Anda di halaman 1dari 26

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

“KANKER SERVIKS”

Oleh :

NI KOMANG EWIK SUARNINGSIH


P07120017008

D-III KEPERAWATAN TINGKAT II SEMESTER IV

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2019
SATUAN ACARA PENYULUHAN

PENCEGAHAN PENYAKIT KANKER SERVIKS

I. LATAR BELAKANG MASALAH

Kanker adalah suatu pertumbuhan sel-sel abnormal atau proliferasi sel-sel


yang tidak dapat diatur. Tingkat poliferasi antara sel kanker berbeda beda antara
satu dengan yang lainnya. Perbedaan sel kanker dengan sel normal terletak pada
sifat sel kanker yang tidak pernah berhenti membelah. Kanker merupakan suatu
kegagalan morfogenesis normal dan dan kegagalan difrensiasi normal, artinya
pertumbuhan kanker tidak dapat dikendalikan dan tidak pernah memperoleh
struktur normal serta fungsi khas jaringan tempat sel kanker tumbuh. Menurut
Guyton, Arthur C.

Kanker serviks (mulut rahim) adalah penyakit pembunuh wanita nomor satu
di dunia. Di seluruh dunia, kasus kanker serviks ini sudah dialami oleh 1,4 juta
wanita. Data yang didapat dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) diketahui
terdapat 493.243 jiwa per-tahun penderita kanker serviks baru dengan angka
kematian sebanyak 273.505 jiwa per-tahun.

Kanker merupakan suatu penyakit yang menyerang proses dasar kehidupan


sel, yang hampir semuanya menambah genom sel (komplemen genetik total sel)
serta mengakibatkan pertumbuhan liar dan penyebaran sel kanker.

Penyebab perubahan genom ini adalah mutasi (perubahan) salah satu gen
atau lebih; atau mutasi sebagian besar segmen utas DNA yang mengandung
banyak gen; atau pada beberapa keadaan penambahan atau pengurangan
sebagian besar segmen kromosom. Setiap kanker mulai dengan sebuah sel.
Kejadian apapun yang mengalihkan sebuah sel normal menjadi sebuah sebuah
sel kanker. Sel kanker tidak menyerang massa sel, maskipun pada stadium akhir
kanker, badan dapat mengandung berbiliun sel kanker dan semuanya itu adalah
keturunan sebuah sel pendahulunya. Jadi semua sel kanker metastis maupun
pada tumor merupakan sebuah klon.

Pada SAP ini kami akan membahas tentang Kanker Serviks. Kanker serviks
adalah kanker yang terdapat pada serviks atau leher rahim, yaitu area bagian
bawah rahim yang menghubungkan rahim dengan vagina. Pada tahun 2003,
WHO menyatakan bahwa kanker merupakan problem kesehatan yang sangat
serius karena jumlah penderitanya meningkat sekitar 20% per tahun. Sampai saat
ini kanker serviks masih merupakan masalah kesehatan perempuan di Indonesia
sehubungan dengan angka kejadian dan angka kematian akibat kanker serviks
yang tinggi. Keterlambatan diagnosis pada stadium lanjut, keadaan umum yang
lemah, status sosial ekonomi yang rendah, keterbatasan sumber daya,
keterbatasan sarana dan prasarana, jenis histopatologi dan derajat pendidikan
ikut serta dalam menentukan prognosis dari penderita.

II. TUJUAN:
a. Tujuan Instruksional Umum (TIU)
Setelah diberikan penyuluhan selama 50 menit, diharapkan wanita usia subur
dapat memahami tentang penyakit kanker serviks.
b. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
Setelah diberikan penyuluhan selama 1 x 50 menit, sasaran dapat:
1. Menyebutkan definisi kanker serviks dengan tepat dan benar
2. Menjelaskan tentang penyebab kanker serviks dengan tepat dan
benar
3. Menjelaskan kembali tentang tanda dan gejala kanker serviks
dengan tepat dan benar
4. Menjelaskan tentang cara deteksi dini kanker serviks dengan
tepat dan benar
5. Menjelaskan tentang stadium kanker serviks dengan tepat dan
benar
6. Menjelaskan tentang pencegahan pada kanker serviks dengan
tepat dan benar
7. Menjelaskan penatalaksanaan pada kanker serviks dengan
benar

III. MATERI KANKER SERVIKS

1. Pengertian kanker serviks
2. Penyebab kanker serviks
3. Tanda dan gejala kanker serviks
4. Cara deteksi dini (skrining) kanker serviks
5. Stadium kanker serviks
6. Pencegahan kanker serviks    
7. Penatalaksanaan kanker serviks

IV. METODE
1. Diskusi informasi
2. Ceramah
3. Tanya jawab / Diskusi

V. ALAT / MEDIA
A. Alat :
1. Meja
2. Kursi
3. Layar
4. LCD (Proyektor)
5. Laptop
B. Media
1. Power point kanker servks
2. Leaflet kanker serviks
3. Poster kanker serviks
VI. SETING KEGIATAN

No Langkah- Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan


Langkah Sasaran
1 Pendahuluan 5 menit a. Memberi salam - Menjawab
b. Memperkenalkan diri salam
c. Menjelaskan maksud - Menjawab
dan tujuan pertanyaan
d. Kontrak waktu
e. Apersepsi
2 Penyajian 25 menit a. Menjelaskan tentang - Mendengarka
pengertian Penyakit n
Kanker Serviks. dengan
b. Menjelaskan tentang seksama
penyebab penyakit
Kanker serviks.
c. Menjelaskan tanda dan
gejala penyakit Kanker
Serviks.
d. Menjelaskan cara
deteksi dini penyakit
kanker serviks.
e. Menjelaskan stadium
penyakit kanker
serviks.
f. Menjelaskan
pencegahan penyakit
kanker serviks.
3 Evaluasi 10 menit a. Tanya jawab - Partisipasi
b. Menanyakan kembali aktif
c. Post test
4 Penutup 10 menit a. Meminta dan memberi - Memberikan
pesan / kesan pesan dan
b. Memberi salam kesan
c. Memberikan reward - Menjawab
salam

VII. SASARAN
Peserta dalam acara ini ialah wanita usia produktif yaitu 15-45 tahun

VIII. WAKTU
 Hari/Tanggal : 07 Mei 2019
 Jam : 09.00 wita-09.50 wita
 Lama : 50 menit

IX. TEMPAT

Balai Masyarakat Desa Sibetan, Kecamatan Bebandem, Kabupaten


Karangasem.

Setting tempat

Penyuluh

Audiens Audiens Audiens

Audiens Audiens Audiens


X. RENCANA EVALUASI
1. Struktur
Secara keseluruhan, persiapan penyuluhan mulai dari media,
materi, dan surat undangan sudah dipersiapkan sejak Senin, 22
April 2018 dengan rinciannya sebagai berikut:
a. Persiapan Media
Media yang akan digunakan dalam penyuluhan semuanya
lengkap dan bisa digunakan. Media yang digunakan adalah
Slide, Leaflet, Poster, Laptop, Layar/LCD, Kursi, dan
Meja.
b. Persiapan Materi
Materi yang diberikan dalam penyuluhan tentang kanker
serviks semuanya lengkap, dan siap digunakan, dan
disebarluaskan dalam bentuk leaflet yang berisi gambar
maupun tulisan mengenai penyakit Dermatitis.
c. Undangan / Peserta Penyuluhan
Semua warga dan undangan dengan antusias datang ke
Balai Banjar guna mengikuti serangkaian acara penyuluhan.
Undangan peserta penyuluhan sejumlah 30 orang.

2. Proses Penyuluhan
a. Kehadiran minimal 90 % karena mengingat pentingnya
penyuluhan mengenai serangkaian penyakit Kanker serviks,
dan berharap dengan diberikan penyuluhan mengenai
Kanker serviks dapat menurunkan status angka penderita
Kanker serviks di Desa Sibetan, Kecamatan Bebandem,
Kabupaten Karangasem.
b. Minimal sasaran menyimak dan mendengarkan materi
penyuluhan sebesar 80%.
c. Dalam proses penyuluhan kesehatan berharap sasaran dapat
merespon dengan baik dan adanya feedback yang baik.
d. Dalam proses penyuluhan diharapkan sasaran (peserta)
aktif dimana bisa melakukan tanya jawab serangkaian
penyakit Kanker serviks yang belum dimengerti.
e. Peserta yang hadir diharapkan tidak meninggalkan tempat
penyuluhan selama penyuluhan berlangsung.
f. Peserta yang hadir diharapkan bisa berinteraksi dengan baik
sehingga menciptakan suasana yang kondusif.

3. Hasil Penyuluhan
a. Jangka Pendek
1. Sasaran mengerti sekitar 85% dari materi yang telah
diberikan
2. Sasaran mau memahami materi yang telah disampaikan
dan tidak mengobrol
3. Sasaran tidak ada yang meninggalkan tempat
penyuluhan.

b. Jangka Panjang
1. Meningkatkan pengetahuan sasaran mengenai penyakit
Kanker serviks sehingga dapat menurunkan status
angka terjadinya Kanker serviks
2. Sasaran sudah memahami dan menjelaskan bagaimana
untuk mencegah dan mengobati penyakit kanker
serviks.
3. Sasaran dapat menerapkan perilaku hidup sehat
sehingga dapat mengurangi dampak dari penyakit
Kanker serviks.
4. Status penderita kanker Serviks di Desa Sibetan,
Kecamatan Bebandem, Kabupaten Karangasem sudah
mulai berkurang.
LAMPIRAN I

A. DEFINISI KANKER SERVIKS


Kanker serviks adalah tumor ganas yang tumbuh didalam leher
rahim atau serviks yang terdapat pada bagian terendah dari rahim yang
menempel pada puncak vagina. Kanker serviks merupakan gangguan
pertumbuhan seluler dan merupakan kelompok penyakit yang
dimanifestasikan dengan gagalnya untuk mengontrol proliferasi dan
maturasi sel pada jaringan serviks. Kanker serviks biasanya menyerang
wanita berusia 35 - 55 tahun, 90% dari kanker serviks berasal dari sel
kelenjar penghasil lendir pada saluran servikal yang menuju kedalam
rahim. Dari beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli penulis
dapat menyimpulkan bahwa kanker serviks adalah pertumbuhan sel yang
abnormal yang terdapat pada organ reproduksi wanita yaitu serviks atau
bagian terendah dari rahim yang menempel pada puncak vagina.

B. ETIOLOGI KANKER SERVIKS

Kanker serviks terjadi jika sel - sel serviks menjadi abnormal dan
membelah secara tidak terkendali, jika sel - sel serviks terus membelah,
maka akan terbentuk suatu masa jaringan yang disebut tumor yang bisa
bersifat jinak atau ganas, jika tumor tersebut ganas maka keadaannya
disebut kanker serviks. Penyebab terjadinya kelainan pada sel - sel serviks
tidak diketahui secara pasti, tetapi terdapat beberapa faktor resiko yang
berpengaruh terhadap terjadinya
kanker serviks yaitu :
1. HPV ( Human Papiloma Virus )
HPV adalah virus penyebab kutil
genetalis ( Kandiloma Akuminata )
yang ditularkan melalui hubungan
seksual. Ada 8 tipe HPV yang
berhubungan dengan kanker serviks
adalah :
1) HPV resiko rendah : HPV 6 dan 11
2) HPV resiko sedang : HPV 33, 35, 39, 40, 43, 45, 51, 56, dan 58
3) HPV resiko tinggi : HPV 16, 18, 31
Infeksi HPV terjadi melalui hubungan seksual dengan masa inkubasi selama
3 bulan. Bentuk klasik dari infeksi HPV adalah kondiloma akuminata yaitu
kutil yang berbentuk kembang kol pada jaringan ikat di tengahnya dan
ditutup terutama dibagian atas epitel yang hiperkerotolik. Kondiloma
akuminata jarang ditemukan pada serviks dimana lesinya hanya terbatas
pada vulva, anus dan vagina bagian posterior. Kemungkinan peranan
terjadinya kanker serviks adalah dengan melakukan gangguan pada gen
yang mengatur pembelahan virus dan mengakibatkan pembelahan sel
menjadi tidak terkontrol kearah keganasan. Perubahan sel yang terjadi dapat
dalam bentuk jinak kondiloma (NIS 1 : Neoplasma Intraepitel Serviks) atau
bentuk prakanker (NIS 2 dan 3), bahkan dapat menjadi karsinoma invasif.
Faktor resiko minor kanker serviks adalah paritas tinggi dengan jarak
persalinan pendek, hubungan seksual dini dibawah 17 tahun, multipartner
seksual, merokok pasif dan aktif, status ekonomi rendah. Ko – faktor terdiri
dari infeksi klamidia trakomatis, HSV-2 HIV/AIDS, infeksi kronis dan
lainnya.

Penyebab terjadinya Kanker dari luar :


1. Merokok
Pada wanita perokok konsentrasi nikotin pada getah servik 56 kali lebih
tinggi dibandingkan didalam serum, efek langsung bahan tersebut pada
serviks adalah menurunkan status imun lokal sehingga dapat menjadi
kokarsinogen infeksi virus.
2. Hubungan seksual pertama dilakukan pada usia dini ( kurang dari 17 tahun)
dan berganti - ganti pasangan seksual
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna
antara lesi prakanker dan kanker serviks dengan aktivitas seksual pada usia
dini, khususnya sebelum umur 17 tahun. Hal ini diduga ada hubungan
dengan belum matangnya daerah transformasi pada usia tersebut bila sering
terekspos, Frekuensi hubungan seksual berpengaruh terhadap lebih
tingginya resiko pada usia, tetapi tidak pada kelompok usia lebih tua.
Jumlah pasangan seksual menimbulkan konsep pria beresiko tinggi sebagai
vektor yang dapat menimbulkan infeksi yang berkaitan dengan penyakit
hubungan seksual. Terjadinya perubahan pada sel leher rahim pada wanita
yang sering berganti – ganti pasangan, penyebabnya adalah sering
terendamnya sperma dengan kadar PH yang berbeda – beda sehingga dapat
mengakibatkan perubahan dari dysplasia menjadi kanker.
3. Suami atau pasangan seksualnya melakukan hubungan seksual pertama
pada usia 18 tahun, berganti - berganti pasangan dan pernah menikah
dengan wanita yang menderita kanker serviks
4. Pemakaian DES ( Diethilstilbestrol ) pada wanita hamil untuk mencegah
keguguran
6. Pemakaian Pil KB
Kontrasepsi oral yang dipakai dalam jangka panjang yaitu lebih dari lima
tahun dapat meningkatkan resiko relatif 1,53 kali. WHO melaporkan resiko
relative pada pemakaian kontrasepsi oral sebesar 1,19 kali dan meningkat
sesuai dengan lamanya pemakaian.
7. Infeksi herpes genitalis atau infeksi klamedia menahun
8. Defisiensi Gizi
Terjadinya peningkatan dysplasia ringan dan sedang yang berhubungan
dengan defisiensi zat gizi seperti beta karoten, vitamin A dan asam folat.
Banyak mengkonsumsi sayuran dan buah yang mengandung bahan – bahan
antioksidan seperti alpukat, brokoli, kol, wortel, jeruk, anggur, bawang,
bayam dan tomat berkhasiat untuk mencegah terjadinya kanker. Dari
beberapa penelitian melaporkan defisiensi terhadap asam folat, vitamin C,
vitamin E, beta karoten atau retinol dapat meningkatkan resiko kanker
serviks
9. Golongan ekonomi lemah
Dikaitkan dengan ketidakmampuan dalam melakukan tes pap smear secara
rutin dan pendidikan yang rendah.

C. MANIFESTASI KLINIS KANKER SERVIKS


Gejala klinis / manifestasi klinis
a. Perdarahan
Sifatnya dapat intermenstruit atau perdarahan kontak, kadang-kadang
perdarahan baru terjadi pada stadium selanjutnya. Pada jenis intraservikal
perdarahan terjadi lambat.

b. Biasanya menyerupai air, kadang-kadang timbulnya sebelum ada


perdarahan. Pada stadium lanjut perdarahandan keputihan lebih
banyakdisertai infeksi sehingga cairan yang keluar berbau (Padila, 2012).
Tanda dan Gejala kanker servik menurut Dedeh Sri Rahayu tahun 2015:

a. Keputihan, makin lama makin berbau busuk dan tidak sembuh-sembuh.


Terkadang bercampur darah.
b. Perdarahan kontak setelah senggama merupakan gejala servik 70-85%.
c. Perdarahan spontan: perdarahan yang timbul akibat terbukanya pembuluh
darah dan semakin lam semakin sering terjadi.
d. Perdarahan pada wanita menopause
e. Anemia
f. Gagal ginjal sebagai efek dari infiltrasi sel tumor ke ureter yang
menyebabkan obstruksi total
g. Nyeri
1) Rasa nyeri saat berhubungan seksual, kesulitan atau nyeri dalam
berkemih, nyeri di daerah di sekitar panggul.
2) Bila kanker sudah mencapai stadium III ke atas, maka akan terjadi
pembengkakan di berbagai anggota tubuh seperti betis, paha, dan
sebagainya.
Menurut Ricci (2009), tersangka kanker serviks stadium lanjut antara lain

a. Nyeri panggul,
b. Nyeri pinggul,
c. Nyeri kaki,
d. Penurunan berat badan,
e. Anoreksia,
f. Kelemahan dan kelelahan,
(Dedeh Sri Rahayu,2015)

Menurut Rubina Mukhtar tahun 2015 menyatakan bahwa tanda dan gejala
Ca. Serviks adalah perdarahan vagina abnormal seperti pendarahan pasca
menopause, menstruasi tidak teratur, menstruasi berat, metrorhagia
menyakitkan, atau perdarahan postcoital. Keputihan abnormal adalah keluhan
utama dari sekitar 10% dari pasien; debit mungkin berair, bernanah, atau
berlendir. Gejala panggul atau nyeri perut dan saluran kencing atau rektum
terjadi dalam kasus-kasus lanjutan. Nyeri panggul mungkin hasil dari loco
penyakit regional invasif atau dari penyakit radang panggul hidup
berdampingan.
D. SKRINING KANKER SERVIKS
Mencegah kanker serviks dapat dilakukan dengan mendeteksi secara dini,
tujuannya adalah untuk menemukan lesi pra kanker dan kanker stadium
awal. Saat ini terdapat beberapa cara alternatif untuk skrining kanker serviks
yaitu :
1) Kalposkopi digunakan sebagai alat pemeriksaan awal dan lebih sering
digunakan untuk pemeriksaan lanjutan dari hasil test pap smear yang
abnormal. Namun, kalposkopi jarang digunakan karena biayanya yang
mahal, kurang praktis dan memerlukan biopsi
2) Servikografi merupakan pemeriksaan untuk melihat kelainan porsio.
Untuk membuat foto pembesaran porsio dipulas dengan menggunakan
asam asetat 3 – 5%.
3) Pap net (dengan komputerisasi) merupakan slide pemeriksaan pap smear
untuk mengidentifikasi sel yang abnormal dibantu dengan menggunakan
komputerisasi.
4) Tes molecular HPV – DNA membuktikan bahwa 90% kandiloma
serviks, NIS dan kanker serviks mengandung HPV – DNA.
5) Inspeksi visual dengan asam asetat ( IV A) menjadi metode skrining
alternative yang mudah untuk diaplikasikan diberbagai Negara. Pada
umumnya metode IVA mudah, praktis, alat yang digunakan sederhana,
dapat dilakukan oleh petugas kesehatan bukan dokter dan metode ini
sesuai dengan pusat pelayanan kesehatan yang sederhana. Untuk
pemeriksaan serviks dengan IVA, awalnya dengan menggunakan
speculum yang sudah diolesi oleh asam asetat 3 – 5%. Pada lesi pra
kanker akan terlihat bercak berwarna putih yang disebut aceto white
epithelium, maka dapat disimpulkan bahwa dari bercak putih hasil test
adalah IVA positif sehingga dapat ditindak lanjuti dengan melakukan
biopsi.

Tiap – tiap metode skrining dapat dikaji dari segi keefektifannya,


kepraktisan, kemudahan dan dari tersedianya sarana. Perbandingan dari
kualitas metode skrining dapat dilihat pada tabel.
Perbandingan Metode Skrining Pap Smear

Metode Praktis Mampu


Efektifitas Tersedia
Skrining Laksana Sarana

Tes Pap
+ +/- +/- +/-
Smear

IVA + + + +

IVAB +/- + + +/-

Kalposkopi + +/- - +/-

Servikografi +/- + - -

Pap Net +/- + - +/-

Tes HPV +/- + - -

Dari berbagai metode alternatif untuk skrining kanker serviks,


metode pemeriksaan yang paling utama dan dianjurkan untuk deteksi dini
kanker serviks adalah pemeriksaan papaniculou smear atau yang dikenal
dengan pap smear. Pap smear tidak hanya perlu dilakukan sekali seumur
hidup tetapi perlu dilakukan secara berkala setelah wanita berusia 40 tahun.
World Health Organization (WHO) menyarankan skrining pap smear
minimal satu kali selama hidup pada umur 35 – 40 tahun. Apabila fasilitas
terbatas, skirining setiap 10 tahun pada umur 35 – 50 tahun, fasilitas tersedia
mencukupi setiap 5 tahun pada umur 35 – 55 tahun, dan fasilitas ideal setiap
3 tahun pada umur 25 – 60 tahun. Hal tersebut didasarkan atas pertimbangan
berupa cost and effectiveness.

Sedangkan the American cancer society menyarankan pemeriksaan


skirining rutin dilakukan pada wanita yang tidak menunjukkan gejala, sejak
usia 20 tahun atau lebih, atau kurang dari 20 tahun bila secara seksual sudah
aktif. Pemeriksaan dilakukan 2 kali berturut – turut dan bila
negatif ,pemeriksaan berikutnya paling sedikit setiap 3 tahun sampai berusia
65 tahun. Pada wanita resiko tinggi atau pernah mendapat hasil abnormal
harus diperiksa setiap tahun.

Manfaat skrining di Negara maju terbukti mampu menurunkan


angka kematian akibat kanker serviks 50% sampai 60% dalam kurun waktu
20 tahun. Sayangnya, program skrining di Indonesia masih belum
memasyarakat. Kebijakan pemerintah dalam penanggulangan kanker di
arahkan pada peningkatan cakupan dan mutu pelayanan fasilitas kesehatan
dan menurunkan angka kesakitan serta kematian akibat kanker.

a. Pap Smear
1) Perkembangan Pap Smear
Pada tahun 1924, George N. Papinocolou mempelajari perubahan
hormon dengan memeriksa eksfoliasi sel vagina. Secara tidak sengaja
diamati tingginya sel – sel abnormal pada sediaan dari pasien dengan
kanker serviks. Penemuan ini merupakan awal dari digunakannya pap
smear untuk skrining kanker serviks, penggunaan papsmear untuk
skrining secara masal baru dimulai pada tahun 1949di British Columbia
dan kemudian secara luas digunakan di Amerika Serikat pada tahun
1950. Sedangkan di Indonesia, perkembangan pap smear di mulai pada
tahun 1970 dan dipopulerkan di beberapa kota besar seperti Surabaya,
Yogyakarta ,Bandung, Jakarta, Medan, Palembang, Padang, Denpasar,
Ujungpandang dan Manado.
2) Test Pap Smear
Diagnosis penyakit kanker serviks pada stadium lanjut didasarkan
atas adanya keluhan pendarahan atau keputihan yang terus – menerus.
Pada pemeriksaan dalam terlihat perubahan bentuk pada daerah mulut
rahim yang berbenjol tidak teratur serta sangat rapuh sifatnya. Pada
stadium dini gambaran semacam ini belum nampak, sehingga diperlukan
pemeriksaan khusus. Pemeriksaan yang sederhana, aman namun
memiliki kepekaan yang tinggi adalah dengan pap smear.
Pap smear adalah pemeriksaan sitologik epitel porsio (vagina )
dan serviks untuk menentukan adanya perubahan keganasan di porsio
atau serviks dan digunakan dalam penemuan dini kanker serviks. Atau
pap smear merupakan skrining yang paling sederhana, praktis, akurat,
ekonomis, dapat dikerjakan dengan cepat, tidak sakit dan tidak merusak
jaringan serta mudah diulang jika diperlukan. Cara untuk pemeriksaan
lendir serviks yang diambil dengan menggunakan spatula (gabungan
spatula dan sikat kecil) yang dinamakan cytobrush
Pemeriksaan pap smear bertujuan untuk mengetahui adanya sel –
sel abnormal di leher rahim sehingga dapat mencegah terjadinya kanker
serviks. Pemeriksaan pap smear terbukti dapat menurunkan mortalitas
kanker serviks. Adapun prinsip dasar pap smear antara lain :
a) Epitel permukaan selalu mengelupas (eksfoliasi) dan diganti lapisan
epitel bawah
b) Epitel permukaan merupakan gambaran keadaan jaringan di
bawahnya juga. Sel yang berasal dari eksfoliasi serviks diambil dan
diwarnai secara khusus, sel – sel yang abnormal dapat terlihat
dibawah mikroskop.
Salah satu cara untuk mengurangi angka negatif palsu dari test pap smear
adalah dengan melakukan pemeriksaan kolposkopi selain melakukan
pemeriksaan test pap smear. Adapun anjuran untuk melakukan
pemeriksaan pap smear adalah sebagai berikut :
a) Setiap tahun untuk perempuan yang berusia diatas 35 tahun
b) Setiap tahun untuk perempuan yang berganti – ganti pasangan seksual
atau pernah menderita infeksi HPV atau kutil kelamin
c) Setiap tahun untuk perempuan yang memakai pil KB
d) Setiap 2 – 3 tahun untuk perempuan berusia diatas 35 tahun jika 3 kali
pap smear berturut – turut menunjukkan hasil negatif atau untuk
perempuan yang telah menjalani histerektomi bukan karena kanker
e) Sesering mungkin jika hasil pap smear menunjukkan abnormal
f) Sesering mungkin setelah penilaian dan pengobatan prakanker
maupun kanker serviks
3) Alat – alat yang diperlukan untuk pengambilan test Pap
Smear
Alat yang digunakan pada pemeriksaan pap smear sebagai berikut :
a) Formulir konsultasi sitologi
b) Spatula ayre yang dimodifikasikan dan cytobrush
c) Kaca benda yang satu sisinya telah diberikan tanda atau
tabel
d) Spekulum cocor bebek (grave’s) kering
e) Tabung berisi larutan fiksasi alkohol 96%
4) Cara pemeriksaan Pap Smear
Pemriksaan skrining dengan pap smear sangat aman karena hanya
diambil getah lendir di mulut rahim menggunakan alat (spatula) yang
tidak merusak. Getah lendir dioleskan pada kaca objek dan sudah
diwarnai akan diperiksa dibawah mikroskop. Gambaran sel yang terdapat
dalam getah lendir tersebut dapat menunjukkan apakah sudah terkena
penyakit keganasan ini pada stadium ini. Untuk memastikan diagnosa
harus dilakukan biopsi jaringan mukosa dinding rahim dan selanjutnya
diperiksa dibawah mikroskop. Untuk pengobatan sangat tergantung pada
stadium penyakit yaitu dapat berupa penyinaran radium sampai harus
dilakukan operasi pengangkatan rahim.
5) Hasil pemeriksaan test Pap Smear
a) Infeksi
Infeksi paling sering bersarang dimulut rahim, sebagian besar tanpa
adanya gejala, namun sebagian dikenali dengan adanya keluhan
berupa keputihan untuk itu perlu dilakukan pemeriksaan ulang pap
smear 6 bulan kemudian untuk melihat dan mengevaluasi apakah
radang di mulut rahim sudah sembuh. Selang infeksi servisitis, hasil
pap smear dapat juga trikomoniasis dan kandidasi yang disebabkan
oleh infeksi menular seksual (IMS) dengan keluhan yang sama yaitu
keputihan yang disertai bau dengan rasa gatal.

b) Atytical Squamous Cells of Undetermined Significance (ASCUS)


Merupakan sedikit kelainan di sel – sel leher rahim yang belum jelas,
maka diperlukan pemeriksaan pap smear setiap 6 bulan selama 2
tahun untuk memastikan dilanjutkan dengan pemeriksaan HPV dan
DNA. Apabila ASCUS disertai oleh infeksi HPV dan faktor resiko
maka dilakukan kalposkopi biopsi untuk histopatologi. ASCUS
dengan diplansia ringan, dilakukan test HPV. Apabila HPV negative
atau positif diulangi 6 bulan. Apabila HPV positif pada lesi resiko
tinggi maka dilakukan konfirmasi kalposkopi dan histopologis.

c) Karsinoma Intra Epitelia atau Lesi Intraepitelial dan Sel bersisik


(esqiuamous intrae pithelial lesion)
Istilah ini digunakan untuk mengindikasi bahwa sel yangdiperoleh
dari pap smear mungkin sel prakanker. Jika perubahan masih tingkat
rendah, ukuran, bentuk, dan karakteristik lain dari sel memperlihatkan
adanya lesi prakanker yang dalam beberapa tahun akan menjadi
kanker. Jika perubahan termasuk tingkat tinggi, ada kemungkinan
lebih besar lesi akan menjadi kanker lebih cepat dilakukan tes
diagnostik.

d) Karsinoma Invasive
Pada tahap ini kanker sudah menyebar lebih luas sehingga
penyembuhannya menjadi sulit.
E. STADIUM KANKER SERVIKS

Klasifikasi internasional tentang karsinoma serviks uteri : Tingkat Kriteria


Tahapan
No. Proses
(Stadium)
1. Tahap O Kanker insitu, kanker terbatas pada lapisan epitel,
tidak terdapat bukti invasi.
2. Tahap I Karsinoma yang benar – benar berada dalam
serviks. Proses terbatas pada serviks walaupun ada
perluasan ke korpus uteri.
3. Tahap Ia Karsinoma mikroinvasif, bila membrane basalis
sudah rusak dan sel tumor sudah memasuki stoma
lebih dari 1 mm, sel tumor tidak terdapat pada
pembuluh limfa atau pembuluh darah.
4. Tahap Ib Secara klinis sudah diduga adanya tumor yang
histologik menunjukkan invasi serviks uteri.
5. Tahap II Kanker vagina, lesi telah menyebar diluar serviks
hingga mengenai vagina (bukan sepertiga bagian
bawah) atau area para servikal pada salah satu sisi
atau kedua sisi
6. Tahap IIa Penyebaran hanya perluasan vagina, parametrium
masih bebas dari infiltrate tumor.
7. Tahap IIb Penyebaran ke parametrium, uni atau bilateral
tetapi belum sampai pada dinding panggul.
8. Tahap III Kanker mengenai sepertiga bagian bawah vagina
atau telah meluas kesalah satu atau kedua dinding
panggul. Penyakit modus limfa yang teraba tidak
merata pada dinding panggul. Urogram IV
menunjukkan salah satu kedua ureter tersumbat
oleh tumor
9. Tahap IIIa Penyebaran sampai pada sepertiga bagian disertai
distal vagina, sedang ke parametrium tidak
dipersoalkan.
10. Tahap IIIb Penyebaran sudah sampai pada dinding panggul,
tidak ditemukan daerah bebas infiltrasi antara
tumor dengan dinding panggul (frozen pelvic) atau
proses pada tingkatan klinik I dan II , tetapi sudah
ada gangguan faal ginjal.
11. Tahap IV Proses keganasan telah keluar dari panggul kecil
dan melibatkan mukosa rektum atau kantong
kemih (dibuktikan secara histologik) atau telah
terjadi metastasis keluar panggul atau ketempat –
tempat yang jauh.
12. Tahap IVa Proses sudah keluar dari panggul kecil, atau sudah
menginfiltrasi mukosa rektum dan kantong kemih.
13. Tahap IVb Telah terjadi penyebaran jauh (parah).
F. PENCEGAHAN KANKER SERVIKS
Pencegahan kanker didefinisikan sebagai mengidentifikasikan faktor –
faktor yang menyebabkan timbulnya kanker pada manusia dan membuat
penyebabnya tidak efektif dengan cara – cara apapun. Pencegahan
terhadap terjadinya kanker serviks melalui tiga bagian, yaitu pencegahan
primer, sekunder dan tersier.
1. Pencegahan Primer
Pencegahan primer kanker serviks merupakan kegiatan yang dapat
dilakukan oleh setiap orang untuk menghindari diri dari faktor – faktor yang
dapat menyebabkan kanker. Masyarakat yang melakukan pencegahan pada
tingkat ini akan bebas dari penderitaan, produktivitas berjalan terus, tidak
memerlukan biaya untuk pemeriksaan, pengobatan, rehabilitasi serta
perawatan lebih lanjut. Salah satu bagian dari pencegahan primer adalah
memberikan vaksin Human Papilloma Virus (HPV), pemberian vaksin HPV
akan mengeliminasi infeksi HPV.
2. Pencegahan Sekunder
Deteksi dini dan skrining merupakan pencegahan sekunder kanker serviks.
Tujuan dari pencegahan sekunder adalah untuk menemukan kasus – kasus
dini sehingga kemungkinan penyembuhan dapat ditingkatkan. Selain itu,
bertujuan untuk memperlambat atau menghentikan penyakit pada stadium
awal. Pencegahan sekunder melalui diagnosis dini displansia dengan
berbagai cara baik klinis maupun laboratorium. Pencegahan sekunder
memiliki kelemahan, antara lain :
a. Pencegahan sekunder tidak mencegah terjadinya NIS (CIN)
b. Tetapi lesi prakanker yang baru dideteksi pada pencegahan sekunder
sering kali menimbulkan morbiditas terhadap fungsi fertilitas pasien
c. Pencegahan sekunder atau akan mengalami hambatan pada sumber daya
manusia dan alat yang berkembang
3. Pencegahan Tersier
Tujuan dari pencegahan tersier adalah untuk mencegah komplikasi penyakit
dan pengobatan, sesudah gejala klinis berkembang dan diagnosis sudah
ditegakkan. Terdapat dua pengobatan pada pencegahan tersier yaitu :
a. Pencegahan pada Prakanker
1) Kauterisasi yaitu membakar serviks secara elektris
2) Kriosurgeri yaitu serviks dibuat beku sampai minus 80 – 180 derajat
celcius dengan menggunakan gas CO2 atau N2O
3) Konisasi yaitu memotong sebagian dari serviks yang cukup
representative dengan pisau biasa atau pisau elektris
4) Operasi (histerektomi) bila penderita tidak ingin punya anak lagi
5) Sinar laser yang digunakan dibawah pengawasan kalposkop, radiasi
dengan pemanasan jarum radium yang digunakan bila penderita yang
sudah tua takut dioperasi
b. Pengobatan pada Kanker Invasif
Tindakan pengobatan pada kanker invasive berupa radiasi, operasi atau
gabungan antara operasi dan radiasi

Pencegahan Kanker Serviks

Vaksin HPV HPV Resiko Tinggi

Serviks Normal Pap Test, IVA


Thin Prep

Pencegahan
Primer

Lesi Prakanker

Pencegahan
Sekunder
Kalposkopi

Kanker Serviks

Terapi

G. PENATALAKSANAAN KANKER SERVIKS

1. Penatalaksanaan Medis
Pengobatan pada stadium awal, dapat dilakukan operasi sedangkan stadium
lanjut hanya dengan pengobatan dan penyinaran. Tolak ukur keberhasilan
pengobatan yang biasa digunakan adalah angka harapan hidup 5 tahun.
Harapan hidup 5 tahun sangat tergantung dari stadium atau derajatnya
beberapa peneliti menyebutkan bahwa angka harapan hidup untuk kanker
leher rahim akan menurun dengan stadium yang lebih lanjut. Pada penderita
kanker leher rahim ini juga mendapatkan sitistatika dalam ginekologi.
Penggolongan obat sitostatika antara lain :
a. Golongan yang terdiri atas obat - obatan yang mematikan semua sel pada
siklus termasuk obat - obatan non spesifik.
b. Golongan obat - obatan yang memastikan pada fase tertentu darimana
proliferasi termasuk obat fase spesifik.
c. Golongan obat yang merusak sel akan tetapi pengaruh proliferasi sel
lebih besar, termasuk obat - obatan siklus spesifik.

2. Penatalaksanaan Keperawatan
Dalam lingkar perawatan meliputi sebelum pengobatan terapi radiasi
eksternal anatara lain kuatkan penjelasan tentang perawatan yang digunakan
untuk prosedur. Selama terapi yaitu memilih kulit yang baik dengan
menganjurkan menghindari sabun, kosmetik, dan deodorant. Pertahankan
kedekuatan kulit dalam perawatan post pengobatan antara lain hindari
infeksi, laporkan tanda - tanda infeksi, monitor intake cairan, beri tahu efek
radiasi persisten 10 - 14 hari sesudah pengobatan, dan melakukan perawatan
kulit dan mulut. Dalam terapi radiasi internal yang perlu dipertimbangkan
dalam perawatan umum adalah teknik isolasi dan membatasi aktivitas,
sedangkan dalam perawatan pre insersi antara lain menurunkan kebutuhan
untuk enema atau buang air besar selama beberapa hari, memasang kateter
sesuai indikasi, latihan nafas panjan dan latihan rom dan jelaskan pada
keluarga tentang pembatasan pengunjung. Selama terapi radiasi
perawatannya yaitu monior tanda - tanda vital tiap 4 jam. Memberikan
posisi semi fowler, berikan makanan berserat dan cairan parenteral sampai
300 ml dan memberikan support mental. Perawatan post pengobatan antara
lain menghindari komplikasi post pengobatan (tromboplebitis, emboli
pulmonal dan pneumonia) , monitor intake dan output cairan.
Lampiran 2

EVALUASI
A. Kisi-Kisi Soal

No Pertanyaan Jumlah
1 Pengertian penyakit Kanker Serviks 1
2 Tanda dan gejala Kanker Serviks 1
3 Cara pencegahan Kanker Serviks 1
4 Cara deteksi dini Kanker serviks 1
5 Stadium kanker serviks 1
6 Skrining kanker Serviks 1

B. Pertanyaan :
1. Apa yang dimaksud kanker serviks ?
2. Bagaimana tanda dan gejala kanker serviks ?
3. Bagaimana skrining kanker serviks ?
4. Apa saja pencegahan kanker serviks ?

C. Kunci Jawaban :
1. Kanker serviks adalah tumor ganas yang tumbuh didalam leher rahim atau
serviks yang terdapat pada bagian terendah dari rahim yang menempel
pada puncak vagina.
2. Tanda dan gejala kanker serviks
a. Keputihan, makin lama makin berbau busuk dan tidak sembuh-
sembuh. Terkadang bercampur darah.
b. Perdarahan kontak setelah senggama merupakan gejala servik 70-
85%.
c. Perdarahan spontan: perdarahan yang timbul akibat terbukanya
pembuluh darah dan semakin lam semakin sering terjadi.
d. Perdarahan pada wanita menopause
e. Anemia
f. Gagal ginjal sebagai efek dari infiltrasi sel tumor ke ureter yang
menyebabkan obstruksi total
g. Nyeri
h. Rasa nyeri saat berhubungan seksual, kesulitan atau nyeri dalam
berkemih, nyeri di daerah di sekitar panggul.
i. Bila kanker sudah mencapai stadium III ke atas, maka akan terjadi
pembengkakan di berbagai anggota tubuh seperti betis, paha, dan
sebagainya.

3. Pap test. Selama Pap test, dokter mengambil sel dari serviks – leher
sempit dari uterus- dan mengirim sample tersebut ke lab. Sel ini kemudian
diperiksa ada tidaknya abnormalitas. Pemeriksaan Pap Test dapat
mendeteksi sel abnormal pada serviks. Stadium prekanker terjadi pada saat
sel abnormal terdapat hanya pada lapisan luar dari serviks dan tidak
menginvasi bagian lebih dalam. Jika tidak ditangani, sel abnormal ini
dapat berubah menjadi sel kanker, dimana dapat menyebar pada beberapa
tempat sekitar serviks, vagina bagian atas, area pelvis, dan bagian lain dari
tubuh. Kanker atau prekanker yang ditemukan pada stadium preinvasif
jarang membahayakan nyawa dan biasanya hanya membutuhkan
pengobatan rawat jalan.
Tes HPV DNA. Terdapat juga pemeriksaan HPV DNA untuk menentukan
apakah seseorang terinfeksi salah satu dari 13 jenis HPV yang sepertinya
paling mungkin menyebabkan kanker serviks. Seperti pada Pap tes, tes
HPV DNA mengambil jaringan dari serviks untuk diperiksa di lab.
Pemeriksaan ini dapat mendeteksi strain resiko tinggi HPV pada DNA sel
sebelum perubahan pada sel serviks dapat terlihat.
4. Pencegahan kanker serviks
a. Pencegahan Primer
Pencegahan primer kanker serviks merupakan kegiatan yang dapat
dilakukan oleh setiap orang untuk menghindari diri dari faktor – faktor
yang dapat menyebabkan kanker. Masyarakat yang melakukan
pencegahan pada tingkat ini akan bebas dari penderitaan,
produktivitas berjalan terus, tidak memerlukan biaya untuk
pemeriksaan, pengobatan, rehabilitasi serta perawatan lebih lanjut.
Salah satu bagian dari pencegahan primer adalah memberikan vaksin
Human Papilloma Virus (HPV), pemberian vaksin HPV akan
mengeliminasi infeksi HPV.
b. .Pencegahan Sekunder
Deteksi dini dan skrining merupakan pencegahan sekunder kanker
serviks. Tujuan dari pencegahan sekunder adalah untuk menemukan
kasus – kasus dini sehingga kemungkinan penyembuhan dapat
ditingkatkan. Selain itu, bertujuan untuk memperlambat atau
menghentikan penyakit pada stadium awal. Pencegahan sekunder
melalui diagnosis dini displansia dengan berbagai cara baik klinis
maupun laboratorium.
c. Pencegahan Tersier
Tujuan dari pencegahan tersier adalah untuk mencegah komplikasi
penyakit dan pengobatan, sesudah gejala klinis berkembang dan
diagnosis sudah ditegakkan.
SUMBER

Hartono, Poedjo.(2000). Kanker Serviks & Masalah Skrinning di Indonesia. Kursus pada


Pra Kongres KOGI I & Pasar Mimbar. Volume 5 No.2

Mansyur, A., (2005). Kapita Selekta Kedokteran.Jakarta:Media Aesculapius

Neville, Hacker .(2001). Esensial Obstetri & Ginekologi Edisi 2.Jakarta: Hipokrates

Rasjidi, Imam .(2007). Panduan Penatalaksanaan Kanker Ginekologi. Jakarta:EGC

Sarwono. (2002). Ilmu Kandungan.Jakarta:Yayasan bina Pustaka

Anoni.(2008). Vaksin HPV Cegah Kanker Serviks Sejak


Dini www.mediahidupsehat.com.

Anda mungkin juga menyukai