Anda di halaman 1dari 31

TUGAS MATA KULIAH

KEPERAWATAN ANAK

“ Intervensi Keperawatan Phototherapy, Exchange Transfusion,


Perawatan dengan Inkubator “

cover
Disusun Oleh:
Al Della Noviana Asgar

Arifin Hidayat

Sri Rahayu

Dosen Pembimbing :
Ns. Junita Lusty, S.Kep

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
TAHUN 2018
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya

sehingga penulisan makalah “ Intervensi Keperawatan Phototherapy, Exchange

Transfusion, Perawatan dengan Inkubator ”dapat kami selesaikan.

Shalawat beriring salam semoga dilimpahkan kepada Baginda Rasulullah


saw, keluarga, para sahabat dan orang-orang yang istiqamah di jalan-Nya hingga
akhir zaman.

Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata ajar Keperawatan
Anak. Selain itu, agar pembaca dapat memperluas ilmu yang berkaitan dengan judul
laporan, yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber dan hasil
kegiatan yang telah dilakukan.

Kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak terkait, terutama kepada


dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan pengajaran dalam
penyelesaian makalah ini.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada
pembaca. Dan kami menyadari masih banyak kekurangan yang mendasar dalam
makalah ini. Oleh karena itu, kami memohon keterbukaan dalam pemberian saran dan
kritik agar lebih baik lagi untuk ke depannya.

Samarinda, Januari 2019

Kelompok 13
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keperawatan merupakaan hasil proses kerjasama manusia dengan

manusia lainnya supaya menjadi sehat atau tetap sehat. Dalam perkembangan

ilmu keperawatan saat ini perawat dituntut untuk lebih professional dalam

melakukan tindakan keperawatan yaitu pelayanan yang memuaskan dan

meyakinkan.

Hiperbilirubinemia merupakan salah satu fenomena klinis yang paling

sering ditemukan pada bayi baru lahir. Lebih dari 85% bayi cukup bulan yang

kembali dirawat dalam minggu pertama kehidupan disebabkan oleh keadaan

ini. Hiperbilirubinemia menyebabkan bayi terlihat berwarna kuning, keadaan

ini timbul akibat akumulasi pigmen bilirubin (4Z, 15 Z, bilirubin IX alpha)

yang berwarna ikterus pada sklera dan kulit.

Pada masa transisi setelah lahir, hepar belum berfungsi secara optimal

sehingga proses glukuronidasi bilirubin tidak terjadi secara maksimal.

Keadaan ini akan menyebabkan dominasi bilirubin tak terkonjugasi di dalam

darah. Pada kebanyakan bayi baru lahir, hiperbilirubinemia tidak terkonjugasi

merupakan fenomena transisional yang normal, tetapi pada beberapa bayi

terjadi peningkatan bilirubin secara berlebihan sehingga bilirubin berpotensi


menjadi toksik dan dapat menyebabkan kematian dan bila bayi tersebut dapat

bertahan hidup pada jangka panjang akan menimbulkan sequele neurologis.

Oleh karena itu, untuk mencegah terjadinya kematian bayi yang

diakibatkan oleh hiperbilirubinemia yang non fisiologis, terdapat berbagai

cara pengelolaan bayi baru lahir dengan hiperbilirubinemia tersebut. Strategi

tersebut diantaranya : Pencegahan, penggunaan farmakologi, fototerapi, dan

transfusi tukar (exchange transfusion). Dimana transfusi tukar (exchange

transfusion) merupakan suatu rangkaian tindakan mengeluarkan darah pasien

dan memasukkan darah donor untuk mengurangi kadar serum bilirubin atau

kadar hematokrit yang tinggi atau mengurangi konsentrasi toksin-toksin

dalam aliran darah pasien.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana cara melakukan phototherapy, exchange transfusion, dan


perawatan dengan inkubator ?
2. Apakah fungsi dari phototherapy, exchange transfusion, dan perawatan
dengan inkubator?

C. Tujuan

1. Tujuan umum

Untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak.

2. Tujuan khusus

a. Mahasiswa mampu mengetahui cara melakukan phototherapy,

exchange transfusion, dan perawatan dengan inkubator


b. Mahasiswa mampu mengetahui fungsi dari phototherapy, exchange

transfusion, dan perawatan dengan inkubator


BAB II

TELAAH PUSTAKA
1. Fototerapi

A. Definisi

Fototerapi adalah tata laksana hiperbilirubinemia yang bertujuan

untuk mencegah agar kadar bilirubin indirek dalam darah tidak mencapai

kadar yang neurotoksik. Tata laksana terkini, meliputi pemberian air susu

ibu (ASI), fototerapi, dan tranfusi tukar. Penggunaan fototerapi sebagai

salah satu terapi hiperbilirubinemia telah dimulai sejak tahun 1950 dan

efektif dalam menurunkan insiden kerusakan otak (kern ikterus) akibat

hiperbilirubinemia. Keuntungan fototerapi, antara lain, tidak invasif,

efektif, tidak mahal, dan mudah digunakan. Fototerapi mengurangi

hiperbilirubinemia melalui proses fotoisomerisasi dan isomerisasi

struktural.

Fototerapi digunakan untuk menurunkan kadar bilirubin serum

pada neonatus dengan hiperbilirubinemia jinak hingga moderat. Fototerapi

dapat menyebabkan terjadinya isomerisasi bilirubin indirect yang mudah

larut di dalam plasma dan lebih mudah di ekskresi oleh hati ke dalam

saluran empedu. Meningkatnya foto bilirubin dalam empedu

menyebabkan bertambahnya pengeluaran cairan empedu ke dalam usus


sehingga peristaltic usus meningkat dan bilirubin akan lebih cepat

meninggalkan usus

B. Hiperbilirubinemia

Hiperbilirubinemia bisa disebabkan proses fisiologis atau patologis

atau kombinasi keduanya. Risiko hiperbilirubinemia meningkat pada bayi

yang mendapat ASI, bayi kurang bulan, dan bayi yang mendekati cukup

bulan. Neonatal hiperbilirubinemia terjadi karena peningkatan produksi

atau penurunan clearance bilirubin dan lebih sering terjadi pada bayi

imatur.

Hiperbilirubinemia yang signifikan dalam 36 jam pertama

biasanya disebabkan karena peningkatan produksi bilirubin (terutama

karena hemolisis), karena pada periode ini hepatic clearance jarang

memproduksi bilirubin lebih dari 10 mg/dL. Peningkatan penghancuran

hemoglobin 1% akan meningkatkan kadar bilirubin 4 kali lipat.

Pada hiperbilirubinemia fisiologis bayi baru lahir, terjadi

peningkatan bilirubin tidak terkonjugasi >2 mg/dl pada minggu pertama

kehidupan. Kadar bilirubin tidak terkonjugasi itu biasanya meningkat

menjadi 6 sampai 8 mg/dl pada umur 3 hari dan akan mengalami

penurunan. Pada bayi kurang bulan, kadar bilirubin tidak terkonjugasi

akan meningkat menjadi 10 sampai 12 mg/dl pada umur 5 hari.


Dikatakan hiperbilirubinemia patologis apabila terjadi saat 24 jam

setelah bayi lahir, peningkatan kadar bilirubin serum >0,5 mg/dl setiap

jam, ikterus bertahan setelah 8 hari pada bayi cukup bulan atau 14 hari

pada bayi kurang bulan, dan adanya penyakit lain yang mendasari

(muntah, letargi, penurunan berat badan yang berlebihan, apnu, asupan

kurang).

Ada beberapa cara untuk menentukan derajat ikterus yang

merupakan faktor resiko terjadinya kernikterus, misalnya kadar bilirubin

bebas, kadar bilirubin 1 dan 2, atau secara klinis (kramer) dilakukan di

bawah sinar biasa atau day light (Hendryawati, 2011). Gambaran untuk

penilaian perkembangan ikterik atau jaundice pada bayi baru lahir

diantaranya dimulai dari grade 1 daerah muka atau wajah dan leher, grade

2 daerah dada dan punggung, grade 3 daerah perut dibawah pusar sampai

lutut, grade 4 daerah lengan dan betis dibawah lutut, grade 5 daerah

sampai telapak tangan dan kaki (Keren, et al, 2008).

C. Pengaruh Sinar Fototerapi Terhadap Bilirubin

Pengaruh sinar terhadap ikterus pertama sekali diperhatikan dan

dilaporkan oleh seorang perawat di salah satu rumah sakit di Inggris.

Perawat Ward melihat bahwa bayi – bayi yang mendapat sinar matahari di

bangsalnya ternyata ikterusnya lebih cepat menghilang dibandingkan bayi

– bayi lainnya. Cremer (1958) yang mendapatkan laporan tersebut mulai


melakukan penyelidikan mengenai pengaruh sinar terhadap

hiperbilirubinemia ini. Dari penelitiannya terbukti bahwa disamping

pengaruh sinar matahari, sinar lampu tertentu juga mempunyai pengaruh

dalam menurunkan kadar bilirubin pada bayi – bayi prematur lainnya.

Sinar fototerapi akan mengubah bilirubin yang ada di dalam

kapiler-kapiler superfisial dan ruang-ruang usus menjadi isomer yang larut

dalam air yang dapat diekstraksikan tanpa metabolisme lebih lanjut oleh

hati. Maisels, seorang peneliti bilirubin, menyatakan bahwa fototerapi

merupakan obat perkutan. Bila fototerapi menyinari kulit, akan

memberikan foton-foton diskrit energi, sama halnya seperti molekul-

molekul obat, sinar akan diserap oleh bilirubin dengan cara yang sama

dengan molekul obat yang terikat pada reseptor.

Molekul-molekul bilirubin pada kulit yang terpapar sinar akan

mengalami reaksi fotokimia yang relatif cepat menjadi isomer konfigurasi,

dimana sinar akan merubah bentuk molekul bilirubin dan bukan

mengubah struktur bilirubin. Bentuk bilirubin 4Z, 15Z akan berubah

menjadi bentuk 4Z,15E yaitu bentuk isomer nontoksik yang bisa

diekskresikan. Isomer bilirubin ini mempunyai bentuk yang berbeda dari

isomer asli, lebih polar dan bisa diekskresikan dari hati ke dalam empedu

tanpa mengalami konjugasi atau membutuhkan pengangkutan khusus

untuk ekskresinya. Bentuk isomer ini mengandung 20% dari jumlah

bilirubin serum. Eliminasi melalui urin dan saluran cerna sama-sama


penting dalam mengurangi muatan bilirubin. Reaksi fototerapi

menghasilkan suatu fotooksidasi melalui proses yang cepat. Fototerapi

juga menghasilkan lumirubin, dimana lumirubin ini mengandung 2%

sampai 6% dari total bilirubin serum. Lumirubin diekskresikan melalui

empedu dan urin. Lumirubin bersifat larut dalam air.

Penelitian Sarici mendapatkan 10,5% neonatus cukup bulan dan

25,5% neonatus kurang bulan menderita hiperbilirubinemia yang

signifikan dan membutuhkan fototerapi. Fototerapi diindikasikan pada

kadar bilirubin yang meningkat sesuai dengan umur pada neonatus cukup

bulan atau berdasarkan berat badan pada neonatus kurang bulan, sesuai

dengan rekomendasi American Academy of Pediatrics (AAP)

Efektivitas fototerapi tergantung pada kualitas cahaya yang

dipancarkan lampu (panjang gelombang), intensitas cahaya (iradiasi), luas

permukaan tubuh, jarak lampu fototerapi.9,10 Penelitian Seidman dkk,11

tentang konsentrasi penurunan bilirubin setelah dilakukan fototerapi

dengan light emiting devices (LED) blue, blue-green, dan konvensional

tidak ada perbedaan yang signifikan.11 Fototerapi yang intensif

seharusnya dapat menurunkan kadar bilirubin total serum 1-2 mg/dL

dalam 4-6 jam.12 Penelitian Brandao dkk,10 mendapatkan penurunan

kadar bilirubin total setelah fototerapi 0,16 ±0,08 mg/dL/jam atau turun

3,84±1,92 mg/dL dalam 24 jam.


D. Sinar Fototerapi

Sinar yang digunakan pada fototerapi adalah suatu sinar tampak

yang merupakan suatu gelombang elektromagnetik. Sifat gelombang

elektromagnetik bervariasi menurut frekuensi dan panjang gelombang,

yang menghasilkan spektrum elektromagnetik. Spektrum dari sinar

tampak ini terdiri dari sinar merah, oranye, kuning, hijau, biru, dan ungu.

Masing masing dari sinar memiliki panjang gelombang yang berbeda

beda.

Panjang gelombang sinar yang paling efektif untuk menurunkan

kadar bilirubin adalah sinar biru dengan panjang gelombang 425-475 nm.

Sinar biru lebih baik dalam menurunkan kadar bilirubin dibandingkan

dengan sinar biru-hijau, sinar putih, dan sinar hijau.

Intensitas sinar adalah jumlah foton yang diberikan per sentimeter

kuadrat permukaan tubuh yang terpapar. Intensitas yang diberikan

menentukan efektifitas fototerapi, semakin tinggi intensitas sinar maka

semakin cepat penurunan kadar bilirubin serum. Intensitas sinar, yang

ditentukan sebagai W/cm2/nm.

Intensitas sinar yang diberikan menentukan efektivitas dari

fototerapi. Intensitas sinar diukur dengan menggunakan suatu alat yaitu

radiometer fototerapi. Intensitas sinar ≥ 30 μW/cm2/nm cukup signifikan

dalam menurunkan kadar bilirubin untuk intensif fototerapi. Intensitas

sinar yang diharapkan adalah 10 – 40 μW/cm2/nm. Intensitas sinar


maksimal untuk fototerapi standard adalah 30 – 50 μW/cm2/nm. Semakin

tinggi intensitas sinar, maka akan lebih besar pula efikasinya.

Faktor-faktor yang berpengaruh pada penentuan intensitas sinar ini

adalah jenis sinar, panjang gelombang sinar yang digunakan, jarak sinar

ke neonatus dan luas permukaan tubuh neonatus yang disinari serta

penggunaan media pemantulan sinar.

E. Jarak Sinar Fototerapi

Intensitas sinar berbanding terbalik dengan jarak antara sinar dan

permukaan tubuh. Cara mudah untuk meningkatkan intensitas sinar adalah

menggeser sinar lebih dekat pada bayi.

Rekomendasi AAP menganjurkan fototerapi dengan jarak 10 cm

kecuali dengan menggunakan sinar halogen. Sinar halogen dapat

menyebabkan luka bakar bila diletakkan terlalu dekat dengan bayi. Bayi

cukup bulan tidak akan kepanasan dengan sinar fototerapi berjarak 10 cm

dari bayi. Luas permukaan terbesar dari tubuh bayi yaitu badan bayi, harus

diposisikan di pusat sinar, tempat di mana intensitas sinar paling tinggi.

2. Exchange Transfusion

A. Definisi

Transfusi tukar adalah suatu rangkaian tindakan mengeluarkan

darah pasien dan memasukkan darah donor untuk mengurangi kadar


serum bilirubin atau kadar hematokrit yang tinggi atau mengurangi

konsentrasi toksin-toksin dalam aliran darah pasien.

B. Indikasi

a. Hiperbilirubinemia (indirect bilirubin) karena sebab apapun, jika

kadar bilirubin beresiko untuk menimbulkan gangguan di susunan

saraf pusat (kern ikterik). Transfusi tukar yang dilakukan adalah

double volume exchange selama 50-70 menit. Penurunan bilirubin

semakin efisien jika transfusi tukar dilakukan perlahan, sehingga ada

kesempatan untuk bilirubin ekstra dan intravaskuler mencapai

keseimbangan.

b. Hemolytic Disease of The Newborn (HDN). Pada kelainan ini terjadi

pemecahan eritrosit bayi karena antibodi maternal, sehingga bayi akan

mengalami anemia dan hiperbilirubinemia sebagai hasil metabolisme

heme. Transfusi tukar akan membuang sel eritrosit bayi yang telah

tersensitisasi dengan antibodi maternal (antibody coated RBC),

menurunkan kadar bilirubin sekaligus melakukan koreksi terhadap

anemia yang ditimbulkan oleh HDN. Dilakukan transfusi tukar double

volume, kalau perlu diulang, jika terjadi pemecahan eritrosit yang

cepat.

c. Sepsis Neonatal. Transfusi tukar akan membantu membuang bakteri,

toksin, produk pemecahan fibrin serta akumulasi asam laktat dari bayi
dan di saat bersamaan memberikan komplemen, faktor-faktor

koagulasi dan imunoglobulin dari darah yang baru.

d. Pembekuan Intravaskular Menyeluruh (PIM). Transfusi tukar

membantu peningkatan faktor-faktor koagulasi dan mengurangi

penyebab KID, walaupun ini masih merupakan kontroversi.

e. Asidosis serta Gangguan Cairan dan Elektrolit Berat, seperti

hiperkalemia, hipernatremia atau kelebihan cairan. Pada kasus seperti

ini dilakukan transfusi tukar parsial isovolumetrik.

f. Pengaturan Kadar Hemoglobin. Pada polisitemia dilakukan transfusi

tukar parsial dengan garam fisiologis atau plasma untuk menurunkan

kadar hemoglobin, sedangkan pada anemia berat yang potensial

menimbulkan gagal janntung, seperti pada hydrops fetalis, dilakukan

transfusi tukar parsial dengan packed red cells (PRC).

C. Kontra Indikasi

Transfusi tukar merupakan kontra indikasi jika pemasangan line intravena

lebih berbahaya daripada manfaat transfusi tukar.

1. Kontra Indikasi tersebut adalah:

a. Kontra indikasi melalui arteri atau vena umbilikalis :

- Gagal memasang akses arteri atau vena umbilikalis dengan tepat.

- Omfalitis.

- Omfalokel/Gastroskisis.
- Necrotizing Enterocolitis.

b. Kontra indikasi melalui arteri atau vena perifer :

- Gangguan perdarahan (Bleeding Diathesis).

- Infeksi pada tempat tusukan

- Aliran pembuluh darah kolateral dari arteri ulnaris/ arteri

Dorsalis Pedis kurang baik.

- Ketidakmampuan memasang akses arteri dan vena perifer

D. Persiapan Alat

Adapun persiapan alat-alat yang akan digunakan dalam transfusi tukar

yaitu :

1. Radiant warmer

2. Peralatan dan obat-obatan resusitasi

3. Alat monitor lengkap (pengukur denyut jantung, frekuensi nafas, suhu,

pulse oxymetri, dan tekanan darah)

4. Peralatan untuk pemasangan arteri dan vena umbilikal

5. Orogastric tube, dipasang ke bayi

6. Spuit 10 atau 20 cc

7. Kalsium glukonas

8. NaCl : Heparin 1 UI/cc

9. Tempat pembuangan darah (bisa dibuat dari botol infus) yang telah

dihubungkan dengan set infus makro


E. Persiapan Lingkungan

1. Lingkungan sekitar bayi harus bersih, nyaman dan kering.

2. Suhu ruangan 360C-370C.

3. Monitor lengkap dengan pengukuran tekanan darah, nadi, respirasi, dan

suhu.

4. Pencahayaan yang cukup.

F. Persiapan Pasien

1. Bayi dipuasakan 3-4 jam sebelumnya dan selang lambung diaspirasi

sebelum transfusi tukar.

2. Bila mungkin 4 jam sebelum transfusi tukar bayi diberi infus albumin

1g/kgBB.

3. Awasi tanda vital, jika perlu berikan oksigen

4. Tubuh anak jangan sampai kedinginan

5. Bila tali pusat masih segar, potong dan sisakan 3-5 cm di atas dinding

perut. Bila telah kering, potong rata setinggi dinding perut.

Salah satu ujung kateter polietilen dihubungkan dengan semprit 3

cabang dan ujung yang satu lagi dimasukkan ke vena umbilikalis

dengan hati-hati sampai terasa tahanan lalu tarik lagi sepanjang 1 cm.

Dengan cara tersebut biasanya darah sudah keluar sendiri. Ambilah 20

cc untuk pemeriksaan laboratorium yang diperlukan.


6. Periksa tekanan vena umbilikalis dengan mencabut kateter dari

semprit dan mengangkat ke atas. Tekanan ini biasanya positif ( darah

akan naik setinggi 6 cm di atas dinding perut ). Bila ada gangguan

pernapasan biasanya terdapat tekanan negatif.

7. Keluarkan lagi sebanyak 20 ml, kemudian baru masukkan 20 ml darah

donor dan seterusnya. Memasukkan dan mengeluarkan darah

dilakukan dalam waktu 20 detik. Pada bayi prematuritas cukup dengan

10-15 ml. Jumlah darah yang dikeluarkan adalah 190 ml/kg BB dan

yang dimasukkan adalah 170 ml/kg BB.

G. Prosedur Tindakan

1. Teknik Transfusi Tukar


a. Simple double volume (push pull method), untuk keluar masuk

darah hanya diperlukan satu jalur transfusi (biasanya dari vena

besar, seperti vena umbilikal). Teknik ini digunakan untuk

hiperbilirubinemia tanpa komplikasi (seperti anemia, sepsis, dll).

Waktu rata-rata per kali untuk keluar masuk kira-kira 3-5 menit,

sehingga total transfusi akan berlangsung selama 90-120 menit.

b. Isovolumetric double volume. Pada teknik ini dilakukan

pemasangan dua jalur, bisa arteri dan vena (pada umbilikal

ataupun perifer) ataupun vena dan vena, dibutuhkan dua operator

untuk memasukkan dan mengeluarkan darah. Jika dipakai jalur


arteri dan vena, darah dimasukkan dari vena serta dikeluarkan

melalui arteri. Keuntungan dari metode ini adalah proses masuk

dan keluar darah bisa dilakukan pada waktu yang bersamaan

sehingga gangguan hemodinamik minimal, disamping itu waktu

pelaksanaan transfusi tukar juga lebih singkat (45-60 menit).

Waktu pelaksanaan bisa diperpanjang sampai 4 jam untuk

memungkinkan ekuilibrasi bilirubin di darah dan jaringan, hal ini

akan meningkatkan kadar bilirubin yang bisa dihilangkan. Pada

kasus hydrops fetalis berat, teknik ini merupakan pilihan karena

fluktuasi volume minimal, sehingga gangguan miokardium juga

minimal.

c. Transfusi tukar parsial. Dilakukan transfusi dengan plasma atau

PRC, sesuai indikasi (polisitemia atau anemia berat).

H. Pelaksanaan

1. Jelaskan tentang prosedur dan minta informed consent kepada

orangtua.

2. Puasakan bayi selama 3-4 jam sebelum transfusi tukar dimulai. Pasang

OGT untuk mengosongkan lambung dan alirkan (buka tutupnya)

selama prosedur. Tindakan ini berguna auantuk dekompresi, mencegah

regurgitasi serta aspirasi cairan lambung.


3. Tidurkan bayi telentang dan tahan posisinya dengan baik (tahan

dengan erat tetapi tidak ketat, dengan bantuan bantal pasir ataupun

plester ke tempat tidur). Jangan lupa memasang urine collector.

4. Lakukan prosedur seperti untuk tindakan mayor, kemudian pasang

cateter vena umbilikal untuk teknik push and pull, serta arteri dan vena

umbilikal untuk teknik isovolumetrik.

5. Siapkan unit darah. Pastikan bahwa darah tersebut memang benar

untuk pasien, golongan darah cocok, dan temperatur cocok. Kalau

masih dingin, hangatkan ke suhu tubuh (tidak lebih dari 370C) jangan

terlalu panas karena bisa menyebabkan hemolisis.

6. Selanjutnya pasang darah ke set infus, pastikan threeway stopcock

berada pada posisi yang tepat sebelum memulai prosedur.

7. Untuk teknik push-pull, pasang set transfusi di jalur vena (umbilikal

atau vena besar lain) dengan bantuan four way stopcock. Kalau tidak

ada bisa diganti dengan dua buah threeeway stopcock yang dipasang

seri. Di outlet stopcock tersebut, dipasang satu buah spuit 10 atau 20

cc, darah yang akan ditransfusikan dan set infus untuk tempat darah

kotor. Pasang set transfusi sedemikian rupa sehingga stopcock akan

berotasi searah jarum jam dengan urutan :

a. Tarik darah dari pasien

b. Buang ke tempat darah kotor


c. Ambil darah baru Vena besar untuk menarik darah sedangkan vena

perifer untuk

d. Masukkan dengan perlahan jika vena umbilikal tidak bisa

digunakan, teknik push-pull boleh dilakukan di arteri umbilikal

dengan syarat ujung kateter berada di bagian bawah aorta (di

bawah lumbal 3).

8. Untuk teknik isovolumetrik, di jalur vena dipasang satu buah threeway

stopcock yang dihubungkan dengan satu buah spuit 10 atau 20 cc dan

darah yang akan ditransfusikan, sedangkan di jalur arteri, threeway

stopcock dihubungkan dengan satu buah sputi 10 atau 20 cc dan set

infus untuk tempat.

9. Darah kotor. Jika jalur arteri tidak bisa ditemukan, alternatif dari

teknik ini adalah dengan penggunaan dua vena. memasukkan darah.

Bilas jalur penarikan darah dengan NaCl- heparin 1 Ui/cc tiap 10-15

menit sekali untuk mencegah bekuan.

10. Mulailah prosedur transfusi tukar dengan perlahan, volume keluar

masuk darah disesuaikan dengan berat badan bayi, rata-rata 5 ml/kgbb.

Volume per kali (aliquots), minimal 5 cc dan maksimal 20 cc.

Tabel 2.1 Volume keluar/ masuk darah per kali (aliquots) pada transfusi tukar
Berat badan Volume per kali
(ml)
>3 kg 20
2-3 kg 15
1-2 kg 10
850 gr-1kg 5
<850 gr 1-3
Sumber: Gomella TL, Cunningham MD, Eyal PG, Zenk KE

Selama prosedur berlangsung, operator harus berbicara dengan jelas

tentang volume darah yang keluar masuk (misalnya “sepuluh masuk”,

“sepuluh keluar”), sehingga asisten bisa mendengar dan mencatat

dengan baik.

I. Cara Perhitungan Dosis

Jumlah darah yang dibutuhkan :

1. Double volume. Darah yang ditransfusi tukar sebanyak dua kali lipat

volume darah bayi. Bayi cukup bulan mempunyai volume darah 80

ml/kgbb, sedangkan bayi prematur 95 ml/kgbb. Jumlah ini dikali dua,

menjadi jumlah darah yang harus ditransfusi tukar.

2. Transfusi tukar parsial. Pada polisitemia, dilakukan transfusi tukar

dengan NaCl 0,9% atau plasma, sedangkan pada anemia digunakan

PRC.

Volume darah yang dibutuhkan pada polisitemia dihitung dengan


rumus :
Volume darah transfusi (ml) = Perkiraan jumlah darah bayi (ml) x BB
(kg) x (Ht bayi-Ht target)
Ht bayi
Sedangkan untuk anemia, dihitung dengan rumus :
Volume darah transfusi (ml) = Perkiraan jumlah darah bayi (ml) x BB
(kg) x (Hb target-Hbbayi)
(Hb PRC – Hb bayi)

3. Perawatan dengan Inkubator

A. Definisi

Inkubator bayi adalah alat yang digunakan untuk mempertahankan

kondisi lingkungan yang cocok untuk bayi yang baru lahir, terutama pada

kelahiran premature. Saat ini masalah mengenai kelahiran premature

bukanlah sesuatu hal yang baru lagi, bahkan pada awal abad 16 dan 18

sudah terdapat makalah ilmiah yang membahas mengenai kelahiran bayi

premature atau sakit, yang tetap dilahirkan dan dirawat di rumah tanpa

adanya penanganan medis yang baik. (Gabriel, J. F. 2012).

Saat ini inkubator bayi yang beredar dan dijual di pasaran dapat

dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu :

1. Inkubator bayi sederhana


Inkubator bayi sederhana merupakan inkubator yang banyak

digunakan oleh instansi kesehatan kelas menengah ke

bawah.Inkubator ini biasanya hanya terdiri dari box (kotak tempat

bayi), penghangat dan alat ukur suhu ruang.

2. Inkubator bayi digital

Inkubator jenis ini merupakan pengembangan dari inkubator bayi

sederhana.Inkubator ini telah dilengkapi fasilitas tambahan yang dapat

mengoptimalkan fungsi inkubator dalam menunjang keadaan bayi

yang baru lahir.Dengan banyaknya fasilitas barunya, membuat

inkubator bayi digital ini menjadi mahal. Itulah sebabnya di Indonesia

sendiri penyebaran inkubator ini masih belum merata.


B. Fungsi Inkubator Bayi

Perawatan bayi pada saat setelah proses kelahiran merupakan hal

yang sangat penting. Bayi yang baru lahir mempunyai tingkat sensitivitas

yang tinggi terhadap lingkungan disekitarnya apalagi dengan suhu udara

di sekitarnya.Bayi yang baru lahir dianjurkan untuk segera dihanduki

sampai bersih lalu diselimuti sampai hangat sebelum dimandikan atau

ditimbang. Perawatan bayi baru lahir dalam hal menjaga kehangatan

tubuh bayi dianjurkan menggunakan kangguru, yaitu bayi dalam pelukan

sang ibu kulit bayi menempel pada kulit ibu layaknya hewan kangguru.

Akan tetapi tidak semua kondisi sang ibu dapat menerapkan metode ini.

Hal ini disebabkan oleh kondisi sang ibu yang kadang kala masih tidak

sadarkan diri atau masih terbaring lemas setelah proses kelahirannya.

Maka ditemukanlah sebuah laat untuk menjaga kondisi tubuh bayi yaitu

inkubator bayi.

Sebagaimana yang kita ketahui bersama, fungsi utama dari

inkubator adalah mempertahankan kehidupan bayi premature dengan

menjaga suhu tubuh bayi tetap hangat seperti di dalam rahim

ibunya.Untuk itu, hal yang paling utama adalah memenuhi standar

keamanan inkubator secara maksimal, menjaga keselamatan bayi dan

memenuhi kebutuhan utama bayi premature.

Selain berfungsi sebagai penghangat, inkubator juga berfungsi

melindungi bayi dari bahaya infeksi. Di tempat ini tersedia juga alat
penyinaran sinar biru bagi bayi premature yang mengalami peningkatan

kadarbilirubin dalam darahnya seagai akibat hati bayi yang belum bekerja

sempurna. (Gabriel, J. F. 2012).

Bayi premature juga mendapat bantuan pernapasan dalam bentuk

bantuan oksigen dalam jumlah tertentu.Hal ini pun harus ilakukan dengan

hati-hati, sebab keseimbangan jumlah oksigen pada bayi premature harus

diperhatikan benar. Bila jumlah oksigen pada bayi premature terlalu

sedikit, jumlah karbondioksidanya akan meningkat. Akibatnya, pembuluh

darah di otak akan melebar, bahkan bisa pecah dan mengakibatkan

pendarahan di otak. Sebaliknya bila oksigen terlalu banyak, maka

pembuluh-pembuluh darah bisa menyempit dan mengakibatkan sel-sel

tubuh bayi kurang mendapat makanan.

C. Blok Diagram Alat

Bagan 2.1 Blok Diagram Alat


1. Power supply

Power supply atau catu daya adalah sebuah peralatan penyedia

tegangan atau sumber daya untuk peralatan elektronika dengan prinsip

mengubah tegangan listrik yang tersedia dari jaringan distribusi

transmisi listrik ke level yang diinginkan sehingga berimplikasi pada

pengubahan daya listrik.

2. Heater (Pemanas Elemen)

Heater adalah sebuah objek yang memancarkan panas atau

menyebabkan tubuh lain untuk mencapai suhu yang lebih tinggi.

Dalam dunia medis alat ini digunakan dalam beberapa peralatan

medis, diantaranya Auto Claf, Oven, Baby Inkubator dan peralatan

lainnya. Mengingat fungsi dari heater adalah memancarkan panas, hal

ini dimanfaatkan sebagai salah satu komponen utama pada inkubator

bayi, yang prinsip kerjanya dipadukan dengan pengontrol suhu

sehingga nilai kegunaanya menjadi lebih efisien.

3. Pengontrol Suhu

Pengontrol suhu adalah komponen alat yang digunakan sebagai

parameter terhadap suhu yang terjadi pada sebuah ruangan. Dalam

inkubator bayi pengontrol suhu digunakan sebagai komponen pengatur

tehadap suhu yang terjadi pada ruang inkubator, yang tentunya

pengontrol suhu ini dihubungkan pada heater sehingga ketika suhu


ruangan sudah mencapai tingkat batasan, pengontrol suhu akan bekerja

dan heater otomatis akan mati.

4. Blower

Blower berfungsi untuk mendistribusikan panas keseluruh bagian alat.

5. Display / indikator

6. Display / indikator berfungsi sebagai tampilan

7. Alarm

Alarm berfungsi sebagai tanda apabila terjadi hal-hal yang tidak

diinginkan

8. Chamber

Chamber berfungsi sebagai tempatbayi di inkubasi.

D. Cara Kerja Blok Diagram

Tegangan dari PLN 220VAC digunakan untuk mensupplay

tegangan kipas, dan input tegangan trafo stepdown yang kemudian oleh

rangkaian power supply dirubah menjadi tegangan 12V, 6V, dan 5VDC

yang digunaan untuk mensupplay tegangan blok rangkaian lainnya. Saat

tegangan PLN masuk maka motor kipas dan heater akan aktif dimana

kerja motor fan ini dideteksi oleh sensor Fan. Jika kipas tidak bekerja

sebagaimana mestinya maka indicator kipas akan ON. (Wijaya R, Setiaji

FD, Santoso D. 2013)


Push Button digunakan untuk menentukan suhu yang akan

dikehendaki (suhu setting) dan sebagai inputan bagi microcontroller.

Microcontoler berfungsi untuk mengendalikan atau mengontrol semua

rangkaian. Sedangkan sensor suhu berfungsi untuk menyensor suhu udara

dalam ruangan dan besarnya tegangan output dari sensor akan disangga

oleh rangkaian penguat. Kemudian tegangan dari penguat akan masuk ke

blok ADC dimana blok ini berfungsi untuk mengubah tegangan analog

menjadi tegangan digital dan data dari ADC akan masuk ke

microcontroller. Di mikrocontroler semua data diolah untuk mengatur kerja

keseluruhan pesawat baby inkubator. Duli sensor berfungsi untuk

mensensor perubahan suhu yang extrim. Jika suhu tiba-tiba berubah

lebih/berkurang 30C dari suhu setting, maka indikator alarm akan aktif.

(Wijaya R, Setiaji FD, Santoso D. 2013)

E. Prinsip Kerja Inkubator Bayi

Secara garis besar rancangan inkubator terdiri dari dua bagian

utama, yaitu : (Setyaningsih, N. Y. D., & Murti, A. C. 2016).

1. Pemanas

Pemanas adalah alat yang digunakan untuk mengubah besaran listrik

menjadi besaran kalor(panas). Pemanas pada inkubator menggunakan

elemen pemanas setrika yang terbuat dari kawat nikelin yan berupa

lilitan sederhana yang terungkus lapisan pembungkus.Pemanas ini


dipilih karena harganya murah dan mudah didapatkan. Selain itu

elemen pemanas juga dapat menghasilkan panas yang tinggi dalam

waktu singkat jika dibandingkan dengan lampu pijar, karena lampu

pijar hanya 90 persen dari keseluruhan energy yang berubah menjadi

panas, sedangkan 10 persen berubah menjadi cahaya. Sumber tegangan

ini berasal dari tegangan AC 220V.

2. Tempat penghangatan bayi

Tempat penghangatan bayi ini bibentuk seperti aquarium dengan

bagian atas yang tertutup, berbahan dasar acrylic, dan kerangka kotak

yang terbuat dari aluminium.Sedangkan bagian bawah kotak yang

berfungsi sebagai tempat penyimpanan rangkaian pemanas dan

rangkaian pengendali, terbuat dari triplek dan kayu yang dilapisi

aluminium foil.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan tempat

penghangatan bayi ini adalah sebagai berikut :

a. Suhu dan kelembaban

Di udara terdapat uap air yang berasal dari penguapan

samudera (sumber utama).Sumber lainnya berasal dari danau-

danau, sungai, tumbuh-tumbuhan dan lain sebagainya.Ada dua

macam kelembaban udara, yaitu kelembaban udara absolute dan

kelembaban udara relative. Kelembaban udara absolute merupakan

banyaknya uap air yang terdapat di udara pada suatu tempat dan
kelembaban udara relative adalah perbandingan jumlah uap air

dalam udara (kelembaban absolute) dengan kapasitas udara untuk

menampung uap air dalam suhu yang sama.

Relative Humidity (RH) secara umum mampu mewakili

pengertian kelembaban.Untuk mencari nilai RH, pertama harus

diketahui Absolute Humidity.Kapasitas udara untuk menampung

uap air berbanding lurus dengan suhu udara, semakin tinggi suhu

udara semakin besar juga kapasitas udara untuk menampung uap

air.Hal inilah yang menyebabkan semakin tinggi suhu udara maka

semakin kecil kelembaban udara.Pembacaan 100 persen RH berarti

udara telah saturasi (seluruh kapasitas udara untuk menampung uap

air telah penuh).

b. Sirkulasi udara dan pemerataan penyebaran panas

Kotak inkubator yang dibuat harus memiliki saluran

sirkulasi udara panas yang merata di setiap sisinya, sehingga

penyebaran panas dari ruang pemanas menuju ke dalam ruang

utama inkubator dapat merata.

Pembuatan ventilasi udara yng tepat juga dibutuhkan pada

kotak inkubator yang dibuat, sehingga dapat terjadi sirkulasi udara

panas di dalan inkubator dengan udara di luar inkubator serta

menjadi saluran masuknya oksigen ke dalam inkubator.


Secara umum prinsip kerja dari inkubator bayi pada dasarnya

bertujuan untuk mengendalikan suhu dan kelembaban agar sesuai

dengan kondisi yang dibutuhkan oleh bayi baru lahir premature.Udara

masuk melewati lubang inlet, yang terletak pada sisi samping pada

ruang peralatan, udaraini kemudian dipanaskan oleh heater (filament)

untuk kemudian disirkulasikan ke dalam box bayi, bersama dengan uap

air. Uap air ini dihasilkan oleh reservoir air yang terdapat pada sisi

dasar ruang peralatan. Adapun jumlah uap air ini ditingkatkan oleh

adanya hembusan dari fan (kipas) yang terletak di samping reservoir

air.

Setelah melalui box bayi, sirkulasi udara kemudian dikeluarkan

melalui lubang-lubang keluaran yang terdapat pada dasar sisi box bayi.

Untuk memperlancar proses sirkulasi ini, maka dibutuhkan fan yang

fungsinya menarik udara panas dan uap air dari ruang bayi, keluar

melalui lubang-lubang keluaran yang terletak pada sisi samping ruang

peralatan. Adapun untuk mengarahkan aliran udara dan uap air menuju

keluar, maka dirancanglah duct.

Anda mungkin juga menyukai