Kelompok : 4 Gelombang 3
Kelas : FA2
A. Tujuan Praktikum
Dapat mengetahui pola pengobatan, monitoring dan evaluasi terhadap peptic ulcer
dan obesitas.
B. Prinsip
Pemahaman terhadap aspek farmakoterapi dan aspek pelayanan kefarmasian.
C. Dasar Teori
Berdasarkan proyeksi IDF, satu-satunya negara di wilayah Asia Tenggara yang masuk
ke dalam 10 daftar jumlah tertinggi penyandang diabetes tahun 2019 ialah Indonesia,
yakni di urutan ke tujuh dengan jumlah mencapai 10,7 juta. Diperkirakan pada tahun
2030 mendatang penyandang DM di Indonesia mencapai 21,3 juta jiwa dan DM juga
akan menduduki peringkat ke-7 penyebab kematian di dunia (Sitorus et al., 2018).
Tukak Peptik berupa suatu keadaan rusaknya jaringan mukosa, submukosa hingga
lapisan otot dari suatu daerah saluran pencernaan atas yang berhubungan dengan cairan
lambung asam/pepsin sehingga menimbulkan luka yang bersifat kronik. Secara klinis,
suatu tukak peptik adalah hilangnya lapisan lebih dalam dari mukosa lambung maupun
duodenum dengan diameter > 5 mm yang dapat diamati secara endoskopi atau radiologi
(Akil, 2014). Tukak peptik yang terdapat di lambung pada umumnya disebut juga tukak
lambung (tukak gaster) dan yang terdapat di duodenum disebut sebagai tukak duodenum.
Tukak peptik merupakan keadaan yang perlu mendapat perhatian yang serius karena
prevalensinya yang cukup tinggi. Penyakit ini setidaknya pernah dialami oleh 5-10%
penduduk dunia. Di Amerika Serikat, kasus tukak peptik dijumpai pada sekitar 4,5 juta
penduduk per tahun. Penelitian di Swedia penderita tukak peptik adalah 4,1% dari 1.001
subjek. Penelitian di China menunjukkan prevalensi kasus tukak peptic sebesar 17,2%
dari 1.022 subjek. Prevalensi penyakit tukak peptic di Indonesia berkisar 6-15% dengan
rataan usia antara 20-50 tahun (Raehana, 2021). Prevalensi tukak peptik di Indonesia ini
menempati urutan ke-14 terbanyak di dunia dan nomor 3 di Asia (WHO, 2017).
Menurut WHO, angka kematian akibat tukak peptik di Indonesia mencapai 17.494
atau 1,04% dari total kematian. Angka ini membawa tukak peptik menempati urutan ke-
22 dari 50 penyebab kematian di Indonesia dengan angka kematian 9,56 per 100.000
penduduk (WHO, 2017).
Penyebab dari tukak peptik berupa penggunaan NSAID dan infeksi H. Pylori. Adanya
riwayat pengobatan NSAID dapat mempengaruhi pola penggunaan obat secara benar dan
tepat. Ketidaktepatan obat yang diberikan dapat menimbulkan kegagalan terapi dan
memicu komplikasi. Ditemukan sedikitnya 25% kasus komplikasi pada tukak peptik
berupa perdarahan saluran (Santika, 2019).
Alat Bahan
Komputer/laptop Resep
LCD
HP
Internet
Alat tulis
E. Prosedur Kerja
1. Studi Kasus KIE : Regimen penyakit ulkus peptikum
Seorang bapak, dengan usia 41 tahun, datang ke IGD di suatu rumah sakit
dengan keluhan nyeri yang hebat di sekitar perut, kembung, mual dan
terkadang disertai sesak nafas. Dokter meresepkan :
R/ Lansoprazol 30 mg, sehari 1x1
Bagaimana guideline terapi untuk GERD ?
Bunga, berusia 20 tahun, sejak kecil sudah berbadan gemuk. Saat ini dia
mempunyai berat badan 75 kg dengan tinggi badan 157 cm. Lingkar
pinggang/perutnya : 95 cm. Hasil medical check up :
Kolesterol total : 275 mg/dL
Kolesterol LDL : 180 mg/dL
Kolesterol HDL : 40 mg/dL
Trigliserida : 250 mg/dL
Glukosa puasa : 125 mg/dL
Ayahnya sudah meninggal karena PJK saat usia 58 tahun, ibunya
penderita DM semenjak 5 tahun yang lalu.
Tn. Beton mengeluhkan nyeri pada bagian ulu hati sudah 3 hari, dan
melakukan pemeriksaan ke dokter. Hasil dari pemeriksaan, dokter
mendiagnosa pasien mengalami peptic ulcer dikarenakan H.Pylori dan
dokter meresepkan obat :
Berapa jumlah obat lansoprazole yang didapat oleh pasien tersebut
Pasien ingin menebus obat dengan membawa resep ke Apotek BK Farm dan
ingin menebus lansoprazole sebanyak 15 kapsul. Bagaimana penulisan di
salinan resep?
F. Data Pengamatan
1. Studi Kasus KIE : Regimen penyakit ulkus peptikum
Apakah regimen obatnya sudah tepat ?
Regimen obat yang diberikan dinyatakan kurang tepat pada pemberian
kombinasi antibiotic yang direepkan. Selain itu waktu lamanya konsumsi obat
dinyatakan kurang tepat.
Perubahan yang direkomendasikan
Konfirmasi kepada dokter penulis resep, kemudian rekomendasikan perubahan
obat dan lamanya waktu konsumsi obat yang disarankan :
- Omeprazole 20 mg : 2x1 selama 7 hari
- Azitromisin diganti menjadi Klaritromisin 500 mg : 2x1 selama 7 hari.
Klaritromisin lebih efektif digunakan untuk pengobatan ulkus peptikum.
- Amoksisillin 1000 mg : 2x1 selama 7 hari
Bagaimana rencana monitoring dan konseling yang akan dilakukan ke pada Bapak
Edi ?
Apabila pengobatan telah diberikan, maka perlu dilakukan monitoring dan
konseling untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan dan kemampuan pasien
dalam menjalani pengobatan serta untuk memantau terapi yang telah dijalani oleh
pasien. Konseling yang dilakukan antara lain:
a. Pemberian informasi obat terkait aturan pakai obat
- Omeprazole 20 mg – 2 x sehari selama 7 hari
Omeprazole merupan obat yang berfungsi untuk mengatasi sakit akibat
tukak peptic, Omeprazole dikonsumsi sehari 2 kali setiap 12 jam yaitu
pada (jam 7.00 pagi untuk dosis pertama dan jam 19.00 malam untuk dosis
kedua) 30-60 menit sebelum makan
- Klaritromisin 500 mg – 2 x sehari selama 7 hari
Klaritromisin merupakan antibiotic yang berfungsi untuk mengobati
infeksi bakteri penyebab tukak peptic, Klaritromisin dikonsumsi sehari 2
kali setiap 12 jam yaitu pada (jam 7.00 pagi untuk dosis pertama dan jam
19.00 malam untuk dosis kedua) 30-60 menit setelah makan, selama 7 hari
obat harus dihabiskan
- Amoksisilin 1000 mg – 2 x sehari selama 7 hari
Amoksisilin merupakan antibiotic yang berfungsi untuk mengobati infeksi
bakteri penyebab tukak peptic, amoksisillin dikonsumsi sehari 2 kali setiap
12 jam yaitu pada (jam 7.00 pagi untuk dosis pertama dan jam 19.00
malam untuk dosis kedua) 30-60 menit setelah makan, selama 7
hari obat harus dihabiskan
Non Farmakologi
a. Olahraga yang teratur misalnya jalan cepat, seminggu 3-4 kali selama 20
menit, dan
b. meningkatkan aktivitas fisik yang lain.
c. Mengurangi makanan berlemak seperti daging, jeroan, dan seafood.
d. Menghindari makanan olahan atau siap saji
e. Mengurangi konsumsi makanan manis seperti cokelat, permen.
f. Perbanyak makanan berserat seperti sayur dan buah
d. Probukol
Obat ini dapat menurunkan kadar HDL dan LDL, maka obat ini tidak
disukai. Namun sifat antioksidannya penting dalam menghambat
aterosklerosis.
- Mekanisme Kerja : Menghambat oksidasi kolesterol, sehingga terjadi
penguraian LDL-kolesterol yang teroksidasi oleh makrofag.
- Efek Samping : Gangguan pencernaan ringan.
- Kontra Indikasi : Ibu hamil dan menyusui, anak-anak dan remaja.
Hasil
Aspek Keterangan
Pengkajian
Lansoprazole
Nama Obat Ada Amoxicillin
Klaritromisin
Lansoprazole : Lansoprazole
Kandungan Zat
Ada Amoxicillin : Amoxicillin
Aktif
Klaritromisin : Klaritromisin
Lansoprazole : Kapsul
Bentuk Sediaan Ada Amoxicillin : Tablet
Klaritromisin : Tablet
Lansoprazole : -
Kekuatan
Ada Amoxicillin : 500 mg
Sediaan
Klaritromisin : 500 mg
c. Pengkajian Klinis
Hasil
Aspek Keterangan
Pengkajian
Lansoprazole : menurunkan
produksi asam lambung dan
Ketepatan indikasi meredakan gejala akibat
Sudah tepat
dan dosis peningkatan asam lambung.
Amoxicillin : antibiotik untuk
mengatasi infeksi bakteri.
Klaritomisin : obat golongan
antibiotik makrolid yang
digunakan untuk mengatasi
berbagai jenis infeksi bakteri.
Lansoprazole : sehari dua kali
satu kapsul.
Aturan dan cara Amoxicillin : sehari dua kali
Sudah tepat
penggunaan obat satu tablet
Klaritomisin : sehari dua kali
satu tablet
Duplikasi dan/atau
- -
Polifarmasi
Efek samping
Lansoprazole: Efek samping
yang mungkin terjadi dari
lansoprazole yaitu mual, perut
kembung, sakit perut, sembelit
atau malah diare, sakit
kepala, atau pusing.
Amoxicillin: Efek samping
yang mungkin terjadi dari
ROTD (Alergi, ESO) -
Amoxicillin yaitu mual, muntah
dan diare.
Klaritomisin: Efek samping
yang mungkin terjadi dari
klaritomisin yaitu sakit perut,
mual, muntah, diare, gangguan
pada indra pengecap atau
terjadinya perubahan rasa dan
sakit kepala.
Kontraindikasi - Lansoprazole: Lansoprazole
tidak boleh diberikan pada
orang dengan hipersensitivitas
terhadap obat ini atau
hipersensitivitas terhadap obat
golongan proton pump
inhibitor (PPI) lainnya.
Amoxicillin: pasien yang punya
riwayat alergi terhadap
amoxicillin dan antibiotik
golongan penisilin lainnya,
serta antibiotik golongan
sefalosporin.
Klaritomisin: pasien yang
Hipersensitif terhadap
clarithromycin atau antibiotik
jenis makrolida lainnya
Etiket Lansoprazol
APOTEK BK FARMA
Jl. Soekarno Hatta No. 754Telp. 022-7830768
APA : apt. Bhakti Kencana,M.Farm
SIPA : 503/0081-
SIPA/DPMPTSP/IV/2021
SIA : 503/0020-PPK-
IA/DPMPTSP/IV/2021
No.
Tgl. 11-04 2022
Nama : Tn.Beton
Tgl Lahir:-
Sehari 2 X 1
Tab/capsul/Bungkus
DIHABISKAN/JIKA PERLU
Pagi: Siang:-
Malam:
Etiket Amoksisilin
APOTEK BK FARMA
Jl. Soekarno Hatta No. 754Telp. 022-7830768
APA : apt. Bhakti Kencana,M.Farm
SIPA : 503/0081-
SIPA/DPMPTSP/IV/2021
SIA : 503/0020-PPK-
IA/DPMPTSP/IV/2021
No.
Tgl. 11-04 2022
Nama : Tn.Beton
Tgl Lahir:-
Sehari 2 X 1
Tab/capsul/Bungkus
Khasiat : Antibiotik
DIHABISKAN/JIKA PERLU
Pagi: Siang:-
Malam:
Etiket Klaritromisin
APOTEK BK FARMA
Jl. Soekarno Hatta No. 754Telp. 022-7830768
APA : apt. Bhakti Kencana,M.Farm
SIPA : 503/0081-
SIPA/DPMPTSP/IV/2021
SIA : 503/0020-PPK-
IA/DPMPTSP/IV/2021
No.
Tgl. 11-04 2022
Nama : Tn.Beton
Tgl Lahir:-
Sehari 2 X 1
Tab/capsul/Bungkus
Khasiat : Antibiotik
DIHABISKAN/JIKA PERLU
Pagi: Siang:-
Malam:
Copy Resep
G. Pembahasan
Tentang teknik compounding dan dispensing obat untuk obesitas dan antiulser.
Praktikum ini Dilakukan dengan metode praktikum langsung di laboratorium farmasi.
CND merupakan teknik pembuatan obat yang dilakukan dengan mencampurkan
bahan-bahan obat dengan cara yang tepat. Teknik ini dapat digunakan untuk membuat
obat yang tidak tersedia di pasaran atau untuk menyesuaikan obat dengan kebutuhan
pasien. Dispensing tablet merupakan teknik pemberian obat dalam bentuk tablet.
Teknik ini harus dilakukan dengan hati-hati untuk memastikan bahwa tablet diberikan
dengan dosis yang tepat dan sesuai dengan kondisi pasien. Pada praktikum ini,
compounding menggunakan alat-alat dan bahan-bahan yang sesuai. Proses
compounding dilakukan dengan mengikuti prosedur yang benar sehingga
menghasilkan sirup yang berkualitas. Dispensing tablet dilakukan dengan cara
menimbang tablet sesuai dengan dosis yang dibutuhkan. Tablet kemudian dimasukkan
ke dalam wadah yang sesuai dan diberi etiket yang informatif. Praktikum ini
memberikan pemahaman tentang teknik compounding dan dispensing obat yang baiik.
Praktikum ini juga dapat meningkatkan keterampilan mahasiswa dalam CND.
Antiulser adalah obat yang digunakan untuk mengobati penyakit tukak lambung dan
duodenum obat antiulser bekerja dengan cara mengurangi produksi asam lambung,
melindungi dinding lambung dan duodenum dari asam lambung, dan membantu proses
penyembuhan tukak lambung dan duodenum.
KIE obesitas dapat dilakukan dengan cara: Menyampaikan informasi tentang obesitas,
termasuk pengertian, penyebab,Dampak, dan cara mencegahnya. Menyampaikan tips
untuk menurunkan berat badan
H. Kesimpulan
I. Daftar Pustaka
Akil H. A. 2014, Tukak Duodenum, Dalam : Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Simadibrata
M, Setiyohadi B, Syam AF, editor. Buku ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi Ke-6,
Interna Publishing, Jakarta, Indonesia.
Alfiawati, N., & Mutmainah, N. (2015). Evaluasi Penggunaan Obat Pada Pasien Tukak
Peptik Di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten Tahun 2014
(Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta).
American Diabetes Association. (2014). Diagnosis and Classification of Diabetes
Mellitus. Diabetes Care, 37(SUPPL.1), 81–90.
Cahyaningrum, N. (2023). Hubungan Pola Makan 3j Dan Perilaku Sedentari Dengan
Status Kadar Gula Darah Pasien Dm Tipe 2 (Studi Kasus Di Puskesmas
Mulyoharjo). Nutrizione: Nutrition Research And Development Journal, 3(1), 12-22.
Dipiro, J. T., Talbert, R.L., Yee, G.C., Matzke, G.R., Wells, B.G and Posey, L.M. 2015.
Pharmacotherapy: A Patophysiologic Approach, 9th Edition. New York: Mc Graw
Hill.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2020). Tetap Produktif, Cegah dan Atasi
Diabetes Mellitus. In pusat data dan informasi kementrian kesehatan RI.
Langley, C. A., & Belcher, D. (2012). Pharmaceutical Compounding and Dispensing.
Pharmaceutical Press.
Peraturan Menteri Kesehatan No. 35 Tahun 2014 Tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Apotek.
Raehana, N.S. 2021, Efek Gastroprotektif Pemberian Rimpang Kunyit (Curcuma
domestica Val.) dari Ulkus Lambung yang Diinduksi oleh NSAID, J. Med. Hutama,
2(4):1053–1059.
SAMOSIR, N. A. (2017). Tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan Komunikasi,
Informasi, dan Edukasi (KIE) obat dengan Resep oleh Tenaga Teknis Kefarmasian di
Apotek RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan.
Santika, N.Y., Rise D., Muhammad A.Y. 2019, Evaluasi Penggunaan Obat Tukak Peptik
pada Pasien Tukak Peptik di Instalasi Rawat Inap RSUD Sultan Syarif Mohamad
Alkadrie Pontianak, Majalah Farmaseutik, 15(1):1-15.
Saputera, M. D., & Budianto, W. (2017). Diagnosis dan Tata Laksana Gastroesophageal
Reflux Disease (GERD) di Pusat Pelayanan Kesehatan Primer. Cermin Dunia
Kedokteran, 44(5), 329-332.
Sitorus, N., Epid, M., S, O. S., Yunita, I., Putri, S., & Psi, S. (2018). Determinan Kualitas
Hidup Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Di Kota Bogor Tahun 2018 Tim Pelaksana :
Kementerian Kesehatan RI
Suiraoka, I. (2012). Penyakit Degeneratif: Mengenal, Mencegah dan Mengurangi faktor
resiko 9 Penyakit Degenaratif. Nuha Medica, 1–123.
WHO. 2017, World health rangkings : peptic ulcer disease, Geneva, World Health
Organization Departemen of Noncommunicable disease surveillance.