Anda di halaman 1dari 10

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN LAMA HARI RAWAT

ANAKPOST APPENDICTOMY

Suci Nurjanah, 2Rohadi Hariyanto, 3Anita Apriliawati


1

Program Studi magister Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta

e-mail : suci88.sn@gmail.com

Abstrak

Faktor yang mempengaruhi proses penyembuhan luka pasca operasi meliputi Penyakit
penyerta atau riwayat penyakit, obat-obatan yang dikomsusmsi anak dan status gizi,
perawatan luka, intake nutrisi anak post operasi dan mobilisasi. Penelitian ini bertujuan untuk
Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan lama hari rawat anak Post Appendictomy
di Rumah Sakit An-nisa dan Rumah Sakit Gambiran. Desain penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah Observasi Analitik dengan mengunakan pendekatan Cross
sectional. Pada penelitian ini mengunakan tehnik total sampling dengan jumlah responden
34 orang. Hasil penelitian analisis multivariat ini menunjukan bahwa ada hubungan
perawatan luka P value =0,000, intake nutrisi P value =0,038 dan mobilisasi P value =0,030
dengan lama hari rawat anak post appendictomy. Dari hasil tersebut disarankan agar perawat
meningkatkan standar pelayanan keperawatan tentang perawatan luka, edukasi nutrisi pasca
operasi dan edukasi mobilisasi dan melakukan mobilisasi pasif pada pasien anak untuk
membantu proses penyembuhan luka sehingga lama hari rawat tidak memanjang.

Kata kunci : Lama hari rawat, Appendictomy, perawatan luka pasca operasi

Abstract

Factors that affect post-operative wound healing process are diseases of companion or history
of disease, drugs and child nutritional consume, wound care, child nutrition Intake post
operations and mobilization. This research aims to know the factors related to long day care
on children with Post appendictomy in An-nisa and Gambiran Hospital. The research design
used in the study of analytical observations by using the approach of cross sectional. In this
study using a total sampling technique with the number of respondents was 34 people. This
study analyzed are univriate, bivariate and multivariat. This study result are related wound
care p value=0,000, nutrition intake p value=0,038 and mobilization p value=0,030 with long
day care on children with post appendictomy. it is suggested that the nurse to improve the
standard of nursing service are wound care, education about nutrition and mobilization more
optimal in order to speed up the process of wound healing and the length of child care day is
not elongated.

Keywords: Long day's care, Appendictomy, post-surgical wound care

PENDAHULUAN Anak merupakan individu yang


berada dalam rentang perubahan

1
perkembangan yang dimulai dari bayi infeksi luka dan intake nutrisi. (Potter and
hingga remaja. Pada rentang tumbuh Perry, 2006).
kembang tersebut anak dihadapkan dengan Berdasarkan fenomena yang ditemui
masalah kesehatan(Wong, 2009). Masalah peneliti ketika melakukan praktek aplikasi
kesehatan seperti penyakit non trautamtik peminatan bedah anak didapatkan bahwa
yang paling sering dijumpai dan dari ke 4 pasien yang didiagnosa
memerlukan pembedahan abdomen segera appendicitis dan dilakukan tindakan
pada anak dan remaja adalah appendicitis Appendictomy, 2 anak lama hari rawat
(Minnes, 2008; Nelson,2013). setelah post operasi lebih dari 3 hari,
Appendicitis merupakan keadaan karena kodisi anak mengalami obesitas,
yang paling sering memerlukan tindakan intake nutrisi tidak adekuat serta latihan
pembedahan pada usia kanak-kanak. mobilisasi yang pasif.
Meskipun jarang dijumpai pada anak-anak
berusia dibawah 2 tahun, appendicitis
sering disertai dengan komplikasi dan METODELOGI
kematian. Insiden appendicitis meningkat
Desain penelitian yang digunakan dalam
dalam kelompok usia diatas 2 tahun
penelitian ini Observasi Analitik dengan
(Wong, 2009).
mengunakan pendekatan Cross sectional.
Insiden Appendicitis dari tahun
Populasi dalam penelitian ini adalah semua
ketahun mengalami peningkatan terutama
anak yang menjalani operasi appendictomy
di negara-negara berkembang termasuk
di Rumah Sakit An-Nisa dan Rumah Sakit
Indonesia. Dilaporkan bahwa sekitar 20%
Gambiran. Sample dalam penelitian ini
dari seluruh penduduk Indonesia
adalah 34 sample dengan tehnik
mengalami appendicitis (Dwi & Putri,
pengambilan sample Total Sampling
2013). Pada pediatrik insiden appendicitis
dengan memilih responden berdasarkan
meningkat 1-2 kasus per 10.000 anak
kritesia inklusi dan Ekklusi.
sampai umur 4 tahun dan 25 kasus per
10.000 anak pertahun untuk umur anatara
10-17 tahun (Svensson, 2015). Pada study
pendahuluan di rumah sakit An-nisa HASIL PENELITIAN
Tanggerang pada priode September hingga
Desember 2016 didapatkan 49 anak Univariat
dengan terdiagnosa Appendicitis. Tabel 5.1 karateristik responden
Dampak dari hospitalisasi bagi anak
adalah perpisahan dengan anggota
keluarga, kehilangan kontrol dan otonomi Variable Katogori Frekuensi Presentasi
karena prosedur pengobatan, kehilangan Usia < 10 21 61,8
≥ 10 13 38,2
aktivitas yang menunjang perkembangan,
Jenis Laki – 19 55,9
kehilangan waktu bermain dan kecemasan kelamin Laki 15 44,1
pada anak terhadap prosedur pengobatan Perempuan
di Rumah Sakit (Hocken berry & Wilson, Jaminan BPJS 25 73,5
2014). Kesehatan NON BPJS 9 26,5
Faktor-faktor yang mempengaruhi Ruang Kelas 1 20 58,8
Kelas Kelas 2 & 14 41,2
penyembuhan luka pasca ada dua yaitu
Perawatan 3
kondisi anak dan peran perawat. Faktor
kondisi anak meliputi obat-obatan, riwayat
penyakit atau penyakit penyerta, status
gizi, kemudian faktor peran perawat
meliputi perawatan luka, mobilisasi,

2
Berdasarkan tabel 5.1 dapat diketahui Rata– rata lama hari rawat anak yang
bahwa sebagian besar anak yang menjalani tidak memgkomsumsi obat–obatan adalah
operasi appendictomy usia <10 tahun 3,28 hari. Hasil uji statistik didapatkan
sebesar 61,8%. Sebagian besar responden nilai p=0,632.Analisis tersebut juga
yang menjalani operasi appendictomy menjelaskan tidak ada hubungan antara
berjenis kelamin laki-laki sebesar 38,2%. obat-obatan yang dikomsumsi anak dengan
Hampir seluruhnya responden yang lama hari rawat.
menjalani operasi appendictomy Rata – rata lama hari rawat pada
mengunakan jaminan BPJS sebesar 73,5%. anak yang berstatus gizi kurang adalah
Sebagian besar responden yang menjalani 3,71 hari dengan stadar deviasi 0,488 hari.
operasi appendictomy di rawat di ruang Pada anak yang bersatus gizi baik rata–rata
kelas 1 sebesar 58,8%. lama hari rawat nya adalah 3,00 hari
dengan standar deviasi 0,343 hari. Pada
Tabel 2 rata-rata lama hari rawat anak yang berstatus gizi lebih rata – rata
hari rawat adalah 3,56 hari dengan stadar
Variable Mean Std deviasi Min-Max deviasi 0,527 hari. Hasil uji statistik dapat
Lama hari 3,29 0,524 2-4 di nilai p=0,001, berarti pada alpha <0,05.
rawat Analisis tersebut juga dapat menjelaskan
bahwa ada hubungan antara status gizi
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa dengan lama hari rawat, dengan demikian
rata-rata lama hari rawat anak post ada kecenderungan anak dengan status gizi
appendictomy adalah 3,29 hari dengan kurang dan gizi lebih maka lama hari
standar deviasi 0,524. rawat memanjang.

2. Hubungan peran perawat (perawatan


Bivariat luka, intake nutrisi dan mobiliasi)
1. Hubungan kondisi anak (riwayat dengan lama hari rawat
penyakit, obat-obatan dan status gizi) Tabel 5 Rata–rata peran perawat
terhadap lama rawat Variable Mean Std Std P
Tabel 5.4 rata-rata kondisi anak deviasi error value
Lama hari rawat
Variabel Mean Std P
Deviasi value Perawa Steril 3,22 0,508 0,090 0,000
Riwayat Tidak 3,34 0,484 0,178 tan Tidak 4,00 0,000 0,000
penyakit/pe Ya 3,06 0,707 luka steril
nyakit Intake Maka 3,11 0,323 0,076 0,038
penyerta nutrisi nan
Obat-obatan Tidak 3,28 0,455 0,775 habis 3,50 0,632 0,158
Ya 3,40 0,894 Tidak
habis
Status gizi Kurang 3,71 0,488 0,001
Mobili Aktif 3,14 0,478 0,104 0,030
Baik 3,00 0,343
sasi Pasif 3,54 0,519 0,144
Normal 3,56 0,524
Rata–rata lama hari rawat pada
anak yang tidak memiliki riwayat Rata – rata lama hari rawat anak
penyakit atau penyakit penyerta adalah yang dilakukan perawatan luka steril
3,34 hari. Hasil uji statistik didapatkan adalah 3,22 hari dengan standar deviasi
nilai p=0,178 berarti alpha > 0,05. Analisis 0,508 hari, sedangkan lama hari rawat
tersebut juga menjelaskan bahwa tidak ada anak dengan dilakukan perawatan luka
hubungan antara riwayat penyakit dengan tidak steril adalah 4,00 hari dengan
lama hari rawat. standar deviasi 0,000 hari. Hasil uji
statistik didapatkan nilai p=0,048,

3
berarti alpha <0,05. Analisis tersebut PEMBAHASAN
juga menjelaskan ada hubungan antara
perawatan luka dengan lama hari rawat. a. Hubungan riwayat penyakit atau
Perawatan luka yang tidak steril penyakit penyerta dengan lama hari
cenderung memperpanjang lama hari rawat
rawat. Penyakit penyerta yang paling
Rata – rata lama hari rawat anak sering terjadi adalah penyakit gula,
yang intake nutrisi selama di rumah kondisi hiperglikemia menjadi faktor
sakit habis adalah 3,11 hari dengan lain menghambat. Pada penelitian ini
standar deviasi 0,323 hari, sedangkan penyakit penyerta atau riwayat penyakit
lama hari rawat anak yang intake nutrisi yang di temui tidak termasuk penyakit
selama di rumah sakit tidak habis gula atau diabetes dan penyakit jantung
adalah 3,50 hari dengan standar deviasi sehingga menyebabkan terjadinya
0,632. Hasil uji statistik didapatkan perbedaan hasil penelitian (Irma, 2013).
nilai p=0,028 berarti alpha Pada penelitian ini riwayat
<0,05.Analisis tersebut juga penyakit atau peyakit penyerta tidak
menjelaskan ada hubungan antara berhubungan dengan lama hari rawat
intake nutrisi selama anak di rumah anak post appendictomy.Pada penelitian
sakit dengan lama hari rawat. Anak ini riwayat penyakit atau penyakit
yang menghabiskan makanan ada penyerta yang ditemukan adalah
kecenderungan lama hari rawat tidak penyakit asma, secara teori penyakit
memanjang. asma tidak berhubungan langsunng
Rata–rata lama hari rawat anak dengan penyembuhan luka.
dengan mobilisai aktif adalah 3,14 hari
dengan standar deviasi 0,478 hari, b. Hubungan obat-obatan dengan lama
sedangkan lama hari rawat anak dengan hari rawat
mobilisasi pasif adalah 3,54 hari dengan Menurut Kristian anderson (2012)
standar deviasi 0,519. Hasil uji statistik obat-obatan yang mempengaruhi
didapatkan nilai p=0,030.Analisis prosespenenyembuhan luka adalah
tersebut juga menjelaskan ada Non-Steroidal Anti-Inflamantory Drug
hubungan antara mobisasi dengan lama (NSAIDs) dan Steroids. NSAIDs
hari rawat. Anak yang melakukan terbukti memiliki efek depresan pada
mobilisasi pasif ada kecenderungan penyembuhan luka sekaligus
lama hari rawat memanjang. mengurangi reaksi inflamasi granulasi
sedangkan dampak negatif dari
pengunaan steroid pada proses
Analisis multivariat penyembuhan luka adalah menghambat
fase kontriksi dan memperkuat fase
Tabel 6 model akhir multivariat dilatasi.
Variable B Std Coef P Penelitian ini menemukan responen
error value
Perawata 0,703 0,328 0,320 0,041
yang mengkomsumsi obat-obatan
n luka sebanyak 5 responden yaitu golongan
Intake 0,317 0,159 0,307 0,055 anti inflamasi yaitu 3 orang dan 2
nutrisi respnden lainnya tidak menyebutkan
Mobilisasi 0,301 0,163 0,283 0,075 nama obat yang di komsumsi. Uji
bivariat ditemukan tidak ada perbedaan
Tabel di atas menjelaskan model terakhir yang signifikan rata-rata lama hari
dari pemodelan multivariat. Variabel rawat responden dengan
dominan yang berhubungan denganlama mengkomsumsi obat-obatan dan tidak
hari rawat anak post appendictomy adalah mengkomsumsi obat-obatan. Hal
rawat luka, inatke nutrisi dan mobilisasi.
4
tersebut kemungkinan disebabkan sel (Hidayat, 2011). Malnutrisi merusak
karena yang mengkomsumsi obat- proses penyembuhan luka, malnutrisi
obatan sedikit sehingga hasil uji ststistik harusdi indentifikasi semenjak dini
tidak menunjukan hasil hubungan yang dengan menggunakan alat screnning
bermakna. gizi. Jika dibutuhkan pasien harus
dikonsulkan pada ahli gizi dan
c. Hubungan status gizi dengan lama mendapatkan rencana perawatan gizi.
hari rawat Nutrisi yang optimal merupakan kunci
Berat badan adalah parameter dalam fase penyembuhan luka (Rabbes,
pertumbuhan yang paling 2015)
pengukurannya sederhana, mudah Menurut Roupakias & mitsakou
dilakukan serta merupakan indeks (2012), komplikasi pasca operasi pada
untuk status nutrisi sesaat. Status gizi pasien dengan obesitas dapat terjadi
dapat dilihat dari hasil indeks massa karena terdapat peningkatan jaringan
tubuh yang diketahui berdasarkan adiposa subkutan yang akan menjadi
perbandingan antara berat badan dan jaringan mati, anak dengan gizi lebih
anak. Status gizi sangat penting untuk atau obesitas akan cenderung rentan
proses penyembuhan luka pasca terserang infeksi, infeksi pada luka post
operasi, hal ini telah diketahui bahwa operasi akan menyebabkan lama hari
status gizi yang buruk akan rawat anak post appendictomy. Selain
memperlambat penyembuhan luka itu pasien obesitas sering sulit dirawat
akibat kekurangan vitamin, mineral, karena tambahan berat badan, pasien
protein dan zat-zat lain yang diperlukan bernafas tidak optimal saat berbaring
dalam proses penyembuhan luka. miring sehingga mudah mengalami
Hasil bivariat penelitian didapatkan hipoventilasi dan komplikasi pulmonal
terdapat hubungan satatus gizi dengan pasca operasi (Perry & Potter, 2009)
lama hari rawat anak, dimana status gizi
baik akan mempercepat proses d. Hubungan perawatan luka dengan
penyembuhan luka dan memperpendek lama hari rawat
lama rawat. Perawatan luka adalah pengkajian
Penelitian ini sejalan dengan luka secara komprehensif agar dapat
Kurnia (2014) terdapat hubungan antara menentukan keputusan klinis sesui
status gizi dengan proses penyembuhan dengan kebutuhan pasien. Peningkatan
luka. Pada penelitian Susetyowati dkk pengetahuan klinis diperlukan untuk
(2010) juga menyatakan ada pengaruh menunjang perawatan luka yang
status gizi pasien bedah mayor berkualitas (Agustina; 2009).Prosedur
preoperasi berdasarkan indikator NRI penggantian balut luka adalah prosedur
(Nutritional risk Index) terhadap lama perawatan luka dengan mengganti
rawat inap pascaoperasi. balutan yang telah kotor atau sudah
Status gizi yang buruk waktunya untuk diganti yang baru.
mempengaruhi sistim kekebalan Tindakan di atas bertujuan mencegah
tubuhyang memberikan perlindungan infeksi, mempercepat penyembuhan
terhadap penyakit infeksi seperti dan memberikan rasa nyaman pada
sekretori imuno globin (IgA) yang pasien, hal ini sesuai teori comfort
dapat memberikan kekebalan Kolcaba.
permukaan memberan mukosa, Semakin baik perawatan luka
gangguan sistim fagositosis, gangguan dilakukan maka proses penyembuhan
pembentukan kekebalan humoral luka semakin cepat. Penderita pasca
tertentu, berkurangnya sebagian operasi secara rutin dilakukan
komplemen dan berkurangnya thymus perawatan luka post operasi dan diganti

5
balutannya di bangsal. Setelah perawat secara normal memerlukan nutrisi yang
cuci tangan dan memakai proteksi diri, tepat, karena proses fisiologis
kasa balut luka harus disemprot dulu penyembuhan luka bergantung pada
dengan alkohol 70% untuk tersedianya potein, vitamin (terutama
meminimalkan resiko penularan infeksi. vitamin A dan C) dan mineral. Kolagen
Balutan dibuka dengan peralatan yang adalah protein yang terbentuk dari asam
steril secara perlahan, kemudian luka amino yang diperolah fibroblas dari
dibersihkan, termasuk bekas darah yang protein yang dimakan. Vitamin C
baik untuk pertumbuhan kuman. dibutuhkan untuk mensitensis kolagen.
Penutupan tetap sesuai dengan Vitamain A dapat mengurangi efek
persyaratan aseptic (Perry & Potter, negatif steroid pada penyembuhan luka
2005). dan elemen zink diperlukan untuk
Pada penelitian didapatkah hasil pembentukan epitel,sintesis kolagen
bahwa perawatan luka berhubungan (zink) dan menyatukan serat—serat
dengan lama hari rawat anak, dimana kolagen. Studi terbaru mengatakan
jika perawatan tidak steril maka lama bahwa respon katabolik terhadap
hari rawat anak akan memanjang. Hal pembedahan dapat dicegah dengan
ini sejalan dengan penelitian dengan intake yang adekuat (Souba &
Farista (2015) bahwa ada pengaruh Wilmore, 2004; Green, 2003).
tindakan perawatan luka terhadap Intake energi dan protein adekuat
cepatnya penyembuhan luka. penting untuk membatasi kehilangan
Sedangkan penelitian Sandi (2015) protein dan lemak. Namun, kebanyakan
mengungkapkan ada hubungan pasien tidak dapat makan dengan cukup
signifikan antara tehnik perawatan luka untuk memenuhi peningkatan dan/atau
dengan Infeksi Luka operasi. mencegah penurunan BB setelah
Tindakan perawatan luka harus pembedahan. Masalah yang sering
dilakukan dengan tehnik steril sesuai terjadi seperti nyeri, mual, pengobatan
dengan standar operasional prosedur, mulut kering, rasa tidak nyaman di
dalam kenyataanya peneliti menemukan lambung dan distensi, puasa, prosedur
bahwa ada 2 dua perawatan luka yang tidak menyenangkan, ansietas, makanan
dilakukan tidak steril. Perawatan luka yang tidak familiar dan rutinitas rumah
yang tidak steril atau satu instrumen sakit semuanya berpotensi menurunkan
digunakan untuk dua atau tiga pasien nafsu makan dan intake. Pasien yang
akan menyebabkan kontaminasi luka tidak makan atau tidak cukup makan,
pada pasien satu dengan pasien yang cadangan protein dan lemaknya akan
lain. Peranan perawat dalam perawatan berkurang dengan cepat. Hal ini
luka merupakan ujung tombak di ruang mendatangkan konsekuensi klinis yang
perawatan anak dengan pasca operasi signifikan, khususnya bagi mereka
maka perawatan luka dengan prinsip dengan gizi kurang sebelum operasi.
steril dan sesuai prosedur rumah sakit Pada penelitian ini didapatkan hasil
akan membantu proses penyembuhan ada hubungan antara intake nutrisi
luka dan memperpendek lama hari dengan lama hari rawat. Hasil
rawat anak post appendictomy. penelitian ini juga didukung oleh
penelitian Kusumayanti dkk (2014)
e. Hubungan intake nutrisi dengan yang menyatakan ada hubungan antara
lama hari rawat pemenuhan nutrisi terhadap lama rawat
Intake nutrisi memiliki pengaruh pasien pasca operasi laparatomi, dimana
lebih besar terhadap lama rawat anak. hal ini menunjukan semakin baik atau
Berdasarkan teori yang dikemukankan meningkat pemenuhan nutrisi pasien
oleh Potter (2005) penyembuhan luka

6
pasca operasi, maka lawa rawat akan seluruh tubuh, gangguam sirkulasi
semakin pendek. darah dan gangguan pernafasan dan
Pada penelitian Nugroho (2012) gangguan peristaltik maupun berkemih.
juga didapatkan hasil bahwa ada Infeksi terjadi karena mobilisasi yang
hubungan antara asupan nutrisi dengan kurang sehingga sirkulasi untuk
lama penyembuhan luka operasi. Pada memenuhi kebutuhan nutrisi ke daerah
penelitian serupa didapatkan hasil ada sayatan belum terpenuhi, akibatnya
hubungan antara tingkat komsumsi gizi perbaikan sel menjadi terhambat dan
dengan proses penyembuhan luka pasca hal ini merupakan salah satu alasan
operasi (Widjianisih & Wirjatmadi, yang menyebabkan lama hari rawat
2011) memanjang dan pada akhirnya dapat
Pengobatan melalui diet nutrisi menyebabkan dampak peningkatan
pasca operasi sangat penting dalam biaya perawatan dan dampak
keberhasilan operasi dan penyembuhan hospitalisasi.
luka. Luka operasi dan stress karena Mobilisasi dapat menunjang proses
respon pasca operasi memerlukan kalori penyembuhan luka pasien karena
untuk energi dan protein untuk sintesis dengan mengerakan anggota tubuh
protein. Kebutuhan kalori total tubuh badan akan mencegah kekuatan otot
berasal dari kaborhidrat. Fungsi dan sendi, sehingga dapat mengurangi
karbohidrat untuk luka sebagai faktor nyeri dan dapat memeperlancar
struktural lubrikan, fungsi transport, peredaran darah kebagian yang
imunologi, hormonal dan enzimatik. mengalami perlukaan agar proses
Karbonhidrat juga merupakan penyembuhan luka menjadi cepat. Hal
komponen utama glikoprotein dalam ini sejalan dengan carpenito (2000)
penyembuhan luka dan aktivitas enzim bahwa salah satu faktor yang
heksokinase dan sintesa sitrat dalam mempengaruhi proses penyembuhan
reaksi penyembuhan luka. Penyediaan luka akibat pembedahan adalah
energi dari kardohidrat juga dapat mobilisasi.
melalui penggunaan laktat. Laktat Pada penelitian ini didapatakan
sebagai produk metabolik glukosa hasil bahwa ada hubungan mobilisasi
penting untuk efek penyembuhan luka. dengan lama hari rawat anak post
laktat menstimulasi sintesis kolagen dan appendictomy. Penelitian tersebut di
aktivor penting pada jalur dukung oleh penelitian Wati dkk (2014)
peenyembuhan selain sebagai penyedia yang menyatakan ada perbedaan
energi. Protein telah diketahui bermakna antar rata-rata lamanya
diperlukan untuk penyembuhan luka penyembuhan luka pada pasien yang
dan apabila kekurangan maka akan melakukan mobilisasi dini bergerak
menghambat penyembuhan baik luka dengan lamanya penyembuhan pasien
akut maupun kronis (Meilany, 2012.) yang melakukan mobilisasi dini tidak
bergerak atau ada hubungan antara
f. Hubungan mobilisasi dengan lama mobilisasi dini dengan lamanya
hari rawat penyembuhan luka pasien pasca operasi
Mobilisasi merupakan faktor utama apendiktomi.
dalam mempercepat pemulihan dan Pada penelitian Sulistyawati (2012)
mencegah terjadinya komplikasi pasca yang berjudul efektivitas mobilisasi dini
bedah. Mobilisasi sangat penting dalam terhadap penyembuhan luka post
mempercepat hari rawat dan operasi apendicitis di dapatkan hasil
mengurangi risiko karena tirah baring p=0,028 sehingga dapat disimpulkan
lama, seperti terjadinya dekubitus, ada perbedaan yang signifikan proses
kekakuan atau penengangan otot-otot di penyembuhan luka antara klien yang

7
dengan pemberian mobilisasi dini penyembuhan luka dan lama hari rawat
dengan tanpa pemberian mobilisasi anak tidak memanjang.
dini. Penelitian lain juga menunjukan
hasil serupa yaitu penelitian dari Ditya DAFTAR PUSTAKA
dkk (2016) & Kusmayanti dkk (2015)
terdapat hubungan yang signifikan Amin (2014). Hubungan statuz gizi dengan
antara mobilisasi dini dengan proses lama hari rawat inap pasien anak
penyembuhan luka dan lama rawat dengan diare akut. Univeristas
pasien laparotomi. Lambung Mangkurat Banjarmasin
Pada saat melakukan obeservasi di
ruang perawatan anak di rumah sakit Axton & Fugate (2009) Rencana asuhan
An-nisa dan rumah sakit Gambiran, keperawata pediatri. EGC. Jakarta
kebanyakan pasien atau ibu diberikan
pendidikan kesahatan oleh perawat Black & Hawk (2014). Keperawatan
untuk membantu dan meotivasi anak medikal bedah. Elsevier
bisa melakukan gerakan miring kiri
miring kanan atau duduk dan turun dari Bowden, V R., & Greenberg, C. S (2010).
tempat tidur segera dan tiap 2 jam Chaildren and their families: The
sekali atau 4 jam sekali. Pada kenyataan continuum of care. Philadelphia:
saat peneliti melakukan pengamatan W. B. Saunders Company.
didapatkan bahwa pasien yang telah
melakukan mobilisasi sedini mungkin Catherine Rabess (2015). Understanding
akan tetapi tidak teratur namun dengan the link Between Wound Care and
lama hari rawat yang panjang memiliki Nutrition. JCN. Vol 29, No 4
perasaan takut dan kwatir terhadap luka
operasi akan terbuka, selain itu alasan Chin-Lung Chen,Et all.(2016). Risk factor
nyeri sehingga anak tidak mau for prolongen hospitalization in
melakakan mobilisasi secara aktif, anak pediactric appendicitis patients
mau melakukan mobilisasi jika ada with medical treatment. Pediatrik
perawat atau dokter mendampingin. and neonatologi (2016) xx 1-6
KESIMPULAN DAN SARAN Dahlan (2014). Statistik untuk kedokteran
A. KESIMPULAN dan kesehatan. Epidemologi
Ada hubungan status gizi P Indonesia. Jakarta
value=0,001, perawatan P value =0,000,
lama hari rawat P value =0,038 dan Demir Et all (2007). The factors affecting
mobilisasi P value =0,030 dengan lama length of stay patients undergoing
hari rawat anak post appendictomy. appendictomy surgery in A military
Hasil analisis multivariat didapat tiga teaching hospital. military
variable yang dominan mempengaruhi medicine.172,6.634
lama hari rawat anak post appendictomy
yaitu perawatan luka, intake nutrisi dan Ditya dkk (2016). Hubungan mobilisasi
mobilisasi. dini dengan proses penyembuhan
B. SARAN luka pada pasien pasca laparatomi
Dari hasil tersebut disarankan agar di bangsal bedah pria dan wanita
perawat meningkatkan standar RSUP Dr.M.Djamil Padang. Jurnal
pelayanan keperawatan yang lebih Kesehatan Andalas
optimal, edukasi intake nutrisi dan
mobilisasi guna memempercepat proses Dwi Kurnia (2014). Hubungan antara
status gizi dengan penyembuhan

8
luka post operasi sectio caesarea Marsaoly & Haris (2016). Infeksi luka
(SC) pada ibu nifas di poli operasi pada pasien post operasi di
kandungan RSU DR. R Koesoma Bangsal RSU PKU
Tuban. Prodi DIII Kebidanan Muhammadiyah Bantul.
Stikes NU Tuban. Universitas Muhamdiyah
Yogyakarta
Eliza (2014). Hubungan antara status gizi
terhadap proses penyembuhan luka Meilany dkk (2012). Pengaruh malnutrisi
post sectio caesaria di Ruang Dewi dan faktor lainya terhadap kejadian
Kunti RSUD Kota Semarang. wound Dehiscence pada
Jurnal Keperawatan Marternitas. pembedahan abdominal anak pada
Volume 2, No 1; 20-26 periode perioperatif. Sari Pediatrik

Greyling (2010). Nutritional support for Mitrawati dkk (2015). Hubungan


the patient with Wounds: food mobilisasi dini dengan lamanya
Intake and supplementation. penyembuhan luka pasien pasca
Wound Healing Southern Africa. operasi apekdiktomi di Ruang
Volume 3 No.1 Bedah RSUD Jend A. Yani Metro.
Jurnal Kesehatan Holistik.Vol , No
Hockenberry-Eaton, M., D., Winkalstein, 2 April 2015:71-75
M. L., & Schartz, P. (2009),
Wong’s essentials of pediatric Moh Nazir (2014). Metode penelitian.
nursing (7th ed). St. Louis: Mosby, Galia indonesia. Bogor Jawa Barat
inc.
Roupakias & Mitasakou (2012). Surgical
morbility in obes children. Asia
Irma Puspita Arisabti. (2013). Manajemen Journal of Surgery. 35,99-103
perawatan luka : Konsep Luka.
EGC. Jakarta Sandi dkk (2015). Infeksi luka operasi
(ILO) pada pasien post Operasi
Johanses et al (2011). Prologed legth of laparatomi. Poltekes Kemenkes.
stay and many readmissions after Malang
appendictomy. Danish Medical
Bulletin Seniwati dkk (2012). Faktor-Faktor yang
berhubungan dengan proses
Kusumumayanti dkk (2012). Faktor- penyembuhan luka sectio caseria di
Faktor yang mempengaruhi lama Ruang Perawatan Nifas RSUD
perawatan pada pasien pasca Labuhan Baji Makassar. Stikes
operasi laparatomi di Instalasi Nani Hasanuddin Makasar.
Rawat Inap BRSU Tabanan. Volume 1 Nomor 5 tahun 2012;
Univeritas Udayana ISSN:2302-1721

Nugroho (2012). Hubungan asupan nutrisi Sulistiyawati (2008). Efektivitas


dengan lama penyembuhan luka mobilisasi diini terhadap
post operasi Hernia Ingunalis di penyembuhan luka post operasi
Rumah Sakit Beda Mitra Sehat apendisitis. Jakarta
Lamongan. Surya. Vol.03,No.XIII,
Desember 2012 Susetyowati dkk (2010). Status gizi pasien
pasca bedah mayor preoperasi
berpengaruh terhadap

9
penyembuhan luka dan lama rawat
inap pasca operasi di RSUP Dr Wirda Faswita (2016). tindakan perawatan
Sardjito Yogyakarta. Jurnal Gizi luka pada pasien fraktur terbuka
Klinik Indonesia. Vol.7,No.1, juli terhadap penyembuhan Luka di
2010 Rumah Sakit Islam Haji Medan
Tahun 2015. Jurnal Ilmiah Reseach
Widjianingsih & Wirjatmadi (2013). Sains Vol.2 No.2 Juni 2016
Hubungan tingkat komsumsi gizi
dengan proses penyembuhan luka Wong dkk, 2009. Buku ajar keperawatan
pasca operasi sectio cesarea. pediatrik Volume 1&2. Jakarta :
depatermen gizi kesehatan, EGC
Universitas Airlangga. Surabaya

10

Anda mungkin juga menyukai