III. Materi
1. Pengertian kanker serviks
2. Penyebab kanker serviks
3. Tanda dan gejala kanker serviks
4. Cara deteksi dini (skrining) kanker serviks
5. Stadium kanker serviks
6. Pencegahan kanker serviks
7. Penatalaksanaan kanker serviks
IV. Metode
1) Diskusi
2) Tanya jawab
V. Media
1. LCD / Flipchart
2. Leaflet
VI. Pengorganisasian
Pembimbing Klinik : Djum’ati Setyati, Amd.Keb
Zukhrufatin, Amd.Keb
Pembimbing Pendidikan : K.Kasiati, S.Pd, Amd.Keb, M.Kes
Sherly Jeniawati, SST
Penyaji : Febrina Nur Indah Sari
Irma Sari Fitriana
Moderator : Mar’atus Sholikha
Observer : Ewing Firmadhani Prastiti
Fasilitator : Farah Abidah Rachmawati
Job Description
1. Moderator : Mengarahkan jalannya acara
2. Penyaji : Menyampaikan materi penyuluhan dan menjawab pertanyaan
3. Fasilitator : Membantu mengarahkan peserta untuk bergerak secara aktif
dalam diskusi
4. Observer : Mengamati dan mencatat proses jalannya penyuluhan, mengevaluasi jalannya
penyuluhan
PENGERTIAN
Kanker serviks merupakan salah satu kanker yang paling umum yang mengenai organ
reproduksi wanita. Beberapa jenis human papilloma virus, suatu infeksi menular seksual,
mempunyai peran penting dalam kebanyakan kasus kanker serviks
Kanker leher rahim ( kanker servik ) adalah kanker yang terjadi pada servik uterus, suatu
daerah pada organ reproduksi wanita yg merupakan pintu masuk ke arah rahim yang terletak
antara uterus ( rahim ) dengan liang vagina.
PENYEBAB
Pada umumnya, kanker bermula pada saat sel sehat mengalami mutasi genetic yang
mengubahnya dari sel normal menjadi sel abnormal. Sel sehat tumbuh dan berkembang
dengan kecepatan yang teratur. Sel kanker tumbuh dan bertambah banyak tanpa control dan
mereka tidak mati. Adanya akumulasi sel abnormal akan membentuk suatu massa (tumor).
Sel kanker menginvasi jaringan sekitar dan dapat berkembang dan tersebar di tempat lain di
dalam tubuh (metastasis).
Penyebab langsung dari karsinoma serviks belum diketahui. Faktor ekstrinsik yang diduga
berhubungan dengan insiden karsinoma serviks adalah infeksi virus Huma Papilloma Virus
(HPV). Lebih dari 95 % kanker serviks berkaitan erat dengan infeksi HPV ditularkan melalui
aktivitas seksual. HPV tipe resiko rendah (tipe 6 & 11) hampir tak berisiko menjadi Ca
Serviks, tapi menimbulkan genital warts. Infeksi tipe risiko tinggi (tipe 16 & 18) mengarah
pada Ca Serviks (Hartono, 2000).
Faktor risiko kanker leher rahim :
1. Kontak seksual terlalu dini kurang dari umur 15 tahun.
2. Berhubungan seks dengan banyak pasangan atau mempunyai pasangan yg suka
berganti2 pasangan
3. Merokok
Dari berbagai penelitian di negara - negara maju telah di temukan bahan konstituen rokok di
dalam sel - sel epitel leher rahim.
4. Faktor Genetik ( Faktor Keturunan)
Faktor ini sangat memegang peranan seorang bisa mengalami kanker jenis ini atau tidak. Jika
ibu Anda atau saudara perempuan dari pihak ibu atau ayah menderita kanker leher rahim,
maka Anda mempunyai resiko 2x lebih banyak menderita penyakit yang sama
5. Sistem imun yang menurun juga dapat meningkatkan terjadinya kanker
karena kebanyakan wanita yang terinfeksi HPV tidak terkena kanker serviks. Namun, jika
seseorang tekena infeksi HPV dan sistem imunnya menurun akibat keadaan medis lainnya,
maka kecenderungan untuk berkembangnya kanker serviks semakin besar.
6. pencucian vagina dengan antiseptik atau deodoran yang terlalu sering
7. diet tinggi lemak
8. kekurangan vitamin C, asam folat, dan beta karoten
9. personal hygine yang kurang
10. grande multi para
DIAGNOSIS
Jika seseorang mengalami tanda dan gejala kanker serviks atau jika hasil pemeriksaan Pap
Smear memperlihatkan sel kanker, pasien dapat menjalani pemeriksaan lebih lanjut untuk
menegakkan diagnosis. Untuk menegakkan diagnosis, dokter dapat melakukan :
1. Memeriksa serviks. Selama pemeriksaan yang disebut kolposkopi, dokter dapat
menggunakan mikroskop khusus (colposcope) untuk memeriksa serviks dari sel abnormal.
Jika terlihat area yang tidak biasanya, dapat diambil sample sel untuk analisis
(biopsy). Gambar 1. Colposcopy untuk mengambil jaringan yang abnormal
2. Mengambil sample sel serviks. Selama prosedur biopsy dokter mengambil sample
dari sel abnormal dari serviks dengan menggunakan alat khusus. Pada punch out biopsy,
dokter menggunakan pisau sirkuler khusus untuk mengambil sebagian kecil dari
serviks. Biopsi jenis lainnya dapat digunakan tergantung dari lokasi dan ukuran dari area
yang abnormal.
STADIUM
Jika kanker serviks telah ditentukan, maka pasien akan manjalani pemeriksaan lebih jauh lagi
untuk menentukan apakah kanker telah menyebar dan sampai dimana penyebarannya suatu
proses yang disebut stadium kanker. Stadium kanker merupakan faktor kunci yang
menentukan pengobatan. Pemeriksaan untuk menentukan stadium dapat berupa :
· Gambaran Radiologi. Pemerksaan seperti X-Ray, computerized tomography (CT) Scan
atau MRI dapat membantu untuk menentukan apakah kanker telah menyebar disekitar
serviks.
· Pemeriksaan visual pada kandung kemih atau rektal. Dokter dapt menggunakan alat
khusus untuk melihat kandung kemih secara langsung (cystoscopy) dan rektum
(proctoskopi).
Pembagian stadium kanker adalah
ð Stadium 0. Juga dikatakan carcinoma in situ atau kanker noninvasive, kanker dini ini kecil
dan hanya terbatas pada permukaan serviks.
ð Stadium I. Kanker hanya terbatas pada serviks
ð Stadium II. Kanker pada stadium ini termasuk serviks dan uterus, namun belum menyebar
ke dinding pelvis atau bagian bawah vagina..
ð Stadium III. Kanker pada stadium ini telah menyebar dari serviks dan uterus ke dinding
pelvis atau bagian bawah vagina.
ð Stadium IV. Pada stadium ini kanker telah menyebar ke organ terdekat, seperti kandung
kemih atau rectum, atau telah menyebar ke daerah lain didalam tubuh, seperti paru-paru, hati,
atau tulang.
PENATALAKSANAAN
ð Kanker noninvasive, terbatas
Penatalaksanaan kanker serviks yang terbatas hanya pada lapisan luar dari serviks
memerlukan penangan untuk membuang area abnormal. Pada kebanyakan wanita pada situasi
ini, tidak diperlukan penanganan tambahan. Prosedur untuk membuang kanker noninvasif
termasuk :
· Biopsi Cone. Selama operasi ini, dokter menggunakan scalpel untuk mengambil selembar
jaringan serviks berbentuk cone dimana abnormalitas ditemukan.
· Operasi Laser. Operasi ini menggunakan gelombang sempit pada cahaya laser untuk
membunuh sel kanker dan sel pre-kanker.
· Loop electrosurgical excision procedure (LEEP). Teknik ini menggunakan lintasan
kabel untuk memberikan arus listrik, yang memotong seperti pisau bedah , dan mengambil
sel dari mulut serviks.
· Cryosurgery. Teknik yaitu dengan membekukan dan membunuh sel kanker dan
prekanker..
· Hysterectomy. Operasi besar ini termasuk membuang jaringan dari area kanker dan
prekanker, serviks, dan uterus. Hysterectomy biasanya dilakukan pada kasus yang dipilih dari
kasus kanker servikal noninvasif.
ð Kanker invasif
Kanker servikal yang menginvasi lebih dalam dari lapisan luar sel pada serviks disebut
sebagai kanker invasive dan membutuhkan lebih banyk penanganan. Penanganan untuk
kanker serviks bergantung pada beberapa faktor, termasuk stadium kanker, permasalahan
medis lain yang mungkin dimiliki, dan pilihan pasien sendiri. Opsi penatalakasanaan terdiri
dari
1) Operasi.
Operasi untuk mengambil uterus biasanya dilakukan untuk mengatasi stadium dini dari
kanker serviks. Hysterectomy sederhana yaitu dengan membuang jaringan kanker, serviks,
dan uterus. Hysterectomy biasanya pilihan hanya jika kanker dalam stadium yang dini –
Invasi kurang dari 3 milimeter (mm) ke dalam serviks. Hysterectomy radikal – Membuang
serviks, uterus, bagian vagina, dan nodus limfe pada area tersebut – merupakan operasi
standar dimana terdapat invasi lebih besar dari 3 mm kedalam serviks dan tidak ada bukti
adanya tumor pada dinding pelvis.Hysterectoy dapat mengobati kanker serviks stadium dini
dan mencegah kanker kembali lagi, namun membuang uterus membuat pasien tidak mungkin
hamil lagi. Efek samping sementara dari hysterectomy termasuk nyeri pelvis, dan kesulitan
dalam pencernaan, dan urinasi
2) Radiasi.
Terapi radiasi menggunakan energi tinggi untuk membunuh sel kanker. Terapi radiasi dapat
diberikan secara eksternal atau internally (brachytherapy) dengan menempatkan alat diisi
dengan material radioaktif yang akan ditempatkan di serviks. Terapi radiasi sama efektifnya
dengan operasi pada kanker serviks stadium dini. Bagi wanita dengan kanker serviks yang
lebih berat, radiasi merupakan penatalaksaanaan terbaik. Kedua metode terapi radiasi ini
dapat dikombinasi. Terapi radiasi dapat digunakan sendiri, dengan kemoterapi, sebelum
operasi untuk mengecilkan tumor atau setelah operasi untuk membunuh sel kanker lainnya
yang masih hidup. Efek samping dari radiasi terhadap area pelvis termasuk nyeri lambung,
nausea, diare, iritasi kandung kemih, dan penyempitan vagina, dimana akan menyebabkan
hubungan seks lebih sulit dilakukan. Wanita premenopausal dapat berhenti menstruasi
sebagai akibat dari terapi radiasi.
3) Kemoterapi.
Kemoterapi dengan agen tunggal digunakan untuk menangani pasien dengan metastasis
extrapelvis sebagaimana juga digunakan pada tumor rekurren yang sebelum telah ditangani
dengan operasi atau radiasi dan bukan merupakan calon exenterasi. Cisplatin telah menjadi
agen yang paling banyak diteliti dan telah memperlihatkan respon klinis yang paling
konsisten. Walaupun ada beberapa penilitan yang bervariasi, terapi cisplatin agen tunggal
memberikan hasil dengan respon sempurna pada 24% kasus, dengan tambahan 16% dari
terapi ini memperlihatkan respon parsial. Ifosfamide, agen alkylating yang mirip dengan
cyclophosphamide, telah memberikan respon total hingga 29% pada pasien kanker serviks;
namun, efektivitas belum dapat dikonfirmasi oleh semua peneliti. Agen lainnya yang
memberikan paling tidak aktivitas parsial terjadap kanker serviks termasuk carboplatin,
doxorubicin hydrochloride, vinblastine sulfate, vincristine sulfate, 5-fluorouracil,
methotrexate sodium, dan hexamethyl melamine. Kombinasi paling aktif yang digunakan
untuk mengatasi kanker serviks semuanya mengandung cisplatin. Agen tersebut paling sering
digunakan bersama bleomycin, 5-fluorouracil, mitomycin C, methotrexate,
cyclophosphamide, dan doxorubicin. Penelitian National Cancer Institute Gynecologic
Oncology Group sedang dikerjakan untuk membandingkan kemampuan dari berbagai
kombinasi kemoterapi
Efek samping kemoterapi tergantung dari obat yang diberikan namun secara umum dapat
menyebabkan diare, lelah, mual, dan rambut rontok. Beberapa obat kemoterapi dapat
mengakibatkan infertilitas dan menopause dini pada wanita premenopause.
4) Kemoradiasi.
Pemakaian kemoradiasi telah diketahui secara luas memberikan harapan hidup lebih tinggi
dibandingkan pemberian radiasi saja pada penanganan kanker serviks. Kombinasi antara
kemoterapi dan terapi radiasi berdasarkan teori dari pembunuhan sel sinergis – efek
terapeutik dari dua modalitas terapi digunakan bersamaan lebih besar dibandingkan jika 2
modalitas tersebut digunakan tidak bersamaan. Bila dikombinasikan dengan radiasi,
penggunaan mingguan cisplatin mengurangi resiko progresi selama 2 tahun sebesar 43% (
harapan hidup 2 tahun = 70%) untuk stadium II B sampai stadium IV A. Pada keadaan ini,
cisplatin sepertinya bekerja sebagai radiosensitizer, dapat menurunkan kemungkinan dari
rekurensi lokal dan lebih mengurangi jumlah kejadian metastasis jauh.
PENCEGAHAN
Resiko terjadinya kanker serviks dapat dilakukan dengan menghindari infeksi HPV. HPV
menyebar melalui kontak kulit dengan bagian badan yang terinfeksi, tidak hanya dengan
hubungan seks. Menggunakan kondom setiap melakukan hubungan dapat mengurangi resiko
terkena infeksi HPV.
Sebagai tambahan dari penggunaan kondom, cara terbaik untuk mencegah kanker serviks
yaitu :
· Menghindari hubungan sex pada umur muda.
· Memiliki partner seks tunggal
· Menghindari merokok
Vaksniasi HPV. Suatu vaksin baru disebut Gardasil memberikan perlindungan dari tipe HPV
yang paling berbahaya. The national Advisory Committee on Immunization Practices
merekomendasikan vaksinasi pada wanita umur 11 dan 12 tahun, sebagaimanapula pada
wanita umur 13 hingga 26 tahun jika mereka belum menerima vaksin. Vaksin ini paling
efektif diberikan sebelum wanita aktif secara seksual. Vaksin ini diberikan selama tiga kali.
Penyuntikan kedua berselang dua bulan sejak vaksin pertama diberikan dan vaksin ketiga
disuntikkan pada bulan keenam. Dosis vaksin 0,5 cc disuntikkan intra muscular pada lengan
atas.
Walaupun vaksin dapat mencegah hingga 70 % kasus kanker serviks, vaksin ini tidak dapat
mencegah infeksi dari virus lain yang dapat juga menyebabkan kanker serviks selain itu
membutuhkan biaya yang mahal Rp 4 juta untuk tiga dosis tersebut. Pap Smear secara rutin
untuk skrining kanker serviks lah yang paling penting.
Pemeriksaan Pap Rutin. Pemeriksaan Pap Smear secara rutin adalah cara paling efektif
untuk mendeteksi kanker serviks pada stadium yang lebih dini. Panduan jadwal Pap rutin
adalah sebagai berikut :
· Pap Smear pertama dilakukan pada 3 tahun pertama setelah hubungan sex pertama atau
pada umur 21 tahun (lakukan yang mana terjadi duluan)
· Dari umur 21 hingga 29 tahun, lakukan pemeriksaan Pap rutin setiap satu atau 2 tahun
sekali.
· Dari umur 30 hingga 69 tahun, Pemeriksaan Pap setiap 2 atau 3 tahun jika pasien memiliki
3 kali berurutan pemeriksaan Pap yang normal.
· Umur 70 keatas, jika 3 pemeriksaan Pap Smear negative maka Pap smear sudah dapat
dihentikan.
DAFTAR PUSTAKA
Hartono, Poedjo (2000). Kanker Serviks & Masalah Skrinning di Indonesia. Kursus pada Pra
Kongres KOGI I & Pasar Mimbar. Volume 5 No.2
Mansyur, A., (2005). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta:Media Aesculapius
Neville, Hacker (2001). Esensial Obstetri & Ginekologi Edisi 2.Jakarta: Hipokrates
Rasjidi, Imam (2007). Panduan Penatalaksanaan Kanker Ginekologi. Jakarta:EGC
Sarwono (2002). Ilmu Kandungan.Jakarta:Yayasan bina Pustaka
------------- (2008) Vaksin HPV Cegah Kanker Serviks Sejak Dini
-------------- (2003). Vaksin HPV dengan Ajuvan Inovatif
ASO4.www.situs.kesrepro.info/aging