Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH FARMAKOLOGI

KONSEP DAN PRINSIP PEMBERIAN OBAT, KEMASAN OBAT DAN


CARA PENYIMPANANNYA

DOSEN PEMBIMBING :

Erpita Yanti A.Md. Keb, SKM, M. MKes

DISUSUN OLEH :

AHLAN ALAMUKHDA ZIKRI B

21334004

1A

D-III KEPERAWATAN

FAKULTAS PENDIDIKAN PSIKOLOGI DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2021/2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah


memberikan rahmat dan inayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul konsep dan prinsip pemberian obat, kemasan obat
dan cara penyimpanannya.

Terima kasih saya ucapkan kepada ibu Erpita Yanti A.Md, SKM, M.
Mkes  yang telah membantu saya baik secara moral maupun materi.
Terima kasih juga saya ucapkan kepada teman-teman seperjuangan yang
telah mendukung kami sehingga saya bisa menyelesaikan tugas ini tepat
waktu.

Saya menyadari, bahwa makalah yang saya buat ini masih jauh
dari kata sempurna baik segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya.
Oleh karena itu, saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari semua pembaca guna menjadi acuan agar penulis bisa
menjadi lebih baik lagi di masa mendatang.

Semoga makalah ini bisa menambah wawasan para pembaca dan


bisa bermanfaat untuk perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.

Pariaman, 16 April 2022

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman Judul ……………………………………………………………………


Kata pengantar……………………………………………………………………
Daftar Isi ………………………………………………………………….…..…...
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………………
A. Latar Belakang……………………………………………………………..…
B. Rumusan Masalah ……………………………………………………..…..
C. Tujuan …………………………………………………………………...…..
D. Manfaat ………………………………………………………………….……
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………….
A. Konsep Dan Prinsip Pemberian Obat……………………………………..
1. Prinsip pemberian obat oral……………………………………………
2. Prinsip pemberian obat topikal…………………………………………
3. Prinsip pemberian obat parenteral…………………………………….
4. Prinsip pemberian obat supositoria/vaginal…………………………..
5. Penghitungan dosis obat……………………………………………….
B. Bentuk Kemasan Obat Dan Cara Penyimpanannya……………...…
1. Bentuk padat (tablet, kapsul, kaplet)………………………………….
2. Bentuk cair……………………………………………………………….
3. Bentuk
topikal…………………………………………………………….
BAB III PENUTUP……………………………………………………………….
A. Kesimpulan……………………………………………………………...……
B. Saran………………………………………………………...…………....…..
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………….
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perawat memiliki tanggung jawab untuk memastikan dan memberikan


obat dengan benar. Salah satu tugas perawat adalah melakukan
pemberian obat kepada pasien sebagai bentuk pertanggungjawaban
secara legal atas tindakan yang telah dilakukan. Penerapan prinsip enam
tepat (six rights) oleh perawat akan mempengaruhi keberhasilan
pengobatan. Hal ini terutama akan tampak pada pasien yang dirawat di
ruang rawat inap.

Seorang perawat harus memberikan berbagai macam obat kepada


beberapa pasien rawat inap yang berbeda, yang menjadi tanggung
jawabnya.perawat harus menerapkan prinsip “enam tepat” tersebut untuk
menghindari kesalahan pemberian obat (Hidayat dan Uliyah, 2014).Selain
sebagai pelaksana dalam pemberian obat, hal ini membuat perawat
berada pada posisi yang ideal untuk memantau respon obat pada pasien,
memberikan pendidikan bagi pasien dan keluarga tentang program
pengobatan serta menginformasikan kepada dokter tentang apakah obat
efektif, tidak efektif, atau obat tidak lagi dibutuhkan.

Selain berperan memberikan obat kepada pasien, perawat dituntut


untuk menentukan apakah seorang pasien harus mendapat obat pada
waktunya dan mengkaji kembali kemampuan pasien menggunakan obat
secara mandiri dan perawat menggunakan proses keperawatan untuk
mengintegrasi terapi obat dalam perawatan pasien. Obat merupakan alat
utama terapi untuk mengobati klien yang memiliki masalah.

Obat bekerja menghasilkan efek terapeutik yang bermanfaat.


Walaupun obat menguntungkan klien dalam banyak hal, beberapa obat
dapat menimbulkan efek samping yang serius atau berpotensi
menimbulkan efek yang berbahaya bila kita memberikan obat tersebut
tidak sesuai dengan anjuran yang sebenarnya.

Seorang perawat juga memiliki tanggung jawab dalam memahami


kerja obat dan efek samping yang ditimbulkan oleh obat yang telah
diberikan, memberikan obat dengan tepat, memantau respon klien, dan
membantu klien untuk menggunakannya dengan benar dan berdasarkan
pengetahuan.

Salah satu tugas penting seorang perawat adalah merawat pasien


dengan memberikan terapi yaitu obat. Obat merupakan salah satu terapi
untukmengobati klien yang memiliki masalah kesehatan. Obat memiliki
efekterapeutik, namun beberapa obat menimbulkan efek samping juga.

B. Rumusan Masalah

1. Jelaskan prinsip pemberian obat oral?

2. Jelaskan prinsip pemberian obat topikal?

3. Jelaskan prinsip pemberian obat parenteral?

4. Jelaskan prinsip pemberian obat supositoria/vaginal?

5. Jelaskan penghitungan dosis obat?

6. Jelaskan bentuk padat dari obat tablet, kapsul, kaplet

7. Jelaskan bentuk obat cair?

8. Jelaskan bentuk obat topikal?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui prinsip pemberian obat oral

2. Untuk mengetahui prinsip pemberian obat topikal

3. Untuk mengetahui prinsip pemberian obat parenteral

4. Untuk mengetahui prinsip pemberian obat supositoria/vaginal


5. Untuk mengetahui penghitungan dosis obat

6. Untuk mengetahui bentuk padat dari obat tablet, kapsul, kaplet

7. Untuk mengetahui bentuk obat cair

8. Untuk mengetahui obat topikal

D. Manfaat

Makalah ini dibuat untuk menambah wawasan tentang konsep, prinsip


pemberian obat, bentuk kemasan obat dan cara penyimpanan suatu obat.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Dan Prinsip Pemberian Obat

Salah satu tugas penting seorang perawat adalah merawat pasien


denganmemberikan terapi yaitu obat. Obat merupakan salah satu terapi
untuk mengobati klien yang memiliki masalah kesehatan. Obat memiliki
efekterapeutik, namun beberapa obat menimbulkan efek samping juga.
Prinsip enam benar pemberian obat (Hidayat dan Uliyah, 2014): Benar
pasien dimana sebelum memberikan obat cek kembali identitas pasien.
Benar obat, selum memberikan obat kepada pasien, label pada botol atau
kemasan harus di periksa minimal 3 kali. Benar dosis dalam memberikan
obat perawat harus memeriksa dosis obat dengan hati-hati dan teliti, jika
ragu perawat harus berkonsultasi dengan dokter atau apoteker sebelum di
lanjutkan ke pasien.Benar cara/rute, artinya ada banyak rute/cara dalam
memberikan obat, perawat harus teliti dan berhati-hati agar tidak terjadi
kesalahan pemberian obat dan Benar waktu, dimana sangat penting
khususnya bagi obat yang efektivitas tergantung untuk mencapai atau
mempertahankan darah yang memadai, ada beberapa obat yang diminum
sesudah atau sebelum makan, juga dalam pemberian antibiotik tidak oleh
di berikan bersamaan dengan susu, karna susu dapat mengikat sebagian
besar obat itu,sebelum dapat di serap tubuh. Benar dokumentasi, setelah
obat itu di berikan kita harus mendokumentasikan dosis, rute, waktu dan
oleh siapa obat itu diberikan, dan jika pasien menolak pemberian obat
maka harus didokumentasikan juga alasan pasien menolak pemberian
obat.

Selain berperan memberikan obat kepada pasien, perawat dituntut


untuk menentukan apakah seorang pasien harus mendapat obat pada
waktunya dan mengkaji kembali kemampuan pasien menggunakan obat
secara mandiri dan perawat menggunakan proses keperawatan untuk
mengintegrasi terapi obat dalam perawatan pasien. Obat merupakan alat
utama terapi untuk mengobati klien yang memiliki masalah.

1. Prinsip pemberian obat oral


Pemberian obat oral dilakukan melalui mulut. Penggunaan obat
melalui oral bertujuan terutama untuk mendapatkan efek sistemik,
yaitu obat beredar melalui pembuluh darah keseluruh tubuh. Dalam
pemberian obat oral, ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh
perawat, yaitu adanya alergi terhadap obat yang akan diberikan,
kemampuan klien untuk menelan obat, adanya muntah dan/atau diare
yang dapat mengganggu obsorpsi obat, efek samping obat, dan
kebutuhan pembelajaran mengenai obat yang diberikan.

Obat yang cara penggunaannya masuk melalui mulut.


Keuntungannya relatif aman, praktis, ekonomis. Kerugiannya timbul
efek lambat; tidak bermanfaat untuk pasien yang sering muntah, diare,
tidak sadar, tidak kooperatif; untuk obat iritatif dan rasa tidak enak
penggunaannya terbatas; obat yang inaktif/terurai oleh cairan
lambung/usus tidak bermanfaat (penisilin G, insulin); obat absorpsi
tidak teratur. Untuk tujuan terapi serta efek sistematik yang
dikehendaki, penggunaan oral adalah yang paling menyenangkan dan
murah, serta umumnya paling aman. Hanya beberapa obat yang
mengalami perusakan oleh cairan lambung atau usus. Pada keadaan
pasien muntah-muntah, koma, atau dikehendaki onset yang cepat,
penggunaan obat melalui oral tidak dapat dipakai.

2. Prinsip pemberian obat topikal


Obat-obatan topikal merupakan jenis rute pemberian yang paling
banyak digunakan dalam mengatasi penyakit-penyakit okular.
Pemberian obat secara topikal adalah pemberian obat secara lokal
dengan cara mengoleskan obat pada permukaan kulit atau membran
area mata, hidung, lubang telinga, vagina dan rectum. Obat jenis ini
dapat mengakibatkanreaksi toksik apabila diabsorbsi kedalam sistim
peredaran darah. Namun obat inidapat bermanfaat apabila digunakan
pada kulit atau membrane mukosa.

Agenstopical di gunakan untuk mengobati berbagai gangguan


dalam area yangterlokalisasi. Beberapa bentuk obat ini dipersiapkan
untuk diabsorbsi kulit gunamemberikan dampak secara sistemik. Bila
tempat pemakian mudah dijangkauseperti kulit, suatu obat mudah
diletakkan diatasnya. Namun bila tempatnyamerupakan rongga,
seperti hidung, atau bagian tertutup seprti mata, maka diperlukan alat
untuk pemakian mekanis untuk memasukkan obat.

Obat yang biasa digunakan untuk pemberian obat topikal pada


kulit adalah obat yang berbentuk krim, lotion, atau salep. Hal ini
dilakukan dengan tujuan melakukan perawatan kulit atau luka, atau
menurunkan gejala gangguan kulit yang terjadi (contoh : lotion).

Pemberian obat topikal pada kulit terbatas hanya pada obat-obat


tertentu karena tidak banyak obat yang dapat menembus kulit yang
utuh. Keberhasilan pengobatan topical pada kulit tergantung pada:
umur, pemilihan agen topikal yang tepat, lokasi dan luas tubuh yang
terkena atau yang sakit, stadium penyakit, konsentrasi bahan aktif
dalam vehikulum, metode aplikasi, penentuan lama pemakaian obat,
penetrasi obat topical pada kulit.

Pemakaian obat topikal jangka lama akan memunculkan efek


samping pada permukaan okular antara lain : pada kornea ditemukan
menurunnya stabilitas precorneal tear film akibat berkurangnya sel
goblet dan rusaknya lapisan lipid

Namun dalam tata cara penggunaannya terbagi menjadi beberapa


macam meliputi:

a. Pada Kulit

Obat yang biasa digunakan untuk pemberian obat topikal pada


kulit adalah obat yang berbentuk krim, lotion, sprei atau salep. Hal ini
dilakukan dengan tujuan melakukan perawatan kulit atau luka, atau
menurunkan gejala gangguan kulit yang terjadi (contoh : lotion). Krim,
dapat mengandung zat anti fungal (jamur), kortikosteorid, atau
antibiotic yang dioleskan pada kulit dengan menggunakan kapas lidi
steril.

Krim dengan antibiotic sering digunakan pada luka bakar atau


ulkus dekubitus. Krim adalah produk berbasis air dengan efek
mendinginkan dan emolien. Mereka mengandung bahan pengawet
untuk mencegah pertumbuhan bakteri dan jamur, tetapi bahan
pengawet tertentu dapat menyebabkan sensitisasi dan dermatitis
kontak alergi.Krim kurang berminyak dibandingkan salep dan secara
kosmetik lebih baik ditoleransi.

Sedangkan salep, dapat digunakan untuk melindungi kulit dari


iritasi atau laserasi kulit akibat kelembaban kulit pada kasus
inkontenansia urin atau fekal. Salep tidak mengandung air, mereka
adalah produk berbasis minyak yang dapat membentuk lapisan
penutup diatas permukaan kulit yang membantu kulit untuk
mempertahankan air. Salep nenghidrasi kulit yang kering dan bersisik
serta meningkatkan penyerapan zat aktif, dan karena itu berguna
dalam kondisi kulit kering kronis. Salep tidak mengandung bahan
pengawet.

Losion adalah suspensi berair yang dapat digunakan pada


permukaan tubuh yang luas dan pada daerah berbulu.Losion memiliki
efek mengeringkan dan mendinginkan.

Obat transdermal adalah obat yang dirancang untuk larut kedalam


kulit untuk mendapatkan efek sistemik.Tersedia dalam bentuk
lembaran.Lembaran obat tersebut dibuat dengan membran khusus
yang membuat zat obat menyerap perlahan kedalam kulit. Lembaran
ini juga dapat sekaligus mengontrol frekuensi penggunaan obat
selama 24 ± 72 jam. Tujuan pemberian pada kulit, yaitu :
- Untuk mempertahankan hidrasi

- Melindungi permukaan kulit

- Mengurangi iritasi kulit

- Mengatasi infeksi

b. Pada Mata

Pemberian obat pada mata dilakukan dengan cara meneteskan


obat mata atau mengoleskan salep mata. Persiapan pemeriksaan
struktur internal mata dilakukan dengan cara mendilatasi pupil, untuk
mengukur refraksi lensa dengan cara melemahkan otot lensa,
kemudian dapat juga digunakan untuk menghilangkan iritasi mata
Obat mata biasanya berbentuk cairan dan ointment/ obat salep mata
yang dikemas dalam tabung kecil.Karena sifat selaput lendir dan
jaringan mata yang lunak dan responsif terhadap obat, maka obat
mata biasanya diramu dengan kakuatan yang rendah misalnya 2 %.

c. Pada Telinga

Pemberian obat pada telinga dilakukan dengan cara memberikan


tetes telinga atau salep. Obat tetes telinga ini pada umumnya
diberikan pada gangguan infeksi telinga, khususnya pada telinga
tengah (otitis eksternal) dan dapat berupa obat antibiotik.

3. Prinsip pemberian obat parenteral


Untuk memberikan obat secara parenteral perawat menggunakan
vial atau ampul, spuit dan jarum. Spuit mempunyai 3 bagian yaitu
ujung yang berhubungan dengan jarum, bagian luar atau barrel
dimana skala tercetak biasanya dalam mililiter, yang terakhir adalah
plunger yang pas dengan bagian dalam barrel dan digunakan untuk
mendorong obat dalam jarum. Ingat spuit plastik harus dibuang
setelah dipakai. Jarum, memiliki tiga bagian juga yaitu; hub bagian
yang dilepaskan dari spuit, batang tipis yang dipasang pada hub,
bevel yaitu bagian landai di ujung.

Jarum dengan diameter terbesar adalah gauge 14 dan yang


terkecil adalah gauge 28.\Pemberian obat dilakukan dengan berbagai
macam cara , Sesuai dengan tujuan terapi dan jenis obat. Salah satu
diantara rute yang biasa dilakukan adalah rute pemberian obat secara
parenteral, yang meliputi pemberian obat secara sub cutan (SC), intra
muskuler (IM), Intra Cutan (IC) dan Intra Vena (IV).

Untuk pemberian obat perenteral ini, pemberian obat harus sesuai


dengan prinsip 5 benar: 

a) Benar Klien: Periksa nama klien, nomer RM, ruang, nama dokter
yang meresepkan pada catatan pemberian obat, catatan
pemberian obat, kartu obat dan gelang identitas pasien.

b) Benar Obat: Memastikan bahwa obat generik sesuai dengan


nama dagang obat, klien tidak alergi pada kandungan obat yang
didapat. Memeriksa label obat dengan catatan pemberian obat.

c) Benar Dosis: Memastikan dosis yang diberikan sesuai dengan


rentang pemberian dosis untuk cara pemberian tersebut, berat
badan dan umur klien; periksa dosis pada label obat untuk
membandingkan dengan dosis yang tercatat pada catatan
pemberian obat; lakukan penghitungan dosis secara akurat.

d) Benar Waktu: periksa waktu pemberian obat sesuai dengan waktu


yang tertera pada catatan pemberian obat (misalnya obat yang
diberikan 2 kali sehari, maka pada catatan pemberian obat akan
tertera waktu pemberian jam 6 pagi, dan 6 sore)

e) Benar Cara: memeriksa label obat untuk memastikan bahwa obat


tersebut dapat diberikan sesuai cara yang diinstruksikan, dan
periksa cara pemberian pada catatan pemberian obat.
4. Prinsip pemberian obat supositoria/vaginal

Banyak obat tersedia dalam bentuk supositoria dan dapat


menimbulkan efek lokal dan sistemik. Amiinofilin supositoria bekerja
secara sistemik untuk mendilatasi bronkiale respiratori. Dulkolak
supositoria bekerja secara lokal untuk meningkatkan defekasi.
Supositoria aman diberikan pada pasien. Perawat harus
memperhatikan terutama pada penempatan supositoria dengan benar
pada dinding mukosa rektal melewati spingter ani interna sehingga
supositoria tidak akan dikeluarkan. Pasien yang mengalami
pembedahan rekatal atau mengalami perdarahan rektal jangan pernah
diberikan supositoria.

Suppositoria adalah obat solid (padat) berbentuk peluru yang


dirancang untuk dimasukkan ke dalam anus/rektum (suppositoria
rektal),vagina (suppositoria vagina) atau uretra (suppositoria uretra).
Supositoria umumnya terbuat dari minyak sayuran solid yang
mengandung obat.

Supositoria rektal akan hancur atau larut dalam suhu tubuh dan
akan menyebar secara bertahap ke lapisan usus rendah (rektum),
dimana di sana ia akan diserap oleh aliran darah. Suppositoria rektal
bertindak secara sistemik, atau sebagai alternatif dari obat-obat oral
(misalnya ketika seseorang tidak mampu mengonsumsi obat melalui
mulut). Obat ini mudah diserap di dalam rektum karena rektum kaya
akan pembuluh darah.

Obat vaginal tersedia dalam bentuk krim dan supositoria yang


digunakan untuk mengobati infeksi lokal atau inflamasi. Penting untuk
menghindari rasa malu pasien bila memberikan sediaan ini. Seringkali
pasien lebih memilih untuk belajar cara memberikan obat ini sendiri.
Karena luka yang merupakan gejala infeksi vagina berbau sangat tak
sedap, ada baiknya untuk menawarkan pasien higiene perineal yang
baik.
5. Penghitungan dosis obat

a) Cara Menghitung Dosis Obat Tablet

(Order Dokter)/(Sediaan Obat)

Sediaan obat adalah jumlah dari total kandungan dalam satu


tablet, pil, kaplet, vial, atau ampul. Contoh, ketika dokter meminta
memberikan paracetamol tablet 250 mg, satu kaplet obat memiliki
sediaan 500 mg.

Maka cara menghitungnya:

250 mg / 500 mg = 1/2 tablet

b) Cara Menghitung Dosis Obat Sirup

(Order Dokter)/(Sediaan Obat) ×Pelarut

Contoh, ketika dokter membuat resep Sanmol Forte syrup 120


mg prn. Sediaan obat Sanmol Forte syrup adalah 240 mg tiap 5
mL.

Maka cara menghitungnya:

120 mg / 240 mg X 5 ml = 2,5 ml = 1/2 cth

c) Cara Menghitung Dosis Obat Serbuk

Order Dokter)/(Sediaan Obat) ×Pelarut

d) Cara Menghitung Dosis Obat Menggunakan Alat

(Order Dokter)/Jam×(60 mgtt)/CC×(kg/BB)×Pelarut/(Sediaan


Obat)

atau,

(Order Dokter)/Menit×(60 mgtt)/CC×(kg/BB)×Pelarut/(Sediaan


Obat)
Contohnya:

Heparin 1000 IU/jam. Sediaan obat 1 ml Heparin adalah 5000


IU, jumlah pelarut 100 cc.

Maka cara menghitungnya:

1000 IU/60 menit X 60 mggtt/cc X 100 cc / 5000 IU = 20 cc/jam

B. Bentuk Kemasan Obat Dan Cara Penyimpanannya


Penyimpanan obat secara umum seperti:

1) Menjauhkan obat dari jangkauan anak-anak

2) Menyimpan obat dalam kemasan asli dan dalam wadah yang


tertutup rapat serta etiket yang masih lengkap

3) Menyimpan obat ditempat yang sejuk dan terhindar dari sinar


matahari langsung atau mengikuti aturan yang tertera pada
kemasan

4) Jangan meninggalkan obat didalam mobil dalam jangka waktu


yang lama karena suhu yang tidak stabil dalam mobil dapat
merusak obat

5) Jangan menyimpan obat yang telah kadaluarsa. Periksa obat


dalam kotak obat secara berkala untuk menghindari pemakaian
obat yang telah rusak atau kadaluarsa.

6) Kondisi seperti panas, terpapar udara, sinar matahari dan


kelembapan dapat merusak obat

7) Letakkan obat pada lemari khusus untuk obat

1. Bentuk padat (tablet, kapsul, kaplet)

a) Tablet, sediaan obat berbentuk padat kompak dan merupakan


tipe umum dari suatu tablet. Berdasarkan formulasinya, tablet
dapat berupa : tablet padat biasa, tablet sublingual (dilarutkan
dibawah lidah), tablet bukal (dilarutkan antara pipi dan gusi),
tablet bersalut gula (menutupi bau dan rasa tidak enak), tablet
bersalut enteric (untuk mencegahnya larut dalam lambung
dan sampai dan di usus halus baru dipecah).
Berdasarkan bentuknya dibedakan menjadi 2 yaitu bulat
pipih dengan kedua permukaannya rata atau cembung, dalam
perdagangannya disebut Tablet. Sedangkan silindris seperti
kapsul, dalam perdagangannya disebut Kaplet. Jangan
simpan tablet di tempat panas dan lembab.
b) Kapsul, sediaan padat, bahan aktifnya berbentuk padat atau
setengah padat dengan atau tanpa bahan tambahan dan
terbungkus. Kapsul adalah bentuk sediaan padat yang
terbungkus dalam suatu cangkang keras atau lunak yang
dapat larut. Cangkang umumnya terbuat dari gelatin, tetapi
dapat juga dibuat dari pati atau bahan lain yang sesuai.
Cangkang kapsul kelihatannya keras, tetapi sebenarnya masih
mengandung air dengan kadar 10-15% (FI ed IV) dan 12 -16%
menurut literatur lain. Jika disimpan di tempat yang lembap,
kapsul akan menjadi lunak dan melengket satu sama lain
serta sukar dibuka karena kapsul itu dapat menyerap air dari
udara yang lembap.
Sebaliknya jika disimpan ditempat yang terlalu kering, kapsul
itu akan kehilangan airnya sehingga menjadi rapuh dan
mudah pecah. Oleh karena itu, penyimpanan kapsul
sebaiknya dalam tempat atau ruangan yang ;
1. Tidak terlalu lembap atau dingin dan kering
2. Terbuat dari botol gelas, tertutup rapat, dan diberi bahan
pengering (silika gel)
3. Terbuat dari wadah botol-plastik, tertutup rapat yang juga
diberi bahan pengering
4. Terbuat dari aluminium-foil dalam blister atau strip
c) Kaplet, Kaplet ini merupakan jenis obat yang bentuknya
penggabungan dari bentuk tablet dan kapsul. kaplet adalah
tablet yang dibungkus lapisan gula dan pewarna menarik
untuk menjaga kelembapan dan kontaminasi saat di
lambung. Kaplet ini tidak memakai pembungkus sebagaimana
halnya obat berbentuk tablet pada umumnya, namun bentuk
fisiknya menyerupai kapsul. Simpan di tempat panas dan
lembab

2. Bentuk cair

Sediaan obat cair (sirup dan suspense), Jangan menyimpan obat


dalam bentuk cair di dalam lemari pendingin (freezer) agar tidak beku,
kecuali jika ditentukan pada etiket atau kemasan obat.

3. Bentuk topikal

Cara penyimpanan obat topikal:

a. Menjauhkan obat dari jangkauan anak-anak

b. Menyimpan obat dalam kemasan asli dan dalam wadah yang


tertutup rapat serta etiket yang masih lengkap

c. Menyimpan obat ditempat yang sejuk dan terhindar dari sinar


matahari langsung atau mengikuti aturan yang tertera pada
kemasan

d. Jangan meninggalkan obat didalam mobil dalam jangka waktu


yang lama karena suhu yang tidak stabil dalam mobil dapat
merusak obat

e. Jangan menyimpan obat yang telah kadaluarsa. Periksa obat


dalam kotak obat secara berkala untuk menghindari
pemakaian obat yang telah rusak atau kadaluarsa.
f. Kondisi seperti panas, terpapar udara, sinar matahari dan
kelembapan dapat merusak obat

g. Letakkan obat pada lemari khusus untuk obat

Bentuk kemasan obat topikal bermacam-macam,

Salep disimpan dalam wadah : botol ( gelas berwarna / tak


berwarna; buram atau biru; porselen; plastik) tube ( kaleng atau
plasatik ).
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pemberian Obat Oral adalah pemberian melalui mulut. Pada


umumnya cara inilebih disukai karena paling murah dan paling nyaman
untuk diberikan. Bentuk obatoral adalah bentuk tablet, kapsul, dan syrup.

Obat-obatan topical adalah jenis obat yang dimaksudkan untuk


memberikan reaksi atau pengaruh langsung pada tempat tertentu atau
secara lokal.Obat jenis ini tidak digunakan untuk oral ataupun injeksi
karena dapatmengakibatkan reaksi toksik apabila diabsorbsi kedalam
sistim peredaran darah.)ada umumnya obat topical adalah obat yang
digunakan pada kulit ataumembrane mukosa untuk memberikan pengaruh
local pada bagian tubuh. Pemberian obat secara topical dapat dilakukan
melalui kulit,instilasi mata, hidung, telinga, melalui vagina ataupun rectum.

Pemberian obat parenteral merupakan pemberian obat yang dilakukan


dengan menyuntikkan obat tersebut ke jaringan tubuh Obat parenteral
dapat diberikan dengan berbagai cara disesuaikan dengan kondisi pasien,
diantaranya : sub kutan, intra kutan, intra muscular, dan intra vena. Dalam
pemberian obat ada hal-hal yang perlu diperhatikan, yaitu indikasi dan
kontra indikasi pemberian obat. Sebab ada jenis-jensi obat tertentu yang
tidak bereaksi jika diberikan dengan cara yang salah.

B. Saran

Diharapkan setelah membaca makalah ini mahasiswa dapat lebih


memahami danmengetahui tentang konsep dan prinsip pemberian obat
secara
DAFTAR PUSTAKA

Anggraini AN, Fatimah FS. Evaluasi Penerapan Patient Safety dalam


Pemberian Obat di Wilayah Kerja Puskesmas Kasihan II Kabupaten
Bantul Yogyakarta. J Ners dan Kebidanan Indones. 2015;3(3):162– 8.

Dermawan, Deden. Farmakologi Untuk Keperawatan. Yogyakarta:


Gosyen Publishing; 2015

Djamaludin. (2017). Pengantar Farmakologi. Jakarta Indonesia:


Rajawali Press

Fatimah FS. Gambaran Penerapan Prinsip Benar Pemberian Obat di


Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II. J Ners dan
Kebidanan Indones. 2016;4(2):79.

Ganiswara, S.G. (2016). Farmakologi dan Terapi Ed.6. Jakarta


Indonesia: Gaya Baru

Hanke, Grace. 2007. Med-math: Perhitungan dosis, preparat, dan cara


pemberianobat. Jakrta: EGC. (hlm. 86-95).

Murtini, Gloria. PPSDM Kesehatan Farmestika Dasar.Jakarta Selatan:


Pusdik SDM Kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai