Swamedikasi atau pengobatan sendiri merupakan bagian dari
upaya masyarakat menjaga kesehatannya sendiri. pada pelaksanaannya ,swamedikasi atau pengobatan sendiri dapat menjadi masalah terkait obat (Drug Related Problem) akibat terbatasnya pengetahuan mengenai obat dan penggunaannya.
Dasar hukum swamedikasi
adalah peraturan menteri Kesehatan No. 919 Menkes/Per/X/1993. Tepat golongan obat
Tepat lama Kriteria
Tepat kelas penggunaan Pelaksanaan terapi obat obat Swamedikasi
Tepat dosis obat • aman apabila digunakan sesuai dengan petunjuk (efek samping dapat diperkirakan),
• efektif untuk menghilangkan keluhan karena 80% sakit
bersifat self limiting, yaitu sembuh sendiri tanpa intervensi tenaga kesehatan,
• biaya pembelian obat relatif lebih murah dari pada biaya
pelayanan kesehatan,
• hemat waktu karena tidak perlu menggunakan fasilitas
Keuntungan atau profesi kesehatan,
Swamedikasi • kepuasan karena ikut berperan serta dalam sistem
pelayanan kesehatan
• menghindari rasa malu atau stres apabila harus
menampakkan bagian tubuh tertentu di hadapan tenaga kesehatan
• dan juga lebih mudah, cepat, hemat, tidak membebani
sistem pelayanan kesahatan dan dapat dilakukan oleh diri sendiri. dapat membahayakan kesehatan apabila tidak digunakan sesuai dengan aturan, pemborosan biaya dan waktu apabila salah menggunakan obat, kemungkinan kecil dapat timbul reaksi obat yang tidak diinginkan, misalnya sensitifitas, efek samping atau resistensi, penggunaan obat yang salah akibat salah diagnosis dan pemilihan obat dipengaruhi oleh pengalaman menggunakan obat di masa lalu dan lingkungan sosialnya. Swamedikasi menjadi tidak tepat apabila terjadi kesalahan mengenali gejala yang muncul, memilih obat, dosis dan keterlambatan alam mencari nasihat dan atau saran tenaga kesehatan jika keluhan berlanjut. Selain itu, risiko potensial yang dapat muncul dari swamedikasi antara lain adalah efek samping yang sering muncul namun parah, penggunaan obat yang kurang tepat mengakibatkan interaksi obat yang berbahaya, dosis tidak tepat, dan pilihan terapi yang salah (BPOM, 2014). 1.Obat bebas Obat golongan ini termasuk obat yang relatif paling aman, dapat diperoleh tanpa resep dokter, selain di apotek juga diperoleh di warung-warung. Obat bebas dalam kemasannya ditandai dengan lingkaran bewarna hijau. Contohnya adalah : parasetamol, asetosal, Vitamin C, antasida daftar obat esensial (DOEN) dan obat batuk hitam (OBH). 2.Obat bebas terbatas Obat golongan ini adalah juga relatif aman selama pemakaiannya mengikuti aturan pakai yang ada. Penandaan obat golongan ini adalah adanya lingkaran bewarna biru dan 6 peringatan khusus sebagaimana gambar di bawah. Sebagaimana obat bebas , obat ini juga dapat diperoleh tanpa resep dokter, dapat diperoleh di apotek, toko obat atau di warung-warung. Contohnya: obat flu kombinasi tablet dan ibuprofen. 3.Obat wajib Apotek Obat wajib Apotek adalah obat keras yang dapat diserahkan oleh Apoteker kepada pasien di Apotik tanpa resep dokter. Obat wajib apotik dalam pemberian nanti harus dicatat terkait data pasien dan penyakit yang diderita oleh Apoteker. Sesuai permenkes No.919/MENKES/PER/X/1993, kriteria obat yang dapat diserahkan : 1. Tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan pada wanita hamil, anak di bawah usia 2 tahun dan orang tua diatas 65 tahun. 2. Pengobatan sendiri dengan obat dimaksud tidak memberikan resiko pada kelanjutan penyakit. 3. Penggunaan tidak memerlukan cara atau alat khusus yang harus dilakukan oleh tenaga kesehatan. 4. Obat dimaksud memiliki rasio keamanan yang dapat dipertanggungjawabkan untuk pengobatan sendiri 1. Demam 2. Nyeri 3. Batuk 4. Flu 5. Maag 6. Diare 1.Senyum, sapa dan salam (3S) 2. Mendengarkan keluhan penyakit pasien yang ingin melakukan swamedikasi 3. Menggali informasi dari pasien meliputi : Tempat timbulnya gejala penyakit Seperti apa rasanya gejala penyakit Kapan mulai timbul gejala dan apa yang menjadi pencetusnya Sudah berapa lama gejala dirasakan Ada tidaknya gejala penyerta Pengobatan yang sebelumnya sudah dilakukan 4. Melakukan diagnosa, perlu atau tidak melakukan swamedikasi. Jika penyakit tidak dapat dilakukan swamedikasi maka dilakukan perujukan kedokter. 5.Memilihkan obat sesuai dengan kerasional dan kemampuan ekonomi pasien dengan menggunakan obat bebas, bebas terbatas dan obat wajib apotek 6.Memberikan informasi tentang obat yang diberikan kepada pasien meliputi: nama obat, tujuan pengobatan, cara pakai, lama pengobatan, efek samping yang mungkin timbul, hal yang harus dilakuakn maupun dihindari oleh pasien dalam menunjang pengobatan. Bila sakit berlanjut/lebih dari 3 hari hubungi dokter 7. Mendokumentasikan data pelayanan swamedikasi yang telah dilakukan.