Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-NYA, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan kasus yang
berjudul “Asuhan Keperawatan pada Kasus Ikterik Neonatuspada By. Ny. M di
Rumah Sakit dr. Abdul Aziz Singkawang 2019”.
Dalam penyusunan asuhan keperawatan ini, penulis banyak mendapat
bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. dr. Carlos Djaafara, M. Kes selaku Direktur Rumah Sakit dr. Abdul Aziz
Singkawang
2. Ns. Winarianti, M.Kep selaku Pembimbing Akademik Profesi Ners
Keperawatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura.
3. Ns. Tika Rostinasari , M. Kep selaku Kepala Ruangan dan Pembimbing Klinik
makalah Profesi Ners Keperawatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas
Tanjungpura.
4. Rekan-rekan satu kelompok serta teman-teman Profesi Ners yang telah
mendukung dan memotivasi dalam penyusunan laporan asuhan keperawatan
ini.
2.1 Definisi
Ikterus pada bayi adalah berupa ikterus fisiologis adalah meningkatnya
kadar bilirubin serum (tidak secara langsung) dalam rentan (4 mg/dL hingga
12 mg/dL), pada hari ke empat sesudah kelahiran dan meninggi dan pada hari
ketiga dan kelima. Ikterus fisiologis biasanya terdapat pada bayi aterm dan
sebagai hasil dari ketidakmaturan hepatik pada neonatus. Ikterik patologis
ditandai dengan kulit yang menguning dan naiknya kadar bilirubin serum di
atas 12,90 mg/dL pada bayi aterm dan 15 mg/dl pada bayi preterm dalam 24
jam setelah kelahiran. Kadar bilirubin meningkat cepat sampai lebih dari
5mg/dl, dan dapat berkelanjutan lebih dari seminggu pada bayi aterm penuh,
dan 2 minggu pada bayi preterm.
Ikterik patologis umumnya banyak dihubungkan dengan perbedaan
golongan darah atau inkompatibilitas golongan darah, infeksi atau biliaris
hepatik, atau ketidaknormalan metabolik. Terganggunya transportasi akibat
lemahnya kapasitas pengangkutan misalnya pada hipoalbuminemia atau sebab
obat-obat tertentu. Gangguan fungsi hati yang diakibatkan oleh beberapa
mikroorganisme atau racun yang dapat secara langsung membuat
terganggunya sel hati dan darah merah meliputi infeksi, toksoplasma, sifilis,
rubella, meningitis, dan lainnya. Gangguan ekskresi yang terjadi secara
intrahepatik atau ekstrahepatik. Kenaikan sirkulasi yang enterohepatik
contohnya pada ileus obstruktif, hirschsprung. Metabolisme bilirubin intinya
yaitu produk degredasi hemoglobin, sebagiannya dari sumber lain, transportasi
bilirubin indirect dalam terikatnya bersama albumin diangkat ke hepar untuk
diproduksi oleh sel hepar pengelolahan diikuti oleh protein. Konjugasi terjadi
di dalam sel hepar bilirubin di konjugasi menjadi bilirubin direct dengan
terdapat enzim glukuronil transferase, bilirubin direct diekresi ke usus melalui
duktus koledokus (Pratama, 2013).
Ikterus untuk BBL (Bayi Baru Lahir) merupakan naiknya kadar bilirubin
yang berada di jaringan terdalam ekstravaskuler menyebabkan kulit,
konjungtiva, mukosa dan bagian badan lainnya berwarna menguning. Ikterus
patologik terjadi dalam 24 jam awal dengan bilirubin serum meninggi
melebihi dari 5 mg% perhari, kadarnya meninggi dari 10 mg% pada bayi
cukup bulan atau 15 mg% pada bayi prematur, dan dideteksi setelah minggu
awal kelahiran. Ikterus saat bayi baru lahir terjadi pada 25%–50% neonatus
mencukupi bulan dan lebih meninggi lagi saat neonatus kurang bulan. Ikterus
pada bayi baru lahir menjadi suatu kondisi fisiologis atau bisa merupakan hal
patologis. Ikterus neonatorum yaitu kondisi ikterus yang terdapat pada bayi
saat lahir. Ikterus yang patologik terlihat segera dalam 24 jam awal, bersama
bilirubin serum meninggi lebih dari 5 mg% perhari, kadarnya diatas 10 mg%
pada bayi matur atau 15 mg% saat bayi prematur, dan menetap setelah minggu
awal kelahiran. Ikterus patologik memerlukan tindakan dan perawatan khusus
(Vivian, 2010). Penanganan ikterus neonatorum secara umum yaitu dengan
melakukan terapi sinar atau fototerapi, terapi tranfusi tukar, pemberian ASI
secara optimal, serta terapi sinar matahari (Maulida, 2014).
2.2 Klasifikasi
Menurut Pratama, 2013 klasifikasi ikterus neonatorum ada 5, yaitu :
ikterus fisiologis, ikterus patologis, kern ikterus, ikterus hemolitik, dan ikterus
obstruktif.
a. Ikterus fisiologis
Ikterus yang sering terdapat pada bayi dengan bobot badan lahir
rendah. Ikterus biasanya terlihat pada hari kedua lalu tidak terlihat lagi
setelah sepuluh hari atau saat terakhir minggu kedua.
b. Ikterus patologis
Ikterus yang terlihat segera setelah 24 jam pertama dengan bilirubin
serum meningkat hingga mencapai 10 mg% pada bayi matur atau 15 mg
% pada bayi prematur dan kondisi ini menetap setelah minggu awal
kelahirannya. Ikterus yang menetap berkaitan dengan penyakit hemolitik,
infeksi dan sepsis.
c. Kern ikterus
Kondisi ikterus yang berat dengan adanya gumpalan bilirubin pada
ganglia basalis. Kern ikterus biasanya disertai dengan meningkatnya
kadar bilirubin indirek didalam serum. Bayi yang cukup bulan dengan
kadar bilirubin > 20 mg% atau > 18 mg% pada bayi prematur berisiko
berkembang menjadi kern ikterus, sedangkan hiperbilirubinemia dapat
menyebabkan ensefalopati dan ini sangat berbahaya bagi bayi. Kejadian
kern ikterus bergantung pada kondisi bayi. Bayi dengan kondisi seperti
hipoksia, asidosis, dan hipoglikemia, maka gejala kern ikterus dapat
terlihat meskipun kadar bilirubin < 16 mg%. Penyembuhannya adalah
dengan cara transfusi darah.
d. Ikterus hemolitik
Inkompatibilitas rhesus, golongan darahnya ABO, golongan darah
lainya, dan adanya kelainan eritrosit kongenital atau defisiensi enzim G-
6-PD.
e. Ikterus obstruktif
Sumbatan pendistribusian empedu baik dari hati maupun diluar hati,
sehingga berakibat pada tingginya kadar bilirubinnya direct dan indirect.
2.3 Etiologi
Etiologi jaundice menurut peningkatan kadar bilirubin dapat dibagi
menjadi karena peningkatan bilirubin tidak terkonjugasi (unconjugated
hyperbilirubinemia) dan bilirubin terkonjugasi (conjugated
hyperbilirubinemia). Ditinjau dari letaknya, penyebab utama conjugated
hyperbilirubinemiaatau kolestasis secara umum dibagi menjadi 2 golongan
besar, yaitu kelainan intrahepatik(hepatoseluler) serta kelainan ekstrahepatik
(obstruktif). Etiologi ikterus yang sering ditemukan ialah: hiperbilirubinemia
fisiologik, inkompabilitas golongan darah ABO dan Rhesus, breast milk
jaundice, infeksi, bayi dari ibu penyandang diabetes melitus, dan
polisitemia/hiperviskositas. Etiologi yang jarang ditemukan yaitu: defisiensi
G6PD, defisiensi piruvat kinase, sferositosis kongenital, sindrom Lucey-
Driscoll, penyakit Crigler-Najjar, hipo-tiroid, dan hemoglobinopati
(Mathindas, 2013).
Peningkatan kadar bilirubin pada bayi baru lahir terjadi adanya fungsi usus
dan hati yang belum sempurna akibatnya banyak bilirubin yang tidak
terkonjugasi dan tidak terbuang dari tubuh dengan maksimal. Kurangnya
asupan makanan juga merupakan penyebab bayi ikterus, pada dua sampai tiga
hari pertama setelah kelahiran, kadang ASI ibu belum keluar sehingga bayi
menjadi kuning karena kekurangan asupan makanan. Terdapat dua jenis
ikterus nonaturum terkait ASI (a) breast- Feeding Associated Jaundice
diketahui disebabkan oleh pemberian ASI yang tidak adekuat dan buruknya
intake cairan yang menyebabkan starvation dan tertundanya pengeluaran
mekonium pada neonatus. Hal tersebut akan meningkatkan sirkulasi
enterohepatik. (b) Brest milk Jaundice, keadaan dimana terjadi peningkatan
absorbsi bilirubin didalam usus (sirkulasi enterohepatik) karena aktivitas
enzim glukoromidase yang bisa terdapat pada ASI yang abnormal (Yuliawati,
2018).
Hemoglobin
Hemo Globin
Feco Biliverdin
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
3.1.1 Identitas
a. Identitas Klien
1. Nama/Nama panggilan : By.Ny M
2. Tempat Tgl Lahir/Usia : Singkawang, 13 Oktober 2019
3. Jenis kelamin : Laki-Laki
4. Agama : Islam
6. Alamat : Dusun Sagong, RT 015/006 kec. Galing
Kab. Sambas
7. Tgl pengkajian : 15 Oktober 2019
8. Diagnosa Medik : Ikterus Neonatorium
b. Identitas Orang tua
Ayah
1. Nama : Tn. A
2. Usia : 34 tahun
3. Pendidikan : SMA
4. Pekerjaan : Petani
5. Agama : Islam
6. Alamat :Dusun Sagong, RT 015/006 kec.
Galing Kab.Sambas
Ibu
1. Nama : Ny. M
2. Usia : 29 tahun
3. Pendidikan : SMA
4. Pekerjaan : Guru Honor
5. Agama : Islam
6. Alamat :Dusun Sagong, RT 015/006
kec. Galing Kab. Sambas
3.1.2 Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang:
1. Keluhan Utama:
Ibu klien mengatakan bahwa pada hari ke 3 anaknya mengalami
warna kulit yang kekuningan.
2. Keluhan Pada Saat Pengkajian:
Ibu klien mengatakan bahwa anaknya mengalami kekuningan
pada kulit (ikterus) dan suhu badan panas naik turun.
b. Riwayat Kehamilan dan Kelahiran
1. Prenatal
1) Ibu klien mengatakan ia memeriksakan kehamilannya setiap
bulan di puskesmas atau bidan terdekat.
2) Riwayat berat badan selama hamil : Ny. M mengatakan sebelum
hamil ibu klien memiliki berat badan 62 kg dan mengalami
kenaikan selama hamil sebanyak kg menjadi 72 kg.
2. Natal
1) Tempat melahirkan :Ibu klien mengatakan bahwa ia melahirkan
di RSUD dr Abdul Aziz dengan umur
kehamilan cukup minggu yaitu 38 minggu.
2) Jenis persalinan : SC
3) Penolong persalinan : Dokter
3. Post natal
Kondisi bayi :
Ibu mengatakan setelah melahirkan klien tidak mengalami
masalah
k. Leher
Inspeksi
Tidak ada lesi pada area leher
Palpasi
Tidak terdapat nyeri tekan pada daerah leher
l. Thorax dan pernapasan
Inspeksi
a) Bentuk dada :
Bentuk dada simetris, tidak tampak barrel chest atau furrel chest,
tidak tampak ada retraksi dada pada klien.
b) Irama pernafasan :
Irama pernafasan normal dan teratur.
c) Pengembangan di waktu bernapas :
Pengembangan dada klien ketika bernafas normal
d) Tipe pernapasan : Eupnea (normal)
Palpasi
Tidak terdapat massa atau nyeri tekan pada klien saat dipalpasi.
Auskultasi
a) Suara nafas : Bronchovesikuler (+)
b) Suara tambahan : Tidak terdapat bunyi suara tambahan seperti
wheezing, ronchi atau rales.
Perkusi
Terdengar suara Sonor
m. Jantung
Palpasi
Tidak terdapat masa abnormal atau nyeri tekan
Perkusi
Pembesaran jantung : Tidak terdapat pembesaran jantung pada klien.
Auskultasi
a) BJ I : Lub
b) BJ II : Dub
c) BJ III :-
d) Bunyi jantung tambahan : Tidak terdapat bunyi suara jantung
tambahan.
n. Abdomen
Inspeksi
a) Membuncit : Perut klien tidak tampak membuncit.
b) Ada luka / tidak : Tidak terdapat lesi atau luka pada perut klien.
Palpasi
Tidak terdapat nyeri tekan pada area abdomen klien.
Auskultasi
Peristaltik : terdengar bising usus klien dengan 5x/menit.
Perkusi
Terdengar suara tymphani pada abdomen klien ketika diperkusi.
p. Refleks
Refleks moro : normal
Refleks rooting : normal
Refleks walking : normal
Refleks mengenggam : normal
Refleks sucking : normal
q. Integumen
Inspeksi
Warna kulit: kulit tubuh klien tampak kuning kemerahan
Tidak ada ruam pada kulit
Palpasi
CRT : <2 detik
Akral : teraba hangat
Turgor kulit : normal
4.1 Pengkajian
Pengkajian keperawatan adalah pemikiran dasar dari proses
keperawatan yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data
tentang klien, agar dapat mengidentifikasi atau mengenali masalah-masalah
yang dialami klien, kebutuhan kesehatan dan keperawatan klien baik fisik,
mental, sosial dan lingkungan (Hutahean, 2010).
Icterus adalah warna kuning yang tampak pada kulit dan mukosa
karena bilirubin pada jaringan tersebut meningkat dalam darah (Broker,
2001). Icterus merupakan warna kekuningan pada kulit yang timbul pada
hari ke 2-3 setelah lahir, tidak memiliki dasar patologis yang akan
menghilang dengan sendirinya pada hari ke 10 (Nursalam, 2005).
Sedangkan menurut Win de Jong, et al (2005) icterus adalah gejala kuning
pada sclera kulit dan mata akibat bilirubin yang berlebihan dalam darah dan
jaringan, normalnya bilirubin Pada bayi aterm kurang dari 12, dan BBLR
kurang dari 10.
Pengumpulan data yang dilakukan penulis saat pengambilan kasus
dengan wawancara dan observasi langsung serta melakukan pemeriksaan
fisik pada By. Ny. M. Keluhan utama ibu pasien mengatakan badan
anaknya tampak kuning di seluruh tubuh.
Riwayat penyakit sekarang. Ibu melahirkan dengan proses caecar,
ketuban pecah dini kurang dari 24 jam dengan pembukaan tidak maju
(PTM). Ibu mengatakan pada hari ketiga bayi tampak kekuningan. Hasil
pemeriksaan laboratorium pada By. Ny. M menunjukan tingkat bilirubin
total tinggi yaitu 15,4 mg/dl, suhu tubuh 36,9ºC, anak tampak lemah, warna
kulit tampak kekuningan, dan akral tubuh hangat. Hal ini menandakan
terjadinya icterus neonatus.
4.5 Evaluasi
Evaluasi adalah proses keperawatan mengukur respon klien terhadap
tindakan keperawatan dan kemajuan klien kearah pencapaian tujuan. Setelah
penulis melakukan tindakan keperawatan selama satu hari, maka penulis
melakukan evaluasi. Evaluasi ini penulis menggunakan metode sesuai teori
yaitu SOAP (Subyektif, Obyektif, Assessment, Planning).
Pada tanggal 15 Oktober 2019 jam 09.10 pada diagnoasa yang
pertama Subyektif (-), Obyektif: Kulit tubuh anak masih tampak kuning dan
suhu badan 36,9o C. Assessment anak mengalami icterus, Planning lanjutkan
intervensi 2,3,4,5,6 dan 7.
Pada diagnosa yang kedua pada tanggal 15 Oktober 2019 jam 09.10,
Subyektif ibu klien mengatakan badan anaknya masih hangat, Obyektif suhu
klien 36,9 C dan tubuh bayi terasa hangat, Assessment ketidak efektifan
termoregulasi, Planning lanjutkan intervensi 1, 2, 3, 4, dan 5.
Pada diagnose ketiga tanggal 15 Oktober 2019 jam 09.10, Subyektif
ibu klien mengatakan ASI masih sedikit, ibu klien juga mengatakan
kurangnya respon menyedot bayi, Obyektif ASI masih tampak sedikit,
Assessment ketidak efektifan pemberian ASI, Planning lanjutkan intervensi.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Ikterus adalah gambaran klinis berupa pewarnaan kuning pada
kulit dan mukosa karena adanya deposisi produk akhir katabolisme heme
yaitu bilirubin. Pada kebanyakankasus ikterus neonatrum, kadar bilirubin
tidak berbahaya dan tidak memerlukan pengobatan. Sebagian besar tidak
memiliki penyebab dasar atau disebut ikterus fisiologis yang dapat
menghilang diakhir minggu pertama kehidupan bayi cukup bulan.
Sebagian kecil memiliki penyebab seperti hemolisis, septikemi, penyakit
metabolik (ikterus patologis)
Tujuan utama dalam penatalaksanaan ikterus neonatrum adalah
untuk mengendalikan agar kadar bilirubin serum tidak mencapai nilaiyang
dapat menimbulkan kemikterus tau enselofati bilirubin, serta mengobati
penyebab langsung ikterus. Dianjurkan agar melakukan fisioterapi dan jika
tidak berhasil transfusi tukar dapat dilakukan untuk mempertahankan
kadar maksimum bilirubin total dalam serum dibawah kadar maksimum
pada bayi preterm dan bayi cukup bulan yang sehat.
5.2 Saran
Waspadai tanda dan gejala sedini mungkin apabila anak mengalami
ikterus, orangtua perlu memperhatikan adanya dehidrasi, pucat, kehilangan
darah ekstravaskular, trauma lahir, perdarahan tertutup, polisitemia yang
dapat disebabkan oleh keterlambatan memotong tali pusat, bayi dengan
gejala sepsis lainnya. Jika bayi dalam keadaaan seperti ini maka orangtua
perlu mencurigai adanya tanda-tanda bahwa bayi mengalami ikterus.
Segera konsultasikan ke dokter dan spesialis anak.
DAFTAR PUSTAKA