Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH

FARMAKOLOGI

TENTANG :
CARA PEMBERIAN OBAT

Dosen Pembimbing :
Ns. Devfi Herlina, S.Kep, M.Kep

DISUSUN OLEH KELOMPOK 6 :


Hessy Novarita
Puji Patrisia
Suci Fitri Liana
Desia Irma Sari

AKADEMI KEPERAWATAN BINA INSANI SAKI


SUNGAI PENUH
TAHUN AJARAN 2021/2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………………………………………… [I]


KATA PENGANTAR ………………………………………………………………………………………………….. [ II ]
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………………………………………………... [ 1 ]
A. Latar Belakang …………………………………………………………………………………………………….. [ 1 ]
B. Rumusan Masalah ……………………………………………………………………………………………….. [ 1 ]
C. Tujuan Penulisan ………………………………………………………………………………………………….
[1]
BAB II PEMBAHASAN ………………………………………………………………………………………………..
[2]
A. Definisi Obat …………………………………………………………………………………………………………
[2]
B. Cara Pemberian Obat …………………………………………………………………………………………… [ 2 ]
1. Pemberian Obat Per Oral ……………………………………………………………………………………...
[2]
2. Pemberian Obat Sublingual dan Bukal ………………………………………………………………….
[5]
3. Pemberian Obat Parenteral/Injeksi ………………………………………………………………………
[6]
4. Pemberian Obat Secara Topikal ………………………………………………………………………….
[ 16 ]
5. Pemberian Obat Secara Inhalasi ………………………………………………………………………… [ 25 ]
BAB III PENUTUP ……………………………………………………………………………………………………. [ 26 ]
A. Kesimpulan ……………………………………………………………………………………………………….. [ 26 ]
B. Saran …………………………………………………………………………………………………………………. [ 26 ]
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………………………………………. [ III ]
[I]

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT,Karena berkat rahmat dan hidayahnya kami dapat
menyelesaikan tugas ini dengan tepat waktunya. sejalan hal tersebut maka kami dari
kelompok 6(enam) Menyusun makalah ini yang berjuduL “CARA PEMBERIAN OBAT”.
makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Farmakologi dan Sudah barang
tentu lah dalam pembuatan makalah ini terdapat sedikit kekurangan dan kekeliruan di
dalamnya maka dari itu kami dari kelompok 6 meminta maaf sebesar-besarnya. Tidak lupa
pula kami mengharapkan kritik dan saran untuk memperbaiki makalah kami ini dikarenakan
banyak kekurangan dalam mengerjakan makalah ini. Akhir kata, semoga makalah ini bisa
bermanfaat baik bagi kami sendiri maupun bagi para pembaca.

Terima kasih
[ II ]

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu tugas terpenting seorang perawat adalah memberi obat yang aman
dan akurat kepada klien. Obat merupakan alat utama terapi untuk mengobati klien
yang memiliki masalah.Obat bekerja menghasilkan efek terapeutik yang bermanfaat.
Walaupun obat menguntungkanklien dalam banyak hal, beberapa obat dapat
menimbulkan efek samping yang serius atau berpotensi menimbulkan efek yang
berbahaya bila kita memberikan obat tersebut tidak sesuaidengan anjuran yang
sebenarnya.
Seorang perawat juga memiliki tanggung jawab dalam memahami kerja obat
dan efeksamping yang ditimbulkan oleh obat yang telah diberikan, memberikan obat
dengan tepat,memantau respon klien, dan membantu klien untuk menggunakannya
dengan benar dan berdasarkan pengetahuan.

B. Rumusan Masalah
 Apakah definisi pemberian obat ?
 Bagaimana cara-cara pemberian obat ?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan umum :
 Untuk memenuhi salah satu tugas matakuliah Farmakologi
 Diharapkan mahasiswa memahami tentang cara pemberian obat yang tepat
sesuai dengan obat dan rute pemberian yang benar.

Tujuan khusus :
 Menjelaskan definisi pemberian obat
 Menjelaskan cara-cara pemberian obat

[1]

BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi obat
Obat adalah zat yang digunakan dalam diaknosis terapi, penyembuhan,
penurunan, atau pencegahan penyakit. Sediaan atau paduan bahan bahan yg
siap untuk digunakan mempengaruhi atau menyelidiki sisstem fisiologis atau
keadaan patologis dalam rangka diagnosis, pencegahan, penyembuhan,
pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi.
Obat merupakan sebuah substansi yang diberikan kepada manusia atau
binatang sebagai perawatan, pengobatan, atau bahkn pen'egahan terhadap
berbagai gangguan yang terjadi didalam tubuh. Dalam pelaksanaannya ,tenaga
medis memiliki tanggung jawab dalam keamanan obat dan pemberian se'ara
langsung ke pasien. Hal ini semata-mata untuk memenuhi kebutuhan pasien.

B. Cara pemberian obat


Obat bisa masuk ke dalam tubuh dengan berbagai jalan. Setiap cara
memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Cara yang paling umum
adalah melalui mulut (per oral) karena sederhana dan mudah dilakukan.
Beberapa cara tidak bisa dilakukan oleh setiap orang, namun harus diberikan
oleh tenaga kesehatan tertentu.
Berikut macam-macam cara pemberian obat :
1. Pemberian obat per oral
Cara yang paling mudah dan paling umum digunakan. Obat diberikan
melalui mulut yang ditelan. Kerja obat oral lebih lambat dan efeknya lebih
lama klien umumnya lebih memilih rute oral.
Banyak obat dapat diberikan secara oral dalam bentuk tablet, cairan
(sirup, emulsi), kapsul, atau tablet kunyah. Cara ini paling sering digunakan
karena paling nyaman dan biasanya yang paling aman dan tidak mahal.

[2]

Namun, cara ini memiliki keterbatasan karena jalannya obat biasanya


bergerak melalui saluran pencernaan. Untuk obat diberikan secara oral,
penyerapan (absorpsi) bisa terjadi mulai di mulut dan lambung. Namun,
sebagian besar obat biasanya diserap di usus kecil. Obat melewati dinding
usus dan perjalanan ke hati sebelum diangkut melalui aliran darah ke situs
target. Dinding usus dan hati secara kimiawi mengubah (memetabolisme)
banyak obat, mengurangi jumlah obat yang mencapai aliran darah.
Akibatnya, ketika obat yang sama diberikan secara suntikan (intravena),
biasanya diberikan dalam dosis yang lebih kecil untuk menghasilkan efek
yang sama.
Ketika obat diambil secara oral, makanan dan obat-obatan lainnya
dalam saluran pencernaan dapat mempengaruhi seberapa banyak dan
seberapa cepat obat ini diserap. Dengan demikian, beberapa obat harus
diminum pada saat perut kosong, beberapa obat lain harus diambil dengan
makanan, beberapa obat lain tidak harus diambil dengan obat-obatan
tertentu lainnya, dan beberapa obat yang lain tidak dapat diambil secara
oral sama sekali.
Beberapa obat oral mengiritasi saluran pencernaan. Misalnya, aspirin
dan sebagian besar obat nonsteroidal anti-inflammatory (NSAID) dapat
membahayakan lapisan lambung dan usus kecil untuk berpotensi
menyebabkan atau memperburuk ulser yang sudah ada sebelumnya.
Beberapa obat lain penyerapannya buruk atau tidak teratur dalam saluran
pencernaan atau dihancurkan oleh enzim asam dan pencernaan di dalam
perut.
Hal-hal yang perlu diperhatikan pemberian obat oral :
 Kaji apakah pasien alergi terhadap obat
 Kaji terhadap setiap kontraindikasi untuk pemberian obat oral
 Apakah pasien mengalami kesulitan dalam menelan, mual atau muntah,
inflamasi usus atau penurunan peristaltik, operasi gastrointestinal
terakhir, penurunan atau tidak terdengar bising usus, dan suksion
lambung.

[3]

 Kaji pengetahuan dan kenutuhan pembelajaran tentang pengobatan


 Kaji tanda-tanda vital pasien

Alat dan bahan :

 Kartuobat, Kardex, atau formula pencatat


 Baki / trayobat
 Cangkir obat sekali pakai / gelas pengukur /sendok obat
 Segelas air putih atau sari buah
 Sedotan untuk minum

Prosedur kerja :

 Cek order pengobatan dan periksa keakuratan serta kelengkapan kartu


obat, bentuk, atau pint-out dengan pesanan tertulis dari dokter,
perhatikan nama pasien, nama dan dosis obat, cara dan waktu
pemberian serta expire date. Laporkan setiap ketidakjelasan pesanan
 Verifikasi kembali kemampuan pasien dalam pemberian obat secara
oral.
 Siapakan peralatan atau kumpulkan peralatan yang disebutkan diatas.
 Cuci tangan
 Ambil obat yang diperlukan, perhatikan dengan seksama.
 Hitung dosis secara akurat
 Recek kembali obat dengan order
 Bawa obat ke pasien sesuai dengan waktu yang tepat.
 Jaga privasi pasien
 Indentifikasi pasien dengan cara membandingkan nama pada kartu,
formulir,atau instruksi tertulis dengan nama pada pita identifikasi/
gelang pasien. Minta pasien untuk menyebutkan namanya.
 Jelaskan tujuan obat dan aksinya pada pasien.
 Bantu pasien untuk duduk atau posisi miring.
 Berikan obat dengan tepat.

[4]

 Jika pasien tidak mampu memegang obat, letakkan dengan perlahan


obat di bibirnya dan dengan perlahan masukkan kedalam mulutnya.
 Jika tablet atau kapsul jatuh kelantai, buang dan ulangi persiapan dari
awal.
 Tetap bersama pasien sampai ia telah selesai menelan setiap obat yang
 didapatnya. Jika merasa tidak pasti apakah obat telah ditelan, minta
pasien untuk membuka mulutnya.
 Cuci tangan .
 Catat setiap obat yang telah diberikan pada catatan obat.
 Kembalikan kartu formulir atau intruksi tertulis pemberian berikutnya.
 Buang peralatan yang telah digunakan, isi ulang stok (mis., cangkir dan
sedotan), dan bersihkan tempat kerja.
 Kembali dalam 30 menit untuk mengevaluasi respons pasien terhadap
obat.
2. Pemberian obat sublingual dan bukal
Beberapa obat ditempatkan di bawah lidah (secara sublingual) atau
antara gusi dan gigi (secara bucal) sehingga mereka dapat larut dan diserap
langsung ke dalam pembuluh darah kecil yang terletak di bawah lidah. Obat
ini tidak tertelan. Rute sublingual sangat baik untuk nitrogliserin, yang
digunakan untuk meredakan angina, karena penyerapan yang cepat dan
obat segera memasuki aliran darah tanpa terlebih dahulu melewati dinding
usus dan hati. Namun, sebagian besar obat tidak bisa digunakan dengan
cara ini karena obat dapat diserap tidak lengkap atau tidak teratur.
Prosedur kerja obat sublingual dan bukal :
 Sublingual
Minta klien untuk menempatkan obat dibawah lidah dan biarkan larut
sempurna. Ingatkan klien untuk tidak menelan tablet.
 Bukal
Minta klien menempatkan obat di membrane mukosa pipi sampai larut
sempurna. Hindari pemberian cairan sampai obat larut sempurna.

[5]

3. Pemberian obat parenteral/injeksi


a) Injeksi Intramuscular
Merupakan cara memasukkan obat ke dalam jaringan otot. Lokasi
penyuntikan dapat dilakukan pada daerah paha (vastus lateralis)
dengan posisi ventrogluteal (posisi berbaring), dorsogluteal (posisi
tengkurap), atau lengan atas (deltoid).
Tujuan pemverian obat dengan injeksi Intramuscular yaitu agar obat di
absobr tubuh dengan cepat.
Hal-hal yang perlu diperhatikan :
 Tempat injeksi.
 Jenis spuit dan jarum yang digunakan.
 Infeksi yang mungkin terjadi selama injeksi.
 Kondisi atau penyakit klien.
 Obat yang tepat dan benar.
 Dosis yang diberikan harus tepat.
 Pasien yang tepat.
 Cara atau rute pemberian obat harus tepat dan benar.
Indikasi dan kontra indikasi :
 Indikasi
bisa dilakukan pada pasien yang tidak sadar dan tidak mau bekerja
sama karena tidakmemungkinkan untuk diberikan obat se'ara oral,
bebas dari infeksi, lesi kulit, jaringan parut,tonjolan tulang, otot
atau saras besar di bawahnya.
 Kontra indikasi
Infeksi, lesi kulit, jaringan parut, tonjolan tulang, otot atau saraf
besar di bawahnya.
Alat dan bahan :
 Daftar buku obat/'atatan dan jadwal pemberian obat.
 Obat dalam tempatnya.

[6]

 Spuit dan jarum suntik sesuai dengan ukuran.


 Kapas alkohol dalam tempatnya.
 Cairan pelarut.
 Bak injeksi.
 Bengkok.
Prosedur kerja :
 Cuci tangan.
 Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
 Ambil obat dan masukkan ke dalam spuit sesuai dengan dosisnya.
Setelah itu letakkandalam bak injeksi.
 Periksa tempat yang akan di lakukan penyuntikan (perhatikan lokasi
penyuntikan).
 Desinfeksi dengan kapas alkohol pada tempat yang akan dilakukan
injeksi.
 Lakukan penyuntikan :
- Pada daerah paha (vastus lateralis) dengan cara, anjurkan pasien
untuk berbaring telentang dengan lutut sedikit fleksi.
- Pada ventrogluteal dengan cara, anjurkan pasien untuk miring,
tengkurap atau telentang dengan lutut dan pinggul pada sisi
yang akan dilakukan penyuntikan dalam keadaan fleksi. Cara,
anjurkan pasien untuk tengkurap pada daerah dorsogluteal
dengan dengan lutut di putar kearah dalam atau miring dengan
lutut bagian atas dan diletakkan di depan tungkai bawah.
- Pada daerah deltoid (lengan atas) dilakukan dengan pasien
untuk duduk atau berbaring mendatar lengan atas fleksi.
 Lakukan penusukan dengan posisi jarum tegak lurus.
 Setelah jarum masuk, lakukan aspirasi spuit, bila tidak ada darah
yang tertarik dalamspuit, maka tekanlah spuit hingga obat masuk
secara perlahan-lahan hingga habis.

[7]

 Setelah selesai, tarik spuit dan tekan daerah penyuntikan dengan


kapas alkohol, kemudian spuit yang telah di gunakan letakkan
dalam bengkok.
 Catat reaksi pemberian, jumlah dosis, dan waktu pemberian.
 Cuci tangan.

b) Injeksi Intravena
Secara tidak langsung merupakan cara memberikan obat dengan
menambahkan atau memasukkan obat kedalam wadah cairan intra
vena.
Pemberian obat intra vena secara tidak langsung bertujuan untuk
meminimalkan efeksamping dan mempertahankan kadar terapeutik
dalam darah.
Hal-hal yang perlu di perhatikan :
 Injeksi intra vena secara tidak langsung hanya dengan memasukkan
cairan obat ke dalam botol infuse yang telah di pasang sebelumnya
dengan hati-hati.
 Jenis spuit dan jarum yang digunakan.
 Infeksi yang mungkin terjadi selama injeksi.
 Obat yang baik dan benar.
 Pasien yang akan di berikan injeksi tidak langsung adalah pasien
yang tepat dan benar.
 Dosis yang diberikan harus tepat.
 Cara atau rute pemberian obat melalui injeksi.

Indikasi dan konta indikasi :


 Indikasi
Bisa dilakukan pada pasien yang tidak sadar dan tidak mau bekerja
sama karena tidakmemungkinkan untuk diberikan obat secara oral
dan steril.

[8]

 Kontra indikasi
Tidak steril, obat yang tidak dapat larut dalam air, atau
menimbulkan endapan dengan protein atau butiran darah.
Alat dan bahan :
 Spuit dan jarum sesuai ukuran
 Obat dalam tempatnya.
 Wadah cairan (kantung/botol).
 Kapas alkohol dalam tempatnya.

Prosedur kerja :

 Cuci tangan.
 Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
 Periksa identitas pasien dan ambil obat dan masukkan ke dalam
spuit.
 Cari tempat penyuntikan obat pada daerah kantung. Alangkah
baiknya penyuntikan padakantung infuse ini dilakukan pada bagian
atas kantung/botol infuse.
 Lakukan desinfeksi dengan kapas al'ohol pada kantung/botol dan
kunci aliran infuse.
 Lakukan penyuntikan dengan memasukkan jarum spuit hingga
menembus bagian tengahdan masukkan obat secara perlahan-
lahan ke dalam kantong/botol infuse/cairan.
 Setelah selesai, tarik spuit dan campur larutan dengan
membalikkan kantung cairan dengan perlahan-lahan dari satu
ujung ke ujung yang lain.
 Ganti wadah atau botol infuse dengan cairan yang sudah di
injeksikan obat di dalamnya.Kemudian gantungkan pada tiang
infuse.
 Periksa keCepatan infuse.

[9]

 Cuci tangan.
 Catat reaksi pemberian, tanggal, waktu dan dosis pemberian.

Cara memberikan obat pada vena secara langsung. Diantaranya vena


mediana kubiti/vena cephalika (lengan), vena sephanous (tungkai),
vena jugularis (leher), venafrontalis/temporalis (kepala).
Pemberian obat intra vena secara langsung bertujuan agar obat dapat
bereaksi langsung dan masuk ke dalam pembuluh darah.
Hal-hal yang perlu diperhatikan :
 Setiap injeksi intra vena dilakukan amat perlahan antara 50 sampai
70 detik lamanya.
 Tempat injeksi harus tepat kena pada daerah vena.
 Jenis spuit dan jarum yang digunakan.
 Infeksi yang mungkin terjadi selama injeksi.
 Kondisi atau penyakit klien.
 Obat yang baik dan benar.
 Pasien yang akan di injeksi adalah pasien yang tepat dan benar.
 Dosis yang diberikan harus tepat.
Indikasi dan kontra indikasi :
 Indikasi
bisa dilakukan pada pasien yang tidak sadar dan tidak mau bekerja
sama karena tidakmemungkinkan untuk diberikan obat secara oral
dan steril.
 Kontra indikasi
tidak steril, obat yang tidak dapat larut dalam air, atau
menimbulkan endapan dengan protein atau butiran darah.
Alat dan bahan :
 Daftar buku obat/catatan dan jadual pemberian obat.
 Obat dalam tempatnya.

[ 10 ]

 Spuit sesuai dengan jenis ukuran.


 Kapas alkohol dalam tempatnya.
 Cairan pelarut (aquades).
 Bak injeksi.
 Bengkok.
 Perlak dan alasnya.
 Karen pembendung.
Prosedur kerja :
 Cuci tangan.
 Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
 Bebaskan daerah yang akan disuntik dengan cara membebaskan
pakaian pada daerah penyuntikan, apabila tertutup, buka dan ke
ataskan.
 Ambil obat pada tempatnya sesuai dosi yang telah ditentukan.
Apabila obat dalam bentuk sediaan bubuk, maka larutkan dengan
aquades steril.
 Pasang perlak atau pengalas di bawah vena yang akan dilakukan
injeksi.
 Tempatkan obat yang telah di ambil ke dalam bak injeksi.
 Desinfeksi dengan kapas alkohol.
 Lakukan pengikatan dengan karet pembendung pada bagian atas
daerah yang akandilakukakn pemberian obat atau minta bantuan
untuk membendung daerah yang akandilakukan penyuntikan dan
lakukan penekanan.
 Ambil spuit yang berisi obat.
 Lakukan penusukan dengan lubang menghadap ke atas dengan
memasukkan ke pembuluh darah.

[ 11 ]

 Lakukan aspirasi, bila sudah ada darah lepaskan karet


pembendung dan langsungsemprotkan hingga habis.
 Setelah selesai ambil spuit dengan menarik secara perlahan-lahan
dan lakukan masase pada daerah penusukan dengan kapas
alkohol, spuit yang telah digunakan di masukkan kedalam
bengkok.
 Catat hasil pemberian, tanggal, waktu, dan dosis pemberian obat.
 Cuci tangan.

c) Injeksi Subcutan
Merupakan cara memberikan obat melalui suntikan di bawah kulit
yang dapatdilakukan pada daerah lengan bagian atas sebelah luar
atau sepertiga bagian dairi bahu, paha sebelah luar, daerah dada dan
sekitar umbilicus (abdomen).
Tujuan pemberian obat melalui jaringan sub kutan ini pada umumnya
dilakukan dengan program pemberian insulin yang digunakan untuk
mengontrol kadar gula darah. Pemberian insulin terdapat 2 tipe
larutan yaitu jernih dan keruh karena adanya penambahan protein
sehingga memperlambat absorbs obat atau juga termasuk tipe
lambat.
Hal-hal yang peril diperhatikan :
 Tempat injeksi
 Jenis spuit dan jarum suntik yang akan digunakan
 Infeksi nyang mungkin terjadi selama injeksi
 Kondisi atau penyakit klien
 Apakah pasien yang akan di injeksi adalah pasien yang tepat
 Obat yang akan diberikan harus benar
 Dosis yang akan diberikan harus benar
 Cara atau rute pemberian yang benar
 Waktu yang tepat dan benar

[ 12 ]

Indikasi dan kontra indikasi :


 Indikasi
bisa dilakukan pada pasien yang tidak sadar dan tidak mau
bekerja sama, karena tidakmemungkinkan diberikan obat secara
oral, bebas dari infeksi, lesi kulit, jaringan parut, tonjolantulang,
otot atau saras besar di bawahnya, obat dosis kecil yang larut
dalam air.
 Kontra indikasi
obat yang merangsang, obat dalam dosis besar dan tidak larut
dalam air atau minyak.
Alat dan bahan :
 Daftar buku obat/catatan dan jadual pemberian obat
 Obat dalam tempatnya
 Spuit insulin
 Kapas alkohol dalam tempatnya
 Cairan pelarut
 Bak injeksi
 Bengkok perlak dan alasnya
Prosedur kerja :
 Cuci tangan
 Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
 Bebaskan daerah yang akan disuntik atau bebaskan suntikan dari
pakaian. Apabila menggunakan pakaian, maka buka pakaian dan
di keataskan.
 Ambil obat dalam tempatnya sesuai dosis yang akan diberikan.
Setelah itu tempatkan pada bak injeksi.
 Desinfeksi dengan kapas alkohol.
 Regangkan dengan tangan kiri (daerah yang akan dilakukan
suntikan subkutan).

[ 13 ]

 Lakukan penusukan dengan lubang jarum menghadap ke atas


dengan sudut 45 derajat dari permukaan kulit.
 Lakukan aspirasi, bila tidak ada darah, suntikkan secara perlahan-
lahan hingga habis.
 Tarik spuit dan tahan dengan kapas alkohol dan spuit yang telah
dipakai masukkan kedalam bengkok.
 Catat hasil pemberian, tanggal, waktu pemberian, dan jenis serta
dosis obat.
 Cuci tangan.

d) Injeksi Intracutan
Merupakan cara memberikan atau memasukkan obat ke dalam
jaringan kulit. Intra kutan biasanya di gunakan untuk mengetahui
sensivitas tubuh terhadap obat yang disuntikkan.
Pemberian obat intra kutan bertujuan untuk melakukan skintest atau
tes terhadapreaksi alergi jenis obat yang akan digunakan. Pemberian
obat melalui jaringanintra kutan ini dilakukan di bawah dermis atau
epidermis, secara umum dilakukan pada daerah lengan tangan bagian
ventral.
Hal-hal yang perlu diperhatikan :
 Tempat injeksi
 Jenis spuit dan jarum yang digunakan
 Infeksi yang mungkin terjadi selama infeksi
 Kondisi atau penyakit klien
 Pasien yang benar
 Obat yang benar
 Dosis yang benar
 Cara atau rute pemberian obat yang benar
 Waktu yang benar

[ 14 ]

Indikasi dan kontra indikasi :


 Indikasi
Bisa dilkakukan pada pasien yang tidak sadar, tidak mau bekerja
sama karena tidakmemungkinkan untuk diberikan obat se'ara
oral, tidak alergi. Lokasinya yang ideal adalahlengan bawah dalam
dan pungguang bagian atas.
 Kontra indikasi
Luka, berbulu, alergi, infeksi kulit.
Alat dan bahan :
 Daftar buku obat/catatan, jadwal pemberian obat.
 Obat dalam tempatnya
 Spuit 1 cc/spuit insulin
 Cairan pelarut
 Bak steril dilapisi kas steril (tempat spuit)
 Bengkok
 Perlak dan alasnya.
Prosedur kerja :
 Cuci tangan
 Jelaskan prosedur yang akan dilakukan pada pasien
 Bebaskan daerah yang akan disuntik, bila menggunakan baju
lengan panjang terbuka dankeatasan
 Pasang perlak/pengalas di bawah bagian yang akan disuntik
 Ambil obat untuk tes alergi kemudian larutkan/encerkan dengan
aquades. Kemudian ambil 0,5 cc dan encerkan lagi sampai kurang
lebih 1 cc dan siapkan pada bak injeksiatau steril.
 Desinfeksi dengan kapas alkohol pada daerah yang akan dilakukan
suntikan.
 Lakukan penusukan dengan lubang jarum suntik menghadap ke
atas dengan sudut 15 – 20 derajat di permukaan kulit.
 Suntikkan sampai terjadi gelembung.

[ 15 ]

 Tarik spuit dan tidak boleh dilakukan masase.


 Cuci tangan dan catat hasil pemberian obat/tes obat, waktu,
tanggal dan jenis obat.egangkan dengan tangan kiri daerah yang
akan disuntik.
4. Pemberian obat secara Topikal
Pemberian obat secara topikal adalah pemberian obat secara lokal
dengan cara mengoleskan obat pada permukaan kulit atau membran area
mata, hidung, lubang telinga, vagina dan rectum. Obat yang biasa digunakan
untuk pemberian obat topikal pada kulit adalah obat yang berbentuk krim,
lotion, atau salep. Hal ini dilakukan dengan tujuan melakukan perawatan
kulit atau luka, atau menurunkan gejala gangguan kulit yang terjadi
(contoh : lotion).
Pemberian obat topikal pada kulit terbatas hanya pada obat-obat
tertentu karena tidak banyak obat yang dapat menembus kulit yang utuh.
Keberhasilan pengobatan topical pada kulit tergantung pada: umur,
pemilihan agen topikal yang tepat, lokasi dan luas tubuh yang terkena atau
yang sakit, stadium penyakit, konsentrasi bahan aktif dalam vehikulum,
metode aplikasi, penentuan lama pemakaian obat, penetrasi obat topical
pada kulit.
a) Pemberian obat mata
Pemberian obat pada mata dilakukan dengan cara meneteskan obat
mata atau mengoleskan salep mata. Obat yang biasa digunakan oleh
klien ialah tetes mata dan salep, meliputi preparat yang biasa dibeli
bebas , misalnya air mata buatan dan vasokonstrikstor.
Obat mata diberikan adalah untuk: mendilatasi pupil, pemeriksaan
struktur internal mata, melemahkan otot lensa, pengukuran refraksi
lensa, menghilangkan iritasi lokal, mengobati gangguan mata,
meminyaki kornea dan konjungtiva.

[ 16 ]

Hal-hal yang perlu diperhatikan :


 Kaji apakah pasien alergi terhadap obat
 Kaji terhadap setiap kontraindikasi untuk pemberian obat
 Kaji pengetahuan dan kenutuhan pembelajaran tentang
pengobatan
 Kaji tanda-tanda vital pasien

Alat dan bahan :

 Botol obat dengan penetes steril atau salep dalam tube


 Kartu atau formulir obat
 Bola kapas atau tisu
 Baskom cuci dengan air hangat
 Penutup mata (bila diperlukan)
 Sarung tangan
Prosedur kerja :

 Telaah program pengobatan dokter untuk memastikan nama obat,


dosis, waktu pemberian dan rute obat.
 cuci tangan dan gunakan sarung tangan
 Periksa identitas pasien dengan benar atau tanyakan nama pasien
langsung
 Jelaskan prosedur pemberian obat
 Minta pasien untuk berbaring terlentang dengan leher agak
hiperekstensi (mendongak)
 Bila terdapat belek (tahi mata) di sepanjang kelopak mata atau
kantung dalam, basuh dengan perlahan. Basahi semua belek yang
telah mongering dan sulit di buang dengan memakai lap basah atau
bola kapas mata selama beberapa menit. Selalu membersihkan dari
bagian dalam ke luar kantus

[ 17 ]

 Pegang bola kapas atau tisu bersih pada tangan non dominan di
atas tulang pipi pasien tepat di bawah kelopak mata bawah
 Dengan tisu atau kapas di bawah kelopak mata bawah, perlahan
tekan bagian bawah dengan ibu jari atau jari telunjuk di atas tulang
orbita
 Minta pasien untuk melihat pada langit-langit
 Teteskan obat tetes mata, dengan cara :

1) Dengan tangan dominan bersandar di dahi pasien, pegang


penetes mataatau larutan mata sekitar 1 sampai 2 cm di atas
sakus konjungtiva

2) Teteskan sejumlah obat yang diresepkan ke dalam sakus


konjungtiva.
3) Bila pasien berkedip atau menutup mata atau bila tetesan jatuh
ke pinggiran luar kelopak mata, ulangi prosedur ini.

4) Setelah meneteskan obat tetes, minta pasien untuk menutup


mata dengan perlahan.

5) Bila memberikan obat yang menyebabkan efek sistemik,


lindungi jari Anda dengan sarung tangan atau tisu bersih dan
berikan tekanan lembut pada ductus nasolakrimalis pasien
selama 30 – 60 detik

 Memasukkan salep mata, dengan cara:


1) Minta pasien untuk melihat ke langit langit
2) Dengan aplikator salep di atas pinggir kelopak mata, tekan tube
sehingga memberikan aliran tipis sepanjang tepi dalam kelopak
mata bawah pada konjungtiva

3) Berikan aliran tipis sepanjang kelopak mata atas pada


konjungtiva dalam.

[ 18 ]

4) Biar pasien memejamkan mata secara perlahan dengan


gerakan sirkular menggunakan bola kapas.

 Bila terdapat kelebihan obat pada kelopak mata, usap dengan


perlahan dari bagian dalam ke luar
 Bila pasien mempunyai penutup mata, pasang penutup mata yang
bersih di atas mata yang sakit sehingga seluruh mata terlindungi.
Plester dengan aman tanpa memberikan tekanan pada mata
 Lepaskan sarung tangan, cuci tangan dan buang peralatan yang
sudah dipakai
 Catat obat, konsentrasi, jumlah tetesan, waktu pemberian, dan
mata yang menerima obat (kiri, kanan atau keduanya).

b) Pemberian obat tetes telinga


Obat yang digunakan untuk mengobati radang telinga dan infeksi dapat
diberikan secara langsung ke telinga. Tetes telinga yang mengandung
larutan atau suspensi biasanya diberikan hanya pada liang telinga luar.
Sebelum meneteskan obat tetes telinga, orang harus benar-benar
membersihkan telinga dengan kain lembab dan kering. Kecuali obat
yang digunakan untuk waktu yang lama atau digunakan terlalu banyak,
sedikit obat masuk ke aliran darah, sehingga efek samping pada tubuh
tidak ada atau minimal. Obat-obatan yang dapat diberikan melalui rute
otic termasuk hidrokortison (untuk meredakan peradangan),
siprofloksasin (untuk mengobati infeksi), dan benzokain (untuk memati-
rasakan telinga).

c) Pemberian obat tetes hidung

Pasien yang mengalami perubahan sinus hidung dapat diberikan obat


semprot atau tetes hidung. Bentuk obat nasal yang sering diberikan
dokter adalah semprot atau tetes dekongestan yang dapat meredakan
sumbatan.

[ 19 ]

Klien harus diperingatkan untuk menghindari penggunaan obat yang


berlebihan karena hal tersebut dapat memicu efek berulang yang akan
memperburuk hidung yang tersumbat. Akan lebih mudah Ketika pasien
menyemprotkan sendiri obatnya. Dengan posisi tertentu , obat akan
lebih efektif dan mencapai sasaran ( lihat gambar dibawah).

Hal-hal yang perlu diperhatikan :

 Jelaskan prosedur yang akan dilakukan


 Atur posisi pasien dengan cara sebagai berikut :

1) Duduk dikursi dengan kepala mengadah ke belakang

2) Berbaring dengan kepala ekstensi pada tepi tempat tidur

3) Berbaring dengan bantal dibawah bahu dan kepala tengadah ke


Belakang

Alat dan bahan :

 Obat yang disiapkan dengan alat tetes yang bersih


 Kartu, format, atau huruf cetak nama obat
 Bantal kecil (bila perlu)
 Tisu wajah
 Pipet
 Spekulum hidung
 Pinset anatomi dalam tempatnya
 Korentang dalam tempatnya
 Plester
 Kain kasa /balutan
 Kertas tisu

[ 20 ]

Prosedur kerja

 Periksa program obat dari dokter, meliputi nama klien, nama obat,
konsentrasi larutan, jumlah tetesan, dan waktu pemberian obat
 Merujuk pada catatan medis untuk menentukan sinus mana yang
boleh diobati
 Cuci tangan
 Periksa identifikasi klien dengan membaca gelang identifikasi dan
menanyakan nama klien
 Kenakan sarung tangan. Inspeksi kondisi hidung dan sinus. Palpalasi
adanya nyeri tekan pada sinus.
 Jelaskan prosedur tentang pengaturan posisi dan sensasi yang akan
timbul, misalnya rasa terbakar atau tersengat pada mukosa atau
sensasi tersedak Ketika obat menetes ke dalam tenggorok
 Atur suplai dan obat di sisi tempat tidur
 Instruksikan klien untuk menghembuskan udara, kecuali
dikontraindikasikan (mis. Risiko peningkatan tekanan intrakranial
atau hidung berdarah)
 Memberi obat tetes hidung:

1) Bantu klien mengambil posisi terlentang

2) Atur posisi kepala yang tepat:

a) Faring posterior-tekuk kepala klien ke belakang

b) Sinus ethmoid atau sfenoid-tekuk kepala ke belakang diatas

pinggiran tempat tidur atau tempatkan bantal di bawah bahu


dan tekuk kepala ke belakang

c) Sinus frontal dan maksilaris-tekuk ke belakang di atas


pinggiran

tempat tidur atau kepala ditengokkan ke sisi yang akan


diobati

d) Sangga kepala klien dengan tangan tidak dominan

[ 21 ]

3) Instruksikan klien untuk bernapas melalui mulut

4) Pegang alat tetes 1 cm di atas nares dan masukkan jumlah


tetesan yang diinstruksikan melalui garis tengah tulang
ethmoid.

5) Minta klien berbaring terlentang selama lima menit

6) Tawarkan tisu wajah untuk mengeringkan hidung yang berair


(ingusan),tetapi peringtakan klien untuk tidak menghembuskan
napas dari hidung selama beberapa menit

 Memberi semprotan hidung.


1) Bantu klien berbaring terlentang

2) Atur posisi kepala yang tepat:

a) Tekuk kepala klien kebelakang

b) Sangga kepala klien dengan tangan tidak dominan

c) Untu kanak-anak, jaga kepala dalam posisi tegak

3) Pegang ujung wadah tepat dibawah nares

4) Instruksikan klien untuk menarik napas ketika semprotan masuk


ke dalam jalan saluran hidung

 Bantu klien mengambil posisi yang nyaman setelah diabsorpsi


 Lepas sarung tangan dan buang supali yang kotor dalam wadah
yang tepat.
 Cuci tangan.
 Catat pemberian obat, termasuk nama obat, jumlah tetesan,
lubang hidung yang dimasukkan obat, dan waktu pemberian obat
 Observasi adanya efek samping pada klien selama 15 sampai 30
menit setelah obat diberikan

[ 22 ]

d) Pemberin obat melealui vagina

Obat vagina tersedia dalam bentuk krim dan supositoria yang


digunakan untuk mengobati infeksi lokal atau inflamasi. Penting untuk
menghindari rasa malu pasien bila memberikan sediaan ini. Seringkali
pasien lebih memilih untuk belajar cara memberikan obat ini sendiri.
Karena luka yang merupakan gejala infeksi vagina berbau sangat tak
sedap, ada baiknya untuk menawarkan pasien higiene perineal yang baik.

Hal-hal yang perlu diperhatikan :

 Periksa identitas pasien atau tanyakan nama pasien.


 Minta pasien berbaring dalam posisi dorsal rekumben.
 Pertahankan selimut abdomen dan turunkan selimut ekstremitas.
 Kenakan sarung tangn sekali pakai.

Alat dan bahan :

 Kartu atau formulir obat


 Supositoria Vagina
 Sarung tangan bersih, sekali pakai
 Jeli untuk pelumas, Tisu bersih
 Alat untuk memasukkan supositoria (bila ada)
 Balutan perineal (bila ada)
 Krim Vagina
 Krim
 Aplikator plastic.
 Sarung tangan bersih, sekali pakai
 Handuk kertas
 Balutan perineal (bila ada)

[ 23 ]

Prosedur kerja :

Supositoria :

 Lepaskan bungkus alumunium foil supositoria dan oleskan jelly


pelicin yang larut dalam air pada ujung supositoria yang bulat dan
halus. Lumaskan jari telunjuk yang telah dipasang sarung tangan dari
tangan dominan.
 Dengan tangan non dominan yang sudah terpasang sarung tangan,
lihat lubang vagina dengan cara membuka dengan lembut laba
mayora.
 Masukkan ujung bulat supositoria sepanjang dinding kanal vagina
posterior sepanjang dinding posterior lubang vagina sampai
sepanjang jari telunjuk (7.5 – 10 cm), untuk memastikan distribusi
obat sepanjang dinding vagina.
 Tarik jari dan bersihkan pelumas yang tersisa di sekitar orifisium dan
labia.
Krim vagina :

 Isi aplikator krim, ikuti petunjuk yang tertera pada kemasan.


 Dengan tangan non dominan Anda yang memakai sarung tangan,
perlahan regangkan lipatan labia.
 Dengan tangan dominan Anda yang bersarung tangan, masukkan
aplikator sekitar 7.5 cm. Dorong penarik aplikator untuk
mengeluarkan obat.
 Tarik plunger dan letakkan pada handuk kertas. Bersihkan sisa krim
pada labia atau orifisium vagina
 Instruksikan pasien untuk tetap pada posisi terlentang selama
sedikitnya 10 menit.
 Tawarkan pembalut perineal sebelum pasien melakukan ambulasi.
Lepaskan sarung tangan dengan menarik bagian dalamnya ke arah
luar/terbalik dan buang pada wadah yang tersedia.

[ 24 ]

 Cuci tangan.
 Catat obat yang telah diberikan pada catatan obat.
5. Pemberian obat secara Inhalasi
Merupakan masuknya obat lewat saluran pernapasan, tractus
respiratorius. Saluran pernapasan terdiri atas tiga bagian besar, yaitu:
bagian nasofaring (teratas), bagian trakeo-bronkial, dan bagian alveoli.
Portal entri ini akan memudahkan obat masuk ke peredaran darah karena
tipisnya dinding paru-paru (selapis sel alveoli) yang berhadapan dengan
dinding kapiler darah yang juga hanya terdiri atas selapis sel.
Faktor yang mempermudah masuknya obat ke dalam darah dan
mempercepat absorpsi untuk berbagai wujud obat, yakni, gas, dan/atau
partikulat. Inhalasi memberikan pengiriman obat yang cepat melewati
permukaan luas dari saluran nafas dan epitel paru-paru, yang menghasilkan
efek hamper sama dengan efek yang dihasilkan oleh pemberian obat secara
intravena. Rute ini efektif dan menyenangkan penderita-penderita dengan
keluhan pernafasan seperti asma atau penyakit paru obstruktif kronis
karena obat diberikan langsun ke tempat kerja dan efek samping sistemis
minimal.

[ 25 ]

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Obat dapat diberikan dengan berbagai cara disesuaikan dengan kondisi pasien,
diantaranya pemberian obat secara Peroral, Sublingual, Bukal, Parenteral/injeksi, topical,
dan secara Inhalasi. Dalam pemberian obat ada hal-hal yang perlu diperhatikan, yaitu
indikasi dan kontra indikasi pemberian obat. Sebab ada jenis-jenis obat tertentu yang
tidak bereaksi jika diberikan dengan cara yang salah.

Pemberian obat yang aman dan akurat merupakan salah satu obat terpenting perawat.
Obat adalah alat utama terapi yang digunakan dokter untuk mengobati klien yang
memiliki masalah kesehatan. Walaupun obat menguntungkan klien dalam banyak hal,
beberapa obat yang menimbulkan efek yang berbahaya yang bila tidak samping yang
ditimbulkan, memberikan obat dengan tepat, memantau respon dan membantu klien
menggunakannya dengar benar dan berdasarkan pengetahuan. Selain mengetahui kerja
suatu obat tertentu, perawat juga harus memahami masalah kesehatan klien saat ini dan
sebelumnya untuk menentukan apakah obat tertentu aman untuk diberikan.
Pertimbangan perawatan penting dalam pemberian obat tepat dan aman.

B. Saran

Setiap obat merupakan racun yang yang dapat memberikan efek samping yang tidak baik
jikakita salah menggunakannya. Hal ini tentunya dapat menimbulkan kerugian bahkan
akibatnya bisa fatal. Oleh karena itu, kita sebagai perawat kiranya harus melaksanakan
tugas kita dengansebaik-baiknya tanpa menimbulkan masalah-masalah yang dapat
merugikan diri kita sendirimaupun orang lain.

[ 26 ]

DAFTAR PUSTAKA

Priharjio, Robert. 1995. Tekhnik Dasar Pemberian Obat Bagi Perawat, Jakarta: EGC

Hidayat, AAA. Auliyah, Musriful. 2005. Buku Saku pratikum: Kebutuhan Dasar Manusia.
Jakarta: EGC

Potter, Patricia A. 2005. Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses dan Praktik Edisi 1.
Jakarta: EGC
Attwood, D. 2008. Physical Pharmacy. London: Pharmaceutical Press.

Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2012.

Farmakologi dan Terapi. Jakarta: Badan Penerbit FKUI

Gunawan, Gan Sulistia. 2009. Farmakologi dan Terapi edisi 5. Jakarta: Departemen

Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Joyce, L.K and Hayes, E.R. 1996. Farmakologi, Pendekatan Proses Keperawatan. Alih Bahasa:

Dr. Peter Anugrah. Jakarta: EGC

Katzung, B.G. Farmakologi Dasar dan Klinik, Edisi ke tiga. Jakarta: Penerbit EGC

Tambayong Jan, 2002. Farmakologi untuk Keperawatan. Jakarta: Widya Medika

[ III ]

Anda mungkin juga menyukai