(Skripsi)
Oleh :
VANESSA FARADISE INONU
Oleh
VANESSA FARADISE INONU
Skripsi
Pada
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDARLAMPUNG
2019
RIWAYAT HIDUP
anak kelima dari 6 bersaudara dari Bapak Ismet Inonu dan Almarhumah Ibu Rita
Herlina.
Laut (Teladan) yang diselesaikan pada tahun 2010, Sekolah Menengah Pertama
(SMP) di SMP Negeri 1 Bandarlampung yang diselesaikan pada tahun 2013, dan
2016-2017 sebagai staff biro Fundraising, dan tahun 2017-2018 sebagai wakil
sebelum mencoba”
SANWACANA
Puji syukur penulis haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat rahmat dan hidayah-Nya skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
Salawat serta salam semoga tercurah kepada nabi besar Muhammad SAW dengan
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin, M.P., selaku Rektor Universitas
Lampung.
2. Bapak Dr. dr. Muhartono, S.Ked., M.Kes., Sp.PA, selaku Dekan Fakultas
3. Ibu Dr. Dyah Wulan SRW, S.KM, M.Kes., selaku Pembimbing I yang
7. Kedua orang tua penulis, Ismet Inonu dan Almarhumah Rita Herlina, yang
lindungan-Nya. Aamiin.
10. Seluruh staff dosen dan karyawan FK Unila yang telah membantu dalam
kepada penulis.
12. Teman-teman seperjuangan FK Unila, Andini (Iton), Kak Yuri, Melati,
Kak Mira, Kak Astara, Kak Sarah, Kak Agtara, Hasril, Reihan, Azib,
Farhan, Dhea, Mutia, Agnes, Fina, Widy, dan masih banyak lagi
13. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah
kekurangan dan jauh dari kata sempurna, akan tetapi penulis berharap skripsi ini
dapat memberikan manfaat dan ilmu baik kepada pembaca maupun penulis.
Penulis,
By
Oleh
Halaman
DAFTAR ISI ............................................................................................................ i
BAB 1 PENDAHULUAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Gambar Halaman
tidak menular dan akan disandang oleh penderita seumur hidupnya (Perkeni,
2015). Prevalensi dan insidensi diabetes sebagai penyakit tidak menular ini
Federation) Diabetes Atlas tahun 2017, sebanyak 123 juta orang (usia lebih
dari 65 tahun) dan 327 juta orang (usia antara 20 – 64 tahun) menderita
tertinggi setelah China, India, Amerika Serikat, Brazil, dan Meksiko (IDF,
persentase angka kematian akibat diabetes juga ikut meningkat. Akan tetapi,
angka kematian akibat diabetes tersebut dapat jauh dari angka kematian
sebenarnya akibat gula darah yang tinggi. Hal ini disebabkan banyaknya
terdiagnosis ini akan dirasa sebagai silent killer atau pembunuh secara diam-
diam bagi penderitanya karena gejalanya yang sering tidak disadari dan saat
diketahui kadar gula darah sudah sangat tinggi (hiperglikemia) dan tidak
jarang telah terjadi komplikasi yang berujung pada kematian (Kemenkes RI,
2014). Hal ini pada dasarnya dapat dicegah dengan melakukan pengendalian
diabetes yang bertujuan untuk mengontrol kadar gula darah dengan baik
(Permatasari, 2010).
fisik, terapi diet, dan terapi farmakologi (Perkeni, 2015). Dalam pengendalian
dilakukan dengan baik, empat pilar pengendalian diabetes pun terpenuhi (Putri
et al., 2013).
untuk melakukan perubahan pola hidup yang tidak biasa. Hasan et al. (2013)
dalam dirinya (Hasan et al., 2013). Sementara telah disebutkan bahwa self-
fase integrasi (Fennell, 2003). Penerimaan diri merupakan sikap individu yang
kekurangan yang ada pada dirinya serta mampu mengelola segala kekhususan
diri dengan baik sehingga dapat menumbuhkan kepribadian dan fisik yang
penerimaan diri memiliki hubungan yang erat dengan aktivitas dasar, seperti
makan, minum, dan istirahat. Individu yang bisa menerima keadaan dirinya
tidak memiliki hambatan dalam hal ini. Sama halnya dengan penerimaan diri
penelitian ini, antara lain Tristiana et al. (2016) yang menyatakan bahwa
perawatan diri yang rendah. Indriasari (2006) dengan hasil penelitian berupa
Putri et al. (2013) dengan hasil penelitian terdapat 64,9% responden yang
dengan penelitian ini terdapat pada metode penelitian dan skala variabel yang
dalam mengikuti kegiatan tiap hari Jumat, yaitu senam Prolanis. Akan tetapi,
kadang hadir selama 1 bulan, kadang juga tidak hadir. Meskipun pelayanan
Bandarlampung?‖
lain.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1.1 Definisi
2015).
9
sekitar penderita.
a. Diabetes Tipe 1
(IDF, 2017).
b. Diabetes Tipe 2
umum terjadi pada usia yang lebih tua (dewasa tua), tetapi
2.1.1.4 Patogenesis
pada otot dan liver, serta adanya kegagalan sel beta pankreas
2.1.1.5 Diagnosis
2.1.1.6 Komplikasi
2016).
(Vinti, 2015).
2.1.1.7 Penatalaksanaan
(Arifin, 2016).
Jumlah yang
Kandungan Keterangan
dianjurkan
Karbohidrat 45 – 65% dari Terutama karbohidrat yang berserat tinggi.
total asupan Pembatasan karbohidrat total <130 g/hari
energi tidak dianjurkan.
Sukrosa tidak boleh lebih dari 5% total
asupan energi.
Anjuran makan tiga kali sehari dan bila
perlu makanan selingan.
Lemak 20 – 25% dari Tidak melebihi 30% total asupan energi.
kebutuhan Komposisi yang dianjurkan:
kalori a. Lemak jenuh < 7% kebutuhan
kalori
b. Lemak tidak jenuh ganda <10 %
c. Sisanya lemak tidak jenuh tunggal
Konsumsi kolesterol dianjurkan <200
mg/hari.
Protein 10 – 20% total Sumber protein yang baik: ikan, udang,
asupan energi cumi, daging tanpa lemak, ayam tanpa kulit,
produk susu rendah lemak, kacang-
kacangan, tahu dan tempe
Natrium <2300 mg/hari Asupan natrium untuk penderita diabetes
sama dengan orang sehat.
Serat 20 – 35 mg/hari Dianjurkan mengonsumsi serat dari kacang-
kacangan, buah, dan sayuran, serta sumber
karbohidrat yang tinggi serat.
Pemanis Alternatif Pemanis alternatif aman digunakan
sepanjang tidak melebihi batas aman
(Accepted Daily Intake/ADI).
Sumber: Perkeni (2015).
atau tipe 2 lebih sering dilakukan selama 150 menit atau lebih
2.1.2.1 Definisi
a. Faktor Pengetahuan
2017).
b. Faktor Kebudayaan
c. Faktor Emosional
d. Faktor Motivasi
a. Fase Krisis
b. Fase Stabilisasi
c. Fase Resolusi
d. Fase Integrasi
2.1.3.1 Definisi
penampilan.
sekitar.
diperbuat.
secara objektif
lain.
nilai-nilai dan standar diri juga tercantum dalam aspek dan ciri
membutuhkan peran dari tim medis dan penderita itu sendiri (Nafisah, 2015).
physical activity, health-care use, dan overall self-care (Schmitt et al., 2013).
emosional, motivasi, dan pola hidup (Green et al., 2017; Kisokanth et al.,
2013). Dalam faktor emosional, terdapat penerimaan diri yang menjadi fokus
(Smeltzer dalam Ridianti, 2010). Oleh karena itu, penerimaan diri tidak
antaranya.
Diabetes Mellitus
Self-Management Chronic
Illness (Diabetes Mellitus):
- Glucose Management Fase manajemen penyakit kronis:
- Dietary Control 1. Fase Krisis
- Physical Activity 2. Fase Stabilisasi
- Health-Care Use 3. Fase Resolusi
- Overall self-care 4. Fase Integrasi
: Yang diteliti
2.4 Hipotesis
berupa hipotesis dua arah. Hipotesis ini terdiri dari hipotesis nol (Ho) dan
Bandarlampung.
pengukuran dan pengambilan data hanya pada satu waktu. Variabel yang
Oktober hingga November tahun 2018. Sedangkan subjek yang diteliti akan
penelitian ini.
⁄
( )
( ) ⁄
( )
Keterangan:
d : Presisi (5%)
N : Besar Populasi
35
( ) ( )
( ) ( ) ( ) ( )
( )
( )
Definisi Hasil
No Variabel Cara Ukur Alat Ukur Skala
Operasional Ukur
1 Self- Tindakan Wawancara Menggunakan 0-15 = Ordinal
management seseorang kuesioner Buruk
diabetes dalam DSMQ dengan (1); 16-
mengelola 16 item 31 =
diabetes pernyataan Cukup
terutama dengan jawaban (2); 32-
dalam ―favorable 3 = 48 =
pengobatan selalu Baik (3)
dan untuk dilakukan, 2 = (Kumala
mencegah kadang-kadang sari,
komplikasi dilakukan, 1 = 2017).
dalam kurun jarang
waktu 8 dilakukan, 0 =
minggu tidak pernah
(Mulyani, dilakukan;
2016). nonfavorable
sebaliknya‖
(Schmitt et al.,
2013).
dependen.
Garcia (2001). Kuesioner ini terdiri dari 24 item pernyataan dengan jawaban
Benar (1) dan jawaban Salah/Tidak tahu (0). Pengetahuan dikategorikan baik
bila skor total ≥ 14, dan kurang bila < 14 (Garcia et al., 2001).
dilakukan (3), kadang-kadang dilakukan (2), jarang dilakukan (1), dan tidak
pernah dilakukan (0). Pada kuesioner ini terdapat 8 item favorable (1, 2, 3, 4,
6, 8, 9, 14) dan 8 item nonfavorable (5, 7, 10, 11, 12, 13, 15, 16), dengan
jumlah skor total 32-48 jika self-management baik, 16-31 (cukup), dan 0-15
self care, item pernyataan untuk setiap subdomain dapat dilihat pada Tabel 3.
38
tertinggi 15, jika didapatkan hasil skor terukur sebesar 12, berarti
oleh Feton et al. (1984). Kuesioner AIS dipercaya dapat digunakan untuk
terdiri dari 8 item pernyataan dengan memiliki skor total antara 8 – 40.
Semakin tinggi skor, semakin tinggi pula tingkat penerimaan dirinya terhadap
Uji validitas dilakukan untuk menilai kesahihan dari suatu alat ukur yang
sebuah alat ukur. Alat ukur dikatakan reliabel jika hasil pengukuran akan tetap
konsisten jika pengukuran dilakukan lebih dari satu kali. Dalam penelitian ini
bahasa Indonesia telah diujikan validitas dan reliabilitasnya oleh Keban &
Husada Cibinong dengan nilai p >0,05 (valid) dan memiliki koefisien alpha
dalam bahasa Indonesia oleh Arnovella (2011) dan hasilnya telah direview
salah satu cara yang dapat digunakan untuk melihat hubungan pada dua
atau sama dengan tabel 3 x 3, memiliki expected count yang kurang dari
5 tidak lebih dari 20%, uji chi square dapat digunakan. Selain itu,
terdapat satu syarat lagi untuk dapat menggunakan uji ini, yaitu jika
nilai expected count yang kurang dari 1 tidak ada pada sel mana pun.
Apabila kedua syarat ini tidak terpenuhi oleh data yang terwujud, perlu
5.1 Simpulan
diri sedang.
management baik.
5.2 Saran
memiliki manajemen diri yang baik, hanya pada kontrol diet dan
bergantung dengan orang lain dan tidak merasa menjadi beban bagi
Arifin FF. 2016. Hubungan antara Persepsi Tentang Penyakit dengan Kepatuhan
Minum Obat Hipoglikemik Oral (OHO) di Puskesmas Srondol Kota
Semarang [skripsi]. Semarang: Universitas Diponegoro.
Chaidir R, Wahyuni AS, Furkhani DW. 2017. Hubungan Self Care Dengan
Kualitas Hidup Pasien Diabetes Melitus. Journal Endurance. 2(2):132-144.
Fennell PA. 2003. Managing Chronic Illness : Using the Four-Phase Treatment
Approach (A Mental Health Professional's Guide to Helping Chronically
Ill People). New Jersey: John Wiley & Sons, Inc.
56
Garcia AA, Villagomez ET, Brown SA, Kouzekanani K, Hanis CL. 2001. The
Starr County Diabetes Education Study. Diabetes Care. 24(1):16-21.
Gregg JA, Callaghan GM, Hayes SC, Lawson JLG. 2007. Improving Diabetes
Self-Management Through Acceptance, Mindfulness, and Values: A
Randomized Controlled Trial. Journal of Consulting and Clinical
Psychology. 75(2):336-343.
Hamidah SA, Kartini SM, Karyanta NA. 2012. Hubungan antara Penerimaan Diri
dan Dukungan Sosial dengan Kemandirian pada Penyandang Cacat Tubuh
di Balai Besar Rehabilitasi Sosial Bina Daksa (BBRSBD ) Prof . Dr .
Soeharso Surakarta. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
Hasan A, Lilik S, Agustin RW. 2013. Hubungan antara Penerimaan Diri dan
Dukungan Emosi dengan Optimisme pada Penderita Diabetes Mellitus
Anggota Aktif PERSADIA (Persatuan Diabetes Indonesia) Cabang
Surakarta. hlm. 60–74.
International Diabetes Federation (IDF). 2017. IDF Diabetes Atlas Eighth Edition.
Keban SA, Ramdhani UA. 2016. Hubungan Rasionalitas Pengobatan dan Self-
care dengan Pengendalian Glukosa Darah Pada Pasien Rawat Jalan di
Rumah Sakit Bina Husada Cibinong. Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia.
14(1):66-72.
Kemenkes RI. 2014. Situasi dan Analisis Diabetes. Jakarta: Infodatin Pusat Data
dan Informasi Kementerian Kesehatan RI.
Mulyani NS. 2016. Hubungan Self Management Pasien Diabetes Mellitus Tipe II
Dengan Kadar Gula Darah di Rumah Sakit Kota Banda Aceh. SEL.
3(2):56-63.
Permatasari RF. 2010. Dinamika Penerimaan Diri (Self Acceptance) Pada Lansia
Penderita Diabetes Melitus Tipe II (Studi kasus pada lansia penderita
Diabetes Mellitus tipe II yang beragama Islam di Rumah Sakit Umum
Pusat DR. Sardjito Yogyakarta) [skripsi]. Yogyakarta: Universitas Islam
Negeri Sunan Kalijaga.
Siegel S. 1997. Statistik Non Parametrik Untuk Ilmu Sosial. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama.
Vinti D. 2015. Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Kepatuhan Diet dengan Kadar
Gula Darah pada Pasien Dibates Melitus di Poliklinik Khusus Penyakit
dalam RSUP DR Djamil Padang Tahun 2015. Padang: Politeknik
Kesehatan Kemenkes Padang.
Yan LS, Marisdayana R, Irma R. 2017. Hubungan Penerimaan Diri dan Tingkat
Stres pada Penderita Diabetes Mellitus. Jurnal Endurance. 2(3):312–322.