Anda di halaman 1dari 10

1. Martha E.

Lopo

2.Molina D. Taek

3.Karolina p. nanga
Pengertian Swamedikasi

Swamedikasi atau pengobatan sendiri merupakan bagian dari


upaya masyarakat menjaga kesehatannya sendiri. pada
pelaksanaannya ,swamedikasi atau pengobatan sendiri dapat
menjadi masalah terkait obat (Drug Related Problem) akibat
terbatasnya pengetahuan mengenai obat dan penggunaannya.

Dasar hukum swamedikasi


adalah peraturan menteri
Kesehatan No. 919
Menkes/Per/X/1993.
Tepat
golongan
obat

Tepat lama Kriteria


Tepat kelas
penggunaan Pelaksanaan
terapi obat
obat Swamedikasi

Tepat dosis
obat
• aman apabila digunakan sesuai dengan petunjuk (efek
samping dapat diperkirakan),

• efektif untuk menghilangkan keluhan karena 80% sakit


bersifat self limiting, yaitu sembuh sendiri tanpa
intervensi tenaga kesehatan,

• biaya pembelian obat relatif lebih murah dari pada biaya


pelayanan kesehatan,

• hemat waktu karena tidak perlu menggunakan fasilitas


Keuntungan atau profesi kesehatan,

Swamedikasi • kepuasan karena ikut berperan serta dalam sistem


pelayanan kesehatan

• menghindari rasa malu atau stres apabila harus


menampakkan bagian tubuh tertentu di hadapan tenaga
kesehatan

• dan juga lebih mudah, cepat, hemat, tidak membebani


sistem pelayanan kesahatan dan dapat dilakukan oleh
diri sendiri.
 dapat membahayakan kesehatan apabila tidak digunakan sesuai
dengan aturan,
 pemborosan biaya dan waktu apabila salah menggunakan obat,
 kemungkinan kecil dapat timbul reaksi obat yang tidak diinginkan,
misalnya sensitifitas, efek samping atau resistensi,
 penggunaan obat yang salah akibat salah diagnosis dan pemilihan
obat dipengaruhi oleh pengalaman menggunakan obat di masa lalu
dan lingkungan sosialnya.
 Swamedikasi menjadi tidak tepat apabila terjadi kesalahan
mengenali gejala yang muncul, memilih obat, dosis dan
keterlambatan alam mencari nasihat dan atau saran tenaga
kesehatan jika keluhan berlanjut.
 Selain itu, risiko potensial yang dapat muncul dari swamedikasi
antara lain adalah efek samping yang sering muncul namun parah,
penggunaan obat yang kurang tepat mengakibatkan interaksi obat
yang berbahaya, dosis tidak tepat, dan pilihan terapi yang salah
(BPOM, 2014).
1.Obat bebas
Obat golongan ini termasuk obat yang relatif
paling aman, dapat diperoleh tanpa resep
dokter, selain di apotek juga diperoleh di
warung-warung. Obat bebas dalam
kemasannya ditandai dengan lingkaran
bewarna hijau. Contohnya adalah :
parasetamol, asetosal, Vitamin C, antasida
daftar obat esensial (DOEN) dan obat batuk
hitam (OBH).
2.Obat bebas terbatas
Obat golongan ini adalah juga relatif aman selama
pemakaiannya mengikuti aturan pakai yang ada.
Penandaan obat golongan ini adalah adanya
lingkaran bewarna biru dan 6 peringatan khusus
sebagaimana gambar di bawah. Sebagaimana
obat bebas , obat ini juga dapat diperoleh tanpa
resep dokter, dapat diperoleh di apotek, toko obat
atau di warung-warung. Contohnya: obat flu
kombinasi tablet dan ibuprofen.
3.Obat wajib Apotek
Obat wajib Apotek adalah obat keras yang dapat diserahkan oleh
Apoteker kepada pasien di Apotik tanpa resep dokter. Obat wajib
apotik dalam pemberian nanti harus dicatat terkait data pasien
dan penyakit yang diderita oleh Apoteker. Sesuai permenkes
No.919/MENKES/PER/X/1993, kriteria obat yang dapat
diserahkan :
1. Tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan pada wanita hamil,
anak di bawah usia 2 tahun dan orang tua diatas 65 tahun.
2. Pengobatan sendiri dengan obat dimaksud tidak memberikan
resiko pada kelanjutan penyakit.
3. Penggunaan tidak memerlukan cara atau alat khusus yang harus
dilakukan oleh tenaga kesehatan.
4. Obat dimaksud memiliki rasio keamanan yang dapat
dipertanggungjawabkan untuk pengobatan sendiri
1. Demam
2. Nyeri
3. Batuk
4. Flu
5. Maag
6. Diare
1.Senyum, sapa dan salam (3S)
2. Mendengarkan keluhan penyakit pasien yang ingin melakukan swamedikasi
3. Menggali informasi dari pasien meliputi :
Tempat timbulnya gejala penyakit
Seperti apa rasanya gejala penyakit
Kapan mulai timbul gejala dan apa yang menjadi pencetusnya
Sudah berapa lama gejala dirasakan
Ada tidaknya gejala penyerta
Pengobatan yang sebelumnya sudah dilakukan
4. Melakukan diagnosa, perlu atau tidak melakukan swamedikasi. Jika penyakit tidak
dapat dilakukan swamedikasi maka dilakukan perujukan kedokter.
5.Memilihkan obat sesuai dengan kerasional dan kemampuan ekonomi pasien dengan
menggunakan obat bebas, bebas terbatas dan obat wajib apotek
6.Memberikan informasi tentang obat yang diberikan kepada pasien meliputi: nama
obat, tujuan pengobatan, cara pakai, lama pengobatan, efek samping yang
mungkin timbul, hal yang harus dilakuakn maupun dihindari oleh pasien dalam
menunjang pengobatan. Bila sakit berlanjut/lebih dari 3 hari hubungi dokter
7. Mendokumentasikan data pelayanan swamedikasi yang telah dilakukan.

Anda mungkin juga menyukai