Anda di halaman 1dari 6

Jurnal Pertama

1. Judul :Efektivitas Fototerapi Terhadap Penurunan Kadar Bilirubin Total pada


Hiperbilirubinemia Neonatal di RSUP Sanglah
2. Sumber : Sari Pediatri, Vol. 18, No. 2, Agustus 2016

3. Citation
Ayu Ketut Surya Dewi, I Made Kardana, Ketut Suarta
Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/
RSUP. Sanglah, Denpasar

4. Background
Kuning merupakan suatu keadaan yang sering terjadi pada neonatus. Salah
satu penyebab mortalitas pada bayi baru lahir adalah ensefalopati bilirubin yang
merupakan komplikasi ikterus neonatorum yang paling berat. Ikterus merupakan
gambaran klinis berupa pewarnaan kuning pada kulit dan mukosa karena
unconjugated bilirubin yang tinggi.
Di Amerika Serikat, sekitar 65% bayi mengalami ikterus. Penelitian yang
dilakukan Chime dkk3 di Nigeria tahun 2011 didapatkan prevalensi ikterus
neonatorum 33% dengan 21% lelaki dan 12% perempuan. Di Indonesia, insiden
ikterus pada bayi cukup bulan di beberapa Rumah Sakit (RS) Pendidikan, antara lain,
RSCM, RS. Dr Sardjito, RS Dr. Soetomo, RS. Dr. Kariadi bervariasi antara 13,7
hingga 85%.1 Berdasarkan data registrasi Neonatologi bulan Desember 2014 sampai
November 2015, di antara 1093 kasus neonatus yang dirawat, didapatkan 165
(15,09%) kasus dengan ikterus neonatorum. Tata laksana hiperbilirubinemia bertujuan
untuk mencegah agar kadar bilirubin indirek dalam darah tidak mencapai kadar yang
neurotoksik. Tata laksana terkini, meliputi pemberian air susu ibu (ASI), fototerapi,
dan tranfusi tukar.2 Penggunaan fototerapi sebagai salah satu terapi
hiperbilirubinemia telah dimulai sejak tahun 1950 dan efektif dalam menurunkan
insiden kerusakan otak (kern ikterus) akibat hiperbilirubinemia. 4-6 Keuntungan
fototerapi, antara lain, tidak invasif, efektif, tidak mahal, dan mudah digunakan. 2,7
Fototerapi mengurangi hiperbilirubinemia melalui proses fotoisomerisasi dan
isomerisasi struktural.

5. Research Question
Penelitian ini adalah untuk mengetahui penurunan kadar serum bilirubin total
pada bayi hiperbilirubinemia usia gestasi 35 minggu setelah dilakukan fototerapi
selama 24 jam. Hal ini diperlukan untuk memprediksi lama perawatan bayi dengan
hiperbilirubinemia yang memerlukan fototerapi di rumah sakit.

6. Study Design
Desain penelitian kohort yaitu sebuah penelitian dengan mengelopokkan atau
mengklasifikasikan kelompok yang diberikan intervensi dan tidak diberikan
intervensi, kemudian di amatinsampai waktu tertentu untuk melihat efek yang terjadi.

7. Sample dan Populasi


Dalam penelitian ini Populasi yang digunakan adalah bayi yang di rawat di ruang
perawatan neonatus RSUP Sanglah Denpasar. Dengan Kriteria inklusi yaitu:
1) pasien rawat inap di perawatan neonatus RSUP Sanglah Denpasar,
2) bayi dengan usia kehamilan 35 minggu, berat badan
3) lahir 2200 gram,
4) mengalami hiperbilirubinemia yang memerlukan fototerapi,
5) hiperbilirubinemia terjadi pada hari ke 2 hingga hari ke-5 setelah lahir,
6) dan orang tua setuju ikut serta dalam penelitian.
Dan Kriteria eksklusi yaitu:
1) bayi dengan kadar hiperbilirubinemia yang merlukan tindakan tranfusi tukar,
2) bayi dengan kelainan kongenital mayor,
3) riwayat asfiksia saat lahir,
4) bayi dengan sepsis neonatorum,
5) bayi dengan penyakit hemolitik (diagnosis inkomptabilitas ABO, Rhesus).

Sampel dipilih secara consecutive sampling, rumus untuk penelitian perhitungan


besar sampel digunakan rumus besar sampel untuk uji hipotesis terhadap dua rerata
kelompok berpasangan dengan derivat baku alfa untuk =0,05 dengan tingkat
kepercayaan 95%, besar sampel minimal adalah 44 subjek.

8. Time research
Penelitian ini akan dilaksanakan di Sub-Bagian Neonatologi / SMF Ilmu Kesehatan
Anak FK Unud/ RSUP Sanglah pada bulan Februari sampai dengan Oktober 2015.

9. Result
Di antara 44 subjek didapatkan 28 (63,6%) lelaki dan 16 (36,4%) perempuan.
Tigabelas (29,5%) pasien dengan usia kehamilan 35 sampai <37 minggu dan 31
(70,5%) dengan usia 37 sampai 42 minggu. Rerata usia saat kuning 4,2 hari dan
rerata berat badan 2784643 gram. Karakteristik subjek penelitian tertera pada Tabel
1. Rerata kadar bilirubin total sebelum dilakukan fototerapi 15,31,94 mg/dL dan
setelah dilakukan fototerapi 24 jam 12,81,88 mg/dL/hari. Penurunan kadar bilirubin
2,50,8 mg/dL dalam 24 jam (turun 16,3% dalam 24 jam) dengan p=0,001.

10. Discussion
Kelebihan Pada penelitian ini hasil penelitian dapat diimplementasikan di
keperawatan dan sudah menjelaskan dengan detail tentang

Kekurangan Penelitian Ini yaitu paparan fototerapi ke bayi yang berjarak 30 cm


karena pengaturan alat fototerapi tidak bisa diturunkan lagi ketinggiannya. Buthani
menyarankan semakin dekat jarak dengan paparan fototerapi semakin efektif
penurunan bilirubin dan juga memastikan status pasien selama fototerapi, yaitu status
hidrasi yang adekuat, status nutrisi, dan kontrol temperatur.
.
11. Conclusion
Penurunan kadar bilirubin total setelah dilakukan fototerapi dalam 24 jam sebesar
2,50,8 mg/dL, mengalami penurunan sebesar 16,3% dalam 24 jam. Disarankan,
fototerapi diberikan dengan jarak 10-20 cm, semakin dekat jarak bayi dengan sinar
fototerapi semakin efektif dalam menurunkan kadar bilirubin total. Pengaturan
ketinggian alat fototerapi yang sudah maksimal dan tidak bisa diturunkan kembali,
dengan permasalahan ini diharapkan disediakan box bayi khusus yang cukup tinggi
agar jarak bayi dengan alat fototerapi semakin dekat.
Jurnal Kedua

1. Judul : EFEKTIFITAS FOTOTERAPI 24 JAM DAN 36 JAM TERHADAP


PENURUNAN BILIRUBIN INDIRECT PADA BAYI IKTERUS NEONATORUM
2. Sumber : Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 7, No. 1, Februari 2011

3. Citation
Harlina Yuhanidz1, Saryono2, Giyatmo3
1,3 Jurusan Keperawatan STIKes Muhammadiyah Gombong
2 Jurusan Keperawatan Unsoed Purwokerto

4. Background

Angka kematian bayi (AKB) di Indonesia, pada tahun 1997 tercatat sebanyak
41,4 per 1000 kelahiran hidup. Dalam upaya mewujudkan visi Indonesia
Sehat 2010, maka salah satu tolok ukur adalah menurunnya angka mortalitas
dan morbiditas neonatus, dengan proyeksi pada tahun 2025 AKB dapat turun
menjadi 18 per 1000 kelahiran hidup. Salah satu penyebab mortalitas pada
bayi baru lahir adalahensefalopati bilirubin (lebih dikenal sebagai kernikterus).
Ensefalopati bilirubinmerupakan komplikasi ikterus neonatorum yang paling
berat. Selain memiliki angka mortalitas yang tinggi, juga dapatmenyebabkan
gejala sisa berupa cerebral palsy, tuli nada tinggi, paralisis dan displasia
dental yang sangat mempengaruhi kualitas hidup.

Bayi baru lahir harus berhasil melewati masa transisi, dari suatu sistem yang
sebagian besar tergantung pada organorgan ibunya kesuatu sistim yang
tergantung pada kemampuan genetik dan mekanisme homeostatik bayi itu
sendiri. Ikterus neonatorum merupakan fenomena biologisyang timbul akibat
tingginya produksi dan rendahnya ekskresi bilirubin selama masa transisi pada
neonatus. Pada neonatus produksi bilirubin 2 sampai 3 kali lebih tinggi
dibanding orang dewasa normal. Hal ini dapat terjadi karena jumlah eritosit
pada neonates ebih banyak dan usianya lebih pendek (Surasmi, 2005).Banyak
bayi baru lahir, terutama bayi kecil (bayi dengan berat lahir < 2500 g atau usia
gestasi <37 minggu) mengalami ikterus pada minggu pertama kehidupannya.
Data epidemiologi yang ada menunjukkan bahwa lebih 50% bayi baru lahir
menderita ikterus yang dapat dideteksi secara klinis dalam minggu pertama
kehidupannya.

5. Research Question
Penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas fototerapi 24 jam dan 36 jam
terhadap penurunan bilirubin indirect pada bayi ikterus neonatorum

6. Study Design
Jenis penelitian adalah Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimental semu
(quasy experimental ).Rancangan penelitian yang digunakan adalah Eksperimen Non-
Random (non randomized pretest-postest with control group

7. Sample dan Populasi


Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien yang dirawat di Ruang Amanah PKU
Muhammadiyah Gombong yaitu sebanyak 50 orang. Tehnik pengambilan sample
dilakukan dengan Non Probability Sampling-Sampling Jenuh (total sampling). Dalam hal
ini peneliti mengambil semua dari populasi dan membaginya menjadi 2 group untuk
dilakukan fototheraphi dengan metode fototheraphi 24 jam dan 36 jam (Sugiyono, 2006).

Sampel penelitian diperoleh berdasarkan kriteria inklusi


sebagai berikut :
Berumur antara 0-28 hari.
Kadar bilirubin indirect yaitu > 8 mg/dl pada bayi cukup bulan, >12,5 mg/dl pada
bayi premature
Selama periode pelaksanaan penelitian ini dirawat di bangsalAmanah PKU
Muhammadiyah Gombong.

Sedangkan kriteria eksklusinya antara lain :


Bayi dengan komplikasi sejenis
Menderita RDS (Respiratory distress sindrome)
Bayi kern ikteterus
Sumbatan traktus diagesif yang mengakibatkan peningkatan
sirkulasi enterohepatik

8. Time research
Penelitian ini akan dilaksanakan tahun 2011

9. Result
Pada penelitian ini Perbedaan kadar billirubin indirect pre dan post pada fototerapi 24
jam maupun fototerapi 36 jam pasien hiperbillirubinemia Hasil uji statistik dengan uji
paired t-test pada fototerapi 24 jam diperoleh nilai t hitung sebesar 5,093 sedangkan
nilai t tabel n = 25 adalah sebesar I,71 (p= 0,0001 <0,05) hal ini berarti bahwa t hitung
> t tabel. sehingga dapat disimpulkan bahwa ada beda antara kadar bilirubin indirect
sebelum dan sesudah fototerapi 24 jam. Pada kadar bilirubin indirect dengan fototerapi
36 jam, hasil uji statistik dengan uji paired t-test diperoleh nilai t hitung sebesar 11,416
sedangkan nilai t tabel n = 25 adalah sebesar I,71 hal ini berarti bahwa t hitung > t
tabel. sehingga dapat disimpulkan ada beda yang signifikan antara kadar bilirubin
indirect sebelum dan sesudah fototerapi 36 jam.

10. Discussion
Kekurangan Penelitian Ini Daftar pustaka sebagian up to date sebagian tidak. Serta
kurangnya tanggal penelitian yang diberikan

11. Conclusion
a. Rerata kadar bilirubin indirect sebelum dan sesudah dilakukan fototerapi 24
jam adalah sebelum 12,24 mgr/dl, sesudah 8,36 mgr/dl
b. Rerata kadar billirubin indirect sebelum dan sesudah dilakukan fototerapi 36
jam adalahsebelum 12,86 mgr/dl, sesudah 6,38 mgr/dl.
c. Ada perbedaan yang signifikan antara fototerapi 24 jam dan 36 jam terhadap
penurunan kadar billirubin indirect pada bayi ikterus neonatorum diruang
amanah RS PKU Muhammadiyah Gombong.
Jurnal ke Tiga

1. Judul : Efektivitas Fototerapi Ganda Dan Fototerapi Tunggal dengan Tirai Pemantul
Sinyal Pada Neonatus yang Mengalami Jaundice
2. Sumber : Sari Pediatri Vol. 13, No. 2, Agustus 2011

3. Citation
Emil Azlin
Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara/RSUP H.Adam Malik, Medan

4. Background
Fototerapi telah dilakukan selama hampir 40 tahun, namun masih ada hal yang
diperdebatkan tentang bukti bagaimana fototerapi paling efektif. Fototerapi dengan
menggunakan tirai putih pemantul sinar yang diletakkan di sisi-sisi unit fototerapi
akan meningkatkan intensitas sinar dan meningkatkan respon penurunan konsentrasi
bilirubin serum.

5. Research Question
Penelitian ini adalah untuk mengetahui penurunan kadar serum bilirubin total
pada bayi hiperbilirubinemia usia gestasi 35 minggu setelah dilakukan fototerapi
selama 24 jam. Hal ini diperlukan untuk memprediksi lama perawatan bayi dengan
hiperbilirubinemia yang memerlukan fototerapi di rumah sakit.

6. Study Design
Penelitian merupakan uji klinis acak terbuka untuk membandingkan penurunan
bilirubin pada fototerapi tunggal menggunakan tirai putih pemantul sinar dengan
fototerapi ganda.

7. Sample dan Populasi


Populasi target adalah bayi cukup bulan yang mengalami hiperbilirubinemia indirek.
Sampel adalah populasi terjangkau yang memenuhi kriteria inklusi. Jumlah sampel
untuk masing-masing kelompok adalah 30 neonatus.
Kriteria inklusi adalah bayi baru lahir usia >24 jam tetapi <28 hari, neonatus yang
mende- ng menderita hiperbilirubinemia sesuai kriteria AAP, neonatus cukup
bulan sesuai masa kehamilan, dan mendapat izin orangtua secara tertulis.
Kriteria eksklusi adalah neonatus yang menderita hiperbilirubinemia direk,
neonatus dengan kadar bilirubin indikasi dilakukan transfusi tukar, neonatus yang
menderita penyakit hemolitik, dan neonatus menderita kelainan kongenital.

8. Time research
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Desember 2009.

9. Result
Fototerapi dengan menggunakan tirai putih pemantul sinar di sisi-sisi unit fototerapi
(kelompok studi, n=30) dibandingkan dengan fototerapi ganda (kelompok kontrol,
n=30). Pengukuran utama adalah nilai ratarata perbedaan penurunan kadar total
bilirubin serum dan intensitas sinar pada pengukuran awal sebelum fototerapi, dan 24
jam fototerapi. Selama waktu studi, intensitas sinar pada fototerapi ganda lebih tinggi
secara bermakna dibandingkan fototerapi dengan mengggunakan tirai putih pemantul
sinar di sekeliling fototerapi (p<0,05). Rerata penurunan kadar total bilirubin serum
setelah 24 jam fototerapi lebih tinggi (p<0,05) pada kelompok fototerapi ganda (10,0
mg/dl) dari pada kelompok fototerapi dengan tirai (7,4 mg/dL).

10. Discussion
Intensitas sinar yang dicapai menentukan efektivitas fototerapi, semakin tinggi
intensitas sinar maka semakin cepat penurunan kadar bilirubin serum. Intensitas sinar
lebih tinggi pada fototerapi menggunakan tirai putih dari pada tanpa menggunakan
tirai. Penelitian yang dilakukan di Kelantan, Malaysia memberikan hasil peningkatan
intensitas sinar yang signifikan pada fototerapi tunggal menggunakan tirai putih
pemantul sinar dibanding dengan fototerapi tunggal tanpa tirai.
Fototerapi ganda dengan menggunakan sinar biru (panjang gelombang 430-
490 nm) dengan intensitas 30 uW/cm2 (diperiksa dengan radiometer, atau
diperkirakan dengan menempatkan bayi langsung di bawah sumber sinar dan kulit
bayi yang terpajan lebih luas) sangat efektif menurunkan kadar bilirubin. Hal ini dapat
menyebabkan peningkatan produksi lumirubin dan intensitas sinar. Pada penelitian
kami didapati perbedaan intensitas sinar yang signifikan pada fototerapi
menggunakan tirai dengan fototerapi ganda di awal, 12 jam dan 24 jam fototerapi.
Intensitas sinar yang dihasilkan dari fototerapi ganda lebih dari dua kali lipat
intensitas sinar yang dihasilkan pada fototerapi yang menggunakan tirai putih
pemantul sinar. Pengukuran intensitas sinar dilakukan pada awal, 12, dan 24 jam
fototerapi yang bertujuan untuk memastikan bahwa tidak terjadi penurunan intensitas
sinar setelah 12 atau 24 jam fototerapi.
.
11. Conclusion
Fototerapi ganda menghasilkan intensitas sinar yang lebih besar dan lebih efektif
dalam menurunkan kadar bilirubin pada neonatus yang mengalami hiperbilirubinemia
indirek dibanding fototerapi tunggal yang menggunakan tirai putih pemantul sinar.
Perlu penelitian lebih lanjut pada neonatus yang mengalami hiperbilirubunemia
dengan subjek yang lebih banyak dan kadar bilirubin yang lebih tinggi.

Anda mungkin juga menyukai