Anda di halaman 1dari 10

Makalah farmakologi

DISUSUN OLEH :

WAYAN INDAH SANIS SETIAWATI


D III KEPERAWATAN MATARAM
TINGKAT 1 B

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN


KEMENTRIAN KESEHATAN JURUSAN KEPERAWATAN MATARAM
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN
TAHUN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah


melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis memperoleh
kesehatan dan kekuatan untuk dapat menyelesaikan “Makalah Prinsip
Pemberian Obat” ini.
            Penghargaan yang tulus dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya
penulis sampaikan kepada seluruh pihak, khususnya kepada dosen pembibing
atas kebijaksanaan dan kesediaannya dalam membimbing sehingga “Makalah
Prinsip Pemberian Obat”  ini dapat terselesaikan.
            Penulis menyadari sepenuhnya atas keterbatasan ilmu maupun dari segi
penyampaian yang menjadikan “Makalah Prinsip Pemberian Obat”  ini masih
jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat
diperlukan dari semua pihak untuk kesempurnaan makalah ini.

Maos, 1 April 2016

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………………………………………………………. i
KATA PENGANTAR……………………………………………………...  ii
DAFTAR ISI………………………………………………………............  iii
A.    BAB I PENDAHULAN
A.1 Latar Belakang Masalah…..…………………………………… 1
A.2 Rumusan Masalah…………………….……………………….. 1
A.3 Tujuan Penulisan………………….…………………………… 1
A.4 Manfaat Penulisan………………….………………………….. 1
A.5 Metode Penulisan……………….……………………………... 1

B.     BAB II PEMBAHASAN
B.1 Prinsip Benar Obat………..…………………………………… 2
B.2 Rute Pemberian Obat………………………………………….. 4

C.     BAB III PENUTUP


C.1 Simpulan………………………………………………………. 9
C.2 Saran…………………………………………………………… 9
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A.1 Latar Belakang Masalah


Salah satu tugas terpenting seorang perawat adalah member obat yang aman dan akurat
kepada klien. Obat merupakan alat utama terapi untuk mengobati klien yang memiliki
masalah. Obat bekerja menghasilkan efek terapeutik yang bermanfaat. Walaupun obat
menguntungkan klien dalam banyak hal, beberapa obat dapat menimbulkan efek samping
yang serius atau berpotensi menimbulkan efek yang berbahaya bila kita memberikan obat
tersebut tidak sesuai dengan anjuran yang sebenarnya.
Seorang perawat juga memiliki tanggung jawab dalam memahami kerja obat dan efek
samping yang ditimbulkan oleh obat yang telah diberikan, memberikan obat dengan tepat,
memantau respon klien, dan membantu klien untuk menggunakannya dengan benar dan
berdasarkan pengetahuan.

A.2 Rumusan Masalah


a.       Bagaimana prinsip benar obat?
b.      Bagaimana rute pemberian obat?

A.3 Tujuan penulisan


a.       Untuk mengetahui prinsip benar obat
b.      Untuk mengetahui rute pemberian obat

A.4 Manfaat Penulisan


a.       Memberikan informasi tentang prinsip benar obat
b.      Memberikan informasi tentang rute pemberian obat

A.5 Metode Penulisan


Metode yang digunakan dalam menulis makalah ini, yaitu Metode Media Informatika adalah
metode dengan mencari data melalui situs-situs internet.
BAB II
PEMBAHASAN

B.1. PRINSIP BENAR OBAT


Prinsip benar obat ada 6, yaitu:
1.      Benar Pasien
Sebelum obat diberikan, identitas pasien harus diperiksa (papan identitas di tempat tidur,
gelang identitas) atau ditanyakan langsung kepada pasien atau keluarganya. Jika pasien
tidak sanggup berespon secara verbal, respon non verbal dapat dipakai, misalnya pasien
mengangguk. Jika pasien tidak sanggup mengidentifikasi diri akibat gangguan mental atau
kesadaran, harus dicari cara identifikasi yang lain seperti menanyakan langsung kepada
keluarganya. Bayi harus selalu diidentifikasi dari gelang identitasnya.

2.      Benar Obat
Obat memiliki nama dagang dan nama generik. Setiap obat dengan nama dagang yang kita
asing (baru kita dengar namanya) harus diperiksa nama generiknya, bila perlu hubungi
apoteker untuk menanyakan nama generiknya atau kandungan obat. Sebelum memberi
obat kepada pasien, label pada botol atau kemasannya harus diperiksa tiga kali. Pertama
saat membaca permintaan obat dan botolnya diambil dari rak obat, kedua label botol
dibandingkan dengan obat yang diminta, ketiga saat dikembalikan ke rak obat. Jika labelnya
tidak terbaca, isinya tidak boleh dipakai dan harus dikembalikan ke bagian farmasi.
Jika pasien meragukan obatnya, perawat harus memeriksanya lagi. Saat memberi obat
perawat harus ingat untuk apa obat itu diberikan. Ini membantu mengingat nama obat dan
kerjanya.

3.      Benar Dosis
Sebelum memberi obat, perawat harus memeriksa dosisnya. Jika ragu, perawat harus
berkonsultasi dengan dokter yang menulis resep atau apoteker sebelum dilanjutkan ke
pasien. Jika pasien meragukan dosisnya perawat harus memeriksanya lagi. Ada beberapa
obat baik ampul maupun tablet memiliki dosis yang berbeda tiap ampul atau tabletnya.
Misalnya ondansentron 1 amp, dosisnya berapa ? Ini penting !! karena 1 amp ondansentron
dosisnya ada 4 mg, ada juga 8 mg. ada antibiotik 1 vial dosisnya 1 gr, ada juga 1 vial 500 mg.
jadi Anda harus tetap hati-hati dan teliti.
4.      Benar Cara/Rute
Obat dapat diberikan melalui sejumlah rute yang berbeda. Faktor yang menentukan
pemberian rute terbaik ditentukan oleh keadaan umum pasien, kecepatan respon yang
diinginkan, sifat kimiawi dan fisik obat, serta tempat kerja yang diinginkan. Obat dapat
diberikan peroral, sublingual, parenteral, topikal, rektal, inhalasi.
a.       Ora Adalah rute pemberian yang paling umum dan paling banyak dipakai, karena
ekonomis, paling nyaman dan aman. Obat dapat juga diabsorpsi melalui rongga mulut
(sublingual atau bukal) seperti tablet ISDN.
b.      Parenteral Kata ini berasal dari bahasa Yunani, para berarti disamping, enteron berarti
usus, jadi parenteral berarti diluar usus, atau tidak melalui saluran cerna, yaitu melalui vena
(perset / perinfus).
c.       Topikal Yaitu pemberian obat melalui kulit atau membran mukosa. Misalnya salep,
losion, krim, spray, tetes mata.
d.      Rektal Obat dapat diberi melalui rute rektal berupa enema atau supositoria yang akan
mencair pada suhu badan. Pemberian rektal dilakukan untuk memperoleh efek lokal seperti
konstipasi (dulkolax supp), hemoroid (anusol), pasien yang tidak sadar / kejang (stesolid
supp). Pemberian obat perektal memiliki efek yang lebih cepat dibandingkan pemberian
obat dalam bentuk oral, namun sayangnya tidak semua obat disediakan dalam bentuk
supositoria.
e.        Inhalasi Yaitu pemberian obat melalui saluran pernafasan. Saluran nafas memiliki
epitel untuk absorpsi yang sangat luas, dengan demikian berguna untuk pemberian obat
secara lokal pada salurannya, misalnya salbotamol (ventolin), combivent, berotek untuk
asma, atau dalam keadaan darurat misalnya terapi oksigen.

5.      Benar Waktu
Ini sangat penting, khususnya bagi obat yang efektivitasnya tergantung untuk mencapai
atau mempertahankan kadar darah yang memadai. Jika obat harus diminum sebelum
makan, untuk memperoleh kadar yang diperlukan, harus diberi satu jam sebelum makan.
Ingat dalam pemberian antibiotik yang tidak boleh diberikan bersama susu karena susu
dapat mengikat sebagian besar obat itu sebelum dapat diserap. Ada obat yang harus
diminum setelah makan, untuk menghindari iritasi yang berlebihan pada lambung misalnya
asam mefenamat.

6.      Benar Dokumentasi
Setelah obat itu diberikan, harus didokumentasikan, dosis, rute, waktu dan oleh siapa obat
itu diberikan. Bila pasien menolak meminum obatnya, atau obat itu tidak dapat diminum,
harus dicatat alasannya dan dilaporkan.
B.2. RUTE PEMBERIAN OBAT
Rute pemberian obat terutama ditentukan oleh sifat dan tujuan dari penggunaan obat
sehingga dapat memberikan efek terapi yang tepat. Terdapat 2 rute pemberian obat yang
utama, yaitu: enteral dan parenteral.

A.    Enteral
1.      Oral
Memberikan suatu obat melalui muut adalah cara pemberian obat yang paling umum tetapi
paling bervariasidan memerlukan jalan yang paling rumit untuk mencapai jaringan.
Beberapa obat diabsorbsi di lambung; namun, duodenum sering merupakan jalan masuk
utama ke sirkulasi sistemik karena permukaan absorbsinya yang lebih besar. Kebanyakan
obat diabsorbsi dari saluran cerna dan masuk ke ahti sebelum disebarkan ke sirkulasi umum.
Metabolisme langakah pertama oleh usus atau hati membatasi efikasi banyak obat ketika
diminum per oral. Minum obat bersamaan dengan makanan dapat mempengaruhi absorbsi.
Keberadaan makanan dalam lambung memperlambat waktu pengosongan lambung
sehingga obat yang tidak tahan asam, misalnya penisilin menjadi rusak atau tidak diabsorbsi.
Oleh karena itu, penisilin ata obat yang tidak tahan asam lainnya dapat dibuat sebagai salut
enterik yang dapat melindungi obat dari lingkungan asam dan bisa mencegah iritasi
lambung. Hal ini tergantung pada formulasi, pelepasan obat bisa diperpanjang, sehingga
menghasilkan preparat lepas lambat.

2.      Sublingual
Penempatan di bawah lidah memungkinkan obat tersebut berdifusi kedalam anyaman
kapiler dan karena itu secara langsung masuk ke dalam sirkulasi sistemik. Pemberian suatu
obat dengan rute ini mempunyai keuntungan obat melakukan bypass melewati usus dan
hati dan obat tidak diinaktivasi oleh metabolisme.

3.      Rektal
 50% aliran darah dari bagian rektum memintas sirkulasi portal; jadi, biotransformasi obat
oleh hati dikurangi. Rute sublingual dan rektal mempunyai keuntungan tambahan, yaitu
mencegah penghancuran obat oleh enzim usus atau pH rendah di dalam lambung. Rute
rektal tersebut juga berguna jika obat menginduksi muntah ketika diberikan secara oral atau
jika penderita sering muntah-muntah.
B.      Parenteral
Penggunaan parenteral digunakan untuk obat yang absorbsinya buruk melalui saluran
cerna, dan untuk obat seperti insulin yang tidak stabil dalam saluran cerna. Pemberian
parenteral juga digunakan untuk pengobatan pasien yang tidak sadar dan dalam keadaan
yang memerlukan kerja obat yang cepat.
Pemberian parenteral memberikan kontrol paling baik terhadap dosis yang sesungguhnya
dimasukkan kedalam tubuh.

1.      Intravena (IV)
 suntikan intravena adalah cara pemberian obat parenteral yan sering dilakukan. Untuk obat
yang tidak diabsorbsi secara oral, sering tidak ada pilihan. Dengan pemberian IV, obat
menghindari saluran cerna dan oleh karena itu menghindari metabolisme first pass oleh
hati. Rute ini memberikan suatu efek yang cepat dan kontrol yang baik sekali atas kadar
obat dalam sirkulasi. Namun, berbeda dari obat yang terdapat dalam saluran cerna, obat-
obat yang disuntukkan tidak dapat diambil kembali seperti emesis atau pengikatan dengan
activated charcoal. Suntikan intravena beberapa obat dapat memasukkan bakteri melalui
kontaminasi, menyebabkan reaksi yang tidak diinginkan karena pemberian terlalu cepat
obat konsentrasi tinggi ke dalam plasma dan jaringan-jaringan. Oleh karena it, kecepatan
infus harus dikontrol dengan hati-hati. Perhatian yang sama juga harus berlaku untuk obat-
obat yang disuntikkan secara intra-arteri.

2.      Intramuskular (IM)
 obat-obat yang diberikan secara intramuskular dapat berupa larutan dalam air atau
preparat depo khusus sering berpa suspensi obat dalam vehikulum non aqua seperti
etilenglikol. Absorbsi obat dalam larutan cepat sedangkan absorbsi preparat-preparat depo
berlangsung lambat. Setelah vehikulum berdifusi keluar dari otot, obat tersebut mengendap
pada tempat suntikan. Kemudian obat melarut perlahan-lahan memberikansuatu dosis
sedikit demi sedikit untuk waktu yang lebih lama dengan efek terapetik yang panjang.

3.      Subkutan
suntikan subkutan mengurangi resiko yang berhubungan dengan suntikan intravaskular.
Contohnya pada sejumlah kecil epinefrin kadang-kadang dikombinasikan dengan suatu obat
untuk membatasi area kerjanya. Epinefrin bekerja sebagai vasokonstriktor lokal dan
mengurangi pembuangan obat seperti lidokain, dari tempat pemberian. Contoh-contoh lain

pemberian obat subkutan meliputi bahan-bahan padat seperti kapsul silastik yang berisikan
kontrasepsi levonergestrel yang diimplantasi unutk jangka yang sangat panjang
C.     Lain-lain
1.      Inhalasi
inhalasi memberikan pengiriman obat yang cepat melewati permukaan luas dari saluran
nafas dan epitel paru-paru, yang menghasilkan efek hampir sama dengan efek yang
dihasilkan oleh pemberian obat secara intravena. Rute ini efektif dan menyenangkan
penderita-penderita dengan keluhan pernafasan seperti asma atau penyakit paru obstruktif
kronis karena obat diberikan langsung ke tempat kerja dan efek samping sistemis minimal.

2.      Intranasal
Desmopressin diberikan secara intranasal pada pengobatan diabetes insipidus; kalsitonin
insipidus; kalsitonin salmon, suatu hormon peptida yang digunakan dalam pengobtana
osteoporosis, tersedia dalam bentuk semprot hidung obat narkotik kokain, biasanya
digunakan dengan cara mengisap.

3.      Intratekal/intraventrikular
Kadang-kadang perlu untuk memberikan obat-obat secara langsung ke dalam cairan
serebrospinal, seperti metotreksat pada leukemia limfostik akut.

4.      Topikal
Pemberian secara topikal digunakan bila suatu efek lokal obat diinginkan untuk pengobatan.
Misalnya, klortrimazol diberikan dalam bentuk krem secara langsung pada kulit dalam
pengobatan dermatofitosis dan atropin atropin diteteskan langsung ke dalam mata untuk
mendilatasi pupil dan memudahkan pengukuran kelainan refraksi.

5.      Transdermal
Rute pemberian ini mencapai efek sistemik dengan pemakaian obat pada kulit, biasanya
melalui suatu “transdermal patch”. Kecepatan absorbsi sangat bervariasi tergantun pada
sifat-sifat fisik kulit pada tempat pemberian. Cara pemberian obat ini paling sering
digunakan untuk pengiriman obat secara lambat, seperti obat antiangina, nitrogliserin.
BAB III
PENUTUP

Simpulan
1.      Prinsip benar obat : benar pasien, benar obat, benar dosis, benar
cara/rute, benar waktu,  benar dokumentasi.
2.      Rute pemberian obat: enteral, parenteral, lain-lain.

Saran
Demikian makalah yang kami buat, semoga bermanfaat bagi pembaca. Apabila
ada saran dan kritik yang ingin disampaikan, silahkan sampaikan kepada
penulisan

DAFTAR PUSTAKA

http://yoedhasflyingdutchman.blogspot.co.id/2010/04/prinsip-6-enam-benar-
dalam-pemberian.html

https://muthiaura.wordpress.com/2013/04/23/rute-pemberian-obat/

Anda mungkin juga menyukai