KATA PENGANTAR.............................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang…………………………………………………….……..4
Rumusan Masalah…………………………………………………….… 4
Tujuan……………………………………………………………….…...4
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………14
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang
digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki system fisiologi atau keadaan
patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan,
pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi manusia. Ketersedian obat
merupakan salahh satu komponen penting dalam pelayanan kesehatan (Mardiah
A,2008).
Tujuan pengelolaan obat adalah tersedianya obat saat dibutuhkan.
Ketersediaan obat meliputi jenis, jumlah maupun kualitas secara efisien.
Pengelolaan obat dapat dipakai sebagai proses penggerak dan pemberdayaan
semua sumber daya yang memiliki untuk dimanfaatkan dalam rangka
mewujudkan ketersediaan obat setiap dibutuhkan agar operasional efektif dan
efisien (Depkes RI, 2005).
Pemberian obat adalah suatu tindakan untuk membantu proses penyembuhan
dengan cara memberikan obat-obatan, salah satunya melalui mulut (oral) dan
dengan cara injeksi (suntikan) lain sesuai dengan program pengobatan. Pemberian
injeksi merupakan prosedur invasive yang harus dilakukan dengan menggunakan
Teknik steril.
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari pengelolaan obat
2. Untuk mengertahui tujuan dari pengelolaan obat
3. Untuk mengetahui prinsip benar dalm pemberian obat
4. Untuk mengetahui metode dalam pemberian obat.
BAB II
KERANGKA TEORI
2.1 Pengelolahan Obat
2.1.1 Pengertian Pengelolaan Obat
Pengelolaan merupakan suatu proses yang dimaksudkan untuk mencapai suatu
tujuan tertentu yang dilakukan secsra efektif dan efisien. Proses pengelolaan dapat
terjadi dengan baik bila dilaksanakan dengan dukungan kemampuan
menggunakan sumber daya yang tersedian dalam suatu system.
2. Oromocusal
Pemberiannya melalui mucosa di rongga mulut. Ada dua macam cara,
yaitu:
a. Sublingual
Obat ditaruh dibawah lidah.
Tidak melalui hati sehingga tidak diinaktif.
Dari selaput di bawah lidah langsung ke dalam aliran darah, sehingga
efek yang dicapai lebih cepat misalnya : pada pasien serangan Jantung
dan Asma.
Keberatannya kurang praktis untuk digunakan terus menerus dan dapat
merangsang selaput lendir mulut.
Hanya untuk obat yang bersifat lipofi.
Bentuknya tablet kecil atau spray, contoh : Isosorbid Tablet.
b. Bucal
Obat diletakkan diantara pipi dan gusi.
Obat langsung masuk ke dalam aliran darah.
Misalnya obat untuk mempercepat kelahiran bila tidak ada
kontraksi uterus, contoh : Sandopart Tablet.
3. Injeksi
Pemberiannya dengan jalan suntikkan
Efek yang diperoleh cepat, kuat dan lengkap.
Keberatannya lebih banyak dari pasien.
Alat suntik harus steril dan dapat merusak pembuluh darah atau syaraf
jika tempat penyuntikkannya tidak tepat.
Terutama untuk obat yang merangsang atau dirusak oleh getah
lambung atau tidak tidak diresorpsi oleh dinding usus.
4. Implantasi
Bentuk oral pellet steril, obat dicangkokkan dibawah kulit,
terutama digunakan untuk efek sistemik lama, misalnya obat-obat hormon
kelamin (estradiol dan testoteron). Resorpsinya lambat, satu pellet dapat
melepaskan zat aktifnya secara perlahan-lahan selama 3-5 bulan lamanya.
5. Rectal
Pemberian obat melalui rectal (dubur).
Bentuknya suppositoria dan clysma (obat pompa.
Baik sekali untuk obat yang dirusak oleh asam lambung.
Diberikan untuk mencapai takaran yang cepat dan tepat.
Efek sistemiknya lebih cepat dan lebih besar bila dibandingkan dengan
peroral, berhubung pembuluh-pembuluh darah pertama. Contoh : pada
pengobatan asma (amecain suppositoria) ; pada bayi (stesolid rectal,
dalam pengobatan kejang akut).
Tetapi bentuk suppositoria dan clysma sering digunakan untuk efek
lokal misalnya untuk wasir dan laxativ.
Pemberian obat melalui rektal dapat dioleskan pada permukaan rektal
berupa salep dan hanya mempunyai efek lokal.
6. Transdermal
Cara pemakaian melalui permukaan kulit, berupa plester. Obat
menyerap secara perlahan dan kontinyu, masuk ke sistem peredaran darah,
langsung ke jantung. Umumnya untuk gangguan jantung misalnya angina
pectoris, tiap dosis dapat bertahan 24 jam. Cth : Nitrodisk dan Nitroderm
T.T.S. (therapeutic transdermal system).
3.1 Kesimpulan
Pengelolaan obat merupakan suatu rangkaian kegiatan yang menyangkut
aspek perencanaan, pengadaan, penyimpanan, pendistribusian dan penghapusan
obat yang dikelola secara optimal untuk menjamin tercapainya ketepatan jumlah
dan jenis perbekalan farmasi. Dengan mengetahui cara pengololaan diharapkan
dapat mengelola obat dengan cara atau sistem yang telah ditetapkan agar tidak
terjadi resiko yang tidak diinginkan.
DAFTAR PUSTAKA