Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PENGELOLAAN DAN PEMBERIAN OBAT SESUAI


KEBUTUHAN

Dosen Pengampu : Rosmiati, SKM.,M,Kes


Disusun oleh :
1. Salwa Azzahra
2. Fidia Iwanda
3. Ummi Aulia Putri
4. Anjela Dwi Fitriani
5. Tiara Idafatriyani

PROGRAM DIII KEBIDANAN


INSTITUT ILMU KESEHATAN DAN TEKNOLOGI
MUHAMADIYAH TAHUN AJARAN 2021/2022
Kata Pengantar

Syukur Alhamdulillah atas kehadirat Allah SWT dengan limpahan rahmat


dan hidayah-Nya sehingga Kami dapat menyelesaikan makalah Pengantar Asuhan
Kebidanan dengan judul “pengelolaan dan pemberian obat sesuai kebutuhan”.
Sholawat beriring salam kepada Baginda Nabi Besar Muhammad SAW
dan para Sahabat beserta keluarganya yang telah memberikan contoh teladan
melalui sunnahnya sehingga membawa kesejahteraan di muka bumi ini.
Pada kesempatan ini Kami ingin mengucapkan terima kasih kepada Dosen
Pembimbing yang telah memberi arahan serta motivasi sehingga menyelesaikan
makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam isi makalah ini masih banyak terdapat
kekurangan dan kesalahan karena keterbatasan ilmu yang Kami miliki, oleh
karena itu kritik dan saran serta bimbingan dari semua pihak yang bersifat
membangun sangat diperlukan demi perbaikan di masa yang akan dating. Di
samping itu, Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi Pembaca
sekalian. Semoga Allah meridhai segala usaha dan cita-cita kita. Aamiin ya
Rabbal `alamin.

Palembang, 5 April 2022


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang…………………………………………………….……..4
Rumusan Masalah…………………………………………………….… 4
Tujuan……………………………………………………………….…...4

BAB II KERANGKA TEORI


2.1 Pengelolaan Obat………………………………………………….…5
2.1.1 Pengertian Pengelolaan Obat……………………………….….5
2.1.2 Tujuan Pengelolaan Obat…………………………………....…5
2.2 Pemberian Obat……………………………………………….……...6
2.2.1 Definisi Obat…………………………………………….…......6
2.2.2 Prosedur Pemberian Obat…………………………………........6
2.2.3 Prinsip Benar Dalam Pemberian Obat…………………..….....7
2.2.4 Cara Pemberian Obat………………………………..…..….….7

BAB III PENUTUP…………………………………………….……...13

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………14
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang
digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki system fisiologi atau keadaan
patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan,
pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi manusia. Ketersedian obat
merupakan salahh satu komponen penting dalam pelayanan kesehatan (Mardiah
A,2008).
Tujuan pengelolaan obat adalah tersedianya obat saat dibutuhkan.
Ketersediaan obat meliputi jenis, jumlah maupun kualitas secara efisien.
Pengelolaan obat dapat dipakai sebagai proses penggerak dan pemberdayaan
semua sumber daya yang memiliki untuk dimanfaatkan dalam rangka
mewujudkan ketersediaan obat setiap dibutuhkan agar operasional efektif dan
efisien (Depkes RI, 2005).
Pemberian obat adalah suatu tindakan untuk membantu proses penyembuhan
dengan cara memberikan obat-obatan, salah satunya melalui mulut (oral) dan
dengan cara injeksi (suntikan) lain sesuai dengan program pengobatan. Pemberian
injeksi merupakan prosedur invasive yang harus dilakukan dengan menggunakan
Teknik steril.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari Pengelolaan Obat?
2. Apa tujuan dari Pengelolaan Obat?
3. Apa saja prinsip benar dalam Pemberian Obat?
4. Apa saja metode dalam Pemberian Obat?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari pengelolaan obat
2. Untuk mengertahui tujuan dari pengelolaan obat
3. Untuk mengetahui prinsip benar dalm pemberian obat
4. Untuk mengetahui metode dalam pemberian obat.

BAB II
KERANGKA TEORI
2.1 Pengelolahan Obat
2.1.1 Pengertian Pengelolaan Obat
Pengelolaan merupakan suatu proses yang dimaksudkan untuk mencapai suatu
tujuan tertentu yang dilakukan secsra efektif dan efisien. Proses pengelolaan dapat
terjadi dengan baik bila dilaksanakan dengan dukungan kemampuan
menggunakan sumber daya yang tersedian dalam suatu system.

2.1.2 Tujuan Pengelolaan Obat


Tujuan utama pengelolaan obat adalah tersedianya obat dengan mutu yang
baik, tersedia dalam jenis dan jumlah yang sesuai kebutuhan pelayanan
kefarmasian bagi masyarakat yamg membutuhkan.
Pengolaan obat harus menjamin beberapa hal sebagai berikut:
 Ketersediaan rencana kebutuhan obat dengan jenis dan jumlah yang sesuai
kebutuhan pelayanan kesehatan dasar
 Ketersediaan anggaran pengadatan obat yang dibutuhkan sesuai dengan
Waktu.
 Peaksanaan pengadaan obat yang efektif dan efisien
 Keterjaminan penyimpanan obat dengan mutu yang baik
 Keterjaminan distribusi obat yang efektif dengan waktu tunggu yang
singkat
 Pemenuhan kebutuhan obat untuk mendukung pelayanan kesehatan dasar
sesuai denga jenis, jumlah, dan waktu yang dibutuhkan
 Ketersediaan sumber daya manusia dengan jumlah tepat
 Penggunaan obat secara rasional sesuai dengan pedoman pengobatan yang
disepakati
 Ketersediaan informasi pengelolaan dan penggunaan obat yang shahih dan
mutakhir.

(Sumber: buku Farmakologi Kebidanan)

Untuk mecapai tujuan tersebut, maka pengelolaan obat mempunyai empat


kegiatan yaitu:
a. Perumusan kebutuhan (selection)
b. Pengadaan (procurement)
c. Distribusi (distribution)
d. Penggunaan/ pelayanan obat (Use)
Keempat kegiatan pengelolaan obat tersebut didukung oleh system
manajemen penunjang pengelolaan yang terdiri dari :
a. Pengelolaan organisasi
b. Pengelolaan keuangan untuk menjamin pembiayaan dan kesinambungan
c. Pengelolaan informasi
d. Pengelolaan dan pengembangan sumber daya manusia.
Pelaksanaan keempat kegiatan dan keempat eleman system pendukung
pengelolaan tersebut di atas didasarkan pada kebijakan (policy) dan atau peraturan
perundangan (legal framework) yang mantap serta didukung oleh kepedulian
masyarakat.
(Sumber: buku Ajar Farmakologi)

2.2. Pemberian Obat


2.2.1 Definisi Obat
Obat yaitu zat kimia yang dapat memengaruhi jaringan biologi pada organ
tubuh manusia (Batubara, 2008). Obat adalah sejenis terapi primer yang
memiliki hubungan erat dengan proses penyembuhan sebuah penyakit (Potter
& Perry, 2009).

2.2.2 Prosedur Pemberian Obat


Cara dalam pemberian obat harus sesuai dengan pprosedur dan tergantung
pada keadaan umum pasien, kecepatan respon yang diinginkan, sifat obat dan
tempat kerja obat yang diinginkan serta pengawasan terkait efek obat dan
sesuai dengan SOP rumah sakit yang bersangkutan (Depkes, 2014).

2.2.3 Prinsip Benar dalam Pemberian Obat


Prinsip 7 benar berdasarkan standar yang berlaku di Rumah Sakit Umum
PKU Muhammadiyah Bantul nomor SPO.220/004/2004 yang
direkomendasikan antara lain :
a. Benar Pasien
Perawat/bidan harus memastikan sebelum pemberian obat apakah
obat yang diberikan benar sesuai dari catatan keperawatan dengan
identitas pasien berupa nama pada label obat dan mencocokkan dengan
nama, usia, dan jenis kelamin.
b. Benar Obat
Pastikan obat yang diberikan harus sesuai resep dokter yang
merawat, dari nama obat, bnetuk dan warna, serta membaca label obat
sampai 3 kali yaitu :saat melihat kemasan obat, saat menuangkan obat
sesudah menuangkan obat.
c. Benar Dosis
Memastikan dosis yang diberikan sesuai dengan instruksi dokter
dan catatan pemberian obat.
d. Benar Waktu
Perlu dipastikan kapan waktu yang tepat untuk memberikan obat.
Sebagai contoh klien diberikan resep obat dokter yang diberikan 8 jam
sekali dalam 3 kali sehari.
e. Benar cara Pmeberian Obat
Pastikan obat diberikan sesuai dengan cara yang diinstruksikan dan
periksa pada label cara pemberian obat. Misalnya oral (melalui mulit),
sublingual (dibawah lidah), dll.
f. Benar Dokumentasi
Setelah pemberian obat bidan/perawat harus mencatat tindakan
yang telah diberikan segera setelah tindakan dengan mencatat nama
klien, nama obat dan alergi, dosis obat, jalur obat, serta waktu
pemberian obat.

2.2.4 Cara Pemberian Obat


1. Oral (melalui mulut)
 Pemberiannya melalui mulut.
 Mudah dan aman pemakaiannya, lazim dan praktis.
 Tidak semua obat dapat diberikan per-oral, misalnya : Obat yang
bersifat merangsang (emetin, aminofilin) atau yang diuraikan oleh
getah lambung (benzilpenisilin, insulin dan oksitoksin).
 Dapat terjadi inaktivasi oleh hati sebelum diedarkan ke tempat
kerjanya.
 Dapat juga untuk mencapai efek lokal misalnya : obat cacing, obat
diagnostik untuk pemotretan lambung-usus.
 Baik sekali untuk mengobati infeksi usus.
 Bentuk sediaan oral: tablet, kapsul, obat hisap, sirup dan tetesan.

2. Oromocusal
Pemberiannya melalui mucosa di rongga mulut. Ada dua macam cara,
yaitu:
a. Sublingual
 Obat ditaruh dibawah lidah.
 Tidak melalui hati sehingga tidak diinaktif.
 Dari selaput di bawah lidah langsung ke dalam aliran darah, sehingga
efek yang dicapai lebih cepat misalnya : pada pasien serangan Jantung
dan Asma.
 Keberatannya kurang praktis untuk digunakan terus menerus dan dapat
merangsang selaput lendir mulut.
 Hanya untuk obat yang bersifat lipofi.
 Bentuknya tablet kecil atau spray, contoh : Isosorbid Tablet.
b. Bucal
 Obat diletakkan diantara pipi dan gusi.
 Obat langsung masuk ke dalam aliran darah.
 Misalnya obat untuk mempercepat kelahiran bila tidak ada
kontraksi uterus, contoh : Sandopart Tablet.

3. Injeksi
Pemberiannya dengan jalan suntikkan
 Efek yang diperoleh cepat, kuat dan lengkap.
 Keberatannya lebih banyak dari pasien.
 Alat suntik harus steril dan dapat merusak pembuluh darah atau syaraf
jika tempat penyuntikkannya tidak tepat.
 Terutama untuk obat yang merangsang atau dirusak oleh getah
lambung atau tidak tidak diresorpsi oleh dinding usus.

Jenis Injeksi lebih kurang ada 10:


a. Subcutan/Hipodermal (sc)
Penyuntikkan dibawah kulit, Obatnya tidak mernagsang dan larut
dalam air atau minyak, Efeknya agak lambat dan dapat digunakan
sendiri misalnya :
Penyuntikan insulin pada penderita diabetes.
b. Intramuskular (im)
Penyuntikan dilakukan dalam otot misalnya, penyuntikan
antibiotika atau dimana tidak banyak terdapat pembuluh darah dan
syaraf, misalnya otot pantat atau lengan atas
c. Intravena (iv)
Penyuntikan dilakukan ke dalam pembuluh darah, Reaksinya sangat
cepat yaitu waktu satu peredaran darah, obat sudah beredar ke seluruh
tubuh atau jaringan, Dapat menimbulkan reaksi-reaksi hebat seperti
turunnya tekanan darah secara mendadak, shock, dsb. Infus intravena
dengan obat sering dilakukan di rumah sakit dalam keadaan darurat atau
dengan obat yang cepat metabolismenya dan eksresinya guna mencapai
kadar plasma yang tetap tinggi.
d. Intra arteri (ia)
Penyuntikan dilakukan pada pembuluh nadi, Dilakukan untuk
membanjiri suatu organ misalnya pada Kanker Hati.
e. Intra cutan (ic)
Penyuntikkan dilakukan dalam kulit, Absorpsi sangat perlahan
misalnya pada tuberculin test dati Mantoux.
f. Intra lumbal
Penyuntikan dilakukan ke dalam ruas pinggang (sumsum
tulang belakang) misalnya untuk anestesi umum.
g. Intra peritonial
Penyuntikan ke dalam selaput perut.
h. Intra cardial
Penyuntikan ke dalam jantung.
i. Intra pleural
Penyuntikan ke dalam rongga pleura (paru-paru).
j. Intra articulair
Penyuntikan ke dalam celah-celah sendi.

4. Implantasi
Bentuk oral pellet steril, obat dicangkokkan dibawah kulit,
terutama digunakan untuk efek sistemik lama, misalnya obat-obat hormon
kelamin (estradiol dan testoteron). Resorpsinya lambat, satu pellet dapat
melepaskan zat aktifnya secara perlahan-lahan selama 3-5 bulan lamanya.

5. Rectal
 Pemberian obat melalui rectal (dubur).
 Bentuknya suppositoria dan clysma (obat pompa.
 Baik sekali untuk obat yang dirusak oleh asam lambung.
 Diberikan untuk mencapai takaran yang cepat dan tepat.
 Efek sistemiknya lebih cepat dan lebih besar bila dibandingkan dengan
peroral, berhubung pembuluh-pembuluh darah pertama. Contoh : pada
pengobatan asma (amecain suppositoria) ; pada bayi (stesolid rectal,
dalam pengobatan kejang akut).
 Tetapi bentuk suppositoria dan clysma sering digunakan untuk efek
lokal misalnya untuk wasir dan laxativ.
 Pemberian obat melalui rektal dapat dioleskan pada permukaan rektal
berupa salep dan hanya mempunyai efek lokal.

6. Transdermal
Cara pemakaian melalui permukaan kulit, berupa plester. Obat
menyerap secara perlahan dan kontinyu, masuk ke sistem peredaran darah,
langsung ke jantung. Umumnya untuk gangguan jantung misalnya angina
pectoris, tiap dosis dapat bertahan 24 jam. Cth : Nitrodisk dan Nitroderm
T.T.S. (therapeutic transdermal system).

7. Untuk Memberikan Efek Lokal (Pemakaian Setempat)


a. Intranasal
 Obat diberikan melalui selaput lendir hidung.
 Digunakan untuk menciutkan selaput/mukosa hidung yang
membengkak (otrivin nasal drop).
 Bentuk sediaan : Drop dan Spray.
 Cara ini dapat digunakan untuk efek sistemik misalnya untuk
melancarkan pengeluaran ASI cth : Syntocinon nasal spray. b. Inhalasi
 Obat diberikan untuk disedot melalui hidung atau mulut atau
disemprotkan.
 Penyerapan dapat terjadi pada selaput mulut, tenggorokan dan
pernafasan.
 Bentuk sediaan : Gas dan Zat padat, tetapi bisa juga mempunyai
efek sistemik. Bentuk inhalasi ini bisa dalam wadah yang diberi
tekanan dan mengandung zat pemancur (aerosol, cth : Alupent Metered
Aerosol).
b. Mukosa Mata dan Telinga
 Obat diberikan melalui selaput/mukosa mata atau telinga, bentuk drop
dan salep.
 Obat dapat diresorpsi ke dalam darah dan menimbulkan efek teknis. d.
Intra Vaginal
 Obat diberikan melalui selaput lendir/mukosa vagina.
 Diberikan pada antifungi dan anti kehamilan.
 Bentuknya : Tablet, Salep, Krim dan Cairan bilasan. e. Kulit (Percutan)
 Obat diberikan dengan jalan mengoleskan pada permukaan kulit.
 Kulit yang sehat sukar sekali dimasuki obat, tetapi bila terjadi
kerusakan resorpsi dapat berlangsung.
 Bentuk obat umunya salep dan krim.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pengelolaan obat merupakan suatu rangkaian kegiatan yang menyangkut
aspek perencanaan, pengadaan, penyimpanan, pendistribusian dan penghapusan
obat yang dikelola secara optimal untuk menjamin tercapainya ketepatan jumlah
dan jenis perbekalan farmasi. Dengan mengetahui cara pengololaan diharapkan
dapat mengelola obat dengan cara atau sistem yang telah ditetapkan agar tidak
terjadi resiko yang tidak diinginkan.
DAFTAR PUSTAKA

Wahyuni, Candra. 2018. Buku Ajar Farmakologi.Jawa Timur : STRADA PRESS

Anda mungkin juga menyukai