Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

JUDUL PROGRAM
POTENSI LECTIN DARI ALGA EUCHEUMA SERRA (ESA) SEBAGAI
IMUNOMODULATOR UDANG VANAME (LITOPENAEUS
VANNAMEI) DALAM UPAYA PENANGGULANGAN PENYAKIT
UDANG DI INDONESIA

BIDANG KEGIATAN:
PKM-PENELITIAN

Diusulkan oleh:

Shobrina Silmi Q. T Ketua NIM 141311133050 Angkatan 2013


Fariz Kukuh Harwinda Anggota NIM 141311133135 Angkatan 2013
Sri Umida Setyaningsih Anggota NIM 141411133117 Angkatan 2014
Merdeka Agus Saputra Anggota NIM 141111008 Angkatan 2011
Kartiko Arif Purnomo Anggota NIM 051111086 Angkatan 2011

UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2015

i
ABSTRAK

Udang vaname merupakan salah satu komoditas perikanan yang diminati


masyarakat dan memiliki harga pasar yang tinggi. Dirjen perikanan
mengharapkan budidaya udang tambak dapat menyumbang lebih dari 67%
pendapatan sektor perikanan. Pencapaian produksi udang hingga kini terjadi
penurunan produksi. Produksi udang vaname dari 209.648 ton pada tahun 2008
menjadi 170.969 ton pada tahun 2009. Penurunan produksi ini diakibatkan oleh
infeksi berbagai macam penyakit yang meliputi bakteri, virus dan parasit. Solusi
alternatif yang diberikan yaitu dengan menggunakan bahan aktif yang berupa lectin
dari Eucheuma serra (ESA) yang berfungsi sebagai immunomodulator yang
dapat meningkatkan sistem imun udang vaname.
Penilitian ini sendiri bertujuan untuk mengetahui pengaruh dan dosis
optimum dari lectin dari E. serra terhadap total hemocyte count (THC). Total
hemocyte count merupakan parameter utama sistem imun pada udang. Penelitian
ini diharapkan dapat memberikan solusi dalam penanggulan infeksi penyakit pada
udang vaname.
Metode penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan lima
perlakuan yaitu 2 ppm, 4 ppm, 6 ppm, 8 ppm dan 10 ppm serta satu kontrol.
Pengambilan dan penghitungan hemosit dilakukan pada hari ke-0 (sebelum
perlakuan) dan hari ke-6 (setelah perlakuan).
Hasil perlakuan menunjukkan bahwa peningkatan hemosit tertinggi terdapat pada
perlakuan dosis 8 ppm dengan rata-rata sebesar 18, 45 juta sel/ml, sedangkan
peningkatan hemosit terendah terdapat pada kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa
lectin dari E. serra dapat dijadikan imunomodulator untuk udang vaname di
Indonesia. Saran yang diperlukan untuk penelitian selanjutnya adalah perlu
dilakukan uji patogenesis secara invitro terhadap penyakit vibrio dan uji
histopatologis udang vaname yang diberi perlakuan lectin dari E. serra. Rencana
tahapan selanjutnya yaitu dengan publikasi pada tingkatan internasional serta
dipatenkan sebagai produk imunomodulator udang di Indonesia. Beberapa
program keilmuan internasional yang akan diikuti seperti
International Fisheries and Symposium di Penang Malaysia, November 2015,
Tropical Marine Ecology Workshop di Rajamangala University of Technology
Srivijaya, Thailand 21 Juni- 1 Juli 2015, dan Food, Water and Energy Nexus
di National University of Singapore 6-12 Juli 2015 serta International
Scientific Student in Wageningen University dan OMICS
Aquaculture and Fisheries 2015 serta Olimpiade Karya Tulis (OKTI) 2015 di
Paris, Perancis (27-29 November 2015). Potensi khusus dari penelitian ini adalah
meningkatkan nilai manfaat E. serra, memberikan alternatif penanggulan
penyakit udang bagi pembudidaya udang vanamei, sebagai informasi terbaru yang
dapat dikembangkan secara ilmiah dan membantu pemerintah dalam meningkatkan
kualitas udang di Indonesia sehingga tercapai produktifitas udang yang
diharapkan.

Kata kunci: Eucheuma serra, Udang Vaname, Lectin dan Total Hemocyte Count,

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ......................................................................................... i


HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. ii
RINGKASAN ....................................................................................................... vi
DAFTAR ISI ........................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL .................................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... vi

BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 1
1.3 Tujuan......................................................................................................... 2
1.4 Kegunaan Program ..................................................................................... 2
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 2
BAB 3. METODE PENELITIAN ........................................................................ 3
3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan ................................................................ 3
3.2 Variabel Penelitian ..................................................................................... 3
3.3 Kerangka Konseptua dan Operasional ....................................................... 4
3.4 Hipotesis ..................................................................................................... 4
BAB 4. HASIL DAN POTENSI KHUSUS.......................................................... 6
BAB 5. KESIMPULAN ........................................................................................ 8
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 10
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1. Analisis Data ............................................................................. 11
Lampiran 2. Penggunaan dana ....................................................................... 13
Lampiran 3. Bukti – Bukti Pendukung Kegiatan ........................................... 17
Lampiran 4. Rancangan Percobaan dan Diagram Alur Penelitian ................ 19
Lampiran 5. Isolasi lectin Eucheuma serra ................................................... 19
Lampiran 6. Pembuatan Larutan Injeksi lectin Eucheuma serra ................... 20
Lampiran 7. Parameter Kualitas Air .............................................................. 21
Lampiran 8. Kelulushidupan udang vaname ................................................. 22

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Sidik Ragam......................... ................................................... .....11


Tabel 2. Penghitungan Jarak Berganda Duncan ........................................ 12
Tabel 3. Perbandingan hasil ortogonal dan polinomial......... .................... 12
Tabel 4. Pengukuran parameter kualitas air ............................................... 21

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.Skema Kerangka Konseptual .......................................................... 4


Gambar 2. Skema Kerangka Operasional ....................................................... 4
Gambar 3. Absorbansi Albumin ...................................................................... 5
Gambar 4. Grafik Penghitungan THC ............................................................. 6
Gambar 5. Grafik Tingkat Kelulushidupan Udang Vaname ......................... 22

vi
1

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Udang vaname merupakan salah satu komoditas perikanan yang diminati
masyarakat dan memiliki harga pasar yang tinggi (Nur’aini dkk., 2007 dalam Putri
dkk., 2013). Dirjen perikanan mengharapkan budidaya udang tambak dapat
menyumbang lebih dari 67% pendapatan sektor perikanan. Pencapaian produksi
udang mengalami penurunan produksi yaitu pada tahun 2008 sebesar 209.648 ton
menjadi 170.969 ton pada tahun 2009 (FAO, 2010). Hal ini salah satunya
disebabkan oleh penyakit udang seperti penyakit vibriosis yang disebabkan oleh
beberapa bakteri, seperti Vibrio harveyii, V. alginolyticus, dan V. parahaemolyticus
(Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2010). Rukiani (2000) dalam Alifudin
(2003) menambahkan juga bahwa penurunan produksi udang diakibatkan oleh
infeksi WSSV (White Spot Syndrome Virus). Ini didukung juga oleh Septiani
(2011) yang menyatakan peningkatan mortalitas juga disebabkan oleh IMNV
(Infectious Myonecrosis Virus).
Menurut FAO (2010), Indonesia merupakan salah satu produsen alga merah
(Eucheuma spp.) yang produktivitas setiap tahunnya meningkat. Salah satu alga
merah yang dihasilkan adalah Eucheuma serra. E. serra memiliki berbagai
kandungan mineral seperti protein sebanyak kurang lebih 1250 mg dan
glikoprotein sebanyak kurang lebih 257 mg dari ekstrasi 100 g E. serra yang
sebagian besar protein (80%) terbentuk dari lectin (Kawakubo et al., 1997). Ini juga
didukung oleh (Teixeira et al., 2012) yang menyatakan bahwa lectin dari E. serra
merupakan salah satu bahan herbal yang berfungsi sebagai immunomodulator
yang bisa diaplikasikan dalam berbagai masalah kesehatan dan masalah biologi.
Hal tersebut telah terbukti dengan munculnya aktivitas antibiotik pada lectin, yang
mampu menghambat V. vulnificus yang merupakan salah satu patogen ikan (Liao
et al., 2003)
Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui potensi
lectin dari E. serra sebagai imunomodulator dalam meningkatkan sistem imun
pada udang dengan parameter utamanya yaitu total hemocyte count. Oleh karena
itu, diharapkan udang vaname yang dihasilkan dapat tahan terhadap serangan
penyakit, sehingga produktivitas udang vaname dapat meningkat.

1.2 Rumusan masalah


Berdasarkan latar belakang permasalahan, maka rumusan masalah sebagai
berikut :
1. Apakah lectin dari E. serra dapat meningkatkan total hemocyte count (THC)
pada udang vaname?
2

2. Berapa dosis optimum pemberian lectin dari E. serra yang dapat


meningkatkan total hemocyte count (THC) pada udang vaname ?
1.3 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk :
1. Mengetahui pengaruh lectin dari E. serra terhadap peningkatkan total
hemocyte count (THC) pada udang vaname.
2. Mengetahui dosis optimum pemberian lectin dari E. Serra yang dapat
meningkatkan total hemocyte count (THC) pada udang vaname.

1.4 Kegunaan program


Adapun kegunaan dari program yang akan dilaksanakan yaitu sebagai
berikut:
1. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang kegunaan lectin dari E.
serra yang dapat diaplikasikan sebagai imunomodulator pada udang
vaname.
2. Meningkatkan nilai guna dari produktivitas E. serra di Indonesia.
3. Meningkatkan sistem imun pada udang vaname sehingga mampu bertahan
terhadap berbagai serangan penyakit.
4. Memberikan solusi alternatif dalam penanggulangan penyakit pada udang
vaname di Indonesia.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sistem imunitas udang vaname (Litopenaeus vannamei)


Hemosit krustasea memiliki perananan dalam respon imun seperti
mengenali agen asing, fagositosis, melanisasi, sitotosiksitas, dan komunikasi sel.
Hemosit dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis yaitu hyaline cells, semigranular
cells dan granular cells pada krustasea decapods terutama krustasea yang memiliki
granula sitoplasmik (Yeh et al., 2008). Prinsip dari pemberian immunostimulan
adalah untuk meningkatkan aktivitas dan reaktivitas pertahanan, baik humoral
maupun seluler karena dapat meningkatkan aktivitas fagositik dari sel hemosit.
Hemosit merupakan faktor yang berperan penting dalam pertahanan seluler non-
spesifik (Kanagu et al., 2010).
Pemanfaatan immunostimulan sendiri dapat mengoptimalkan produksi
budidaya melalui peningkatan ketahanan tubuh udang vaname atau ikan terhadap
infeksi (Alifuddin dkk., 2002). Krustasea, khususnya udang, memiliki mekanisme
spesifik untuk mendeteksi senyawa-senyawa asing, dengan mengenali karakteristik
senyawa seperti lipopolisakarida (LPS) dan β-glucan yang terdapat pada bakteri
dan fungi. Pada udang, komponen microbial ini dapat mengaktifkan 3

fungsi pertahanan seluler seperti fagositosis, melanisasi, enkapsulasi, dan koagulasi


(Chanratchakool dan Limsuwan, 1998 dalam Fadli, 2000).
2.2 Eucheuma serra.
Eucheuma serra termasuk filum Rhodophyceae (alga merah) yang memiliki
bentuk tubuh yang memanjang seperti akar tunggang namun lebih bercabang.
Spesies ini memiliki sumbu berbentuk silinder memanjang, berwana merah, dan
memiliki tinggi sekitar 2-15 cm. Eucheuma serra dikenal luas di daerah tropis dan
subtropis di Lautan Hindia dan Pasifik.

2.3 Lectin dari Eucheuma serra


Eucheuma serra memiliki berbagai kandungan mineral seperti protein dan
gula atau glikoprotein yang sebagian besar merupakan protein (80%) terbentuk dari
lectin (Kawakubo et al., 1997). Glikoprotein dari Eucheuma serra terdiri dari
senyawa seperti fukosa, glukosa, GalNAc, GlcNAc, dan Fetuin (Liao et al., 2003).
Eucheuma serra menghasilkan lectin yang melebihi makroalga (Shiomi et al., 1979
dalam Kawakubo et al., 1997). Lectin adalah protein atau glikoprotein yang
mempunyai domain non-katalis yang menunjukkan pengikatan secara reversibel
pada monosakarida spesifik atau oligosakarida (Peumans dan Van-Damme, 1995
dalam Hamid et al., 2013). Lectin berfungsi dalam proses karbohidrat, neoplastic,
inflamasi, dan aktivitas immunomodulator yang bisa diaplikasikan dalam berbagai
masalah kesehatan dan masalah biologi (Lee et al., 2007).

BAB 3 METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan waktu pelaksanaan


Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 31 Januari-27 April 2015, tempat
pelaksanaanya meliputi: Laboratorium Pendidikan FPK UNAIR, Laboratorium
Kimia Organik FST UNAIR, Tempat penelitian Wisma Permai, Laboratorium
Farmasi UNAIR.

3.2 Variabel penilitian


Variabel dalam penelitian ini yaitu variabel bebas (konsentrasi lectin dari
Eucheuma serra), variabel kontrol (suhu dan salinitas) dan varibel terikat ( kadar
THC udang vaname).

4
3.3 Kerangka konseptual dan operasional
Eucheuma serra
Udang vaname

Lectin
Hemolymph

Imunomodulator dapat
meningkatkan sistem imun Lectin Hemosit

sistem imun udang

Mengenali dan Enkapsulasi Fagositosis Antimikroba


aglutinasi

Inaktivasi antigen

I
Udang sehat dan produktivitas meningkat

Gambar 1. Skema kerangka konseptual

Udang vaname Eucheuma serra

Aklimatisasi selama dua minggu Ekstraksi E. serra

Pengambilan hemosit (H0) Isolasi lectin E. serra

Perlakuan secara injeksi

K P1 P2 P3 P4 P5

Pengambilan hemosit (H-6) dan penghitungan hemosit

Analisis Data

Gambar 2. Skema kerangka operasional


Keterangan : K (kontrol), P1 (2 ppm), P2 (4 ppm), P3 (6 ppm), P4 (8 ppm) dan P5 (10 ppm)

3.4 Hipotesis

H1: Lectin dari E. serra dapat meningkatkan sistem imun udang vaname
dengan peningkatan total hemocyte count (THC)

5
BAB 4 HASIL YANG TERCAPAI DAN POTENSI KHUSUS

4.1 Hasil
4.1.1 Identifikasi lectin dari Eucheuma serra
Eucheuma serra yang digunakan untuk penelitian ditemukan di Perairan
Pantai Pandawa, Bali. Kondisi perairan tersebut menunjukkan dapat memberikan
carrying capacity untuk pertumbuhan E. serra, yaitu airnya yang masih belum
tercemar oleh limbah organik dan anorganik serta jauh dari pemukiman penduduk.
Hal tersebut juga ditandai oleh adanya beberapa hewan karang yang dapat tumbuh
disekitar perairan yang menjadi tempat alga tersebut menempel dan tumbuh.
Konsentrasi lectin E. serra sebanyak 5,6% yang diperoleh dari berat kering
sebanyak 2 kg. Berat lectin yang diperoleh sebanyak 10 gram dari 2 kg berat kering.
Hasil absorbansi albumin untuk mengetahui kadar lectin dapat dilihat pada Gambar
4.
albumin standard curve

0,4
y = 0,0437x + 0,028
0,35
R² = 0,983
0,3
0,25
0,2
0,15
0,1
0,05
0
0 2 4 6 8 10
concentration

Gambar 3. Absorbansi Albumin untuk menentukan kadar protein lectin


Albumin merupakan standar untuk mengetahui kandungan protein secara universal
sehingga dapat digunakan sebagai standar untuk menghitung kadar lectin yang
termasuk jenis protein. Hasil persamaan regresi kurva standar albumin adalah y =
0,0437x + 0,028 sehingga diperoleh kadar lectin 2,5814 ppm atau
5,6 %.

4.1.2 Pengaruh lectin terhadap total hemocyte count (THC)


Pengambilan hemosit diambil sebelum adanya perlakuan atau setelah dua
minggu udang berhasil diaklimatisasikan, yaitu pada hari ke-0 (H-0) dan setelah
dilakukan perlakuan pada hari keenam (H-6). Hasil THC yang didapatkan pada hari
ke-0 yaitu rata-rata berkisar 2,55 x 106-4,85 x 106 sel/ml, sedangkan pada hari 6

keenam diperoleh THC dengan rata-rata berkisar 6,15 x 106-18,45 x 106 sel/ml.
Hasil penghitungan dapat dilihat pada Gambar 5.
Grafik Jumlah Hemosit Sebelum dan Sesudah Perlakuan
25000000

20000000

15000000

Sebelum perlakuan
10000000
Setelah perlakuan
5000000

0
K P1 P2 P3 P4 P5
Kelompok Perlakuan

Gambar 4. Grafik penghitungan THC sebelum perlakuan dan setelah perlakuan

4.2 Pembahasan
Lectin merupakan protein yang berfungsi untuk mengenali dan mengikat rantai
oligosakarida (Sharon and Lis, 1972 dalam Kawakubo et al., 1997). Hal ini juga
didukung oleh Lee et al. (2007) yang menyatakan bahwa lectin dari E. serra
berfungsi dalam proses metabolisme karbohidrat, neoplastik, inflamasi, dan
aktivitas immunomodulator yang bisa diaplikasikan dalam berbagai masalah
kesehatan dan masalah biologi. Selain itu, Lectin yang dihasilkan dari E. serra juga
mempunyai aktivitas antibiotik, (Liao et al., 2003).
Hal tersebut di atas menunjukkan bahwa lectin dari E. serra dapat dijadikan
sebagai imunomodulator. Handayani (2010) menjelaskan bahwa imunomodulator
merupakan suatu senyawa yang dapat mengembalikan dan memperbaiki sistem
imun yang fungsinya terganggu atau untuk menekan fungsi yang berlebihan.
Imunomodulator juga dapat memacu produktifitas antibodi pada antigen tertentu
(specific defense mechanism), senyawa dapat digunakan sebagai alternatif untuk
vaksin, antibiotik, dan zat kimia lain yang digunakan untuk perlindungan udang
terhadap berbagai macam penyakit (Kanagu et al., 2010).
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan P4 dengan dosis
8 ppm memberikan pengaruh tertinggi (p < 0.05). Rata-rata kenaikan jumlah
hemosit udang vaname dari perlakuan tersebut diperoleh sejumlah 18,45 juta sel/ml.
Pada penelitian Olmos et al. (2011), perlakuan menggunakan pakan komersial yang
ditambah probiotik dapat memberikan kenaikan jumlah hemosit udang vaname
dengan rata-rata sejumlah 9,6 juta sel/ml. Hal ini dapat 7

diinterprestasikan bahwa injeksi lectin dari E. serra mampu memberikan


peningkatan hemosit.
Berdasarkan penelitian menunjukkan bahwa seluruh perlakuan (P1, P2, P3, P4 dan
P5) mengalami kenaikan hemosit dan jumlahnya lebih tinggi dibandingkan dengan
jumlah hemosit pada kontrol. Hal ini sesuai dengan Suphantharika et al. (2003)
dalam Sritunyalucksana et al. (2005) yang menyatakan bahwa suatu bahan dapat
disebut sebagai imunostimulan apabila bahan tersebut dapat meningkatkan total
hematocyte count.
Presentase kelulushidupan udang vaname menunjukkan bahwa semakin
tinggi konsentrasi lectin dari E. serra yang diberikan maka semakin rendah
persentase kelulushidupan. Kelulushidupan terendah terdapat pada P5 dengan dosis
12 ppm sedangkan kelulushidupan tertinggi terdapat pada kontrol. Hal ini
kemungkinan pada tubuh udang tidak dapat menerima dosis tersebut dengan baik
sehingga menyebabkan kematian pada udang. Hasil penghitungan tingkat
kelulushidupan udang vaname dapat dilihat pada lampiran 8.

4.3 Potensi khusus


Adapun beberapa potensi khusus yang diperoleh dari penelitian ini yaitu: a. Luaran
ilmiah
Beberapa program keilmuan yang akan diikuti seperti International Fisheries and
Symposium di Penang Malaysia, November 2015, Tropical Marine Ecology
Workshop di Rajamangala University of Technology Srivijaya, Thailand 21 Juni-
1 Juli 2015, dan Food, Water and Energy Nexus di National University of Singapore
6-12 Juli 2015 serta International Scientific Student in Wageningen University dan
OMICS Aquaculture and Fisheries 2015 serta Olimpiade Karya Tulis (OKTI) 2015
di Paris, Perancis (27-29 November 2015) b. Bagi Masyarakat
Penelitian ini meningkatkan nilai manfaat dari E. serra pada bidang kesehatan
terutama pada peningkatan sistem imun udang, sehingga diharapkan udang yang
dihasilkan oleh pembudidaya udang lebih tahan terhadap penyakit.
c. Bagi Keilmuan
Penelitian memberikan informasi tentang alternatif penanggulangan dan penyakit
udang, sehingga dapat dikaji lebih lanjut untuk melakukan penyempurnaan metode
dan uji efektifitas bahan untuk penelitian selanjutnya.
d. Bagi Pemerintah
Hasil penelitian ini turut serta dalam membantu dirjen perikanan dalam
menghasilkan udang indonesia yang tahan penyakit dan aman untuk dikonsumsi.
8

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan maka dapat ditarik sebuah kesimpulan
yaitu:
1. Perlakuan pemberian lectin dari Eucheuma serra dapat meningkatkan total
hemotocyte count (THC) pada udang sehingga dapat digunakan sebagai
imunomodulator udang.
2. Pengaruh tertinggi ditemukan pada perlakuan P4 dengan dosis 8 ppm yang
memberikan kenaikan hemosit sejumlah 18,45 juta sel/ml pada hari keenam.

5.2 Saran
Saran yang diberikan untuk penelitian selanjutnya yaitu:
1. Perlu dilakukannya penelitian tentang uji patogenesis secara invitro terhadap
penyakit vibriosis dengan menggunakan lectin dari Eucheuma serra.
2. Perlu dilakukannya penelitian tentang uji histopatologis terhadap udang yang
telah diberikan perlakuan lectin Eucheuma serra.

DAFTAR PUSTAKA

Alifuddin, M. Dana, D. Eidman, M. Malole, M. B. Pasaribu, F. H. 2003. Patogenesis


Infeksi Virus White Spot (WSV) pada Udang Windu (Penaeus monodon
FAB.). Jurnal ilmiah. Budidaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan. Bogor
Fadli, N. 2000. Evaluasi Perlakuan Pemberian lmmunostimulan terhadap Larva
Udang Windu (Penaeus monodon, Fabr.) di Hatchery. UT Aquaculture, 715.
Food and Agriculture Organization of United Nations. 2010. Cultured Aquatic
Species Information Program: Penaeus vannamei (Boone, 1931). Fisheries
Aquaculture Department. New York.
Food and Agriculture Organization of United Nations.2010. Cultured Aquatic
Species Information Program: Eucheuma spp. Fisheries Aquaculture
Department. New York.
Guiry, M. D. 2013. Eucheuma serra (J. Agardh) J. Agardh.
http://www.algaebase.org/search/species/detail/?species_id=n2a15a94d70
7bf92c. 2 September 2014. 1 Hal.
Hamid, R. Masood, A. Wani, I. H. Rafiq, S. 2013. Lectins : Protein with Diverse
Applications. Journal of Applied Pharmaceutical Science, 3 : 93 – 103. Handayani,
G.N. 2010. Imunomodulator. Al-Fikr. 14 (1) : 1-17.
9

Kanagu, L., Senthilkumar, P., Stella, C. and Jaikumar, M. 2010. Effect of Vitamin
C and E and β-1,3 Glucan as Immunomodulators in P. monodon Disease
Management. Middle-East Journal of Scientific Research 6 (5): 537-543.
Kawakubo, A., H. Makino, J. Ohnishi, H. Hirohara, dan K. Hori. 1997. The Marine
Red Algae Eucheuma serraJ. Agardh, A High Yielding Source of Two
Isolectins. Journal of Applied Phycology, 9 : 331–338.
Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2010. Budidaya Udang Vannamei
(Litopenaeus vannamei) Pola Tradisional
.http://www.kkp.go.id/index.php/arsip/c/7519/budidaya-udang-
vannameilitopenaeus-vannamei-pola-tradisional-plus/?category_id=107.
4 September 2014. 1 hal.
Kusriningrum, R.S. 2012. Perancangan Percobaan. Cetakan ketiga. Penerbit : Pusat
Penerbitan dan Percetakan Unair (AUP). Surabaya.
Lee J.Y., Kim J.Y., Lee Y.G., Byeon S.E., Kim B.H., Rhee M.H., Lee A., Kwon
M., Hong S., Co J.Y., 2007. In Vitro Immunoregulatory Effects of Korean
Mistletoe Lecin on Functional Activitation of Monocytic and
Macrophagelike Cell. Biol Pharm Bull 30 : 2043-2051.
Liao, W-R., J-Y.Lin, W-Y. Shieh, W-L. Jeng, dan R. Huang. 2003. Antibiotic
activity of lectins from marine algae against marine vibrios. Journal of
Industrial Microbiol Biotechnol, 30 : 433–439.
Madeiros, D. S., Medeiros, T. L., Rebeiro, J. K. C, Monteiro, N. K. V., Migliolo,
L., Uchoa, A. F., Vasconcelos, M. I., Oliveira, A. S., de Sales M. P., Santos,
E. A. 2010. A Lactose Spesific Lectin from the Sponge Cinachyrella apion:
Purification, characterization, N-terminal Sequences Alignment and
Agglutinating Activity on Leishmania Prosmastigotes. B (155) : 211-216.
Olmos, J., Ochoa, L., Michael, P. J. and Contretas, R. 2011 Functional Feed
Assesment on Litopenaeus vannamei using 100% Fish Meal Replacement
by Soybean Meal, High Levels of Complex Carbohydrates and Bacillus
Probiotic Strains. Article of Marine Drugs. 9 : 1119-1132.
Putri, F. M. Sarjito. Suminto. 2013. Pengaruh Penambahan Spirulina sp. dalam
Pakan Buatan Terhadap Jumlah Total Hemosit dan Aktivitas Fagositosis
Udang Vaname (Litopenaeus vannamei). Journal of Aquaculture
Management and Technology, 2 : 102 – 112.
Septiani, G. R. 2011. Pemberian Sinbiotik dengan Frekuensi Berbeda pada Pakan
Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) untuk Mencegah IMNV. UT
Aquaculture, 750.
Sritunyalucksana, K., Gangnonngiw, W., Archakunakorn, S., Fegan, Daniel and
Flegel, W. T. 2005. Bacterial Clearance Rate and a new differential
hemocyte staining method to asses immunostimulant activity in shrimp.
Diseas of Aquatic Organisms. 68 : 89-94.
Teixeira. E. H., Francisco V., Kyria S., Victor A., Celso S. N., Bruno R., Alexandre
H. S. dan Benildo S. C. 2012. Biological Applications of Plants and Algae
Lectins: An Overview. Intech.
10

Yeh, S.P., Chen, N.Y, Hsieh, L.S, Cheng, W., Liu, H.C. 2008. Immune Respone of
White Shrimp, Litopenaeus vannamei, after a Concurrent Infection with
White Spot Syndrome Virus and Infectious Hypodermal and
Hematopoietic Necrosis Virus. Fish and Shellfish Immunology. 26 (200)
582-588.

11

LAMPIRAN
Lampiran 1. Analisis Data
Analisis data dilakukan pada data penghitungan sel hemosit yang diperoleh.
Berdasarkan Fhit > Ftab 0.01 menunjukkan bahwa pemberian perlakuan hasil
isolasi lectin alga ESA memberikan perbedaan yang sangat nyata pada total
hemocyt count (THC) pada udang vaname (p < 0.01). Hasil penghitungan sidik
ragam dapat dilihat pada Tabel 1.
Analisis pada uji jarak Duncan diperoleh pengaruh tertinggi P4 (p < 0.05)
dan pengaruh terendah P1, P2, P3 (p < 0.05), sedangkan analisis ortogonal
polinomial diperoleh pemberian lectin ESA mampu diberikan sampai pada derajat
keempat (kuartik) meskipun pada derajat ketiga (kubik) tidak terdapat perbedaan
yang nyata. Hasil penghitungan jarak Duncan tersaji pada Tabel 2. dan
penghitungan ortogonal polinomial dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 1. Sidik Ragam


Perlakuan ( x 106 sel/ml)
Ulangan
K P1 P2 P3 P4 P5
A 6.00 14.65 13.05 14.65 17.60 13.30
B 7.15 15.05 13.80 11.95 14.05 15.40
C 6.50 15.50 16.35 15.05 21.05 16.45
D 4.95 14.10 15.25 10.50 21.10 15.00
Total 24.6 59.30 58.45 52.15 73.80 60.15 328.45
Rata- 6.1500 14.8250 14.6125 13.0375 18.4500 15.0375
Rata

Ftab
S.K. Db JK KT Fhit
0.05 0.01
Perlakuan 5 335.559271 67.1118542 19.0364** 2.77 4.25
Galat 18 63.458125 3.525451389
Total 23 399.017396

Tabel 2. Penghitungan Jarak Berganda Duncan (Q 5%) Dengan


e.s. = 0.9388, didapatkan :

Rata-Rata ( ) Beda (x 106 sel/ml) P SSR LSR


12

( – K) ( – P3) ( – P2) ( – ( – P5)


P1)
P4 18.450 a 12.30* 5.4125* 3.8375* 3.625* 3.4125* 6 3.32 3.1168
P5 15.0375 b 8.8875* 2 0.425 0.2125 5 3.27 3.0699
P1 14.825 bc 8.675* 1.7875 0.2125 4 3.21 3.0135
P2 14.6125 bc 8.4625* 1.575 3 3.12 2.9291
P3 13.0375 bc 6.8875* 2 2.97 2.7882
K 6.15

Tabel 3. Penghitungan perbandingan ortogonal polinomial

S.K. Db JK KT Fhit Ftab

0.05 0.01
Perlakuan 5 335.559271 67.1118542
- Linier 1 165.0125089 165.0125089 46.8061** 4.41 8.28
- Kuadratik 1 68.53590030 68.53590030 19.44032**
- Kubik 1 14.29458681 14.29458681 4.0547
- Kuartik 1 77.80555804 77.80555804 22.0697**
- Kuintik 1 9.910716766 9.910716766 2.81119
Galat 18 63.458125 3.525451389
Total 23
14

Lampiran 2. Penggunaan Dana

Tanggal Rincian Pembelian Kredit Saldo

- Rp.11.880.000,00
Ekstraksi Lectin Rp. 2.000.000,00 Rp. 9.880.000,00
Jas Hujan Rp. 250.000,00 Rp. 9.630.000,00

27-01-2015 Senter Rp. 18.000,00 Rp. 9.612.000,00


Makan Rp. 26.000,00 Rp. 9.586.000,00
Bensin Rp. 34.974,00 Rp. 9.551.026,00
Tiket Tol Suramadu Rp. 3.000,00 Rp. 9.548.026,00

Tiket Tol Suramadu Rp. 3.000,00 Rp. 9.545.026,00


Minum Rp. 4.000,00 Rp. 9.541.026,00

31-01-2015 Bensin Rp. 51.875,00 Rp. 9.489.151,00


Tiket Kapal dan motor Rp. 60.000,00 Rp. 9.429.151,00
Makan Rp. 56.000,00 Rp. 9.373.151,00

Tiket Bus Sby - Bali Rp. 400.000,00 Rp. 8.973.151,00


Makan Rp. 59.000,00 Rp. 8.914.151,00
7-02-2015
Bensin Rp. 23.000,00 Rp. 8.891.151,00
Pulsa Rp. 25.000,00 Rp. 8.866.151,00

Makan
Rp. 113.000,00 Rp. 8.753.151,00
Bensin
Rp. 22.000,00 Rp. 8.731.151,00
08-02-2015 Tiket Tol Bali Mandara
Rp. 8.000,00 Rp. 8.723.151,00
Tiket Masuk Pantai
Rp.4.000,00 Rp. 8.719.151,00
Pandawa

Makan Rp. 66.000,00 Rp. 8.653.151,00

09-02-2015 Gunting Rp. 8.500,00 Rp. 8.644.651,00


Minum Rp. 8.000,00 Rp. 8.636.651,00

Makan Rp. 58.000,00 Rp. 8.578.651,00


10-02-2015
Minum Rp. 16.000,00 Rp. 8.562.651,00
15
Bensin Rp. 17.000,00 Rp. 8.545.651,00
Makan Rp. 87.000,00 Rp. 8.458.651,00

Tiket Pesawat Bali-Sby Rp. 588.400,00 Rp. 7.870.251,00


Boarding Pass Bandara Rp. 150.000,00 Rp. 7.720.251,00

14-02-2015 Makan Rp. 75.000,00 Rp. 7.645.251,00


Packaging Alga Rp. 13.000,00 Rp. 7.632.251,00
Peralatan Penginapan Rp. 36.600,00 Rp. 7.595.651,00

Sewa Lab Rp. 1.500.000,00 Rp. 6.095.651,00


Aerator Resun LP 40 Rp. 850.000, 00 Rp. 5.245.651,00
Batu Aerator Rp. 56.000,00 Rp. 5.189.651,00
21-02-2015
Selang Aerasi Rp. 20.000,00 Rp. 5.169.651,00
Pencabang Aerasi (T) Rp. 15.000,00 Rp. 5.154.651,00
Serok (Jaring) Rp. 6.000,00 Rp. 5.148.651,00

Aquarium (30x33x25 cm) Rp. 480.000,00 Rp. 4.668.651,00


Gabus 1,5 cm Rp. 35.000,00 Rp. 4.633.651,00
22-02-2015
Ongkos kirim aquarium Rp. 100.000,00 Rp. 4.533.651,00
Tandon Rp. 400.000,00 Rp. 4.133.651,00

Stop kontak (colokan) Rp. 25.900,00 Rp. 4.107.751,00


24-02-2015 Gembok Rp. 12.500,00 Rp. 4.095.251,00
Air Laut Rp. 450.000,00 Rp. 3.645.251,00

Selang Aerasi Rp. 100.000,00 Rp. 3.545.251,00


Termometer Rp.10.000,00 Rp. 3.535.251,00
Pipa Panjang Aerator Rp. 7.500,00 Rp. 3.527.751,00
25-02-2015
Pipa L Blow Rp. 2.000,00 Rp. 3.525.751,00
Infus Kuning Aerasi Rp. 36.000,00 Rp. 3.489.751,00
Cap Kaca Rp. 16.000,00 Rp. 3.473.751,00
16
Solder Kayu Rp. 16.100,00 Rp. 3.457.651,00
Kain Pel 40x60 Rp. 14.800,00 Rp. 3.442.851,00
27-02-2015
Tissue Rp. 10.800,00 Rp. 3.432.051,00
Pipa Panjang Aerator Rp. 15.000,00 Rp. 3.417.051,00

Pipa Penutup Rp. 1.000,00 Rp. 3.416.051,00


11-03-2015 Anti klorin Rp. 6.000,00 Rp. 3.410.051,00
Sambungan Pipa Rp. 10.000,00 Rp. 3.400.051,00

Timba Hijau 60 Liter Rp. 143.000,00 Rp. 3.257.051,00


Box Sterofoam 30 kg Rp. 104.000,00 Rp. 3.153.051,00
Timbangan digital 2kg Rp. 41.000,00 Rp. 3.112.051,00
Gelas Takar Rp. 45.000,00 Rp. 3.067.051,00

Trash Bag Rp. 27.000,00 Rp. 3.040.051,00


Gunting Rp. 11.000,00 Rp. 3.029.051,00
Cutter Rp. 10.000,00 Rp. 3.019.051,00
Penggaris Rp. 5.000,00 Rp. 3.014.051,00
14-03-2015
Lem Tembak Rp. 33.000,00 Rp. 2.981.051,00
Isi Lem Tembak Rp. 8.500,00 Rp. 2.972.551,00
Selang Rp. 1.500,00 Rp. 2.971.051,00
Aeration Stone D2 L3 Rp. 72.000,00 Rp. 2.899.051,00

Dop Kaca Rp. 8.000,00 Rp. 2.891.051,00


Pakan Udang Rp. 20.000,00 Rp. 2.871.051,00
Air Isi Ulang Rp. 40.000,00 Rp. 2.831.051,00
Air Isi Ulang Rp. 24.000,00 Rp. 2.807.051,00
Pembayaran Udang Rp. 700.000,00 Rp. 2.107.051,00
21-03-2015
Probiotik Biomax Rp. 27.500,00 Rp. 2.079.551,00
Pembayaran laboratorium Rp. 900.000,00 Rp. 1.179.551,00
Sabut Stainless Rp. 14.800,00 Rp. 1.164.751,00
Sabun Cuci Rp. 7.700,00 Rp. 1.157.051,00
Microfiber Rp. 32.400,00 Rp. 1.124.651,00
17
Sewa Mobil Rp. 250.000,00 Rp. 874.651,00
Bensin Rp, 70.000,00 Rp. 804.651,00

23 -03-2015 Pembayaran Udang Rp 150.000,00 Rp. 654.651,00


Tiket Tol Surabaya Gresik Rp. 24.000,00 Rp. 630.651,00
Pipet Rp. 8.500,00 Rp. 622.151,00

Spatula Rp. 12.000,00 Rp. 610.151,00


28-03-2015 Gelas Ukur 50 ml Rp. 6.000,00 Rp. 604.151,00
Beaker 50 ml Rp. 10.500,00 Rp. 593.651,00
Volt Flash 50 ml Rp. 99.000,00 Rp. 494.651,00
Spuit per 10 Buah Rp. 60.000,00 Rp. 434.651,00

EDTA 1 Rp. 12.500,00 Rp. 422.151,00


15-04-2015 EDTA 2 Rp. 25.000,00 Rp. 397.151,00
Test tube Eppendorf Rp. 2.500,00 Rp. 394.651,00

Pakan Udang Rp. 20.000,00 Rp. 374.651,00


11-04-2015 Spuit 1 cc Terumo Rp. 96.800,00 Rp. 277.851,00
Spuit 1 cc Terumo Rp. 100.000,00 Rp. 177.851,00
Test Tube Eppendorf Rp. 25.000,00 Rp. 152.851,00
18

Lampiran 3. Bukti–Bukti Pendukung Kegiatan

a) Mengunjungi Pulau Gili Genteng b) Perjalanan ke Sumenep

c) Konsultasi ke Dinas Perikanan dan Kelautan di d) Eucheuma serra di Pantai Pandawa,Bali


Bali
19

e) Pencarian Eucheuma serra F) Eucheum serra di Pantai Pandawa, Bali


20

18

h) Proses isolasi lectin Eucheuma serra


g) Pengeringan E.serra

i) Pembelian Tandon j) Persiapan Akuarium

k) penghitungan udang l) penyuntikan udang

m) pemberian pakan udang n) penyiponan tandon


21

19

Lampiran 4. Rancangan Percobaan dan Diagram Alur Penelitian


Media dan bahan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini
dianggap seragam, yang membedakan hanya perlakuan dalam penambahan
lectin dari E. serra yang terdiri dari 6 perlakuan (5 perlakuan dan 1 kontrol)
dengan konsentrasi berbeda pada masing-masing perlakuan, sehingga
rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan
Acak Lengkap (RAL) (Kusriningrum, 2012). 6 perlakuan dan 4 ulangan
sebagai berikut:
Kontrol : udang diberi buffer fosfat
Perlakuan 1 : udang diberi lectin dengan dosis sebesar 2 ppm
Perlakuan 2 : udang diberi lectin dengan dosis sebesar 4 ppm
Perlakuan 3 : udang diberi lectin dengan dosis sebesar 6 ppm
Perlakuan 4 : udang diberi lectin dengan dosis sebesar 8 ppm
Perlakuan 5 : udang diberi lectin dengan dosis sebesar 10 ppm
Persiapan air payau dilakukan dengan cara mencampurkan air tawar
dan air laut yang telah ditandon kemudian diperiksa menggunakan
refraktormeter. Salinitas yang diukur setiap tiga hari sekali berkisar 5-19 ppt.
Akuarium dibersihkan dan dicuci dengan sabun setelah itu dibilas, kemudian
dikeringkan dan diisi air. Pengambilan hemosit pada hari ke-0 (sebelum
perlakuan) dan hari keenam (setelah perlakuan).

Lampiran 5. Isolasi lectin dari E. serra


Eucheuma serra dikeringkan dan diangin-anginkan pada ruangan. E.
serra yang sudah dikeringkan dan tumbuk halus, kemudian ditimbang 30
gram. Buffer pH 7,4 ditambahkan untuk melarutkan serbuk rumput laut
dengan perbandingan 2:1. Homogenkan campuran dengan diaduk dengan
homogenizer hingga larut selama 2 jam pada suhu 4oC. hasil homogenisasi
tersebut kemudian disentrifus dengan kecepatan 3200 rpm selama 15 menit
untuk memisahkan endapan dan supernatant, setelah itu supernatan diambil
dan ditambah aseton dengan dengan perbandingan 1:1 untuk pemurnian
lectin. Larutan supernatan yang ditambah aseton tersebut kemudian
disentrifus kembali dengan kecepatan 3200 rpm selama 15 menit. Endapan
yang terbentuk setelah disentrifus merupakan ekstrak lectin. Hal tersebut
dilakukan sampai 5 kali hingga diperoleh sejumlah gram lectin.
Metode tersebut di atas merupakan adaptasi dari metode isolasi lektin
Chynacirella apion (Madeiros et al, 2010). Keunggulan metode ini dibanding
Kawakubo et al. (1997) adalah penggunaan aseton sebagai agen presipitasi
22

untuk mengendapkan protein agar tidak tercampur dengan garam dan terlepas
dari cincin-cincin oligosakarida. Hasil endapan yang diperoleh merupakan
protein dengan kandungan lectin. Protein yang tidak berikatan dengan garam
dan oligosakarida tidak larut dan campur homogen dengan larutan dapar fosfat
pH 7,4. Endapan protein yang diperoleh pada Madeiros et al, (2010) lebih
banyak daripada menggunakan metode pertama. Hasil persamaan kurva
regresi kurva standar albumin adalah y = 0,0437x + 0,028 sehingga diperoleh
kadar lectin 2,5814 ppm atau 5,6%.

Lampiran 6. Pembuatan Larutan Injeksi Lectin Eucheuma serra

1. Penimbangan lectin dari E. serra


Wadah + lectin : 1115,4 mg
Wadah kosong : 1112,9 mg

Ekstrak : 2,5 mg

2. Pembuatan larutan baku induk 100,0 ppm, yaitu:


1. Timbang 2,5 mg ekstrak dengan cawan
2. Larutkan ekstrak dengan sedikit larutan dapar fosfat pH 7,4
3. Tuang kuantitatif larutan ekstrak dalam labu takar 25,0 ml
4. Tuang larutan dapar fosfat pH 7,4 ke dalam labu takar 25,0 ppm hingga
tepat tanda
5. Diperoleh lrutan baku induk 100,0 ppm

3. Pembuatan larutan baku kerja 2,0 ppm, 4,0 ppm, 6,0 ppm, 8,0 ppm dan 10,0
ppm yaitu:
1. Siapkan lima labu takar 50,0 ml
2. Pipet larutan baku induk sejumlah tertentu untuk kadar tertentu :
a. Pipet 1,0 ml larutan baku induk 100,0 ppm ke dalam labu takar
50,0 ml
b. Pipet 2,0 ml larutan baku induk 100,0 ppm ke dalam labu takar
50,0 ml
c. Pipet 3,0 ml larutan baku induk 100,0 ppm ke dalam labu takar
50,0 ml
d. Pipet 4,0 ml larutan baku induk 100,0 ppm ke dalam labu takar
50,0 ml
e. Pipet 5,0 ml larutan baku induk 100,0 ppm ke dalam labu takar 50,0
ml
23

3. Tuang larutan dapar fosfat pH 7,4 pada lima labu takar 50,0 ml hingga
tepat tanda
4. Diperoleh larutan baku kerja 2,0 ppm, 4,0 ppm, 6,0 ppm, 8,0 ppm dan
10,0 ppm yang diinjeksikan pada udang

21

Lampiran 7. Parameter Kualitas Air

Penelitian dilakukan selama 30 hari termasuk proses isolasi lectin dari


E. serra dan penyiponan akuarium dilakukan sebanyak dua kali sehari.
Parameter kualitas air yang diukur pada penelitian ini adalah suhu dan
salinitas. Pengukuran dilakukan sebelum aklimatisasi dan pada saat penelitian
setiap tiga hari sekali. Rata-rata suhu dan salinitas yang diperoleh yaitu
sebesar 29ºC dan 15 ppt. Hasil pengukuran parameter kualitas air tersaji pada
Tabel 4. berikut:
Tabel 4. Pengukuran parameter kualitas air
No. Hari Suhu Salinitas

1 Ke-3 29 ºC 15 ppt
2 Ke-6 29 ºC 15 ppt
3 Ke-9 29 ºC 15 ppt

4 Ke-12 29 ºC 15 ppt
24

Lampiran 8. Kelulushidupan Udang Vaname


Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh nilai kelulusan hidup
(SR) dari setiap penelitian meliputi nilai kelulushidupan (SR) tertinggi
terdapat pada kontrol sebesar 87.50% dan nilai SR terendah diperoleh pada
perlakuan 5 dengan SR sebesar 56,25%. Hasil penghitungan kelulushidupan
dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 5. Grafik tingkat kelulushidupan pada udang vaname

Anda mungkin juga menyukai