubi- an berat badan selama fototerapi. Sedangkan pe-
nemia biasanya malas minum sehingga jika tidak ngeluaran (output) cairan pada ketiga kelompok
diperhatikan dengan baik dapat menyebabkan bayi dengan jenis pemberian cairan.
kurangnya masukan cairan dari yang dibutuhkan
oleh bayi. Meskipun secara frekuensi terlihat jumlah yang
bermakna antara tingkat volume pengeluaran
Volume Pengeluaran Urin urin pada ketiga kelompok. Hal ini dapat di-
Volume pengeluaran urin dapat digunakan untuk sebabkan karena terlalu sedikitnya jumlah sampel
memperkirakan kehilangan cairan tubuh. Vo- dalam kelompok yang hanya diberikan susu for-
lume pengeluaran urin normal pada bayi adalah mula yakni hanya 4 (empat) orang. Oleh karena
2-3 ml/ kgBB/ jam (Murray & McKinney, 2007; itu, secara statistik hasil yang didapatkan tidak
Wong & Hockenberry, 2007; Indrasanto, et al., terlihat perbedaannya dan kurang dapat dige-
2008). Akan tetapi, bayi baru lahir memiliki neralisasikan.
keterbatasan untuk meningkatkan volume urin
karena terkait dengan fungsi ginjal yang belum Kebutuhan cairan pada bayi cukup bulan dan
sempurna. bayi sehat sebesar 40 sampai 60 ml/ kgBB/ hari
pada 2 (dua) hari pertama kehidupan, selanjut-
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rerata nya meningkat hingga 100 sampai 150 ml/ kg
volume pengeluaran urin pada bayi yang hanya BB/ hari (Murray & McKinney, 2007). Cairan
diberi ASI sebesar 1,77 ml/kg/jam, sedangkan ini biasanya diperoleh dari ASI atau dari susu
pada bayi yang diberi susu formula dan bayi yang formula yang dibuat dengan benar. Bayi yang
diberi ASI dengan tambahan susu formula selama meminum cairan sesuai dengan jumlah yang di-
fototerapi menunjukkan bahwa rerata volume pe- butuhkan akan mengeluarkan urin sebesar kira-
ngeluaran urin sebesar 2,02 ml/kg/jam dan 2,47 kira 100ml dalam 24 jam (Bobak, Lowdermilk,
ml/kg/jam. & Jensen, 2005).
44 Jurnal Keperawatan Indonesia, Volume 15, No. 1, Maret 2012; hal 39-46

Pada bayi yang mendapat fototerapi, kebutuhan Ada banyak penyebab mengapa menyusui kurang
cairan ini akan meningkat. Dengan demikian, efektif, yaitu karena kurang dukungan pada ibu
kebutuhan cairan bayi yang hanya diberi ASI dan kelemahan bayi dalam mengisap (Nelson, et
selama fototerapi akan terpenuhi jika proses al., 2005). Penelitian yang dilakukan oleh Dewey,
laktasi terlaksana dengan baik. Ibu yang walau- et al. (2003) menunjukkan bahwa kurangnya ma-
pun mampu memproduksi lebih banyak ASI sukan cairan pada bayi yang menyusu secara eks-
daripada kebutuhan bayinya, belum tentu dapat klusif disebabkan oleh 24% karena volume pro-
memenuhi kebutuhan cairan bayinya jika cara duksi ASI tidak adekuat dan 76% karena teknik
menyusuinya kurang efektif. menyusui yang kurang baik.

Tabel 1.Perbedaan Durasi Fototerapi pada Bayi yang Difototerapi

Durasi fototerapi
Jenis Pemberian Cairan
Mean SD p

SF (n=4) 42 12 0,001

ASI (n=15) 44,8 17,8


ASI+SF (n=15) 62,5 21,4

Penelitian yang dilakukan Tan (1998) (dalam yang dikeluarkan oleh bayi karena proses meng-
Iranpour, Nohekhan, & Haghshenas, 2004) me- isap memerlukan energi yang lebih besar.
nunjukkan bahwa hasil yang berbeda. Bayi yang
disusui sesuai dengan keinginan dan kebutuhan Durasi Fototerapi
bayi selama fototerapi mengalami peningkatan ma-
American Academy of Pediatrics clinical Practice
sukan cairan sebesar 20 sampai 40%.
Guideline Subcomité on Hyperbilirubinemia
(2004) tidak memberikan ketentuan mengenai
American Academy of Pediatrics Work group berapa lama durasi fototerapi yang efektif dalam
On Breastfeeding (1997) memberikan reko- menurunkan total serum bilirubin. Lamanya
mendasi pada kasus-kasus ineffective breast- durasi fototerapi salahsatunya ditentukan oleh
feeding atau dehidrasi ringan, bahwa sebaiknya nilai total serum bilirubin saat mulai fototerapi
perawat membantu ibu untuk memerah ASI. Se- dan fototerapi dihentikan jika nilai total serum
lain itu, rumah sakit juga sebaiknya menyediakan bilirubin mencapai nilai kurang dari 12 mg/dl
ruang khusus untuk ibu selama bayinya dirawat (Moeslichan, et al., 2004).
di rumah sakit.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada
Menurut Nelson, et al. (2005), yang menjelas- perbedaan durasi fototerapi yang bermakna an-
kan bahwa memerah ASI biasanya akan menam- tara bayi yang diberikan ASI dengan tambahan
bah produksi susu dan memastikan persediaan susu formula dengan bayi yang hanya diberikan
yang cukup, untuk penggunaan ketika ibu tidak ASI atau hanya diberi susu formula selama foto-
ada ataupun memberikan kesempatan pada ibu terapi. Adapun rerata durasi fototerapi pada kelom-
untuk beristirahat. Selain itu pula, ASI yang di- pok SF (susu formula) adalah 42 jam dengan stan-
perah dapat diberi dengan menggunakan sendok dar deviasi yaitu 12 jam, pada kelompok ASI ada-
atau gelas sehingga dapat meminimalkan energi lah 44,8 jam dengan standar deviasi yaitu 17,8 jam.
Pemberian ASI efektif mempersingkat durasi pemberian fototerapi (Rahmah, Krisna Yetti, Besral) 45

Sedangkan pada kelompok ASI dengan SF (su- Referensi


su formula) rerata durasi fototerapi adalah 62,5
Amer ican Academy of Pediatrics Work Group
jam dengan standar deviasi 21,4 jam. Dengan
on Breast-feeding. (1997). Breastfeeding and
singkat dapat dikatakan bahwa pemberian ASI the use of human milk. Pediatrics, 100, 1035-
dapat mempersingkat durasi pemberian fototerapi 1039.
pada bayi.
American Academy of Pediatrics. (2004). Mana-
Hasil penelitian ini mematahkan penelitian yang gement of hyperbilirubinemia in the newborn
dilakukan oleh Tan (1998), yang menunjukkan infant 35 or more weeks of gestation. Diperoleh
dari http://www.aappublication.org.
bahwa durasi fototerapi lebih lama pada kelom-
pok bayi yang hanya diberi ASI selama fotote-
Bhat, S.R., Lewis, P., & Dinakar, C. (2001). Case
rapi dengan rerata durasi fototerapi sebesar 64,5 Report: Hypernatremics dehydration. Indian
jam dibandingkan dengan kelompok bayi yang Pediatrics Journal, 38, 1174-1177.
diberi ASI dengan tambahan susu formula dengan
rerata durasi fototerapi x 0020 f.a43, 3rubgf3y9bf Bobak, I.M., Lowdermilk, D.L., & Jensen, M.D.
rueb4rbv3z sebesar 54,9 jam. (2005). Buku ajar keperawatan maternitas
(Alih bahasa: Wijayarini MA., & Anugrah,
Hasil yang berbeda pada penelitian ini karena PI). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
ada perbedaan nilai total serum bilirubin saat
mulai fototerapi dan selisih penurunan yang le- Gourley, G.R. (2000) Breastfeeding, diet, and neo-
natal hyperbilirubinemia. NeoReviews 1 (2), 25-
bih besar antara nilai total serum bilirubin saat 29.
mulai fototerapi dengan nilai total serum biliru-
bin akhir pada kelompok bayi yang diberikan Gulcan, H., Tiker, F., & Kilicdag, H. (2007). Effect
ASI dengan tambahan susu formula dibanding- of feeding type on the efficacy of phototherapy.
kan dengan yang hanya diberi ASI. Indian Pediatrics Journal, 44, 32-36.

Namun, hasil penelitian juga menemukan bahwa Hockenberry, M.N., & Wilson, A., (2007). Essen-
tidak ada perbedaan persentase penurunan nilai tials of pediatric nursing. St. Louis: Mosby
total serum bilirubin tiap jamnya. Sehingga du- Elsevier.
rasi fototerapi yang diperlukan lebih lama pada
kelompok bayi yang diberi ASI dengan tambahan Indrasanto, E., Dharmasetiawani, N., Rohsiswanto,
R., & Kaban, R.K. (2008). Paket Pelatihan
susu formula. Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi
Komprehensif (PONEK): Asuhan neonatal
Kesimpulan esensial. Jakarta: Penerbit Jaringan Nasional
Pelatihan Klinis-Kesehatan Reproduksi (JNPK-
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak KR).
terdapat perbedaan status hidrasi dan persentase
penurunan nilai total serum bilirubin. Akan Iranpour, R., Nohekhan, R., & Haghsenas. I.
(2004). Effect of intravenous fluid sup-
tetapi durasi fototerapi pada bayi yang diberi plementation on serum bilirubin level in jaun-
ASI lebih singkat daripada yang diberikan tam- diced healthy neonates during conventional
bahan susu formula. Hasil penelitian ini mema- phototherapy. Journal of Research in Medical
cu perawat untuk memastikan pemberian ASI Sciences, 4, 186-190.
yang efektif selama fototerapi, dengan melakukan
pengkajian dan intervensi yang tepat terhadap Kushartono. H., (2006). Terapi cairan dan elektrolit
posisi dan melekatnya bayi pada ibu (WK, NN, pada anak. Surabaya: Open Urika Creative
Multimedia and Presentation Division.
KN).
46 Jurnal Keperawatan Indonesia, Volume 15, No. 1, Maret 2012; hal 39-46

Kusuma, S., Agrawal, S.K., Kumar.P., Narang. Moeslichan, Surjono, A., Suradi, R., Rahardjani,
A., Prasad.R. (2009). Hydration status of ex- K.B., Usman, A., Rinawati, et al. (2004).
clusively and partially breastfed near-term Tatalaksana ikterus neonatorum. Diperoleh
newborns in the first week of life. Journal dari http://www.yanmedikdepkes.net/
Human Lactation, 25 (3), 280-286.
Murray, S.S., & McKinney, S.A., (2007). Founda-
Kuzniewicz, M.W., Escobar, G.J., & Newman, tion of maternal-newborn nursing (4th Ed.).
T.B. (2009). Impact of universal bilirubin Singapore: Elsevier.
screening on severe hyperbilirubinemia and
phototherapy use. Pediatrics, 124 (4), 1031- Nelson, W.E., Behrman, R.E., Kliegman, R., Arvin,
1039. A.M., (2005). Ilmu kesehatan anak (Alih bahasa:
Wahab, AS). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
Maisels, M.J., & McDonagh,, A.F. (2008). EGC.
Phototherapy for neonatal jaundice. NEJM,
358, 920-928. Porter, M.L., & Dennis, B.L., (2002).
Hyperbilirubinemia in the term newborn. Am Fam
Metzger, A.M., Yosipovitch, G., Hadad, E., & Physician, 65 (4), 599-606.
Sirota, L. (2001). Transepidermal water loss and
skin hydration in pr eterm infants during
phototherapy. Amer J Perinatol, 18 (7), 393-
396.

Anda mungkin juga menyukai