BOLUS
DISUSUN OLEH
NADIFA GOBEL
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
, saya panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya , yang Telah melimpahkan
Rahmat , Hidayah , dan Inayah-Nya kepada saya , sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah ini .
Makalah ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini . untuk itu
saya menyampaikan banyak terimakasih banyak kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini .
Terlepas dari semua ini , saya menyadari sepenuhhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya . oleh karena itu
dengan terbuka saya menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar saya dapat
memperbaiki makalah ini . akhhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat maupun insprasi terhadap pembaca .
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………… i
DAFTAR ISI…………………………………………………………….. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang…………………………………………………………. 1
B. Tujuan……………………………………………………………….. 3
BAB II PEMBAHASAN
E. Indikasi………………………………..…………………………….… 4
F. Persiapan Alata………………………………………………………... 5
Simpulan……………………………………………………………. 7
Daftar Pustaka……………………………………………………………. 8
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Obat merupakan sebuah substansi yang diberikan kepada manusia atau
binatang sebagai perawatan, pengobatan, atau bahkan pencegahan terhadap
berbagai gangguan yang terjadi di dalam tubuhnya. Seorang bidan atau perawat
yang akan bekerja secara langsung sangat membutuhkan keterampilan dalam
tindakan medis berupa pengobatan. Mengingat tindakan ini bukan merupakan
tindakan independen dari bidan atau perawat, akan tetapi tindakan yang bersifat
dependen (kolaboratif), maka bidan atau perawat membutuhkan suatu peran
tersendiri. Tenaga medis dalam melaksanakan tugasnya, memiliki tanggung jawab
dalam keamanan obat dan pemberian secara langsung kepada pasien (Hidayat,
2008).
Bidan sebagai salah satu tenaga medis yang melaksanakan terapi berpotensi
melakukan suatu kesalahan jika tidak mempunyai tingkat pengetahuan dan
kesadaran yang tinggi bahwa tindakan yang dilakukan akan memberikan efek pada
pasien. Salah satu kegiatan rutinitas bidan atau perawat dalam tindakan
keperawatan ialah memberikan obat terutama injeksi melalui selang intravena.
Pemberian obat melalui selang intravena biasanya dilakukan dengan cara
menghentikan aliran infus atau diklem, namun cara ini mempunyai efek samping
rasa sakit/nyeri, karena obat-obatan yang diinjeksikan langsung masuk ke
pembuluh darah, selain itu nyeri juga dapat ditimbulkan akibat peningkatan
proporsi jumlah infiltrasi (Potter dan Perry, 2005). Cara ini tidak dianjurkan apabila
menginjeksikan obat-obatan yang agak keras seperti antibiotik dan antiemetik.
Lebih lanjut lagi, apabila hal ini dilakukan terus menerus, akan mempercepat
terjadinya flebitis/ peradangan, karena dinding pembuluh darah vena dapat teriritasi
oleh obat (Burner, 2009).
1
Selain itu, pemberian injeksi melalui selang intravena juga dapat dilakukan
dengan cara tanpa diklem atau tanpa menghentikan aliran infus, namun cara ini
sangat jarang sekali dilakukan oleh tenaga medis karena dianggap kurang efektif,
walaupun secara teoritis tindakan ini memiliki beberapa keuntungan yang utama,
karena obat dimasukkan secara bersamaan dengan cairan infus, viskositas obat
menjadi turun sehingga pasien tidak begitu merasa nyeri (Burner, 2009).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan penulisan secara umum dari pengkajian kasus ini adalah: Untuk
mengetahui tentang pemberian injeksi intravena melalui selang infus (bolus) baik
dalam teori maupun penerapannya di lahan praktik.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui Pemberian Injeksi Intraveda Melalui Silang Infus (Bolus)
b. Untuk mengetahui Teknik Melakukan Injeksi Intravena Melalui Bolus
c. Untuk mengetahui definisi dan penyebab Strok Iskemik
2
BAB II
TINJAUAN KASUS
B. Tujuan
1. Mendapatkan reaksi obat yang cepat diabsorbsi daripada injeksi
parenteral lain
2. Mempertahankan atau mengganti cairan tubuh yang mengandung
air, elektrolit, vitamin, protein, lemak dan kalori yang tidak dapat
dipertahankan melalui oral.
3. Mengoreksi dan mencegah gangguan cairan dan elektrolit
4. Menghindari terjadinya kerusakan jaringan.
5. Memperbaiki keseimbangan asam basa
6. Memasukkan obat dalam jumlah yang besar
3
7. Memberikan tranfusi darah
8. Menyediakan medium untuk pemberian obat intravena
9. Membantu pemberian nutrisi parenteral
10. Memonitor tekanan vena sentral (cvp)
E. Indikasi
1. Pada pasien dengan penyakit berat ataupun post operasi yang tidak bisa
memasukan obat lewat mulut (oral), maka pemberian obat tersebut
menggunakan injeksi per bolus yang langsung masuk ke dalam jalur peredaran
darah melalui pembuluh darah vena. Sehingga memberikan keuntungan lebih
dibandingkan memberikan obat oral.
2. Obat tersebut memiliki bioavailabilitas oral yang terbatas (efektivitas dalam
darah jika dimasukkan melalui mulut) atau hanya tersedia dalam sediaan
intravena (sebagai obat suntik).
3. Pasien tidak dapat minum obat oral karena muntah/mual yang disebabkan oleh
adanya bekas luka operasi sehingga diberikan obat parental melalui injeksi per
bolus.
4. Kesadaran menurun dan berisiko terjadi aspirasi (tersedak – obat masuk ke
pernapasan), sehingga pemberian melalui jalur injeksi per bolus dilakukan.
4
5. Kadar puncak obat dalam darah perlu segera dicapai, sehingga diberikan
melalui injeksi bolus (suntikan langsung ke pembuluh balik/vena). Peningkatan
cepat konsentrasi obat dalam darah tercapai.
Tujuan tindakan adalah memasukkan obat secara cepat dan mempercepat
penyerapan obat
F. Persiapan Alat
1. Sarung tangan 1 pasang
2. Spuit dengan ukuran sesuai kebutuhan
3. Jarum steril
4. Kapas alkohol dalam kom
5. Perlak dan pengalas
6. Obat sesuai program terapi
7. Baki atau troli
8. Bengkok 1
5
Tahap Kerja :
Membaca tasmiyah
Bolus di desinfektan menggunakan kapas alcohol
Klem selang infus atau guyur disesuaikan kondisi
Masukan jarum dalam bolus, tarik plunger untuk aspirasi
Masukan obat secara perlahan
Cabut spuit dan tutup kembali jarum dengan pelindung jarum
Buang spuit dalam bengkok.
Tahap terminasi :
Rapikan klien, lakukan evaluasi, membaca tahmid, berpamitan,
bereskan alat, cuci tangan lalu dokumentasi.
6
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Injeksi intravena (bolus) adalah pemberian obat dengan cara memasukkan
obat ke dalam pembuluh darah vena atau melalui karet selang infuse dengan
menggunakan spuit. Pemberian obat melalui intravena dapat dilakukan dengan dua
cara yaitu pemberian obat intravena secara langsung dan pemberian obat intravena
secara tidak langsung. Pemberian obat secara tidak langsung terdiri dari dua cara,
yaitu melalui intra selang (baik mengklem atau tidak mengklem selang infuse) dan
secara drip. Untuk memberi kenyamanan pada pasien, maka bidan yang juga bertugas
merawat harus dapat memilih cara pemberian injeksi intravena dengan baik, sebisa
mungkin cara yang diambil adalah cara penginjeksian dengan rasa nyeri dan
komplikasi yang rendah.
7
DAFTAR PUSTAKA
Aslam M, Tan CK, dan Prayitno A. 2003. Farmasi Klinis. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo.
Hidayat, A.Aziz Alimul. Uliyah, dan Musrifatul. 2008 . Keterampilan Dasar Praktik
Klinik . Jakarta : Salemba Medika
Mutholib, Handoyo, dan Arnika Dwi Asti. 2008. Perbedaan Tingkat Nyeri Pada
Penyuntikan deksamethason 5 Mg per Bolus Intravena dengan
Cara Mengalirkan dan Mengentikan Aliran Infus di BP RSUD Kebumen . Jurnal
Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 4, No. 2: 01-102