SWAMEDIKASI DIARE
Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
SURAKARTA
2019
BAB I
PENDAHULUAN
Swamedikasi yang tepat, aman,dan rasional terlebih dahulu mencari informasi umum
dengan melakukan konsultasi kepada tenaga kesehatan seperti dokter atau petugas apoteker.
Adapun informasi umum dalam hal ini bisa berupa etiket atau brosur. Selain itu, informasi
tentang obat bisa juga diperoleh dari apoteker pengelola apotek, utamanya dalam
swamedikasi obat keras yang termasuk dalam daftar obat wajib apotek (Zeenot, 2013).
Hasil Survey Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2014 menunjukkan bahwa
presentase penduduk yang melakukan swamedikasi / pengobatan diri sendiri akibat keluhan
kesehatan yang dialami sebesar 61,05%. Hal ini menunjukkan bahwa perilaku swamedikasi
di Indonesia masih cukup besar. Alasan masyarakat Indonesia melakukan swamedikasi atau
peresepan sendiri karena penyakit dianggap ringan (46%), harga obat yang lebih murah
(16%) dan obat mudah diperoleh (9%) (Kartajaya et al., 2011).
Meskipun begitu idealnya obat ini hanya dijual di apotek atau toko obat
berizin yang dikelola oleh minimal asisten apoteker dan harus dijual dengan
bungkus/kemasan aslinya. Hal itu disebabkan obat ini sebenarnya masih termasuk
dalam obat keras, artinya obat bebas terbatas aman hanya jika digunakan sesuai
dengan petunjuk. Oleh karenanya, obat bebas terbatas dijual dengan disertai beberapa
peringatan dan informasi memadai bagi masyarakat luas. Obat ini dapat dikenali
lewat lingkaran biru dengan garis tepi berwarna hitam yang mengelilingi. Contoh
obat bebas terbatas: obat batuk, obat flu, obat pereda rasa nyeri, obat yang
mengandung antihistamin (Depkes, 2006).
c. Obat Wajib Apotek
Obat Wajib Apotek adalah golongan obat yang wajib tersedia di apotek.
Merupakan obat keras yang dapat diperoleh tanpa resep dokter. Obat ini aman
dikonsumsi bila sudah melalui konsultasi dengan apoteker. Tujuan digolongkannya
obat ini adalah untuk melibatkan apoteker dalam praktik swamedikasi. Tidak ada logo
khusus pada golongan obat wajib apotek, sebab secara umum semua obat OWA
merupakan obat keras.
Sebagai gantinya, sesuai dengan ketetapan Menteri Kesehatan No
347/MenKes/SK/VII/1990 tentang DOWA 1; No 924/MenKes/PER/X/1993 tentang
DOWA 2; No 1176/MenKes/SK/X/1999 tentang DOWA 3 diberikan Daftar Obat
Wajib Apotek untuk mengetahui obat mana saja yang dapat digunakan untuk
swamedikasi. Obat wajib apotek terdiri dari kelas terapi oral kontrasepsi, obat saluran
cerna, obat mulut serta tenggorokan, obat saluran nafas, obat yang mempengaruhi
sistem neuromuskular, anti parasit dan obat kulit topikal (BPOM, 2004).
2.9. Etiologi
1. Faktor Infeksi :
a. Infeksi enteral (infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab
utama diare)
- Infeksi bakteri : Vibrio , E. Coli, Salmonella, Shigella dan sebagainya.
- Infeksi Virus : Rotavirus, adenovirus.
- Infeksi parasit : cacing (ascaris), protozoa (entamoeba histolytica, giardia
lambia).
b. Infeksi parenteral (infeksi diluar alat pencernaan) seperti :
otitis media akut (OMA), tonsilitis/tonsilofaringits, bronkopeneumonia,
ensefalitis dan sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak
berumur dibawah dua (2) tahun.
2. Faktor Malabsorpsi
a. Malabsorbsi karbohidrat
- Disakarida : interaksi laktosa, maltosa dan sukrosa
- Monosakarida : intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa
b. Malabsorbsi lemak
- Malabsorbsi protein
3. Faktor makanan
Faktor makanan ini yang seringkali bisa menyebabkan terjadinya diare. Diantaranya
yaitu akibat dari makanan basi, beracun, terlalu banyak lemak, sayuran dimasak
kurang matang, alergi tehadap makanan.
4. Lain – lain
a. Imunodefisiensi
b. Gangguan psikologis (cemas dan takut)
c. Faktor-faktor langsung ;
- KKP (Kurang Kalori Protein)
- Kesehatan pribadi dan lingkungan
- Sosioekonomi
2.10. Patofisiologi
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbul diare:
a) Diare Osmotik
Diare osmotik dapat terjadi dalam beberapa keadaan :
1.1. Intoleransi makanan, baik sementara maupun menetap. Situasi ini timbul bila
seseorang makan berbagai jenis makanan dalam jumlah yang besar sekaligus.
1.2. Waktu pengosongan lambung yang cepat
Dalam keadaan fisiologis makanan yang masuk ke lambung selalu dalam
keadaan hipertonis, kemudian oleh lambung di campur dengan cairan lambung
dan diaduk menjadi bahan isotonis atau hipotonis. Pada pasien yang sudah
mengalami gastrektomi atau piroplasti atau gastroenterostomi, makanan yang
masih hipertonik akan masuk ke usus halus akibatnya akan timbul sekresi air
dan elektrolit ke usus. Keadaan ini mengakibatkan volume isi usus halus
bertambah dengan tiba-tiba sehingga menimbulkan distensi usus, yang
kemudian mengakibatkan diare yang berat disertai hipovolumik intravaskuler.
Sindrom malabsorbsi atau kelainan proses absorbsi intestinal
1.3. Defisiensi enzim
Contoh yang terkenal adalah defisiensi enzim laktase. Laktase adalah enzim
yang disekresi oleh intestin untuk mencerna disakarida laktase menjadi
monosakarida glukosa dan galaktosa. Laktase diproduksi dan disekresi oleh sel
epitel usus halus sejak dalam kandungan dan diproduksi maksimum pada waktu
lahir sampai umur masa anak-anak kemudian menurun sejalan dengan usia. Pada
orang Eropa dan Amerika, produksi enzim laktase tetap bertahan sampai usia
tua, sedang pada orang Asia, Yahudi dan Indian, produksi enzim laktase cepat
menurun. Hal ini dapat menerangkan mengapa banyak orang Asia tidak tahan
susu, sebaliknya orang Eropa senang minum susu.
1.4. Laksan osmotik
Berbagai laksan bila diminum dapat menarik air dari dinding usus ke lumen.
Yang memiliki sifat ini adalah magnesium sulfat (garam Inggris). Beberapa
karakteristik klinis diare osmotik ini adalah sebagai berikut:
- Ileum dan kolon masih mampu menyerap natrium karena natrium diserap
secara aktif. Kadar natrium dalam darah cenderung tinggi, karena itu bila
didapatkan pasien dehidrasi akibat laksan harus diperhatikan keadaan
hipernatremia tersebut dengan memberikan dekstrose 5 %.
- Nilai pH feses menjadi bersifat asam akibat fermentasi karbohidrat oleh
bakteri.
- Diare berhenti bila pasien puasa. Efek berlebihan suatu laksan (intoksikasi
laksan) dapat diatasi dengan puasa 24-27 jam dan hanya diberikan cairan
intravena.
b) Diare sekretorik
Pada diare jenis ini terjadi peningkatan sekresi cairan dan elektrolit. Ada 2
kemungkinan timbulnya diare sekretorik yaitu diare sekretorik aktif dan pasif.
Diare sekretorik aktif terjadi bila terdapat gangguan aliran (absorpsi) dari lumen usus
ke dalam plasma atau percepatan cairan air dari plasma ke lumen. Seperti diketahui
dinding usus selain mengabsorpsi air juga mengsekresi sebagai pembawa enzim. Jadi
dalam keadaan fisiologi terdapat keseimbangan dimana aliran absorpsi selalu lebih
banyak dari pada aliran sekresi. Diare sekretorik pasif disebabkan oleh tekanan
hidrostatik dalam jaringan karena terjadi pada ekspansi air dari jaringan ke lumen
usus. Hal ini terjadi pada peninggian tekanan vena mesenterial, obstruksi sistem
limfatik, iskemia usus, bahkan proses peradangan.
c) Diare akibat gangguan absorpsi elektrolit
Diare jenis ini terdapat pada penyakit celiac (gluten enteropathy) dan pada penyakit
sprue tropik. Kedua penyakit ini menimbulkan diare karena adanya kerusakan di atas
vili mukosa usus, sehingga terjadi gangguan absorpsi elektrolit dan air.
d) Diare akibat hipermotilitas (hiperperistaltik)
Diare ini sering terjadi pada sindrom kolon iritabel (iritatif) yang asalnya psikogen
dan hipertiroidisme. Sindrom karsinoid sebagian juga disebabkan oleh
hiperperistaltik. Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus
menyerap makanan, sehingga timbul diare.
e) Diare eksudatif
Pada penyakit kolitif ulserosa, penyakit Crohn, amebiasis, shigellosis, kampilobacter,
yersinia dan infeksi yang mengenai mukosa menimbulkan peradangan dan eksudasi
cairan serta mukus.
1. Timbul mual, demam, sakit kepala, muntah, sakit perut, dan malaise secara tiba-tiba
2. Buang air besar menjadi sering, selama 60-72 jam
3. Nyeri kuadran kanan bawah, kram dan terdengar suara usus, merupakan
karakteristik penyakit usus halus
4. Pada diare usus besar, rasa sakit terasa mencengkram, sensasi sakit dengan telesmus
tegang dan tidak efektif. Nyeri melokalisasi sebelah kanan, daerah hipogastrikus,
atau sebelah kiri lebih ke bawah.
5. Pada diare kronis, ditandai juga dengan penurunan berat badan, anoreksia, dan
kelemahan kronis
2.13. Pencegahan
Untuk pencegahan diare akut akibat virus, dapat dicegah dengan cara menghindari
lokasi wabah diare tersebut. Sedangkan untuk diare akut akibat bakteri dapat dicegah
dengan penanganan bahan makanan yang baik, sanitasi air dan lingkungan.
Tindakan lain yang dapat dilakukan bila seseorang terkena diare adalah:
a. Hindari kopi dan susu.
b. Cuci tangan tiap selesai BAB untuk mencegah penularan.
c. Menjaga kebersihan diri dan lingkungan.
d. Memeriksa dehidrasi ringan sampai berat antara lain haus, mulut kering, lesu,
pucat, mengantuk, mata cekung, elastisitas kulit menurun,dan air seni sedikit dan
pekat.
2. Terapi Farmakologi
Berbagai obat yang digunakan dalam terapi diare dimasukan dalam kategori berikut:
antimotilitas, adsorben, antisekretori, antibiotik, enzim dan mikroflora usus. Obat yang
digunakan ini tidak menyembuhkan, namun bersifat paliatif (meringankan).
a. Opiat dan derivatnya. Opiat dan derivatnya meringankan gejala diare dengan cara
menunda transit isi intraluminal atau dengan meningkatkan kapasitas usus,
sehingga memperpanjang waktu kontak dan penyerapan. Enkefalin, uatu zat opiat
endogen, yang mengatur gerakan fluida didalam mukosa dengan merangsang
proses penyerapan. Dampak buruk penggunaan opiat adalah adanya resiko
ketergantungan dan kemungkinan memperburuk diare akibat infeksi. Opiat
umumnya bekerja melalui mekanisme sentral dan perifer kecuali pada loperamid.
Loperamid merupakan antisekretori yang bekerja pada sistem perifer dengan
menghambat pengikatan protein kalsium pada kalmodulin dan mengendalikan
sekresi klorida. Loperamid tersedia dalam sediaan kapsul 2 mg atau larutan 1 mg/5
ml. Dosis lazim dewasa adalah 4 mg peroral pada awal pemakaian diikuti 2 mg
setiap setelah devekasi hingga 16 mg perhari. Dephenoksilat adalah agen opiat lain
yang digunakan dalam penanganan diare. Tersedia dalam sediaan tablet 2,5 mg
atau larutan 2,5 mg/5 ml. Dosis pada orang dewasa 3 sampai 4 kali sehari 2,5-4
mg, dengan maksimum dosis 20 mg perhari. Selain itu defoksin, suatu turunan
defenoksilat juga sering digunakan sebagai kombinasi dengan atropin. Dosis
pemakaian pada dewasa adalah 2 mg pada awal pemakaian selanjutnya 1 mg setiap
setelah devekasi, dosis maksimum 8 mg perhari.
b. Adsorben. Adsorben digunakan untuk mengatasi munculnya gejala diare. Dalam
kerjanya, absorben bekerja secara tidak spesisfik dengan menyerap air, nutrisi,
racun, maupun obat. Pemberian adsorben bersama obat lain, akan menurunkan
bioavailabilitas obat lain tersebut. Polikarbofil terbukti efektif mampu menyerap
60 kali beratnya. Dosis pada orang dewasa adalah 4 kali sehari 500 mg hingga
maksimum 6 gram perhari. Adsorben lain yang dapat digunakan adalah Campuran
kaolin-pektin dengan dosis 30-120 ml setiap setelah buang air besar, atau attapulgit
dengan dosis 1200-1500 mg setiap setelah buang air besar.
c. Antisekretori. Bismut subsalisilat terbukti memeliki efek antisekretori,
antiinflamasi dan antibakteri. Sediaan obat ini adalah tablet kunyah 262 mg/tablet
atau 262 mg/5 ml larutan. Dosis pada orang dewasa adalah 2 tablet atau 30 ml
larutan setiap 30 menit untuk 1 sampai 8 dosis perhari. Oktreotide suatu analog
somatostatin endogen sintesis digunakan untuk mengatasi gejala karsinoid tumor
dan vasoaktif peptida yang disekresikan tumor. Dosis oktreotide bervariasi
tergantung indikasi. Oktreotide menghambat banyak aktivitas hormon
gastrointestinal sehingga penggunaanya banyak menimbulkan efek samping.
d. Pemberian suplemen zinc (Zn). Studi menunjukkan bawwa suplemen Zn (10-
20mg/hari sampai diare terhenti)secara signifikan mengurangi keberbahayaan dan
lama diare pada anak umur kurang dari 5 tahun.studi lain menunjukkan bahwa
tambahan suplemen Zn jangka pendek 10-20mg/hari selama 10-14hari
mengurangi insiden diare 2-3bulan berikutnya. Berdasarkan studi ini, sekarang
direkomendasikan pemberian suplemen Zn,10-20mg/hari selama 10-14hari
kepada semua anak yang diare.
e. Produk Lain. Sediaan laktobacilus dapat menggantikan mikroflora usus, sehingga
membantu mengembalikan fungsi normal usus dan mencegah pertumbuhan
mikroorganisme patogen. Namun, diet produk yang mengandung 200-400 mg
laktosa atau dekstrin sama efektifnya dengan memproduksi rekolonisasi flora
normal. Selain itu antikolinergik seperti atropin juga dapat membantu
memperpanjang transit usus.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
1. Diare non spesifik dapat terjadi akibat salah makan (makanan terlalu pedas sehingga
mempercepat peristaltik usus), ketidak mampuan lambung dan usus dalam
memetabolisme laktosa (terdapat dalam susu hewan) disebut lactose intolerance,
ketidak mamapuan memetabolisme sayuran atau buah tertentu (kubis, kembang kol,
sawi, nangka, durian), juga infeksi virus-virus non invasive yang terjadi pada anak
umur di bawah 2 tahun karena rotavirus.
2. Adapun tujuan terapi untuk pengobatan diare, yaitu rehidrasi untuk mengatasi
gangguan keseimbangan elektrolit dalam tubuh, mengobati diare dan mencegah
kematian akibat diare.
3. Usaha untuk mengatasi diare yaitu dengan cara memberi minuman, larutan oralit,
biasanya juga larutan larutan gula garam. Yang harus diperhatikan dalam pemberian
makanan dan minuman pada penderita diare adalah yang tidak memperparah kondisi
diare.
KASUS
Seorang Bapak bernama Bapak Marlino datang di apotek dengan keluhan sering
buang air besar tetapi sedikit-sedikit dan sering. Dengan keluhan lainnya perut melilit dan
pusing. Sehingga bapak tersebut menginginkan pengobatan diarenya bisa dilayani tanpa
resep dokter.
Penyelesaian
Metode WHAM
W (Who’s the patient and what are the symptoms ?) Bp. Marlino mengeluhkan
sering BAB tetapi sedikit-
sedikit merasa pusing dan perut
melilit
H (How long have the symptomps?) -
A (Action taken?) Belum
M (Medication being taken?) Belum
Metode ASMETTHOD
A (Age/Appearance) Bp. Marlino (45 Tahun)
S (Self or Someone Else) Untuk dirinya sendiri
M (Medication) -
E (Extra Medicines) -
T (Time Persisting) -
T (Taken anything for it or seen the doctor) -
H (History) Belum pernah mengalami penyakit ini,
tidak memiliki penyakit lain dan tidak
memiliki alergi
O (Other) Mengeluhkan sering BAB tetapi sedikit-
sedikit merasa pusing dan perut melilit
D (Danger Symptom) -
DRP : Tidak Ada
Pilihan terapi
1. Molagit
Golongan : Obat Bebas
Komposisi: Tiap kemasan obat molagit mengandung zat aktif attapulgite 700 mg
dan pectin 50 mg
Indikasi : kegunaan molagit adalah untuk mengobati gejala diare non spesifik
( diare yang belum diketahui penyebabnya)
Dosis : Dosis dewasa 2 tablet setelah sesudah diare atau setelah buang air
besar dengan dosis 12 tablet dalam 24 jam
Kontraindikasi: Jangan menggunakan obat ini untuk pasien yang memiliki
riwayat alergi terhadap obat ini, kontraindikasi untuk penderita gagal ginjal atau
hati parah, dan kontraindikasi untuk penderita lesi stenotik gastrointestinal,
konstipasi, dan obstruksi usus.
Efek samping: Efek samping gastrointestinal termasuk konstipasi, atau impaksi
feses (dosis besar), dyspepsia, perut kembung, dan mual
Interaksi obat : Mengurangi efek ipecacuanha dan obat golongan emetic lainnya,
hipoglikemia oral, antikoagulan, antagonis vitamin K, antikolinergik
antihistamin, antidepresan, antipsikotik, antiparkinson, produk yang
mengandung alumunium, kalsium, besi, magnesium dan atau mineral.
Harga : Rp.5.800
2. Neo Entrostop
Golongan : Obat Bebas
Komposisi : Attapulgite 650 mg dan pectin 50 mg
Indikasi : kegunaan molagit adalah untuk mengobati gejala diare non spesifik
(diare yang belum diketahui penyebabnya)
Dosis : Dosis dewasa 2 tablet setelah sesudah diare atau setelah buang air besar
dengan dosis 12 tablet dalam 24 jam
Kontraindikasi : Penderita konstipasi, mual, perut kembung, dan impaksi feses
(dosis besar)
Efek samping : konstipasi, perut kembung, sakit maag, mual, dan kram perut.
Interaksi obat : new entrostop dapat mengurangi penyerapan obat
trihexyphenidyl, eltrombopag, digoxin, dan lovastatin. Entrostop juga dapat
memperberat efek konstipasi dari obat pereda nyeri golongan opioid dan obat
batuk yang mengandung codein.
Harga : Rp. 6.800
3. Neo Diastop
Golongan : Obat bebas
Komposisi : Attapulgite 600 mg dan pectin 50 mg
Indikasi : kegunaan molagit adalah untuk mengobati gejala diare non spesifik
(diare yang belum diketahui penyebabnya)
Dosis : Dosis dewasa 2 kaplet setelah sesudah diare atau setelah buang air besar
dengan dosis 12 kaplet dalam 24 jam
Kontraindikasi : pasien dengan riwayat alergi terhadap komposisi obat,
penderita gagal ginjal, gangguan hati parah, lesi stenotik gastrointestinal,
konstipasi, dan obstruksi usus.
Efek samping : konstipasi, stenosis saluran cerna, perut kembung, sakit maag,
mual, dan kram perut.
Interaksi obat : Mengurangi efek ipecacuanha dan obat golongan emetic
lainnya, hipoglikemia oral, antikoagulan, antagonis vitamin K, antikolinergik
antihistamin, antidepresan, antipsikotik, antiparkinson, produk yang
mengandung alumunium, kalsium, besi, magnesium dan atau mineral.
Harga :Rp. 4.000
4. Diapet
Golongan : Jamu
Komposisi : Psidii Guajava Folium 240 mg, Curcumae Domestica Rhizoma 204
mg, Terminlia Cherbulae 64 mg, Punicae Granati Pericarpium 72 mg.
Indikasi : Membantu mengurangi frekuensi buang air besar
Dosis : 2 Kapsul 2 kali sehari
Efek samping : sembelit, kembung, sakit perut, dan mual.
Kontraindikasi :Hipersensitifitas
Interaksi obat : Antibiotik tetrasiklin
Harga : Rp. 2.500
a. Berikan Oralit
b. Hindari kopi dan susu.
c. Cuci tangan tiap selesai BAB untuk mencegah penularan
d. Menjaga kebersihan diri dan lingkungan.
e. Hindari makan makanan pedas dan tidak bersih
Dialog
Pada suatu hari datang seorang Bapak ke apotek. Bapak tersebut datang untuk membeli obat
diare yang dialaminya.
A : Selamat siang Bapak
P : Siang Mba
A :Perkenalkan Bapak, Nama Saya Nadya Karima. Saya Apoteker di Apotek ini, Bapak
ada yang bisa saya bantu ?
P : Iya, begini mba saya mau beli obat diare
A : Baik Bapak, maaf sebelumnya Bapak boleh saya minta waktu Bapak sebentar ? saya
ingin berdiskusi dengan bapak sebentar dan memberikan informasi terkait obat yang
akan saya berikan nanti
P : Oh iya mbak, boleh
(Pasien dan Apoteker memasuki ruang khusus untuk konseling yang disedikan di Apotek)
A : Baik Bapak, silakan masuk, silakan duduk.
P :Terimakasih Mbak
A : Bapak, sebelumnya boleh saya tahu nama dan alamat rumah bapak ?
P : Oh iya mbak, nama saya Marlino. Alamat rumah saya di jalan sidomulyo nomor 61,
Sukoharjo.
A : Baik Bapak, kalau usia bapak ? boleh saya tau ?
P : Boleh mbak, saya 45 tahun
A : Baik, terimakasih bapak. Apa keluhan bapak sampai bapak datang kemari untuk
membeli obat ?
P : Begini mbak, saya sering buang air besar tetapi sedikit-sedikit dan sering. Perut
melilit seperti mulas dan saya merasa pusing.
A : Sebelumnya Bapak sudah pergi kedokter ? atau sudah meminum obat ?
P : Belum mbak sama sekali
A : Sudah berapa hari bapak mengalami BAB sedikit tapi sering ?
P : Sudah dari kemarin malam mbak, saya baru sempat ke apotek siang ini
A : Kalau boleh tau sudah berapa kali dalam semalam bapak bolak-balik ke kamar
mandi ?
P : Wah saya lupa mbak, tidak menghitung
A : Sudah 3 kali atau lebih dari 3 kali ?
P :Wah sudah lebih dari 3 kali mbak
A : Begitu…, bapak kalau boleh tau fesesnya cair atau lembek begitu pak ?
P : Fesesnya lembek mbak
A :Ada lendir atau darahnya tidak Pak ?
P :Tidak mbak hanya feses biasa tapi lembek
A : Bapak sebelumnya mungkin bapak makan makanan pedas atau bagaimana pak
kemarin malam ?
P : Iya mbak kemarin sore saya makan ayam geprek yang pedes sekali
A : Bapak, apakah bapak ada alergi terhadap obat ?
P : Setau saya, tidak ada alergi mbak
A : Baik, Bapak boleh saya minta bapak tunggu sebentar ? saya akan ambilkan obatnya..
P : Iya mbak
(Pasien menunggu apoteker mengambil obat )
A : Maaf Bapak menunggu, Bapak ini saya punya 4 obat. Bapak bisa pilih salah satu
obatnya. Ini ada Molagit, Neo Entrostop, Neo Diastop kemudian ini ada obat jamu
Diapet.
P : Waduh, saya bingung mbak harus pilih yang mana. Memang bedanya apa ya mbak?
A : Obat ini sama-sama untuk diare yang membedakan harganya pak kalau yang molagit
ini harganya Rp. 5.800, kalau Neo Entrostop Rp. 6.800, kalau Neo Diastop Rp. 4.000,
dan diapet harganya Rp. 2.500
P : Kalau saran mbaknya yang mana ya ? saya nurut saja yang penting saya sembuh.
A : Baik Bapak, kalau saya rekomendasikan Molagit pak
P : Yasudah saya beli molagit.
A : Baik pak, sebelumnya saya jelaskan dulu cara penggunaan obatnya yaa pak. Pak obat ini
diminum 2 tablet setelah bapak BAB, dalam sehari bapak boleh minum obat ini maksimal 12
tablet pak tidak boleh lebih. Begitu pak, kemudian, obat ini ada efek sampingnya konstipasi,
atau impaksi feses (dosis besar), dyspepsia, perut kembung, dan mual. Jadi nanti kalau
salah satu gejala yang saya sebutkan itu muncul bapak harus segera konsultasi ke
dokter
A : efek sampingnya tidak muncul kalau penggunaan obatnya sesuai dengan yang saya
katakan tadi pak, oh iya bapak. Kalau boleh tau apakah bapak sedang mengkonsumsi
obat lain ?
P : Tidak mbak saya tidak mengkonsumsi obat selain nanti obat ini
A : Maaf bapak sebelumnya, kalau boleh saya tahu apa bapak merokok ?
P : Tidak mbak saya sudah tidak merokok 2 tahun yang lalu karena tidak boleh oleh
istri saya.
A : Baik kalau begitu pak, nanti obatnya bisa diminum ya pak. Nanti obatnya disimpan
ditempat yang kering, jauh dari sinar matahari dan jangkauan anak-anak, atau
disimpan di kotak obat. Bapak selain obat tadi saya juga ada oralit. Ini digunakan
apabila bapak merasa mulutnya kering dan haus atau dehidrasi. Bapak bisa membeli
oralit ini atau membuatnya sendiri dengan larutan gula dan garam pak. Bapak pilih
yang mana ?
A : Baik Pak, jadi nanti caranya masukkan ½ sdt garam dan 8 sdt gula pasir dan
diberikan air hangat sebanyak 200 ml pak, diminum sekali sehari saja setelah bapak
BAB.
P : Oh iya mba…
A : Kemudian kalau misalnya setelah 2 hari minum obat bapak belum sembuh, bapak
harus konsultasi kedokter ya pak
P : Iya mbak
A : Baik kalau begitu pak, boleh saya minta waktu bapak sebentar untuk mengulangi
apa yang sudah saya sampaikan ?
P : Iya mbak obatnya diminum 2 tablet setelah BAB, sehari maksimal 12 tablet.
Disimpan ditempat kering. Efek sampingnya konstipasi, atau impaksi feses (dosis
besar), dyspepsia, perut kembung, dan mual. Kalau buat larutan oralitnya masukkan
½ sdt garam dan 8 sdt gula pasir dan diberikan air hangat sebanyak 200 ml.
A : Baik pak, saya anggap bapak sudah paham pak. Selama bapak diare tolong bapak
banyak minum air putih jangan minum kopi atau susu dulu pak, cuci tangan setelah
keluar dari kamar mandi, jangan makan makanan pedas dulu ya pak
A : iya pak
P :Terimakasih Mbak
Dokumentasi Swamedikasi
Usia 45 tahun
Keluhan pasien BAB sedikit tapi sering, perut melilit dan pusing
Ganong, Mcphee, J Stephen. 2010. Patofisiologi Penyakit edisi lima. Jakarta: EGC.
Holt,G.A.,and Hall,E.L., 1990. The Self Care Movement In Feldmann,E.G., (Ed), Handbook
Of Non Prescription Drug. 9 Th ed, 1-10.APHA.New York
Kartajaya, H., Taufik., Mussry, J., Setiawan, I., Asmara, B., Winasis, N.T., 2011. Self-
Medication. Who Benefit and Who Is At Loss. Mark Plus Insight, Indonesia.
Kirana Rahardja, 1993. Swamedikasi. PT. Elex Media. Komputindo. Jakarta.
Nur Aini Harahap, Khairunnisa, Juanita Tanuwijaya, 2017, Tingkat Pengetahuan Pasien dan
Rasionalitas Swamedikasi di Tiga Apotek Kota Penyambungan, Jurnal Sains dan
Klinis. Ikatan Apoteker Indonesia. Sumatera Barat.
Tan, H. T. dan K. Rahardja. 2002. Obat-obat penting:Khasiat, penggunaandan efek-efek
samingnya. Edisi 5. Jakarta: Penerbit Gramedia
Tan, H. T. dan K. Rahardja. 2003. Obat-obat pentingi. Jakarta: Penerbit Alex Media
Komputindo
Tan, H. T. dan K. Rahardja. 2010. Obat-obatan Sederhana Untuk Gangguan Sehari-hari.
Jakarta: Penerbit Gramedia