Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

MEDIKASI

OLEH KELOMPOK 2

1. Hindamayani

2. Joni Aswandi

3. Ni Made indi Aprianti budi

4. Reza Trisnadi Hidayatulloh

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) MATARAM

PRODI S1 KEPERAWATAN

PROGRAM B

TAHUN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat
dan karunia serta taufik dan hidayahnya kami dapat menyelesaikan makalah tentang
pemberian obat (Medikasi).
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam menambah wawasan serta
pengetahuan mengenai pemberian obat (Medikasi). Kami juga menyadari sepenuhnya
bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab
itu, kami berharap adanya kritik, saran, dan usulan demi perbaikan makalah yang telah
kami buat.
Semoga makalah sederhana ini dapat di pahami bagi siapapun yang membacanya.
Dan sekiranya dapat berguna bagi kami maupun orang yang membacanya. Sebelumnya
kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan mohon kritik
dan saran yang membangun demi perbaikan makalah ini.

Mataram,   September 2022

Kelompok 2
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Perawat memiliki peran yang utama dalam meningkatkan dan mempertahankan
kesehatan klien dengan mendorong klien untuk lebih proaktif jika membutuhkan
pengobatan. Perawat berusaha membantu klien dalam membangun pengertian yang
benar dan jelas tentang pengobatan, mengkonsultasikan setiap obat yang dipesankan
dan turut serta bertanggungjawab dalam pengambilan keputusan tentang pengobatan
bersama dengan tenaga kesehatan lain. Perawat dalam memberikan obat juga harus
memperhatikan resep obat yang diberikan harus tepat,
Pemberian obat merupakan menjadi salah satu tugas seorang perawat yang paling
penting. Perawat adalah mata rantai terakhir dalamproses pemberian obat kepada
pasien. Perawat bertangggung jawab pada obat itu diberikan dan memastikan bahwa
obat tersebut benar. Obat yang diberikan kepada pasien, menjadi bagian integral dari
rencana keperawatan. Rencana tindakan keperawatan harus mencakup rencana
pemberian obat, pengetahuan tentang kerja dan interaksi obat, efek samping, lama kerja
obat dan program dari dokter.
Prinsip-prinsip dalam pemberian obat yang benar meliputi 6 hal, yaitu : benar
pasien, benar obat, benar dosis, benar waktu, benar rute dan benar dokumentasi. (1)
benar pasien dapat dipastikan dengan memeriksan identitas pasien dan harus dilakukan
setiap akan memberikan obat. (2) benar obat memastikan pasien setuju denagn obat
yang telah diresepkan berdasarkan kategori perintah pemberian obat. (3) benar dosis
adalahdosis yang diresepkan pasien tertentu. (4) benar waktu adalah saat dimana obat
yang diresepkan harus diberikan.(5) benar rute disesuaikan dengan tingkat penyerapan
tubuh pada obat yang telah diresepkan. (6) benar dokumentasi meliputi nama, tanggal,
waktu, rute, dosis dan tanda tangan petugas.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1.2.1 Apakah yang dimaksud dengan Medikasi ?
1.2.2 Apa saja macam-macam jenis Medikasi ?
1.2.3 Apa saja prinsip medikasi ?
1.2.4 Bagaimana asuhan keperawatan medikasi ?

1.3 TUJUAN
1.3.1 untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan medikasi
1.3.2 untuk mengetahui macam-macam dari medikasi
1.3.3 untuk mengetahui prinsip medikasi
1.3.4 untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan medikasi
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Medikasi
Medikasi adalah zat yang diberikan untuk diagnosis,pengobatan,terapi atau pereda
gejala atau untuk pencegahan penyakit. Dalam Konteks perawatan kesehatan, kata
medikasi dan obat umumnya digunakan bergantian. Istilah obat juga memiliki
makna konotasi zat-zat terlarang, seperti heroin, kokain, atau amfetamin. Obat telah
dikenal dan digunakan sejak zaman purbakala. Obat mentah seperti opium, minyak
kastrol, dan vinegar, telah digunakan sejak zaman kuno. Selama beberapa abad.
Ketersediaan sejumlah obat meningkat secara drastic, dan ilmu pengetahuan tentang
obat menjadi lebih akurat dan mendetail (Darmawan,2015).

2.2 Prinsip medikasi


Pemberian obat harus memperhatikan prinsip 6 benar obat agar aman bagi pasien
yaitu sebagai berikut:
1. Klien yang benar
Klien yang benar dapat di pastikan dengan cara :
a. Selalu dipastikan dengan memeriksa identitas pasien dengan memeriksa
gelang identifikasi dan meminta menyebutkan namanya sendiri.
b. Klien berhak untuk mengetahui alasan obat
c. Klien berhak untuk menolak penggunaan sebuah obat
d. Membedakan klien dengan dua nama yang sama
2. Obat yang benar
Untuk memastikan benar obat pastikan obat yang di berikan harus sesuai dengan
hal-hal berikut :
a. Klien dapat menerima obat yang telah diresepkan
b. Perawat bertanggung jawab untuk mengikuti perintah yang tepat
c. Perawat harus menghindari kesalahan, yaitu dengan membaca label obat
minimal tiga kali:
 Pada saat melihat botol atau kemasan obat
 Sebelum menuang/menghisap obat
 Setelah menuang/ mengisap obat
d. Memeriksa apakah perintah pengobatan lengkap dan sah
e. Mengetahui alasan mengapa klien menerima obat tersebut
f. Memberikan obat-obatan tanda: nama obat, tanggal kadaluarsa
3. Dosis yang benar
Untuk mendapatkan dosis yang benar perawat harus memastikan :
a. Dosis yang diberikan klien sesuai dengan kondisi klien.
b. Dosis yang diberikan dalam batas yang direkomendasikan untuk obat yang
bersangkutan.
c. Perawat harus teliti dalam menghitung secara akurat jumlah dosis yang akan
diberikan, dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut: tersedianya
obat dan dosis obat yang diresepkan/ diminta, pertimbangan berat badan
klien (mg/KgBB/hari), jika ragu-ragu dosisi obat harus dihitung kembali dan
diperiksa oleh perawat lain.
d. Melihat batas yang direkomendasikan bagi dosis obat tertentu.
4. Waktu yang benar
Benar waktu dalam prinsip pemberian obat harus memperhatikan hal sebagai
berikut :
a. Pemberian obat harus sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.
b. Dosis obat harian diberikan pada waktu tertentu dalam sehari. Misalnya
seperti dua kali sehari, tiga kali sehat, empat kali sehari dan 6 kali sehari
sehingga kadar obat dalam plasma tubuh dapat dipertimbangkan.
c. Pemberian obat harus sesuai dengan waktu paruh obat (t ½ ). Obat yang
mempunyai waktu paruh panjang diberikan sekali sehari, dan untuk obat
yang memiliki waktu paruh pendek diberikan beberapa kali sehari pada
selang waktu tertentu.
d. Pemberian obat juga memperhatikan diberikan sebelum atau sesudah makan
atau bersama makanan
5. Rute yang benar
a. Memperhatikan proses absorbsi obat dalam tubuh harus tepat dan memadai.
b. Memperhatikan kemampuan klien dalam menelan sebelum memberikan
obat-obat peroral
c. Menggunakan teknik aseptik sewaktu memberikan obat melalui rute
parenteral
d. Memberikan obat pada tempat yang sesuai dan tetap bersama dengan klien
sampai obat oral telah ditelan.
e. Rute yang lebih sering dari absorpsi adalah :
 oral ( melalui mulut ): cairan , suspensi ,pil , kaplet , atau kapsul . ;
 sublingual ( di bawah lidah untuk absorpsi vena ) ;
 bukal (diantara gusi dan pipi) ;
 topikal ( dipakai pada kulit ) ;
 inhalasi ( semprot aerosol ) ;
 instilasi ( pada mata, hidung, telinga, rektum atau vagina ) ;
 parenteral : intradermal , subkutan , intramuskular , dan intravena.
6. Dokumentasi yang benar
Dokumentasi sangat penting jadi setelah memberikan obat kita harus segera
memasukkan obat ke format dokumentasi dengan benar. Fungsi dokumentasi
adalah sebagai catatan perkembangan pasien dan sebagai alat untuk bukti
melakukan suatu tindakan.
2.3 Macam-Macam Jenis Medikasi
1. Medikasi Oral
a. Pengertian Medikasi Oral
Pemberian obat secara oral adalah salah satu cara pemakaian obat yang
melalui mulut dan akan masuk ke dalam tubuh melalui saluran pencernaan.

b. Cara Pemberian Obat Oral


1) Sublingual
Pemberian obat secara sublingual merupakan pemberian obat yang cara
pemberiannya ditaruh di bawah lidah. Tujuannya adalah agar efek yang
ditimbulkan bisa lebih cepat karena pembuluhdarah di bawah lidah
merupakan pusat dari sakit. Kelebihan dari cara pemberian obat
dengansublingual adalah efek obat akan terasa lebih cepat dan kerusakan
obat pada saluran cerna danmetabolisme di dinding usus dan hati
dapat dihindari. Obat yang diberikan secara Sublingualtidak boleh ditelan,
jika obat ditelan maka efek yang diinginkan tidak akan tercapai.

2) Bukkal
Pemberian obat melalui rute bukal dilakukan dengan cara menempatkan
obat padat di membrane mukosa pipi sampai obat larut. Pasien
diperingatkan untuk tidak mengunyah atau menelan obat ataupun minum
air bersama obat (Rosdal,2017).
2. Medikasi Parenteral
a. Pengertian Medikasi Parenteral
Memasukan obat tertentu ke dalam jaringan tubuh dengan cara
merobek jaringan ke dalam kulit atau selaput lendir atau menembus satu
atau lebih lapisan kulit atau membran mukosa menggunakan alat suntik.
Obat di masukan ke dalam kulit, di bawah kulit, ke dalam otot, dan
ke dalam vena, dan pemberian ini lebih cepat di serap daripada melalui oral
jadi pemberial obat parenteral adalah pemberian obat atau cairan dengan
cara di masukan langsung ke dalam kulit, di bawah kulit,ke dalam otot dan
ke dalam vena (Kozier,2010)
b. Cara Pemberian Obat Parenteral
1) Intra Cutan
Adalah pemberian obat atau cairan dengan cara di masukan langsung ke
kulit.
tujuan  : melaksanakan uji coba obat tertentu ( skin test )
membantu menentukan diagnosa terhadap pentakit tertentu misalnya pada
tuberculin test
2) Sub Cutan
memberikan obat melalui suntikan di bawah kulit dengan sudut 45 0 yang
di lakukan pada lengan atas sebelah luar pada bagian luar dada dan daerah
yang di anggap perlu
lokasi: area vaskular di sekitar bagian lengan luar atas abdomen dari batas
bawah costa  sampai iliaca dan bagian anterior paha.

3) Intra Muscular
Adalah pemberian obat atau cairan dengan cara dimasukan langsung
kedalam otot.
Lokasi :
 Otot vastus lateralis
 Otot ventrogluteal
 Otot deltoid
 Dorsa gluteus
 Sepertiga sias atas
Kecepatan Obat :
Rute IM memungkinkan absorbsi obat yang lebih cepat daripada SC
karena pembuluh darah lebih banyakdi otot. Berlangsung sekitar antara
10 – 30 menit (Kozier,2010).

4) Intra Venaa
Adalah pemberian obat dengan cara dimasukan langsung kedalam
pembuluh darah vena.
Lokasi : Pada vena yang nampak jelas, lurus, jauh dari tulang
Kecepatan Obat : Menghasilkan efek tercepat sekitar 18 detik
(Kozier,2010).
3. Medikasi Topikal
a. Pengertian Obat Topikal
Pemberian obat secara topical adalah obat yang diberikan melalui kulit dan
membrane mukosa pada prinsipnya menimbulkan efek local.Pemberian
topical dilakukan dengan mengoleskannya di suatu daerah kulit.
Selain dikemas dalam bentuk untuk diminum atau diinjeksikan , berbagai
jenis obat dikemas dalam bentuk obat luar seperti lotion, liniment, pasta dan
bubuk yang biasanya dipakai untuk pengobatan ganggaun dermatologis
misalnya gatal-gatal , kulit kering, infeksi dan lain-lain.Obat topical juga
dikemas dalam bentuk obat tetes (instilasi) yang dipakai untuk tetes mata,
telinga, atau hidung serta dalam bentuk untuk irigasi baik mata, telinga,
hidung, vagina, maupun rectum (Asmadi. 2008)
b. Jenis – jenis Obat Topikal
1) Obat Kulit
a) Salep
Salep ialah bahan berlemak (dasar hidrokarbon) atau seperti lemak,
yang pada suhu kamar berkonsistensi seperti mentega dan
lengket.Bahan dasar biasanya vaselin, tetapi dapat pula lanolin atau
minyak (Digunakan untuk obat larut air bahan emulsi).Salep
mempunyai daya serap yang cenderung lebih besar dibandingkan
dengan krim. Salep mempunyai sifat lubrikasi, proteksi, dan emolien,
yaitu menahan penguapan air dari kulit.
 Indikasi: dermatosis yang kering dan kronik, dermatosis yang
dalam dan kronik dan dermatosis yang bersisik dan berkrusta, dan
ulkus bersih. Bersifat proteksi pada ruam popok, inkontinensia
alvi, sariawan, dan kolostomi.
 Kontraindikasinya: adalah dermatitis madidans. Jika kelainan
kulit terdapat pada bagian badan yang berambutdan lipatan
tubuh, penggunaan salep tidak dianjurkan.
b) Krim
Krim adalah emulsi O/W (oil in water) atau W/O (water in
oil).Kombinasi antara minyak dengan air ditambah emulgator
menghasilkan emulsi W/O atau O/W, bergantung pada susunan
komponen di atas.Krim perlu diberikan pengawet karena adanya
kandungan air.
 Indikasi digunakan krim ialah indikasi kosmetik (tidak lengket,
mudah dicuci, mudah menyebar, dan tidak mengotori baju),
dermatosis yang subakut dan luas, dan boleh digunakan di daerah
yang berambut.
 Kontraindikasi untuk krim W/O ialah dermatitis madidans.
Kandungan humektan beragam dari gliserin, propilen glikol, dan
polietilen glikol untuk mencegak kekeringan.

c) Gel
Gel ialah sediaan hidrokoloid atau hidrofilik berupa suspensi yang
dibuat dari senyawa organic – dasar sediaan larut air. Zat untuk
membuat gel di antaranya ialah karbomer, metilselulosa dan tragakan.
Bila zat-zat tersebut dicampur dengan air dengan perbandingan
tertentu akan terbentuk gel. Karbomer akan membuat gel menjadi
sangat jernih dan halus. Gel segera mencair, jika berkontak dengan
kulit dan membentuk satu lapisan. Warna gel bening, mudah dipakai
dan dibersihkan, dan dapat dipakai pada kulit berambut.Sifatnya
kurang menutup, alkohol atau propilen mudah kering dan
menimbulkan rasa tersengat.Absorbsi per kutan lebih baik daripada
krim.

d) Pasta
Pasta ialah campuran homogen bedak (50%) dan vaselin (salep dasar
hidrokarbon – emulsi air dalam minyak).Pasta bersifat protektif dan
mengeringkan.Fungsinya adalah sebagai barier impermeabel, proteksi,
dan tabir surya (kalo mau tau bentuknya, bentuknya mirip pasta gigi –
biasanya putih dan padat). Kelemahannya adalah kurang lengket,
kurang menutup, lebih kering (dibandingkan salep – karena pada pasta
sudah dicampur dengan sediaan solid, yaitu bedak)
 Indikasi: dermatosis yang agak basah.
 Kontraindikasinya: dermatosis yang eksudatif dan daerah yang
berambut. Untuk daerah genital eksterna dan lipatan-lipatan badan,
pasta tidak dianjurkan karena terlalu melekat. Sekarang pasta jarang
dipakai karena pengolesan dan pembersihannya lebih sulit.
e) Linimen
Linimen atau pasta pendingin ialah campuran cairan, bedak dan salep.
 Indikasi: dermatosis yang subakut.
 Kontraindikasi: dermatosis madidans
f) Bedak
Bedak yang dioleskan di atas kulit membuat lapisan tipis di kulit yang
tidak melekat erat sehingga penetresinya sedikit sekali.Efek bedak
ialah mendinginkan, antiinflamasi ringan karena ada sedikit efek
vasokonstriksi, antipruritus lemah, mengurangi pergeseran pada lipatan
kulit (intertrigo dan kaki), menyerap kelembapan kulit, dan proteksi
mekanis.Pengobatan dengan bedak yang diharapkan terutama ialah
efek fisis.
 Indikasi: pemberian bedak ialah dermatosis yang kering dan
superfisial, mempertahankan vesikel atau bula agar tidak pecah.
 Kontraindikasinya: dermatitis yang basah, terutama bila disertai
dengan infeksi sekunder Jika terjadi eksudat atau pus, maka
campuran bedak dengan eksudat merupakan adonan yang
memudahkan terjadinya infeksi (Iritasi, mengeras, krusta, dan
granuloma).
g) Bedak kocok (Losio)
Bedak kocok terdiri atas campuran air dan bedak yang biasanya
ditambah dengan gliserin sebagai bahan perekat, supaya bedak tidak
terlalu kental dan cepat menjadi kering maka jumlah zat padat
maksimal 40 % dan jumlah gliserin 10 – 15 %. Hal ini berarti jika
beberapa zat aktif padat ditambahkan, maka prosentase tersebut jangan
terlampaui.Perlu dikocok, biasanya dingin karena ada penguapan air,
serta mudah dioleskan hingga homogeny.
 Indikasi: dermatosis yang kering, superfisial dan agak luas, serta
dermatosis pada keadaan sub akut.
 Kontraindikasi: dermatitis madidans dan daerah badan yang
berambut.
2) Obat Tetes Telinga
Tetes telinga adalah bentuk larutan, suspensi atau salep yang digunakan
pada telinga dengan cara diteteskan atau dimasukkan dalam jumlah kecil
ke dalam saluran telinga untuk melepaskan kotoran telinga (lilin telinga)
atau untuk mengobati infeksi, peradangan atau rasa sakit
3) Obat Hidung
 Obat tetes hidung adalah suatu obat yang digunakan untuk pilek,
mengandung dekongestan topikal. Efek samping akibat vasokonstriksi
lokal secara cepat yaitu, jika pemberian obat tetes hidung ini
dihentikan, dapat terjadi sumbatan hidung yang lebih berat.Sumbatan
sekunder in dapat menyebabkan kerusakan jaringan setempat dan
mengganggu bulu hidung.
 inhalasi adalah alat pengobatan dengan cara memberi obat untuk
dihirup agar dapat langsung masuk menuju paru-paru sebagai organ
sasaran obatnya. Alat ini biasanya digunakan dalam proses perawatan
penyakit saluran pernafasan yang akut maupun kronik, misalnya pada
penyakit asma.
4) Obat Tetes Mata
Tetes mata adalah sediaan steril yang berupa larutan atau suspensi yang
digunakan dengan cara meneteskan obat pada selaput lendir mata
disekitar kelopak mata dari bola mata

4. Medikasi Supositoria
a. Pengertian Medikasi Suppositoria
Suppositoria adalah sediaan padat yang digunakan melalui dubur, umumnya
berbentuk torpedo, dapat melarut, melunak atau meleleh pada suhu tubuh.
( Perry & Potter. 2006)

b. Macam-macam Sediaan Obat Suppositoria


1) Suppositoria rectal
Suppositoria rectal untuk dewasa berbentuk berbentuk lonjong pada satu
atau kedua ujungnya dan biasanya berbobot lebih kurang 2 g
2) Suppositoria vaginal
Umumnya berbentuk bulat atau bulat telur dan berbobot lebih kurang 5,0 g
3) Suppositoria uretra
Suppositoria untuk saluran urine yang juga disebut “bougie”. Bentuknya
ramping seperti pensil, gunanya untuk dimasukkan ke dalam saluran urine
pria atau wanita.

5.
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN

Pemberian medikasi merupakan aktivitas rutin yang dilakukan oleh perawat mungkin lebih
dari keahlian lain di luar penilaian tanda vital. Namun ini lebih dari sebuah keahlian.
Seorang perawat dapat dengan mudah masuk ke dalam mode robotic ketika memberikan
medikasi pada pasien, khusunya jika jenis medikasi yang sama digunakan pada orang yang
sedang dirawat. Untuk menghindari kesalahan yang merugikan, perawat harus selalu
memnggunakan proses keperawatan sebagai dasar pemberian medikasi-menilai situasi,
mengidentifikasi apa kebutuhan pasien, merencanakan bagaimana medikasi akan diberikan,
melakukan pencegahan yang sesuai ketika memberikan medikasi, dan mengevaluasi proses
dan hasil.
3.1 Penilaian/ pengkajian
Selama penilaian perawat harus meninjau riwayat pasien, termasuk, riwayat
medikasi, untuk menentukan apakah medikasi yang di order sesuai diberikan pasien
tertentu. Alergi harus ditinjau. Riwayat medikasi harus ditinjau dan dievaluasi untuk
mencegah duplikasi (overdosisi) dan interaksi yang tidak diharapkan. Variasi
perkembangan (usia lanjut dan anak-anak) juga harus menjadi pertimbangan.
Sebagai contoh, pasien usia lanjut lebih rentan terhadap interaksi obat, reaksi
berlawanan, dan overdosis sebagai hasil polifarmasi (misal, melakukan banyak
medikasi pada saat bersamaan). Sebagai contoh, fungsi lever dan ginjal serta status
gizi seorang pasien akan mempengaruhi kemampuannya untuk memetabolisme dan
mengekskresikan medikasi yang diorder. Adapun data hasil penilaian yang
didapatkan dapat dikelompokkan menjadi dua data yaitu :
a. Data subjektif
1. Riwayat kesehatan sekarang
Perawat menilai tentang gejala gejala yang dirasakan klien
2. Pengobatan sekarang
Perawat mengkajai Informasi tentang setiap obat, termasuk kerja tujuan,
dosis normal, rute pemberian, efek samping, dan implikasi keperawatan
dalam pemberian dan pengawasan obat. Beberapa sumber harus sering
dikonsultasi untuk memperoleh keterangan yang dibutuhkan. Perawat
bertanggung jawab untuk mengetahui sebanyak mungkin informasi tentang
obat yang diberikan.
- Dosis, rute, frekuensi, dokter yang meresepkan, jika ada
- Pengetahuan klien mengenai obat dan efek sampingnya
- Harapan dan persepsi klien tentang efektivitas obat
- Kepatuhan klien terhadap aturan dan alasan ketidakpatuhan
- Alergi dan reaksi terhadap obat
- Obat yang dibeli sendiri
3. Riwayat kesehatan dahulu, meliputi :
- Riwayat penyakit dahulu yang pernah diderita pasien
- Obat yang disimpan dalam pemakaian waktu lampau
- Obat yang dibeli sendiri/OTC
4. Sikap dan lingkungan pasien
Sikap lien terhadap obat emnunjukkan tingkat ketergantungan pada obat.
Klien seringkali enggan mengungkapkan perasaannya tentang obat,
khususnya jika klien mengalami ketergantungan obat. Untuk mengkaji sikap
klien, perawat perlu mengobservasi perilaku klien yang mendukung bukti
ketergantungan obat.
- Anggota keluarga
- Kemampuan menjalankan activity of daily living (ADL)
- Pola makan, pengaruh budaya klien
- Sumber keuangan klien

b. Data obyektif
Dapat diketahui dengan beberapa cara yaitu dengan pemeriksaan fisik,
pemeriksaan diagnostic dan pemeriksaan laboratorium. Jangan lupa anda harus
memusatkan perhatian pada gejala-gejala dan organ- organ yang kemungkinan
besar terpengaruh dengan obat.

3.2 Diagnosa keperawatan


Suatu penilaian yang akaurat akan mengarah pada identifikasi kebutuhan
pasien terkait pemberian medikasi. Diagnosis yang mungkin akan
disebutkan pasien meliputi :
o Tidak mengeluh (missal, terkait kurangnya pengetahuan, kurangnya
sumber financial)
o Menelan tidak efektif(dampak dari medikasi dengan rute oral)
o Eliminasi perkemihan rusak (berdampak pada ekskresi medikasi)
o Kekurangan volume cairan (berdampak pada distribusi medikasi)
Perawat tidak hanya akan mengidentifikasi kebutuhan pasien
dan diagnosis keperawatan, namun ia juga akan mulai memprioritaskan
asuhan yang akan diberikan. Sebagai contoh, prioritas utama pasien yang
emngalami eliminasi perkemihan rusak harus dikonsultasikan dengan dokter
untuk memverifikasi apakah medikasi yang diresepkan dalam jumlah yang
disorder perlu dimodifikasi. Tidak mengeluh karena kesulitasn keuangan,
meskipun penting, akan menduduki prioritas lebih rendah selama periode
rawat inap awal karena medikasi disuplai oleh rumah sakit.
3.3 Perencanaan
Pada fase perencanaan ditandai dengan penetapan lingkup tujuan, atau hasil
yang diharapkan. Lingkup tujuan yang efektif memenuhi hal berikut ini :
o Berpusat pada klien dan dengan jelas menyatakan perubahan yang
diharapkan.
o Dapat diterima (pasien dan perawat)
o Realistik dan dapat diukur
o Dikerjakan bersama
o Batas waktu jelas
o Evaluasi jelas
Sebagai salah satu contoh adalah klien mampu mandiri dalam memberikan
dosis insulin yang diresepkan pada akhir sesi ketiga dari pendidikan
kesehatan yang dilakukan perawat.
Perawat mengatur aktivitas perawatan untuk memastikan bahwa teknik
pemberian obat aman. Perawat juga dapat merencanakan untuk
menggunakan waktu selama memberikan obat. Pada situasi klien belajar
menggunakan obat secara mandiri, perawat dapat merencanakan untuk
menggunakan semua sumber pengajaran yang tersedia. Apabila klien
dirawat di rumah sakit,sangat penting bagi perawat untuk tidak menunda
pemberian instruksi sampai hari kepulangan klien. Baik,seorang klien
mencoba menggunakan obat secara mandiri maupun perawat yang
bertanggung jawab memberikan obat, sasaran berikut harus dicapai :
o Tidak ada komplikasi yang timbul akibat rute pemberian obat yang
digunakan.
o Efek terapeutik obat yang diprogramkan dicapai dengan aman sementara
kenyamanan klien tetap dipertahankan.
o Klien dan keluarga memahami terapi obat.
o Pemberian obat secara mandiri dilakukan dengan aman.

3.4 Implementasi
Implementasi meliputi tindakan keperawatan yang perlu untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Penyuluhan dan pengajaran pada fase ini
merupakan tanggungjawab perawat. Dalam beberapa ruang lingkup praktek,
pemberian obat dan pengkajian efek obat juga merupakan tanggung jawab
keperawatan yang penting. Selain itu perawat harus mampu mencegah
resiko kesalahan dalam pemberian obat.
Kesalahan pengobatan adalah suatu kejadian yang dapat membuat klien
menerima obat yang salah atau tidak mendapat terapi obat yang tepat
Kesalahan pengobatan dapat dilakukan oleh setiap individu yang terlibat
dalam pembuatan resep, transkripsi, persiapan, penyaluran, dan pemberian
obat. Perawat sebaiknya tidak menyembunyikan kesalahan pengobatan.
Pada catatan statusklien, harus ditulis obat apa yang telah diberikan kepada
klien, pemberitahuan kepada dokter, efek samping yang klien alami sebagai
respons terhadap kesalahan pengobatan dan upaya yang dilakukan untuk
menetralkan obat.Perawat bertanggung jawab melengkapi laporan yang
menjelaskan sifat insiden tersebut. Laporan insiden bukan pengakuan
tentang suatu kesalahan atau menjadi dasar untuk memberi hukuman dan
bukan merupakan bagian catatan medis klien yang sah.
Laporan ini merupakan analisis objektif tentang apa yang terjadi dan
merupakan penatalaksanaan risiko yang dilakukan institusi untuk memantau
kejadian semacam ini.Laporan kejadian membantu komite interdisiplin
mengidentifikasi kesalahan dan menyelesaikan masalah sistem di rumah
sakit yang mengakibatkan terjadinya kesalahan.
3.5 Evaluasi
Waktunya untuk meninjau proses dan menentukan apakah hasil yang
diharapkan tercapai. Pertanyaan yang harus diajukan meliputi ;
1. Apakah medikasi diberikan seperti yang diresepkan, atau apakah anda
mengalami masalah?
2. Apakah respon pasien terhadap medikasi seperti diharapkan, atau apakah
pasiern mengalamai reaksi yang berlawanan atau efek yang tidak
diharapkan?
3. Apakah pasien atau keluarganmya memahami bagaimana melakukan
atau memberikan medikasi yang aman dan efektif?
BAB 4
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Dalam pemberian obat memerlukan persiapan yang baik dan teliti.
Obat memiliki efek samping maupun efek terapeutik. Keberhasilan kerja
obatdipengaruhi pula dengan cara pemberian yang tepat. Pentingnya
pemahamandalam prosedur pemberian obat sehingga meminimalisir kesalahan
dalampemberian dengan memegang prinsip 6 benar yakni benar obat, benar
dosis,benar waktu, benar pasien, benar cara pemberian, benar
dokumentasi.

4.2 SARAN
Perawat sebagai tenaga medis sebaiknya dapat memahami prinsip dari pemberian
obat (Prinsip 6 Benar) agar tidak terjadi kesalahan dalam melaukan tindakan proses
keperawatan .
DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. 2008. Konsep dan aplikasi kebutuhan dasar klien. Jakarta : Salemba Medika.
Perry & Potter. 2006. Buku ajar fundal mental keperawatan konsep, proses dan praktik.Edisi 4.
Jakarta : EGC.
Kozier.Erb.Berman.Synder. 2010. Buku ajar fundamental keperawatan konsep,proses,dan
praktik volume 2. Jakarta : EGC
Dermawan,deden. 2015.farmakologi untuk keperawatan. Yogyakarta: Gosyen Publishing
Rosdhal. Kowalski. 2017. Buku ajar keperawatan Dasar farmakologi dan pemberian medikasi.
Jakarta:EGC

Anda mungkin juga menyukai