Anda di halaman 1dari 16

SATUAN ACARA PENYULUHAN

DETEKSI DINI KANKER SERVIKS DAN KANKER


PAYUDARA MELALUI IVA DAN SADARI

Oleh:
Mahasiswa Profesi Universitas Airlangga

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN KEBIDANAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2019
SATUAN ACARA PENYULUHAN
DETEKS DINI KANKER SERVIKS DAN KANKER PAYUDARA
MELALUI IVA DAN SADARI

A. Identitas Penyuluhan
1 Pokok bahasan : Deteksi dini kanker serviks dan kanker payudara
2 Sasaran : Wanita usia subur

3 Hari, Tanggal : Selasa, 24 september 2019


4 Waktu : 30 menit
5 Tempat : Taman di pantai kenjeran
:

6 Tujuan : PUS mengetahui pentingnya deteksi dini kanker


serviks dan kanker payudara melalui IVA dan
: SADARI

7 Media dan Metode Leaflet, LCD, microphone, soundsystem dengan


metode ceramah tanya jawab
8 Materi a. Pengertian IVA dan SADARI
b. Tujuan IVA dan SADARI
c. Waktu Pelaksanaan IVA dan SADARI
d. Prosedur Tindakan IVA dan SADARI

B. Kegiatan dan Penyuluhan


KEGIATAN KEGIATAN
NO KEGIATAN WAKTU MEDIA
PENYULUHAN SASARAN

1. Mengucapkan 1. Menjawab salam

salam
1 Pembukaan 5 menit 2. Menyampaikan 2. Mendengarkan

tujuan penyuluhan
3. Menentukan 3. Menyepakati
kontrak waktu kontrak waktu
penyuluhan
Leaftlet,
Menyimak dengan microphone,
2 Penyuluhan 15 menit Menyampaikan materi
baik sound
system
1. Berdiskusi dengan 1. Audience bertanya
audience melalui
tanya jawab
2. Memberikan 2. Menyimak
feedback dan
menjawab
pertanyaan
3 Penutup 10 menit
3. Evaluasi melalui 3. Menjawab
pertanyaan pertanyaan
4. Menyampaikan
simpulan 4. Mendengarkan
5. Mengucapkan
terimakasih dan 5. Menjawab salam
salam

C. Pengorganisasian
1. Pembawa acara : Riza Nuria Ulfa
2. Pembicara : Riza Nuria Ulfa
3. Fasilitator : Sopiatun Nadariah
4. Observer : Sopiatun Nadariah
D. Kriteria Evaluasi
1. Struktur
 Pembagian tanggung jawab dengan membentuk kepanitiaan untuk
terselenggaranya acara
 Membuat Proposal kegiatan yang di konsulkan kepada pembimbing klinik
maupun akademik.
 Melakukan koordinasi dengan ketua kader
 Kesiapan sarana dan prasarana
 Tersedianya proyektor, LCD, leaflet dan meja untuk konsumsi
 Pengorganisasian penyelenggaran penyuluhan dilakukan sebelumnya
 Job description sesuai dengan pengorganisasian.

2. Proses
 Kegiatan dimulai sesuai dengan waktu yang direncanakan 18.30 WIB -
Selesai
 Tim bekerja sesuai dengan pengorganisasian
 Suasana penyuluhan tertib

3 Hasil
 Peserta datang tepat waktu
 Peserta mampu mempraktekkan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI)
 Pengetahuan tentang deteksi dini kanker payudara dan deteksi dini kanker
serviks meningkat
 Peserta yang hadir minimal 50% dari target
 Peserta yang mendaftarkan diri untuk pemeriksaan IVA minimal 25% dari
peserta yang hadir
MODUL PENYULUHAN
DETEKS DINI KANKER SERVIKS DAN KANKER PAYUDARA
MELALUI IVA DAN SADARI

A. IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat)


Penyakit kanker serviks merupakan penyakit kanker penyebab kematian
tertinggi di Indonesia. Berdasarkan data riset kesehatan daerah dasar
(RISKESDES) tahun 2013, presentase kejadian kanker serviks sebesar 0,8‰
yaitu sebesar 98.692 jiwa (Depkes RI, 2015). Kanker serviks merupakan
kanker yang terjadi pada serviks uterus, suatu daerah pada organ reproduksi
wanita yg merupakan pintu masuk ke arah rahim yang terletak antara uterus
(rahim) dengan vagina. Penyebab langsung dari kanker serviks belum
diketahui. Faktor ekstrinsik yang diduga berhubungan dengan insiden kanker
serviks adalah infeksi virus Human Papilloma Virus (HPV). Lebih dari 95%
kanker serviks berkaitan erat dengan infeksi HPV ditularkan melalui aktivitas
seksual. HPV tipe resiko rendah (tipe 6 & 11) hampir tak berisiko menjadi
Ca Serviks, tapi menimbulkan genital warts. Infeksi tipe risiko tinggi (tipe 16
& 18) mengarah pada Kanker Serviks (Hartono, 2000).
Faktor risiko kanker serviks adalah kontak seksual terlalu dini kurang
dari umur 15 tahun, berhubungan seks dengan banyak pasangan atau
mempunyai pasangan yg suka berganti2 pasangan, merokok, faktor genetik
(faktor keturunan), pencucian vagina dengan antiseptik. Kanker serviks dini
biasanya tidak memberikan gejala dan tanda. Semakin kanker berkembang,
semakin terlihatlah tanda dan gejala dari kanker serviks. Gejala tersebut dapat
berupa perdarahan vagina setelah berhubungan seks, pengeluaran cairan dari
vagina yang encer disertai darah yang banyak dan keputihan yang memiliki
bau yang busuk, warna kuning sampai hijau, serta nyeri pinggang atau nyeri
pada saat hubungan seks (Neville, 2001).
Risiko terjadinya kanker serviks dapat dilakukan dengan menghindari
infeksi HPV. HPV menyebar melalui kontak kulit dengan bagian badan yang
terinfeksi, tidak hanya dengan hubungan seks. Menggunakan kondom setiap
melakukan hubungan dapat mengurangi resiko terkena infeksi HPV. Sebagai
tambahan dari penggunaan kondom, cara terbaik untuk mencegah kanker
serviks yaitu menghindari hubungan seks pada umur muda, memiliki
pasangan seks tunggal, menghindari rokok, serta melakukan skrining IVA
untuk mendeteksi adanya lesi prakanker (Rasjidi, 2007).
1. Pengertian IVA
IVA atau Inspeksi Visual Asam Asetat merupakan salah satu dari
beberapa deteksi dini kanker serviks (papsmear, VILI, genotyping) yang
paling efesien untuk dilakukan (Kemenkes, 2015). IVA adalah
pemeriksaan serviks secara visual menggunakan asam cuka dengan mata
telanjang untuk mendeteksi abnormalitas setelah pengolesan asam cuka
3-5% (Depkes RI, 2007).
2. Tujuan IVA
Tujuannya adalah untuk melihat adanya sel yang mengalami displasia
sebagai salah satu metode skrining kanker mulut rahim. IVA tidak
direkomendasikan pada wanita pasca menopause, karena daerah zona
transisional seringkali terletak di kanalis servikalis dan tidak tampak
dengan pemeriksaan inspekulo (Rasjidi, 2008).
3. Keunggulan IVA
Adapun kelebihan dari metode IVA, antara lain:
a) Mudah, praktis, sederhana, dan murah
b) Sensitivitas dan sensitifitas cukup tinggi
c) Dapat dilaksanakan oleh tenaga kesehatan bukan dokter ginekologi,
dan
d) dapat dilakukan oleh bidan ataupun tenaga medis terlatih
4. Sasaran IVA
Depkes RI, 2007 mengindikasikan skrining deteksi dini kanker serviks
dilakukan pada kelompok berikut ini :
a) Setiap perempuan yang berusia antara 25-35 tahun, yang belum
pernah menjalani tes sebelumnya, atau pernah menjalani tes 3 tahun
sebelumnya atau lebih.
b) Perempuan yang ditemukan lesi abnormal pada pemeriksaan tes
sebelumnya.
c) Perempuan yang mengalami perdarahan abnormal pervaginam,
perdarahan pasca sanggama atau perdarahan pasca menopause atau
mengalami tanda dan gejala abnormal lainnya.
d) Perempuan yang ditemukan ketidaknormalan pada serviksnya.
Sedangkan untuk interval skrining, (Depkes RI, 2007)
merekomendasikan:
i. Bila skrining hanya mungkin dilakukan 1 kali seumur hidup maka
sebaiknya dilakukan pada perempuan antara usia 35 – 45 tahun.
ii. Untuk perempuan usia 25-45 tahun, bila sumber daya
memungkinkan, skrining hendaknya dilakukan tiap 3 tahun sekali.
iii. Untuk usia diatas 50 tahun, cukup dilakukan 5 tahun sekali.
iv. Bila 2 kali berturut-turut hasil skrining sebelumnya negatif,
perempuan usia diatas 65 tahun, tidak perlu menjalani skrining.
v. Interval pemeriksaan IVA adalah 5 tahun sekali. Jika hasil
pemeriksaan negatif maka dilakukan ulangan 5 tahun dan jika
hasilnya positif maka dilakukan ulangan 1 tahun kemudian
Menurut Yayasan Kanker Indonesia (YKI) Jatim (2012), adapun syarat--
syarat untuk dilakukannya tes IVA, antara lain:
a) Sudah pernah melakukan pengaruh seksual
b) Tidak sedang datang bulan/haid
c) Tidak sedang hamil
d) 24 jam sebelumnya tidak melakukan pengaruh seksual
5. Prosedur Tindakan
Adapun tindakan pemeriksaan IVA, yakni (Rasjidi I, 2008):
a) Yakinkan pasien telah memahami dan menandatangani informed
concent
b) Pemeriksaan menggunakan spekulum untuk memeriksa secara
umum meliputi dinding vagina, serviks, dan fornik
c) Posisikan klien dalam posisi litotomi (berbaring dengan dengkul
ditekuk dan kaki melebar)
d) Pasang cocor bebek/speculum yang sudah disterilisasi dengan air
hangat. Masukkan ke vagina secara tertutup, lalu dibuka untuk
melihat rahim.
e) Siapkan penerangan lampu 100 watt untuk memeriksa
menampakkan serviks untuk mengenali tiga hal yaitu curiga kanker,
curiga infeksi, serviks normal dengan daerah transformasi yang
dapat atau tidak dapat ditampakkan.
f) Bila terdapat banyak cairan di leher rahim, dipakai kapas steril basah
untuk menyerapnya.
g) Pulas serviks dengan kapas yang telah dicelupkan dalam asam asetat
3-5% secara merata. Pemberian asam asetat akan mempengaruhi
epitel normal, bahkan akan meningkatkan osmolaritas cairan
ekstraseluler. Cairan ekstraseluler ini bersifat hipertonik akan
menarik cairan dari intraseluler sehingga membran akan kolaps dan
jarak antar sel akan semakin dekat. Setelah minimal 1 menit, sebagai
akibatnya, jika permukaan epitel mendapat sinar, sinar tersebut tidak
akan diteruskan ke stroma, tetapi dipantulkan keluar sehingga
permukaan epitel abnormal akan berwarna putih, yang disebut epitel
putih/acetowhite (Nuranna et al, 2008).
6. Kategori IVA
Menurut (Sukaca E. Bertiani, 2009), ada beberapa kategori yang dapat
dipergunakan, salah satu kategori yang dapat dipergunakan adalah:
a) IVA negatif = menunjukkan leher rahim normal.
b) IVA radang = Serviks dengan radang (servisitis), atau kelainan jinak
lainnya (polip serviks).
c) IVA positif = ditemukan bercak putih (aceto white epithelium).
Kelompok ini yang menjadi sasaran temuan skrining kanker serviks
dengan metode IVA karena temuan ini mengarah pada diagnosis
Serviks-pra kanker (dispalsia ringan-sedang-berat atau kanker
serviks in situ).
d) IVA-Kanker serviks = Pada tahap ini pun, untuk upaya penurunan
temuan stadium kanker serviks, masih akan bermanfaat bagi
penurunan kematian akibat kanker serviks bila ditemukan masih
pada stadium invasif dini (stadium IB-IIA).

7. Follow Up IVA

Sumber: Kemenkes, 2010.

B. SADARI
Penyakit kanker merupakan salah satu penyebab kematian utama di seluruh
dunia. Kanker adalah pertumbuhan yang tidak normal dari sel-sel jaringan
tubuh yang berubah menjadi ganas. Saat ini, kanker payudara merupakan
salah satu jenis kanker terbanyak di Indonesia. Kanker payudara adalah tumor
ganas yang tumbuh di dalam jaringan payudara. Kanker bisa tumbuh di dalam
kelenjar susu, saluran susu, jaringan lemak, maupun jaringan ikat pada
payudara (Azis et al, 2013). Penyebab kanker payudara tidak diketahui
dengan pasti. Namun beberapa faktor resiko pada pasien diduga berhubungan
dengan kejadian kanker payudara, yaitu masa reproduksi yang relatif panjang,
wanita yang belum mempunyai anak, wanita gemuk, preparat hormon
esterogen, faktor genetika, radikal bebas (Rasjidi, 2010). Kesadaran akan
pentingnya deteksi dini kanker payudara merupakan salah satu cara
pengendalian kanker payudara. Ketika kanker payudara terdeteksi dini,
ditunjang diagnosis serta pengobatan yang memadai, akan ada kesempatan
untuk disembuhkan dari kanker payudara.

Tanda dan gejala kanker payudara adalah sebagai berikut adanya


benjolan di payudara, rasa sakit di ketiak atau payudara yang tampaknya tidak
terkait dengan periode menstruasi, kemerahan pada kulit payudara (terkadang
seperti kulit jeruk), ruam di sekitar (atau diatas) salah satu putting,
pembengkakan (benjolan) di salah satu ketiak, penebalan sebuah area dari
jaringan di payudara, perubahan pada puting susu seperti gatal, terasa
terbakar, dan tertarik ke dalam (retraksi) (YKPI, 2013).
Untuk pencegahan kanker payudara dapat dilakukan dengan menjaga
berat badan, hindari alkohol, mengkonsumsi buah-buahan dan sayuran,
berolahraga secara teratur, kurangi lemak, konsumsi karbohidrat sesuai porsi,
minimalkan paparan estrogen farmakologis dan xeno-estrogen, berpikir
positif, tidak merokok, serta rutin melakukan deteksi dini pra kanker melalui
SADARI.
Setelah dilakukan pemeriksaan SADARI ditemukan tanda-tanda kanker
payudara, selanjutnya dilakukan pemeriksaan laboratotium darah rutin dan
pemeriksaan kimian darah sesuai dengan perkiraan metastasis. Pemeriksaan
lanjutan kanker payudara antara lain: Mamografi payudara, USG payudara,
MRI (Magnetic Resonance Imaging) dan CT-SCAN.
Pemeriksaan dan pengobatan kanker payudara terdiri dari
1. Pengertian SADARI
SADARI adalah pemeriksaan payudara sendiri yang bertujuan untuk
mengetahui ada tidaknya kanker payudara pada wanita. Pemeriksaan ini
dilakukan dengan menggunakan cermin dan dilakukan oleh wanita yang
berumur 20 tahun ke atas. Indikasi utama SADARI adalah untuk
mendeteksi terjadinya kanker payudara dengan mengamati payudara dari
depan, sisi kiri dan sisi kanan, apakah ada benjolan, perubahan warna
kulit, puting bersisik dan pengeluaran cairan atau nanah dan darah (Olfah
dkk, 2013).
2. Tujuan
Menurut Nisman (2011) tujuan SADARI sangat perlu dilakukan dengan
bertujuan mengurangi kejadian kanker payudara sebagai berikut.
a. SADARI hanya mendeteksi secara dini kanker payudara, bukan
untuk mencegah kanker payudara. Dengan adanya deteksi dini maka
kanker payudara dapat terdeteksi pada stadium awal sehingga
pengobatan dini akan memperpanjang harapan hidup penderita
kanker payudara.
b. Menurunkan angka kematian penderita karena kanker yang
ditemukan pada stadium awal akan memberikan harapan hidup lebih
lama.
3. Cara Melakukan SADARI
Menurut Bustan (2007) dan Purnomo (2009) langkah-langkah tahapan
pemeriksaan payudara sendiri dapat dilakuakan berbagai macam semasa
mandi, berdiri di hadapan cermin dan berbaring tempat tidur supaya
membuat kenyamanan anda untuk melakukan SADARI. Berdasarkan
Kemenkes (2016) SADARI dilakukan pada hari ke 7-10 setelah
menstruasi setiap bulan, untuk mengurangi kematian akibat kanker
payudara karena terlambat mendeteksi dini kanker payudara yaitu
sebagai berikut :
a. Semasa Mandi
Angkat sebelah tangan. Dengan menggunakan satu jari, gerakkan
secara mendatar perlahan-lahan ke serata tempat bagi setiap
payudara. Gunakan tangan kanan untuk memeriksa payuadara
sebelah kiri dan tangan kiri untuk memeriksa payuadara kanan.
Periksa dan cari bila terdapat gumpalan/ kebetulan keras, menebal di
payudara.
b. Berdiri di hadapan cermin
Dengan mengangkat kedua tangan ke atas kepala, putar-putar tubuh
perlahan-lahan dari sisi kanan ke sisi kiri. Cetak pinggang nda, tekan
turun perlahan-lahan ke bawah untuk menegangkan otot dada dan
menolak payudara ke hadapan. Perhatikan dengan teliti segala
perubahan seperti besar, bentuk dan kontur setiap payudara. Lihat
pula jika terdapat kekakuan, lekukan atau puting tersorot ke dalam.
Dengan perlahan-lahan, picit kedua puting dan perhatikan jika
terdapat cairan keluar. Periksa lanjut apa cairan itu kelihatan jernih
atau mengandungi darah.
c. Berbaring
Untuk memeriksa payudara sebelah kanan, letakkan bantal di bawah
bahu kanan dan tangan kanan diletakkan di belakang kepala. Tekan
jari mendatar dan bergerak perlahan-lahan dalam bentuk bulatan
kecil, bermula dari bagian pangkal payuadara. Selepas satu putaran,
jari digerakkan 1 inci (2.5 cm) ke arah puting. Lakukan putaran
untuk memeriksa setiap bagian payudara termasuk puting. Ulangi hal
yang sama pada payudara sebelah kiri dengan meletakkan bantal di
bawah bahu kiri dan tangan kiri diletakkan di belakang kepala. Coba
rasakan sama ada terdapat sebarang gumpalan di bawah dan di
sepanjang atas tulang selangka.
4. Langkah-langkah SADARI
Menurut Nisman (2011), Mulyani (2013), Bustan (2007), Sitorus (2006),
Proverawati (2010) dan Olfah dkk (2013) deteksi dini kanker payudara
dapat dilakukan pemeriksaan payudara sendiri. Waktu yang tepat untuk
periksa payudara sendiri adalah satu minggu setelah selesai haid. Jika
siklus haid telah berhenti, maka sebaiknya dilakukan periksa payudara
sendiri pada waktu yang sama setiap bulannya dan waktu yang
dibutuhkan untuk melakukannya tidak lebih dari 5 menit. Terbukti 95%
wanita yang terdiagnosis pada tahap awal kanker payudara dapat
bertahan hidup lebih dari lima tahun setelah terdiagnosis sehingga
banyak dokter yang merekomendasikan agar para wanita menjalani
SADARI (periksa payudara sendiri) pada saat menstruasi, pada hari ke 7
sampai dengan hari ke 10 setelah hari pertama haid di rumah secara rutin
dan menyarankan dilakukannya pemeriksaan rutin tahunan untuk
mendeteksi benjolan pada payudara. Pemeriksaan payudara sendiri dapat
dilakukan pada usia 20 tahun kurang atau lebih.

a. Langkah 1:
Mulai dengan melihat payudara dicermin dengan posisi pundak tegap
dan kedua tangan dipinggang. Lihat:
1) Payudara,dari ukuran,bentuk,dan warna yang biasa diketahui.
2) Payudara dengan bentuk sempurna tanpa perubahan bentuk dan
pembengkakan.
Jika melihat perubahan berikut ini,segera ke dokter untuk
berkonsultasi:
1) Kulit mengkerut,terjadi lipatan,ada tonjolan.
2) Putting berubah posisi biasanya seperti tertarik ke dalam.
3) Kemerahan nyeri ,ruam-ruam, atau bengkak.
b. Langkah 2:
Angkat tangan dan amati jika ada perubahan-perubahan yang telah
disebut pada langkah pertama.
c. Langkah 3:
Saat bercermin, cermati apakah ada cairan yang keluar dari kedua
putting (baik itu cairan bening, seperti susu, berwarna kuning, atau
bercampur darah).
d. Langkah 4:
Rasakan payudara dengan cara berbaring. Gunakan tangan kanan
untuk merasakan payudara kiri, begitu sebaliknya. Gunakan pijatan
pelan namun mantap (tapi bukan keras) dengan tiga ujung anda
(telunjuk, tengah, dan manis). Jaga posisi ujung jari datar terhadap
permukaan payudara. Gunakan gerakan memutar, sekali putaran
mencakup seperempat bagian payudara.
Pijat seluruh payudara dari atas sampai bawah, kiri kanan,dari tulang
pundak sampai bagian atas perut dan dari ketiak sampai belahan
payudara.
Buat pola memutar untuk memastikan sudah memijat seluruh
payudara. Mulai dari puting, buat gerakan memutar semakin lama
semakin besar sampai mencapai bagian tepi payudara.
Bisa juga dengan gerakan naik turun. Gerakan ini bagi sebagian
besar perempuan diangap lebih efektif. Pastikan merakan seluruh
jaringan payudara dari depan (puting) sampai bagian belakang.
Gunakan pijatan ringan untuk kulit dan jaringan tepat dibawah kulit,
pijatan sedang untuk bagian tengah payudara, dan pijatan kuat untuk
jaringan bagian dalam. Saat mencapai jaringan bagian dalam, harus
dapat merasakan tulang iga.

e. Langkah 5:
Terakhir, rasakan payudara saat berdiri atau duduk. Atau saat mandi
karena bagi sebagian perempuan, mereka merasa lebih mudah
memijat saat kulit payudara dalam keadaan basah dan licin. Lakukan
dengan gerakan yang sama seperti pada langkah 4.
DAFTAR PUSTAKA

Azis, M. Farid et al. 2013. Buku Acuan Untuk Dokter dan Bidan Untuk Gerakan
Nasional Peduli dan Cegah Kanker Serviks.Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.
Bustan, M.N. 2007. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta: Rineka Cipta.
Hartono, P. 2000. Kanker Serviks & Masalah Skrinning di Indonesia. Kursus
pada Pra Kongres KOGI I & Pasar Mimbar Vol. 5 No.2.
Kemenkes. 2015. Deteksi Dini Kanker Serviks. (online). Diakses pada 29 Mei
2018. Tersedia dalam http://kanker.kemkes.go.id/guidelines/PPKServiks.pdf.
Neville, H. 2001. Esensial Obstetri & Ginekologi Edisi 2. Jakarta: Hipokrates.
Nisman, W. A. 2011. Lima menit kenali payudara anda. Yogyakarta: CV. Andi
Offset.
Olfah,Y dkk. 2013. Kanker Payudara Dan Sadari. Yogyakarta: Nuha Medika.
Rasjidi, I. 2007. Panduan Penatalaksanaan Kanker Ginekologi. Jakarta: EGC.
Rasjidi, I. 2010. Epidemiologi Kanker pada Wanita. Jakarta: Sagung Seto.
Yayasan Kanker Payudara Indonesia (YKPI. 2013. Tanda dan Gejala Kanker
Payudara. (online). Diakes pada 30 Mei 2018. tersedia dalam http://pitapink-
ykpi.or.id/blockquote-post/.

Anda mungkin juga menyukai