*Email: dekrahma@yahoo.com
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan status hidrasi, perubahan nilai total serum bilirubin, dan perbedaan durasi
fototerapi bayi yang mendapat fototerapi dengan diberi ASI dan susu formula Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif,
observasional, dan prospektif terhadap 34 bayi cukup bulan yang sehat di sebuah rumah sakit di Jakarta. Responden dibagi ke
dalam tiga kelompok, yaitu; kelompok bayi yang hanya diberi susu formula, kelompok bayi yang hanya diberi ASI, dan kelompok
bayi yang diberi ASI dan susu formula. Hasil penelitian, menggunakan analisa data univariat dan bivariat dengan tes statistik
Chi-square, ANOVA dan Mann-Whitney, menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan status hidrasi dan perbedaan perubahan
nilai total serum bilirubin (p= 0,76; . ), tetapi ada perbedaan durasi fototerapi antara ke tiga kelompok S .
0,05). Kelompok yang diberi ASI mempunyai durasi fototerapi tersingkat. Penelitian ini merekomendasikan agar perawat
memastikan keefektifan breastfeeding selama fototerapi.
Kata kunci: bayi, fototerapi, ASI, formula, hidrasi, durasi terpapar
Abstract
This study aims to determine differences in hydration status, changes in value of total serum bilirubin, and the difference in
duration of phototherapy newborns who received phototherapy with breast-fed and formula feeding. The study design used is
descriptive, observational, and prospective to 34 healthy newborns at a hospital in Jakarta. Respondents were divided into
three groups, there is group of newborns with formula feeding, group of newborns with breast-fed, and group of newborns with
breast -fed and formula feeding. The results, using univariate and bivariate data analysis with statistical chi-square test,
ANOVA, and Mann-Whitney, shows that there is no difference in hydration status and differences in changes in value of total
serum bilirubiQ S .= 0.05) , but there are differences in the duration of phototherapy between to the three groups (p=
.= 0.05). The group who were breastfeed has the shortest duration of phototherapy. This study recommends that nurses
ensure the effectiveness of breastfeeding during phototherapy.
Suhu ruangan antara 26-280C. Fototerapi dilaku- pada variabel karakteristik responden (usia, berat
kan terus menerus kecuali dihentikan saat pem- badan, dan nilai total serum bilirubin), per-
berian cairan/ minum, mandi, dan intervensi ke- ubahan berat badan harian, cara pemberian mi-
perawatan lain. num, kejadian muntah, volume pengeluaran urin,
dan selisih perubahan nilai total serum biliru-
Data hasil penelitian ini dianalisis mengguna- bin responden. Analisis bivariat yang digunakan
kan analisis univariat dan bivariat dengan satu adalah analisis chi-square, ANOVA, dan Mann-
program komputer. Analisis univariat dilakukan Whitney test.
120%
100% SF
ASI
80% ASI+SF
60%
40%
20%
0%
Intake Output
Pada tabel 1 menggambarkan tentang durasi fo- lahir untuk mempertahankan hidrasi yang ade-
toterapi pada kelompok jenis pemberian minum. kuat.
Berdasarkan hasil analisis tersebut maka terlihat
bahwa bayi yang mendapatkan ASI dengan tam- Hasil penelitian ini menunjukan bahwa terjadi
bahan susu formula memiliki durasi fototerapi penurunan berat badan selama fototerapi pada
yang lebih lama dibandingkan dengan kelompok 66,7% bayi dari kelompok yang hanya diberikan
bayi yang hanya diberikan ASI selama fototerapi ASI dengan rerata presentase penurunan berat
(p= 0,001 . badan harian sebesar 1,7% dari berat badan saat
mulai fototerapi dengan standar deviasi sebesar
Pembahasan 1,2%, sehingga sebesar 6,7% responden pada
kelompok bayi yang hanya diberi ASI selama
Penilaian Status Hidrasi fototerapi berada dalam status masukan cairan
tidak adekuat.
Penilaian masukan cairan berdasarkan per-
ubahan berat badan Penelitian yang dilakukan oleh Kusuma, et al.
Protokol Asuhan Neonatal (2008) menjelaskan (2009) juga menunjukkan terjadinya penurunan
bahwa salah satu parameter untuk menilai sta- berat badan pada bayi baru lahir pada minggu
tus hidrasi dan kecukupan masukan cairan pada pertama kehidupan yang hanya disusui oleh ibu
neonatus adalah berat badan, sehingga diberikan yakni sejumlah 18,3% dan 17,9% pada bayi yang
batasan bila neonatus kehilangan berat badan disusui oleh ibu dan mendapat tambahan susu
melebihi 3% perawat harus mengevaluasi ke- formula. Penurunan berat badan ini salah satunya
efektifan pemberian (intake) cairan pada bayi baru dipengaruhi oleh paparan fototerapi.
Grafik 2. Rerata Persentase Penurunan Nilai Total Serum Bilirubin (% per jam) pada Bayi yang Difototerapi
0,8
0,6
0,4
0,2
SF ASI ASI + SF
Std. Deviation
Mean
Pemberian ASI efektif mempersingkat durasi pemberian fototerapi (Rahmah, Krisna Yetti, Besral) 43
Penelitian lain yang mendukung penelitian ini Fungsi ginjal untuk mengeluarkan urin yang
adalah penelitian yang dilakukan oleh Gulcan, bersifat wajib, guna untuk mempertahankan ho-
Tiker, dan Kilicdag (2007) yang mengungkap- meostasis tubuh. Pengeluaran urin diatur oleh
kan bahwa terjadi penurunan berat badan lahir mekanisme yang saling melengkapi, sehingga
yang lebih besar lahir pada bayi yang diberikan pengeluaran urin dengan ketat mengatur volume
ASI (8,1% dengan standar deviasi sebesar 3,9%), dan komposisi cairan ekstraseluler. Bila masukan
dibandingkan dengan bayi yang diberikan ASI cairan dalam tubuh berkurang, maka volume
dengan tambahan susu formula (5,4% dengan pengeluaran urin akan menurun (Nelson, et al.,
standar deviasi sebesar 2,6%). Perubahan yang 2005). Penilaian volume pengeluaran urin ini
cepat dari berat badan menggambarkan perubah- dapat digunakan untuk menilai keefektifan ma-
an cairan tubuh. Berat badan diperlukan untuk me- sukan cairan pada bayi. Pada keadaan kurang
nentukan banyaknya cairan pengganti yang di- masukan cairan, tubuh akan berespon secara ber-
butuhkan (Kushartono, 2006). tahap sehingga memungkinkan volume urin terus
menerus diatur.
Menurut Bhat, Lewis, dan Dinakar (2001), yang
menyatakan bahwa perawat seharusnya meng- Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak
evaluasi berat badan bayi setiap hari untuk meni- ada perbedaan status hidrasi pada ketiga kelom-
lai keadekuatan breast-feeding. Keadekuatan pok bayi dengan jenis pemberian minum yang
pemberian breast-feeding menjadi tantangan berbeda secara statistik. Berdasarkan masukan
tersendiri bagi perawat dalam memenuhi kebu- (intake) cairan, didapati 66,7% bayi yang hanya
tuhan cairan pada bayi yang difototerapi. Hal ini diberi ASI selama fototerapi mengalami penurun-
disebabkan karena bayi dengan hyperbilirubi- an berat badan selama fototerapi. Sedangkan pe-
nemia biasanya malas minum sehingga jika tidak ngeluaran (output) cairan pada ketiga kelompok
diperhatikan dengan baik dapat menyebabkan bayi dengan jenis pemberian cairan.
kurangnya masukan cairan dari yang dibutuhkan
oleh bayi. Meskipun secara frekuensi terlihat jumlah yang
bermakna antara tingkat volume pengeluaran
Volume Pengeluaran Urin urin pada ketiga kelompok. Hal ini dapat di-
Volume pengeluaran urin dapat digunakan untuk sebabkan karena terlalu sedikitnya jumlah sampel
memperkirakan kehilangan cairan tubuh. Vo- dalam kelompok yang hanya diberikan susu for-
lume pengeluaran urin normal pada bayi adalah mula yakni hanya 4 (empat) orang. Oleh karena
2-3 ml/ kgBB/ jam (Murray & McKinney, 2007; itu, secara statistik hasil yang didapatkan tidak
Wong & Hockenberry, 2007; Indrasanto, et al., terlihat perbedaannya dan kurang dapat dige-
2008). Akan tetapi, bayi baru lahir memiliki neralisasikan.
keterbatasan untuk meningkatkan volume urin
karena terkait dengan fungsi ginjal yang belum Kebutuhan cairan pada bayi cukup bulan dan
sempurna. bayi sehat sebesar 40 sampai 60 ml/ kgBB/ hari
pada 2 (dua) hari pertama kehidupan, selanjut-
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rerata nya meningkat hingga 100 sampai 150 ml/ kg
volume pengeluaran urin pada bayi yang hanya BB/ hari (Murray & McKinney, 2007). Cairan
diberi ASI sebesar 1,77 ml/kg/jam, sedangkan ini biasanya diperoleh dari ASI atau dari susu
pada bayi yang diberi susu formula dan bayi yang formula yang dibuat dengan benar. Bayi yang
diberi ASI dengan tambahan susu formula selama meminum cairan sesuai dengan jumlah yang di-
fototerapi menunjukkan bahwa rerata volume pe- butuhkan akan mengeluarkan urin sebesar kira-
ngeluaran urin sebesar 2,02 ml/kg/jam dan 2,47 kira 100ml dalam 24 jam (Bobak, Lowdermilk,
ml/kg/jam. & Jensen, 2005).
44 Jurnal Keperawatan Indonesia, Volume 15, No. 1, Maret 2012; hal 39-46
Pada bayi yang mendapat fototerapi, kebutuhan Ada banyak penyebab mengapa menyusui kurang
cairan ini akan meningkat. Dengan demikian, efektif, yaitu karena kurang dukungan pada ibu
kebutuhan cairan bayi yang hanya diberi ASI dan kelemahan bayi dalam mengisap (Nelson, et
selama fototerapi akan terpenuhi jika proses al., 2005). Penelitian yang dilakukan oleh Dewey,
laktasi terlaksana dengan baik. Ibu yang walau- et al. (2003) menunjukkan bahwa kurangnya ma-
pun mampu memproduksi lebih banyak ASI sukan cairan pada bayi yang menyusu secara eks-
daripada kebutuhan bayinya, belum tentu dapat klusif disebabkan oleh 24% karena volume pro-
memenuhi kebutuhan cairan bayinya jika cara duksi ASI tidak adekuat dan 76% karena teknik
menyusuinya kurang efektif. menyusui yang kurang baik.
Durasi fototerapi
Jenis Pemberian Cairan
Mean SD p
SF (n=4) 42 12 0,001
Penelitian yang dilakukan Tan (1998) (dalam yang dikeluarkan oleh bayi karena proses meng-
Iranpour, Nohekhan, & Haghshenas, 2004) me- isap memerlukan energi yang lebih besar.
nunjukkan bahwa hasil yang berbeda. Bayi yang
disusui sesuai dengan keinginan dan kebutuhan Durasi Fototerapi
bayi selama fototerapi mengalami peningkatan ma-
American Academy of Pediatrics clinical Practice
sukan cairan sebesar 20 sampai 40%.
Guideline Subcomité on Hyperbilirubinemia
(2004) tidak memberikan ketentuan mengenai
American Academy of Pediatrics Work group berapa lama durasi fototerapi yang efektif dalam
On Breastfeeding (1997) memberikan reko- menurunkan total serum bilirubin. Lamanya
mendasi pada kasus-kasus ineffective breast- durasi fototerapi salahsatunya ditentukan oleh
feeding atau dehidrasi ringan, bahwa sebaiknya nilai total serum bilirubin saat mulai fototerapi
perawat membantu ibu untuk memerah ASI. Se- dan fototerapi dihentikan jika nilai total serum
lain itu, rumah sakit juga sebaiknya menyediakan bilirubin mencapai nilai kurang dari 12 mg/dl
ruang khusus untuk ibu selama bayinya dirawat (Moeslichan, et al., 2004).
di rumah sakit.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada
Menurut Nelson, et al. (2005), yang menjelas- perbedaan durasi fototerapi yang bermakna an-
kan bahwa memerah ASI biasanya akan menam- tara bayi yang diberikan ASI dengan tambahan
bah produksi susu dan memastikan persediaan susu formula dengan bayi yang hanya diberikan
yang cukup, untuk penggunaan ketika ibu tidak ASI atau hanya diberi susu formula selama foto-
ada ataupun memberikan kesempatan pada ibu terapi. Adapun rerata durasi fototerapi pada kelom-
untuk beristirahat. Selain itu pula, ASI yang di- pok SF (susu formula) adalah 42 jam dengan stan-
perah dapat diberi dengan menggunakan sendok dar deviasi yaitu 12 jam, pada kelompok ASI ada-
atau gelas sehingga dapat meminimalkan energi lah 44,8 jam dengan standar deviasi yaitu 17,8 jam.
Pemberian ASI efektif mempersingkat durasi pemberian fototerapi (Rahmah, Krisna Yetti, Besral) 45
Namun, hasil penelitian juga menemukan bahwa Hockenberry, M.N., & Wilson, A., (2007). Essen-
tidak ada perbedaan persentase penurunan nilai tials of pediatric nursing. St. Louis: Mosby
total serum bilirubin tiap jamnya. Sehingga du- Elsevier.
rasi fototerapi yang diperlukan lebih lama pada
kelompok bayi yang diberi ASI dengan tambahan Indrasanto, E., Dharmasetiawani, N., Rohsiswanto,
R., & Kaban, R.K. (2008). Paket Pelatihan
susu formula. Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi
Komprehensif (PONEK): Asuhan neonatal
Kesimpulan esensial. Jakarta: Penerbit Jaringan Nasional
Pelatihan Klinis-Kesehatan Reproduksi (JNPK-
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak KR).
terdapat perbedaan status hidrasi dan persentase
penurunan nilai total serum bilirubin. Akan Iranpour, R., Nohekhan, R., & Haghsenas. I.
(2004). Effect of intravenous fluid sup-
tetapi durasi fototerapi pada bayi yang diberi plementation on serum bilirubin level in jaun-
ASI lebih singkat daripada yang diberikan tam- diced healthy neonates during conventional
bahan susu formula. Hasil penelitian ini mema- phototherapy. Journal of Research in Medical
cu perawat untuk memastikan pemberian ASI Sciences, 4, 186-190.
yang efektif selama fototerapi, dengan melakukan
pengkajian dan intervensi yang tepat terhadap Kushartono. H., (2006). Terapi cairan dan elektrolit
posisi dan melekatnya bayi pada ibu (WK, NN, pada anak. Surabaya: Open Urika Creative
Multimedia and Presentation Division.
KN).
46 Jurnal Keperawatan Indonesia, Volume 15, No. 1, Maret 2012; hal 39-46
Kusuma, S., Agrawal, S.K., Kumar.P., Narang. Moeslichan, Surjono, A., Suradi, R., Rahardjani,
A., Prasad.R. (2009). Hydration status of ex- K.B., Usman, A., Rinawati, et al. (2004).
clusively and partially breastfed near-term Tatalaksana ikterus neonatorum. Diperoleh
newborns in the first week of life. Journal dari http://www.yanmedikdepkes.net/
Human Lactation, 25 (3), 280-286.
Murray, S.S., & McKinney, S.A., (2007). Founda-
Kuzniewicz, M.W., Escobar, G.J., & Newman, tion of maternal-newborn nursing (4th Ed.).
T.B. (2009). Impact of universal bilirubin Singapore: Elsevier.
screening on severe hyperbilirubinemia and
phototherapy use. Pediatrics, 124 (4), 1031- Nelson, W.E., Behrman, R.E., Kliegman, R., Arvin,
1039. A.M., (2005). Ilmu kesehatan anak (Alih bahasa:
Wahab, AS). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
Maisels, M.J., & McDonagh,, A.F. (2008). EGC.
Phototherapy for neonatal jaundice. NEJM,
358, 920-928. Porter, M.L., & Dennis, B.L., (2002).
Hyperbilirubinemia in the term newborn. Am Fam
Metzger, A.M., Yosipovitch, G., Hadad, E., & Physician, 65 (4), 599-606.
Sirota, L. (2001). Transepidermal water loss and
skin hydration in pr eterm infants during
phototherapy. Amer J Perinatol, 18 (7), 393-
396.