Anda di halaman 1dari 6

Pemberian Obat Melalui Kulit dan Mata

A. Pemberian Obat Melalui Kulit

1. Pengertian
Pemberian obat topikal pada kulit merupakan cara memberikan obat
pada kulit dengan mengoleskan obat yang akan diberikan. Pemberian obat
topikal pada kulit memiliki tujuan yang lokal, seperti pada superficial epidermis.
Obat ini diberikan untuk mempercepat proses penyembuhan, bila pemberian per-
oral tidak dapat mencapai superficial epidermis yang miskin pembuluh darah
kapiler. Efek sistemik tidak diharapkan pada pemberian obat topikal pada kulit
ini. Apabila terjadi kerusakan kulit setelah penggunaan obat topikal pada kulit,
maka kemungkinan besar efek sistemik akan terjadi.
Pemberian obat topikal pada kulit terbatas hanya pada obat-obat tertentu
karena tidak banyak obat yang dapat menembus kulit yang utuh. Keberhasilan
pengobatan topical pada kulit tergantung pada:
a. Umur
b. Pemilihan agen topikal yang tepat
c. Lokasi dan luas tubuh yang terkena atau yang sakit
d. Stadium penyakit
e. Konsentrasi bahan aktif dalam vehikulum
f. Metode aplikasi
g. Penentuan lama pemakaian obat
Proses penyerapan obat topikal jika diberikan pada kulit, yaitu:
a. Lag phase - hanya di atas kulit, tidak masuk ke dalam darah
b. Rising - dari stratum korneum diserap sampai ke kapiler dermis darah
c. Falling - obat habis di stratum korneum. Jika terus diserap kedalam,
khasiatnya akan semakin berkurang
Kurangnya konsentrasi obat yang sampai ke tempat sasaran bisa karena proses
eksfoliasi (bagian atas kulit mengelupas), terhapus atau juga karena tercuci.

2. Faktor-faktor yang berperan dalam penyerapan obat,:


a. Keadaan stratum korneum yang berperan sebagai sawar kulit untuk obat.
b. Oklusi, yaitu penutup kedap udara pada salep berminyak yang dapat
meningkatkan penetrasi dan mencegah terhapusnya obat akibat gesekan,
usapan serta pencucian. Namun dapat mempercepat efek samping, infeksi,
folikulitis dan miliaria jika penggunaannya bersama obat atau kombinasinya
tidak tepat.
c. Frekuensi aplikasi, seperti pada obat kortikosteroid yang kebanyakan cukup
diaplikasikan satu kali sehari, serta beberapa emolien (krim protektif) yang
akan meningkat penyerapannya setelah pemakaian berulang, bukan karena
lama kontaknya.
d. Kuantitas obat yang diaplikasi
Jumlah pemakaian obat topikal pada kulit ini harus cukup, jika
pemakaiannya berlebihan justru malah tidak berguna. Jumlah yang akan
dipakai, sesuai dengan luas permukaan kulit yang terkena infeksi (setiap 3%
luas permukaan kulit membutuhkan 1 gram krim atau salep).
e. Faktor lain
Faktor lain seprti peningkatan penyerapan, dapat terjadi apabila:
1) Obat dipakaikan dengan cara digosok sambil dipijat perlahan
2) Dioles searah dengan pertumbuhan folikel rambut
3) Ukuran partikel obat diperkecil
4) Sifat kelarutan dan penetrasi obat diperbaiki
5) Konsentrasi obat yang diberikan tepat

3. Tujuan
Pemberian obat topikal pada kulit bertujuan untuk mempertahankan hidrasi
atau cairan tubuh untuk mencapai homeostasis, melindungi permukaan kulit,
mengurangi iritasi kulit, menghilangkan gejala atau mengatasi infeksi.

4. Contoh obat topikal untuk kulit :


a. Anti jamur : ketoconazol, miconazol, terbinafin
b. Antibiotik : oxytetrasiklin
c. Kortikosteroid : betametason, hidrokortison
5. Jenis
Pemberian obat topikal pada kulit dapat bermacam-macam seperti:
a. Krim
b. Salep (ointment)
c. Lotion
d. Lotion yang mengandung suspense
e. Bubuk atau powder
f. Spray aerosol.

6. Keuntungan dan Kerugian


a. Keuntungan
Untuk efek lokal, mencegah first-pass effect serta meminimalkan efek
samping sistemik.
Untuk efek sistemik, menyerupai cara pemberian obat melalui intravena
(zero-order)
b. Kerugian
Secara kosmetik kurang menarik
Absorbsinya tidak menentu

7. Alat dan Bahan:


a. Obat dalam tempatnya (seperti losion, krim,aerosol, sprei).
b. Pinset anatomis
c. Gunting jaringan
d. Kain kasa steril
e. Kapas lidi steril (jika diperlukan)
f. Balutan
g. Bengkok
h. Pengalas
i. Sarung tangan.
B. Pemberian Obat pada Mata

1. Pengertian
Pemberian obat melalui mata adalah memberikan obat ke dalam mata
berupa cairan atau salep. Namun banyak klien menerima resep obat-obatan
oftalmic untuk kondisi mata seperti glaukoma dan untuk terapi setelah suatu
prosddur, misalnya ekstraksi katarak. Persentase besar klien yang menerima obat
mata ialah klien lanjut usia. Masalah yang berhubungan dengan usia termasuk
penglihatan yang buruk, tremor tangan dan kesulitan dalam memegang atau
menggunakan botol obat, mempengaruhi kemudahan lansia menggunakan obat
mata secara mandiri. Perawat atau bidan memberi penjelasan kepada klien dan
anggota keluarga tentang teknik yang digunakan dalam pemberian obat mata.
(Donnelly. 1987) menganjurkan untuk memperlihatkan klien setiap langkah
prosedur pemberian obat tetes mata untuk meningkatkan kepatuhan klien. 1

2. Tujuan pemberian obat pada mata


a. Digunakan untuk persiapan pemeriksaan struktur internal mata dengan cara
mendilatasi pupil, untuk pengukuran refraksi lensa dengan cara melemahkan
otot lensa,
b. Digunakan untuk menghilangkan iritasi mata.
c. Obat mata golongan antiseptik dan antiinfeksi digunakan pada gangguan
mata karena adanya infeksi oleh mikroba, masuknya benda asing ke dalam
kornea mata atau kornea mata yang luka/ ulkus.
d. Obat mata kortikosteroid digunakan untuk radang atau alergi mata atau juga
bengkak yang bisa disebabkan oleh alergi itu sendiri atau oleh virus. Karena
infeksi mata oleh virus itu resisten terhadap pengobatan biasanya digunakan
obat mata golongan kortikosteroid untuk menghilangkan gejalanya saja.
Kalaupun dengan antiseptik hal itu menghindari infksi sekunder.
e. Gabungan antiseptik dengan kortikosteroid digunakan untuk masalah mata
yang disebabkan oleh mikroba dan dengan keluhan bengkak/ radang juga
gatal atau alergi.
f. Digunakan untuk keluhan mata karena habis operasi.
3. Obat mata dapat digolongkan menjadi
a. Obat mata golongan antiseptik dan antiinfeksi
b. Obat mata golongan kortikosteroid
c. Obat mata lainnya

4. Prinsip pemberian obat mata


a. Kornea mata banyak disuplai serabut nyeri sehingga menjadi sangat sensitif
terhadap apapun yang diberikan ke kornea. Oleh karena itu, perawat atau
bidan menghindari obat mata apapun secara langsung ke kornea.
b. Resiko penularan infeksi dari satu mata ke mata lain sangatlah tinggi.
Perawat atau bidan menghindari menyentuh kelopak mata atau struktur mata
yang lain dengan alat tetes mata atau tube salep.
c. Perawat atau bidan menggunakan obat mata hana untuk mata yang terinfeksi

5. Indikasi dan kontra indikasi pemberian obat pada mata


a. Indikasi
Biasanya obat tetes mata digunakan dengan indikasi sebagai berikut:
1) Meredakan sementara mata merah akibat iritasi ringan yang dapat
disebabkan oleh debu, sengatan sinar matahari, pemakaian lensa kontak,
alergi atau sehabis berenang.
2) Antiseptik dan antiinfeksi.
3) Radang atau alergi mata.
b. Kontraindikasi
Obat tetes mata yang mengandungnafazolin hidroksida tidak boleh
digunakan pada penderita glaukoma atau penyakit mata lainnya yang hebat, bayi
dan anak. Kecuali dalam pegawasan dan nasehat dokter.

6. Persiapan Alat dan Bahan


a. Alat dan Bahan:
1) Obat dalam tempatnya berupa tetes atau salep.
2) Pinset anatomi dalam tempatnya.
3) Korentang dalam tempatnya.
4) Plester (jika diperlukan)
5) Kain kasa.
6) Kertas tisu.
7) Balutan.
8) Sarung tangan.
9) Air hangat/kapas pelembab.

Anda mungkin juga menyukai