Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH PRINSIP PEMBERIAN OBAT

Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah
Keterampilan Dasar Kebidanan

Dosen Pembimbing Mata Kuliah: Yulia Ulfah F, SST., M.Keb

Disusun Oleh:

Alvia Aghni Rifani P 17324116032 Safira Nurhasimah P 17324116054


Annisa Nurul Laila P 17324116045 Sely Novita P 17324116006
Dhiny Srijayanti P 17324116062 Shinta Ayu W P 17324116052
Fadila Qurrota A P 17324116016 Suci Alifah Fitria P 17324116005
Indri Noviawati P 17324116020

Kelas 1B

D III KEBIDANAN BANDUNG

POLTEKKES KEMENKES BANDUNG

2016

1
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb.
Puji syukur kehadirat Allah SWT. Atas rahmat, taufik dan hidayah-Nya,
sehingga kami dapat menyusun dan menyelesaikan Makalah yang bejudul Prinsip
Pemberian Obat.
Dalam penulisan makalah ini, kami menemui banyak hambatan dikarenakan
terbatasnya Ilmu Pengetahuan mengenai hal yang berkenaan dengan penulisan
makalah ini. Kami ucapkan terimakasih kepada :
1. Yulia Ulfah F, SST.,M.Keb selaku dosen pembimbing mata kuliah KDK
2. Seluruh mahasiswa dan pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan
makalah ini
Harapan kami, makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca serta menjadi
referensi khususnya bagi kami dalam mengarungi masa depan. Kami sadar bahwa
makalah ini jauh dari kesempurnaan, maka kritik dan saran yang membangun
sangat kami harapkan untuk memperbaiki karya tulis kami selanjutnya.
Wassalammualaikum Wr.Wb.

Bandung, 10 Maret 2017

Penyusun

DAFTAR ISI

0
KATA PENGANTARi

DAFTAR ISIii

BAB I PENDAHULUAN1

A. Latar Belakang 1

B. Rumusan Masalah1

C. Tujuan1

D. Manfaat2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA3

A. Aspek Legal3

1. Hukum yang Mengatur Aspek Legal3

2. Aspek Legal Pemberian Obat3

B. Obat yang Menjadi Kewenangan Bidan5

1. Uterus Tonika5

2. Oksitosin5

3. Prostaglandin8

4. Obat Hemostatid9

5. Obat-obat Imunologi9

6. Obat Anastesi Lokal10

7. Zat Besi10

8. Asam Folat11

C. 6 Tepat Prinsip Dalam Pemberian Obat12

1. Benar Pasien12

2
2. Benar Obat13

3. Benar Dosis13

4. Benar Cara/Rute13

5. Benar Waktu14

6. Benar Dokumentasi14

D. Persiapan Pemberian Obat14

1. Persiapan Pemberian Obat14

2. Perhitungan Dosis Obat17

E. Pencegahan dan Identifikasi Injury Pengobatan20

1. Eksternal20

2. Internal21

F. Prosedur Praktik Pengambilan Obat dari Ampul dan Vial21

1. Siapkan Injeksi dari Ampul21

BAB III PENUTUP24

A. Kesimpulan24

B. Saran24

DAFTAR PUSTAKA25

BAB I

PENDAHULUAN

3
A. Latar Belakang

Salah satu tugas terpenting seorang bidan adalah member obat yang aman
dan akurat kepada klien. Obat merupakan alat utama terapi untuk mengobati
klien yang memiliki masalah. Obat bekerja menghasilkan efek terapeutik yang
bermanfaat. Walaupun obat menguntungkan klien dalam banyak hal, beberapa
obat dapat menimbulkan efek samping yang serius atau berpotensi
menimbulkan efek yang berbahaya bila kita memberikan obat tersebut tidak
sesuai dengan anjuran yang sebenarnya.

Seorang bidan juga memiliki tanggung jawab dalam memahami kerja obat
dan efek samping yang ditimbulkan oleh obat yang telah diberikan,
memberikan obat dengan tepat, memantau respon klien, dan membantu klien
untuk menggunakannya dengan benar dan berdasarkan pengetahuan.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang menjadi aspek legal dalam prinsip pemberian obat?

2. Apa saja obat yang dapat diberikan kepada klien yang menjadi
kewenangan bidan?

3. Apa saja yang termasuk dalam 6 tepat prinsip pemberian obat?

4. Bagaimana persiapan pemberian obat yang dilakukan oleh bidan?

5. Bagaimana seharusnya pencegahan dan identifikasi injury pengobatan?

6. Bagaimana mengetahui prosedur praktik pengambilan obat dari ampul dan


vial?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui aspek legal dalam prinsip pemberian obat.

2
2. Untuk mengetahui obat-obatan yang dapat diberikan kepada klien sesuai
dengan kewenangan bidan.

3. Untuk mengetahui 6 tepat prinsip pemberian obat.

4. Untuk mengetahui persiapan dalam pemberian obat.

5. Untuk mengetahui apa yang harus dilakukan dalam pencegahan dan


identifikasi injury pengobatan.

6. Untuk mengetahui prosedur praktik pengambilan obat dari ampul dan vial

D. Manfaat

Adapun manfaat yang diharapkan dari penulisan makalah ini selain memenuhi tugas dari
Dosen Mata Kuliah, juga bertujuan untuk memberi masukan ilmu pengetahuan bagi semua
khalayak pada umumnya dan khususnya bagi penulis pribadi sehingga kedepannya dapat
lebih mengetahui cara pemberian obat.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Aspek Legal

1. Hukum yang Mengatur Aspek Legal

a. UU No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (Pasal.32)


1) Ayat 1 Penyembuhan penyakit & pemulihan kesehatan dilakukan
dengan pengobatan & perawatan
2) Ayat 2 Pelaksanaan pengobatan dan perawatan bdskn ilmu
kedokteran dan ilmu keperawatan hanya dapat dilakukan oleh
tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk
itu.
b. Peraturan Pemerintah RI No.32 Tahun 1996 tentang tenaga kesehatan
1) Pasal. 3 Tenaga kesehatan wajib memiliki pengetahuan &
keterampilan di bidang kesehatan yang dinyatakan dengan ijazah
dari lembaga pendidikan
2) Pasal. 4 Tenaga kesehatan hanya dapat melakukan upaya kesehatan
setelah tenaga yang bersangkutan memiliki izin dari menteri

2. Aspek legal pemberian obat


a. Obat yang diberikan ke pasien atas order/permintaan dokter (penulisan
resep)
Penulisan resep bertujuan untuk memudahkan dokter dalam
pelayanan kesehatan di bidang farmasi sekaligus meminimalkan
kesalahan dalam pemberian obat. Selain itu, dengan adanya penulisan
resep, pemberian obat lebih rasional dibandingkan dispensing (obat
diberikan sendiri oleh dokter), dokter bebas memilih obat secara tepat,
ilmiah, dan selektif. Penulisan resep juga dapat membentuk pelayanan
berorientasi kepada pasien (patient oriented) bukan material oriented.
Resep itu sendiri dapat menjadi medical record yang dapat
dipertanggungjawabkan, sifatnya rahasia.

4
b. Perawat bertanggung jawab atas sampainya obat ke pasien
Perawat mempunyai tanggung jawab dalam sampainya obat keada
pasien dan digunakannya obat oleh pasien sehingga obat tersebut
efektif dala membantu mengatasi masalah pasien.
c. Hak asasi pasien harus diperhatikan
Seorang petugas kesehatan harus dapat menghormati pasien,
agar pasien merasa nyaman dengan pelayanan yang diberikan oleh
petugas kesehatan tersebut. Adapun yang perlu diperhatikan dalam
menghormati pasien adalah mengenai hak-hak pasien.
1) Hak atas pelayanan medis dan perawatan
2) Hak atas informasi dan persetujuan
3) Hak atas rahasia kedokteran
4) Hak memilih dokter dan rumah sakit
5) Hak untuk menolak dan meghentikan pengobatan
6) Hak untuk tidak terlalu dibatasi kemerdekaannya selama proses
pengobatan pasien boleh melakukan hal- hal lain selama tidak
membahayakan kesehatannya
7) Hak untuk mengadu dan mengajukan gugatan
8) Hak atas ganti rugi
9) Hak atas bantuan hukum
10) Hak untuk mendapatkan nasihatb untuk ikutv serta dalam
eksperimen
11) Hak atas perhitungan biaya pengobatan dan perawatan yang wajar
dan penjelasan perhitungan tersebut

B. Obat Yang Menjadi Kewenangan Bidan

1. Uterus Tonika
Obat yang kerjanya mempengaruhi kontraksi rahim.

Obat obat uterus tonika anatara lain :

a. Methylergometrine

5
1) Nama Generic : Methylergometrine
b. Nama Dagang :

1) Methergin ( Sandoz )

2) Metilat ( Metiska Farme )

3) Methovin ( Kimia Farma )

c. Indikasi

Sebagai Stimulan Uterus pada :

1) Perdarahan Pasca Persalinan

2) Perdarahan Pasca Abortus

2. Oksitosin
Oksitosin adalah golongan obat yang digunakan untuk merangsang
kontraksi otot polos uterus dalam membantu proses persalinan,
pencegahan perdarahan pasca persalinan (P3) serta penguatan persalinan.

a. Nama Generic : Oxytocin (Pitocin, Syntocinon) 10 Unit/ampl

b. Nama Paten :

1) Piton S.

2) Syntocinon

3) Hypophysin

4) Piroglandol

c. Kerja oksitoksin

Bersama dengan faktor-faktor lainnya, oksitoksin memainkan


peranan yang sangat penting dalam persalinan dan injeksi ASI.
Oksitoksin bekerja pada reseptor oksitoksik untuk menyebabkan :

6
1) Kontraksi uterus kehamilan aterm yang terjadi lewat kerja langsung
pada otot polos maupun lewat peningkatan produksi prostaglandin
2) Konstriksi pembuluh darah umbilicus
3) Kontraksi sel-sel miopitel (refleks ejeksi ASI)
4) Oksitoksin bekerja pada reseptor hormone antidiuretik (ADH)*
untuk menyebakan peningkatan atau penurunan yang mendadak
pada tekanan darah (khususnya diastolic) karena terjadinya
vasodilatasi.
5) Retensi air

Kerja oksitoksin yang meliputi : kontraksi tuba uterine


(fallopi)untuk membantu pengangkutan sperma dan luteolisis (involusi
korpus luteum), peran neurotransmitter yang lain dalam system saraf
pusat. Oksitoksin disintesis di dalam hipotalamus, kelenjar gonad,
plasenta dan uterus. Mulai dari usia kehamilan 32 minggu dan
selanjutnya, konsentrasi oksitoksin dan demikian pula aktivitas uterus
akan lebih tinggi pada malam harinya.

d. Efek Samping Penggunaan Oxitocin

1) Efek Samping Maternal :

a) Stimulasi uterus berlebihan

b) Emboli cairan amnion

c) Solusio placenta

d) Trauma

e) perdarahan postpartum

f) Hematom pelvis,rupture uterus

g) System kardiovaskuler yakni Kolaps kardiovaskuler

h) Hipotensi

7
i) Stroke

j) mual dan muntah

k) Retensi cairan

l) intoksikasi air

m) Hipertensi

2) Efek Samping: Fetal / Neonatal

a) Asidosis

b) distrimia jantung

c) Asfiksia

d) hipoksia

f) Trauma lahir

g) ikterus neonatal

e. Indikasi

Induksi Partus Aterm

f. Pemberian harus hati hati pada pasien :

1) Pasien dengan penyakit jantung

2) Paru paru

3) Ginjal

4) Hati

5) Asma

6) Anemia

8
7) Epilepsi

g. Kontra Indikasi :

1) Penyakit radang pelvis

2) Terdapat jaringan perut pada uterus

3) Hipersensitif terhadap obat

3. Prostaglandin

Hormon yang disekresikan oleh berbagai jaringan tubuh, misalnya


otot uterus.

a. Nama Generik

1) Gemeprost

2) Dinoproston

b. Nama Paten

1) gemesprost

2) prostin E2 (pharmacia)

c. Indikasi

Prostaglandin digunakan untuk mematangkan serviks uterus


dan menyebabkan kontraksi selama induksi persalinan.

4. Obat Hemostatid (Anti Perdarahan)


a. Vitamin K
Vitamin k adalah senyawa yang larut dalam lemak, terutama
ditemukan dalam sayuran berwarna hijua. Kebutuhan diet sangat
rendah, karena vitamion ditambah oleh sintetis nakteri yang
mengkontaminasi usu manusia. Ada dua bentuk vitamin K1 yang

9
ditemukan dalam makanan ( fitonodion ), dan Vit K2 ditemukan dalam
jaringan manusia yang disentesis oleh bakteri usus ( menakuinan ).
b. Nama Genetik : Vit K Fitomenadion
c. Nama Patent : Autoplex 2 peba ( aktifasi factor VIII dan IX ) Kaywan,
Kavitin
d. Indikasi
Sewaktu aktivitas protrombin terdepresi oleh kelebihan warperin
atau difesiensi Vit K.

5. Obat-obat Imunologi
Dalam bidang imunologi, kuman dan racu kuman ( toksi ) disebut
sebagai anti gen. Antigen merupak bagian protein kuman atau protein
racun. Bila antigen untuk mask kedalam tubuh anusia, maka sebagai reaksi
tubuh akan membentuk zat anti. Bila antigen kuman itu. Anti dalm tubuh
disebut antibodi. Zat anti terhadap racun kuman disebut toksin. Pada
umumnya tubuh anak tidak akan mampu melawan antigen yang kuat.
Antigen yang kuat adalah jenis kuman ganas / virulen. Karena itu anak
akan menjadi sakit bila terjangkit kuman ganas.
d. Vaksin
Vaksin adalah bahan yang terbuat dari kuman, komponen kuman
atau racun kuman yang telah dilemahkan atau dimatikan. Pemberian
vaksin merangsang tubuh anak membuat antibodi. Adapun Jenis
penyakit yang pencegahannya dapat dilakukan dengan imunisasi:
1) TBC
2) Difteri
3) Tetanus
4) Polio
5) Campak
6) Hepatitis

6. Obat anastesi local


Obat-obat anastesi local di kembangkan dari kokain yang
digunakan untuk pertama kalinya dalam kedokteran gigi dan oftalmologi
pada abad ke-19. kini kokain sudah digantikan dengan lignokain(lidokain),
bupivakain(marcain), perilokain dan ropivakain. Prilokain terutama
digunakan dalam preparat tropical.
a. Penggunaan anastesi local

10
Obat-obat anastesi local memiliki peranan yang penting dalam
meredakan rasa nyeri untuk jangka waktu yang singkat. Dalam
kebidanan, obat-obat tersebut diberikan lewat beberapa cara:
1) Topical, misalnya pada pemasangan infuse
2) Subkutan/intradermal pada penjahitan luka
3) Infiltrasi di sekeliling serabut saraf yang tunggal, misalnya blok
anastesi pudendus
4) Epidural, pada permukaan durameter bagi persalinan atau sexio
caesarea
5) Spinal(intratekal), kedalam cairan serebrospinal
6) pada ruangan subaraknoid (intratekal) bagi persalinan atau sexio
caesarea.
7. Zat Besi
a. Nama generik : - senyawa FE sorbitol
b. Nama patent : - Jectofer ( AstraZeneca)

Zat besi merupakan mineral yang diperlukan oleh semua system


biologi di dalam tubuh. Besi merupakan unsur esensial untuk sintesis
hemoglobin,sintesis katekolamin,produksi panas dan sebagai komponen
enzim-enzim tertentuyang diperlukan untuk produksi adenosine trifosfat
yang terlibat dalam respirasi sel.

Kekurangan zat besi pada ibu hamil dapat mengganggu metabolisme


energi sehingga dapat menyebabkan menurunnya kemampuan kerja organ-
organ tubuh. Buntut-buntutnya dapat memengaruhi perkembangan janin.
Kekurangan zat besi umumnya ditandai dengan wajah pucat, rasa lemah,
letih, pusing, kurang nafsu makan, menurunnya kebugaran tubuh,
menurunnya kekebalan dan gangguan penyembuhan luka.

Jumlah zat besi yang dibutuhkan semasa kehamilan berbeda per


trimesternya. Pada trimester pertama, tambahan akan zat besi belum
dibutuhkan. Kondisi ini menguntungkan bagi ibu hamil yang mengalami
mual dan muntah karena mengonsumsi zat besi biasanya dapat
memperparah kondisi ini.

11
Namun memasuki trimester II, kebutuhan akan zat besi menjadi 35
mg per hari per berat badan (sama dengan mengonsumsi segenggam kacang
hijau, atau setengah genggam daun ubi). Kemudian bertambah menjadi 39
mikrogram per hari per berat badan pada trimester ketiga (sama dengan
mengonsumsi 1 potong tempe). Untuk memenuhi kebutuhan itu makanlah
bahan makanan yang kaya akan zat besi, seperti, daging, hati, telur, serealia
tumbuk, kacang-kacangan, dan sayuran hijau

8. Asam Folat
a. Nama generik : Asam Folat
b. Nama patent : Preconceive

Asam folat termasuk kelompok vitamin B yang bermanfaat untuk


mengurangi NTD (Neural Tubes Defects) atau kelainan susunan saraf
pusat. Disarankan dikonsumsi semenjak masa persiapan atau sebelum
kehamilan karena pembentukan susunan saraf pusat akan dimulai di awal
kehamilan. Tak perlu khawatir, karena kelebihan asupan ini akan dibuang
secara otomatis. Jumlah asam folat yang dibutuhkan selama kehamilan
adalah 600 mikrogram per hari per orang. Jadi ada tambahan sebanyak 200
mikrogram per hari per orang dibanding manusia dewasa yang tidak
hamil. Sumber asam folat antara lain brokoli, gandum, kacang-kacangan,
jeruk, stroberi, dan bayam. Namun, karena mengonsumsi makanan
tersebut belum menjamin terpenuhinya kebutuhan ini maka ibu hamil tetap
dianjurkan mendapat asupan suplemen asam folat.

C. 6 Tepat Prinsip Dalam Pemberian Obat

Saat ini seiring dengan perkembangan ilmu dalam dunia kesehatan dan
semakin kritisnya masyarakat terhadap tuntutan pelayanan kesehatan yang
sempurna. Dalam mencapai pelayanan kesehatan yang sempurna ada beberapa
proses yang harus dilakukan, salah satunya menjaga keselamatan pasien.
Keselamatan pasien kita ibaratkan sebuah kunci suatu kendaraan. jika suatu

12
kendaraan tidak memiliki kunci maka apakah kendaraan itu bisa berjalan,
begitu juga dengan pelayanan kesehatan, bila dalam pelayanan kesehatan
keselamatan pasien tidak kita perdulikan maka sudah pasti kepercayaan
masyarakat terhadap pelayanan kesehatan akan sangat berkurang.karena
alasan tersebut pentingnya keselamatan pasien itu harus kita jaga, salah
satunya tentang pemberian obat kepada pasien.

1. Benar Pasien

Sebelum obat diberikan kepada pasien, identitas pasien harus kita


cek kembali yaitu papan identitas yang ada di tempat tidur dan gelang
identitas atau bisa langsung ditanyakan kepada pasien atau keluarganya.
bila pasien tidak dapat berespon secara verbal, respon non verbal dapat
kita gunakan, misalnya pasien mengangguk atau menundukan kepala.

2. Benar Obat

Setiap obat mempunyai nama dagang dan nama generik. Jika kita
menemukan obat dengan nama dagang yang baru kita kenal harus
diperiksa nama generiknya, jika perlu bisa hubungi apoteker untuk
menanyakan langsung nama generiknya atau kandungan obat di dalamnya.
Sebelum memberikan obat kepada pasien, label pada botol atau
kemasannya harus dicek lebih dari satu kali. Pertama ketika membaca
permintaan obat dan botolnya diambil dari rak obat, kedua label yang
terdapat pada botol dibandingkan dengan obat yang diminta, ketiga saat
dikembalikan kembali kedalam rak obat. apabila labelnya tidak bisa
terbaca, isinya tidak boleh dipakai dan harus segera dikembalikan ke
bagian farmasi.

3. Benar Dosis

13
Sebelum memberi obat, perawat harus memeriksa kembali dosis
yang akan diberikan sesuai intruksi. Jika perawat merasa ragu, perawat
harus berkonsultasi dengan dokter yang menulis resep atau apoteker
sebelum dilanjutkan ke pasien. Jika pasien meragukan dosisnya perawat
harus memeriksanya lagi. Ada beberapa obat seperti pada obat ampul
maupun tablet memiliki dosis yang berbeda tiap ampul atau tabletnya.
Misalnya pada ondansentron 1 amp, dosisnya berapa ? Ini penting !!
karena 1 amp ondansentron dosisnya ada 4 mg, ada juga 8 mg. ada
antibiotik 1 vial dosisnya 1 gr, ada juga 1 vial 500 mg. jadi Anda harus
tetap hati-hati dan teliti.

4. Benar Cara/Rute

Obat dapat diberikan melalui beberapa cara atau rute yang berbeda.
Faktor yang menentukan pemberian rute terbaik ditentukan oleh kondisi
umum dari pasien, kecepatan respon yang diinginkan, sifat kimiawi dan
fisik dari obat, serta tempat kerja dari obat tersebut. Obat dapat diberikan
melalui peroral, parenteral, sublingual, topikal, rektal, dan secara inhalasi.

5. Benar Waktu

Ini merupakan hal penting, dalam prinsip 6 benar pemberian obat


khususnya bagi obat yang efektivitasnya tergantung untuk mencapai atau
mempertahankan kadar darah yang memadai. Jika obat harus diminum
sebelum makan, untuk memperoleh kadar yang dibutuhkan harus
diberikan pada satu jam sebelum pasien makan.

6. Benar Dokumentasi

Setelah obat itu diberikan kepada pasien, harus didokumentasikan


beberapa hal diantaranya dosis, rute, waktu dan oleh perawat siapa obat itu
diberikan. Bila pasien menolak meminum obatnya, atau obat itu tidak
dapat diminum, harus di buat lembar penolakannya serta tulis alasannya
dan jangan lupa untuk dilaporkan.

14
D. Persiapan Pemberian Obat
1. Persiapan Pemberian Obat

Bidan bertanggung jawab dalam pemberian obat-obatan yang aman.


Maka dari itu bidan harus mengetahui semua komponen dari perintah
pemberian obat dan mempertanyakan perintah tersebut jika tidak
lengkap/jelas atau dosis yang diberikan diluar batas yang
direkomendasikan.

a. Hak Klien Yang Berhubungan Dengan Pemberian Obat.


1) Hak klien untuk mengetahui alasan pemberian obat.

Hak ini adalah prinsip dari pemberian persetujuan setelah


mendapatkan informasi (informed consent) yang berdasarkan
pengetahuan individu yang diperlukan untuk membuat keputusan.
2) Hak klien untuk menolak pengobatan.
Klien dapat menolak untuk menerima suatu pengobatan.
Tanggung jawabbidan untuk menentukan, jika memungkinkan,
alasan penolakan dan mengambil langkah-langkah yang perlu
untuk mengusahakan agar klien mau menerima pengobatan. Jika
tetap menolak, bidan wajib mendokumentasikan pada catatan
perawatan dan melapor kepada dokter yang menginstruksikan.

b. Memberikan Pedoman Keamanan Dalam Pemberian Obat


Beberapa pedoman umum dalam pemberian obat dijelaskan dalam
prosedur pemberianobat yang benar yang terdiri dari 4
langkah yaitu: persiapan, pemberian, pencatatan, dan hal-hal yang
tidak boleh dalam pemberian obat.
1) Persiapan
a) Cuci tangan sebelum menyiapkan obat
b) Periksa riwayat, kardek dan riwayat alergi obat
c) Periksa perintah pengobatan
d) Periksa label tempat obat sebanyak 3 kali
e) Periksa tanggal kadaluarsa

15
f) Periksa ulang perhitungan dosis obat dengan perawat lain
g) Pastikan kebenaran obat yang bersifat toksik dengan perawat
lain atau ahli Farmasi
h) Tuang tablet atau kapsul kedalam tempat obat. Jika dosis obat
dalam unit, buka obat disisi tempat tidur pasien setelah
memastikan kebenaran identifikasi pasien.
i) Tuang cairan setinggi mata. Miniskus atau lengkung terendah
dari cairan harus berada pada garis dosis yang diminta
j) Encerkan obat-obat yang mengiritasi mukosa lambung (kalium,
aspirin) atau berikan bersama-sama dengan makanan.

2) Pemberian
Periksa identitas pasien melalui gelang identifikasi:
a) Tawarkan es batu sewaktu memberikan obat yang rasanya tidak
enak. Jika mungkin berikan obat yang rasanya tidak enak
terlebih dahulu baru kemudian diikuti dengan obat dengan rasa
yang menyenangkan
b) Berikan hanya obat yang disiapkan
c) Bantu klien mendapatkan posisi yang tepat tergantung rute
pemberian
d) Tetaplah bersama klien sampai obat diminum/dipakai
e) Jika memberikan obat pada sekelompok klien, berikan obat
terakhir pada klien yang memerlukan bantuan ekstra.
f) Berikan tidak lebih dari 2,5 3 ml larutan intramuscular pada
satu tempat. Bayi tidak boleh menerima lebih dari 1 ml larutan
intramuskuler pada satu tempat. Tidak boleh memberikan lebih
dari 1 ml jika melalui rute subkutan. Jangan menutup kembali
jarum suntik.
g) Buang jarum dan tabung suntik pada tempat yang benar
h) Buang obat kedalam tempat khusus jangan kedalam tempat
sampah
i) Buang larutan yang tidak terpakai dari ampul. Simpan larutan
stabil yang tidak terpakai di dalam tempat yang tepat (bila perlu
masukkan ke dalam lemari es). Tulis tanggal waktu dibuka
serta inisial Anda pada label
j) Simpan narkotik kedalam laci atau lemari dengan kunci ganda

16
k) Kunci untuk lemari narkotik harus disimpan oleh perawat dan
tidak boleh disimpan didalam laci atau lemari.

3) Pencatatan
a) Laporkan kesalahan obat dengan segera kepada dokter dan
perawat supervisor. Lengkapi laporan peristiwa
b) Masukkan kedalam kolom, catatan obat yang diberikan, dosis,
waktu rute, dan inisial Anda.
c) Catat obat segera setelah diberikan, khususnya dosis stat
d) Lorkan obat-obat yang ditolak dan alasan penolakan.
e) Catat jumlah cairan yang diminum bersama obat pada kolom
intake dan output. Sediakan cairan yang hanya diperbolehkan
dalam diet.

4) Yang tidak boleh dalam pemberian obat


a) Jangan sampai konsentrasi terpecah sewaktu menyiapkan obat.
b) Jangan memberikan obat yang dikeluarkan oleh orang lain.
c) Jangan mengeluarkan obat dari tempat obat dengan label yang
sulit dibaca, atau yang labelnya sebagian terlepas atau hilang
d) Jangan memindahkan obat dari satu tempat ke tempat lain.
e) Jangan mengeluarkan obat ke tangan Anda
f) Jangan memberikan obat yang tanggalnya telah kadaluwarsa
g) Jangan menduga-duga mengenai obat dan dosis obat. Tanya
jika ragu-ragu
h) Jangan memakaim obat yang telah mengendap, atau berubah
warna, atau berawan.
i) Jangan tinggalkan obat-obat yang telah dipersiapkan
j) Jangan berikan suatu obat kepada klien jika ia memiliki alergi
terhadap obat itu.
k) Jangan memanggil nama klien sebagai satu-satunya cara untuk
mengidentifikasi
l) Jangan berikan jika klien mengatakan bahwa obat tersebut
berlainan dengan apa yang telah ia terima sebelumnya. Periksa
perintah pengobatan.
m) Jangan menutup kembali jarum suntik.

2. Perhitungan Dosis Obat

17
Dosis Obat adalah sejumlah takaran obat yang diberikan kepada
manusia atau hewan yang dapat memberikan efek fisiologis.

a. Tujuan menghitung dosis


Setiap bahan kimia adalah racun, termasuk obat. Oleh karena itu
dosis harus dihitung untuk memastikan bahwa obat yang diberikan
dapat memberikan efek terapi yang diinginkan. Dosis obat yang harus
diberikan kepada pasien untuk menghasilkan efek yang diinginkan
tergantung dari banyak faktor, antara lain usia, bobot badan, luas
permukaan tubuh, kelamin, beratnya penyakit dan daya tangkis
penderita. Untuk obat-obat yang membutuhkan perhitungan dosis
individual, mungkin diperlukan penghitungan berdasarkan berat badan
(BB) dan luas permukaan tubuh (LPT).

b. Cara menghitung dosis


Rumus dasar yang mudah diingat dan lebih sering digunakan dalam
perhitungan dosis obat adalah :

Dx V = A
H

D = Dosis diinginkan (dosis diperintahkan dokter)


H = dosis ditangan (dosis pada label tempat obat)
V = bentuk obat yang tersedia (tablet, kapsul, cair)
A = jumlah hasil hitungan yang diberikan kepada pasien

1) Berdasarkan Usia
Rumus young semula banyak digunakan untuk menghitung
dosis anak dengan usia antara 1-12 tahun.

n xD
n + 12

18
Namun, kini rumus ini jarang digunakan lagi karena
memberikan dosis yang terlalu rendah bagi bayi dan anak di atas
usia 12 tahun.
2) Berdasarkan Berat Badan
Metode berat badan dalam penghitungan memberikan hasil
yang individual dalam dosis obat.
Rumus :
Dosis = dosis obat x berat badan.

Hari

3) Berdasarkan Berat Badan


Perintah :
Sefaklor (Ceclor) 20 mg/kg/hari dalam dosis terbagi tiga.
Berat anak 31 lb (pound).
Label obat : cefaklor 125 mg/5 mL
Maka:
Konversi pound menjadi kilogram (31 : 2,2 = 14 kg)
Dosis = 20 mg x 14 kg = 280 mg/kg/hari
280 mg : 3 dosis = 93 mg/dosis.
93 x 5 mL = 3,7 mL
125
Cara perhitungan dosis anak
berdasarkan berat badan :
Cara Clark : Dosis = Berat Badan (kg) x dewasa
70

4) Berdasarkan Luas Permukaan Tubuh


Metode Luas permukaan tubuh (LPT) dianggap sebagai yang
paling tepat dalam menghitung dosis obat untuk bayi, anak-anak,

19
orang lanjut usia, dan mereka yang berat badannya rendah. Untuk
menghitung dosis obat dengan metode luas permukaan tubuh,
kalikan dosis obat yang diminta dengan angka meter persegi.

Contoh :
Perintah :
Siklofosfamid (cytoxan) 100 mg/m2/hari, PO.
Tinggi klien 5 kaki 10 inci (70 inci) dan beratnya 160 lb.
Maka :
70 inci dan 160 lb, berpotongan pada skala nomogram pada 1,97
m2 (LPT)
Dosis = 100 mg x 1,97 m2
= 197 mg ~ 200 mg

E. Pencegahan dan Identifikasi Injury Pengobatan

Kesalahan pengobatan adalah suatu kejadian yang dapat membuat klien


menerima obat yang salah atau tidak mendapat terapi obat yang tepat.

Dalam risiko cedera sebagai hasil dari interaksi kondisi lingkungan dengan
respon adaptif indifidu dan sumber pertahanan.

Faktor resiko :

1. Eksternal
a. Mode transpor atau cara perpindahan
b. Manusia atau penyedia pelayanan kesehatan (contoh : agen nosokomial)
c. Pola kepegawaian : kognitif, afektif, dan faktor psikomotor
d. Fisik (contoh : rancangan struktur dan arahan masyarakat, bangunan dan
atau perlengkapan)
e. Nutrisi (contoh : vitamin dan tipe makanan)
f. Biologikal ( contoh : tingkat imunisasi dalam masyarakat,
mikroorganisme)
g. Kimia (polutan, racun, obat, agen farmasi, alkohol, kafein nikotin, bahan
pengawet, kosmetik, celupan (zat warna kain)

20
2. Internal
a. Psikolgik (orientasi afektif)
b. Mal nutrisi
c. Bentuk darah abnormal
Contoh: leukositosis/leukopenia, perubahan faktor pembekuan,
trombositopeni, sickle cell, thalassemia, penurunan Hb, Imun-
autoimum tidak berfungsi.
d. Biokimia, fungsi regulasi
Contoh: tidak berfungsinya sensoris)
e. Disfugsi gabungan
f. Disfungsi efektor
g. Hipoksia jaringan
h. Perkembangan usia
1) Fisiologik
2) Psikososial
i. Fisik
Contoh: kerusakan kulit/tidak utuh, berhubungan dengan mobilitas

F. Prosedur Praktik Pengambilan Obat Dari Ampul Dan Vial

1. Siapkan injeksi dari ampul

a Ketuk bagian atas ampul dengan perlahan dan cepat dengan jari sampai
cairan meninggalkan leher ampul

1) Tempatkan bantalan kasa kecil atau swab alcohol kering di


sekeliling leher ampul.

2) Patahkan leher ampul dengan cepat dan dengan mantap jauhkan


dari tangan.

3) Isap obat dengan cepat. Pegang ampul terbalik atau letakkan di atas
pada permukaan datar. Masukkan jarum spuit ke dalam bagian
tengah permukaan muara ampul. Jangan biarkan ujung atau batang
jarum menyentuh tepi ampul.

4) Aspirasi obat ke dalam spuit dengan secara perlahan menarik


kembali alat penghisap.

21
5) Pertahankan ujung jarum di bawah permukaan larutan. Miringkan
ampul supaya semua cairan di dalam ampul terjangkau oleh jarum.

6) Apabila gelembung udara teraspirasi, jangan keluarkan udara ke


dalam ampul.

7) Untuk mengeluarkan kelebihan gelembung udara pindahkan jarum.


Pegang spuit dengan jarum mengarah ke atas. Ketuk sisi spuit
untuk membuat gelembung udara naik menuju jarum. Tarik
kembali penghisap sedikit dan dorong penghidap kea rah atas untuk
mengeluarkan udara. Jangan mengeluarkan cairan.

8) Apabila cairan dalam spuit berlebihan, buang ke dalam bak cuci.


Pegang spuit dalam posisi vertical dengan ujung jarum di atas dan
miringkan dengan tenang ke bak cuci. Keluarkan kelebihan cairan
ke bak cuci secara perlahan-lahan. Periksa kembali penunjukkan
cairan pada spuit dengan memegang spuit secara vertical.

9) Pasang tutup jarum. Ganti jarum spuit. Pastikan jarum terpasang


aman pada spuit.

10) Buang bahan yang kotor. Letakkan ampul yang pecah di wadah
khusus untuk bahan gelas.

b Siapkan injeksi dari vial :

1 Lepas penutup logam yang menutup bagian atas vial yang sudah
tidak dipakai, sehingga pengikat karet terlihat.

2 Usap permukaan penyekat karet dengan swab alcohol, jika vial


sebelumnya telah di buka.

3 Ambil spuit, pastikan jarum terpasang kuat pada spuit. Lepas tutup
jarum. Tarik penghisap untuk mengalirkan sejumlah udara ke

22
dalam spuit untuk dimasukkan ke dalam vial obat yang eqivalen
dengan volume obat yang akan diaspirasi dari vial.

4 Masukkan ujung jarum, dengan bevel mengarah ke atas, melalui


bagian tengah pengikat karet. Beri tekanan pada ujung jarum
selama insersi.

5 Masukkan udara ke dalam vial dengan memegang penghisap.

6 Balik vial sementara spuit dan penghisap dipegang dengan kuat.


Pegang vial dengan tangan yang tidak dominan, diantara ibu jari
dan jari tengah. Pegang bagian ujung spuit dan penghisap dengan
ibu jari dan jari telunjuk tangan yang dominan.

7 Pertahankan ujung jarum tetap di bawah permukaan cairan.

8 Biarkan tekanan udara membuat spuit terisi obat secara bertahap.


Tarik penghisap sedikit, jika diperlukan.

9 Ketuk sisi badan spuit dengan hati-hati supaya gelembung udara


lepas. Keluarkan udara sisa sdi bagian atas spuit ke dalam vial.

10 Setelah volume obat yang benar di peroleh pindahkan jarum dari


vial dengan menarik badan spuit.

11 Buang udara sisa dari spuit dengan memegang spuit dan jarum
tetap tegak. Ketuk badan spuit untuk menanggalkan gelembung
udara. Tarik penghisap sedikit kemudian dorong penghisap ke atas
untuk mengeluarkan udara. Jangan mengeluarkan cairan.

12 Ganti jarum dan tutup

13 Untuk vial multi dosis, buat label yang memuat tanggal


pencampuran, konsentrasi obat permililiter berinisial anda.

23
14 Buang bahan yang kotor di tempat yang benar.

c Bersihkan area kerja. Cuci tangan.

d Periksa jumlah cairan dalam spuit dan bandingkan dengan dosis yang
diinginkan

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Obat dapat diberikan dengan berbagai cara disesuaikan dengan kondisi
pasien, diantaranya : sub kutan, intra kutan, intra muscular, dan intra vena.
Dalam pemberian obat ada hal-hal yang perlu diperhatikan, yaitu indikasi dan
kontra indikasi pemberian obat. Sebab ada jenis-jensi obat tertentu yang tidak
bereaksi jika diberikan dengan cara yang salah.

B. Saran
Setiap obat merupakan racun yang yang dapat memberikan efek samping
yang tidak baik jika kita salah menggunakannya. Hal ini tentunya dapat
menimbulkan kerugian bahkan akibatnya bias fatal. Oleh karena itu, kita
sebagai perawat kiranya harus melaksanakan tugas kita dengan sebaik-baiknya
tanpa menimbulkan masalah-masalah yang dapat merugikan diri kita sendiri
maupun orang lain.

24
DAFTAR PUSTAKA

Askep33. (2016). Prinsip 6 benar pemberian obat. [online]. Diakses dari

http://askep33.com/2016/11/30/prinsip-6-benar-pemberian-obat/ (Diakses
pada 10 Maret 2017)

JHPIEGO, 2003. Panduan Pengajaran Asuhan Kebidanan, Buku 5 Asuhan Bayi


Baru Lahir. Jakarta. Pusdiknakes.

Johnson, Ruth, Taylor. 2005. Buku Ajar Praktek Kebidanan. Jakarta. EGC

Johnson, Ruth dan Wandy Taylor. 2005. Praktek Kebidanan. Buku Kedokteran
EGC : Jakarta
Djoko, Wijono. 2002. Manajemen Pelayanan Kesehatan. Air langga university
press : Surabaya
Mayuni, Anik. 2011. Ketrampilan Dasar Praktik Klinik Kebidanan. Trans Info
Media : Jakarta
Bobak, K. Jensen. 2005. Perawatan Maternitas. Jakarta. EGC
Hutton, Mariel. 2003. Paduan Perhitungan Obat. Jakarta : EGC
Kuntarti. (2006). Nurse's role in medication. [Online]. Diakses dari :
http://staff.ui.ac.id/system/files/users/kuntarti/material/peranperawat.pdf.
(Diakses pada 10 Maret 2016)

25
26

Anda mungkin juga menyukai