Anda di halaman 1dari 29

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

“MENGENAL PERUBAHAN FISIOLOGI PADA BBL”

Oleh :

NI KOMANG EWIK SUARNINGSIH (P07120017008)


KADEK YESIKA FEBRI ARTHA DEVI (P07120017032

D-III KEPERAWATAN TINGKAT II SEMESTER IV

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2019
SATUAN ACARA PENYULUHAN

MENGENAL PERUBAHAN FISIOLOGI PADA BBL

I. LATAR BELAKANG MASALAH

Pada saat bayi, lahir terdapat berbagai macam perubahan fisiologis atau
adaptasi fisiologis yang bertujuan untuk memfasilitasi peyesuaian pada kehidupan
ekstrauterin (diluar uterus).

Pada masa transisi dari intrauterin (dalam uterus) ke ekstrauterin (luar


uterus) tersebut perlu pernafasan spontan dan perubahan kardiovaskuler berserta
perunbahan lain menjadi organ degan fungsi independen (tidak lagi tergantung
pada ibunya). Untuk itu, diperlukan pengetahuan dan keterampilan yang baik
untuk dapat menangani bayi yang mengalami kesulitan masa transisi ini.

II. TUJUAN:
a. Tujuan Instruksional Umum (TIU)
Setelah diberikan penyuluhan selama 50 menit, diharapkan orang tua dapat
memahami tentang perubahan fisiologi pada BBL.
b. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
Setelah diberikan penyuluhan selama 1 x 50 menit, sasaran dapat:
1. Menyebutkan definisi fisiologi pada BBL dengan tepat dan
benar
2. Menjelaskan tentang menjelakan perubahan fisiologis pada
bayi baru lahir dengan tepat dan benar
3. Menjelaskan kembali tentang menjelakan perubahan pada
sistem pernafasan, peredaran darah pada bayi baru lahir dengan
tepat dan benar
4. Menjelaskan tentang perubahan fisiologis pada sistem
pencernaan, ginjal dan sistem persyarafan pada bayi baru
lahirdengan tepat dan benar
III. MATERI PERUBAHAN FISIOLOGI PADA BBL

1. Pengertian perubahan fisiologi pada BBL


2. Perubahan sistem pernafasan pada BBL
3. Perubahan sistem peredaran darah pada BBL
4. Perubahan sistem pengaturan tubuh, metabolisme glukosa,
gastrointestinal, dan kekebalan tubuh pada BBL
5. Perubahan sistem pencernaan pada BBL
6. Perubahan sistem ginjal dan keseimbangan cairan pada BBL
7. Perubahan sistem adaptasi perubahan kulit pada BBL
8. Perubahan sistem persyarapan pada BBL

IV. METODE
1. Diskusi informasi
2. Ceramah
3. Tanya jawab

V. ALAT / MEDIA
A. Alat :
1. Meja
2. Kursi
3. Layar
4. LCD (Proyektor)
5. Laptop
B. Media
1. Power point
2. Leaflet
3. Poster
VI. SETING KEGIATAN

No Langkah- Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan


Langkah Sasaran
1 Pendahuluan 5 menit a. Memberi salam - Menjawab
b. Memperkenalkan diri salam
c. Menjelaskan maksud - Menjawab
dan tujuan pertanyaan
d. Kontrak waktu
e. Apersepsi
2 Penyajian 25 m a. Menjelaskan tentang - Mendengarka
e pengertian perubahan n
ni fisiologi pada BBL. dengan
t b. Menjelaskan tentang seksama
perubahan sistem
pernafasan pada BBL.
c. Menjelaskan tanda
Perubahan sistem
peredaran darah pada
BBL
d. Menjelaskan Perubahan
sistem pengaturan
tubuh, metabolisme
glukosa,
gastrointestinal, dan
kekebalan tubuh pada
BBL
e. Menjelaskan Perubahan
sistem pencernaan pada
BBL
f. Menjelaskan Perubahan
sistem ginjal dan
keseimbangan cairan
pada BBL.
g. Menjelaskan Perubahan
sistem adaptasi
perubahan kulit pada
BBL
h. Menjelaskan Perubahan
sistem persyarapan
pada BBL
3 Evaluasi 10 menit a. Tanya jawab - Partisipasi
b. Menanyakan kembali aktif
c. Post test
4 Penutup 10 menit a. Meminta dan memberi - Memberikan
pesan / kesan pesan dan
b. Memberi salam kesan
c. Memberikan reward - Menjawab
salam

VII. SASARAN
Peserta dalam acara ini ialah orang tua

VIII. WAKTU
 Hari/Tanggal : 16 Mei 2019
 Jam : 09.00 wita-09.50 wita
 Lama : 50 menit

IX. TEMPAT

Balai Masyarakat Desa Sibetan, Kecamatan Bebandem, Kabupaten


Karangasem.

Setting tempat

Penyuluh
Audiens Audiens Audiens

Audiens Audiens Audiens

X. RENCANA EVALUASI
1. Struktur
Secara keseluruhan, persiapan penyuluhan mulai dari media,
materi, dan surat undangan sudah dipersiapkan sejak Senin, 13
Mei 2019 dengan rinciannya sebagai berikut:
a. Persiapan Media
Media yang akan digunakan dalam penyuluhan semuanya
lengkap dan bisa digunakan. Media yang digunakan adalah
Slide, Leaflet, Poster, Laptop, Layar/LCD, Kursi, dan
Meja.
b. Persiapan Materi
Materi yang diberikan dalam penyuluhan tentang
pengenalan perubahan fisiologi pada BBL semuanya
lengkap, dan siap digunakan, dan disebarluaskan dalam
bentuk leaflet yang berisi gambar maupun tulisan mengenai
perubahan fisiologi pada BBL.
c. Undangan / Peserta Penyuluhan
Semua warga dan undangan dengan antusias datang ke
Balai Banjar guna mengikuti serangkaian acara penyuluhan.
Undangan peserta penyuluhan sejumlah 30 orang.
2. Proses Penyuluhan
a. Kehadiran minimal 90 % karena mengingat pentingnya
penyuluhan mengenai serangkaian perubahan fisiologi pada
BBL , dan berharap dengan diberikan penyuluhan
mengenai perubahan fisiologi pada BBL dapat menurunkan
status angka kematian bayi baru lahir di Desa Sibetan,
Kecamatan Bebandem, Kabupaten Karangasem.
b. Minimal sasaran menyimak dan mendengarkan materi
penyuluhan sebesar 80%.
c. Dalam proses penyuluhan kesehatan berharap sasaran dapat
merespon dengan baik dan adanya feedback yang baik.
d. Dalam proses penyuluhan diharapkan sasaran (peserta)
aktif dimana bisa melakukan tanya jawab serangkaian
perubahan fisiologi pada BBL yang belum dimengerti.
e. Peserta yang hadir diharapkan tidak meninggalkan tempat
penyuluhan selama penyuluhan berlangsung.
f. Peserta yang hadir diharapkan bisa berinteraksi dengan baik
sehingga menciptakan suasana yang kondusif.

3. Hasil Penyuluhan
a. Jangka Pendek
1. Sasaran mengerti sekitar 85% dari materi yang telah
diberikan
2. Sasaran mau memahami materi yang telah disampaikan
dan tidak mengobrol
3. Sasaran tidak ada yang meninggalkan tempat
penyuluhan.

b. Jangka Panjang
1. Meningkatkan pengetahuan sasaran mengenai
perubahan fisiologi pada BBL sehingga dapat
menurunkan status angka kematian bayi baru lahir.
2. Sasaran sudah memahami dan menjelaskan bagaimana
system peredaran darah pada BBL.
3. Sasaran dapat menerapkan pengetahuan tentang
perubahan system fisiologi BBL, sehingga dapat
mengurangi kematian bayi baru lahir.
4. Status kematian bayi baru lahir di Desa Sibetan,
Kecamatan Bebandem, Kabupaten Karangasem sudah
mulai berkurang.

LAMPIRAN I
A. DEFINISI PERUBAHAN FISIOLOGI PADA BBL
Perubahan fisiologis pada bayi baru lahir merupakan suatu proses
adaptasi dengan lingkungan luar atau di kenal dengan kehidupan ekstra
uteri. Sebelum nya bayi cukup hanya beradaptasi dengan kehidupan intra
uteri.
B. PERUBAHAN SISTEM PERNAFASAN

Perubahan sisitem ini di awali dari perkembangan organ paru itu sendiri
dengan perkembangan struktur bronkus, bronkiolus, serta alveolus yang
terbentuk dalam proses kehamilan sehingga dapat menentukan proses
pematangan dalam sistem pernapasan. Proses perubahan bayi baru lahir
adalah dalam hal pernapasan yang dapat di pengaruhi oleh keadaan hipoksia
pada akhir persalinan dan rangsangan fisik ( lingkungan) yang merangsang
pusat pernapasan medula oblongata di otak. Selain itu juga jadi tekanan
rongga dada karena kompresi paru selama persalinan,sehingga merangsang
masuknya udara ke dalam paru,kemudian timbulnya pernapasan dapat terjadi
akibat interaksi sistem pernapasan itu sendiri dengan sisitem kardiovaskuler
dan susunan saraf pusat. Selain itu adanya surfaktan dan upaya resfirasi
dalam pernapasan dapat berfungsi untuk mengeluarkan cairan dalam paru
serta mengembangkan jaringan alveolus paru agar dapat berfungsi. Surfaktan
tersebut dapat mengurangi tekanan permukaan paru dan membantu
menstabilkan diding alveolus untuk mencegah kolaps ( Betz dan Sowden,
2002 ).

a. Perkembangan paru-paru

Paru-paru berasal dari titik tumbuh yang muncul dari pharynx yang
bercabang kemudian bercabang kembali membentuk struktur percabangan
bronkus, proses ini terus berlanjut sampai sekitar usia 8tahun, sampain
jumlah bronkus dan alveolus akan sepenuhnya berkembang, walaupun
janin memperlihatkan adanya gerakan nafas selama trimester dua dan
trimester tiga. Paru-paru yang tidak matang akan mengurangi
kelangsungan hudip BBL sebelum usia 24 minggu. Hal ini di sebabkan
karena keterbatasan permukaan alveolus, ketidak matangan sistem kaviler,
paru-paru yang tidak tercukupinya jumlah surfaktan.

b. Awal adanya nafas

Faktor-faktor yang berperan pada rangsangan napas pertama bayi adalah :

1. Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik lingkungan


luar rahim yang merangsang pusat pernafasan di otak.

2. Tekanan terhadap rongga dada, yang terjadi karena kompresi paru-


paru selama persalinan, yang merangsang masuknya udara, ke
dalam paru-paru secara mekanis.

Interaksi antara sistem pernafasan, kardiovaskuler, dan susunan


saraf pusat menimbulkan pernafasan yang teratur dan
berkesinambungan serta denyut yang di perlukan untuk kehidupan.

3. Penimbunan karbondioksida ( CO2)

Setelah bayi lahir, kadar CO2 meningkat dalam darah dan akan
merangsang pernafasan. Berkurangnya O2 akan mengurangi
gerakan nafas janin, tetapi sebaliknya kenaikan CO2 akan
menambah frekuensi dan tingkat gerakan pernapasan janin.

4. Perubahan suhu

Keadaan dingin akan merangsang pernafasan.

c. Surfaktan dan upaya resfirasi untuk bernafas

Upaya pernafasan pertama seorang bayi berfungsi untuk :

1. Mengeluarkan cairan dalam paru-paru

2. Mengembangkan jaringan alveolus paru-paru untuk pertama kali

Agar alveolus dapat berfungsi, harus terdapat surfaktan ( lemak


lesitin/sfingomielin) yang cukup dan aliran darah ke paru-paru.
Produksi surfaktan di mulai pada 20 minggu kehamilan, yang
jumlahnya meningkat sampai paru-paru matang ( sekitar 30-34
minggu kehamilan). Fungsi surfaktan adalah untuk mengurangi
tekan permukaan paru dan membantu untuk menstabilkan dinding
alveolus sehingga tidak kolaps pada akhir pernapasaan.

Tidak adanya surfaktan menyebabkan alveoli kolaps setiap saat akhir


pernapasan, yang menyebabkan sulit bernapas. Peningkatan
kebutuhan ini memerlukan penggunaan lebih banyak oksigen dan
glukosa. Bebagai peningkatan ini menyebabkan stres pada bayi
uyang sebelumnya sudah terganggu.

d. Dari cairan menuju udara

Bayi cukup bulan mempunyai cairan di paru-parunya. Pada saat


beyi melewati jalan lahir selama persalinan, sekitar sepertiga cairan ini di
peras keluar dari paru-paru. Seorang bayi yang di lahirkan secara SC
kehilangan keuntungan dari kompresi rongga dada dan dapat menderita
paru-paru basah dalam jangka waktu yang lebih lama. Dengan beberapa
kali tarikan nafas yang pertama udara memenuhi ruangan trakhea dan
brokus BBL. Sisa cairan di paru-paru di keluarkan dari paru-paru dan di
serap oleh pembuluh limpe dan darah.

e. Fungsi sistem pernafasan dan kaitannya dengan fungsi kardiovaskuler

Oksigenasi yang memadai merupakan faktor yang sangat penting


dalam mempertahankan kecukupan pertukaran udara. Jika terdapat
hipoksia, pembuluh darah paru-paru akan mengalami vasokontriksi. Jika
hal ini terjadi, berarti tidak ada pembuluh darah yang terbuka guna
menerima oksigen yang berada dalam alveoli, sehingga menyebabkan
penurunan oksigen jaringan, yang akan memperburuk hipoksia.

Peningkatan darah paru-paru akan memperlancar pertukaran gas dalam


alveolus dan akan membantu menghilangkan cairan paru-paru dan akan
merangsang perubahan sirkulasi janin menjadi sirkulasi luar rahim.

C. PERUBAHAN SISTEM PEREDARAN DARAH


Pada sistem peredaran darah, terjadi perubahan fisiologis pada bayi
baru lahir, yaitu setelah bayi itu lahir akan terjadi proses pengantaran
oksigen ke seluruh jaringan tubuh, maka terdapat perubahan,yaitu
penutupan foramen ovale pada atrium jantung dan penutupan duktus
ateriosus anatara arteri paru dan aorta. Perubahan ini terjadi akibat adanya
tekanan pada seluruh sistem pembuluh darah,dimana oksigen dapat
menyebabkan sistem pembuluh darah mengubah tenaga dengan cara
meningkatkan atau mengurangi resistensi. Perubahan tekanan sistem
pembuluh darah dapat terjadi saat tali pusat di potong, resistensinya akan
meningkat dan tekanan atrium kanan akan menurun karena suplai darah ke
atrium kanan berkurang yang dapat menyebabkan volume dan tekanan
atrium kanan juga menurun.

Proses tersebut membantu darah mengalami proses oksigenasi


ualng, pada saat terjadi pernafasan pertama dapat menurunkan resistensi
dan meningkatkan atrium kanan. Kemudian oksigen pada pernapasan
pertama dapat menimbulkan relaksi dan terbukanya sistem pembuluh
darah paru yang dapat menurunkan resistensi pembuluh darah paru.
Terjadinya peningkatan sirkulasi paru mengakibatkan peningkatan volume
darah dan tekanan pada atrium kanan, dengan meningkatkan tekanan pada
atrium kanan akan terjadi penurunan atrium kiri, foramen ovale akan
menutup, atau dengan pernafasan kadar oksigen dalam darah akan
meningkat yang dapat menyebabkan duktus arteriosus mengalami
kontriksi dan menutup. Perubahan lain adalah menutupnya vena
umbilikus, dutus venosus, dan arteri hipogastrika dari tali pusat menutup
secara fungsional dalam beberapa menit setelah tali pusat di klem dan
penutupan jaringan fibrosa membutuhkan waktu sekitar 2-3 bulan ( Betz
dan Sowden, 2002 ).

Perbedaan sirkulasi darah fetus dan bayi :

a. Sirkulasi darah fetus

1. Struktur tambahan pada sirkulasi fetus


a) Vena umbilikalis : membawa darah yang mengalami deoksigenasi
darin plasenta ke permukaan dalam hepar.

b) Ductus venosus : meninggalkan vena umbilikalis sebelum


mencapai hepar dan mengalihkan sebagian besar darah baru yang
mengalami oksigenasi ke dalam vena cava inferior.

c) Foramen ovale : merupakan lubang yang memungkinkan darah


lewat atrium dextra ke dalam vebtriculue sinistra.

d) Ductus arteriosus: merupakan bypass yang terbentang dari


ventriculuc dexter dan aorta desendens

e) Arteri hypogastrika: dua pembuluh darah yang mengembalikan


darah dari vetus ke plasenta. Pada fenikulus umbilicalis, arteri ini
di kenal sebagai arteri umbilikalis. Di dalam tubuh fetus arteri
tersebut di kenal sebagai arteri hypogastika.

2. Sistem sirkulasi fetus

a) Vena umbilikalis : membawa darah yang kaya oksigen dari


plasenta ke permukaan dalam hepar. Vena hepatika meninggalkan
hepar dan mengembalikan darah ke vena cava inferior.

b) Ductus venosus : adalah cabang-cabang dari vena umbilikalis dan


mengalirkan sejumlah besar darah yang mengalami oksigenasi ke
dalam vena cava inferior.

c) Vena cava inferior : telah mengalirkan darah yang telah beredar


dan ekstremitas inferior dan badan fetus, menerima darah dari
vena hepatica dan ductus venosus dan membawanya ke atrium
dextrum.

d) Foramen ovale : memungkinkan lewatnya sebagian besar darah


yang mengalami oksigenasi dalam ventriculus dextra untuk
menuju ke atrium sistra, dari sini darah melewati valvula mitralis
ke ventriculuc sinister dan kemudian melalui aorta asuk ke dalam
cabang ascendensnya untuk memasok darah bagi kepala dan
ekstremitas superior. Dengan demikian hepar jantung dan
cerebelum menerima darah baru yang mengalami oksigenasi.

e) Vena cava superior : mengembalikan darah dari kepala dan


ekstremitas superior ke atrium dextrum. Daerah ini bersama sisa
cairan yang di bawa vena cava inferior melalui valvula
tricuspidalis masuk ke dalam ventriculus.

f) Arteria pulmonaris: mengalirkan darah campuran ke paru-paru


yang non fungsional, yang hanya memerlukan nutrien sedikit .

g) Ductus arteriosus: mengalirkan sebagian besar darah dari vena


ventrikulus dexter ke dalam aorta desenden untuk memasok darah
bagi abdomen, pelvis dan ekstremitas interior.

h) Arteria hipogastrika: merupkan lanjutan dari arteria iliaca interna,


membawa darah kembali ke plasenta dengan mengandung lebih
banyak oksigen dan nutrien yang di pasok dari peredaran darah
maternal.

b. Perubahan pada saat lahir

1. Penghentian pasokan darah dari plasenta

2. Pengembangan dan pengisian udara pada paru-paru

3. Penutupan poramen oval

4. Fibrosis

a. Vena umbilicalis

b. Ductus venosus

c. Arteriae hypogastrica

d. Ductrus arteriosus
D. PERUBAHAN SISTEM PENGATURAN TUBUH, METABOLISME
GLUKOSA, GASTROINTESTINAL, DAN KEKEBALAN TUBUH.

1. Sistem Pengaturan Tubuh

Ketika bayi lahir dan langsung berhubungan dunia luar


( lingkungan ) yang lebih dingin, maka dapat menyebabkan air ketuban
menguap melalui kulit yang dapat mendinginkan darah bayi.pada saat
lingkungan dingin, terjadi pembentukan suhu tanpa melalui mekanisme
menggigil yang merupakan cara untuk mendapatkan kembali panas
tubuhnya serta hasil penggunaan lemak coklat untuk produksi panas.
Adanya timbunan lemak tersebut menyebabkan panas tubuh meningkat,
sehingga terjadilah proses adaptasi. Dalam pembakaran lemak, agar
menjadi panas, bayi menggunakan kadar gluksa. Selanjutnya cadangan
lemak tersebut akan habis dengan adanya stres dingin dan bila bayi
kedinginan akan mengalami proses hipoglikemia, hipoksia, dan asidosis.

2. Metabolisme Glukosa

Setelah tali pusat di ikat atau di klem, maka kadar glukosa akan di
pertahankan oleh si bayi itu sendiri serta mengalami penurunan waktu
yang cepat 1-2 jam. Guna mengetahui atau memperbaiki kondisi tersebut,
maka di lakukan dengan menggunakan air susu ibu ( ASI), penggunaan
cadangan glikogen ( glikogenolisis), dan pembuataan glukosa dari sumber
lain khususnya lemak (glukoneogenesis). Seorang bayi yang sehat akan
menyimpan glukosa sebagai glikogen dalam hati.

Koreksi penurunan kadar gula darah dapat di lakukan dengan 3 cara :

a. Melalui penggunaan ASI

b. Melalui penggunaan cadangan glikogen

c. Melalui pembuatan glukosa dari sumber lain terutama lemak.

3. Sistem Gastrointestinal

Proses menghisap dan menelan sebelum lahir sudah di mulai.


Refleks gumoh dan batuk sudah terbentuk ketika bayi lahir.kemampuan
menelan dan mencerna makananmasih terbatas, mengikat hubungan
esofagus bawah dan lambung masih belum sempurna yang dapat
menyebabkan gumoh dan kapasitasnya sangat terbatas kurang lebih 30cc.

4. Sistem Kekebalan Tubuh

Perkembangan sistem imunitas pada bayi juga mengalami proses


penyesuaian dengan perlindugan oleh kulit membran mukosa, fungsi
saluran nafas, pembentukan koloni mikroba oleh kulit dan usus, serta
perlindungan kimia oleh lingkungan asam lambung. Perkembangan
kekebalan alami pada tingkat sel oleh sel darah akan membuat terjadinya
sistem kekebalan melalui pemberian kolostrum dan lambat laun akan
terjadi kekebalan sejalan dengan perkembangan usia ( Jane Ball, 1999).

Bayi dilahirkan dengan beberapa kemampuan melawan infeksi. Lini


pertama dalam pertahanan adalah: kulit dan membran mukosa yang
melindungi dari invasi mikro-organisme. Lini kedua adalah elemen sel
pada sistem imunologi yang menghasilkan jenis-jenis sel yang mampu
menyerang fatogen seperti neurofil, monosit, ensinofil. Lini ke tiga adalah
susunan spesifik dari antibodi ke antigen, proses ini membutuhkan
pemaparan dari agen asing sehingga anti body dapat di hasilkan. Bayi
umumnya tidak dapat mengahsilkan Ig ( ImunoGlobin) sendiri samapai
usia 2 bulan. Bayi menerima dari imun ibu yang berasal dari sirkulasi
plasenta dan ASI. Bila ibu memiliki anti body terhadap penyakit menular
tertentu, anti body tersebut mengalir ke bayi melalui plasenta. Diantara
anti bodi tersebut mungkin adalah anti body terhadap gondok,difteri, dan
campak. Imunitas pasif ini berakhir dalam beberapa minggu sampai
beberapa bulan.

E. PERUBAHAN SISTEM PENCERNAAN

Kemampuan bayi untuk mencerna, menyerap dan metabolisme bahan


makanan sudah adekuat tetapi terbatas pada fungsi-fungsi tertentu.
Terdapat enzim untuk mengkatalisasi protein dan karbohidrat sederhana
( Monosakarida dan Disakarida ) tetapi untuk karbohidrat kompleks yang
belum terdapat.

1. Mulut

Bibir bayi baru lahir harus kemerahan dan lidahnya harus rata dan
simetris. Lidah tidak boleh memanjang atau menjulur diantara bibir.
Jaringan penunjang melekatkan ke sisi bawah lidah. Atap dari mulut
(langit-langit keras) harus tertutup, dan harus terdapat uvula (langit-langit
lunak). Kadang- kadang terdapat tonjolan putih kecil yang sepanjang
langit-langit keras, yang di sebut “ Epsteins Pearls “, tempat menyatunya
bagian langit-langit keras. Tonjolan tersebut akan hilang sendirinya.
Beberapa kelenjar saliva berfungsi pada saat lahir, kebanyakan belum
mensekresi saliva samapi dengan umur 2-3 bulan.

2. Lambung

Pada saat lahir, kapasitas lahir antara 30-60 ml dan meningkat dengan
cepat sehingga pada hari ke tiga dan keempat, kapasitanya mencapai 90ml.
Bayi membutuhkan makan yang jumlahnya sedikit tapi frekuensinya
sering. Lambung bayi akan kosong dalam waktu 2-4 jam. Bayi di berikan
susu formula dari botol atau dengan ASI payu dara ibunya. Pada bayi yang
di beri ASI, karena di berikan ASI, maka bayi akan menghisap puting atau
udara. Hal ini akan menimbulkan rasa kenyang yang palsu karena lambung
penuh. Maka harus di sendawakan sehingga bayi akan minum susu elbih
banyak.

3. Usus

Usus pada bayi jika di bandingkan dengan panjang tubuh bayi terlihat
sangat panjang. Feses pertama bayi adalah hitam kehijauan, tidak berbau,
substansi yang kental/lengket yang di sebut mekonium. Yang biasanya
keluar dalam 24 jam pertama. Feses ini mengandung sejumlah cairan
amnion, vernix, sekresi saluran pencernaan, empedu, lanugo, dan zat sisa
dari jaringan tubuh. Feses transisi yang berwarna hijau kecoklatan keluar
selama 2-3 hari. Feses pada bayi yang menyusu pada hari ke 4 adalah hijau
kekuningan/kuning emas, berair atau encer, dan bereaksi terhadap asam.
Feses dari bayi yang menyusu formula, biasanyau berwarna kuning
terang/kuning pucat, berbau, berbentuk garing agak keras netral samapi
sedikit alkali. Normalnya defekasi pertama dalam waktu 24 jam.

F. SISTEM GINJAL DAN KESEIMBANGAN CAIRAN

Pengeluaran urine pada janin terjadi pada bulan ke empat.


Sementara itu, pada saat lahir fungsi ginjal bayi sebanding dengan 30%
sampai 50% dari kapasitas dewasa dan belum cukup matur untuk
memekatkan urin. Artinya, pada semua bayi semua struktur ginjal sudah
ada tetapi kemampuan ginjal untuk mengosentrasikan urine dan mengatur
kondisi cairan setra fluktuasi elektrolit belum maksimal. Namun demikian,
urin terkumpul dalam kandung kemih bayi biasanya dalam waktu 24 jam
pertama kelahirannya. Volume pengeluaran urine total per 24 jam pada
bayi baru lahir sampai dengan akhir minggu pertama adalah sekita 200-
300 ml, dengan frekunsi 2-6 kali hingga 20 kali/hari. Penting untuk
mencatat saat berkemih pertama kali bila terjadi anuria harus dilaporkan,
karena hal ini mungin menandakan anomali kongenital dari sistem
perkemihan. Berat badan bayi biasanya turun 5%-15% pada hari ke empat
sampai ke lima. Hal ini salah satu peningkatan buang air besar, pemasukan
kurang dan metabolisme meningkat. Setelah hari kelima berat badab bayi
biasanya meningkat kembali.

Mengenai keseimbangan cairan dan elektrolit, terjadi pada volume


total pada tubuh, volume cairan ekstra sel pada masa transisi janin ke fase
pasca lahir. Pada masa janin, cairan ekstraseluler lebih banyak daripada
cairan intraseluler. Namun, hal ini segera berganti pada pasca natal. Hal ini
kemungkinan disebabkan oleh karena pertumbuhan yang membutuhakan
cairan ekstraseluler.

G. PERUBAHAN SISTEM ADAFTASI KULIT


Semua struktur kulit bayi sudah terbentuk pada saat lahir, tetapi
masih belum matang . epidermis dan Dermis tidak terikat dengan baik dan
sangat tipis. Verniks caseosa juga melapisi epidermis dan berfungsi
sebagai lapisan pelindung. Verniks caseosa berbentuk seperti keju yang di
sekresi oleh kelenjar sebasea dan sel-sel epitel. Pada saat lahir beberapa
bayi di lapisi oleh verniks caseosa yang tebal, sementara yang lainnya
hanya tipis saja pada tubuhnya. Hilangnya pelindungnya yaitu verniks
caseosa meningkatkan deskumasi kulit ( pengelupasan ), verniks biasanya
menghilang dalam 2-3 hari. Pada bayi baru lahir seringkali terdapat bintik
putih khas terlihat di hidung, dahi dan pipi bayi yang di sebut milia. Bintik
ini menyumbat kelenjar sebasea yang belum berfungsi. Setelah sekitar 2
minggu, ketika kelenjar sebasea mulai bersekresi secara bertahap tersapu
dan menghilang.
Rambut halus atau lanugo dapat terlihat pada wajah, bahu, dan
punggung, dan biasanya cenderung menghilang selama minggu pertama
kehidupan. Pelepasan kulit ( deskuamasi ) secara normal terjadi selama 2-4
minggu pertama kehidupan. Mungkin terlihat eritema toksikum ( ruam
kemerahan ) pada saat lahir, yang bertahan sampai beberapa hari. Ruam ini
tidak menular dan kebanyakan mengenai bayi yang sehat. Terdapat
berbagai tanda lahir ( nevi ) yang bersifat sementara ( biasanya di
sebabkan pada saat lahir) maupun permanen ( biasanya karena kelainan
struktur pikmen, pembuluh darah, rambut atau jaringan lainnya).
Pada kulit dan sklera mata bayi mungkin di temukan warna
kekuningan yang di sebut ikteri. Ikteri di sebabkan karena billirubin bebas
yang berlebihan dalam darah dan jaringan, sebagai akibatnya pada sekitar
hari ek dua atau ke tiga, terjadi hampir 60% hari ke 7 biasanyamenghilang.
Ikteri ini di sebabkan ikterik fisiologis atau ikterik neonatorum.

H. PERUBAHAN SISTEM PERSYARAFAN

Telah dihitung bahwa neonatus telah memiliki semua sel sarafnya


dan mereka berjumlah sekitar 10 pangkat 10 sampai 15 pangkat 10.
Jumlah ini tidak bertambah, tetapi sel-sel ini akan bertambah ukurannya
dan mengalami mielinisasi. Sementara tidak mampu untuk melakukan
koordinasi gerakan neonatus memperlihatkan sejumlah refleks-refleks.
Tonus dari otot-otot fleksor
melampaui tonus otot -otot anti
gravitasi dan arena itu postur istirahat
dari neonatus merupakan modifikasi
dari sikap janin dengan fleksi
generalisata. Gerakan-gerakannya
merupakan aksi refleks dan telah
diuraikan terdapatnya sekitar 70
refleks primitif. Beberapa dari refleks
ini dimungkinkan karena mielinisasi
berlanjut sehingga memungkinkan pengendalian yang lebih besar dari
gerakan dan postur.

1. Refleks oral
Refleks dari area

maxillomandibularis berkembang dengan baik pada neonatus. Refleks


“memyelidiki” atau “mancari” merupakan respon terhadap rabaan
perioral. Jika pipi bayi berkontak dengan mammae ibu atau bagian
lain, maka bayi “mencari” susu. Hal ini memungkinkan bayi untuk
menemukan papilla mammae tanpa dibimbing ke tujuannya. Jika
mulut bayi disentuh dengan ringan, bibir bawah menurun pada sisi
yang sama dan lidah bergerak kedepan kearah titik rangsangan.
2. Refleks mata
Ditemukan sejumlah reflek mata. Misalnya reflek berkedip dapat
ditimbulkan dengan berbagai rangsangan seperti cahaya yang terang,
sentuhan nyeri atau usapan pada alis mata. Refleks pupil timbul
sebagai akibat respon terhadap cahaya, respon mata boneka dinamakan
demikian karena merupakan hambatan dalam gerakan mata setelah
kepala dipalingkan. Jika kepala dipalingkan dengan lambat pada salah
satu sisi secara normal mata tidak bergerak bersama kepala.

3. Refleks moro
Refleks ini terdiri dari abduksi dan ekstensi lengan. Tangan membuka
tetapi jari-jari seringkali tetap melengkung. Keadaan ini diikuti dengan
adduksi dari lengan seperti ketika memeluk. Pada saat yang sama
disertai dengan tangisan, ekstensi dari badan dan kepala dengan
gerakan-gerakan tungkai. Refleks moro ditemukan pada bayi-bayi
prematur, kecuali pada mereka yang sangat kecil. Respon moro
merupakan refleks vestibular. Refleks ini hilang pada sekitar umur 3
atau 4 bulan. Refleks moro dapat ditimbulkan dengan memegang
tangan bayi dan mengangkatnya perlahan-perlahan sedikit diatas meja.
Pelepasan tangan dengan cepat menyebabkan gerakan cepat dari
daerah servical yang mengawali refleks.
4. Refleks terkejut
Refleks ini timbul dengan
menimbulkan suara keras
secara mendadak atau
dengan menepuk sternum.
Siku dalam keadaan fleksi
dan tangan tetap
tergenggam. Refleks ini
hilang pada umur 4 bulan.
5. Refleks menggenggam
Jika telapak tangan
dirangsang jari-jari
akan fleksi dan
menggenggam benda.
Sekali refleks
genggam dicapai jari-
jari dapat ditarik
dengan lembut keatas. Pada saat ini dilakukan, genggaman akan
diperkuat dan terdapat ketegangan progresif dari otot-otot mulai dari
pergelangan tangan sampai bahu, hingga bayi bergantung sebentar
pada jari-jari. Respon yang serua dapat ditimbulkan dengan
menggosok telapak kaki dibelakang jari-jari kaki secara lembut.
Refleks genggam sebagian besar dinilai dengan melihat intensitas,
sebagian dengan melihat simetri dan sebagian dengan melihat
persistensinya setelah umur 4 bulan dimana seharusnya refleks ini
telah hilang.

6. Refleks tonus leher


Refleks ini dapat
diobservasi ketika bayi
berada dalam posisi
terlentang dan tidak
menangis. Bayi dapat
terlihat terlentang
dengan kepala berpaling
pada satu sisi dengan
lengan yang terbentang ke sisi yang sama. Lutut kontralateral
seringkali dalam keadaan fleksi. Refleks tonus leher asimetris dan
simetris dan penting dalam menentukan postur dari neonatus. Refleks
ini lebih nyata pada bayi spastic dan menetap lebih lama dibandingkan
bayi normal. Fungsi lain dari refleks-refleks ini pada minggu-minggu
awal adalah untuk mencegag bayi berguling dari keadaan telungkup ke
terlentang atau sebaliknya.

7. Refleks berjalan dan penempatan


Reaksi penempatan ditimbulkan
dengan menyandarkan aspek
anterior tibia atau ulna pada tepi
meja. Bayi mengangkat tungkai
ke atas untuk menjejakan kaki
pada meja, atau mengangkat
lengan untuk menempatkan
tangan pada meja. Refleks ini
terdapat pada bayi-bayi aterm
dengan berat diatas 1800 gram.
Juga dapat ditimbulkan pada
bayi-bayi preterm dengan berat
1700 gram, setelah 24 jam
pertama.
Refleks berjalan dicapai dengan
memegang tegak diatas sebuah meja, sehingga telapak kaki menekan
meja. Keadaan ini mengawali fleksi dan ekstensi tungkai, menyerupai
keadaan berjalan. Refleks berjalan juga dapat diawali pada bayi-bayi
prematur tetapi mereka cenderung berjalan pada jari-jari kakinya. Pada
bayi normal reflek berjalan hilang pada umur 5 atau 6 minggu.
8. Refleks meluruskan
Keadaan ini memungkinkan bayi untuk berguling dari posisi telungkup
ke posisi terlentang dan sebaliknya. Refleks ini membantu bayi untuk
mempengaruhi tangan dan lutut dan duduk. Refleks ini menimbulkan
kemampuan untuk mengembalikan posisi normal kepala dalam ruang
serta untuk mempertahankan keterkaitan postur yang normal dari
kepala, dan anggota gerak selama aktivitas-aktivitas. Refleks ini
termasuk yang berikut:
a) Refleks meluruskan leher. Refleks ini terdapat pada saat lahir dan
paling kuat pada umur 3 bulan. Memalingkan kepala ke satu sisi
akan diikuti dengan gerakan tubuh secara keseluruhan.
b) Refleks meluruskan labyrinth yang bekerja pada kepala. Refleks
ini ditemukan pada umur 2 bulan dan paling kuat pada umur 10
bulan. Refleks ini memungkinkan bayi untuk mengangkat kepala
pada posisi telungkup, ketika ia berumur sekitar 1 sampai 2 bulan
dan kemudian ketika ia berbaring pada posisi terlentang.
c) Refleks meluruskan tubuh bekerja pada tubuh. Refleks ini
memodifikasi
refleks meluruskan
leher dan
memainkan
peranan penting
dalam usaha awal
dari anak yang
masih muda untuk duduk dan berdiri. Timbul pada umur 7
sampai 12 bulan.

9. Reflek parasut
Refleks ini dapat timbul
pada umur 6 sampai 9
bulan dan menetap seumur hidup. Dapat ditimbulkan dengan
memegang bayi dalam suspensi ventral dan dengan tiba-tiba
menurunkan bayi kearah permukaan (tempat tidur atau meja bayi).
Lengan akan membentang seakan-akan untuk melindungi dirinya dari
jatuh. Pada bayi dengan serebral palsy refleks ini tidak ada atau tidak
lengkap sebagai akibat tonus fleksor yang kuat dalam posisi ini.
Refleks lain yang ditemukan pada neonatus dan bayi muda termasuk
refleks tendon, klonus pergelangan kaki, refleks abdomen, refleks
menghisap dan menelan. Tidak adanya kedua refleks terakhir
menunjukkan adanya suatu kelainan neurologi.

Lampiran 2

EVALUASI
A. Kisi-Kisi Soal

No Pertanyaan Jumlah
1 Pengertian perubahan fisiologi pada BBL 1
2 Perubahan system peredaran darah BBL 1
3 Perubahan sistem fisiologis pengaturan tubuh, 1
metabolisme glukosa, gastrointestinal, dan
kekebalan tubuh pada BBL.
4 perubahan-perubahan fisiologis pada sistem 1
pencernaan, ginjal dan sistem persyarafan pada
BBL.

B. Pertanyaan :
1. Apa yang dimaksud perubahan fisiologi pada BBL ?

2. Bagaimana perubahan fisiologis sistem pernafasan dan peredaran darah


pada bayi baru lahir?

3. Bagaimana perubahan sistem fisiologis pengaturan tubuh, metabolisme


glukosa, gastrointestinal, dan kekebalan tubuh?
4. Bagaimana perubahan-perubahan fisiologis pada sistem pencernaan, ginjal
dan sistem persyarafan?

C. Kunci Jawaban :
1. Perubahan fisiologis pada bayi baru lahir merupakan suatu proses adaptasi
dengan lingkungan luar atau di kenal dengan kehidupan ekstra uteri.
Sebelum nya bayi cukup hanya beradaptasi dengan kehidupan intra uteri.
2. - System pernafasan
Perubahan sisitem ini di awali dari perkembangan organ paru itu sendiri
dengan perkembangan struktur bronkus, bronkiolus, serta alveolus yang
terbentuk dalam proses kehamilan sehingga dapat menentukan proses
pematangan dalam sistem pernapasan. Proses perubahan bayi baru lahir
adalah dalam hal pernapasan yang dapat di pengaruhi oleh keadaan
hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik ( lingkungan) yang
merangsang pusat pernapasan medula oblongata di otak. Selain itu juga
jadi tekanan rongga dada karena kompresi paru selama
persalinan,sehingga merangsang masuknya udara ke dalam
paru,kemudian timbulnya pernapasan dapat terjadi akibat interaksi
sistem pernapasan itu sendiri dengan sisitem kardiovaskuler dan susunan
saraf pusat. Selain itu adanya surfaktan dan upaya resfirasi dalam
pernapasan dapat berfungsi untuk mengeluarkan cairan dalam paru serta
mengembangkan jaringan alveolus paru agar dapat berfungsi.
- System peredaran darah
Pada sistem peredaran darah, terjadi perubahan fisiologis pada bayi baru
lahir, yaitu setelah bayi itu lahir akan terjadi proses pengantaran oksigen
ke seluruh jaringan tubuh, maka terdapat perubahan,yaitu penutupan
foramen ovale pada atrium jantung dan penutupan duktus ateriosus
anatara arteri paru dan aorta. Perubahan ini terjadi akibat adanya tekanan
pada seluruh sistem pembuluh darah,dimana oksigen dapat menyebabkan
sistem pembuluh darah mengubah tenaga dengan cara meningkatkan atau
mengurangi resistensi. Perubahan tekanan sistem pembuluh darah dapat
terjadi saat tali pusat di potong, resistensinya akan meningkat dan tekanan
atrium kanan akan menurun karena suplai darah ke atrium kanan
berkurang yang dapat menyebabkan volume dan tekanan atrium kanan
juga menurun.
Proses tersebut membantu darah mengalami proses oksigenasi
ualng, pada saat terjadi pernafasan pertama dapat menurunkan resistensi
dan meningkatkan atrium kanan. Kemudian oksigen pada pernapasan
pertama dapat menimbulkan relaksi dan terbukanya sistem pembuluh
darah paru yang dapat menurunkan resistensi pembuluh darah paru.
Terjadinya peningkatan sirkulasi paru mengakibatkan peningkatan
volume darah dan tekanan pada atrium kanan, dengan meningkatkan
tekanan pada atrium kanan akan terjadi penurunan atrium kiri, foramen
ovale akan menutup, atau dengan pernafasan kadar oksigen dalam darah
akan meningkat yang dapat menyebabkan duktus arteriosus mengalami
kontriksi dan menutup.
3. Perubahan Bayi Baru Lahir
a. Sistem Pengaturan Tubuh
Ketika bayi lahir dan langsung berhubungan dunia luar
( lingkungan ) yang lebih dingin, maka dapat menyebabkan air ketuban
menguap melalui kulit yang dapat mendinginkan darah bayi.pada saat
lingkungan dingin, terjadi pembentukan suhu tanpa melalui mekanisme
menggigil yang merupakan cara untuk mendapatkan kembali panas
tubuhnya serta hasil penggunaan lemak coklat untuk produksi panas.
Adanya timbunan lemak tersebut menyebabkan panas tubuh meningkat,
sehingga terjadilah proses adaptasi. Dalam pembakaran lemak, agar
menjadi panas, bayi menggunakan kadar gluksa. Selanjutnya cadangan
lemak tersebut akan habis dengan adanya stres dingin dan bila bayi
kedinginan akan mengalami proses hipoglikemia, hipoksia, dan asidosis.

b. Metabolisme Glukosa

Setelah tali pusat di ikat atau di klem, maka kadar glukosa akan di
pertahankan oleh si bayi itu sendiri serta mengalami penurunan waktu
yang cepat 1-2 jam. Guna mengetahui atau memperbaiki kondisi tersebut,
maka di lakukan dengan menggunakan air susu ibu ( ASI), penggunaan
cadangan glikogen ( glikogenolisis), dan pembuataan glukosa dari sumber
lain khususnya lemak (glukoneogenesis). Seorang bayi yang sehat akan
menyimpan glukosa sebagai glikogen dalam hati.

Koreksi penurunan kadar gula darah dapat di lakukan dengan 3 cara :

d. Melalui penggunaan ASI

e. Melalui penggunaan cadangan glikogen

f. Melalui pembuatan glukosa dari sumber lain terutama lemak.

c. Sistem Gastrointestinal

Proses menghisap dan menelan sebelum lahir sudah di mulai.


Refleks gumoh dan batuk sudah terbentuk ketika bayi lahir.kemampuan
menelan dan mencerna makananmasih terbatas, mengikat hubungan
esofagus bawah dan lambung masih belum sempurna yang dapat
menyebabkan gumoh dan kapasitasnya sangat terbatas kurang lebih 30cc.

d. Sistem Kekebalan Tubuh

Perkembangan sistem imunitas pada bayi juga mengalami proses


penyesuaian dengan perlindugan oleh kulit membran mukosa, fungsi
saluran nafas, pembentukan koloni mikroba oleh kulit dan usus, serta
perlindungan kimia oleh lingkungan asam lambung. Perkembangan
kekebalan alami pada tingkat sel oleh sel darah akan membuat terjadinya
sistem kekebalan melalui pemberian kolostrum dan lambat laun akan
terjadi kekebalan sejalan dengan perkembangan usia

4. Pengeluaran urine pada janin terjadi pada bulan ke empat. Sementara itu,
pada saat lahir fungsi ginjal bayi sebanding dengan 30% sampai 50% dari
kapasitas dewasa dan belum cukup matur untuk memekatkan urin.
Artinya, pada semua bayi semua struktur ginjal sudah ada tetapi
kemampuan ginjal untuk mengosentrasikan urine dan mengatur kondisi
cairan setra fluktuasi elektrolit belum maksimal. Namun demikian, urin
terkumpul dalam kandung kemih bayi biasanya dalam waktu 24 jam
pertama kelahirannya. Volume pengeluaran urine total per 24 jam pada
bayi baru lahir sampai dengan akhir minggu pertama adalah sekita 200-
300 ml, dengan frekunsi 2-6 kali hingga 20 kali/hari. Penting untuk
mencatat saat berkemih pertama kali bila terjadi anuria harus dilaporkan,
karena hal ini mungin menandakan anomali kongenital dari sistem
perkemihan. Berat badan bayi biasanya turun 5%-15% pada hari ke empat
sampai ke lima. Hal ini salah satu peningkatan buang air besar, pemasukan
kurang dan metabolisme meningkat. Setelah hari kelima berat badab bayi
biasanya meningkat kembali.

SUMBER

Anda mungkin juga menyukai