Latar Belakang
Saat ini masyarakat banyak melakukan pengobatan sendiri (swamedikasi) dimana
mereka langsung datang mencari obat untuk mengatasi gejala penyakit yang dirasakan oleh
mereka. Istilah swamedikasi sendiri berarti mengobati segala keluhan pada diri sendiri
dengan obat-obat yang dibeli bebas di apotik atau toko obat atas inisiatif sendiri tanpa nasehat
dokter. Tujuan pengobatan sendiri adalah untuk menanggulangi secara cepat dan efektif
keluhan yang tidak memerlukan konsultasi medis, mengurangi beban pelayanan kesehatan
pada keterbatasan sumber daya dan tenaga, sertameningkatkan keterjangkauan masyarakat
yang jauh dari pelayanan kesehatan. Alasan pengobatan sendiri adalah kepraktisan waktu,
kepercayaan pada obat tradisional, masalah privasi, biaya, jarak, dan kepuasan terhadap
pelayanan kesehatan.
Keuntungan pengobatan sendiri adalah aman apabila digunakan sesuai dengan
petunjuk/efek samping dapat diperkirakan, biaya pembelian obat relatif lebih murah daripada
biaya pelayanan kesehatan, penghematan waktu karena tidak perlu mengunjungi
fasilitas/profesi kesehatan, menghindari rasa malu atau stress apabila harus menampakkan
bagian tubuh tertentu di depan tenagakesehatan, dan membantu pemerintah mengatasi
keterbatasan jumlah tenaga kesehatan di masyarakat. Akan tetapi, swamedikasi juga
mempunyai beberapa resiko, seperti dapat terjadi kesalahan dalam penilaian keseriusan
keluhan-keluhan atau bahkan mungkin keluhan tersebut tidak dikenali. Resiko lain adalah
bahwaobat-obat bisa digunakan secara salah, terlalu lama atau dalam takaran yang terlalu
besar.
Masalah lainnya dalam swamedikasi adalah anggapan bahwa obat bebas pasti aman.
Guna mengatasi resiko-resiko tersebut, maka perlu untuk dapat mengenali gangguangangguan tersebut. Selain itu, perlu diketahui bahwa penyakit-penyakit yang lebih serius
tidak boleh diobati sendiri melainkan harus dengan pertolongan dokter. Antara lain,gangguan
jantung dan pembuluh, kencing manis, penyakit-penyakit infeksi,gangguan-gangguan jiwa
dan kanker. Oleh karena itu, masyarakat perlu dipandu dalam melakukan swamedikasi.
Salah satu penyakit yang dapat di obati sendiri (swamedikasi) adalah mual dan
muntah. Mual, atau rasa tidak enak pada perut, adalah keadaan yang umum tetapi tidak
nyaman. Rasa mual dapat berupa jijik ringan sampai keinginan kuat untuk muntah. Mual
bukan penyakit, tetapi sekadar gejala dari suatu masalah lain. Untuk mendapatkan informasi
mengenai terapi atau pengobatan mual dan muntah, memilih obat yang tepat serta cara
penggunaannya maka masyarakat dapat mengobati diri sendiri yang dipandu oleh apoteker.
Apoteker berperan dalam membantu masyarakat yang ingin melakukan pengobatan sendiri.
Oleh karena itu, makalah ini membahas tentang swamedikasi pada mual dan muntah.
BAB 2
Tinjauan Pustaka
2.1.
2.1.1. Definisi
Pelayanan obat non resep merupakan pelayanan kepada pasien yang ingin
melakukan pengobatan sendiri atau swamedikasi. Obat untuk swamedikasi meliputi
obat-obat yang dapat digunakan tanpa resep yang meliputi obat wajib apotek (OWA),
obat bebas terbatas (OBT) dan obat bebas (OB). Obat wajib apotek terdiri dari kelas
terapi oral kontrasepsi, obat saluran cerna, obat mulut serta tenggorokan, obat saluran
nafas, obat yang mempengaruhi sistem neuromuskular, anti parasit dan obat kulit
topikal.
Menurut World Health Organization (WHO) swamedikasi adalah pemilihan
dan penggunaan obat baik obat modern maupun obat tradisional oleh seseorang untuk
melindungi diri dari penyakit dan gejalanya (WHO,1998). Sedangkan menurut The
International Pharmaceutical Federation (FIP) yang dimaksud dari swamedikasi atau
self medication adalah penggunaan obat non resep oleh seseorang atas inisiatif sendiri
(FIP,1999).
Pengobatan sendiri atau swamedikasi adalah tindakan yang dilakukan untuk
mengatasi masalah kesehatan dengan menggunakan obat-obatan yang dapat
dikonsumsi tanpa pengawasan dari dokter. Obat-obatan yang digunakan untuk
pengobatan sendiri atau swamedikasi biasa disebut dengan Obat Tanpa Resep (OTR) /
Obat Bebas / obat OTC (Over The Counter). Biasanya obat-obat bebas tersebut dapat
diperoleh di toko obat, apotik, supermarket hingga di warung-warung dekat rumah.
Sedangkan obat-obat yang dapat diperoleh dengan resep dokter biasa disebut dengan
obat resep.
2.1.2. Alasan Melakukan Swamedikasi
Selain pengobatan sendiri atau swamedikasi, saat ini juga berkembang perawatan
sendiri (self care). Perawatan sendiri ini lebih bersifat pencegahan terjadinya penyakit
atau menjaga supaya penyakitnya tidak bertambah parah dengan perubahan pola
hidup, menjaga pola makan, menjaga kebersihan dan lain-lain.
Menurut WHO, peningkatan kesadaran untuk perawatan sendiri ataupun pengobatan
sendiri (swamedikasi) diakibatkan oleh beberapa faktor berikut ini :
Gaya hidup
Kesadaran mengenai adanya dampak beberapa gaya hidup yang dapat berakibat
pada kesehatan, membuat semakin banyak orang yang lebih perduli untuk
menjaga kesehatannya daripada harus mengobati bila terjadi penyakitnya kelak.
meningkatkan kualitas hidup klien. Peran farmasis diharapkan tidak hanya menjual
obat tetapi lebih kepada menjamin tersedianya obat yang berkualitas, mempunyai
efikasi, jumlah yang cukup, aman, nyaman bagi pemakaiannya dan harga yang wajar
serta pada saat pemberiannya disertai informasi yang cukup memadai, diikuti
pemantauan pada saat penggunaan obat dan akhirnya di evaluasi. Pekerjaan
kefarmasian dilakukan berdasarkan pada nilai ilmiah, keadilan, kemanusiaan,
keseimbangan, dan perlindungan serta keselamatan klien atau masyarakat yang
berkaitan dengan sediaan farmasi yang memenuhi standar dan persyaratan keamanan,
mutu, dan kemanfaatan.
2.1.4. Tanggung Jawab dalam Swamedikasi
Tanggung jawab dalam swamedikasi menurut World Health Organization (WHO)
terdiri dari dua yaitu (WHO,1998) :
-
Pengobatan
yang
digunakan
harus
terjamin
keamanan,
kualitas
dan
keefektifannya.
-
Masalah-masalah yang umum dihadapi pada swamedikasi antara lain sakit kepala,
batuk, sakit mata, konstipasi, diare, sakit perut, sakit gigi, penyakit pada kulit
seperti panu, sakit pada kaki dan lain sebagainya.
Membedakan antara gejala minor dan gejala yang lebih serius. Triaging adalah
istilah yang diberikan untuk membedakan tingkat keseriusan gejala penyakit yang
timbul dan tindakan yang harus di ambil. Farmasis telah memiliki prosedur untuk
mengumpulkan informasi dari klien, sehingga dapat memberikan saran untuk
melakukan pengobatan atau menyarankan rujukan ke dokter.
mengumpulkan
informasi
tentang
gejala
klien.
Farmasi
harus
masalah berulang dan semakin parah, timbul nyeri yang hebat, penggobatan gagal,
timbul efek samping, dan gejala yang berbahaya.
2.1.6. Informasi Obat dalam Swamedikasi
Salah satu faktor penentu yang berperan dalam tindakan pengobatan sendiri atau self
medication yaitu tersedianya sumber informasi tentang obat dan pengobatan.
Ketersedianya sumber informasi tentang obat dapat menentukan keputusan dalam
pemilihan obat (Sukasedati, 1999). Informasi obat disini merupakan tanggungjawab
farmasis dan merupakan bagian dari konsep pharmaceutical Care. Seorang farmasis
harus memberikan informasi yang benar, jelas dan mudah dimengerti, akurat, tidak
bias, etis, bijaksana dan terkini. Informasi yang dapat diberikan oleh seorang farmasis
dalam pelayanan swamedikasi yaitu:
-
Indikasi dan aturan pakai (dosis, rute (oral, topical), frekuensi penggunaan, waktu
minum obat (sebelum/sesudah makan, tidak bersama obat lain). Hal ini
merupakan faktor penting yang harus di ketahui klien saat menerima obat.
Sehingga klien benar-benar mengerti tentang waktu penggunaan obat dan instruksi
khusus yang harus di perhatikan oleh klien, misalnya kocok dahulu atau harus
diminum saat lambung kosong.
Cara menggunakan:
o Sediaan berbentuk sirup/suspense harus dikocok terlebih dahulu.
o Antasida harus dikunyah terlebih dahulu.
o Tablet sublingual diletakkan dibawah lidah, bukan ditelan langsung, tablet
bukal diletakkan diantara gusi dan pipi, bukan ditelan langsung.
o Teknik khusus dalam menggunakan inhaler, obat tetes mata/telinga/hidung dan
suppositoria.
o Sediaan dengan formulasi khusus seperti tablet lepas lambat (sustainedreleased (SR)/controlled release (CR) atau sediaan tablet yang harus hancur di
usus (Enteric-coated) harus ditelan utuh dan tidak boleh digerus.
Apa yang harus dilakukan jika terlupa minum atau menggunakan obat.
Mekanisme kerja obat, farmasis harus menjelaskan kerja obat sesuai dengan
gejala yang diderita klien. Sebab beberapa obat memiliki mekanisme kerja yang
berbeda, sesuai dengan indikasi terapinya.
Efek pada gaya hidup, beberapa terapi dapat menimbulkan perubahan pada gaya
hidup klien misalnya mengurangi mengkonsumsi alkohol, merokok, mengurangi
olah raga berlebihan.
Cara penyimpanan obat, informasi tentang cara penyimpanan obat sangat penting
terutama untuk obat-obat yang memiliki aturan penyimpanan tertentu, misalnya
harus di simpan di lemari es, harus disimpan terlindung dari cahaya atau di
jauhkan dari jangkauan anak-anak.
Kemungkinan terjadinya efek samping yang akan dialami dan bagaimana cara
mencegah
atau
meminimalkannya/Efek
samping
potensial,
klien
harus
Interaksi antar obat dan makan, farmasis harus memberikan informasi tentang
kemungkinan adanya interaksi antar obat yang digunakan ataupun dengan makan
yang di konsumsi oleh klien, sehingga klien dapat mengetahui aturan pakai yang
benar dari masing-masing obat, contohnya pemberian antikoagolan berinteraksi
dengan pemberian aspirin.
Informasi tambahan lainya, yaitu pembuangan obat yang telah kadaluarsa dan
kapan saatnya berkonsultasi ke dokter.
Penyakit psikogenik
Proses sentral yang tak langsung , misal nya obat obatan seperti obat
kemoterapi kanker, opioid, antibiotik, estrogen. Proses kehamilan :
hiperemesis, morning sickness.
Keracunan makanan
Iritan iritan lambung lainnya : alkohol, merokok dan -obat anti peradangan
nonsteroid seperti aspirin dan ibuprofen.
Pasca operasi
2.2.3. Patofisiologi
Stimulus psikologis, naurologi, reflex, endokrin, dan kmiawi dapat
menyebabkan muntah. Sinyal sensori yang mencetuskan muntah terutama berasal dari
faring, esophagus, perut, dan bagian atas usus halus. Dan impuls saraf yang
ditransmisikan oleh serbut saraf eferen fagal dan saraf simpatis ke berbagai nuclei
yang tersebar dibatang otak yang semuanya bersama sama disebut Pusat muntah.
Dari sini, impuls motorik yang menyababkan muntah sebenarnya ditransmisikan dari
pusat muntah melalui jalur saraf cranial V, VII, IX, X, dan XII ke saluran pencernaan
bagin atas, melalui saraf fagal dan simpatis ke saluran yang lebih bawah, da melalui
saraf spinalis ke diafragma dan otot perut.
2.2.4. Fase - Fase Muntah
Secara umum muntah terdiri atas 3 ( tiga ) fase, yaitu :
-
Nausea ( mual )
Merupakan sensasi psikis yang ditimbulkan akibat rangsangan pada organ
organ dalam, labirin ( organ keseimbangan ) atau emosi dan tidak selalu
diikuti oleh retching atau muntah.
Terjadi bila fase retching mencapai puncaknya yang ditandai dengan kontraksi
kuat otot perut, diikuti dengan bertambah turunnya diaphragma, disertai
penekanan mekanisme antirefluks. Pada fase ini, pilorus dan antrum
berkontraksi, fundus dan eksofagus relaksasi, dan mulut terbuka.
2.2.5.1.
2.2.5.2.
Untuk sebagian besar kondisi, dianjurkan antiemetik tunggal; tetapi bila pasien
tidak memberikan respon dan pada pasien yang mendapat kemoterapiemetonik
kuat, biasanya dibutuhkan regimen multi obat.
2.2.5.3.
Seringkali mual dan muntah berkaitan dengan suatu infeksi usus yang
dapatsembuh sendiri atau kebanyakan makan atau minum alkohol. Keadaankeadaan initidak memerlukan pengobatan spesifik.
Bila muntah menetap, maka obat-obatan yang diberikan melalui oral akan
hilang percuma jika pasien muntah.
Retching yaitu muntah tanpa isi yang dikeluarkan, lebih mengganggu daripada
itusendiri. Keadaan ini dapat diatasi dengan memberikan sedikit cairan, air
garam,atau susu, dalam interval yang teratur
Antasid efektif pada mual menetap yang diinduksi oleh obat, karena
dapatmeningkatkan laju pengosongan lambung.
Pada kasus-kasus mual dan muntah yang berat dan menetap, pengalaman
klinismenunjukkan bahwa pemberian kombinasi anti-emetik cukup efektif.
Hal iniagaknya disebabkan oleh fakta bahwa anti-emetik tersebut bekerja pada
reseptor yang berbeda.
Antasid
Antasid OTC tunggal atau kombinasi, terutama yang mengandung magnesium
hidroksida,aluminium hidroksida, dan atau kalsium karbonat, mungkin
memberikan perbaikan yang cukup pada mual / muntah, terutama lewat
penetralan asam lambung Dosis umum adalah satu atau lebih dosis kecil
antasid tunggal atau kombinasi.
Antihistamin, antikolinergik
Antagonis H2 : simetidin, famotidin, nizatidin, ranitidine, mungkin dapat
digunakan padadosis rendah untuk mual / muntah simple yang berkaitan
dengan heartburn. Antihistamin dan antikolinergik mungkin cocok untuk
terapi simtomatis simple.
Kostikosteroid
(SSRI).
Contoh
obat
ondansetron,
granisetron,
dolasetron,
terutama
skopolamin
transdermal.
Antihistamin
atau
(dimenhidrinat,
dipenhidramin,
meklizin,
DAFTAR PUSTAKA
Sukandar,E.Y dkk. 2008. ISO Farmakoterapi. Jakarta: PT.ISFILinn
Tan. 2008. Obat-Obat Penting. Jakarta: PT. Alex Media Kompetindo
Tan, H.T. & K. Rahardja, 1993, Swamedikasi: Cara-cara Mengobati Gangguan Sehari-hari
dengan Obat-obat Bebas Sederhana, Edisi I, Cetakan I.
Tim Editor, 2012, MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi, Edisi 11 2001/2012, Jakarta: PT.
Bhuana Ilmu Populer.
Tim Penyusun, 2012, ISO (Informasi Spesialite Obat) Indonesia, Vol 46. Jakarta: P.T. ISFI
Penerbitan.
http://www.wsmi.org diakses tanggal 29 Maret 2015
http://www.who.int diakses tanggal 29 Maret 2015