Disusun oleh:
KELOMPOK 1 / GOLONGAN B2
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS ILMU - ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2019
KONSELING FARMASIS KEPADA IBU HAMIL
I. Judul
Konseling Farmasis kepada Pasien Ibu Hamil.
II. Tujuan
1. Memberikan konseling tentang obat-obatan yang sesuai dengan kondisi dan
keluhan pasien didasarkan pada indikasi obat, kontraindikasi, aturan pakai
dan efek samping yang mungkin terjadi
2. Mampu berkomunikasi efektif dan etis untuk memantapkan hubungan
professional antar farmasis dengan pasien dan dokter dalam rangka
memberikan terapi obat yang sesuai
III. Identifikasi dan Perumusan Masalah
1. Identifikasi Masalah
Konseling merupakan proses interaktif antara Apoteker dengan
pasien/keluarga untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman, kesadaran
dan kepatuhan sehingga terjadi perubahan perilaku dalam penggunaan obat
dan menyelesaikan masalah yang dihadapi pasien. Untuk mengawali
konseling, Apoteker menggunakan three prime questions (Depkes RI,
2016).
Kriteria pasien/keluarga pasien yang perlu diberi konseling (Depkes
RI, 2016):
1. Pasien kondisi khusus (pediatri, geriatri, gangguan fungsi hati dan/atau
ginjal, ibu hamil dan menyusui).
2. Pasien dengan terapi jangka panjang/penyakit kronis
(misalnya:TB,DM, AIDS, epilepsi).
3. Pasien yang menggunakan obat dengan instruksi khusus(penggunaan
kortikosteroid dengan tappering down/off).
4. Pasien yang menggunakan obat dengan indeks terapi sempit(digoksin,
fenitoin, teofilin).
5. Pasien dengan polifarmasi; pasien menerima beberapa obatuntuk
indikasi penyakit yang sama. Dalam kelompok ini jugatermasuk
pemberian lebih dari satu obat untuk penyakit yangdiketahui dapat
disembuhkan dengan satu jenis obat.
6. Pasien dengan tingkat kepatuhan rendah.
Tujuan dilakukannya konseling adalah memberikan pemahaman
yang benar mengenai Obat kepada pasien/keluarga pasien antara lain
tujuan pengobatan, jadwal pengobatan, cara dan lama penggunaan Obat,
efek samping, tanda-tanda toksisitas, cara penyimpanan dan penggunaan
Obat (Kemenkes, 2014).
Kasus konseling kali ini adalah pasien ibu hamil. Obat dapat
menyebabkan efek yang tidak dikehendaki pada janin selama masa
kehamilan. Selama kehamilan, seorang ibu dapat mengalami berbagai
keluhan atau gangguan kesehatan yang membutuhkan obat. Banyak obat
yang dapat melintasi plasenta. Dalam plasenta obat mengalami proses
biotransformasi, mungkin sebagai upaya perlindungan dan dapat terbentuk
senyawa antara yang reaktif, yang bersifat teratogenik/dismorfogenik.
Oleh karena itu pada penggunaan obat pada wanita hamil perlu berhati-hati
(Binfar, 2006).
Pelaksanaan komunikasi dapat dilakukan berbagai cara tergantung
dari tujuan pesan dan efek yang diharapkan. Teknik komunikasi yang
lazim dilakukan adalah komunikasi informatif, komunikasi persuasif, dan
komunikasi konversif. Komunikasi informatif merupakan penyampaian
pesan berupa pemberitahuan dari seseorang kepada orang lain. Sifat
komunikasi ini dapat bersifat lisan maupun tulisan. Komunikasi persuasif
merupakan suatu proses penyampaian dengan cara membujuk sehingga
komunikan dengan kesadaran sendiri dan sukarela bersedia menerima dan
melaksanakan isi pesan. Komunikasi persuasif lebih menekankan
perubahan tingkah laku, maka teknik yang dilakukan adalah komunikasi
lisan secara langsung atau tatap muka karena komunikator mengharapkan
tanggapan saat itu juga. Komunikasi konversif merupakan proses
penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan dengan cara
paksaan. Teknik komunikasi mengandung sangsi dan apabila pesan tidak
dilaksanakan akan menanggung risiko dan akibatnya. Komunikasi ini
biasanya dalam bentuk peraturan, instruksi, keputusan dan lain sebagainya
(DepKes RI, 2009).
Pada MIMS (2019), Penggolongan obat berdasarkan faktor-faktor
resiko pada masa kehamilan dapat mengacu pada sistem penggolongan
FDA (Food and Drug Administration). Dimana, penggunaan obat-obatan
pada ibu hamil dikategorikan berdasarkan risiko terhadap sistem
reproduksi dan perkembangan janin dan besarnya perbandingan antara
risiko dan manfaat obat. Obat dari kategori D, X, dan sebagian C, mungkin
memiliki risiko yang sama besarnya tetapi kategorinya tidak sama karena
memiliki perbedaan dalam hal besarnya perbandingan risiko dan manfaat.
a. Kategori A : Studi terkontrol pada wanita tidak memperlihatkan
adanya risiko pada janin pada kehamilan trimester 1 (dan tidak ada
bukti mengenai resiko terhadap trimester berikutnya), dan kecil
kemungkinannya untuk membahayakan janin.
b. Kategori B : Studi terhadap sistem reproduksi binatang percobaan
tidak memperlihatkan adanya risiko pada janin tetapi tidak ada studi
terkontrol pada ibu hamil, atau studi terhadap reproduksi binatang
percobaan memperlihatkan adanya efek samping (selain penurunan
fertilitas) yang tidak dilaporkan terjadi pada studi terkontrol terhadap
wanita hamil trimester 1 (dan ditemukan bukti mengenai risiko pada
trisemester selanjutnya).
c. Kategori C : Studi terhadap binatang percobaan memperlihatkan
adanya efek samping pada janin (teratogenik atau embriosidal atau
lainnya), dan tidak ada studi terkontrol pada wanita, atau belum ada
studi terkontrol pada wanita dan binatang percobaan. Obat hanya
boleh digunakan jika besarnya manfaat yang diharapkan melebihi
besarnya risiko terhadap janin.
d. Kategori D : Ada bukti positif mengenai risiko terhadap janin
manusia, tetapi besarnya manfaat yang diperoleh mungkin lebih besar
dari risikonya (misalnya jika obat diperlukan untuk mengatasi situasi
yang mengancam jiwa atau untuk penyakit serius yang tidak efektif
atau tidak mungkin diatasi dengan obat yang lebih aman.
e. Kategori X : studi terhadap binatang percobaan atau manusia telah
memperlihatkan adanya abnormalitas terhadap janin berdasarkan
pengalaman pada manusia ataupun pada manusia dan binatang
percobaan, dan risiko penggunaan obat pada wanita hamil jelas-jelas
melebihi manfaat yang mungkin diperoleh. Obat dalam kategori ini
dikontraindikasikan pada wanita yang sedang atau memiliki
kemungkinan untuk hamil.
Adapun tahap kegiatan konseling, yaitu (DepKes RI, 2016):
a. Membuka komunikasi antara Apoteker dengan pasien.
b. Menilai pemahaman pasien tentang penggunaan obat melalui Three
Prime Questions, yaitu:
1) Apa yang disampaikan dokter tentang obat Anda?
2) Apa yang dijelaskan oleh dokter tentang cara pemakaian obat
Anda?
3) Apa yang dijelaskan oleh dokter tentang hasil yang diharapkan
setelah Anda menerima terapi obat tersebut?
Rumah : Praktek :
Jl. Mawar No. 301 Jl. Mewangi No. 123
Purwokerto Purwokerto
Telp. 0281-323571 Telp.0281-325768
Purwokerto, 21 april 2018
V. Pembahasan
DAFTAR PUSTAKA
Army, Y. 2007. Media Sehat. Semarang: Arfmedia Group.
Binfar. 2006. Pedoman Pelayanan Farmasi Untuk Ibu Hamil dan Menyusui.
Jakarta : Direktorat Bina Farmasi Komunitas Dan Klinik Departemen
Kesehatan RI.
Cheng, X., Wang, G., Lee, K.K., Yang, X. 2014. Dexamethasone Use During
Pregnancy: Potential Adverse Effects On Embryonic Skeletogenesis.
Curr Pharm Des. 20(34):5430-7.
DepKes RI. 2009. Pegangan Fasilitator Kelas Ibu Hamil. Jakarta: DepKes RI.