(KASUS 2)
DI SUSUN OLEH
KELOMPOK 3
Hikmah
Muh. Ikhsan idrus
Hasriati
Fingky enggar pratiwi
Dea komala rahim
Linda dwi andriani
Fitri handayani
Hikmahwati
Yusri indah H.muh saleh
Rosnila
Nur aisyah
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga
mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya khususnya untuk
ibu Silviana Hasanuddin, S.Farm.,M.Farm.,Apt selaku dosen pengampuh
mtakuliah ilmu resep. Di harapan semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, untuk ke depannya dapat
memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu dengan
tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami
dapat memperbaiki makalah ini.
DAFTAR ISI
ILMU RESEP...........................................................................................................................1
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................3
A. Latar Belakang..................................................................................................................3
B. Rumusan Masalah............................................................................................................5
C. Tujuan...............................................................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................................6
BAB III PEMBAHASAN......................................................................................................16
A. Data pasien.....................................................................................................................18
B. Patofisiologi penyakit berdasarkan literatur...................................................................18
C. Terapi penyakit berdasarkan literatur.............................................................................20
D. permasalahan pasien (identifikasi problem terapi pasien, informasi yang ada
dan informasi tambahan lain jika ada berdasarkan analisa SOAP.................................23
E. kategori DRP..................................................................................................................27
F. Tujuan akhir (gool therapy) farmakoterapi untuk pasien...............................................30
G. Penjelasan terapi yang tepat , alternatif, rencana optimal tatalaksana dan
strategi pengobatan serta evaluasi outcome terapinya....................................................30
H. Saran-saran sebagai apoteker untuk edukasi pasien.......................................................30
BAB 1V PENUTUP................................................................................................................31
A. kesimpulan...................................................................................................................31
B. saran.............................................................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sociate consultant american pharmacist menyebutkan bahwa tujuan
dari terapi obat adalah perbaikan kualitas hidup melalui pengobatan atau
pencegahan penyakit, mengurangi timbulnya gejala atau memperlambat
proses penyakit. Kebutuhan pasien berkaitan dengan terapi obat atau drug
related needs meliputi ketepatan indikasi, keefktifan, keamanan terapi,
kepatuhan pasien, dan indikasi yang belum ditanangani. Apabila kebutuhan
tersebut tidak terpenuhi maka hal ini dikategorikan drug related problem
(DRP).
DRP merupakan keadaan yang tidak diinginkan pasien terkait dengan
terapi obat serta hal-hal yang menggagu tercapainya hasil akhir yang sesuai
dan dikehendaki untuk pasien. Tujuh penggolongan DRPs menurut cipolle
adalah penggunaan obat yang tidak diperlukan, kebutuhan akan terapi obat
tambahan, obat yang tidak efektif, dosis terapi yang digunakan terlalu rendah,
advers drug reaction, dosis terapi yang terlalu tinggi dan ketidakpatuhan. Hal-
hal yang terkait dengan DRP seharusnya dapat dicegah dikurangi
keberadaannya melalui pengenalan secara awal terhadp adanya DRP oleh
seorang farmasis.
Memngingat pentingannya hal ini maka penyusunan makalah ini
dilakukan, juga untuk memenuhi tugas “ilmu resep” yang diberikan tentang
DRT. Analisis masalah yang akan diselesaikan berupa pasien dengan keluhan
BAB cair, mual, muntah dan nyeri perut sejak 6 jam sebelum masuk rumah
sakit, pasien didiagnosa mengalami gastrorenteritis. Gastrorenteritis masi
menjadi salah satu masalah kesehatan di Indonesia yang menyebabkan
banyak kematian pada bayi dan balita. Dengan terapi yang yang sudah
tersedia maka dilakukakanlah analisis adanya DRT pada resep.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja kelengkapan data pasien
2. Bagaimana patofisiologi penyakit berdasarkan literatur ?
3. Apa saja terapi penyakit yang diberikan berdasarkan literatur ?
4. Bagaimana cara menyelesaikan permasalahan pasien dengan (identifikasi
problem terapi pasien, informasi yang ada dan informasi tambahan lain
jika ada berdasarkan analisa SOAP?
5. Bagaimana cara menentukan DRP?
6. Apa saja tujuan akhir (gool therapy) farmakoterapi untuk pasien pada
kasus ini?
7. Apa penjelasan terapi yang tepat, alternatif, rencana optimal tatalaksana
dan strategi pengobatan serta evaluasi outcome terapinya?
8. Apa saja saran-saran (sebagai apoteker) untuk edukasi pasien pada kasus
ini?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui data pasien agar mudah dilakukan analisis DRP
2. Untuk mengetahui patofisiologi penyakit berdasarkan literatur
3. Untuk terapi penyakit yang diberikan berdasarkan literatur
4. Untuk mengetahui cara menyelesaikan permasalahan pasien dengan
(identifikasi problem terapi pasien, informasi yang ada dan informasi
tambahan lain jika ada berdasarkan analisa SOAP
5. Untuk mengetahui caradan hasil dalam menentukan DRP
6. Untuk mengetahui tujuan akhir (gool therapy) farmakoterapi untuk pasien
pada kasus ini
7. Untuk mengetahui penjelasan terapi yang tepat, alternatif, rencana optimal
tatalaksana dan strategi pengobatan serta evaluasi outcome terapinya
8. Untuk mengetahui apa saja saran-saran (sebagai apoteker) untuk edukasi
pasien pada kasus ini?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Terapi obat yang tidak 1. Pasien yang mendapatkan obat yang tidak tepat
perlu indikasi
2. Pasien yang mengalami toksisitas karena obat
atau hasil pengobatan
3. Pengobatan pada pasien pengkonsumsi obat
alkohol dan rokok
4. Pasien dalam kondisi pengobatan yang lebih baik
diobati tanpa terapi obat
5. Pasien dengan multipledrugs untuk kondisi hanya
singgledrugs therapy dapat digunakan
6. Pasien dengan terapi obat untuk penyembuhan
dapat menhindari reaksi yang merugikan dengan
pengobatan lainnya
Reaksi obat merugikan 1. Pasien dengan faktor resiko yang berbahaya bila
obat digunakan
2. Ketersedian dari obat dapat menyebabkan
interaksi dengan obat
3. Efek dari obat dapat diubah oleh substansi
makanan pasien
4. Efek dari obat dapat diubah oleh enzim inhibitor
atau induktor dari obat lain
5. Efek dari obat diubah dengan pemindahan obat
dari bindingsite oleh obat lain
6. Hasil dari laboratorium dapat diubah karena
penggunaan obat lain
Dalam Analisis DRT sangat perlu mengetahui data penting mengenai
pasien. Data penting pasien digolongkan dalam 3 kategori, sbb :
1. Karakter klinis dari penyakit atau kondisi pasien, meliputi: umur, seks, etnis,
ras, sejarah sosial, status kehamilan, status kekebalan, fungsi ginjal, hati dan
jantung, status nutrisi, serta harapan pasien.
2. Obat lain yang dikonsumsi pasien, berkaitan dengan terapi obat pada saat ini
dan masa lalu, alergi obat, profil toksisitas, adverse drug reaction, rute dan cara
pemberian obat, dan persepsi mengenai pengobatannya.
3. Penyakit, keluhan, gejala pasien meliputi masalah sakitnya pasien, keseriusan,
prognosa, kerusakan, cacat, persepsi pasien mengenai proses penyakitnya.
Data dapat diperoleh dari beberapa sumber misalnya pasien sendiri,
orang yang merawat pasien, keluarga pasien, medical record, profil pasien dari
farmasis, data laboratorium, dokter, perawat dan profesi kesehatan lainnya
(Cipolle et al., 1998). Secara umum perhatian farmasis terhadap Drug Related
Problems sebaiknya diprioritaskan pada pasien geriatri,pasien pediatri, ibu hamil
dan menyusui, serta pasien yang mendapatkan obat dengan indeks terapi
sempit(Yunita et al., 2004). Farmasis mempunyai tanggung jawab untuk
mengidentifikasi, mencegah dan memecahkan Drug Related Problems (DRPs),
walaupun hal tersebut tidak selalu mudah dicapai.Faktor kepatuhan pasien ikut
bertanggung jawab atas kesembuhannya (Cipolle et al., 1998).
Gastroenteritis didefinisikan sebagai radang selaput lendir saluran
pencernaan yang ditandai dengan diare atau muntah dengan atau tanpa infeksi.
Ciri-ciri gastroenteritis seperti diare, demam, mual, muntah, sakit kepala dan sakit
pada abdomen yang terjadi selama 2 sampai 5 hari. Gejala lain adalah kehilangan
cairan dan kehilangan keseimbangan elektrolit merupakan bahaya utama terhadap
anak-anak dan orang tua (mary E. Wiskow, 2012).
Anak-anak dan lansia yang menderita gastroenteritis atau penyakit lain
yang menyebabkan muntah, diare atau asupan makanan yang rendah beresiko
mengalami dehidrasi (Vafaee A, Moradi A, 2008).
BAB III
PEMBAHASAN
A. Data pasien
1. Identitas dan keluhan pasien
Keluhan Utama
BAB cair, muntah sejak 6 jam sebelum masuk rumah sakit.
Riwayat Pengobatan
Glimepirid 2 x 2 mg
Riwayat Pribadi
Seorang ibu dengan 6 orang anak, kesulitan ekomoni.
2. Ojektif
a. Hasil pemeriksaan laboratorium
Cl 98-107 96 97 101 98
mmol/L
b. Tanda vital
RR x/menit 32 28 20 30
c. Terapi pasien
RL 20 Iv Rehidrasi 15,40 v V V
tpm
O2 3 lpm v
KCl 1 Iv Suplemen K v v V
fl/300
ml
habis
dalam
6 jam
Rute pemberian cairan pada orang dewasa terbatas pada oral dan
intravena. Untuk pemberian per oral diberikan larutan oralit yang
komposisinya berkisar antara 29g glukosa, 3,5g NaCl, 2,5g Na
bikarbonat dan 1,5g KCI setiap liternya. Cairan per oral juga
digunakan untuk memperlahankan hidrasi setelah rehidrasi inisial
(sudoyo, dkk. 2009)
2. Terapi simpatometik
Pemberian terapi simtomatik haruslah berhati-hati dan setelah
benar-benar dipertimbangkan karena lebih banyak kerugian daripada
keuntungannya. Beberapa golongan antidiare: antimotilitas dan sekresi
usus, turunan opiat, difenoksilat, loperamit, kodein HCl. Antiemetik :
metokloperamid, domperidon.
Hal yang harus sangat diperhatikan pada pemberian antiemetik,
karena Metoklopropamid misalnya dapat memberikan kejang pada anak
dan remaja akibat rangsangan ekstra piramidal. Pada diare akut yang
ringan kecuali rehidrasi peroral, bila tak ada kontraindikasi dapat
dipertimbangkan pemberian Bismuth subsalisilat maupun loperamid
dalam waktu singkat. Pada diare yang berat obat-obat tersebut dapat
dipertimbang dalam waktu pemberian yang singkat dikombinasi dengan
pemberian obat antimikrobial (Dennies, et.al. 2016)
3. Terapi antibiotik
Pemberian antibiotik secara empiris jarang diindikasikan pada diare akut
infeksi, karena 40% kasus diare sembuh kurang dari 3 hari tanpa
pemberian antibiotik (Amin L, 2015).
Antibiotik diindikasikan pada pasien dengan gejala dan tanda diare
infeksi, seperti demam, feses berdarah, leukosit pada feses, mengurangi
ekskresi dan kontaminasi lingkungan, persisten atau penyelamatan jiwa
pada diare infeksi, diare pada pelancong dan pasien immunocompromised.
Pemberian antibiotic dapat secara empiris, tetapi antibiotic spesifik
diberikan berdasarkan kultur dan resistensi kuman (Amin L, 2015).
Giardiasis)
Shigellosis Cotrimoksazole selama 3 hari
selama 7 hari
Campylobacteriosis Erythromycin selama 5 hari
EPEC Terapi sebagai febrile disentry
ETEC Terapi sebagai traveler’s diarrhea
Cl 98-107 96 97 101 98
mmol/L
3. Assesment
Pasien atas nama ny. Tita usia 70 tahun yang merupakan seorang ibu
dengan 6 orang anak dan mengalami kesulitan ekonomi. Datang ke rumah
sakit pada tanggal 6/11 dengan keluhan utama BAB cair dan muntah 6 jam
SMRS. riwayat penyakit sekarang ny. Tita mengalami BAB cair 5x dalam
sehari, bau busuk, demam nglemeng, pada veses tidak terdapat darah dan
lendir, pasien juga merasakan nyeri perut, mual-muntah, disertai lemas,
serta kaki bengkak dan tidak mengalami sesak. Pasien memiliki riwayat
penyakit 7 tahun yang lalu yaitu DM dan oleh dokter sebelumnya diberi
terapi glimepirid 2 x 2 mg. dari keluhan yang dirasakan, pasien didiagnosa
mengalami gastroenteritis atau lebih dikenal dengan istilah muntaber oleh
masyarakat luas.
Dari data pemeriksaan tanda vital, pasien tidak mengalami hipertensi
untuk standar lansia, dan mengalami demam tetapi tidak terlalu tinggi.
Sedangkan untuk hasil pemeriksaan Lab diperoleh data bahwa pasien
memiliki kadar gula darah dan kadar hemoglobin diatas normal, sehingga
dikatakan pasien mengalami DM. pada pemeriksaan CPK, CKMB diatas
batas normal sehingga kemungkinan adanya kerusakan jantung, BUN, Cr
dan asam urat juga diatas batas normal. Selain itu dilakukan pemeriksaan
beberapa elektrolit dalam tubuh untuk mengetahui apakah pasien
mengalami kekurangan elektrolit atau tidak, dengan memeriksa kadar Cl,
K, dan Na, hasil yang di peroleh yaitu pasien mengalami kekurangan
elektrolit terutama kalium.
Analisis kerasionalan obat
a. Dipemeriksaan pertama pada tanggal 6/11, pasien masuk rumah sakit
dengan keluhan utama BAB cair dan muntah dan diberikan terapi
diberikan terapi RL secara intravena untuk mengatasi masalah
rehidrasi, O2, KAEN 3B untuk mengatasi kekurangan cairan, ranitidin
untuk mengatasi sekresi asam lambung berlebihan, amoxicillin sebagai
antibiotik, kodein sebagai antidiare, dan KCl untuk memenuhi
kebutuhan kalium. Obat ini tidak rasional karena RL dan KAEN 3B
merupakan terapi dengan indikasi yang sama, selain itu KAEN 3B
mengandung dextrosa yang dapat menimbulkan efek samping berupa
kenaikan kadar glukosa darah.
b. Dipemeriksaan kedua pada tanggal 7/11, pasien diberikan terapi yang
sama pemeriksaan pertama tetapi pemberian oksigen dan amoxicilin
dihentikan, dan adanya penembahan terapi berupa novorapid sebagai
antidiabetes, losartan untuk hipertensi, amiodaron untuk antiaritmia,
dan newdiatabs untuk antidiare. Pemberian obat tidak rasional, karena
codein dan newdiatbs memiliki indikasi yang sama sebagai antidiare.
Penambahan amiodaron juga tidak rasional karena memiliki indikasi
yang sama dengan tyarid.
c. Dipemeriksaan ketiga pada tanggal 8/11, pasien diberikan terapi yang
sama seperti hari ke 2 tetapi pemberian newdiatbs dihentikan, juga
frekuensi pemberian kodein dan amiodaron menjadi 2 x 1.
Ketidakrasionalan pemberian terapi sama dengan pada hari
sebelumnya
d. Dipemeriksaan keempat pada tanggal 9/11, pasien diberikan terapi
yang sama seperti hari ketiga tetapi pemberian KCl dihentikan dan
diganti dengan aspar K untuk memenuhi kekurangan kaliumnya.
Terapi kurang rasional seperti yang dijelaskan diatas.
4. Plan
a. Tujuan terapi
Untuk meningkatkan kualitas hidup pasien
Untuk mengatasi masalah muntaber pada pasien
Mengatasi masalah dehidrasi pada pasien
Mengatasi penyakit pasien yang diketahui dari uji laboratorium
b. Sasaran terapi
Menyembuhkan muntaber pada pasien beserta keluhan penyertanya
Menormalkan kadar gula darah
Menyembuhkan aritmia
Menormalkan asam urat pasien
E. Analisis Kategori DRP
6 Novorapid
12 KCl Sebagai
suplemen K,
Untuk
mengatasi
hipokalemia
(kekurangan
kadar kalium)
13 Aspar K Sebagai
suplemen K,
Untuk
mengatasi
hipokalemia
(kekurangan
kadar kalium)
Pasien membutuhkan terapi obat tambahan untuk mengatasi asam urat yang
kadarnya melebihi batas normal. Kami merekomendasikan alopurinol sebagai lini
pertama untuk mengatasi asam uratnya. Hal ini termasuk DRP dengan kategori 1,
yaitu pasien membutuhkan terapi obat tambahan.
F. Tujuan akhir (gool therapy) farmakoterapi untuk pasien pada kasus ini
Tujuan terapinya adalah menghilangkan gejala, artinya pasien tidak lagi
mengalami muntaber dan keluhan lainnya seperti nyeri perut, muntah dan
lemas serta mengatasi masalah dehidrasi yang dialami pasien dikarenakan
penyakit muntaber ini. Dehidrasi merupakan masalah paling serius yang perlu
diatasi terutama pada pasien lansia karena akan berakibat fatal hingga
menyebabkan kematian. Strategi terapi dapat menggunakan terapi non
farmakologi dan farmakologi, terapi non farmakologi seperti memakan
makanan dengan tekstur halus dan mudah dicerna, serta perbanyak minum air
putih. Sedangkan terapi farmakologinya berupa pemberian obat-obatan.
Selain mengatasi keluhan utama, juga dilakukan penanganan penyakit
lainnya berdasarkan pemeriksaan laboratorium.
G. penjelasan terapi yang tepat , alternatif, rencana optimal tatalaksana
dan strategi pengobatan serta evaluasi outcome terapinya.
1. Terapi yang tepat diberikan adalah sebagai berikut :
Cipolle, R., Strand, L.M., Morley, P.C., 1998, Pharmaceutical Care. McGraw-
Hill. New York.
Cipolle, R., Strand, L.M., Morley, P.C. 1992. Pharmaceutical Care An
Introduction Current Concept. McGraw-Hill. New York.
Dennis L., Anthony S., Stephen H., Dan L., Larry J., Joseph L. 2016.
Harrison's Gastroenterology and Hepatology. 3rd Edition.
Philadelphia: McGraw Hill.
mary E. Wiskow, M. 2012. Wabah Akut Gastroenteritis Menular Keorang
Nurs., Nursalam M., dkk. 2005. Asuhan Keperawatan pada Bayi dan Anak. Edisi:
1. Selamba Medika. Jakarta
Strand, MD, Morley, PC, Cipolle, RJ, Ramsey, R, Lamsam, GD 1990, ‘Drug-
Related Problems: Their Structure and function’, DICP the Annals of
Pharmacotherapy, vol. 24, pp. 1094-1096.
Subagyo., nurtahjo. 2008. Diare Akut, Buku Ajar Gastroenterologi-Hepatologi
IDAI Edisi 1: 87-121.