SWAMEDIKASI
Dosen Pengampu : apt. Linda P. Suherman, S. Farm., M. Si.
Disusun Oleh:
Kelompok 6 D
KESIMPULAN………………………………………………………………………………………...15
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………………….15
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Swamedikasi atau pengobatan sendiri merupakan bagian dari upaya masyarakat menjaga
kesehatannya sendiri. Pada pelaksanaanya, swamedikasi /pengobatan sendiri dapat menjadi
masalahterkait obat (Drug Related Problem) akibat terbatasnya pengetahuan mengenai obat dan
penggunaannya (Nur Aini, 2017). Dasar hukum swamedikasi adalah peraturan Menteri Kesehatan
No. 919 Menkes/Per/X/1993. Menurut Pratiwi, et al (2014) swamedikasi merupakan salah satu
upaya yang sering dilakukan oleh seseorang dalam mengobati gejala sakit atau penyakit yang sedang
dideritanya tanpa terlebih dahulu melakukan konsultasi kepada dokter. Swamedikasi yang tepat,
aman,dan rasional terlebih dahulu mencari informasi umum dengan melakukan konsultasi kepada
tenaga kesehatan seperti dokter atau petugas apoteker. Adapun informasi umum dalam hal ini bisa
berupa etiket atau brosur. Selain itu, informasi tentang obat bisa juga diperoleh dari apoteker
pengelola apotek, utamanya dalam swamedikasi obat keras yang termasuk dalam daftar obat wajib
apotek (Depkes RI., 2006; Zeenot, 2013).
Prosedur Swamedikasi
b. Memperkenalkan diri,
c. Menawarkan bantuan,
Contoh komunikasi :
Melakukan pengumpulan informasi yang relevan, lengkap dan terstruktur dari aspck pasien,
penyakit, dan obat yang sesuai dengan masalah pasien. Relevan artinya informasi scsuai
dengan kondisi dan permasalahan pasien. Lengkap artinya informasi tersebut mencakup
aspek pasien, aspek penyakit dan aspek obat. Terstruktur artinya proses penggalian
informasi dilakukan secara sistematik sesuai kondisi pasien. Gunakan prinsip WWHAM
(Who, What symptom, howlong, acton, medicine).
b. Kondisi khusus misalnya hamil, menyusui, bayi, lanjut usia, diabetes mellitus dan lain
lain.
c. Pengalaman alergi atau reaksi yang tidak dinginkan terhadap obat tertentu.
d. Nama obat, zat berkhasiat, kegunaan, cara pemakaian, efek samping dan interaksi
obat
e. Pilihlah obat yang sesuai dengan gejala penyakit dan tidak ada interaksi obat dengan
Hal-hal yang perlu dinformasikan meliputi nama obat, indikasi, dosis dan cara
penggunaan, jangka waktu pemakaian, cara penyimpanan, tanggal batas guna, efek
samping dan cara mengatasinya (jika ada), makanan-minuman aktivitas yang harus
dihindari dan kepatuhan. Informasi-informasi tersebut dapat dilihat pada Pustaka seperti
Pedoman Penggunaan Obat Bebas dan Bebas Terbatas, MIMS, ISO atau situs resmi
informasi obat. Jika yang diberikan adalah obat bebas terbatas jangan lupa untuk
menginformasikan tanda peringatan yang ada pada kemasan. Informasi tambahan
mengenai terapi non farmakologi juga bisa diberikan untuk menunjang terapi
farmakologi.
5. Verifikasi informasi
Hal ini bertujuan untuk memastikan pemahaman pasien/keluarga pasien mengenai terapi
obat/non obat yang diberikan.
Contoh komunikasi :
"Bagaimana ibu, apakah sudah jelas informasi dari saya? Bisa ibu ulang mengenai
penggunaan obat ini?"
6. Penutup : Jangan lupa ucapkan semoga cepat sembuh dan jika gejala tidak membaik
hubungi dokter.
Contoh komunikasi :
«Baik ibu, ini obatnya. Jangan lupa jika dalam waktu 3 hari gejala yang anak ibu rasakan
tidak membaik, lebih baik untuk segera menghubungi dokter. Terima kasih sudah
berkunjung ke apotek kami. Selamat siang, semoga cepat sembuh."
2. RUMUSAN MASALAH
Mahasiswa mendapatkan 2 kasus soal mengenai swamedikasi terhadap pasien
Mahasiswa berperan menjadi Farmasis pada tahap komunikasi swamedikasi
Mahasiswa menganalisis kebutuhan pasien pada tahap komunikasi dan memilihkan
obat swamedikasi yang tepat
Mahasiswa menjelaskan informasi obat yang dipilih
3. TUJUAN PERCOBAAN
Mahasiswa diharapkan mampu melakukan pemilihan obat tanpa resep yang diperlukan
dengan tepat dan memberikan informasi terkait obat tersebut.
BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Kasus 1
Skenario :
Scorang perempuan dewasa datang ke apotek, meminta tolong kepada apoteker
memilihkan obat untuk mengatasi batuk yang dideritanya.
Tugas:
1. Lakukan pengumpulan data dan informasi dari pasien
2. Lakukan penetapan masalah, tulis pada lembar kerja
3. Berikan rekomendasi pemilihan obat terkait keluhan pasien, tulis pada lembar kerja
4. Lakukan pemberian informasi dan cara penggunaan obat kepada pasien
Pilihan Obat
LEMBAR KERJA STUDI KASUS 1
B. Kasus 2
Skenario :
Seorang ibu (27 tahun) datang ke apotek, meminta tolong apoteker memilihkan obat
untuk mengatasi demam yang diderita anaknya.
Tugas:
1. Lakukan pengumpulan data dan informasi
2. Lakukan penetapan masalah terkait keluhan pasien, tulis pada lembar kerja
3. Berikan rekomendasi pemilihan obat terkait keluhan pasien, tulis pada lembar
kerja
4. Lakukan pemberian informasi dan cara penggunaan obat kepada pasien
Pilihan Obat
LEMBAR KERJA STUDI KASUS 2
BAB III
KESIMPULAN DAN DAFTAR PUSTAKA
Kesimpulan :
Pada kasus 1 pasien atas nama Lala mengalami gatal ditenggorokan karena alergi dari
debu dan dingin. Apoteker merekomendasikan obat yaitu obat Vicks 44 karena obat ini
bisa menghangatkan tenggorokan, serta obat ini tidak menimbulkan rasa kantuk sehingga
pasien bisa bekerja seperti biasanya di malam hari. Untuk dosis obat Vicks 44 ini yaitu 2
sendok takar/ 10 ml. Gunakan setiap 4 jam sesuai kebutuhan sampai 6x sehari untuk 1
sendok takar = 15 ml/. Penyimpanan obat ini bisa di simpan dibawah suhu 30 derajat
celcius.
Pada kasus 2 pasien atas nama Nissa mengalami gusi bawah depan bengkak, demam.
Apoteker merekomendasikan obat yaitu obat Tempra Drops karena obat ini bisa
meredakan demam, sakit, dan nyeri gigi serta mudah diberikan kepada bayi karena
sediaannya sirup dan menggunakan pipet serta sediaan tidak pahit. Untuk dosis obat
Tempra Drops ini 0,8 ml sebanyak 4-5x/ hari selama 4 jam dan tidak lebih dari 5x.
Daftar Pustaka
Dirjen Binfar, 2006, Pedoman Penggunaan Obat bebas dan Bebas Terbatas, Depkes