Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN AKHIR

PRAKTIKUM SISTEM INFORMASI OBAT


KONSELING PASIEN

INHALER (KORTIKOSTEROID DAN BETA AGONIS)

OLEH:
KELOMPOK 1

ANAK AGUNG MIRAH ARISTI MAS PUTRA(1308505072)

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS UDAYANA
2017

0
BAB I
PENDAHULUAN

Pelayanan kefarmasian (Pharmaceutical care) adalah suatu tanggung jawab


dari profesi apoteker dalam mengoptimalkan terapi dengan cara mencegah dan
memecahkan masalah terkait dengan obat (Drug Related Problem). Ketidakpatuhan
pasien (non compliance) merupakan salah satu penyebab kegagalan dalam menjalani
terapi. Dalam hal tersebut seorang apoteker bertanggung jawab untuk memberikan
pelayanan informasi obat kepada pasien untuk menciptakan pengetahuan dan
pemahaman pasien dalam penggunaan obat yang berdampak pada kepatuhan
pengobatan sehingga dapat mengoptimalkan keberhasilan terapi (DirJen BinFar dan
Alkes, 2007).
Salah satu pelayanan kefarmasian yang dapat diberikan oleh seorang apoteker
kepada pasien maupun keluarga pasien yaitu dengan memberikan pelayanan
informasi obat melalui konseling obat. Konseling obat merupakan salah satu bentuk
pelayanan kefarmasian dengan metode edukasi pengobatan secara tatap muka atau
wawancara dalam usaha meningkatkan pengetahuan dan pemahaman pasien
mengenai penggunaan obat. Seorang apoteker sangan perlu mengembangkan
keterampilannya dalam penyampaian informasi dan memberi motivasi agar pasien
dapat memenuhi dan memahami penggunaan obatnya, terutama untuk pasien geriatri,
pediatri, pasien yang baru pulang dari rumah sakit, serta pasien yang menggunakan
obat dalam jangka waktu yang lama. Tujuan yang diharapkan dari pemberian
konseling obat oleh apoteker kepada pasien selain memberikan informasi tentang
obat, tetapi sekaligus memberikan pendidikan dan pemahaman tentang
pengobatannya dan memastikan bahwa pasien menggunakan obat dengan benar
(DirJen BinFar dan Alkes, 2007). Pemberian konseling juga bertujuan untuk
meminimalkan risiko reaksi obat yang tidak dikehendaki dan meningkatkan cost-
effectiveness yang akhirnya akan meningkatkan keamanan penggunaan obat bagi
pasien (patient safety) (Kemenkes RI, 2014).

1
Hal yang penting dalam kegiatan konseling adalah adanya tenaga profesi yang
dalam hal ini apoteker yang memiliki kompetensi dalam melaksanakan konseling
obat,
Sarana penunjang konseling juga sangat diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan
konseling itu sendiri. Dimana sarana penunjang tersebut terdiri dari ruangan atau
tempat konseling yang memenuhi kriteria sehingga privasi pasien dapat terjaga.
Peralatan penunjang juga dapat berupa alat bantu konseling, yang terdiri dari
perlengkapan yang diperlukan apoteker dalam melakukan konseling, seperti panduan
konseling, kartu pasien, literatur pendukung, dan brosur tentang obat-obat tertentu
maupun alat bantu yang diberikan kepada pasien, seperti kartu pengingat pengobatan,
medication chart, atau kemasan per unit dosis (DirJen BinFar dan Alkes, 2007).
Penentuan prioritas pasien sangat penting untuk dilakukan mengingat konseling
memerlukan waktu yang cukup lama sehingga seleksi pasien diperlukan dengan
penentuan prioritas-prioritas terhadap pasien yang perlu diberikan konseling.
Sebelum melaksanakan konseling, apoteker harus memiliki persiapan, seperti
apoteker mengetahui mengenai kemungkinan terjadinya interaksi obat maupun
kemungkinan terjadinya alergi terhadap obat-obatan tertentu. Apoteker juga harus
mempersiapkan pertanyaan yang bersifat open-ended question yang akan
memaksimalkan apoteker dalam memperoleh informasi mengenai pasien.
Tahapan konseling dimulai dari pembukaan, dimana apoteker harus
memperkenalkan diri sebelum memulai sesi konseling. Selain itu, apoteker juga harus
mengetahui identitas pasien agar pasien lebih dihargai. Tahapan kedua adalah diskusi
untuk mengumpulkan informasi dan mengidentifikasi permasalahan serta tingkat
pemahaman pasien tentang penggunaan obat melalui (Three Prime Questions). Hal
ini penting untuk menghindari pasien memperoleh informasi yang sama atau pasien
merasa bosan (Kemenkes RIa, 2014). Three prime question, yaitu pertanyaan yang
digunakan untuk menilai pemahaman pasien tentang penggunaan obat, terdiri dari:
1. Apa yang disampaikan dokter tentang obat Anda?
2. Apa yang dijelaskan oleh dokter tentang cara pemakaian obat Anda?

2
3. Apa yang dijelaskan oleh dokter tentang hasil yang diharapkan setelah Anda
menerima terapi obat tersebut?
(Kemenkes RIb, 2014)
Tahap selanjutnya yaitu pasien diinformasikan mengenai kegunaan obat,
efektivitas pengobatan, cara penggunaan obat, jadwal penggunaan obat, efek
samping, lama pengobatan yang diterimanya, serta kecocokan dosis yang diterima
oleh pasien sehingga pengobatannya menjadi lebih optimal serta cara penyimpanan
obat. Selanjutnya, apoteker dapat menggali informasi lebih lanjut dengan memberi
kesempatan pada pasien untuk mengeksplorasi masalah penggunaan obat, melakukan
verifikasi akhir dalam rangka mengecek pemahaman pasien dengan meminta pasien
mengulangi informasi yang terlah diterima. Tahap terakhir adalah menutup diskusi,
apoteker penting untuk menanyakan kembali apakah masih ada hal-hal yang ingin
ditanyakan maupun yang tidak dapat dimengerti oleh pasien (Kemenkes RIa, 2014).
Konseling bagi pasien yang menjalani rawat jalan, diutamakan pasa pasien
yang mendapatkan sediaan dalam bentuk sediaan tertentu dengan cara pemakaian
yang khusus, misalnya suppositoria, enema, inhaler, injeksi insulin, dsb. Pada
praktikum ini, praktikan memperoleh kasus mengenai konseling penggunaan
kombinasi inhaler (kortikosteroid dan beta agonis).
Senyawa aktif short-acting 2-agonists memberikan efek bronkodilator yang
cepat bila diberikan secara inhalasi daripada administrasi parenteral dan oral, dan
memiliki kemampuan proteksi untuk melawan reaksi bronkospasme yang diinduksi
olahraga maupun penyebab lain. Inhalasi short-acting 2-agonists merupakan
bronkodilator yang paling efektif dan terapi lini pertama dalam penanganan asma
akut. Kortikosteroid inhalasi juga dikembangkan untuk meningkatkan aktivitas paru-
paru dan menurunkan aktivitas sistemik. Prinsip manfaat penggunaan inhaler
kortikosteroid adalah potensi topikal yang tinggi untuk menurunkan inflamasi pada
paru-paru, namun memiliki efek sistemik yang rendah. Beberapa agen inhalasi hanya
efektif apabila diberikan melalui inhalasi, adalah cromolyn, nedocromil, formoterol,
salmeterol, dan ipratropium (DiPiro et al., 2008).

3
Teknik inhalasi yang tepat menjadi faktor yang penting untuk diperhatikan agar
tercapai pengiriman obat yang optimal dan efek terapi yang optimal. Sekitar 50-80%
dari dosis pada MDI dan DPIs berdampak pada orofaring dan kemudian tertelan.
Sisanya tersisa di perangkat atau dihembuskan. Banyak pasien tidak menggunakan
inhaler dengan optimal sehingga instruksi dengan mendemonstrasikan adalah cara
yang paling efektif sehingga perlu dilakukan konseling penggunaan inhaler dengan
baik dan benar. Berkumur setelah menggunakan inhaler penting untuk meminimalkan
efek lokal dan absorpsi melalui oral (DiPiro et al., 2008).

4
BAB II
DESKRIPSI KASUS

Dalam praktikum konseling, praktikan memperoleh kasus untuk memberikan


konseling mengenai penggunaan kombinasi inhaler (kortikosteroid dan beta agonis).
Pertama-tama praktikan menulislah informasi yang harus anda berikan kepada pasien
terkait kasus yang anda peroleh. Selanjutnya, dilakukan narasi singkat (reka adegan)
konseling sesuai kasus yang anda peroleh.

5
BAB III
ANALISA DAN PENYELESAIAN

3.1 Tulislah informasi yang harus anda berikan kepada pasien terkait kasus yang
anda peroleh:
a. Indikasi atau Kegunaan Obat
Inhaler Kortikosteroid dan 2 agonis merupakan obat yang digunakan untuk
pengobatan asma.
Inhaler kortikosteroid (Budesonid) dengan merek dagang Inflammide
ditujukan untuk pemeliharaan dan profilaksis yakni sebagai pencegahan
timbulnya asma kembali akibat adanya pemicu reaksi asma.
Inhaler 2 agonis dengan merek dagang Ventolin memiliki manfaat sebagai
bronkodilator sehingga pasien lebih mudah bernafas dengan cara melebarkan
saluran pernapasan, inhaler ini digunakan pada saat serangan akut saja.
b. Aturan Pakai Penggunaan Obat
Inhaler kortikosteroid:
2 x 200 mcg/hari (tiap 12 jam sekali), misalkan pada pagi hari pukul 8 dan
pada malam hari pukul 8 malam.
Inhaler 2 agonis:
3-4 kali sehari dengan dosis 100- 200 mcg tiap sekali pemakaiannya.
Penggunaan inhaler dapat diberikan sesudah atau sebelum makan.

c. Cara Penggunaan Obat

Tangan dibersihkan terlebih dahulu



Kocok inhaler selama 5 detik, dimana jari telunjuk berada pada dibagian
atas tabung dan ibu jari dibagian bawah corong inhaler, lalu lepaskan cap
pada inhaler

Hembuskan atau buang nafas agar tidak ada yang menghalangi jalan nafas

Letakan corong dalam mulut (antara gigi bagian atas dan gigi bagian
bawah) dan tutup mulut menggunakan bibir (tidak digigit) untuk mencegah
inhaler keluar ketika disemprotkan

6

Dorong bagian yang berfungsi untuk menyemprotkan sediaan, dan diwaktu
bersamaan tarik nafas dalam-dalam

Menekan tabung dilakukan hingga paru-paru terasa penuh dan jangan
menghembuskan nafas

Tahan nafas selama 10 detik setelah itu hembuskan secara perlahan

Apabila dokter memberikan dosis lebih (2 kali inhalasi), maka tunggu
hingga 30 detik dan ulangi perlakuan seperti sebelumnya

Setelah selesai, corong inhaler dibersikan dengan tissue hingga bersih

Bilas atau kumur mulut dengan air bersih khususnya pada penggunaan
inhaler kortikesteroid untuk mengurangi resiko terjadinya infeksi pada
mulut

Inhaler kemudian dibersihkan dengan kain pembersih

d. Cara Penyimpanan
Inhaler disimpan pada suhu < 25oC atau pada suhu kamar, letakan inhaler pada
tempat kering dan mudah untuk dijangkau. Jauhkan dari jangkauan anak-anak dan
hindari dari sinar matahari langsung.
e. Efek Samping
Inflammide inhaler: Suara serak, infeksi mulut & tenggorokan (yang
disebabkan oleh candida).
Ventolin inhaler: Gemetar halus pada otot rangka, perasaan tegang, vasodilatasi
perifer, suatu kompensatori kecil peningkatan irama jantung, sakit kapala,
kejang otot sementara, reaksi hipersensitifitas, berpotensi menderita
hipokalemia yang serius, hiperaktifitas pada anak-anak. Bronkhospasme
paradoksikal.
f. Perhatian
Inflammide inhaler: Situasi dari stres yang panjang misalnya pembedahan atau
infeksi berat, supresi adrenal, hamil dan menyusui.

7
Ventolin inhaler: Tirotoksikosis; sediaan Salbutamol dalam bentuk inhalasi
tidak disediakan untuk menangani kelahiran bayi premature; hamil dan
menyusui.
g. Hal yang Harus Dihindari
Hindarilah hal-hal yang dapat memicu terjadinya alergi, seperti debu, asap
rokok rambut atau bulu binatang dan lain sebagainya.
(AHFS, 2008; Pramudiyanto, 2013)

3.2 Lakukan narasi singkat (reka adegan) konseling sesuai kasus yang anda
peroleh
Contoh langkah langkah reka adegan suatu konseling yaitu:
Apoteker Selamat pagi bu, selamat datang di Apotek Puri Bila Farma.
Pasien Selamat pagi bu.
Apoteker Perkenalkan Saya Gung Mirah apoteker di apotek ini. Mohon
maaf sebelumnya, Saya ingin tahu dengan siapa Saya
berbicara?
Pasien Saya Putri bu.
Apoteker Baik bu Putri, apa ada yang bisa Saya bantu?
Pasien Saya ingin menebus resep dokter untuk asma yang Saya derita
bu.
Apoteker Baik bu, apakah bisa Saya melihat resepnya bu?
Pasien Bisa bu, ini resepnya bu.
Apoteker Mohon ditunggu sebentar ya bu, saya akan ambilkan dulu obat
yang diresepkan ya bu?
Pasien Baik bu.
Apoteker mengambilkan obat inhaler yang diresepkan
Apoteker Bu Putri, disini yang diresepkan oleh dokter adalah obat dalam
bentuk inhaler bu. Ini terdapat dua jenis inhaler yang
diresepkan dokter. Inflammide Inhaler dan Ventolin Inhaler.
Apakah bu Putri pernah menggunakan Inhaler sebelumnya?
Pasien Iya bu, Saya sedikit mengetahui tentang inhaler dari penjelasan
dokter. Dokter menjelaskan bahwa inhaler ini digunakan untuk
mengobati penyakit asma Saya. Namun Saya tidak mengetahui
bagaimana cara penggunaan inhaler ini bu. Bagaimana cara
penggunaan inhaler ini ya bu?

8
Apoteker Baik bu, sebelumnya Saya akan sedikit menjelaskan mengenai
kedua inhaler yang diresepkan untuk ibu. Inflammide Inhaler
ini diperuntukkan untuk memelihara dan mencegah timbulnya
asma yang ibu alami, sedangkan Ventolin Inhaler ini digunakan
untuk memudahkan jalan nafas ibu (sambil menunjukkan
inhaler kepada pasien). Cara menggunakannya yaitu:
1) Tangan dibersihkan terlebih dahulu.
2) Kocok inhaler selama 5 detik, dimana jari telunjuk berada
pada dibagian atas tabung dan ibu jari dibagian bawah
corong inhaler, lalu lepaskan cap pada inhaler.
3) Hembuskan atau buang nafas agar tidak ada yang
menghalangi jalan nafas.
4) Letakan corong dalam mulut (antara gigi bagian atas dan
gigi bagian bawah) dan tutup mulut menggunakan bibir
(tidak digigit) untuk mencegah inhaler keluar ketika
disemprotkan.
5) Dorong bagian yang berfungsi untuk menyemprotkan
sediaan, dan diwaktu bersamaan tarik nafas dalam-dalam.
6) Menekan tabung dilakukan hingga paru-paru terasa penuh
dan jangan menghembuskan nafas.
7) Tahan nafas selama 10 detik setelah itu hembuskan secara
perlahan.
8) Apabila dokter memberikan dosis lebih (2 kali inhalasi),
maka tunggu hingga 30 detik dan ulangi perlakuan seperti
sebelumnya.
9) Setelah selesai, corong inhaler dibersikan dengan tissue
hingga bersih.
10) Bilas atau kumur mulut dengan air bersih khususnya pada
penggunaan inhaler kortikesteroid untuk mengurangi resiko
terjadinya infeksi pada mulut.
11) Inhaler kemudian dibersihkan dengan kain pembersih.
(apoteker memeragakan cara penggunaan inhaler)
Bagaimana ibu, apakan bisa dimengerti cara menggunakannya

9
bu?
Pasien Oh sudah bu, saya mengerti. Mengenai aturan pakai inhalernya
berapa kali ya bu? Dan apa ada efek samping saat Saya
menggunakan inhaler ya bu?
Apoteker Untuk aturan pemakaian Inflammide Inhaler yaitu 2 kali sehari
bu, jadi setiap 12 jam ibu menggunakannya. Misalkan ibu
menggunakannya pada pukul 8 pagi, maka ibu
menggunakannya kembali pada pukul 8 malam. Sedangkan
Ventolin Inhaler ibu gunakan 3-4 kali sehari. Ibu bis gunakan
inhaler ini sebelum maupun sesudah makan ya bu. Mengenai
efek samping yang mungkin ditimbulkan saat penggunaan
inhaler ini yaitu sakit kepala, perasaan tegang, kejang otot
sementara, suara serak, infeksi mulut dan tenggorokkan yang
mungkin disebabkan karena infeksi bakteri candida karna
kurang bersih pada saat penggunaan inhaler. Baik ibu, apa bisa
dimengerti penjelasan Saya bu? Apa ada yang bisa Saya bantu
lagi bu?
Pasien Oh begitu bu, iya Saya sudah mengerti. Sebaiknya dimana Saya
menyimpan inhaler ini ya bu?
Apoteker Ibu bisa menyimpan inhaler ini pada suhu kamar bud an hindari
dari jangkauan anak-anak. Jika bisa letakkan pada tempat yang
mudah ibu jangkau pada saat terdesak.
Pasien Sepertinya Saya sudah mengerti mengenai inhaler ini bu.
Apoteker Apa bisa ibu mengulangi cara penggunaan inhaler yang tadi
sudah Saya jelaskan?
Pasien Bisa bu, untuk cara penggunaannya yang tadi sudah ibu
jelaskan yaitu:
1) Tangan dibersihkan terlebih dahulu.
2) Kocok inhaler selama 5 detik, dimana jari telunjuk berada
pada dibagian atas tabung dan ibu jari dibagian bawah
corong inhaler, lalu lepaskan cap pada inhaler.
3) Hembuskan atau buang nafas agar tidak ada yang
menghalangi jalan nafas.

10
4) Letakan corong dalam mulut (antara gigi bagian atas dan
gigi bagian bawah) dan tutup mulut menggunakan bibir
(tidak digigit) untuk mencegah inhaler keluar ketika
disemprotkan.
5) Dorong bagian yang berfungsi untuk menyemprotkan
sediaan, dan diwaktu bersamaan tarik nafas dalam-dalam.
6) Menekan tabung dilakukan hingga paru-paru terasa penuh
dan jangan menghembuskan nafas.
7) Tahan nafas selama 10 detik setelah itu hembuskan secara
perlahan.
8) Apabila dokter memberikan dosis lebih (2 kali inhalasi),
maka tunggu hingga 30 detik dan ulangi perlakuan seperti
sebelumnya.
9) Setelah selesai, corong inhaler dibersikan dengan tissue
hingga bersih.
10) Bilas atau kumur mulut dengan air bersih khususnya pada
penggunaan inhaler kortikesteroid untuk mengurangi resiko
terjadinya infeksi pada mulut.
11) Inhaler kemudian dibersihkan dengan kain pembersih.
(pasien memeragakan cara penggunaan inhaler)
Apoteker Benar sekali ibu, saya rasa ibu sudah memahami penjelasan
yang Saya berikan sebelumnya. Selain menggunakan inhaler
untuk mengobati asma yang ibu alami, ada hal-hal yang perlu
ibu hindari untuk meminimalkan kemungkinan asma itu
muncul seperti debu, asap rokok, rambut atau bulu binatang,
dan juga kondisi yang berdesak-desakkan. Ibu juga
mengusahakan pola hidup sehat dengan menjaga pola makan
dan olahraga yang cukup. Bagaimana bu, apa ada yang bisa
Saya bantu lagi?
Pasien Tidak bu.
Apoteker Baik bu, jika nanti mungkin ibu ada pertanyaan atau ada yang
kurang dimengerti, ibu bisa kembali kesini atau bisa
menghubungi Saya melalui nomor telepon Saya.
(sambil memberikan nomor telepon)

11
Pasien Baik bu, terimakasih ya bu untuk informasinya.
Apoteker Sama-sama bu, semoga lekas sembuh ya bu.
Pasien Iya bu.

BAB IV
PEMBAHASAN

Praktikum sistem informasi obat kali ini dilakukan pemberian informasi obat
yang dibutuhkan pasien dalam bentuk konseling pada sediaan inhaler kortikesteroid
dan inhaler 2 agonis. Praktikum ini bertujuan untuk agar mahasiswa dapat
memberikan informasi obat dalam bentuk komonikasi, informasi, dan edukasi pada
pasien dalam mendukung penggunaan obat yang rasional dan diharapkan agar tidak
terjadi kesalahan penatalaksaan terapi pada pasien serta untuk meningkatkan
kepatuhan pasien terhadap terapi yang diberikan.
Seorang apoteker harus memberikan konseling, mengenai sediaan farmasi,
pengobatan dan perbekalan kesehatan lainnya, sehingga dapat memperbaiki kualitas
hidup pasien atau yang bersangkutan terhindar dari bahaya penyalahgunaan atau
penggunaan salah sediaan farmasi atau perbekalan kesehatan lainnya (Menkes RI,
2004). Pada saat konseling terdapat beberapa tahapan yang harus dilakukan, pada
tahap pertama dilakukan perkenalan yakni perkenalan dari apoteker dan perkenalan
dari pasien sendiri. Dalam tahap ini apoteker menanyakan kesediaan pasien untuk
melakukan konseling pengobatan dan menginformasikan berapa lama waktu yang
diperlukan. Tahap kedua yaitu melakukan penilaian terhadap pemahaman pasien
terhadap terapi yang didapatkan sehingga apoteker dapat mengetahui pada tahap
mana pasien harus dijelaskan mengenai obatnya. Pada kasus ini pasien yang datang
merupakan pasien baru sehingga informasi penggunaan alat inhaler harus diberikan.
Selanjutnya pada tahap ketiga dilakukan pemberian informasi terhadap terapi yang
diberikan, penyampaian informasi dilakukan secara lisan dan demontrasikan langsung
dihadapan pasien tentang jenis dan cara penggunaan obat yang benar agar pasien

12
semakin paham terhadap informasi yang diberikan. Tahap akhir dilakukan pengujian
kepada pasien dengan meminta penjelasan ulang kepada pasien terhadap hal-hal yang
sudah dijelaskan untuk mengetahui apakah persepsi dari pasien sudah sama dengan
yang sudah dijelaskan. Jika masih terdapat kesalahan atau kekeliruan pada saat pasien
menjelaskan ulang, maka apoteker wajib menjelaskan ulang kepada pasien hingga
pasien benar-benar paham.
Informasi yang diberikan kepada pasien pada saat dilakukan konseling obat
adalah pemberian informasi terkait dengan indikasi atau fungsi dari masing-masing
obat yang didapatkan. Pada kasus ini pasien mendapatkan dua terapi inhaler, dimana
pada inhaler pertama merupakan inhaler kortikesteroid dengan merek dagang
Inflammide yang ditujukan untuk pemeliharaan dan profilaksis yakni sebagai
pencegahan timbulnya asma kembali akibat adanya pemicu reaksi asma. Terapi kedua
diberikan inhaler 2 agonis dengan merek dagang Ventolin memiliki manfaat sebagai
bronkodilator sehingga pasien lebih mudah bernafas dengan cara melebarkan saluran
pernapasan, inhaler ini digunakan pada saat serangan akut saja. Informasi obat yang
diberikan selanjutnya yaitu mengenai dosis dari obat yang didapatkan, pada inhaler
kortikesteroid diberikan 2 x 200 mcg/hari, atau digunakan tiap 12 jam, misalkan pada
pagi hari pukul 8 dan pada malam hari pukul 8 malam. Sedangkan untuk penggunaan
inhaler 2 agonis aturan pakai yang digunakan yaitu 3 sampai 4 kali sehari dengan
dosis 100 sampai 200 mcg tiap sekali pemakaiannya. Penggunaan inhaler dapat
diberikan sesudah atau sebelum makan.
Informasi berikutnya yang diberikan adalah informasi cara penggunaan obat,
dimana informasi ini sangat penting dalam pemberian informasi karena cara
penggunaan obat yang benar akan menentukan keberhasilan dari suatu pengobatan.
Selain itu pasien dalam kasus ini merupakan pasien yang belum pernah menggunakan
inhaler sebelumnya, sehingga perlu dilakukan penjelasan dengan benar dan tepat.
Kemudian pasien juga diberikan informasi mengenai efek samping yang mungkin
ditimbulkan dari penggunaan inhaler. Dimana efek samping dari Inflammide inhaler
yaitu suara serak, infeksi mulut & tenggorokan (yang disebabkan oleh candida)
sedangkan Ventolin inhaler memiliki efek samping gemetar halus pada otot rangka,
perasaan tegang, vasodilatasi perifer, suatu kompensatori kecil peningkatan irama

13
jantung, sakit kapala, kejang otot sementara, reaksi hipersensitifitas, berpotensi
menderita hipokalemia yang serius, hiperaktifitas pada anak-anak. Bronkhospasme
paradoksikal.
Hal yang selanjutnya disampaikan apoteker adalah cara menyimpan obat,
penyimpanan obata yang baik bertujuan untuk menjaga stabilitas dari sediaan tetap
terjaga selama proses pemakaian berlangsung, dalam kasus ini pasien diminta untuk
menyimpan inhaler pada tempat yang tidak terkontaminasi oleh barang lain dan
mudah untuk dijangkau dan mudah diperoleh karena sediaan ini digunakan sehari-
hari oleh karena itu penyimpanannya haruslah di tempat yang mudah dijangkau.
Inhaler disimpan pada suhu < 25oC atau pada suhu kamar, jauhkan dari jangkauan
anak-anak dan hindari dari sinar matahari langsung. Kemudian informasi terakhir
yang dapat diberikan ke pasien adalah hal-hal yang harus pasien hindari untuk
mencegah terjadinnya serangan akut, adapun informasi yang diberikan adalah pasien
dianjurkan untul menghindari hal-hal yang dapat memicu terjadinya alergi seperti
debu, asap rokok, rambut atau bulu binatang dan juga kondisi yang berdesak-
desakkan. Tahapan yang terakhir dalam pemberian konseling adalah pengujian
terhadap pasien. Disini pasien diminta untuk memberikan verifikasi kembali
mengenai hal-hal yang sudah dijelaskan untuk menyamakan persepsi antara apoteker
dengan pasien agar tidak terjadi kesalahan dalam penggunaan obatnya dan
memberikan kontak yang dapat dihubungi pasien jika pasien masih ingin bertanya
mengenai penggunaan inhaler. Apoteker juga perlu mengingatkan pasien untuk
mengusahakan pola hidup sehat dengan menjaga pola makan dan olahraga yang
cukup serta memberikan doa agar lekas sembuh.
Narasi singkat dapat ditulis sebagai contoh dalam melakukan konseling.
Langkah pertama yang dapat dilakukan yaitu perkenalan. Perkenalan penting
dilakukan untuk mendekatkan diri ke pasien agar pasien nyaman dalam
menyampaikan keluhannya, selain itu dengan mendekatkan hubungan dengan pasien
penyampaian informasi ke pasien semakin mudah sehingga dapat meningkatkan
kepatuhan pasien. Sebagai apoteker, perkenalan dilakukan dengan mengenalkan diri
terlebih dahulu sebagai apoteker agar pasien tahu dengan siapa mereka berkonsultasi

14
kemudian mempersilahkan ke ruangan konsultasi kemudian dipersilahkan untuk
duduk.
Tahap kedua dapat dilakukan penilaian pasien. Penilaian pasien dapat dibagi
menjadi dua yaitu meminta kepada pasien keterangan dokter mengenai kondisi pasien
tersebut dan obat yang diperoleh, kedua yaitu riwayat penggunaan akhir. Hal
terpenting dari penilaian pasien yaitu informasi yang sudah diperoleh dari dokter
kepada pasien agar informasi yang sama tidak diberikan berkali-kali. Selain itu
memilah pertanyaan yang diajukan pasien karena tidak semua pertanyaan dari pasien
berhubungan langsung dengan keluhan yang dimiliki.
Tahap selanjutnya yaitu pemberian informasi, pemberian informasi meliputi
mengenai indikasi obat, aturan pakai obat, waktu penggunaan obat, cara penggunaan,
tempat penyimpanan serta efek samping mengenai obat. Pada KIE tidak hanya
memberikan informasi, akan tetapi apoteker harus bisa mengedukasi pasien agar
terapi yang diberikan dapat optimal. Dalam kasus yang diberikan yaitu konseling
penggunaan kombinasi inhaler (kortikosteroid dan beta agonis), pemberian edukasi
contohnya menanyakan penyebab alergi yang dapat memicu asma kemudian dari
jawaban pasien kita dapat mengedukasi mereka dengan meminta pasien untuk
menghindari allergen agar tidak memicu asma.
Tahap terakhir yaitu pengujian, dapat dilakukan dengan meminta pasien
mengulangi langkah-langkah penggunaan sediaan dan menanyakan beberapa hal
penting mengenai penyakit dan terapi yang diberikan. Pengujian berguna untuk
mengevaluasi mengenai KIE yang telah diberikan agar pasien benar-benar mengerti
mengenai penggunaan sediaan dan hal-hal penting lainnya agar terapi dapat berjalan
optimal.

15
BAB V
KESIMPULAN

a. Konseling perlu diberikan pada pasien yang memperoleh sediaan khusus, seperti
inhaler agar tercapai pengiriman obat yang optimal dan efek terapi yang optimal.
b. Tahap-tahap konseling adalah sebagai berikut.
1. Tahap perkenalan
2. Tahap kedua yaitu melakukan penilaian terhadap pemahaman pasien terhadap
terapi yang didapatkan
3. Tahap ketiga dilakukan pemberian informasi secara lisan dan demontrasikan
langsung dihadapan pasien tentang jenis dan cara penggunaan obat yang benar
4. Tahap pengujian kepada pasien dengan meminta penjelasan ulang kepada
pasien terhadap hal-hal yang sudah dijelaskan
5. Tahap penutup
c. Inhaler Kortikosteroid dan 2 agonis merupakan obat yang digunakan untuk
pengobatan asma, dimana ditujukan untuk pemeliharaan dan profilaksis timbulnya
asma kembali akibat adanya pemicu reaksi asma dan inhaler 2 agonis sebagai
bronkodilator sehingga pasien lebih mudah bernafas.
d. Tahapan penggunaan inhaler dimulai dari mencuci tangan hingga bersih, kemudian
mengocok inhaler selama 5 detik dimana ibujari berada di bagian bawah dan
telunjuk berada di bagian atas tabung. Selanjutnya lepaskan cap inhaler. Nafas
dihembuskan kemudian corong diletakkan dalam mulut dan mulut ditutup.
Kemudian dorong atau tekan bagian tabung yang berfungsi untuk menyemprotkan
sediaan kemudian tarik nafas dalam-dalam hingga paru-paru terasa penuh. Tahan
selama 10 detik kemudian hembuskan perlahan. Ulangi sesuai anjuran dokter.
Tahap akhir adalah berkumur untuk mencegah infeksi dan corong inhaler
dibersihkan dengan tissue.

16
DAFTAR PUSTAKA

American Society for Hospital-System Pharmacist. 2008. AHFS Drug Information


Handbook. USA: ASHP Inc., Bathesda MD.

DiPiro, J. D., R. L. Talbert, G. C. Yee, G. R. Matzke, B. G. Wells and L. M. Posey.


2008. Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach. Seventh Edition. USA:
McGraw-Hill Companies, lnc
Direktorat Jenderal BinFar dan Alkes. 2007. Pedoman Konseling Pelayanan
Kefarmasian di Sarana Kesehatan. Jakarta: Direktorat Bina Kefarmasian dan
Alat Kesehatan Departemen Kesehatan RI.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI). 2014. Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 35 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Apotek. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI). 2014. Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2014 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit. Jakarta: Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia.
Pramudiyanto, A., Evaria, dkk. 2013. MIMS Indonesia. Jakarta: PT. Bhuana Ilmu
Populer.

17

Anda mungkin juga menyukai