PERESEPAN OBAT
Disusun oleh :
2022/2023
KATA PENGANTAR
Makalah ini dibuat dengan tujuan memenuhi tugas farmakologi dari Bapak
Achmad Sya’id. Selain itu, penyusunan makalah ini bertujuan menambah
wawasan kepada pembaca tentang bagaimana cara pemberian obat, menghitung
dosis obat dan peresepan obat.
Kata Pengantar...............................................................................................
Daftar Isi..........................................................................................................
Bab 1 Pendahuluan.........................................................................................
Bab 2 Pembahasan..........................................................................................
Bab 3 Penutup.................................................................................................
3.1 Kesimpulan.....................................................................................
3.2 Saran
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
15
Daftar Pustaka................................................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
Obat bisa masuk ke dalam tubuh dengan berbagai cara. Setiap cara
memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Cara yang paling umum
adalah melalui mulut (per oral) karena sederhana dan mudah dilakukan.
Beberapa cara tidak bisa dilakukan oleh setiap orang, namun harus diberikan
oleh tenaga kesehatan tertentu.
1. Rute oral
Banyak obat dapat diberikan secara oral dalam bentuk tablet,
cairan (sirup, emulsi), kapsul, atau tablet kunyah. Cara ini paling sering
digunakan karena paling nyaman dan biasanya yang paling aman dan tidak
mahal. Namun, cara ini memiliki keterbatasan karena jalannya obat
biasanya bergerak melalui saluran pencernaan. Untuk obat diberikan
secara oral, penyerapan (absorpsi) bisa terjadi mulai di mulut dan
lambung.
Ketika obat diambil secara oral, makanan dan obat-obatan lainnya
dalam saluran pencernaan dapat mempengaruhi seberapa banyak dan
seberapa cepat obat ini diserap. Dengan demikian, beberapa obat harus
diminum pada saat perut kosong, beberapa obat lain harus diambil dengan
makanan, beberapa obat lain tidak harus diambil dengan obat-obatan
tertentu lainnya, dan beberapa obat yang lain tidak dapat diambil secara
oral sama sekali.
2. Rute sublingual atau bucal
Beberapa obat ditempatkan di bawah lidah (secara sublingual) atau
antara gusi dan gigi (secara bucal) sehingga mereka dapat larut dan diserap
langsung ke dalam pembuluh darah kecil yang terletak di bawah lidah.
Obat ini tidak tertelan. Rute sublingual sangat baik untuk nitrogliserin,
yang digunakan untuk meredakan angina, karena penyerapan yang cepat
dan obat segera memasuki aliran darah tanpa terlebih dahulu melewati
dinding usus dan hati. Namun, sebagian besar obat tidak bisa digunakan
dengan cara ini karena obat dapat diserap tidak lengkap atau tidak teratur.
3. Rute rektal (anus)
Banyak obat yang diberikan secara oral dapat juga diberikan secara
rektal sebagai supositoria. Dalam bentuk ini, obat dicampur dengan zat
lilin yang larut atau mencairkan setelah itu dimasukkan ke dalam rektum.
Karena dinding rektum adalah tipis dan kaya pasokan darah, obat ini
mudah diserap. Supositoria diresepkan untuk orang-orang yang tidak bisa
menggunakan obat oral karena mereka mengalami mual, tidak bisa
menelan, atau memiliki pembatasan makan, seperti yang diperlukan
sebelum dan setelah operasi bedah. Obat-obatan yang dapat diberikan
secara rektal termasuk asetaminofen atau parasetamol (untuk demam),
diazepam (untuk kejang), dan obat pencahar (konstipasi). Obat yang
membuat perih dalam bentuk supositoria mungkin harus diberikan melalui
suntikan.
4. Rute ocular (mata)
Obat yang digunakan untuk mengobati gangguan mata (seperti
glaukoma, konjungtivitis, dan luka) dapat dicampur dengan zat aktif untuk
membuat cairan, gel, atau salep sehingga mereka dapat diberikan pada
mata. Tetes mata cair relatif mudah digunakan, namun mudah keluar dari
mata terlalu cepat untuk diserap dengan baik. Formulasi gel dan salep
menjaga obat kontak dengan permukaan mata, tetapi mereka mungkin
mengaburkan penglihatan. Obat mata yang hampir selalu digunakan untuk
efek lokal. Misalnya, air mata buatan yang digunakan untuk meredakan
mata kering. Obat lain (misalnya, yang digunakan untuk mengobati
glaukoma, seperti asetazolamid dan betaksolol, dan yang digunakan untuk
melebarkan pupil, seperti fenilefrin dan tropikamid) menghasilkan efek
lokal (beraksi langsung pada mata) setelah obat diserap melalui kornea dan
konjungtiva. Beberapa obat ini maka memasuki aliran darah dan dapat
menyebabkan efek samping yang tidak diinginkan pada bagian tubuh
lainnya.
5. Rute telinga (otic)
Obat yang digunakan untuk mengobati radang telinga dan infeksi
dapat diberikan secara langsung ke telinga. Tetes telinga yang
mengandung larutan atau suspensi biasanya diberikan hanya pada liang
telinga luar. Sebelum meneteskan obat tetes telinga, orang harus benar-
benar membersihkan telinga dengan kain lembab dan kering. Kecuali obat
yang digunakan untuk waktu yang lama atau digunakan terlalu banyak,
sedikit obat masuk ke aliran darah, sehingga efek samping pada tubuh
tidak ada atau minimal. Obat-obatan yang dapat diberikan melalui rute otic
termasuk hidrokortison (untuk meredakan peradangan), siprofloksasin
(untuk mengobati infeksi), dan benzokain (untuk memati-rasakan telinga).
6. Rute nasal
Untuk pemberian obat melalui rute ini, obat harus diubah menjadi
tetesan kecil di udara (dikabutkan, aerosol) supaya bisa dihirup dan
diserap melalui membran mukosa tipis yang melapisi saluran hidung.
Setelah diserap, obat memasuki aliran darah. Obat yang diberikan dengan
rute ini umumnya bekerja dengan cepat. Beberapa dari obat mengiritasi
saluran hidung. Obat-obatan yang dapat diberikan melalui rute hidung
termasuk nikotin (untuk berhenti merokok), kalsitonin (osteoporosis),
sumatriptan (untuk sakit kepala migrain), dan kortikosteroid (untuk alergi).
7. Rute inhalasi
Obat diberikan dengan inhalasi melalui mulut harus dikabutkan
menjadi tetesan lebih kecil dibanding pada rute hidung, sehingga obat
dapat melewati tenggorokan (trakea) dan ke paru-paru. Seberapa dalam
obat bisa ke paru-paru tergantung pada ukuran tetesan. Tetesan kecil pergi
lebih dalam, yang meningkatkan jumlah obat yang diserap. Di dalam paru-
paru, mereka diserap ke dalam aliran darah.
8. Rute nebulisasi
Serupa dengan rute inhalasi, obat yang diberikan dengan nebulisasi
(dikabutkan) harus diubah menjadi aerosol berupa partikel kecil untuk
mencapai paru-paru. Nebulisasi memerlukan penggunaan perangkat
khusus, paling sering sistem nebulizer ultrasonik atau jet. Menggunakan
perangkat benar membantu memaksimalkan jumlah obat dikirim ke paru-
paru. Obat-obat yang diberikan melalaui rute ini misalnya tobramisin
(untuk cystic fibrosis), pentamidin (pneumonia Pneumocystis jirovecii),
dan albuterol atau salbutamol (untuk serangan asma).
9. Rute kutanea
Obat diterapkan pada kulit biasanya digunakan untuk efek lokal
dan dengan demikian yang paling sering digunakan untuk mengobati
gangguan kulit yang dangkal, seperti psoriasis, eksim, infeksi kulit (virus,
bakteri, dan jamur), gatal-gatal, dan kulit kering. Obat ini dicampur
dengan bahan tidak aktif sebagai pembawa. Tergantung pada konsistensi
bahan pembawa, formulasi bisa berupa salep, krim, losion, larutan, bubuk,
atau gel.
10. Rute transdermal
Beberapa obat dihantarkan ke seluruh tubuh
melalui patch (bentuknya semacam koyo) pada kulit. Obat ini kadang-
kadang dicampur dengan bahan kimia (seperti alkohol) yang
meningkatkan penetrasi melalui kulit ke dalam aliran darah tanpa injeksi
apapun. Melalui patch, obat dapat dihantarkan secara perlahan dan terus
menerus selama berjam-jam atau hari atau bahkan lebih lama. Akibatnya,
kadar obat dalam darah dapat disimpan relatif konstan. Patch sangat
berguna untuk obat yang cepat dieliminasi dari tubuh karena obat tersebut,
jika diambil dalam bentuk lain, harus sering digunakan.
11. Rute injeksi
Pemberian dengan suntikan (parenteral) meliputi rute berikut:
- Subkutan (di bawah kulit)
- Intramuskular (dalam otot)
- Intravena (dalam pembuluh darah)
- Intratekal (sekitar sumsum tulang belakang)
Sediaan obat adalah jumlah dari total kandungan dalam satu tablet, pil,
kaplet, vial, atau ampul. Contoh, ketika dokter meminta memberikan
paracetamol tablet 250 mg, satu kaplet obat memiliki sediaan 500 mg.
Contoh, ketika dokter membuat resep Sanmol Forte syrup 120 mg prn.
Sediaan obat Sanmol Forte syrup adalah 240 mg tiap 5 mL.
Resep harus ditulis dengan jelas agar dapat dibaca oleh apoteker dengan
penulisan yang lengkap dan memenuhi peraturan perundangan serta kaidah
yang berlaku agar tidaak terjadi kesalahan dalam penulisan resep (Amalia
&Sukohar, 2014).
Jenis resep meliputi resep standard dan resep magistrales. Resep standar
merupakan resep dengan komposisi yang telah dibakukan dan dituangkan ke
dalam alku farmakope atau buku standa lainnya, Sedangkan resep
magistrales merupakan resep yang Telah dimodifikasi berupa campuran atau
obat tunggal yang diencerkan oleh dokter yang menulis (Ramkita, 2018).
1. Inscriptio : nama, alamat, dan nomor izin praktek (SIP) dokter, tanggal
penulisan resep.
4. Signatura : petunjuk penggunaan obat bagi pasien Yang terdiri dari tanda
cara pakai, regimen dosis pemberian, rute dan interval waktu pemberian.
Penulisan signatura harus jelas untuk keamanan Penggunaan obat dan
keberhasilan terapi.
Salah satu jenis obat yang harus memerlukan perhatian lebih karena dapat
menimbulkan risiko Atau masalah dalam pelayanan kesehatan baik dirumah
sakit maupun dimasyarakat apabila tidak Diperhatikan Kerasionalan
Ketepatan Penggunaan adalah penggunaan obat pada Penderita saraf, karena
saraf adalah serat-serat yang menghubuy organ-organ tubuh dengan system
saraf pusat (yakni tak dan sumsum tulang belakang) dan antara bagian system
saraf dengan lainnya.
Stimulan sistem saraf pusat (SSP) adalah obat yang dapat merangsang
serebrum medula dan sumsum tulang belakang. Stimulasi daerah korteks otak-
depan oleh se-nyawa stimulan SSP akan meningkatkan kewaspadaan,
pengurangan kelelahan pikiran dan semangat bertambah. Contoh senyawa
stimulan SSP yaitu kafein dan amfetamin.
Sistem saraf dapat dibagi menjadi sistem saraf pusat atau sentral dan
sistem saraf tepi (SST). Pada sistem syaraf pusat, rangsang seperti sakit,
panas, rasa, cahaya, dan suara mula-mula diterima oleh reseptor, kemudian
dilanjutkan ke otak dan sumsum tulang belakang. Rasa sakit disebabkan oleh
perangsangan rasa sakit diotak besar. Sedangkan analgetik narkotik menekan
reaksi emosional yang ditimbulkan rasa sakit tersebut. Sistem syaraf pusat
dapat ditekan seluruhnya oleh penekan saraf pusat yang tidak spesifik,
misalnya sedatif hipnotik. Obat yang dapat merangsang SSP disebut
analeptika.
Klasifikasi Sistem Saraf Pusat Obat yang bekerja terhadap SSP dapat
dibag dalam beberapa golongan besar, yaitu:
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari makalah yang kami tulis di atas dapat disimpulkan bahwa pemberian
obat terdiri dari berbagai macam cara yang ditentukan dari sifat dan tujuan
pemberian obat sehingga dapat memberikan efek terapi yang tepat. Cara
perhitungan dosis juga berbeda sesuai dengan tujuan pemberian obat tersebut.
Dalam Peresepan obat dilakukan oleh dokter yang diminta kepada apoteker
untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien dengan ketentuan yang
sudah ditentukan. Dalam pemberian obat pada sistem persyarafan merupakan
hal yang harus diperhatikan dengan lebih karena pada jika terjadi kesalahan
dapat menimbulkan risiko atau masalah dalam pelayanan kesehatan yang tidak
di inginkan.
3.2 Saran
Kurniawan, Andre. 2020. Cara Menghitung Dosis Obat, Mulai dari Obat Tablet
hingga Serbuk. https://www.merdeka.com/jabar/begini-cara-menghitung-dosis-
obat-mulai-dari-obat-tablet-hingga-serbuk-kln.html . [Diakses pada 29 Maret
2023].
Ramkita. 2018. Buku pedoman penulisan resep. Palembang: RS Kusta dr. Rivai
Abdullah Palembang.
Antonius. 2010. Obat Sistem Saraf Pusat. Stikes Hang Tuah Surabaya